BAB III N E R A C A - kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Kas di Bendahara Pengeluaran...

39
BAB III NERACA Modul Sistem Akuntansi Instansi 16 BAB III N E R A C A Neraca adalah salah satu komponen laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan pada tanggal tertentu. Yang dimaksud dengan posisi keuangan adalah posisi aset, kewajiban dan ekuitas dana. Aset adalah sumber daya yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan/atau sosial yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah dan dapat diukur dalam satuan uang. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Neraca mencerminkan persamaan dasar akuntansi yaitu: Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana Ekuitas pemerintah disebut ekuitas dana. Ekuitas dana pemerintah merupakan selisih aset dengan kewajiban, sehingga persamaan akuntansinya menjadi: Aset Kewajiban = Ekuitas Dana Akun-akun neraca dikembangkan secara berpasangan. Akun-akun aset dan kewajiban berpasangan dengan akun-akun yang ada dalam ekuitas dana. Contohnya Piutang berpasangan dengan Cadangan Piutang, Aset Tetap berpasangan dengan Diinvestasikan Dalam Aset Tetap.

Transcript of BAB III N E R A C A - kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Kas di Bendahara Pengeluaran...

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 16

BAB III

N E R A C A

Neraca adalah salah satu komponen laporan keuangan yang menggambarkan posisi

keuangan suatu entitas pelaporan pada tanggal tertentu. Yang dimaksud dengan posisi

keuangan adalah posisi aset, kewajiban dan ekuitas dana.

Aset adalah sumber daya yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan/atau sosial yang

dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah dan dapat diukur dalam satuan uang.

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya

mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.

Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan

kewajiban pemerintah.

Neraca mencerminkan persamaan dasar akuntansi yaitu:

Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana

Ekuitas pemerintah disebut ekuitas dana. Ekuitas dana pemerintah merupakan selisih aset

dengan kewajiban, sehingga persamaan akuntansinya menjadi:

Aset – Kewajiban = Ekuitas Dana

Akun-akun neraca dikembangkan secara berpasangan. Akun-akun aset dan kewajiban

berpasangan dengan akun-akun yang ada dalam ekuitas dana. Contohnya Piutang

berpasangan dengan Cadangan Piutang, Aset Tetap berpasangan dengan Diinvestasikan

Dalam Aset Tetap.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 17

A. Struktur Neraca.

Struktur Neraca terdiri dari pos-pos aset, kewajiban dan ekuitas dana. Aset

diklasifikasikan menjadi aset lancar dan aset nonlancar. Aset lancar terdiri dari kas

atau aset lainnya yang dapat diuangkan atau dapat dipakai habis dalam waktu 12 bulan

mendatang. Aset nonlancar terdiri dari investasi jangka panjang, aset tetap dan aset

lainnya.

Kewajiban dikelompokkan ke dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka

panjang. Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam

waktu kurang dari atau sama dengan 12 bulan setelah tanggal pelaporan, sedangkan

kewajiban jangka panjang akan jatuh tempo dalan jangka waktu lebih dari 12 bulan.

Sedangkan ekuitas dana diklasifikasikan menjadi ekuitas dana lancar dan ekuitas dana

investasi.

NERACA

TINGKAT KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PER 31 DESEMBER 20XX

ASET

ASET LANCAR

Kas di Bendahara Pengeluaran

Kas di Bendahara Penerimaan

Kas di BLU

Piutang

Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran

Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi

Piutang Lainnya

Persediaan

Uang Muka Belanja

Belanja yang Dibayar Dimuka

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 18

INVESTASI JANGKA PANJANG

Investasi Nonpermanen

Dana Bergulir

ASET TETAP

Tanah

Peralatan dan Mesin

Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Aset Tetap Lainnya

Konstruksi Dalam Pengerjaan

ASET LAINNYA

Tagihan Penjualan Angsuran

Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

Kemitraan Dengan Pihak Ketiga

Aset Tak Berwujud

Aset Lain-lain

KEWAJIBAN

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

Uang Muka dari Rekening Khusus

Uang Muka dari BUN

Uang Muka dari KPPN

Pendapatan yang Ditangguhkan

Belanja yang Masih Harus Dibayar

EKUITAS DANA

EKUITAS DANA LANCAR

Cadangan Piutang

Cadangan Persediaan

Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek

Saldo Dana Lancar

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 19

EKUITAS DANA INVESTASI

Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang

Diinvestasikan Dalam Aset Tetap

Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya

B. Aset Lancar

Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah

sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau

sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun

masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang.

Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar apabila:

diharapkan segera dapat direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual

dalam waktu dua belas bulan sejak tanggal pelaporan, atau

berupa kas atau setara kas

1. Kas di Bendahara Pengeluaran

Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang dikuasai, dikelola, dan di

bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa Uang

Persediaan (UP) yang belum dipertanggungjawabkan atau disetorkan kembali

ke Kas Negara per tanggal neraca. Kas di Bendahara Pengeluaran mencakup

seluruh saldo rekening bendahara pengeluaran, uang logam, uang kertas dan

lain-lain kas termasuk bukti pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan

yang sumbernya berasal dari dana kas kecil UP yang belum disetor kembali ke

Kas Negara per tanggal neraca. Apabila terdapat bukti-bukti pengeluaran yang

belum dipertanggungjawabkan, maka hal ini harus diungkapkan dalam Catatan

atas Laporan Keuangan. Kas di Bendahara Pengeluaran disajikan sebesar nilai

rupiahnya. Apabila terdapat kas dalam valuta asing dikonversi menjadi rupiah

menggunakan kurs tengah bank sentral/Bank Indonesia pada tanggal neraca.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 20

Jurnal untuk mencatat Kas di Bendahara Pengeluaran adalah sebagai berikut:

Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

Uang Muka dari Kas Umum Negara xxx

2. Kas di Bendahara Penerimaan

Kas di Bendahara Penerimaan mencakup seluruh kas, baik itu saldo rekening di

bank maupun saldo uang tunai, yang berada di bawah tanggung jawab

bendahara penerimaan yang sumbernya berasal dari pelaksanaan tugas

pemerintahan (Penerimaan Negara Bukan Pajak). Saldo kas ini mencerminkan

saldo yang berasal dari pungutan yang sudah diterima oleh bendahara

penerimaan selaku wajib pungut yang belum disetorkan ke kas negara. Akun

Kas di Bendahara Penerimaan yang disajikan dalam neraca harus mencerminkan

kas yang benar-benar ada pada tanggal neraca. Kas di Bendahara Penerimaan

disajikan sebesar nilai rupiahnya. Apabila terdapat kas dalam valuta asing

dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral/Bank

Indonesia pada tanggal neraca.

Saldo Kas di Bendahara Penerimaan diperoleh dari Laporan Keadaan Kas (LKK)

bendahara penerimaan yang dilampiri bukti penerimaan kas dari wajib pungut.

Menurut peraturan perundangan yang berlaku, pada akhir tahun tidak boleh

ada kas di bendahara penerimaan, tetapi apabila memang ada harus dilaporkan

dalam neraca.

Jurnal untuk mencatat Kas di Bendahara Penerimaan adalah sebagai berikut:

Kas di Bendahara Penerimaan xxx

Pendapatan yang Ditangguhkan xxx

3. Kas di BLU

Kas di BLU merupakan saldo kas yang berada pada BLU yang dipergunakan

untuk mebiayai kegiatan operasional BLU. Perkiraan Kas di BLU dihasilkan dari

selisih pendapatan BLU yang diterima secara tunai dengan belanja BLU yang

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 21

dibayarkan secara tunai. BLU dapat melakukan belanja-belanja dari Pendapatan

yang diterima atas hasil penjualan barang atau penyerahan jasa kepada

masyarakat tanpa harus terlebih dahulu disetor ke kas negara.

4. Piutang

Piutang adalah hak pemerintah untuk menerima pembayaran dari entitas lain

termasuk wajib pajak/bayar. Piutang dikelompokkan menjadi Bagian Lancar

Tagihan Penjualan Angsuran, Bagian Lancar Tuntutan

Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi, Piutang Pajak, Piutang Penerimaan

Negara Bukan Pajak, Piutang Bukan Pajak Lainnya, dan Piutang Lainnya.

5. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran

Pemerintah seringkali melakukan penjualan aset tetap yang tidak dipisahkan

pengelolaannya, misalnya lelang kendaraan roda empat atau penjualan angsuran

rumah dinas. Biasanya penjualan dilakukan kepada pegawai dengan cara

mengangsur. Penjualan aset yang tidak dipisahkan pengelolaannya dan biasanya

diangsur lebih dari dua belas bulan disebut sebagai Tagihan Penjualan

Angsuran. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran merupakan reklasifikasi

tagihan penjualan angsuran jangka panjang ke dalam piutang jangka pendek.

Reklasifikasi ini dilakukan karena adanya tagihan angsuran jangka panjang yang

jatuh tempo pada satu tahun berikutnya sesudah tanggal neraca. Reklasifikasi

ini mengurangi akun Tagihan Penjualan Angsuran. Seluruh tagihan penjualan

angsuran yang jatuh tempo dalam kurun waktu satu tahun atau kurang diakui

sebagai Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran. Bagian Lancar Tagihan

Penjualan Angsuran dicatat sebesar nilai nominal yaitu sejumlah tagihan

penjualan angsuran yang harus diterima dalam waktu satu tahun.

Untuk mendapatkan saldo Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, perlu

dihitung berapa bagian dari Tagihan Penjualan Angsuran yang akan jatuh tempo

dalam tahun depan.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 22

Jurnal untuk mencatat Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran adalah

sebagai berikut:

Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx

Cadangan Piutang xxx

6. Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pihak lain yang karena

perbuatannya melanggar hukum atau lalai yang mengakibatkan kerugian

keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut. Kewajiban untuk

mengganti kerugian yang dikenakan kepada bendahara dikenal dengan istilah

Tuntutan Perbendaharaan (TP), dan kewajiban untuk mengganti kerugian yang

dikenakan kepada non bendahara dikenal dengan istilah Tuntutan Ganti Rugi

(TGR). Biasanya TP/TGR ini diselesaikan pembayarannya selambat-lambatnya

dua puluh empat bulan (dua tahun) sehingga di neraca termasuk dalam ASET

LAINNYA.

Bagian Lancar TP/TGR merupakan reklasifikasi aset yang berupa TP/TGR ke

dalam aset lancar disebabkan adanya TP/TGR jangka panjang yang jatuh tempo

tahun berikutnya. Reklasifikasi ini dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan

neraca karena penerimaan kembali TP/TGR akan mengurangi akun Tuntutan

Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi bukan Akun Bagian Lancar Tuntutan

Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi. Bagian lancar Tuntutan

Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi dicatat sebesar nilai nominal yaitu

sejumlah rupiah Tuntutan Ganti Rugi yang akan diterima dalam waktu satu

tahun.

Jurnal untuk mencatat saldo Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/

Tuntutan Ganti Rugi adalah sebagai berikut:

Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi xxx

Cadangan Piutang xxx

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 23

7. Piutang Pajak

Basis kas menuju akrual menghendaki adanya pengakuan akun-akun akrual

antara lain utang dan piutang. Oleh karena itu, Surat Ketetapan Pajak (SKP)

yang sampai pada tanggal neraca belum dibayar oleh wajib pajak harus

dilaporkan sebagai Piutang Pajak dalam neraca.

Piutang Pajak dicatat sebesar nilai nominal seluruh SKP yang belum dibayar

oleh wajib pajak pada tanggal neraca.

Jurnal untuk mencatat saldo Piutang Pajak adalah sebagai berikut:

Piutang Pajak xxx

Cadangan Piutang xxx

Jenis-jenis piutang pajak dan bea dan cukai antara lain :

Kode

Perk. Uraian

113111 Piutang PPh Minyak Bumi

113112 Piutang PPh Gas Alam

113119 Piutang PPh Migas Lainnya

113121 Piutang PPh Pasal 21

113122 Piutang PPh Pasal 22

113123 Piutang PPh Pasal 22 Impor

113124 Piutang PPh Pasal 23

113125 Piutang PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi

113126 Piutang PPh Pasal 25/29 Badan

113127 Piutang PPh Pasal 26

113128 Piutang PPh Final dan Fiskal Luar Negeri

113129 Piutang PPh Fiskal Luar Negeri

113131 Piutang PPN Dalam Negeri

113132 Piutang PPN Impor

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 24

Kode

Perk. Uraian

113139 Piutang PPN Lainnya

113141 Piutang PPnBM dalam Negeri

113142 Piutang PPnBM Impor

113149 Piutang PPnBM Lainnya

113151 Piutang PBB Pedesaan

113152 Piutang PBB Perkotaan

113153 Piutang PBB Perkebunan

113154 Piutang PBB Kehutanan

113155 Piutang PBB Pertambangan

113156 Piutang BPHTB

113159 Piutang PBB Lainnya

113161 Piutang Cukai Hasil Tembakau

113162 Piutang Cukai Ethyl Alkohol

113163 Piutang Cukai Minuman mengandung Ethyl Alkohol

113164 Piutang Pendapatan Denda Administrasi Cukai

113166 Piutang Bea Meterai

113169 Piutang Pendapatan Cukai Lainnya

113171 Piutang Pendapatan dari Penjualan Benda Materai

113172 Piutang Pajak Tidak Langsung Lainnya

113173 Piutang Bunga Penagihan PPh

113174 Piutang Bunga Penagihan PPN

113175 Piutang Bunga Penagihan PPnBM

113176 Piutang Bunga Penagihan PTLL

113181 Piutang Bea masuk

113182 Piutang Bea Masuk ditanggung Pemerintah atas Hibah (SPM Nihil)

113183 Piutang Pendapatan Denda Administrasi Pabean

113184 Piutang Pendapatan Pabean Lainnya

113185 Piutang Pajak/pungutan ekspor

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 25

8. Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Basis kas menuju akrual menghendaki adanya pengakuan akun-akun akrual

antara lain utang dan piutang. Oleh sebab itu, Surat Penagihan (SPN) dan/atau

Surat Pemindahan Penagihan Piutang Negara (SP3N) PNBP yang sampai pada

tanggal neraca belum dibayar oleh wajib bayar harus dilaporkan di neraca

sebagai Piutang PNBP. Piutang PNBP dicatat sebesar nilai nominal seluruh

tagihan yan belum dibayar oleh wajib bayar pada tanggal neraca.

Jurnal untuk mencatat saldo Piutang PNBP adalah sebagai berikut:

Piutang PNBP xxx

Cadangan Piutang xxx

Kode

Perk. Uraian

113211 Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak

113212 Piutang Lainnya

9. Uang Muka Belanja

Akun Uang Muka Belanja digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan

dengan pemberian uang muka belanja kepada pihak yang akan melaksanakan

kewajiban sesuai dengan jenis belanja yang dikeluarkan. Uang Muka Belanja

dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah yang telah dilunasi.

Jurnal untuk mencatat Piutang Lainnya adalah sebagai berikut:

Uang Muka Belanja xxx

Cadangan Piutang xxx

10. Persediaan

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan

(supplies) yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional

pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 26

diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Persediaan dicatat

sebesar biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian, biaya standar

apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri dan nilai wajar apabila diperoleh

dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.

Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk

digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak

habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai

seperti komponen bekas.

Persediaan dapat meliputi barang konsumsi, amunisi, bahan untuk pemeliharaan,

suku cadang, persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga, pita cukai dan

leges, bahan baku, barang dalam proses/setengah jadi, tanah/bangunan untuk

dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan hewan dan tanaman untuk dijual

atau diserahkan kepada masyarakat.

Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga antara lain berupa cadangan

energi (misalnya minyak) atau cadangan pangan (misalnya beras).

Jurnal untuk mencatat Persediaan adalah sebagai berikut:

Persediaan xxx

Cadangan Persediaan xxx

Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau

kepenguasaannya berpindah. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat

berdasarkan hasil inventarisasi fisik.

Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki dan akan dipakai dalam

pekerjaan pembangunan fisik yang dikerjakan secara swakelola, dimasukkan

sebagai perkiraan aset untuk kontruksi dalam pengerjaan, dan tidak

dimasukkan sebagai persediaan.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 27

Persediaan disajikan sebesar:

(1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan

persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya

penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada

perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa

mengurangi biaya perolehan. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya

perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.

(2) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Biaya

standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan

yang diproduksi dan biaya overhead tetap dan variabel yang dialokasikan

secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi

persediaan.

(3) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti

donasi/rampasan.

Persediaan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam

catatan atas laporan keuangan harus diungkapkan pula:

1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;

2. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang

digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang

digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau

diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses

produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat

3. Kondisi persediaan;

4. Hal-hal lain yang perlu diungkapkan berkaitan dengan persediaan, misalnya

persediaan yang diperoleh melalui hibah atau rampasan.

5. Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca,

tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 28

C. Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih

dari dua belas bulan. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman

investasinya, yaitu nonpermanen dan permanen.

Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk

dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi jenis ini diharapkan akan berakhir

dalam jangka waktu tertentu seperti investasi dalam bentuk dana bergulir.

1. Dana Bergulir

Dana bergulir adalah dana yang dipinjamkan kepada sekelompok masyarakat,

perusahaan negara/daerah, untuk ditarik kembali setelah jangka waktu

tertentu, dan kemudian disalurkan kembali.

Nilai investasi dalam bentuk dana bergulir dinilai sejumlah nilai bersih yang

dapat direalisasikan (net realizable value), yaitu sebesar nilai kas yang

dipegang unit pengelola ditambah jumlah yang diharapkan dapat tertagih.

Dana bergulir dapat diperoleh pada unit yang diserahi tugas untuk

menyalurkannya. Unit penyalur dana bergulir antara lain adalah Kementerian

Keuangan, Kementerian Negara Koperasi dan UKM serta Kementerian

Perumahan Rakyat.

Jurnal untuk mencatat Dana Bergulir adalah sebagai berikut:

Dana Bergulir xxx

Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang xxx

D. Aset Tetap

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua

belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh

masyarakat umum.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 29

Aset tetap terdiri dari:

1. Tanah;

2. Peralatan dan Mesin;

3. Gedung dan Bangunan;

4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan;

5. Aset Tetap Lainnya;

6. Konstruksi Dalam Pengerjaan.

Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan

menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai ast tetap didasarkan

pada nilai wajar pada saat perolehan.

1. Tanah

Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau

diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional

pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Tanah yang dimiliki atau dikuasai

oleh instansi pemerintah di luar negeri, misalnya tanah yang digunakan

Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, hanya diakui bila kepemilikan

tersebut berdasarkan isi perjanjian penguasaan dan hukum serta perundang-

undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan Republik Indonesia berada

bersifat permanen.

a. Pengakuan

Kepemilikan atas Tanah ditunjukkan dengan adanya bukti bahwa telah

terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum

seperti sertifikat tanah. Apabila perolehan tanah belum didukung dengan

bukti secara hukum maka tanah tersebut harus diakui pada saat terdapat

bukti bahwa penguasaannya telah berpindah, misalnya telah terjadi

pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik

sebelumnya.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 30

b. Pengukuran

Tanah dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga

pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam

rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan

biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah

juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli

tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.

Apabila penilaian tanah dengan menggunakan biaya perolehan tidak

memungkinkan maka nilai tanah didasarkan pada nilai wajar/harga taksiran

pada saat perolehan.

c. Pengungkapan

Tanah disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam

catatan atas laporan keuangan harus diungkapkan pula:

1. Dasar penilaian yang digunakan

2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode menurut jenis

tanah yang menunjukkan:

Penambahan;

Pelepasan;

Mutasi Tanah lainnya.

Jurnal untuk mencatat Tanah adalah sebagai berikut:

Tanah xxx

Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx

2. Gedung dan Bagunan

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau

dibangun dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah

dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk dalam kategori Gedung dan Bangunan

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 31

adalah BMN yang berupa Bangunan Gedung, Monumen, Bangunan Menara,

Rambu-rambu, serta Tugu Titik Kontrol.

a. Pengakuan

Gedung dan Bangunan yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode

akuntansi ketika asset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja

modal yang diakui untuk aset tersebut.

Gedung dan Bangunan yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Gedung

dan Bangunan tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.

Pengakuan atas Gedung dan Bangunan ditentukan jenis transaksinya

meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah

peningkatan nilai Gedung dan Bangunan yang disebabkan pengadaan baru,

diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan

pada harga perolehan Gedung dan Bangunan tersebut.

Pengembangan adalah peningkatan nilai Gedung dan Bangunan karena

peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat,

peningkatan efisiensiensi dan penurunan biaya pengoperasian.

Pengurangan adalah penurunan nilai Gedung dan Bangunan dikarenakan

berkurangnya kuantitas aset tersebut.

b. Pengukuran

Gedung dan Bangunan dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian

Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya perolehan tidak

memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar/taksiran

pada saat perolehan.

Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan cara swakelola

meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak

langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 32

listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan

dengan pembangunan aset tetap tersebut.

Jika Gedung dan Bangunan diperoleh melalui kontrak, biaya perolehan

meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan,

serta jasa konsultan.

c. Pengungkapan

Gedung dan Bangunan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya.

Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan pula:

(1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.

(2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang

menunjukkan:

Penambahan;

Pengembangan; dan

Penghapusan;

Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Gedung

dan Bangunan;

Jurnal untuk mencatat Gedung dan Bangunan adalah sebagai berikut:

Gedung dan Bangunan xxx

Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx

3. Peralatan dan Mesin

Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat

elektronik, dan seluruh inventaris kantor yang nilainya signifikan dan masa

manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai. Wujud

fisik Peralatan dan Mesin bisa meliputi: Alat Besar, Alat Angkutan, Alat

Bengkel dan Alat Ukur, Alat Pertanian, Alat Kantor dan Rumah Tangga, Alat

Studio, Komunikasi dan Pemancar, Alat Kedokteran dan Kesehatan, Alat

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 33

Laboratorium, Alat Persenjataan, Komputer, Alat Eksplorasi, Alat Pemboran,

Alat Produksi, Pengolahan dan Pemurnian, Alat Bantu Eksplorasi, Alat

Keselamatan Kerja, Alat Peraga, serta Unit Proses/Produksi.

a. Pengakuan.

Peralatan dan Mesin yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode

akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja

modal yang diakui untuk aset tersebut.

Peralatan dan Mesin yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Peralatan

dan Mesin tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.

Pengakuan atas Peralatan dan Mesin ditentukan jenis transaksinya meliputi:

penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah

peningkatan nilai Peralatan dan Mesin yang disebabkan pengadaan baru,

diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan

pada harga perolehan Peralatan dan Mesin tersebut.

Pengembangan adalah peningkatan nilai Peralatan dan Mesin karena

peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat,

peningkatan efisiensiensi dan penurunan biaya pengoperasian.

Pengurangan adalah penurunan nilai Peralatan dan Mesin dikarenakan

berkurangnya kuantitas aset tersebut.

b. Pengukuran

Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran

yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut

sampai siap pakai. Biaya perolehan atas Peralatan dan Mesin yang berasal

dari pembelian meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya

instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan

sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 34

Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang diperoleh melalui kontrak meliputi

nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan dan jasa

konsultan.

Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang dibangun dengan cara swakelola

meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak

langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga

listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan

dengan pembangunan Peralatan dan Mesin tersebut.

c. Pengungkapan

Peralatan dan Mesin disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu

di dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan pula:

1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.

2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang

menunjukkan:

Penambahan;

Pengembangan; dan

Penghapusan;

3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Peralatan

dan Mesin.

Jurnal untuk mencatat Peralatan dan Mesin adalah sebagai berikut:

Peralatan dan Mesin xxx

Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx

4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun

oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

BMN yang termasuk dalam kategori aset ini adalah Jalan dan Jembatan,

Bangunan Air, Instalasi, dan Jaringan.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 35

a. Pengakuan

Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada

periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah

belanja modal yang diakui untuk aset tersebut.

Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh dari donasi diakui pada saat

Jalan, Irigasi dan Jaringan tersebut diterima dan hak kepemilikannya

berpindah.

Pengakuan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan ditentukan jenis transaksinya

meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah

peningkatan nilai Jalan, Irigasi dan Jaringan yang disebabkan pengadaan

baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan

ditambahkan pada harga perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan tersebut.

Pengembangan adalah peningkatan nilai Jalan, Irigasi dan Jaringan karena

peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat,

peningkatan efisiensiensi dan penurunan biaya pengoperasian.

Pengurangan adalah penurunan nilai Jalan, Irigasi dan Jaringan dikarenakan

berkurangnya kuantitas aset tersebut.

b. Pengukuran

Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan seluruh biaya

yang dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap

pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-

biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi dan jaringan tersebut siap

pakai.

Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan jaringan yang diperoleh melalui

kontrak meliputi biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa

konsultan, biaya pengosongan, dan pembongkaran bangunan lama.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 36

Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan jaringan yang dibangun secara

swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari

meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan

dan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan dan pembongkaran

bangunan lama.

c. Pengungkapan

Jalan, Irigasi dan Jaringan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya.

Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan pula:

1. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.

2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang

menunjukkan:

Penambahan;

Pengembangan; dan

Penghapusan;

3. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Jalan,

Irigasi dan Jaringan.

Jurnal untuk mencatat Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah sebagai berikut:

Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx

Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx

5. Aset Tetap Lainnya

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke

dalam kelompok Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan,

Irigasi dan Jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan

operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. BMN yang termasuk

dalam kategori aset ini adalah Koleksi Perpustakaan/Buku, Barang Bercorak

Kesenian/Kebudayaa/Olah Raga, Hewan, Ikan dan Tanaman.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 37

a. Pengakuan

Aset Tetap Lainnya yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode

akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja

modal yang diakui untuk aset tersebut.

Aset Tetap Lainnya yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Aset Tetap

Lainnya tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.

Pengakuan atas Aset Tetap Lainnya ditentukan jenis transaksinya meliputi:

penambahan dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Aset

Tetap Lainnya yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar.

Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan

Aset Tetap Lainnya tersebut.

Pengurangan adalah penurunan nilai Aset Tetap Lainnya dikarenakan

berkurangnya kuantitas asset tersebut.

b. Pengukuran

Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai.

Biaya perolehan aset tetap lainnya yang diperoleh melalui kontrak meliputi

pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, serta biaya

perizinan.

Biaya perolehan asset tetap lainnya yang diadakan melalui swakelola meliputi

biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya bahan baku,

tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya

perizinan, dan jasa konsultan.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 38

c. Pengungkapan

Aset Tetap Lainnya disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu

di dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan pula:

1. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.

2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang

menunjukkan Penambahan dan Penghapusan;

3. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset

Tetap Lainnya.

Jurnal untuk mencatat Aset Tetap Lainnya adalah sebagai berikut:

Aset Tetap Lainnya xxx

Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx

6. Konstruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang pada tanggal laporan

keuangan masih sedang dalam proses pembangunan. Konstruksi Dalam

Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,

irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau

pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum

selesai. Ketentuan yang mengatur akuntansi KDP tercantum dalam Perdirjen

Perbendaharaan Nomor PER-38/PB/2006 tentang Pedoman Akuntansi

Konstruksi Dalam Pengerjaan.

a. Pengakuan

Konstruksi Dalam Pengerjaan merupakan aset yang dimaksudkan untuk

digunakan dalam operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat

dalam jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan dalam aset tetap.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 39

Suatu aset berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan jika

biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal dan masih dalam proses

pengerjaan.

Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang bersangkutan

setelah pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan siap

digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya.

b. Pengukuran

Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat sebesar biaya perolehan.

Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan secara swakelola meliputi:

Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi yang

mencakup biaya pekerja lapangan termasuk penyelia; biaya bahan;

pemindahan sarana, peralatan dan bahan-bahan dari dan ke lokasi

konstruksi; penyewaan sarana dan peralatan; serta biaya rancangan dan

bantuan teknis yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi.

Biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat

dialokasikan ke konstruksi tersebut mencakup biaya asuransi; Biaya

rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan

dengan konstruksi tertentu; dan biaya-biaya lain yang dapat

diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang bersangkutan seperti

biaya inspeksi.

Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan kontrak konstruksi meliputi:

Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan

tingkat penyelesaian pekerjaan;

Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan

dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 40

c. Pengungkapan

Konstruksi dalam pengerjaan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya.

Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan pula:

1. Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat

penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya;

2. Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya;

3. Jumlah biaya yang telah dikeluarkan;

4. Uang muka kerja yang diberikan;

5. Retensi.

Jurnal untuk mencatat Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah sebagai berikut:

Konstruksi Dalam Pengerjaan xxx

Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx

7. Perolehan Secara Gabungan

Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan

ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan

perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.

E. Aset Tetap Renovasi

Aset Tetap Renovasi adalah gedung atau bangunan yang dibangun pada aset tetap yang

bukan miliknya. Hal ini dapat terjadi apabila suatu satker melakukan kegiatan

membangun suatu bangunan diatas lokasi bangunan yang bukan miliknya. Misalkan

Satker Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menempati bangunan milik Direktorat

Jenderal Perbendaharaan. Untuk meningkatkan mutu bangunan dan kenyamanan, BC

melakukan renovasi atas bangunan yang memenuhi kriteria kapitalisasi. Atas

pengeluaran tersebut, BC harus mencatat sebagai Aset Tetap Renovasi. Dengan jurnal

sbb :

Aset Tetap Renovasi xxxx

Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxxx

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 41

F. Aset Bersejarah (Heritage Assets)

Aset bersejarah (heritage assets) tidak disajikan di neraca namun aset tersebut

harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan

budaya, lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset bersejarah adalah bangunan

bersejarah, monumen, tempat-tempat purbakala (archaeological sites) seperti

candi, dan karya seni (works of art).

Karakteristik-karakteristik di bawah ini sering dianggap sebagai ciri khas dari

suatu aset bersejarah:

1. Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara

penuh dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar;

2. Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat

pelepasannya untuk dijual;

3. Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu

berjalan walaupun kondisi fisiknya semakin menurun;

4. Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa kasus dapat

mencapai ratusan tahun.

Aset bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak

terbatas. Aset bersejarah dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pemerintah mungkin mempunyai banyak aset bersejarah yang diperoleh selama

bertahun-tahun dan dengan cara perolehan beragam termasuk pembelian, donasi,

warisan, rampasan, ataupun sitaan. Aset bersejarah dicatat dalam kuantitasnya

tanpa nilai, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen.

Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan

sebagai belanja tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Biaya tersebut termasuk

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 42

seluruh biaya yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam

kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan.

Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat lainnya kepada

pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah digunakan

untuk ruang perkantoran. Untuk kasus tersebut, aset ini akan diterapkan prinsip-

prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya.

G. Aset Lainnya

Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset

tetap dan dana cadangan.

Aset lainnya antara lain terdiri dari:

1. Aset Tak Berwujud

2. Tagihan Penjualan Angsuran

3. Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR)

4. Kemitraan dengan Pihak Ketiga

5. Aset Lain-lain

1. Aset Tak Berwujud

Aset Tak berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak

mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang

atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan

intelektual.

Aset tak berwujud meliputi:

1. Software komputer

2. Lisensi dan franchise

3. Hak cipta (copyright), paten, dan hak lainnya

4. Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 43

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang paten kepada pihak lain

berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari

suatu paten yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.

Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan atau meperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu

dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor (penemu)

atas hasil invensi (temuan) di bidang teknologi., yang untuk selama waktu tertentu

melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada

pihak lain untuk melaksanakannya.

Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang adalah suatu

kajian atau penelitian yang memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial di masa

yang akan datang yang dapat diidentfikasi sebagai aset. Apabila hasil kajian tidak

dapat diidentifikasi dan tidak memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial sosial

maka tidak dapat dikapitalisasi sebagai aset tak berwujud.

Aset tak berwujud dinilai sebesar pengeluaran yang terjadi dengan SPM belanja

modal non fisik yang melekat pada aset tersebut.

Dokuman sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai aset tak berwujud

adalah SPM untuk belanja modal non fisik (setelah dikurangi dengan biaya-biaya

lain yang tidak dapat dikapitalisir).

Jurnal untuk mencatat Aset Tak Berwujud adalah sebagai berikut:

Aset Tak Berwujud xxx

Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 44

2. Tagihan Penjualan Angsuran

Tagihan Penjualan Angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari

penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah. Contoh

tagihan penjualan angsuran adalah penjualan rumah dinas dan penjualan kendaraan

dinas.

Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara

penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah

dibayarkan oleh pegawai ke kas negara.

Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tagihan penjualan

angsuran adalah daftar saldo tagihan penjualan angsuran yang nilainya

menggambarkan nilai yang ditetapkan dalam berita acara penjualan aset setelah

dikurangi dengan angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas negara.

Dokumen mengenai tagihan penjualan angsuran dapat diperoleh di biro/bagian

keuangan yang mengelola tagihan penjualan angsuran.

Jurnal untuk mencatat Tagihan Penjualan Angsuran adalah sebagai berikut:

Tagihan Penjualan Angsuran xxx

Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx

3. Tuntutan Perbendaharaan (TP) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR)

Tuntutan Perbendaharaan merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap

bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang

diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu

perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara atau kelalaian dalam

pelaksanaan tugas kewajibannya.

Tuntutan perbendaharaan dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keputusan

Pembebanan setelah dikurangi dengan setoran yan telah dilakukan oleh bendahara

yang bersangkutan ke kas negara.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 45

Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tuntutan

perbendaharaan adalah Surat Keputusan Pembebanan dan surat tanda setoran

(SSBP atau STS lainnya). Dokumen mengenai TP dan TGR dapat diperoleh di

biro/bagian keuangan yang mengelola TP dan TGR dimaksud.

Tuntutan ganti rugi merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai

negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu

kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung

dari suatu perbuatatn melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau

kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya.

Tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan

Tanggungjawab Mutlak (SKTM) setelah dikurangi dengan setoran yang telah

dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas negara.

Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tuntutan ganti rugi

adalah Surat Keterangan Tanggungjawab Mutlak dan bukti setor berupa STS atau

SSBP.

Jurnal untuk mencatat saldo awal Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi

adalah sebagai berikut:

Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi xxx

Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx

4. Kemitraan Dengan Pihak Ketiga

Kemitraan Dengan Pihak Ketiga adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang

mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama

dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki.

Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk membukukan kemitraan dengan pihak

ketiga adalah kontrak kerjasama dengan pihak ketiga yang bersangkutan.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 46

Bentuk kemitraan tersebut anatara lain berupa Bangun, Kelola, Serah (BKS) dan

Bangun, Serah, Kelola (BSK).

BKS adalah suatu bentuk kerjasama berupa pemanfaatan aset pemerintah oleh

pihak ketiga/investor, dengan cara pihak ketiga/investor tersebut mendirikan

bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya serta mendayagunakannya

dalam jangka waktu tertentu, untuk kemudian menyerahkan kembali bangunan dan

atau sarana lain berikut fasilitasnya kepada pemerintah setelah berakhirnya

jangka waktu yang disepakati (masa konsensi). Dalam perjanjian ini pencatatannya

dilakukan terpisah oleh masing-masing pihak.

BKS dicatat sebesar nilai aset yang diserahkan oleh pemerintah kepada pihak

ketiga/investor untuk membangun aset BKS tersebut. Aset dalam BKS ini disajikan

terpisah dari Aset Tetap.

BSK adalah pemanfaatan aset pemerintah oleh pihak ketiga/investor, dengan cara

pihak ketiga/investor tersebut mendirikan bangunan dan/atau sarana lain berikut

fasilitasnya kemudian menyerahkan aset yang dibangun tersebut kepada

pemerintah untuk dikelola sesuai dengan tujuan pembangunan aset tersebut.

Penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor kepada pemerintah disertai dengan

kewajiban pemerintah untuk melakukan pembayaran kepada pihak ketiga/investor.

Pembayaran oleh pemerintah ini dapat juga dilakukan secara bagi hasil.

BSK dicatat sebesar nilai perolehan aset yang dibangun yaitu sebesar nilai aset

yang diserahkan pemerintah ditambah dengan jumlah aset yang dikeluarkan oleh

pihak ketiga/investor untuk membangun aset tersebut.

Jurnal untuk mencatat Kemitraan dengan Pihak Ketiga adalah sebagai berikut:

Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx

Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 47

H. Aset Lain-lain

Pos Aset Lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat

dikelompokkan ke dalam Aset Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan

Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi serta Kemitraan dengan Pihak Ketiga.

Contoh aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif

pemerintah.

Jurnal untuk mencatat Aset Lain-lain adalah sebagai berikut:

Aset Lain-lain xxx

Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx

I. Kewajiban Jangka Pendek

Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan akan dibayar kembali

atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal neraca.

1. Belanja Yang Masih Harus Dibayar

Utang ini berasal dari kontrak atau perolehan barang/jasa yang belum dibayar

sampai dengan tanggal neraca. Akun ini pada umumnya muncul di satuan kerja

pengguna anggaran karena pengguna anggaran yang melakukan kegiatan perolehan

barang/jasa.

Jurnal untuk mencatat Belanja Yang Masih Harus Dibayar adalah sebagi berikut:

Dana yang harus Disediakan untuk Pembayaran

Utang Jangka Pendek xxx

Belanja Yang Masih Harus Dibayar xxx

2. Uang Muka dari KUN

Uang Muka dari KUN merupakan utang yang timbul akibat bendahara Kementerian

Negara/Lembaga belum menyetor sisa UYHD/UP sampai dengan tanggal neraca.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 48

Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah sebesar saldo uang muka

yang belum disetorkan ke kas negara pada tanggal neraca.

Jurnal untuk Uang Muka KUN adalah sebagi berikut:

Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

Uang Muka dari Kas Umum Negara xxx

J. Ekuitas Dana

Ekuitas dana merupakan pos pada neraca pemerintah yang menampung selisih antara

aset dan kewajiban pemerintah. Pos Ekuitas Dana terdiri dari:

1. Ekuitas Dana Lancar

2. Ekuitas Dana Investasi

3. Ekuitas Dana Cadangan

1. Ekuitas Dana Lancar

Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban

jangka pendek/lancar. Ekuitas Dana Lancar antara lain adalah Pendapatan yang

ditangguhkan, Cadangan Piutang, Cadangan Persediaan dan Dana yang Harus

Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang.

Pendapatan yang ditangguhkan merupakan akun lawan untuk menampung kas di

bendahara penerima, cadangan piutang adalah akun lawan yang dimaksudkan untuk

menampung piutang lancar, sedangkan cadangan persediaan adalah akun lawan dari

aset lancar yang berupa persediaan.

2. Ekuitas Dana Investasi

Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam

investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban

jangka panjang. Pos ini terdiri dari:

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 49

a. Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, yang merupakan akun lawan

dari Investasi Jangka Panjang

b. Diinvestasikan dalam Aset Tetap, yang merupakan akun lawan dari Aset Tetap

c. Diinvestasikan dalan Aset Lainnya, yang merupakan akun lawan Aset Lainnya

3. Ekuitas Dana Cadangan

Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan

untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Akun ini

merupakan akun lawan dari Dana Cadangan.

K. Telaah Akun Neraca

1. Kas di Bendahara Pengeluaran

Saldo normal untuk akun Kas di Bendahara Pengeluaran adalah debit. Pada saat

terjadi penambahan Kas di Bendaharawan Pengeluaran, maka akun ini dicatat di

debit sebesar penambahannya. Sebaliknya, ketika terjadi pengurangan, maka

akun ini dikredit sebesar pengurangannya. Akun Kas di Bendahara Pengeluaran

disajikan di Neraca sebagai bagian dari pos Aset Lancar. Penyeimbang akun Kas

di Bendahara Pengeluaran adalah akun Uang Muka dari KPPN yang disajikan di

Neraca sebagai bagian dari pos Kewajiban Jangka Pendek.

Berikut adalah ikhtisar yang menunjukkan akun-akun yang berpengaruh pada

akun Kas di Bendahara Pengeluaran:

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 50

111411—Kas di Bendahara Pengeluaran

Kode

Akun Uraian Akun Debit Kredit

825111 Pengeluaran Uang Persediaan Dana

Rupiah

-

825112 Pengeluaran Uang Persediaan Dana

Pinjaman/Hibah Luar Negeri

-

825113 Pengeluaran Uang Persediaan

Pengguna PNBP (Swadana)

-

(815111) (Penerimaan Pengembalian Uang

Persediaan Dana Rupiah)

-

(815112) (Penerimaan Pengembalian Uang

Persediaan Dana Pinjaman/Hibah

Luar Negeri)

-

(815113) (Penerimaan Pengembalian Uang

Persediaan Pengguna PNBP

(Swadana))

-

(815114) (Penerimaan Pengembalian Uang

Persediaan Tahun Anggaran yang

Lalu)

-

Pengeluaran uang persediaan dengan kode akun 825111, 825112, dan 825113

dibukukan dari SPM/SP2D DUP dan TUP pada kolom pengeluaran. Penerimaan

pengembalian uang persediaan dengan kode akun 815111, 815112, dan 815113

dicatat dari SPM/SP2D pada kolom potongan atau dari SSBP yang digunakan

untuk menyetor pengembalian uang persediaan. Penerimaan pengembalian uang

persediaan dengan kode akun 815114 dicatat dari SSBP yang digunakan untuk

menyetor sisa Uang Persediaan tahun anggaran yang lalu.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam telaah atas akun Kas di Bendahara

Pengeluaran pada akhir periode:

a. Jika akun Kas di Bendahara Pengeluaran memiliki nilai positif:

Tanyakan kepada bendahara pengeluaran, apakah secara aktual jumlah

tersebut memang masih ada?

Jika jawabannya ya, berarti akun Kas di Bendahara Pengeluaran sudah

menyajikan nilai sesuai dengan kenyataannya. Pastikan bahwa saldo kas

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 51

tersebut telah disetorkan pada bulan Januari tahun anggaran berikutnya

dan tidak diperhitungkan dengan UP tahun anggaran berikutnya yang

dibuktikan dengan bukti setoran berupa SSBP.

Jika jawabannya tidak, dalam arti secara aktual sudah tidak ada lagi kas

di bendahara pengeluaran, maka ada kemungkinan masih terdapat

SPM/SP2D GU Nihil atau SSBP Pengembalian Uang Persediaan yang

belum dibukukan. Karenanya, pastikan kembali SPM/SP2D GU Nihil serta

SSBP penyetoran kembali uang persediaan telah direkam dan diposting

tanpa terkecuali. Pengujian hasil posting dapat dilihat dari cetakan buku

besar Kas di Bendahara Pengeluaran.

b. Jika akun Kas di Bendahara Pengeluaran memiliki nilai negatif:

Tanyakan kepada bendahara pengeluaran, berapa saldo kas di bendahara

pengeluaran yang secara aktual masih ada?

Jika jawabannya adalah 0, dalam arti sudah tidak ada lagi, maka pastikan

kembali bahwa SPM/SP2D Dana Uang Persediaan serta Tambahan Uang

Persediaan sudah direkam dan diposting secara keseluruhan tanpa

terkecuali.

Jika jawabannya adalah masih ada dengan nilai positif, maka perlu

dipastikan kembali kelengkapan SPM/SP2D yang berkaitan dengan uang

persediaan dan merekam serta memosting SPM/SP2D uang persediaan

yang terlewat.

Ada kemungkinan lain, bendahara pengeluaran melakukan penyetoran

kembali uang persediaan melalui SSBP yang jumlahnya lebih besar dari

sisa uang persediaan pada akhir periode.

2. Aset Tetap

Saldo normal untuk akun-akun pada pos Aset Tetap adalah debit. Pada saat

terjadi penambahan nilai akun-akun pada pos Aset Tetap, maka akun-akun ini

didebit sebesar penambahannya. Sebaliknya, ketika terjadi pengurangan, maka

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 52

akun-akun ini dikredit sebesar pengurangannya. Penyeimbang nilai total akun-

akun Aset Tetap adalah akun Diinvestasikan dalam Aset yang disajikan di

Neraca sebagai bagian dari pos Ekuitas Dana Investasi.

Berikut adalah akun-akun (baik yang final maupun sementara) yang tercakup

dalam pos Aset Tetap:

Kode

Akun Uraian Akun

131111 Tanah

131211 Tanah Sebelum Disesuaikan

131311 Peralatan dan Mesin

131411 Peralatan dan Mesin Sebelum Disesuaikan

131511 Gedung dan Bangunan

131611 Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan

131711 Jalan, Irigasi, dan Jaringan

131811 Jalan, Irigasi, dan Jaringan Sebelum Disesuaikan

131911 Aset Tetap Lainnya

132111 Konstruksi Dalam Pengerjaan

Akun-akun aset tetap dengan kata-kata ”sebelum disesuikan“ merupakan akun

sementara yang merupakan hasil penjurnalan setiap kali terjadi belanja modal.

Akun sementara ini tidak boleh muncul dalam penyajian neraca pada akhir

periode akuntansi. Jika pada tanggal neraca masih terdapat saldo akun ini,

maka harus direklasifikasi ke dalam akun aset tetap yang bersesuaian,

meliputi: Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan, irigasi, dan

jaringan; Aset Tetap Lainnya; atau Konstuksi dalam Pengerjaan.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 53

Akun belanja modal yang menimbulkan akun-akun sebelum disesuaikan:

Mata Anggaran

Pengeluaran

Akun-akun Neraca

yang ditimbulkan

Kode Uraian Kode Uraian 531111 Belanja Modal Tanah 131211 Tanah Sebelum Disesuaikan

532111 Belanja Modal Peralatan dan

Mesin

131411 Peralatan dan Mesin

Sebelum Disesuaikan

533111 Belanja Modal Gedung dan

Bangunan

131611 Gedung dan Bangunan

Sebelum Disesuaikan

5341 Belanja Modal Jalan Irigasi

dan Jaringan

131811 Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Sebelum Disesuaikan

534111 Belanja Modal Jalan dan

Jembatan

534112 Belanja Modal Irigasi

534113 Belanja Modal Jaringan

Akun-akun sebelum disesuaikan akan dibalik secara sistemik melalui jurnal

balik yang ditimbulkan oleh proses penerimaan ADK dari UAKPB. Tentu saja ini

bisa terjadi jika KPB sudah menggunakan aplikasi SABMN dan melakukan

prosedur pengiriman dengan benar. Jika hal ini telah dilakukan, tetapi pada

akhir periode masih tetap ada akun sebelum guna dalam penyajian neraca.

Sebagai contoh, selama tahun anggaran 20XX, Satuan Kerja KLM melakukan

belanja modal:

Gedung dan bangunan (533111) sebesar Rp500.000.000.

Peralatan dan mesin (532111) sebesar Rp200.000.000.

Selama 200X, UAKPA telah melakukan proses penerimaan ADK SABMN secara

rutin tiap akhir bulan. Namun demikian pada Neraca per 31 Desember 200X,

masih terdapat akun Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan sebesar

Rp500.000.000.

B A B I I I N E R A C A

Modul Sistem Akuntansi Instansi 54

Langkah telaah yang dilakukan:

1. Cetaklah buku besar untuk akun ”Gedung dan Bangunan Sebelum

Disesuaikan”, cermatilah apakah terdapat pengkreditan sebesar

Rp500.000.000 dengan jenis dokumen ”JRNBMN”?

2. Jika jawaban untuk poin 1 adalah tidak, tanyakanlah kepada petugas

akuntansi SABMN apakah selama tahun 200X telah terjadi serah terima

pekerjaan selesai atas pembangunan Gedung dan Bangunan dari pemborong?

3. Jika jawaban poin 2 adalah sudah, maka mintalah petugas akuntansi SABMN

merekam perolehan Gedung dan Bangunan dengan bukti pendukung semua

SPM/SP2D yang terkait dengan perolehan Gedung dan Bangunan tersebut.

Kemudian dilakukan proses pengiriman ulang ke UAKPA, terima di SAKPA

dan posting ulang.

4. Jika jawaban untuk poin 2 adalah belum, lakukan jurnal reklasifiksi dari

Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan menjadi Konstruksi Dalam

Pengerjaan melalui jurnal aset, dan lakukan proses posting.