Bab III Pembahasan

26
BAB III PEMBAHASAN 3.1. Banjir a. Pengertian Banjir Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh meningkatnya volume air di sungai atau danau sehingga air keluar dari bendungan atau batas alaminya. Banjir umumnya terjadi karena saluran air yang ada tidak mampu menampung limpahan air, pada daerah yang relatif datar dan dekat daerah aliran sungai (DAS). Gelombang banjir berjalan kearah hilir sistem sungai yang berinteraksi dengan kenaikan muka air dimuara akibat badai. b. Teori Terjadinya Banjir Banjir adalah air yang melimpas dari badan air seperti selokan, saluran, drainase, sungai, situ atau danau, dan menggenangi bantaran serta kawasan sekitarnya (Siswoko, 2002). Definisi lain menyebutkan bahwa banjir merupakan keadaan aliran air dan atau elevasi muka air dalam sungai atau kali atau kanal yang lebih besar atau

description

bahasan

Transcript of Bab III Pembahasan

Page 1: Bab III Pembahasan

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Banjir

a. Pengertian Banjir

Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan

merendam daratan. Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya

pasang laut. Banjir diakibatkan oleh meningkatnya volume air di sungai atau danau

sehingga air keluar dari bendungan atau batas alaminya. Banjir umumnya terjadi

karena saluran air yang ada tidak mampu menampung limpahan air, pada daerah yang

relatif datar dan dekat daerah aliran sungai (DAS). Gelombang banjir berjalan kearah

hilir sistem sungai yang berinteraksi dengan kenaikan muka air dimuara akibat badai.

b. Teori Terjadinya Banjir

Banjir adalah air yang melimpas dari badan air seperti selokan, saluran,

drainase, sungai, situ atau danau, dan menggenangi bantaran serta kawasan sekitarnya

(Siswoko, 2002). Definisi lain menyebutkan bahwa banjir merupakan keadaan aliran

air dan atau elevasi muka air dalam sungai atau kali atau kanal yang lebih besar atau

lebih tinggi dari normal. Banjir menimbulkan masalah dan menjadi bencana akibat

banjir dapat terjadi karena faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam yang dimaksud

adalah hujan dan pengaruh air pasang (rob), sedangkan faktor manusia adalah

pengaruh perilaku dan perlakuan masyarakat terhadap alam serta lingkungannya yang

antara lain mengakibatkan perubahan pada tata guna lahan. Perubahan penggunaan

lahan, dapat memberi dampak pada aliran permukaan (run-off).

Air hujan yang jatuh ke bumi, menurut Kodotie dan Sjarief (2006: 165-166),

akan mengalami dua hal : meresap ke dalam tanah; atau menjadi aliran permukaan di

atas tanah. Kecepatan aliran permukaan berkisar antara 0,1 m/s – 1 m/s, tergantung

pada kemiringan lahan aliran dan penutup lahan. Kecepatan air yang meresap ke

Page 2: Bab III Pembahasan

dalam tanah tergantung pada jenis tanah. Pada lahan dari jenis tanah lempung (clay),

kecepatan aliran atau resapan di dalam tanah sangat kecil. Pada tanah jenis pasir

kecepatan aliran atau resapan lebih besar dari tanah lempung. 

c. Penyebab Terjadinya Bencana Banjir

Apabila diklasifikasikan berdasarkan asalnya, penyebab banjir dapat dibagi

menjadi 2 macam, yaitu: banjir akibat tindakan manusia dan akibat kejadian alam.

Berikut ini beberapa penyebab banjir akibat tindakan manusia.

1) Perubahan tata guna lahan (land-use).

2) Pembuangan sampah

3) Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase

4) Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat.

5) Penurunan tanah dan rob

6) Tidak berfungsinya sistem drainase lahan

7) Bendung dan bangunan air

8) Kerusakan bangunan pengendai banjir

Kemudian yang termasuk sebab – sebab alami diantaranya adalah :

1) Erosi dan Sedimentasi

2) Curah Hujan

3) Pengaruh fisiografi/geofisik sungai

4) Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai

5) Pengaruh air pasang

6) Penurunan tanah dan rob

7) Drainase lahan

Banjir yang kerap melanda berbagai wilayah di Indonesia juga dapat

disebabkan karena sistem drainasi di wilayah tersebut yang buruk. Serta

perkembangan pemukiman yang tidak terkendali di daerah sekitar aliran sungan yang

menyebabkan meningkatnya volume sampah yang dibuang ke badan sungai.

Page 3: Bab III Pembahasan

Penyebab dari bencana banjir baik yang disebabkan alam dan ulah manusia

sebenarnya memperlihatkan bahwa kurangnya kesadaran manusia itu sendiri akan

pentingnya menjaga lingkungan.

3.2. Menanggulangi Banjir dengan Sistem Poldera. Pengertian Sistem Polder

Polder adalah sekumpulan dataran rendah yang membentuk kesatuan

hidrologis artifisial yang dikelilingi oleh tanggul. Pada daerah polder, air buangan (air

kotor dan air hujan) dikumpulkan di suatu badan air (sungai, situ) lalu dipompakan ke

badan air lain pada polder yang lebih tinggi posisinya, hingga pada akhirnya air

dipompakan ke sungai atau kanal yang langsung bermuara ke laut. Tanggul yang

mengelilingi polder bisa berupa pemadatan tanah dengan lapisan kedap air, dinding

batu, bisa juga berupa konstruksi beton dan perkerasan yang canggih.

Polder juga bisa diartikan sebagai tanah yang direklamasi. Sistem polder

banyak diterapkan pada reklamasi laut atau muara sungai, dan juga pada manajemen

air buangan (air kotor dan drainase hujan) di daerah yang lebih rendah dari muka air

laut dan sungai.

Gambar Skema Sistem Folder

Sistem polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan kelengkapan

bangunan sarana fisik, yang meliputi saluran drainase, kolam retensi, pompa air, yang

dikendalikan sebagai satu kesatuan pengelolaan. Dengan sistem polder, maka lokasi

Page 4: Bab III Pembahasan

rawan banjir akan dibatasi dengan jelas, sehingga elevasi muka air, debit dan volume

air yang harus dikeluarkan dari sistem dapat dikendalikan. Oleh karena itu, sistem

polder disebut juga sebagai sistem drainase yang terkendali.

Latar belakang dikembangkannya sistem Polder antara lain :

1) Pengembangan kota – kota pantai di Indonesia seperti Jakarta dan Semarang

seringkali lebih didasarkan pada kepentingan pertumbuhan ekonomi.

2) Pengembangan kawasan – kawasan ini menimbulkan banjir yang menunjukkan

ketidakseimbangan pembangunan.

3) Perlu upaya peningkatan atau pengembangan aspek teknologi dan manajemen,

untuk pengendalian banjir dan Rob di kota – kota pantai di Indonesia, untuk sistem

polder dikembangkan karena menggunakan paradigm baru, yaitu :

i. Berwawasan lingkungan (Environment Oriented).

ii. Pendekatan Kewilayahan (Regional Based).

iii. Pemberdayaan masyarakat pengguna.

Ada 5 tipe polder menurut asalnya, tujuannya, maupun bentuknya, diantaranya :

1) Polder diperoleh dengan cara reklamasi suatu daerah rawa, air payau, dan tanah-

tanah basah.

2) Polder yang dilindungi tanggul memanjang searah sungai.

3) Polder akibat pembendungan atau penanggulan pada muara sungai.

4) Polder akibat pengendapan sedimen pada muara.

5) Polder yang terbentuk dari proses land subsidence perlahan-lahan dari muka

tanah menjadi tanah rendah di bawah muka air laut rata-rata.

b. Sejarah Sistem Polder

Sistem polder ini telah direncanakan oleh Herman van Breen dan tim (dengan

banjir kanal barat dan timur) ketika merancang kota sebagai respon terhadap banjir

besar yang melanda Batavia tahun 1918. Namun sayangnya rencana yang bagus ini

Page 5: Bab III Pembahasan

belum bisa terealisasi sepenuhnya hingga saat ini. Di Jakarta sendiri sistem polder ini

sebenarnya sudah diterapkan di kawasan perumahan elit di tepi laut Jakarta Utara.

Polder identik dengan negeri kincir angin Belanda yang seperempat

wilayahnya berada di bawah muka laut dan memiliki lebih dari 3000 polder. Sebelum

ditemukannya mesin pompa, kincir angin digunakan untuk menaikkan air dari suatu

polder ke polder lain yang lebih tinggi. Bicara tentang banjir kita perlu banyak belajar

dari negara ini yang sudah kenyang bergulat memerangi banjir sejak abad ke-17

karena morfologi alamnya sebagian besar yang berupa rawa dan dataran rendah.

Di negara ini, ancaman banjir datang secara rutin dari laut melalui gelombang

pasang dan ganasnya badai Laut Utara, ataupun dari luapan sungai Ijssel, Maar, dan

Rijn akibat mencairnya es di hilir sungai pada akhir musim dingin. Sistem polder

dipakai untuk mengeluarkan air dari dataran rendah dan juga menangkal banjir di

wilayah delta dan daerah aliran sungai. Di negara ini, rencana penanganan banjir

ditetapkan pada level nasional, provinsi, dan kotapraja. Terdapat Badan Manajemen

Air yang sejajar dengan pemerintahan lokal dan berperan khusus dalam perencanaan,

manajemen aktivitas yang berkait dengan air, juga upaya mitigasi bencana banjir.

Upaya penanganan banjir juga melibatkan masalah penyediaan perumahan, tempat

kerja, suplai air minum, pertanian, lingkungan ekologis, galian mineral, bahkan

pariwisata dan rekreasi. Sungai Rijn (Rheine) yang menyebabkan banjir adalah

lintasan jalur wisata perahu pesiar yang bermula di Swis, melewati Jerman, dan

berakhir di Belanda.

Berkaitan dengan aspek ruang, bermacam kemungkinan terjadinya banjir

(ketinggian, daerah tergenang) dari beragam periode ulang (return period) dikaji untuk

menentukan sistem pengaliran air dan batas polder. Ada beberapa daerah di sekitar

badan sungai yang memang disiapkan untuk digenangi ketika banjir besar (periode

yang lebih lama) melanda. Daerah ini biasanya dimanfaatkan untuk fungsi pertanian

atau daerah hijau. Ketentuan sempadan sungai dan tanggul juga diterapkan untuk

menjamin tidak ada bangunan pada daerah tersebut. Kontrol pada pemanfaatan lahan

agar sesuai dengan peruntukannya amatlah ketat, dimulai dari kelayakan pada saat

perijinan, pengawasan rutin, hingga penggunaan foto udara kawasan. Selain ditunjang

Page 6: Bab III Pembahasan

sumberdaya manusia, teknologi, dan finansial, upaya penegakan hukum dan peraturan

merupakan salah satu kunci keberhasilan penanggulangan banjir di negara ini.

Untuk menerapkan sistem polder di Semarang, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan.

1) Pemanfaatan lahan di sekitar tanggul harus dikontrol seketat mungkin, paling tidak

sepanjang bantaran sungai dan tanggul kanal harus bebas dari bangunan dan

permukiman liar. Daerah ini memiliki resiko tertinggi bila terjadi banjir. Alternatif

pemanfaatannya bisa berupa taman ataupun jalan. Berkait dengan tata ruang secara

umum, penegakan ketentuan tata ruang seperti guna lahan (land use) dan koefisien

dasar bangunan (KDB) juga harus benar-benar dilaksanakan, tidak sekadar

menjadi proyek untuk menghabiskan anggaran pemerintah.

2) Ketika semua air buangan dialirkan ke laut, ancaman banjir dari laut juga perlu

diperhatikan. Bukan tidak mungkin gelombang pasang akan membanjiri kota

melalui kanal banjir yang ada. Mungkin saja diperlukan pintu atau gerbang kanal

yang bisa dibuka-tutup sewaktu-waktu.

3) Sistem polder amatlah bergantung pada lancarnya saluran air, kanal, sungai, serta

kinerja mesin-mesin yang memompa air keluar dari daerah polder. Aspek

perawatan (sumber daya manusia dan peralatan) perlu mendapat perhatian dalam

bentuk program kerja dan anggaran. Yang terjadi selama ini kita lebih pandai

mengadakan sarana dan prasarana publik ketimbang merawatnya.

4) Resapan air hujan perlu lebih dimaksimalkan melalui daerah resapan mikro seperti

taman, kolam, perkerasan yang permeabel, dan sumur resapan. Prinsipnya adalah

mengurangi buangan air hujan ke sungai dan memperbanyak resapannya ke dalam

tanah. Disini, peran arsitek, kontraktor, dan pemilik properti amatlah penting untuk

mengalokasikan sebagian lahannya untuk fungsi resapan seperti taman rumput

(bertanah) dan sumur resapan. Daerah resapan yang tidak terlalu luas namun jika

banyak jumlahnya dan tersebar di seluruh penjuru kota tentu akan memberikan

kontribusi yang signifikan untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah. Sistem

polder merupakan upaya struktural penanggulangan banjir yang konsekuensinya

jelas adalah biaya yang amatlah besar dan waktu yang lama, baik untuk

Page 7: Bab III Pembahasan

pembebasan tanah, pembangunan fisik, maupun untuk pengadaan dan perawatan

mesin-mesin dan peralatan. Selain itu, yang tak kalah pentingnya adalah upaya

non-struktural yang berkaitan dengan pendidikan publik. Upaya membangun

kesadaran seperti tidak membuang sampah di saluran air, memperbanyak

penanaman pohon, menggunakan perkerasan grass-block dan paving-block yang

permeabel, atau bahkan bagaimana bersikap ketika banjir datang akan jauh lebih

berguna untuk mencegah banjir dan meminimalisir kerugian akibat banjir yang

bisa datang setiap tahun.

c. Konsep

1) Konsep Sistem Polder

a) Tanggul

Tanggul merupakan suatu batas yang mengelilingi suatu badan air atau

daerah/wilayah tertentu dengan elevasi yang lebih tinggi daripada elevasi di

sekitar kawasan tersebut, yang bertujuan untuk melindungi kawasan tersebut

dari limpasan air yang berasal dari luar kawasan. Dalam bidang perairan, laut

dan badan air merupakan daerah yang memerlukan tanggul sebagai pelindung

di sekitarnya. Jenis – jenis tanggul, antara lain : tanggul alamiah, tanggul

timbunan, tanggul beton dan tanggul infrastruktur.

Tanggul alamiah yaitu tanggul yang sudah terbentuk secara alamiah

dari bentukan tanah dengan sendirinya. Contohnya bantaran sungai di

pinggiran sungai secara memanjang. Tanggul timbunan adalah tanggul yang

sengaja dibuat dengan menimbun tanah atau material lainnya, di pinggiran

wilayah. Contohnya tanggul timbunan batuan di sepanjang pinggiran laut.

Tanggul beton merupakan tanggul yang sengaja dibangun dari campuran

perkerasan beton agar berdiri dengan kokoh dan kuat. Contohnya tanggul

bendung, dinding penahan tanah ( DPT ).

Tanggul infrastruktur merupakan sebuah struktur yang didesain dan

dibangun secara kuat dalam periode waktu yang lama dengan perbaikan dan

Page 8: Bab III Pembahasan

pemeliharaan secara terus menerus, sehingga seringkali dapat difungsikan

sebagai sebuah tanggul, misal jalan raya.

b) Kolam Retensi

Kolam retensi merupakan suatu cekungan atau kolam yang dapat

menampung atau meresapkan air didalamnya, tergantung dari jenis bahan

pelapis dinding dan dasar kolam. Kolam retensi dapat dibagi menjadi 2 macam,

yaitu kolam alami dan kolam non alami.

i. Kolam alami yaitu kolam retensi yang berupa cekungan atau lahan resapan

yang sudah terdapat secara alami dan dapat dimanfaatkan baik pada kondisi

aslinya atau dilakukan penyesuaian. Pada umumnya perencanaan kolam

jenis ini memadukan fungsi sebagai kolam penyimpanan air dan

penggunaan oleh masyarakat dan kondisi lingkungan sekitarnya. Kolam

jenis alami ini selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan, juga dapat

meresapkan pada lahan atau kolam yang pervious, misalnya lapangan

sepak bola ( yang tertutup oleh rumput ), danau alami, seperti yang terdapat

di taman rekreasi dan kolam rawa.

ii. Kolam non alami yaitu kolam retensi yang dibuat sengaja didesain dengan

bentuk dan kapasitas tertentu pada lokasi yang telah direncanakan

sebelumnya dengan lapisan bahan material yang kaku, seperti beton. Pada

kolam jenis ini air yang masuk ke dalam inlet harus dapat menampung air

sesuai dengan kapasitas yang telah direncanakan sehingga dapat

mengurangi debit banjir puncak (peak flow) pada saat over flow, sehingga

kolam berfungsi sebagai tempat mengurangi debit banjir dikarenakan

adanya penambahan waktu kosentrasi air untuk mengalir dipermukaan.

2) Konsep Pengeringan Polder

a) sistem Pompa

Di dalam stasiun pompa terdapat pompa yang digunakan untuk

mengeluarkan air yang sudah terkumpul dalam kolam retensi atau junction

Page 9: Bab III Pembahasan

jaringan drainase ke luar cakupan area. Prinsip dasar kerja pompa adalah

menghisap air dengan menggunakan sumber tenaga, baik itu listrik atau

diesel/solar. Air dapat dibuang langsung ke laut atau sungai/banjir kanal yang

bagian hilirnya akan bermuara di laut. Biasanya pompa digunakan pada suatu

daerah dengan dataran rendah atau keadaan topografi atau kontur yang cukup

datar, sehingga saluran-saluran yang ada tidak mampu mengalir secara

gravitasi. Jumlah dan kapasitas pompa yang disediakan di dalam stasiun pompa

harus disesuaikan dengan volume layanan air yang harus dikeluarkan. Pompa

yang menggunakan tenaga listrik, disebut dengan pompa jenis sentrifugal,

sedangkan pompa yang menggunakan tenaga diesel dengan bahan bakar solar

adalah pompa submersible.

Perencanaan pompa harus diperhatikan mengenai tinggi tekan pompa

dan pengaruh kehilangan tenaga yang akan mempengaruhi daya pompa yang

dibutuhkan. Secara mendasar formula yang digunakan adalah sebagai berikut :

Selain itu perencanaan kolam retensi memiliki keterikatan dengan

pompa yang akan digunakan semakin besar volume tampungan yang tersedia,

semakin kecil kapasitas pompa yang dibutuhkan dan sebaliknya.

Page 10: Bab III Pembahasan

Gambar Perpompaan Pada Polder

b) Pompa

Pompa Drainase Perkotaan ( Stormwater Pumping ) adalah pompa air

yang umum dipakai untuk membantu mengalirkan aliran dari satu bidang ke

bidang lainnya yang lebih tinggi. Jenis Pompa yang ada dan biasa

dipergunakan adalah sebagai berikut :

1) Poros Tegak ( Vertikal propeiier and mixed flow)

2) Pompa dalam air ( Submersible vertical dan horizontal )

3) Centrifugal (horizontal non –clog )

4) Skrup (screw)

5) Volute or Angle flow ( Vertical)

Secara umum pompa-pompa tersebut adalah pompa yang menggunakan

tenaga listrik tetapi ada juga yang menggunakan diesel. 

Pengoperasian pompa pada system folder lebih ditentukan oleh kondisi

Muka Air di waduk/long storage /kolam yang disebabkan oleh hujan atau

buangan domestik.

Page 11: Bab III Pembahasan

Gambar Kondisi Muka Air dan Arah Aliran Air

Pompa yang alirannya dibuang ke Laut akan sedikit berbeda dengan

yang dibuang di Kanal. Pompa yang membuang kelaut tidak terlalu

terpengaruh oleh pasang surutnya air laut., tetapi yang membuang ke kanal

umumnya perbedaan tinggi tanggul kanal dapat menjadi kendala.

Beberapa kondisi keduanya adalah sebagai berikut :

1) Pemompaan dari polder ke laut Kondisi muka air di waduk sbb:

i. Muka Air Rendah (normal) pada kondisi tidak hujan, pompa

diistirahatkan untuk dilakukan pengecekan ringan, pemberian pelumas,

pengecekan kelancaran arus listrik dari sumber dan panel.

ii. Muka Air naik karena buangan air domestik masuk biasanya waktu

pagi dan sore hari. Pompa dioperasikan sampai muka air di waduk

kembali normal.

iii. Terjadi hujan ringan pompa dioperasikan jika tinggi muka air terjadi

kenaikan.

iv. Terjadi hujan lebat diarea folder otomatis tinggi muka air akan naik

maka poma harus dioperasikan secara maksimal untuk mengembalikan

kondisi tinggi muka air menjadi normal kembali.

v. Untuk menjaga agar supaya pompa tidak memompa sampai kering dan

akan merusak baling – baling (propeller) rusak maka harus ditentukan

Page 12: Bab III Pembahasan

batas tinggi muka air terendah. Tinggi muka air terendah ini berada

beberapa centimeter diatas mulut bawah pompa.

vi. Tinggi muka air normal berada pada level tinggi muka air tanah.

Sekalipun waduk dibuat dalam maka setelah dipompa muka air akan

kembali ke level normal lagi. Volume waduk yang operasional untuk

musim kemarau dimulai dari muka air normal sampai muka air

maksimal. Untuk musim hujan volume waduk operasioanal mulai

darimuka air terendah mulut pompa sebab volume tampungan

dibutuhkan lenbih besar sesuai bsarnya debit yang masuk lewat inlet.

2) Pemompaan ke kanal Pemompaan ke badan air berupa kanal atau sungai

prosedurnya sama denagan ke laut. Hanya saja terkadang untuk

meletakkan pompa terkendala oleh adanya tanggul. Apalagi kalau

diameter pompanya besar dapat mengganggu lalu lintas diatasnya jika

pompa harus diletakkan diatas tanggul. 

c) Pemeliharaan Pompa

Gedung instalasi sekalipun dibangun dengan konstruksi beton bertulang

tetap harus dipelihara agar jangan terkesan angker dan kumuh untuk itu secara

rutin petugas harus menjaga kebersihan lingkungan Instalasi.

Secara berkala gedung harus dicat agar dari segi estatika indah nyaman

untuk dijadikan sarana rekreasi bila perlu.

Sewaktu Pompa tidak dioperasikan periksa kelengkapan saringan

sampah dibagian depan pompa. Terutama dari sampah- sampah plastik yang

dapat merusak poros dan propeller pompa.

Untuk waduk yang ditumbuhi oleh gulma seperti eceng gondok., bila

perlu ajak pihak swasta untuk memanfaatkan eceng gondok menjadi komoditi

yang berguna seperti pembuatan tas, tikat serta mungkin dapat diolah menjadi

gas bio.

Page 13: Bab III Pembahasan

Periksa secara rutin panel operasi jangan sampai ada kabel yang putus

karena termakan usia arau oleh binatang pengerat seperti tikus dll.

Perhatikan engsel-engsel pintu instalasi agar jangan sampai kering .

Sebab semua petugas operasional pompa harus tetap siaga menjaga

kemungkinan terjadi banjir dadakan 

Sistem polder (non gravitasi) adalah suatu sistem dimana kawasan

tersebut diisolasi terhadap pengaruh muka air banjir/muka air laut pasang yang

ada di luar kawasan reklamasi dan juga elevasi muka air banjir yang terjadi

akibat hujan lokal yang turun di dalam kawasan tersebut dapat dikendalikan.

Komponen drainase sistem polder terdiri dari :

i. Tanggul berfungsi untuk mengisolasi kawasan tersebut terhadap

limpasan/bocoran dari luar sistem, seperti banjir dan air laut pasang.

ii. Pintu air berfungsi untuk menahan air banjir/air laut pasang dari luar sistem

agar tidak masuk ke kolam retensi/saluran dan untuk menyalurkan debit

banjir keluar sistem pada saat terjadi kerusakan pompa dan muka air di luar

sistem lebih rendah dari muka air di dalam system.

iii. Pompa air berfungsi untuk menyalurkan debit banjir ke luar sistem pada

saat terjadi hujan.

iv. Kolam retensi berfungsi untuk menampung debit banjir pada saat terjadi

hujan.

v. Jaringan saluran drainase berfungsi untuk menyalurkan debit banjir dari

seluruh sistem ke kolam retensi/stasiun pompa.

Contoh polder:

i. Tanah yang direklamasi dari badan air misalnya danau yang dikeringkan

dan dijadikan kawasan tertentu.

ii. Dataran banjir yang dipisahkan dari laut atau sungai menggunakan

tanggul, rawa yang dikelilingi air yang kemudian dikeringkan.

Page 14: Bab III Pembahasan

Tanah dasar berupa rawa yang dikeringkan akan surut seiring

berjalannya waktu, namun seluruh polder akan dengan cepat berada dibawah

muka air di sekitarnya bila terjadi kenaikan muka air, misalnya ketika pasang

atau banjir. Air di sekitar polder akan mulai meresap perlahan ke bawah

tanggul dan keluar ke permukaan di dalam lingkungan polder melalui aliran air

tanah untuk menyeimbangkan air tekanan air, sehingga lama2 polder akan

tergenang. Ini berarti polder mengalami kelebihan air yang harus dipompa

keluar atau dikeringkan dengan membuka pintu air pada saat muka air laut

surut. Namun, pengaturan muka air dalam tanah tidak boleh terlalu rendah.

Tanah polder yang terdiri dari peat / tanah turf(bekas rawa) akan

memperlihatkan percepatan pemampatan akibat dekoposisi tanah turf pada saat

kondisi kering.

d) Manfaat Sistem Polder

Polder senantiasa berada pada bahaya banjir, dan tanggul yang

mengelilinginya harus dijaga. Tanggul-tanggul tersebut biasanya dibangun

dengan material yang tersedia di daerah tersebut. Tanggul dari pasir rawan

runtuh akibat oversaturation (tanah terlampau jenuh air), sementara

tanah peat kering malah lebih ringan daripada air sehingga berpotensi tidak

stabil pada musim kering. Beberapa jenis binatang dapat menggali dan

membuat terowongan dan sarang pada struktur tanggul. Polder seringkali

diketemukan di delta sungai dan daerah tepi pantai, walaupun tidak selalu ada.

Sistem ini dipakai untuk daerah-daerah rendah dan daerah yang berupa

cekungan, ketika air tidak dapat mengalir secara gravitasi. Agar daerah ini

tidak tergenang, maka dibuat saluran yang mengelilingi cekungan. Air yang

tertangkap dalam daerah cekungan itu sendiri ditampung di dalam suatu

waduk, dan selanjutnya dipompa ke kolam tampungan.

Polder adalah suatu kawasan yang didesain sedemikian rupa dan

dibatasi dengan tanggul sehingga limpasan air yang berasal dari luar kawasan

tidak dapat masuk. Dengan demikian hanya aliran permukaan atau kelebihan

Page 15: Bab III Pembahasan

air yang berasal dari kawasan itu sendiri yang akan dikelola oleh sistem polder.

Di dalam polder tidak ada aliran permukaan bebas seperti pada daerah

tangkapan air alamiah, akan tetapi dilengkapi dengan bangunan pengendali

pada pembuangannya dengan penguras atau pompa yang berfungsi

mengendalikan kelebihan air. Muka air di dalam sistem polder tidak

bergantung pada permukaan air di daerah sekitarnya karena polder

mempergunakan tanggul dalam operasionalnya sehingga air dari luar kawasan

tidak dapat masuk ke dalam sistem polder.

Fungsi utama polder adalah sebagai pengendali muka air di dalam

sistem polder tersebut. Untuk kepentingan permukiman, muka air di dalam

Sistem dikendalikan supaya tidak terjadi banjir/genangan. Air di dalam sistem

dikendalikan sedemikian rupa sehingga jika terdapat kelebihan air yang dapat

menyebabkan banjir, maka kelebihan air itu dipompa keluar sistem polder.

Polder merupakan salah satu Sistem Tata Saluran Pembuang di Rawa yang

disebut Sistem Tertutup.

Gambar Desain Polder

Page 16: Bab III Pembahasan

Kondisi hidrologi dan tata air dalam sistem ini dapat dikontrol sepenuhnya oleh

manusia. Biasanya sistem ini berupa sistem yang dilengkapi bangunan pengendali muka

air, misalnya pintu klep otomatis, biasanya sistem pembuangannya menggunakan pompa.

Kelengkapan sarana fisik pada sistem polder antara lain : saluran air atau kanal

atau  tampungan memanjang dan waduk, tanggul, serta pompa. Saluran air atau

tampungan memanjang dan waduk dibangun sebagai sarana untuk mengatur penyaluran

air ketika elevasi air di titik pembuangan lebih tinggi dari elevasi saluran di dalam

kawasan. Yang kedua ialah tanggul yang dibuat di sekeliling kawasan yang berguna

untuk mencegah masuknya air kedalam kawasan, baik yang berasal dari luapan sungai,

limpasan permukaan atau akibat naiknya muka air laut. Sebaliknya dengan adanya

tanggul, air yang ada di dalam kawasan tidak dapat keluar. Tanggul dibuat dengan ukuran

yang lebar, besar, dan tinggi serta dapat difungsikan sebagai jalan. Yang ketiga ialah

pompa air yang berfungsi sebagai pengering air pada badan air, dan bekerja secara

otomatis apabila volume atau elevasi air melebihi nilai perencanaan.

Gambar Cara Kerja Sistem Polder

(Sumber:http://kompetiblog2011.studidibelanda.com/news/2011/05/1/656/

holland_is_the_best_technology_in_water_management.html)

d. Keunggulan Sistem Polder

Sistem Polder mampu mengendalikan banjir dan genangan akibat aliran dari

hulu, hujan setempat naiknya muka air laut (ROB). Selain dapat mengendalikan air,

sistem polder juga dapat digunakan sebagai obyek wisata atau rekreasi, lahan

pertanian, perikanan, dan lingkungan industri serta perkantoran.

Page 17: Bab III Pembahasan

e. Kelemahan Sistem Polder

Sistem kerja pada polder sangat bergantung pada pompa. Jika pompa mati,

maka kawasan akan tergenang. Sehingga diperlukan adanya pengawasan pada pompa.

Selain itu, biaya operasi dan pemeliharaannya relatif mahal.

Problema penanganan banjir di lapangan untuk kota – kota di Indonesia cukup

rumit karena ruang terbuka untuk resapan air semakin langka. Kondisi tersebut

merupakan akibat dari Tata Ruang Wilayah dan Kawasan tidak dikelola secara

memadai dan alih fungsi lahan menjadi permukiman penduduk semakin tidak

terkendali. Sehingga pemerintah perlu mengoptimalkan sistem polder dengan

memasang tanggul pengaman untuk kawasan rendah dan mengembangkan drainase di

perkotaan yang masih memiliki gravitasi, guna mengurangi kawasan banjir akibat

genangan. Dalam mengembangkan sistem polder perkotaan harus dilakukan secara

terintegrasi antara rencana tata ruang dan tata air utamanya pada kota-kota pantai yang

memiliki cekungan.

Setiap tetes air buangan yang jatuh pada kawasan polder harus didrainase

dengan bantuan pompa, dan untuk itu perlu disosialisasikan konsep pengendalian

pengembangan sistem polder berkelanjutan sebagai langkah antisipasi terhadap

perubahan akibat pembangunan yang sangat mempengaruhi dan berdampak pada

lingkungan.