B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 16
BAB III
N E R A C A
Neraca adalah salah satu komponen laporan keuangan yang menggambarkan posisi
keuangan suatu entitas pelaporan pada tanggal tertentu. Yang dimaksud dengan posisi
keuangan adalah posisi aset, kewajiban dan ekuitas dana.
Aset adalah sumber daya yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan/atau sosial yang
dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah dan dapat diukur dalam satuan uang.
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah.
Neraca mencerminkan persamaan dasar akuntansi yaitu:
Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana
Ekuitas pemerintah disebut ekuitas dana. Ekuitas dana pemerintah merupakan selisih aset
dengan kewajiban, sehingga persamaan akuntansinya menjadi:
Aset – Kewajiban = Ekuitas Dana
Akun-akun neraca dikembangkan secara berpasangan. Akun-akun aset dan kewajiban
berpasangan dengan akun-akun yang ada dalam ekuitas dana. Contohnya Piutang
berpasangan dengan Cadangan Piutang, Aset Tetap berpasangan dengan Diinvestasikan
Dalam Aset Tetap.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 17
A. Struktur Neraca.
Struktur Neraca terdiri dari pos-pos aset, kewajiban dan ekuitas dana. Aset
diklasifikasikan menjadi aset lancar dan aset nonlancar. Aset lancar terdiri dari kas
atau aset lainnya yang dapat diuangkan atau dapat dipakai habis dalam waktu 12 bulan
mendatang. Aset nonlancar terdiri dari investasi jangka panjang, aset tetap dan aset
lainnya.
Kewajiban dikelompokkan ke dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang. Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam
waktu kurang dari atau sama dengan 12 bulan setelah tanggal pelaporan, sedangkan
kewajiban jangka panjang akan jatuh tempo dalan jangka waktu lebih dari 12 bulan.
Sedangkan ekuitas dana diklasifikasikan menjadi ekuitas dana lancar dan ekuitas dana
investasi.
NERACA
TINGKAT KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
PER 31 DESEMBER 20XX
ASET
ASET LANCAR
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di BLU
Piutang
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi
Piutang Lainnya
Persediaan
Uang Muka Belanja
Belanja yang Dibayar Dimuka
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 18
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
Dana Bergulir
ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi Dalam Pengerjaan
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-lain
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Uang Muka dari Rekening Khusus
Uang Muka dari BUN
Uang Muka dari KPPN
Pendapatan yang Ditangguhkan
Belanja yang Masih Harus Dibayar
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
Saldo Dana Lancar
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 19
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya
B. Aset Lancar
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau
sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang.
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar apabila:
diharapkan segera dapat direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual
dalam waktu dua belas bulan sejak tanggal pelaporan, atau
berupa kas atau setara kas
1. Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang dikuasai, dikelola, dan di
bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa Uang
Persediaan (UP) yang belum dipertanggungjawabkan atau disetorkan kembali
ke Kas Negara per tanggal neraca. Kas di Bendahara Pengeluaran mencakup
seluruh saldo rekening bendahara pengeluaran, uang logam, uang kertas dan
lain-lain kas termasuk bukti pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan
yang sumbernya berasal dari dana kas kecil UP yang belum disetor kembali ke
Kas Negara per tanggal neraca. Apabila terdapat bukti-bukti pengeluaran yang
belum dipertanggungjawabkan, maka hal ini harus diungkapkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan. Kas di Bendahara Pengeluaran disajikan sebesar nilai
rupiahnya. Apabila terdapat kas dalam valuta asing dikonversi menjadi rupiah
menggunakan kurs tengah bank sentral/Bank Indonesia pada tanggal neraca.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 20
Jurnal untuk mencatat Kas di Bendahara Pengeluaran adalah sebagai berikut:
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
Uang Muka dari Kas Umum Negara xxx
2. Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Penerimaan mencakup seluruh kas, baik itu saldo rekening di
bank maupun saldo uang tunai, yang berada di bawah tanggung jawab
bendahara penerimaan yang sumbernya berasal dari pelaksanaan tugas
pemerintahan (Penerimaan Negara Bukan Pajak). Saldo kas ini mencerminkan
saldo yang berasal dari pungutan yang sudah diterima oleh bendahara
penerimaan selaku wajib pungut yang belum disetorkan ke kas negara. Akun
Kas di Bendahara Penerimaan yang disajikan dalam neraca harus mencerminkan
kas yang benar-benar ada pada tanggal neraca. Kas di Bendahara Penerimaan
disajikan sebesar nilai rupiahnya. Apabila terdapat kas dalam valuta asing
dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral/Bank
Indonesia pada tanggal neraca.
Saldo Kas di Bendahara Penerimaan diperoleh dari Laporan Keadaan Kas (LKK)
bendahara penerimaan yang dilampiri bukti penerimaan kas dari wajib pungut.
Menurut peraturan perundangan yang berlaku, pada akhir tahun tidak boleh
ada kas di bendahara penerimaan, tetapi apabila memang ada harus dilaporkan
dalam neraca.
Jurnal untuk mencatat Kas di Bendahara Penerimaan adalah sebagai berikut:
Kas di Bendahara Penerimaan xxx
Pendapatan yang Ditangguhkan xxx
3. Kas di BLU
Kas di BLU merupakan saldo kas yang berada pada BLU yang dipergunakan
untuk mebiayai kegiatan operasional BLU. Perkiraan Kas di BLU dihasilkan dari
selisih pendapatan BLU yang diterima secara tunai dengan belanja BLU yang
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 21
dibayarkan secara tunai. BLU dapat melakukan belanja-belanja dari Pendapatan
yang diterima atas hasil penjualan barang atau penyerahan jasa kepada
masyarakat tanpa harus terlebih dahulu disetor ke kas negara.
4. Piutang
Piutang adalah hak pemerintah untuk menerima pembayaran dari entitas lain
termasuk wajib pajak/bayar. Piutang dikelompokkan menjadi Bagian Lancar
Tagihan Penjualan Angsuran, Bagian Lancar Tuntutan
Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi, Piutang Pajak, Piutang Penerimaan
Negara Bukan Pajak, Piutang Bukan Pajak Lainnya, dan Piutang Lainnya.
5. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Pemerintah seringkali melakukan penjualan aset tetap yang tidak dipisahkan
pengelolaannya, misalnya lelang kendaraan roda empat atau penjualan angsuran
rumah dinas. Biasanya penjualan dilakukan kepada pegawai dengan cara
mengangsur. Penjualan aset yang tidak dipisahkan pengelolaannya dan biasanya
diangsur lebih dari dua belas bulan disebut sebagai Tagihan Penjualan
Angsuran. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran merupakan reklasifikasi
tagihan penjualan angsuran jangka panjang ke dalam piutang jangka pendek.
Reklasifikasi ini dilakukan karena adanya tagihan angsuran jangka panjang yang
jatuh tempo pada satu tahun berikutnya sesudah tanggal neraca. Reklasifikasi
ini mengurangi akun Tagihan Penjualan Angsuran. Seluruh tagihan penjualan
angsuran yang jatuh tempo dalam kurun waktu satu tahun atau kurang diakui
sebagai Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran. Bagian Lancar Tagihan
Penjualan Angsuran dicatat sebesar nilai nominal yaitu sejumlah tagihan
penjualan angsuran yang harus diterima dalam waktu satu tahun.
Untuk mendapatkan saldo Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, perlu
dihitung berapa bagian dari Tagihan Penjualan Angsuran yang akan jatuh tempo
dalam tahun depan.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 22
Jurnal untuk mencatat Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran adalah
sebagai berikut:
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx
Cadangan Piutang xxx
6. Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pihak lain yang karena
perbuatannya melanggar hukum atau lalai yang mengakibatkan kerugian
keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut. Kewajiban untuk
mengganti kerugian yang dikenakan kepada bendahara dikenal dengan istilah
Tuntutan Perbendaharaan (TP), dan kewajiban untuk mengganti kerugian yang
dikenakan kepada non bendahara dikenal dengan istilah Tuntutan Ganti Rugi
(TGR). Biasanya TP/TGR ini diselesaikan pembayarannya selambat-lambatnya
dua puluh empat bulan (dua tahun) sehingga di neraca termasuk dalam ASET
LAINNYA.
Bagian Lancar TP/TGR merupakan reklasifikasi aset yang berupa TP/TGR ke
dalam aset lancar disebabkan adanya TP/TGR jangka panjang yang jatuh tempo
tahun berikutnya. Reklasifikasi ini dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan
neraca karena penerimaan kembali TP/TGR akan mengurangi akun Tuntutan
Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi bukan Akun Bagian Lancar Tuntutan
Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi. Bagian lancar Tuntutan
Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi dicatat sebesar nilai nominal yaitu
sejumlah rupiah Tuntutan Ganti Rugi yang akan diterima dalam waktu satu
tahun.
Jurnal untuk mencatat saldo Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/
Tuntutan Ganti Rugi adalah sebagai berikut:
Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi xxx
Cadangan Piutang xxx
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 23
7. Piutang Pajak
Basis kas menuju akrual menghendaki adanya pengakuan akun-akun akrual
antara lain utang dan piutang. Oleh karena itu, Surat Ketetapan Pajak (SKP)
yang sampai pada tanggal neraca belum dibayar oleh wajib pajak harus
dilaporkan sebagai Piutang Pajak dalam neraca.
Piutang Pajak dicatat sebesar nilai nominal seluruh SKP yang belum dibayar
oleh wajib pajak pada tanggal neraca.
Jurnal untuk mencatat saldo Piutang Pajak adalah sebagai berikut:
Piutang Pajak xxx
Cadangan Piutang xxx
Jenis-jenis piutang pajak dan bea dan cukai antara lain :
Kode
Perk. Uraian
113111 Piutang PPh Minyak Bumi
113112 Piutang PPh Gas Alam
113119 Piutang PPh Migas Lainnya
113121 Piutang PPh Pasal 21
113122 Piutang PPh Pasal 22
113123 Piutang PPh Pasal 22 Impor
113124 Piutang PPh Pasal 23
113125 Piutang PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi
113126 Piutang PPh Pasal 25/29 Badan
113127 Piutang PPh Pasal 26
113128 Piutang PPh Final dan Fiskal Luar Negeri
113129 Piutang PPh Fiskal Luar Negeri
113131 Piutang PPN Dalam Negeri
113132 Piutang PPN Impor
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 24
Kode
Perk. Uraian
113139 Piutang PPN Lainnya
113141 Piutang PPnBM dalam Negeri
113142 Piutang PPnBM Impor
113149 Piutang PPnBM Lainnya
113151 Piutang PBB Pedesaan
113152 Piutang PBB Perkotaan
113153 Piutang PBB Perkebunan
113154 Piutang PBB Kehutanan
113155 Piutang PBB Pertambangan
113156 Piutang BPHTB
113159 Piutang PBB Lainnya
113161 Piutang Cukai Hasil Tembakau
113162 Piutang Cukai Ethyl Alkohol
113163 Piutang Cukai Minuman mengandung Ethyl Alkohol
113164 Piutang Pendapatan Denda Administrasi Cukai
113166 Piutang Bea Meterai
113169 Piutang Pendapatan Cukai Lainnya
113171 Piutang Pendapatan dari Penjualan Benda Materai
113172 Piutang Pajak Tidak Langsung Lainnya
113173 Piutang Bunga Penagihan PPh
113174 Piutang Bunga Penagihan PPN
113175 Piutang Bunga Penagihan PPnBM
113176 Piutang Bunga Penagihan PTLL
113181 Piutang Bea masuk
113182 Piutang Bea Masuk ditanggung Pemerintah atas Hibah (SPM Nihil)
113183 Piutang Pendapatan Denda Administrasi Pabean
113184 Piutang Pendapatan Pabean Lainnya
113185 Piutang Pajak/pungutan ekspor
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 25
8. Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Basis kas menuju akrual menghendaki adanya pengakuan akun-akun akrual
antara lain utang dan piutang. Oleh sebab itu, Surat Penagihan (SPN) dan/atau
Surat Pemindahan Penagihan Piutang Negara (SP3N) PNBP yang sampai pada
tanggal neraca belum dibayar oleh wajib bayar harus dilaporkan di neraca
sebagai Piutang PNBP. Piutang PNBP dicatat sebesar nilai nominal seluruh
tagihan yan belum dibayar oleh wajib bayar pada tanggal neraca.
Jurnal untuk mencatat saldo Piutang PNBP adalah sebagai berikut:
Piutang PNBP xxx
Cadangan Piutang xxx
Kode
Perk. Uraian
113211 Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak
113212 Piutang Lainnya
9. Uang Muka Belanja
Akun Uang Muka Belanja digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan
dengan pemberian uang muka belanja kepada pihak yang akan melaksanakan
kewajiban sesuai dengan jenis belanja yang dikeluarkan. Uang Muka Belanja
dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah yang telah dilunasi.
Jurnal untuk mencatat Piutang Lainnya adalah sebagai berikut:
Uang Muka Belanja xxx
Cadangan Piutang xxx
10. Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
(supplies) yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional
pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 26
diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Persediaan dicatat
sebesar biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian, biaya standar
apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri dan nilai wajar apabila diperoleh
dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk
digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak
habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai
seperti komponen bekas.
Persediaan dapat meliputi barang konsumsi, amunisi, bahan untuk pemeliharaan,
suku cadang, persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga, pita cukai dan
leges, bahan baku, barang dalam proses/setengah jadi, tanah/bangunan untuk
dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan hewan dan tanaman untuk dijual
atau diserahkan kepada masyarakat.
Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga antara lain berupa cadangan
energi (misalnya minyak) atau cadangan pangan (misalnya beras).
Jurnal untuk mencatat Persediaan adalah sebagai berikut:
Persediaan xxx
Cadangan Persediaan xxx
Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau
kepenguasaannya berpindah. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat
berdasarkan hasil inventarisasi fisik.
Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki dan akan dipakai dalam
pekerjaan pembangunan fisik yang dikerjakan secara swakelola, dimasukkan
sebagai perkiraan aset untuk kontruksi dalam pengerjaan, dan tidak
dimasukkan sebagai persediaan.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 27
Persediaan disajikan sebesar:
(1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan
persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya
penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada
perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa
mengurangi biaya perolehan. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya
perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.
(2) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Biaya
standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan
yang diproduksi dan biaya overhead tetap dan variabel yang dialokasikan
secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi
persediaan.
(3) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan.
Persediaan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam
catatan atas laporan keuangan harus diungkapkan pula:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;
2. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses
produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
3. Kondisi persediaan;
4. Hal-hal lain yang perlu diungkapkan berkaitan dengan persediaan, misalnya
persediaan yang diperoleh melalui hibah atau rampasan.
5. Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca,
tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 28
C. Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih
dari dua belas bulan. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman
investasinya, yaitu nonpermanen dan permanen.
Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi jenis ini diharapkan akan berakhir
dalam jangka waktu tertentu seperti investasi dalam bentuk dana bergulir.
1. Dana Bergulir
Dana bergulir adalah dana yang dipinjamkan kepada sekelompok masyarakat,
perusahaan negara/daerah, untuk ditarik kembali setelah jangka waktu
tertentu, dan kemudian disalurkan kembali.
Nilai investasi dalam bentuk dana bergulir dinilai sejumlah nilai bersih yang
dapat direalisasikan (net realizable value), yaitu sebesar nilai kas yang
dipegang unit pengelola ditambah jumlah yang diharapkan dapat tertagih.
Dana bergulir dapat diperoleh pada unit yang diserahi tugas untuk
menyalurkannya. Unit penyalur dana bergulir antara lain adalah Kementerian
Keuangan, Kementerian Negara Koperasi dan UKM serta Kementerian
Perumahan Rakyat.
Jurnal untuk mencatat Dana Bergulir adalah sebagai berikut:
Dana Bergulir xxx
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang xxx
D. Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua
belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 29
Aset tetap terdiri dari:
1. Tanah;
2. Peralatan dan Mesin;
3. Gedung dan Bangunan;
4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan;
5. Aset Tetap Lainnya;
6. Konstruksi Dalam Pengerjaan.
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai ast tetap didasarkan
pada nilai wajar pada saat perolehan.
1. Tanah
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau
diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Tanah yang dimiliki atau dikuasai
oleh instansi pemerintah di luar negeri, misalnya tanah yang digunakan
Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, hanya diakui bila kepemilikan
tersebut berdasarkan isi perjanjian penguasaan dan hukum serta perundang-
undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan Republik Indonesia berada
bersifat permanen.
a. Pengakuan
Kepemilikan atas Tanah ditunjukkan dengan adanya bukti bahwa telah
terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum
seperti sertifikat tanah. Apabila perolehan tanah belum didukung dengan
bukti secara hukum maka tanah tersebut harus diakui pada saat terdapat
bukti bahwa penguasaannya telah berpindah, misalnya telah terjadi
pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik
sebelumnya.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 30
b. Pengukuran
Tanah dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga
pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam
rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan
biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah
juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli
tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.
Apabila penilaian tanah dengan menggunakan biaya perolehan tidak
memungkinkan maka nilai tanah didasarkan pada nilai wajar/harga taksiran
pada saat perolehan.
c. Pengungkapan
Tanah disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam
catatan atas laporan keuangan harus diungkapkan pula:
1. Dasar penilaian yang digunakan
2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode menurut jenis
tanah yang menunjukkan:
Penambahan;
Pelepasan;
Mutasi Tanah lainnya.
Jurnal untuk mencatat Tanah adalah sebagai berikut:
Tanah xxx
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
2. Gedung dan Bagunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau
dibangun dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah
dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk dalam kategori Gedung dan Bangunan
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 31
adalah BMN yang berupa Bangunan Gedung, Monumen, Bangunan Menara,
Rambu-rambu, serta Tugu Titik Kontrol.
a. Pengakuan
Gedung dan Bangunan yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode
akuntansi ketika asset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja
modal yang diakui untuk aset tersebut.
Gedung dan Bangunan yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Gedung
dan Bangunan tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.
Pengakuan atas Gedung dan Bangunan ditentukan jenis transaksinya
meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah
peningkatan nilai Gedung dan Bangunan yang disebabkan pengadaan baru,
diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan
pada harga perolehan Gedung dan Bangunan tersebut.
Pengembangan adalah peningkatan nilai Gedung dan Bangunan karena
peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat,
peningkatan efisiensiensi dan penurunan biaya pengoperasian.
Pengurangan adalah penurunan nilai Gedung dan Bangunan dikarenakan
berkurangnya kuantitas aset tersebut.
b. Pengukuran
Gedung dan Bangunan dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian
Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya perolehan tidak
memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar/taksiran
pada saat perolehan.
Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan cara swakelola
meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak
langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 32
listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan
dengan pembangunan aset tetap tersebut.
Jika Gedung dan Bangunan diperoleh melalui kontrak, biaya perolehan
meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan,
serta jasa konsultan.
c. Pengungkapan
Gedung dan Bangunan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya.
Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan pula:
(1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.
(2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan:
Penambahan;
Pengembangan; dan
Penghapusan;
Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Gedung
dan Bangunan;
Jurnal untuk mencatat Gedung dan Bangunan adalah sebagai berikut:
Gedung dan Bangunan xxx
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
3. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat
elektronik, dan seluruh inventaris kantor yang nilainya signifikan dan masa
manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai. Wujud
fisik Peralatan dan Mesin bisa meliputi: Alat Besar, Alat Angkutan, Alat
Bengkel dan Alat Ukur, Alat Pertanian, Alat Kantor dan Rumah Tangga, Alat
Studio, Komunikasi dan Pemancar, Alat Kedokteran dan Kesehatan, Alat
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 33
Laboratorium, Alat Persenjataan, Komputer, Alat Eksplorasi, Alat Pemboran,
Alat Produksi, Pengolahan dan Pemurnian, Alat Bantu Eksplorasi, Alat
Keselamatan Kerja, Alat Peraga, serta Unit Proses/Produksi.
a. Pengakuan.
Peralatan dan Mesin yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode
akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja
modal yang diakui untuk aset tersebut.
Peralatan dan Mesin yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Peralatan
dan Mesin tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.
Pengakuan atas Peralatan dan Mesin ditentukan jenis transaksinya meliputi:
penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah
peningkatan nilai Peralatan dan Mesin yang disebabkan pengadaan baru,
diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan
pada harga perolehan Peralatan dan Mesin tersebut.
Pengembangan adalah peningkatan nilai Peralatan dan Mesin karena
peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat,
peningkatan efisiensiensi dan penurunan biaya pengoperasian.
Pengurangan adalah penurunan nilai Peralatan dan Mesin dikarenakan
berkurangnya kuantitas aset tersebut.
b. Pengukuran
Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran
yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut
sampai siap pakai. Biaya perolehan atas Peralatan dan Mesin yang berasal
dari pembelian meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya
instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan
sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 34
Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang diperoleh melalui kontrak meliputi
nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan dan jasa
konsultan.
Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang dibangun dengan cara swakelola
meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak
langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga
listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan
dengan pembangunan Peralatan dan Mesin tersebut.
c. Pengungkapan
Peralatan dan Mesin disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu
di dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan pula:
1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.
2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan:
Penambahan;
Pengembangan; dan
Penghapusan;
3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Peralatan
dan Mesin.
Jurnal untuk mencatat Peralatan dan Mesin adalah sebagai berikut:
Peralatan dan Mesin xxx
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun
oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
BMN yang termasuk dalam kategori aset ini adalah Jalan dan Jembatan,
Bangunan Air, Instalasi, dan Jaringan.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 35
a. Pengakuan
Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada
periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah
belanja modal yang diakui untuk aset tersebut.
Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh dari donasi diakui pada saat
Jalan, Irigasi dan Jaringan tersebut diterima dan hak kepemilikannya
berpindah.
Pengakuan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan ditentukan jenis transaksinya
meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah
peningkatan nilai Jalan, Irigasi dan Jaringan yang disebabkan pengadaan
baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan
ditambahkan pada harga perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan tersebut.
Pengembangan adalah peningkatan nilai Jalan, Irigasi dan Jaringan karena
peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat,
peningkatan efisiensiensi dan penurunan biaya pengoperasian.
Pengurangan adalah penurunan nilai Jalan, Irigasi dan Jaringan dikarenakan
berkurangnya kuantitas aset tersebut.
b. Pengukuran
Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan seluruh biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap
pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-
biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi dan jaringan tersebut siap
pakai.
Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan jaringan yang diperoleh melalui
kontrak meliputi biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa
konsultan, biaya pengosongan, dan pembongkaran bangunan lama.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 36
Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan jaringan yang dibangun secara
swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari
meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan
dan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan dan pembongkaran
bangunan lama.
c. Pengungkapan
Jalan, Irigasi dan Jaringan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya.
Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan pula:
1. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.
2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan:
Penambahan;
Pengembangan; dan
Penghapusan;
3. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Jalan,
Irigasi dan Jaringan.
Jurnal untuk mencatat Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah sebagai berikut:
Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
5. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan,
Irigasi dan Jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. BMN yang termasuk
dalam kategori aset ini adalah Koleksi Perpustakaan/Buku, Barang Bercorak
Kesenian/Kebudayaa/Olah Raga, Hewan, Ikan dan Tanaman.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 37
a. Pengakuan
Aset Tetap Lainnya yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode
akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja
modal yang diakui untuk aset tersebut.
Aset Tetap Lainnya yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Aset Tetap
Lainnya tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.
Pengakuan atas Aset Tetap Lainnya ditentukan jenis transaksinya meliputi:
penambahan dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Aset
Tetap Lainnya yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar.
Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan
Aset Tetap Lainnya tersebut.
Pengurangan adalah penurunan nilai Aset Tetap Lainnya dikarenakan
berkurangnya kuantitas asset tersebut.
b. Pengukuran
Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai.
Biaya perolehan aset tetap lainnya yang diperoleh melalui kontrak meliputi
pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, serta biaya
perizinan.
Biaya perolehan asset tetap lainnya yang diadakan melalui swakelola meliputi
biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya bahan baku,
tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya
perizinan, dan jasa konsultan.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 38
c. Pengungkapan
Aset Tetap Lainnya disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu
di dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan pula:
1. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.
2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan Penambahan dan Penghapusan;
3. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset
Tetap Lainnya.
Jurnal untuk mencatat Aset Tetap Lainnya adalah sebagai berikut:
Aset Tetap Lainnya xxx
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
6. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang pada tanggal laporan
keuangan masih sedang dalam proses pembangunan. Konstruksi Dalam
Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,
irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau
pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum
selesai. Ketentuan yang mengatur akuntansi KDP tercantum dalam Perdirjen
Perbendaharaan Nomor PER-38/PB/2006 tentang Pedoman Akuntansi
Konstruksi Dalam Pengerjaan.
a. Pengakuan
Konstruksi Dalam Pengerjaan merupakan aset yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat
dalam jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan dalam aset tetap.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 39
Suatu aset berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan jika
biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal dan masih dalam proses
pengerjaan.
Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang bersangkutan
setelah pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan siap
digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya.
b. Pengukuran
Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat sebesar biaya perolehan.
Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan secara swakelola meliputi:
Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi yang
mencakup biaya pekerja lapangan termasuk penyelia; biaya bahan;
pemindahan sarana, peralatan dan bahan-bahan dari dan ke lokasi
konstruksi; penyewaan sarana dan peralatan; serta biaya rancangan dan
bantuan teknis yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi.
Biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat
dialokasikan ke konstruksi tersebut mencakup biaya asuransi; Biaya
rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan
dengan konstruksi tertentu; dan biaya-biaya lain yang dapat
diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang bersangkutan seperti
biaya inspeksi.
Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan kontrak konstruksi meliputi:
Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan
tingkat penyelesaian pekerjaan;
Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan
dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 40
c. Pengungkapan
Konstruksi dalam pengerjaan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya.
Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan pula:
1. Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat
penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya;
2. Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya;
3. Jumlah biaya yang telah dikeluarkan;
4. Uang muka kerja yang diberikan;
5. Retensi.
Jurnal untuk mencatat Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah sebagai berikut:
Konstruksi Dalam Pengerjaan xxx
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
7. Perolehan Secara Gabungan
Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan
ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan
perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.
E. Aset Tetap Renovasi
Aset Tetap Renovasi adalah gedung atau bangunan yang dibangun pada aset tetap yang
bukan miliknya. Hal ini dapat terjadi apabila suatu satker melakukan kegiatan
membangun suatu bangunan diatas lokasi bangunan yang bukan miliknya. Misalkan
Satker Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menempati bangunan milik Direktorat
Jenderal Perbendaharaan. Untuk meningkatkan mutu bangunan dan kenyamanan, BC
melakukan renovasi atas bangunan yang memenuhi kriteria kapitalisasi. Atas
pengeluaran tersebut, BC harus mencatat sebagai Aset Tetap Renovasi. Dengan jurnal
sbb :
Aset Tetap Renovasi xxxx
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxxx
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 41
F. Aset Bersejarah (Heritage Assets)
Aset bersejarah (heritage assets) tidak disajikan di neraca namun aset tersebut
harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan
budaya, lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset bersejarah adalah bangunan
bersejarah, monumen, tempat-tempat purbakala (archaeological sites) seperti
candi, dan karya seni (works of art).
Karakteristik-karakteristik di bawah ini sering dianggap sebagai ciri khas dari
suatu aset bersejarah:
1. Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara
penuh dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar;
2. Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat
pelepasannya untuk dijual;
3. Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu
berjalan walaupun kondisi fisiknya semakin menurun;
4. Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa kasus dapat
mencapai ratusan tahun.
Aset bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak
terbatas. Aset bersejarah dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pemerintah mungkin mempunyai banyak aset bersejarah yang diperoleh selama
bertahun-tahun dan dengan cara perolehan beragam termasuk pembelian, donasi,
warisan, rampasan, ataupun sitaan. Aset bersejarah dicatat dalam kuantitasnya
tanpa nilai, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen.
Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan
sebagai belanja tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Biaya tersebut termasuk
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 42
seluruh biaya yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam
kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan.
Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat lainnya kepada
pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah digunakan
untuk ruang perkantoran. Untuk kasus tersebut, aset ini akan diterapkan prinsip-
prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya.
G. Aset Lainnya
Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset
tetap dan dana cadangan.
Aset lainnya antara lain terdiri dari:
1. Aset Tak Berwujud
2. Tagihan Penjualan Angsuran
3. Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR)
4. Kemitraan dengan Pihak Ketiga
5. Aset Lain-lain
1. Aset Tak Berwujud
Aset Tak berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang
atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan
intelektual.
Aset tak berwujud meliputi:
1. Software komputer
2. Lisensi dan franchise
3. Hak cipta (copyright), paten, dan hak lainnya
4. Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 43
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang paten kepada pihak lain
berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari
suatu paten yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.
Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau meperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor (penemu)
atas hasil invensi (temuan) di bidang teknologi., yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada
pihak lain untuk melaksanakannya.
Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang adalah suatu
kajian atau penelitian yang memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial di masa
yang akan datang yang dapat diidentfikasi sebagai aset. Apabila hasil kajian tidak
dapat diidentifikasi dan tidak memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial sosial
maka tidak dapat dikapitalisasi sebagai aset tak berwujud.
Aset tak berwujud dinilai sebesar pengeluaran yang terjadi dengan SPM belanja
modal non fisik yang melekat pada aset tersebut.
Dokuman sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai aset tak berwujud
adalah SPM untuk belanja modal non fisik (setelah dikurangi dengan biaya-biaya
lain yang tidak dapat dikapitalisir).
Jurnal untuk mencatat Aset Tak Berwujud adalah sebagai berikut:
Aset Tak Berwujud xxx
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 44
2. Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan Penjualan Angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari
penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah. Contoh
tagihan penjualan angsuran adalah penjualan rumah dinas dan penjualan kendaraan
dinas.
Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara
penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah
dibayarkan oleh pegawai ke kas negara.
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tagihan penjualan
angsuran adalah daftar saldo tagihan penjualan angsuran yang nilainya
menggambarkan nilai yang ditetapkan dalam berita acara penjualan aset setelah
dikurangi dengan angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas negara.
Dokumen mengenai tagihan penjualan angsuran dapat diperoleh di biro/bagian
keuangan yang mengelola tagihan penjualan angsuran.
Jurnal untuk mencatat Tagihan Penjualan Angsuran adalah sebagai berikut:
Tagihan Penjualan Angsuran xxx
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx
3. Tuntutan Perbendaharaan (TP) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
Tuntutan Perbendaharaan merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap
bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang
diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara atau kelalaian dalam
pelaksanaan tugas kewajibannya.
Tuntutan perbendaharaan dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keputusan
Pembebanan setelah dikurangi dengan setoran yan telah dilakukan oleh bendahara
yang bersangkutan ke kas negara.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 45
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tuntutan
perbendaharaan adalah Surat Keputusan Pembebanan dan surat tanda setoran
(SSBP atau STS lainnya). Dokumen mengenai TP dan TGR dapat diperoleh di
biro/bagian keuangan yang mengelola TP dan TGR dimaksud.
Tuntutan ganti rugi merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai
negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu
kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung
dari suatu perbuatatn melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau
kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya.
Tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan
Tanggungjawab Mutlak (SKTM) setelah dikurangi dengan setoran yang telah
dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas negara.
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tuntutan ganti rugi
adalah Surat Keterangan Tanggungjawab Mutlak dan bukti setor berupa STS atau
SSBP.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi
adalah sebagai berikut:
Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi xxx
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx
4. Kemitraan Dengan Pihak Ketiga
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang
mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama
dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki.
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk membukukan kemitraan dengan pihak
ketiga adalah kontrak kerjasama dengan pihak ketiga yang bersangkutan.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 46
Bentuk kemitraan tersebut anatara lain berupa Bangun, Kelola, Serah (BKS) dan
Bangun, Serah, Kelola (BSK).
BKS adalah suatu bentuk kerjasama berupa pemanfaatan aset pemerintah oleh
pihak ketiga/investor, dengan cara pihak ketiga/investor tersebut mendirikan
bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya serta mendayagunakannya
dalam jangka waktu tertentu, untuk kemudian menyerahkan kembali bangunan dan
atau sarana lain berikut fasilitasnya kepada pemerintah setelah berakhirnya
jangka waktu yang disepakati (masa konsensi). Dalam perjanjian ini pencatatannya
dilakukan terpisah oleh masing-masing pihak.
BKS dicatat sebesar nilai aset yang diserahkan oleh pemerintah kepada pihak
ketiga/investor untuk membangun aset BKS tersebut. Aset dalam BKS ini disajikan
terpisah dari Aset Tetap.
BSK adalah pemanfaatan aset pemerintah oleh pihak ketiga/investor, dengan cara
pihak ketiga/investor tersebut mendirikan bangunan dan/atau sarana lain berikut
fasilitasnya kemudian menyerahkan aset yang dibangun tersebut kepada
pemerintah untuk dikelola sesuai dengan tujuan pembangunan aset tersebut.
Penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor kepada pemerintah disertai dengan
kewajiban pemerintah untuk melakukan pembayaran kepada pihak ketiga/investor.
Pembayaran oleh pemerintah ini dapat juga dilakukan secara bagi hasil.
BSK dicatat sebesar nilai perolehan aset yang dibangun yaitu sebesar nilai aset
yang diserahkan pemerintah ditambah dengan jumlah aset yang dikeluarkan oleh
pihak ketiga/investor untuk membangun aset tersebut.
Jurnal untuk mencatat Kemitraan dengan Pihak Ketiga adalah sebagai berikut:
Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 47
H. Aset Lain-lain
Pos Aset Lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam Aset Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan
Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi serta Kemitraan dengan Pihak Ketiga.
Contoh aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif
pemerintah.
Jurnal untuk mencatat Aset Lain-lain adalah sebagai berikut:
Aset Lain-lain xxx
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx
I. Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan akan dibayar kembali
atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal neraca.
1. Belanja Yang Masih Harus Dibayar
Utang ini berasal dari kontrak atau perolehan barang/jasa yang belum dibayar
sampai dengan tanggal neraca. Akun ini pada umumnya muncul di satuan kerja
pengguna anggaran karena pengguna anggaran yang melakukan kegiatan perolehan
barang/jasa.
Jurnal untuk mencatat Belanja Yang Masih Harus Dibayar adalah sebagi berikut:
Dana yang harus Disediakan untuk Pembayaran
Utang Jangka Pendek xxx
Belanja Yang Masih Harus Dibayar xxx
2. Uang Muka dari KUN
Uang Muka dari KUN merupakan utang yang timbul akibat bendahara Kementerian
Negara/Lembaga belum menyetor sisa UYHD/UP sampai dengan tanggal neraca.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 48
Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah sebesar saldo uang muka
yang belum disetorkan ke kas negara pada tanggal neraca.
Jurnal untuk Uang Muka KUN adalah sebagi berikut:
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
Uang Muka dari Kas Umum Negara xxx
J. Ekuitas Dana
Ekuitas dana merupakan pos pada neraca pemerintah yang menampung selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah. Pos Ekuitas Dana terdiri dari:
1. Ekuitas Dana Lancar
2. Ekuitas Dana Investasi
3. Ekuitas Dana Cadangan
1. Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban
jangka pendek/lancar. Ekuitas Dana Lancar antara lain adalah Pendapatan yang
ditangguhkan, Cadangan Piutang, Cadangan Persediaan dan Dana yang Harus
Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang.
Pendapatan yang ditangguhkan merupakan akun lawan untuk menampung kas di
bendahara penerima, cadangan piutang adalah akun lawan yang dimaksudkan untuk
menampung piutang lancar, sedangkan cadangan persediaan adalah akun lawan dari
aset lancar yang berupa persediaan.
2. Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam
investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban
jangka panjang. Pos ini terdiri dari:
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 49
a. Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, yang merupakan akun lawan
dari Investasi Jangka Panjang
b. Diinvestasikan dalam Aset Tetap, yang merupakan akun lawan dari Aset Tetap
c. Diinvestasikan dalan Aset Lainnya, yang merupakan akun lawan Aset Lainnya
3. Ekuitas Dana Cadangan
Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan
untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Akun ini
merupakan akun lawan dari Dana Cadangan.
K. Telaah Akun Neraca
1. Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo normal untuk akun Kas di Bendahara Pengeluaran adalah debit. Pada saat
terjadi penambahan Kas di Bendaharawan Pengeluaran, maka akun ini dicatat di
debit sebesar penambahannya. Sebaliknya, ketika terjadi pengurangan, maka
akun ini dikredit sebesar pengurangannya. Akun Kas di Bendahara Pengeluaran
disajikan di Neraca sebagai bagian dari pos Aset Lancar. Penyeimbang akun Kas
di Bendahara Pengeluaran adalah akun Uang Muka dari KPPN yang disajikan di
Neraca sebagai bagian dari pos Kewajiban Jangka Pendek.
Berikut adalah ikhtisar yang menunjukkan akun-akun yang berpengaruh pada
akun Kas di Bendahara Pengeluaran:
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 50
111411—Kas di Bendahara Pengeluaran
Kode
Akun Uraian Akun Debit Kredit
825111 Pengeluaran Uang Persediaan Dana
Rupiah
-
825112 Pengeluaran Uang Persediaan Dana
Pinjaman/Hibah Luar Negeri
-
825113 Pengeluaran Uang Persediaan
Pengguna PNBP (Swadana)
-
(815111) (Penerimaan Pengembalian Uang
Persediaan Dana Rupiah)
-
(815112) (Penerimaan Pengembalian Uang
Persediaan Dana Pinjaman/Hibah
Luar Negeri)
-
(815113) (Penerimaan Pengembalian Uang
Persediaan Pengguna PNBP
(Swadana))
-
(815114) (Penerimaan Pengembalian Uang
Persediaan Tahun Anggaran yang
Lalu)
-
Pengeluaran uang persediaan dengan kode akun 825111, 825112, dan 825113
dibukukan dari SPM/SP2D DUP dan TUP pada kolom pengeluaran. Penerimaan
pengembalian uang persediaan dengan kode akun 815111, 815112, dan 815113
dicatat dari SPM/SP2D pada kolom potongan atau dari SSBP yang digunakan
untuk menyetor pengembalian uang persediaan. Penerimaan pengembalian uang
persediaan dengan kode akun 815114 dicatat dari SSBP yang digunakan untuk
menyetor sisa Uang Persediaan tahun anggaran yang lalu.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam telaah atas akun Kas di Bendahara
Pengeluaran pada akhir periode:
a. Jika akun Kas di Bendahara Pengeluaran memiliki nilai positif:
Tanyakan kepada bendahara pengeluaran, apakah secara aktual jumlah
tersebut memang masih ada?
Jika jawabannya ya, berarti akun Kas di Bendahara Pengeluaran sudah
menyajikan nilai sesuai dengan kenyataannya. Pastikan bahwa saldo kas
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 51
tersebut telah disetorkan pada bulan Januari tahun anggaran berikutnya
dan tidak diperhitungkan dengan UP tahun anggaran berikutnya yang
dibuktikan dengan bukti setoran berupa SSBP.
Jika jawabannya tidak, dalam arti secara aktual sudah tidak ada lagi kas
di bendahara pengeluaran, maka ada kemungkinan masih terdapat
SPM/SP2D GU Nihil atau SSBP Pengembalian Uang Persediaan yang
belum dibukukan. Karenanya, pastikan kembali SPM/SP2D GU Nihil serta
SSBP penyetoran kembali uang persediaan telah direkam dan diposting
tanpa terkecuali. Pengujian hasil posting dapat dilihat dari cetakan buku
besar Kas di Bendahara Pengeluaran.
b. Jika akun Kas di Bendahara Pengeluaran memiliki nilai negatif:
Tanyakan kepada bendahara pengeluaran, berapa saldo kas di bendahara
pengeluaran yang secara aktual masih ada?
Jika jawabannya adalah 0, dalam arti sudah tidak ada lagi, maka pastikan
kembali bahwa SPM/SP2D Dana Uang Persediaan serta Tambahan Uang
Persediaan sudah direkam dan diposting secara keseluruhan tanpa
terkecuali.
Jika jawabannya adalah masih ada dengan nilai positif, maka perlu
dipastikan kembali kelengkapan SPM/SP2D yang berkaitan dengan uang
persediaan dan merekam serta memosting SPM/SP2D uang persediaan
yang terlewat.
Ada kemungkinan lain, bendahara pengeluaran melakukan penyetoran
kembali uang persediaan melalui SSBP yang jumlahnya lebih besar dari
sisa uang persediaan pada akhir periode.
2. Aset Tetap
Saldo normal untuk akun-akun pada pos Aset Tetap adalah debit. Pada saat
terjadi penambahan nilai akun-akun pada pos Aset Tetap, maka akun-akun ini
didebit sebesar penambahannya. Sebaliknya, ketika terjadi pengurangan, maka
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 52
akun-akun ini dikredit sebesar pengurangannya. Penyeimbang nilai total akun-
akun Aset Tetap adalah akun Diinvestasikan dalam Aset yang disajikan di
Neraca sebagai bagian dari pos Ekuitas Dana Investasi.
Berikut adalah akun-akun (baik yang final maupun sementara) yang tercakup
dalam pos Aset Tetap:
Kode
Akun Uraian Akun
131111 Tanah
131211 Tanah Sebelum Disesuaikan
131311 Peralatan dan Mesin
131411 Peralatan dan Mesin Sebelum Disesuaikan
131511 Gedung dan Bangunan
131611 Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan
131711 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
131811 Jalan, Irigasi, dan Jaringan Sebelum Disesuaikan
131911 Aset Tetap Lainnya
132111 Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akun-akun aset tetap dengan kata-kata ”sebelum disesuikan“ merupakan akun
sementara yang merupakan hasil penjurnalan setiap kali terjadi belanja modal.
Akun sementara ini tidak boleh muncul dalam penyajian neraca pada akhir
periode akuntansi. Jika pada tanggal neraca masih terdapat saldo akun ini,
maka harus direklasifikasi ke dalam akun aset tetap yang bersesuaian,
meliputi: Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan, irigasi, dan
jaringan; Aset Tetap Lainnya; atau Konstuksi dalam Pengerjaan.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 53
Akun belanja modal yang menimbulkan akun-akun sebelum disesuaikan:
Mata Anggaran
Pengeluaran
Akun-akun Neraca
yang ditimbulkan
Kode Uraian Kode Uraian 531111 Belanja Modal Tanah 131211 Tanah Sebelum Disesuaikan
532111 Belanja Modal Peralatan dan
Mesin
131411 Peralatan dan Mesin
Sebelum Disesuaikan
533111 Belanja Modal Gedung dan
Bangunan
131611 Gedung dan Bangunan
Sebelum Disesuaikan
5341 Belanja Modal Jalan Irigasi
dan Jaringan
131811 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Sebelum Disesuaikan
534111 Belanja Modal Jalan dan
Jembatan
534112 Belanja Modal Irigasi
534113 Belanja Modal Jaringan
Akun-akun sebelum disesuaikan akan dibalik secara sistemik melalui jurnal
balik yang ditimbulkan oleh proses penerimaan ADK dari UAKPB. Tentu saja ini
bisa terjadi jika KPB sudah menggunakan aplikasi SABMN dan melakukan
prosedur pengiriman dengan benar. Jika hal ini telah dilakukan, tetapi pada
akhir periode masih tetap ada akun sebelum guna dalam penyajian neraca.
Sebagai contoh, selama tahun anggaran 20XX, Satuan Kerja KLM melakukan
belanja modal:
Gedung dan bangunan (533111) sebesar Rp500.000.000.
Peralatan dan mesin (532111) sebesar Rp200.000.000.
Selama 200X, UAKPA telah melakukan proses penerimaan ADK SABMN secara
rutin tiap akhir bulan. Namun demikian pada Neraca per 31 Desember 200X,
masih terdapat akun Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan sebesar
Rp500.000.000.
B A B I I I N E R A C A
Modul Sistem Akuntansi Instansi 54
Langkah telaah yang dilakukan:
1. Cetaklah buku besar untuk akun ”Gedung dan Bangunan Sebelum
Disesuaikan”, cermatilah apakah terdapat pengkreditan sebesar
Rp500.000.000 dengan jenis dokumen ”JRNBMN”?
2. Jika jawaban untuk poin 1 adalah tidak, tanyakanlah kepada petugas
akuntansi SABMN apakah selama tahun 200X telah terjadi serah terima
pekerjaan selesai atas pembangunan Gedung dan Bangunan dari pemborong?
3. Jika jawaban poin 2 adalah sudah, maka mintalah petugas akuntansi SABMN
merekam perolehan Gedung dan Bangunan dengan bukti pendukung semua
SPM/SP2D yang terkait dengan perolehan Gedung dan Bangunan tersebut.
Kemudian dilakukan proses pengiriman ulang ke UAKPA, terima di SAKPA
dan posting ulang.
4. Jika jawaban untuk poin 2 adalah belum, lakukan jurnal reklasifiksi dari
Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan menjadi Konstruksi Dalam
Pengerjaan melalui jurnal aset, dan lakukan proses posting.
Top Related