BAB III (rev) III
-
Upload
logicalmind -
Category
Documents
-
view
387 -
download
4
Transcript of BAB III (rev) III
BAB III
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
3.1 Pembekalan Materi PKL
Pembekalan yang diberikan dari praktek kerja lapangan ini (PKL) adalah
tentang alat ukur beberapa parameter oseanografi yakni CTD dan proses
pembuatan peta batimetri. Untuk mempelajari secara detail materi tersebut
dibutuhkan waktu yang tidak sebentar, namun karena keterbatasan waktu PKL
jadi pemahaman materi mengenai CTD dan batimetri ini secara umum dan singkat
sebatas untuk mengetahui bagaimana prosesnya saja.
Sedikit tentang teori yang diberikan ialah mengenai parameter-parameter
oseanografi. Parameter yang dimaksud ialah suhu, salinitas, densitas dan
kejernihan.
Suhu adalah ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Dalam hal
ini yang diukur adalah air laut. Alat untuk mengukur suhu disebut termometer.
Suhu di laut merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan
organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme
maupun perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut.
Salinitas adalah konsentrasi rata-rata seluruh garam yang terdapat di dalam
air laut. Cara yang biasa dipergunakan untuk menentukan salinitas adalah dengan
menghitung jumlah kadar klor yang ada dalam satu sampel (chlorinitas).
Hampir semua organisme laut hanya dapat hidup di daerah-daerah yang
mempunyai perubahan salinitas yang kecil. Kecuali makhluk hidup yang
berhabitat di daerah estuarin. Daerah estuarin adalah daerah yang memiliki kadar
salinitas kurang, karena adanya intrusi air tawar yang berasal dari sungai-sungai.
Densitas adalah pengukuran massa setiap satuan benda. Semakin tinggi
densitas suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Densitas
rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya.
Penyebaran yang luas dari air laut dapt ditentukan oleh adanya perbedaan densitas
dari massa air yang ada didekatnya, hal ini disebabkan oleh perbedaan suhu dan
salinitas.
5
6
Kejernihan atau kecerahan merupakan kebalikan dari kekeruhan
(turbiditas), ketika nilai kecerahan tinggi maka nilai kekeruhan rendah, begitu
pula sebaliknya (coremap, 2001). Nilai kekeruhan yang tinggi dapat ditemukan di
daerah estuari salah satu sebab tingginya nilai kekeruhan ialah melayangnya
kembali materi sedimen (resuspension). Nilai kejernihan dapat diukur
menggunakan transmissometer.
3.2 Pengolahan Data CTD
3.2.1 Konversi Data
Karena data yang diberikan adalah data asli dari survey, maka perlu
dilakukan pengkonversian data ke bentuk yang mudah untuk diperoses
selanjutnya. Data yang diberikan dalam bentuk extension .CNV yang memuat
ribuan data, dapat dilihat dengan notepad (dapat dilihat pada lampiran 2).
Berikut ini adalah langkah-langkah pengkonverisan data agar mudah untuk
diperoses selanjutnya;
Langkah 1. Membuka MS Office Excell 2007
a. b.
Gambar 2. Membuka MS Office Excel 2007.
Gambar 1a dan 1b merupakan langkah untuk membuka MS Office Excel
2007 pada Windows Vista. Buka start pada bar windows lalu cari dalam program
Microsoft Office, lalu pilih yang MS Office Excel 2007. Gambar 1b. Merupakan
tampilan dari MS Office Excel 2007.
7
Langkah 2. Mengkonversi data .cnv sehingga dapat dibaca oleh Excel.
a. b.
c. d.
e.Gambar 3. Mengkonversi data .cnv ke dalam Excel.
Langkah 2 ini dimulai dari pembukaan data .cnv (2a) lalu diikuti tahap
pemilihan pada fixed width (2b), setelah itu pemisahan data dengan cara Arahkan
scroll roll ke bawah, maka akan ada beberapa parameter yang akan disekat (lihat
8
tanda merah), kemudian sekat antar parameter tesebut dengan mengkliknya (2c),
langkah selanjutnya ialah memilih colum data format, yang dipilih ialah yang
general (2d). Dan jadilah data .cnv yang telah dikonversi ke dalam Excel (2e).
3.2.2 Pembuatan Grafik
Pengolahan data selanjutnya ialah pembuatan grafik untuk masing-masing
parameter yang telah ditunjuk pembimbing, yaitu suhu, salinitas, densitas dan
kejernihan. Dalam pembuuatan grafik ini dilakukan pada Microsoft Office Excel
2003.
Langkah 1. Membuat grafik
a. b.
c.
d. e.
Gambar 4. Pembuatan Grafik Suhu Terhadap Kedalaman
9
Untuk membuat grafik pilih menu insert chart. Lalu pilih xy (scatter)
dan pada tab chart sub type pilih yang bergaris saja, seperti yang telihat pada
gambar 4a. Setelah itu akan muncul akan menu selanjutnya (4b) pada menu ini
masukan data yang akan dibuat grafik. Klik pada tab Series, remove semua series,
lalu add. Y values selalu berisikan parameter depth (kedalaman). Dan untuk
parameter X berisikan parameter yang ingin di buat, dalam hal ini adalah
parameter suhu. Selanjutnya akan muncul seperti pada gambar 4c. Isikan nama
pada Value (X) axis dan Value (Y) axis sesuai parameter (Suhu dan Kedalaman).
Dan jangan lupa isi nama dari tabel yang dibuat (sh-17). Terakhir akan muncul
menu akan diletakkan dimana grafik anda (4d). Untuk ini pilih saja As new sheet.
Maka akan muncul hasil dari grafik anda, seperti terlihat pada gambar 4e.
Langkah 2. Mengkonversi grafik biasa menjadi grafik kedalaman.
a. b. c.
0 5 10 15 20 25 30 35
0100200300400500600700800900
1000
d.
Gambar 5. Konversi grafik biasa menjadi grafik kedalaman.
Untuk membalik sumbu Y yang berada di atas menjadi di bawah, berikut
adalah langkahnya. Klik kanan pada sumbu Y axis di grafik lalu pilih menu
10
Format axis maka akan muncul seperti pada gambar 4a. Pada tab scale, ganti
parameter sebagai berikut, Major unit: 100, Minor unit: 10 dan centang box Value
in reverse order dan Value (X) axis crosses at maximum value dan Value (X) axis
crosses at maximum value. Lalu klik OK (4a). Selanjutnya pada Tab Patterns,
Major tick mark type pilih cross, Minor tick mark type pilih outside, sisanya
biarkan, klik OK (4b). Pada values (X) axis, format axis lalu klik tab scale, Minor
unit : 0,1. Sisanya biarkan, klik OK (4c). Dan jadilah grafik dengan sumbu Y yang
menunjukkan kedalaman untuk lebih enak dilihat (gambar 4d).
Perlakuan yang sama dilakukan untuk pembuatan grafik Salinitas,
Kejernihan dan Densitas pada titik pengambilan sampel yang sama atau pun di
titik-titik pengambilan sampel lainnya.
3.2.3 Hasil Pengolahan Data
Pengolahan data dalam laporan ini diawali oleh pengolahan data pada titik
pengambilan sampel yang diberi nama sh-17. Berikut ini adalah keterangan lebih
rinci mengenai titik pengambilan sampel tersebut.
Nama File : C:\SEASOFT\SH-17.DAT
Stasiun : sh-17
Tanggal : 19 Juni 2001
Logitude : 02°09.369N
Latitude : 124°41.019E
Waktu : 07.25 LT
Data pertama yang akan diolah adalah data suhu terhadap data kedalaman.
Pada data ini akan diterangkan bagaimana keadaan suhu terhadapan kedalaman di
titik pengambilan sampel ini. Berikut ini adalah penjelasan tentang grafik suhu
terhadap kedalaman tersebut.
Bila kita lihat pada grafik di halaman selanjutnya (grafik suhu terhadap
kedalaman) suhu permukaan bernilai 30°C. Lalu nilai suhu ini terus menurun
seiring bertambahnya kedalaman (dapat terlihat jelas pada grafik). Terlihat dalam
grafik suhu menurun drastis pada kedalaman berkisar 50-75 meter dimana suhu
masih bernilai 30°C dan terus menurun sampai pada kedalaman 500 meter dengan
suhu bernilai 8°C. Inilah yang dinamakan lapisan termoklin dimana suhu menurun
11
drastis pada kedalaman berkisar 100-500 meter. Selanjutnya suhu terus menurun
sampai batas kedalaman pengukuran yaitu pada kedalaman 2603 meter dengan
suhu bernilai sekitar 3-4°C. Grafik gambar grafik di bawah menunjukkan gambar
grafik pada umumnya permukaan laut yang normal. Karena tak terdapat anomali
yang terjadi bila dilihat dari gambar grafik tersebut.
Gambar 6. Grafik Suhu Terhadap Kedalaman di Titik sh-17
Grafik yang diolah selanjutnya ialah grafik salinitas terhadap kedalaman.
Grafik ini menunjukkan hubungan antara salinitas dan kedalaman. Dimana nilai
salinitas terus naik seiring bertambah kedalaman pada kedalaman 0-100 meter lalu
12
kembali turun, dan cenderung stabil sampai kekedalaman pengukuran. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat grafik di halaman berikut beserta penjelasannya.
Gambar 7. Grafik Salinitas Terhadap Kedalaman di Titik sh-17
Salinitas pada permukaan laut adalah 33.6 PSU. Jika dilihat dari grafik
nilai salinitas naik seiring bertambahnya kedalaman. Nilai salinitas naik tajam
mulai dari kedalaman 0 meter atau permukaan laut dimana nilai salinitas 33.6
PSU sampai 125 meter dengan nilai salinitas 34.7 PSU. Lalu turun sampai ke
kedalaman 250 meter (34.5 PSU), kemudian naik sedikit ke kedalaman 275 meter
(34.55 PSU), turun lagi sampai 350 meter (34.5 PSU), naik kembali pada 475
13
meter (34.55 PSU). Dan cenderung stabil mulai dari kedalaman 500 sampai
kedalaman 2603 meter dengan salinitas bernilai sekitar 34.55 PSU.
Berikutnya adalah grafik densitas terhadap kedalaman. Pada grafik
densitas ini tidak terdapat anomali yang terlihat dari hasil pengolahan data.
Dimana nilai densitas terus naik terhadap kedalaman. Kenaikan tajam terdapat
pada lapisan termoklin yaitu pada kedalaman sekitar 0 – 500 meter. Dan setelah
lebih dari keadalaman 500 meter terus naik tetapi tidak tajam, sampai pada
kedalaman 1500 nilai densitas cenderung stabil. Seperti terlihat pada grafik dan
penjelasanya di bawah ini.
Gambar 8. Grafik Densitas Terhadap Keldalaman di Titik sh-17
Densitas pada permukaan laut pada grafik di atas bernilai 20,5 kg/m3.
Bernilai semakin besar seiring bertambahnya kedalaman. Densitas naik tajam
14
mulai dari kedalaman 26 meter (bisa dibilang masih di daerah permukaan)
dengann nilai densitas 20,5 kg/m3 sampai kedalaman 500 meter (27 kg/m3). Lalu
naik stabil sampai kedalaman 2603 meter (27,5 kg/m3).
Selanjutnya adalah grafik kejernihan terhadap kedalaman, yang diukur
menggunakan transmissometer dengan satuan %. Dari grafik dibawah ini dapat
dilihat bahwa nilai kejernihan dari kedalaman 0 sampai 2603 meter sebesar 84,9 –
87,1 %. Hal ini berarti kejernihan diperairan tersebut ialah tergolong jernih.
Seandainya sinar matahari dapat menembus sampai kedalaman 2600 meter maka
siniar yang diteruskan sebanyak 87% dan terserap partikel lain sebesar 13%.
Gambar 9. Grafik Kejernihan Terhadap Kedalaman di Titik sh-17
15
Kejernihan pada permukaan laut bernilai 86%. Kejernihan naik dari
kedalaman 2 meter (85.93%) sampai 19 meter (86.04%), turun kembali ke 45
meter (85.73%), naik kembali 71 meter (86.25%).turun ke 82 meter (84.95%).
Terjadi kenaikan tajam pada kedalaman 82 meter dengan nilai kejernihan 84,9 %
sampai pada kedalaman 126 meter dengan nilai kejernihan 86.75%. Dan naik
sampai kedalaman batas pengukuran 2603 meter dengan 87.12%. terdapat banyak
anomali (nilai kejernihan naik turun) di kedalaman 200 sampai 1000 meter.
Normalnya nilai kejernihan ini semakin naik menuju 100% seiring bertambahnya
kedalaman. Namun grafik menunjukkan anomali-anomali pada berbagai
kedalaman.
Pengolahan selanjutnya ialah pengolahan data di titik pengambilan sampel
yang diberinama sh- 19. Berikut ini adalah keterangan lebih lanjut mengenai titik
sampel ini.
Nama File : C:\SEASOFT\SH-19.DAT
Stasiun : sh-19 TOW YO
Latitude : 02 10.908 N
Longitude : 124 43.815 E
Tanggal : 19 June 2001
Waktu : 12.30 LT
Seperti yang sebelumnya data pertama yang akan diolah adalah data suhu
yang dihubungkan dengan data kedalaman. Di halaman selanjutnya dapat dilihat
grafik suhu terhadap kedalaman. Secara selintas dapat dikatakan bahwa nilai suhu
pada permukaan adalah 31°C dan terus terun seiring bertambahnya kedalaman.
Namun terdapat kenaikan yang tajam pada lapisan termoklin yaitu pada
kedalaman 0 – 500 meter. Untuk lebih lengkap penjelasanya dapat dilihat pada
penjelasan dan grafik berikut ini.
Suhu permukaan laut pada grafik di atas adalah 30,5°C. Suhu terus
menurun seiring bertambahnya kedalaman. Suhu menurun dari 30,5°C sampai
30°C dari kedalaman 0 sampai 12,5 meter. Lalu mulai menurun drastis dari
kedalaman 12,5 meter dimana suhu bernilai 30°C sampai pada kedalaman 500
16
meter yang mempunyai suhu 7.5 °C. Dan selanjutnya suhu terus menurun sampai
batas kedalaman pengukuran yaitu pada kedalaman 2717 meter dengan suhu 4°C.
Gambar 10. Grafik Suhu Terhadap Kedalaman di Titik sh-19
Parameter yang diolah selanjutnya ialah salinitas. Seperti sebelumnya
parameter ini dihubungkan dengan parameter kedalaman. Jika dilihat pada grafik
salinitas terhadap kedalaman ini (gambar 11) nilai salinitas di permukaan laut
berkisar 33,6 PSU. Nilai salinitas terus naik beriringan dengan naiknya nilai
kedalaman. Namun jika dilihat kembali pada grafik kenaikan paling tajam terjadi
pada kedalaman 0 meter sampai 100 meter.
Salinitas Pada permukaan laut yang terlihat pada grafik di atas adalah
33.6 PSU. Nilai salinitas naik seiring bertambahnya kedalaman. Salinitas naik
tajam dari permukaan laut (33.6 PSU) sampai 100 meter (34.75 PSU). Lalu turun
sampai ke kedalaman 250 meter (34.5 PSU), kemudian naik sedikit ke kedalaman
17
275 meter (34.55 PSU), turun kembali sampai 300 meter (34.5 PSU), naik
kembali pada 325 meter (34.53 PSU) inilah anomali yang ditunjukkan pada grafik
salinitas. Dan kembali normal sampai kekedalaman 2717 meter dengan salinitas
bernilai 34.5636 PSU.
Gambar 11. Grafik Salinitas Terhadap Kedalaman di Titik sh-19
Densitas ialah parameter yang diolah selanjutnya. Nilai densitas pada titik
ini sama seperti nilai densitas pada umumnya, yaitu naik seiring dengan
bertambahnya nilai kedalaman. Terlihat pada grafik nilai densitas di permukaan
ialah sebesar 20,5 kg/m3. Nilai ini terus naik sampai kekedalaman pengukuran
yaitu 2717 meter dengan nilai densitas sebesar 27.5 kg/m3. Namun pada
kedalaman 0 – 500 meter terdapat lapisan termoklin yang menyebabkan kenaikan
nilai densitas yang tajam dari 20,5 kg/m3 sampai 27 kg/m3.
18
Densitas pada permukaan laut yang terlihat pada grafik di atas bernilai
20.5 kg/m3. Nilai densitas bernilai semakin besar seiring bertambahnya
kedalaman. Pada grafik nilai densitas naik tajam mulai dari permukaan laut (20.5
kg/m3) sampai kedalaman 500 meter (27 kg/m3). Lalu mengalami kenaikan yang
lambat sampai kedalaman pengukuran 2717 meter (27.5 kg/m3).
Gambar 12. Grafik Densitas Terhadap Kedalaman di Titik sh-19
Selanjutnya ialah pengolahan data kejernihan terhadapa kedalaman. Bila
dibandingkan dengan grafik kejernihan pada sh-17, terlihat tidak berbeda jauh
atau bahkan sama. Untuk lebih lengkap mengenai keterangan grafik akan
dijelaskan berikut ini.
19
Terlihat pada grafik Kejernihan di permukaan laut bernilai 86.25%.
Seperti grafik sebelumnya pada grafik Titik SH-17 grafik Titik SH- 19
menujukkan grafik yang hampir sama. Kejernihan turun dari permukaan laut
(86.25 %) sampai 36 m (85.5%), lalu naik ke kedalaman 50 m (86%), lalu turun
drastis pada kedalaman 75 meter (85%), dan naik drastis pula sampai ke
kedalaman 175 meter (87%). Dan naik terus hingga kedalaman batas pengukuran
2717 meter dengan 87%. Seperti grafik pada Titik SH-17, pada grafik Titik SH-19
juga terdapat banyak anomali mulai dari kedalaman 171 sampai 1000 meter.
Namun secara general grafik kejernihan ini nilainya semakin bertambah seiring
bertambahnya kedalaman hingga mencapai 87% pada kedalaman 2717 meter.
Gambar 13. Grafik Kejernihan Teehadap Kedalaman di Titik sh-19
Data yang diolah selanjutnya ialah data yang bernama sh-20 TOW YO.
Data ini berbeda dengan data-data sebelumnya, yang membedakannya data ini
berinama tow yo yang berarti pengambilan sampelnya naik turun untuk
20
mendapatkan hasil yang terbaik dalam menemukan hydrotermal plume. Namun
dari data yang diberikan oleh pembimbing lapangan ini. Tidak terlihat seperti data
hasil pengambilan secara tow yo. Untuk dapat melihat data yang merupakan
bagaimana data tow yo ini dapat dilihat pada laporan teman saya Muhammad
Deviana.
Berikut ini adalah keterangan lebih lengkap mengenai titik pengambilan
sampel yang kali ini diberi nama sh-20 TOW YO.
Nama File : C:\SEASOFT\SH-20.DAT
Stasiun : sh-20 TOW YO
Latitude : 02°16.815 N
Longitude : 124°51.251 E
Tanggal : 19 June 2001
Waktu : 21.00 LT
Seperti sebelum-sebelumnya data pertama yang diolah adalah data suhu
terhadap data kedalaman. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya tentang data
tow yo, data yang saya diberikan ini lebih seperti data dari pengambilan data CTD
seperti biasanya (sekali turun). Data CTD yang diambil secara tow yo seharusnya
apabila dibuat grafik maka akan terlihat seperti grafik yang berisikan beberapa
data sekaligus dalam satu parameter (suhu).
Untuk suhu pada grafik sh-20 ini terlihat sama seperti grafik-grafik
sebelumnya dimana nilai suhu semakin turun seiring dengan naiknya nilia
kedalaman dan naik tajam pada lapisan termoklin, yaitu pada kedalaman kira-kira
0 – 500 meter. Lalu nilai suhu terus turun seiring bertambahnya kedalaman namun
tidak kenaikannya tidak tajam seperti di lapisan termoklin. Berikut ini adalah
lebih lengkapnya tentang penjelasan dan grafik suhu terhadap kedalaman di titik
pengambilan sampel sh-20.
Suhu permukaan laut yang terlihat pada grafik di atas adalah 30°C. Suhu
terus menurun seiring bertambahnya kedalaman. Seperti suhu pada umumnya,
suhu di titik ini juga menurun drastis pada kedalaman 50 meter (30°C) sampai
kedalaman 500 meter (8°C). Dan Suhu terus menurun sampai batas kedalaman
pengukuran yaitu pada kedalaman 2800 meter dengan suhu 4°C.
21
Gambar 14. Grafik Suhu Terhadap Kedalaman di Titik sh-20
Data yang diolah selanjutnya ialah data salinitas terhadap data kedalaman.
Pada hasil pengolahan data ini terlihat seperti grafik salinitas pada umumnya yaitu
nilai salinitas naik seiring kedalaman dan terdapat kenaikan cukup tajam bila
dilihat di grafik pada kedalaman 0 – 150 meter. Setelah itu nilai salinitas
cenderung stabil dengan nilai turun dulu sebelumnya dari kedalaman 150 meter
kekedalaman 500 meter. Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkapnya.
Salinitas permukaan laut yang terlihat pada grafik di atas adalah 33.3 PSU.
Nilai salinitas naik seiring bertambahnya kedalaman. Salinitas naik tajam dari
permukaan laut (33.3 PSU) sampai 125 meter (34.75 PSU). Lalu turun ke
kedalaman 250 meter (34.5 PSU), kemudian naik sedikit ke kedalaman 275 meter
(34.55 PSU), turun lagi sampai 350 meter (34.5 PSU), naik kembali pada 500
22
meter (34.55 PSU) inilah anomali yang ditunjukkan pada grafik salinitas. Dan
kenaikan salinitas terhadap kedalaman stabil sampai kekedalaman pengukuran
2800 meter dengan salinitas bernilai 34.55 PSU. Namun pada akhir pengukuran
ditemukan anomali yang cukup lain dari biasanya, yaitu naik turunnya salinitas
pada kedalaman yang cukup dekat.
Gambar 15. Grafik Salinitas Terhadap Kedalaman di Titik sh-20
Parameter yang diolah selanjutnya ialah nilai densitas terhadap kedalaman.
Pola grafik densitas kali ini juga tidak berbeda dengan pola-pola grafik densitas
pada umunya yaitu nilai densitas naik seiring dengan naiknya nilai kedalaman.
Namun pada kedalaman 0 – 500 meter nilai densitas naik tajam dan setelah itu
nilai densitas naik seiring dengan naiknya kedalaman namun cenderung stabil
pada kedalaman 1000 meter sampai seterusnya. Ada sedikit kejanggalan apabila
dilihat pada grafik ini yaitu pada akhir pengukuran terdapat anomali yaitu naiknya
23
nilai densitas pada kedalaman yang cukup dekat di kedalaman pengukuran.
Berikut ini adalah penjelasan dan grafik lebih lanjutnya.
Nilai densitas pada permukaan laut yang terlihat pada grafik di atas
bernilai 20.5 kg/m3. Nilai densitas semakin besar seiring bertambahnya
kedalaman. Bila dilihat dari grafik nilai densitas naik tajam mulai dari permukaan
laut (0 meter) yang benilai 20.5 kg/m3 sampai kedalaman 500 meter yang
densitanya bernilai 27 kg/m3. Lalu naik lambat sampai kedalaman 2800 meter
dimana nilai densitasnya sebesar 27.5 kg/m3. Sama seperti grafik salinitas pada
grafik densitas ini juga terdapat anomali di akhir pengukuran. Pada grafik ini
dapat dilihat adanya kenaikan yang tiba-tiba pada kedalaman 2800 meter.
Gambar 16. Grafik Densitas Terhadap Kedalaman di Titik sh-20
24
Pengolahan data selanjutnya ialah pengolahan data kejernihan terhadap
data kedalaman. Pada grafik kejernihan ini sama tidak jauh berbeda atau bisa
dikatakan sama pola yang digambarkannya dengan grafik-grafik sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada grafik dan penjelasanya berikut ini.
Gambar 17. Grafik Kejernihan Terhadap Kedalaman sh-20
Kejernihan pada permukaan laut yang terlihat pada grafik di atas bernilai
85.55 %. Normalnya nilai kejernihan ini semakin naik menuju 100% seiring
bertambahnya kedalaman. Kejernihan naik permukaan laut (85.55%) sampai 18 m
(85.77%), turun kembali ke 44 m (85.37 %), naik kembali 64 m (85.91 %).turun
ke 82 m (84.17 %). Naik kembali sampai 176 m (86.72%). Inilah gambaran
anomali yang diberikan dari grafik di atas. Lalu naik secara umum sampai
kedalaman batas pengukuran 2800 meter dengan 86.98%. Pada grafik kejernihan
ini tidak terlihat anomali pada akhir pengukuran karena memang pada semua
kedalaman terlihat seperti anomali-anomali jadi bila ada anomali diakhir
pangukuran tidak terlalu terlihat.
25
Data berikut yang akan diolah ialah data yang bernama sh-27. Berikut
adalah keterangan lebih lanjut tentang titik pengamilan sampel ini.
Nama File : C:\SEASOFT\SH-27.DAT
Stasiun : sh-27
Latitude : 03°9.031 N
Longitude : 125°24.009 E
Tanggal : 22 June 2001
Waktu : 21.30 LT
Seperti pengolahan data sebelumnya, data pertama yang diolah adalah data
suhu terhadap kedalaman. seperti pada grafik-grafik sebelumnya grafik suhu kali
ini juga memiliki pola yang sama, yaitu nilai suhu semakin turun seiring dengan
naiknya nilai kedalaman. Tetapi turun tajam pada lapisan termoklin. Berikut ini
keterangan lebih lengkap mengenai grafik suhu terhadap kedalaman.
Gambar 18. Grafik Temperatur Terhadap Kedalaman di Titik sh-27
26
Bila dilihat dari grafik di atas suhu permukaan bernilai 29°C. Nilai suhu
terus menurun seiring bertambahnya kedalaman. Nilai suhu menurun drastis pada
kedalaman 10 meter dimana suhu bernilai 29°C sampai kedalaman 280 meter
dengan suhu bernilai 16°C. Lalu nilai suhu terus menurun dengan lambat sampai
batas kedalaman pengukuran yaitu pada kedalaman 1500 meter dengan suhu 4°C.
Pada grafik di ini tidak terdapat banyak anomali yang berarti seperti ditunjukkan
pada grafik temperatur sebelumnya (sh-20).
Data yang diolah selanjutnya ialah data salinitas terhadap data kedalaman.
Pada grafik menunjukan salinitas awal pengukuran adalah sekitar 33,9 PSU. Nilai
salinitas terus naik seiring bertambahnya nilai kedalaman. Bila dilihat pada grafik
terdapat kenaikan tajam pada kedalaman sekitar 0 – 150 meter. Lalut turun sampai
kekedalaman 500 meter dan cenderung tetap (walaupun sedikit naik) setelah
kedalamn 500 meter. Berikut adalah grafik dan penjelasan lebih lengkapnya.
Gambar 19. Grafik Salinitas Terhadap Kedalaman di Titik SH-27
27
Salinitas permukaan laut yang terlihat pada grafik di atas adalah 33.92
PSU. Nilai salinitas naik seiring bertambahnya kedalaman. Salinitas naik tajam
dari permukaan laut (33.92 PSU) sampai 110 meter (34.74 PSU). Lalu turun
kembali sampai ke kedalaman 360 meter (34.46 PSU). kemudian naik sampai
batas kedalaman pengukuran 1500 meter (34.56 PSU).
Densitas ialah data yang diolah berikutnya. Pada grafik terlihat bahwa
nilai densitas pada permukaan laut adalah sekitar 21 kg/m3. Lalu terus naik seiring
bertambahnya kedalaman. Terdapat kenaikan tajam di lapisan termoklin. Lalu
setelah itu nilai densitas terus naik seiring bertambahnya kedalaman. Berikut ini
adalah grafik dan keterangan lebih lanjut mengenai grafik densitas terhadap
kedalaman.
Gambar 20. Grafik Densitas Terhadap Kedalaman di Tititk SH-27
28
Densitas pada permukaan laut yang terlihat pada grafik di atas bernilai 22
kg/m3. Nilai densitas semakin besar seiring bertambahnya kedalaman. Bila dilihat
dari grafik nilai densitas naik tajam mulai dari permukaan laut (22 kg/m3) sampai
kedalaman 270 meter (27 kg/m3). Dan nilai densitas kembali naik sampai pada
batas kedalaman pengukuran 1500 meter (27.5 kg/m3).
Pengolahan data selanjutnya ialah pengolahan data kejernihan dengan data
kedalaman. Pada grafik ini sedikit berbeda dengan grafik-grafik kejernihan
sebelumnya. Pada grafik ini penurunan kejernihan setelah permukaan tidak terlalu
tajam (tidak sampai 0,5%). Selanjutnya pola-pola grafik sama seperti grafik-grafik
kejernihan sebelumnya. Yaitu naik tajam pada kedalman sekitar 100 – 200 meter,
lalu setelah itu cenderung stabil sampai kedalaman pengukuran. Berikut adalah
grafik dan penjelasan lebih lengkapnya.
Gambar 21. Grafik Kejernihan Terhadap Kedalaman di Tititk sh-27
29
Kejernihan pada permukaan laut yang terlihat pada grafik di atas bernilai
86.48%. Normalnya nilai kejernihan ini semakin naik menuju 100% seiring
bertambahnya kedalaman. Namun grafik menunjukkan banyaknya anomali-
anomali pada berbagai kedalaman. Anomali tersebut ditunjukkan dengan
banyaknya duri-duri pada grafik tersebut (grafik tidak mulus). Secara garis besar
kejernihan naik dari permukaan laut (86,48%) sampai 150 m (85.58%). Lalu naik
stabil sampai kedalaman batas pengukuran 1500 meter dengan nilai kejernihan
85.68%. terdapat banyak anomali di berbagai kedalaman yang saking banyaknya
sulit untuk disebutkan.
3.3 Pengolahan Data Batimetri
Kegiatan selanjutanya pada PKL selain pengolahan data CTD ialah
pengeolahan data data batimetri. Data yang diberikan merupakan data yang
mempunyai ekstensi file .dat, dimana data tersebut memuat 3 juta data. Salah satu
software yang dapat membaca data sebanyak itu ialah Surfer. Selain membaca
data Surfer juga dapat memvisualisasikan data dalam bentuk 3 dimensi, grid, map
grid dan lain-lain.
Sebelum masuk ke pengolahan data batimetri, akan dijelaskan sedikit
tentang apa itu batimetri. Batimetri (dari bahasa Yunani: βαθυς, berarti
“kedalaman”, dan μετρον, berarti “ukuran”) adalah ilmu yang mempelajari
kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau.
Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau dataran dengan
garis-garis kontor (contour lines) yang disebut kontor kedalaman (depth contours
atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa informasi navigasi
permukaan.
Batimetri, merupakan salah satu peta topografi. Peta topografi merupakan
peta yang memperlihatkan posisi horisontal serta vertikal dari unsur alam dan
unsur buatan manusia dalam suatu bentuk tertentu, dengan memperhatikan sistem
proyeksi peta yang digunakan serta skala peta. Umumnya peta topografi dibuat
untuk keperluan perencanaan pembangunan, karena pada peta topografi disajikan
unsur-unsur permukaan bumi yang sesuai dengan kondisi pada saat pembuatan
petanya.
30
Peta Topografi disebut juga sebagai peta dasar, karena peta topografi
digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta-peta lainnya, baik untuk
pembuatan peta topografi dengan skala peta yang lebih kecil dari peta aslinya
(original map), atau juga untuk pembuatan peta-peta tematik.
Cara Penentuan batimetri ada dua cara, yaitu metode akustik dan satelit
altimetri. Metode akustik yaitu dengan menggunakan gelombang suara yang
dikeluarkan dari alat yang bernama echo-sounder yang biasa diletakkan dibawah
kapal survei. Metode dengan menggunakan satelit altimetri berdasarkan pada
radar yang terdapat pada satelit altimetri.
Data batimetri yang diambil untuk praktek pengolahan data ini adalah data
batimetri yang berasal dari daerah Sipora, Sumatera. Untuk melihat lebih jelas
dimana daerah tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar diambil
dari Google Earth.
Gambar 22. Lokasi Pengambilan Data Batimetri
31
3.3.1 Tutorial Pengolahan Data Peta Batimetri
Untuk mengolah data batimetri ini diperlukan langkah-langkah
pengerjaannya, berikut ini akan dipaparkan langkah-langkah pengolahan data
batimetri yang hasil akhirnya berupa visualisasi 3-dimensi data batimetri.
Langkah 1
Buka software Golden Software Surfer 9. Melalui Start>All Program>
Golden Sofware Surfer 9>Surfer 9. Sehingga dihasilkan tampilan sebagai berikut.
a. b.
c.
Gambar 23. Membuka Surfer 9
Langkah 2
Setelah software surfer 9 terbuka langkah selanjutnya adalah membuka
file yang ingin dibuat grafiknya. Maka klik open (a), lalu buka dimana disimpan
file tersebut, nama file ialah siporakp.dat (b). Maka setelah dibuka akan muncul
tampilan seperti pada gambar c, namun dikarenakan banyaknya data yang
dihimpun dari data tersebut maka hanya ditampilkan seperti yang terlihat pada
gambar saja. Untuk melihat lebih lengkap data ini dapat dilihat pada lampiran 3.
32
a b
c.
Gambar 24. Membuka file yang dibutuhkan
Langkah 3
Langkah selanjutnya adalah membuat grid dahulu dengan cara klik New,
lalu pilih Plot Document dan klik OK (Gambar 24a). Lalu Klik Menu Grid→Data,
pilih file siporakp.dat, seperti pada gambar 24b, kemudian di klik, lalu akan
loading. Setelah selesai akan terlihat seperti pada gambar 24c. Maka langsung klik
Ok saja tanpa mengubah parameter yang terdapat pada jendela grid data. Setelah
di klik ok akan loading dan setelah selesai maka surfer akan membuat file grid.
Untuk menampilkan hasil grid seperti pada gambar 24d, maka pilih
mapNewContour Map selanjutnya pilih dimana file gridnya disimpan.
33
a. b.
c. d.
Gambar 25. Membuat Grid
3.3.2 Visualisasi Data Batimetri 3-Dimensi
Untuk membuat visualisasi 3D seperti pada langkah berikut. Klik pada
window Plot, pilih mapnew3D Surface maka akan terbuka jendela seperti
gambar 25a, selanjutnya pilih file yang telah kita grid sebelumnya (siporakp.grd).
Maka setelah dipilih file gridnya maka akan langsung terbentuk 3D Surfacenya
seperti pada gambar 25b.
a b
Gambar 26. Membuat Visualisasi 3D
34
Jika ingin melihat dari segala sisi, diputar kanan-kiri, atas-bawah, maka
klik Map→Trackball. Atau jika ingin memodifikasi, klik kanan pada peta 3D
tersebut lalu pilih Properties. Seperti terlihat perubahan gambar dari gambar 25b
dengan gambar 26.
Gambar 27. Visualisasi Batimetri 3D
Warna biru menggambarkan daerah tersebut lebih tinggi atau daerah
permukaan laut dengan kedalaman antara 0 m – 700 m. Tingkat kecerahan dari
satu warna menunjukkan kedalaman, warna biru semakin tua maka kedalamannya
dangkal semakin pudar semakin dalam. Sedangkan warna coklat menggambarkan
bahwa daerah tersebut merupakan lereng benua dengan kedalaman antara 700 m –
1300 m, dan warna hijau menggambarkan dasar laut yang dalam atau juga
merupakan palung laut dengan kedalaman >1300 m. Warna hijau semakin tua
menggambarkan dasar laut itu semakin dalam.