BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1072/4/BAB III.pdf49 menggunakan media sosial...
-
Upload
truongkien -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1072/4/BAB III.pdf49 menggunakan media sosial...
47
BAB III
METODOLOGI
3.1. Deskripsi Perusahaan
Trisula Textile Industries sudah berdiri di Indonesia sejak tahun 1968 oleh
seorang pengusaha lokal, Tirta Suherlan, yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat.
Usahanya untuk memaksimalkan kualitas dengan mengadaptasi teknologi cutting-
edge textile yang berasal dari Jepang lah yang akhirnya menjadikan PT Trisula
bisa berdiri sampai saat ini. Sampai pada tahun 1989, perusahaan melebarkan
sayap nya ke arah industri garmen dan mendirikan beberapa brand garmen yang
diekspor ke Jepang, Amerika, Eropa, Australia, Malaysia, Singapur, dan negara
lain. Kemudian dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar domestik, pada tahun
1995 divisi bagian ritel menghasilkan brand JOBB dan disusul pergerakan usaha
khusus pembuatan seragam seperti seragam untuk bank, airlines, hotel, resorts,
dan sektor publik lainnya, pada tahun 1998.
PT Trisula International Tbk, sebelumnya bernama PT Transindo Global
Fashion yang bergerak di bidang perdagangan garmen, industri garmen, dan
industri tekstil pada tahun 2004. Untuk semakin memperluas pasar, Trisula
membuat dua brand pada tahun 2010 dan 2011 yaitu UniaAsia dan ManClub.
Bersamaan dengan hal tersebut, Trisula mengakuisi dua perusahaan garmen
dibawahnya yaitu PT Trisula Garmindo Manufacturing dan PT Trimas Sarana
Garment Industry yang fokus pada pasar garmen internasional. Dalam ekspansi
bisnisnya, Trisula membentuk usaha joint-venture bersama perusahaan yang
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
48
memegang brand G2000, yaitu Trading 2000 L.td yang menjadikan Trisula
sebagai ritel operator tunggal untuk wilayah di Indonesia. Setelah itu, Trisula
kembali mengadakan kerjasama sebagai ritel operator tunggal di Indonesia untuk
brand BONDS yang berasal dari Australia.
Kegiatan usaha Trisula dibagi menjadi dua bidang yaitu:
− Perdagangan Eceran (Ritel)
− Industri Garmen
Gambar 3.1. Logo PT Trisula International Tbk.
Sumber: http://www.trisula.co.id
JOBB adalah brand pakaian Trisula pertama yang berdiri sejak tahun 1995
untuk memenuhi kebutuhan fashion di dunia karier. JOBB menargetkan
produknya kepada sekelompok eksekutif muda yang berusia 25-40 tahun dengan
pengeluaran sebesar $2-20 per hari atau 26.314 – 263.140 IDR (menurut Asian
Development Bank tahun 2010). Produk yang dihasilkan oleh JOBB fokus kepada
pakaian formal kantor, maupun untuk berbagai macam acara formal seperti jaket,
jas, vest, apparels, dan aksesoris. Saat ini JOBB telah membuka 121 outlet toko di
35 kota di Indonesia baik independent store maupun department store seperti
Matahari, Centro, Star, Sogo, dan Mega. Sebagai media promosi, JOBB
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
49
menggunakan media sosial (instagram, twitter, facebook), website, dan jasa
endorsement di berbagai acara TV dan seorang public figure yang bekerja di
bidang public speaking. Untuk semakin meningkatkan kualitas dan value nya,
JOBB mengeluarkan produk terbaru yang dinamakan The Worx Smart Pants,
yang tersedia menjadi dua desain yaitu slim fit dan regular fit. Produk ini sebagai
wujud solusi yang fungsional karena ditujukan khusus bagi pengendara sepeda
motor. Produk dari brand JOBB ingin menampilkan kesan professional, smart dan
formal, sehingga ditujukan bukan sekedar untuk pergi ke kantor melainkan juga
untuk pencitraan diri yang elegan dan menarik
.
Gambar 3.2. Logo brand JOBB.
Sumber: http://jobb.co.id
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
50
Gambar 3.3. Suasana toko JOBB di salah satu mall.
Sumber: http://jobb.co.id
3.1.1. Visi dan Misi Perusahaan
Visi dari perusahaan adalah menjadi perusahaan yang kompetitif dan mampu
bersaing khususnya di bidang industri ritel dan garmen yang memang menjadi
fokus bidang usaha Trisula. Dengan berkomitmen penuh untuk menyampaikan
produk berkualitas tinggi hingga ke tangan konsumen. Nilai yang dipegang untuk
tetap bertahan di era globalisasi ini adlah menciptakan kehidupan yang lebih baik
bagi semua.
Misi perusahaan adalah pertumbuhan laba yang dihasilkan melalui tingkat
kepuasan konsumen dan dibarengi oleh kepemimpinan yang kuat. Dengan terus
berinovasi, Trisula yakin dapat memberikan produk yang terbaik dan juga service
yang memuaskan konsumen. Dalam hal service baik domestik maupun
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
51
mancanegara, Trisula tidak pernah membatasi dirinya karena ada faktor
keanekaragaman budaya dan kebutuhannya akan berbeda pula. Untuk memahami
hal ini, Trisula selalu berusaha untuk mengidentifikasi kebutuhan utama
konsumennya dan berkomitmen untuk mengembangkan produk sesuai kebutuhan
konsumen yang dilandaskan oleh ketulusan hati dalam bekerja, bertanggung
jawab dan komitmen secara penuh. Karena peningkatan pertumbuhan bisnis
Trisula, bersumber dari kepuasan pelanggan dan juga kepemimpinan yang
tangguh.
3.2. Gambaran Brand JOBB Secara Umum
Dalam penelitian tugas akhir ini, penulis membutuhkan data untuk memperkuat
rumusan masalah dan yang menjadi dasar teori dari kerangka berpikir. Penulis
telah melakukan riset kualitatif dengan melakukan pendekatan secara langsung
melalui Focus Group Discussion, wawancara, dan observasi yang berupa analisis
kompetitor. Untuk menambah tingkat ke-valid-an data, penulis melakukan metode
survey yaitu kuisioner dengan kombinasi jenis pertanyaan tertutup dan terbuka.
Untuk menunjang data yang tidak penulis dapatkan dalam riset, penulis
melakukan studi pustaka untuk memperdalam teori tentang logo, identitas visual,
branding, tipografi, warna, dan lain-lain.
3.3. Observasi
Rangkuti (2015) mendeskripsikan bahwa observasi adalah sebuah kegiatan
pengamatan yang dilakukan kepada objek maupun subjek (hlm. 42). Dalam
penelitian ini, penulis melakukan jenis observasi lapangan yang bertujuan untuk
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
52
mengetahui gambaran dari brand JOBB secara langsung yang berada di sisi
sebagai pengunjung.
3.3.1. Observasi Lapangan
Untuk mendapatkan data-data yang tidak penulis dapatkan apabila hanya melihat
dari media sosial maupun website, penulis pun mengunjungi dan melakukan
pengamatan terhadap berbagai outlet toko JOBB, diantaranya adalah outlet toko
JOBB yang berada di Mall Taman Anggrek, Jakarta Barat, Centro Summarecon
Mall Serpong, Star Dept Store Serpong, Matahari Department Store Karawaci dan
Supermall Karawaci, Tangerang. Dalam penelitian ini, penulis melakukan jenis
pengamatan biasa yang tidak melakukan interaksi atau memiliki keterlibatan
apapun dengan objek penelitian.
Gambar 3.4. Salah satu iklan produk JOBB yang dipasang di toko.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
53
Gambar 3.5. Aplikasi logo JOBB pada hanger
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.6. Aplikasi logo JOBB pada main label produk dasi
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
54
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.7. Aplikasi logo JOBB pada main label produk jas
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.8. Store traffic JOBB di Matahari Department Store Karawaci
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
55
Sumber: Dokumentasi pribadi
Dari hasil observasi lapangan penulis di outlet toko JOBB yang berlokasi
di Mall Taman Anggrek Jakarta Barat, penulis menemukan banyaknya identitas
visual yang tidak konsisten dan dapat dijelaskan sebagai berikut.
- Ukuran yang tidak konsisten dari washcare label untuk produk celana, jas,
dan kemeja.
- Pengaplikasian logo yang bentuknya terdistorsi pada beberapa media
aplikasi seperti washcare label pada produk jas, dan waist tag pada produk
celana.
- Bentuk dan ketebalan stroke dari icon laundry dan size dari body contentt
berisi laundry guide yang tidak konsisten.
- Pengaplikasian size dari logo JOBB yang tidak konsisten di main label
pada produk jas, celana dan kemeja.
- Perbedaan ukuran size label pada produk kemeja dengan produk jas dan
celana.
- Pengaplikasian typeface yang tidak konsisten pada waist tag produk celana
untuk informasi size dan informasi slim fit maupun regular fit.
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
56
Gambar 3.9. Identitas visual pada size produk yang tidak konsisten
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.10. Identitas visual pada washcare label produk yang tidak konsisten
Sumber: Dokumentasi pribadi
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
57
Gambar 3.11. Identitas visual pada main label produk yang tidak konsisten
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.12. Penggunaan typeface pada waist tag produk celana yang tidak konsisten
Sumber: Dokumentasi pribadi
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
58
3.3.2. Studi Eksisting
Untuk memastikan repositioning dari brand JOBB yang terinspirasi dari classic
English bespoke tailoring untuk menjangkau target segmentasi dari kategori usia
generasi Y (1981 – 1995), penulis melakukan observasi eksisting untuk
mengetahui brand value, positioning, dan harga dari masing-masing kompetitor.
Selain itu, tujuan dari observasi ini adalah memastikan tidak ada kompetitor yang
memiliki positioning yang sama. Hasil observasi eksisting yang telah penulis
lakukan, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3.1. Tabel perbandingan kompetitor dari brand JOBB
Sumber: Dokumentasi pribadi
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
59
Gambar 3.13. The Executive sebagai kompetitor brand JOBB
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.14. Van Heusen sebagai kompetitor brand JOBB
Sumber: Dokumentasi pribadi
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
60
Gambar 3.15. Wood sebagai kompetitor brand JOBB
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.16. G2000 sebagai kompetitor brand JOBB
Sumber: Dokumentasi pribadi
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
61
3.4. Wawancara
Wawancara menurut Sukandarrumidi (2004) adalah sebuah proses yang
melibatkan dua orang atau lebih yang saling bertatap muka secara fisik, dan
melakukan tanya jawab lisan (hlm. 88). Penulis melakukan proses wawancara
dengan Liew Chee Kiong selaku General Manager of Merchandise and Creative
yang berkaitan langsung dengan brand JOBB. Tujuannya adalah untuk
mengetahui konsep, gambaran dan perjalanan dari brand JOBB selama ini.
3.4.1. Proses Wawancara
Dalam proses wawancara, penulis mengajukan pertanyaan seputar konsep,
gambaran brand JOBB dan apa yang akan dilakukan oleh brand JOBB sebagai
suatu bentuk perubahan untuk lebih baik lagi. Kiong menjelaskan bahwa brand
JOBB saat ini sedang melakukan tahap perubahan sebagai sebuah lifestyle brand
yang mandiri. Proses transformasi tersebut ditargetkan akan memakan waktu
selama tiga tahun, dan akan dijelaskan sebagai berikut:
- Tahap satu: Upgrade (2016)
Pada tahap ini, brand JOBB telah melakukan banyak pembaharuan di produk-
produk yang telah ada saat ini dan disesuaikan dengan strategi marketing untuk
tetap menjadi brand yang relevan dengan keadaan pasar yang kompetitif.
Beberapa tipe produk baru juga telah diperkenalkan untuk mengetahui respon dari
masyarakat bersamaan dengan pemantauan keadaan pasar.
- Tahap dua: Realization
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
62
Pada tahap ini, produk dari brand JOBB akan dideskripsikan sebagai produk yang
memiliki konsep modern klasik. Benchmark yang digunakan sebagai acuan dalam
tipe produk dan konsep brand secara umum adalah G2000.
Gambar 3.17. Gambaran dari konsep modern klasik brand JOBB
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.18. Gambaran produk kemeja dengan konsep modern klasik brand JOBB
Sumber: Dokumentasi pribadi
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
63
Gambar 3.19. Gambaran produk celana dengan konsep modern klasik brand JOBB
Sumber: Dokumentasi pribadi
- Tahap tiga: The New Look (2018)
Dalam tahap ini, brand JOBB akan mengalami perubahan konsep. Sembari
memantau produk berkonsep modern klasik, brand JOBB melakukan perencanaan
untuk melakukan stimulasi dengan mengeluarkan koleksi kontemporer yang
bertujuan untuk melakukan repositioning brand agar dapat menjangkau target
pasar yang berusia muda. Koleksi kontemporer ini terinspirasi dari style pakaian
tradisional klasik Inggris dengan sentuhan fashionable.
Gambar 3.20. Gambaran secara umum konsep baru dari brand JOBB
Sumber: Dokumentasi pribadi
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
64
Gambar 3.21. Gambaran tipe produk jas dengan konsep baru dari brand JOBB
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.22. Gambaran tipe produk celana dengan konsep baru dari brand JOBB
Sumber: Dokumentasi pribadi
Saat ini, Kiong menganggap bahwa brand JOBB sedang mengalami masa
penurunan citra menjadi suatu brand yang tidak lagi relevan dengan target,
terkesan konvensional dan tidak dapat menjangkau target segmentasi nya yang
berusia 20-35 tahun. Oleh karena itu, beliau mengungkapkan keinginannya untuk
melakukan transformasi bertahap selama tiga tahun untuk dapat berdiri sendiri
menjadi suatu lifestyle brand yang tetap relevan dengan targetnya. Tahap ini dapat
dimulai dengan perancangan ulang identitas visual seperti logo dan graphic
standards manual, media pengaplikasian logo, packaging, dan collateral. Melalui
perancangan ulang identitas visual brand JOBB, Kiong berharap hal tersebut
dapat menjadi satu langkah pembuka bagi tahap berikutnya.
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
65
Gambar 3.23. Foto penulis bersama Mr. Liew Chee Kiong
GM of Creative and Merchandising dari brand JOBB
Sumber: Dokumentasi pribadi
3.4.2. Kesimpulan Wawancara
Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil wawancara dengan Kiong adalah
brand JOBB akan mengalami perkembangan yang dibagi menjadi tiga tahap yang
akan berlangsung selama tiga tahun yaitu upgrade, realization, dan the final look.
Hasil akhir yang akan dicapai oleh brand JOBB adalah menggantikan image
brand JOBB lama yaitu konvensional, membosankan, dan tidak relevan dengan
target menjadi sebuah brand yang memiliki style pakaian tradisional klasik
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
66
Inggris dengan sentuhan fashionable khususnya untuk menjangkau target
segementasi berusia 20-35 tahun.
3.5. Focus Group Discussion
Focus group discussion (FGD) menurut Rangkuti (2015) adalah wawancara yang
diarahkan oleh seorang moderator yang memiliki tugas untuk memandu
terlaksananya wawancara secara alami, dan semaksimal mungkin (hlm. 35).
Penulis membagi FGD ini menjadi dua sesi dengan jumlah empat peserta dalam
setiap sesi. Sesi ini dibagi berdasarkan pertimbangan kategori usia dan status
ekonomi sosial peserta. Data ini berkontribusi untuk memberikan gambaran
kepada penulis tentang permasalahan apa yang sebenarnya dihadapi oleh brand
JOBB, serta mengetahui citra brand JOBB di mata para narasumber yang
merupakan target segmentasi yang sesuai dari brand JOBB. Narasumber, tempat
dan waktu ketika melakukan FGD dalam kedua sesi tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Sesi pertama:
§ Narasumber 1
− Nama: Hery
− Usia: 28 tahun
− Pekerjaan: Technical planner di Sinarmas Land
− Domisili: Lippo Karawaci
− Pendidikan terakhir: S1 Arsitek Trisakti (2006)
§ Narasumber 2
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
67
− Nama: Budi
− Usia: 26 tahun
− Pekerjaan: Data Manager dan Analyst Reporter (bidang statistik)
− Domisili: Poris, Tangerang
− Pendidikan terakhir: S1 Akuntansi Trisakti (2008)
• Narasumber 3
− Nama: Hendry
− Usia: 25 tahun
− Pekerjaan: PPIC (Mengatur rencana produksi, pengiriman, dan lain-lain)
− Domisili: Gading Serpong, Tangerang
− Pendidikan terakhir: S1 Teknik Informatika Bina Nusantara (2009)
• Narasumber 4
− Nama: Bryan
− Usia: 24 tahun
− Pekerjaan: Marketing Bank
− Domisili: Gading Serpong, Tangerang
− Pendidikan terakhir: S1 Sistem Infomasi Universitas Multimedia
Nusantara (2011)
• Narasumber 5
− Nama: Nico
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
68
− Usia: 30 tahun
− Pekerjaan: Karyawan swasta
− Domisili: Ciledug, Tangerang
− Pendidikan terakhir: S1 Fakultas Hukum
Gambar 3.24. Suasana FGD sesi pertama
Sumber: Dokumentasi pribadi.
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
69
Gambar 3.25. Penulis beserta dengan peserta FGD sesi pertama
Sumber: Dokumentasi pribadi.
Sesi pertama diadakan di Docco Coffee and Tea yang berlokasi di The
Breeze, BSD City pada tanggal 22 Maret 2016 dan berlangsung pukul 19:00 –
21:30 PM. Sesi pertama ini diikuti oleh total 5 narasumber dengan latar belakang
sebagai karyawan swasta, status ekonomi sosial B+ dan A dengan rentang
pendapatan 4.000.000 – 8.000.000 rupiah, dan masuk dalam kategori generasi Y
(1981 – 1995).
2. Sesi kedua:
• Narasumber 1
− Nama: Bambang
− Usia: 45 tahun
− Pekerjaan: Wirausahawan di bidang garment
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
70
− Domisili: Tangerang
• Narasumber 2
− Nama: Sukardi
− Usia: 45 tahun
− Pekerjaan: Wirausahawan di bidang garment dan konveksi
− Domisili: Tangerang
• Narasumber 3
− Nama: Deni Priyanto
− Usia: 43 tahun
− Pekerjaan: CEO Hotel Olive dan Bus Arimbi
− Domisili: Lippo Karawaci, Tangerang
• Narasumber 4
− Nama: Thomas Jahja
− Usia: 43 tahun
− Pekerjaan: Wirausahawan PT Festino
− Domisili: Villa Melati Mas, Tangerang
Sesi kedua diadakan di Ayam Mercon, yang berlokasi di ruko Golden
Boulevard BSD City pada tanggal 27 Maret 2016 dan berlangsung pukul 11:00 –
13:00 PM. Sesi kedua ini diikuti oleh total 4 narasumber dengan latar belakang
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
71
sebagai wirausahawan, status ekonomi sosial A+ dengan rentang pendapatan
diatas 8.000.000 rupiah, dan masuk dalam kategori Generasi X : 1966 – 1980.
3.5.1. Proses FGD
Dalam proses pelaksanaan FGD ini, penulis mengajukan pertanyaan dan blind test
yang bertujuan untuk memastikan masalah yang dihadapi oleh brand JOBB,
sekaligus solusi nya. Pertanyaan dan jawaban dari narasumber dapat dijelaskan
per sesi sebagai berikut:
A. Sesi Pertama
1. Apakah Anda termasuk orang yang memperhatikan penampilan saat
pergi ke acara formal?
− “Memperhatikan penampilan. Karena sering bertemu dengan klien.”
− “Tergantung dari siapa yang ditemui dan bertemu dimana.”
− “Memperhatikan.”
− “Tidak memperhatikan, karena pekerjaan tidak selalu menuntut harus
rapi.”
− “Memperhatikan.”
2. Berapa budget Anda untuk membeli kebutuhan baju formal?
− “500.000 – 1.000.000”
− “250.000 – 500.000”
− “> 300.000”
− “> 500.000”
− “>200.000”
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
72
3. Biasanya brand baju formal apa yang Anda beli untuk pergi ke
berbagai acara resmi?
− “Batik keris.”
− “Pull & Bear atau ZARA.”
− “G2000.”
− “The Executive.”
4. Apa yang menjadi pertimbangan Anda dalam membeli produk
kategori tersebut?
− “Bahan adalah yang utama.”
− “Nyaman dipakai.”
− “Harga bukan masalah.”
− “Kualitas terutama.”
− “Brand itu sendiri yang sudah percaya.”
5. Apakah Anda pernah mendengar brand JOBB?
− “Pernah.”
− “Tidak pernah membeli.”
− “Pernah membeli, celana.”
− “Di department store.”
− “Belum pernah membeli, tapi tahu.”
6. Apakah Anda pernah membeli produk dari brand JOBB?
− “Tidak. Bahannya tidak nyaman. Experience dengan bajunya kurang.”
− “Tidak, terlalu mahal, over-budget.”
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
73
− “Pada awalnya tertarik, tetapi setelah mengetahui bahannya, menjadi tidak
tertarik.”
− “Tidak, desain interior tokonya tidak menarik, tidak modern.”
− “Strategi letak toko nya yang kurang strategis.”
7. Darimana Anda mengetahui brand JOBB?
− “Matahari Department Store.”
− “Tokonya langsung.”
− “Kunjungan ke mall.”
8. Kesan atau image apa yang muncul di pikiran Anda tentang brand
JOBB”
− “Murah. Menjual baju seharga 300.000 rupiah tapi terkesan seperti
menjual baju seharga 100.000 rupiah.”
− “Brand JOBB ini membosankan, boring. Model foto yang digunakan tidak
up to date. Tidak ada sesuatu yang menarik untuk dijual.”
− “Tidak memiliki brand value.”
− “Konvensional. Terlalu tua.”
− “Barangnya kualitas standard tetapi harganya mahal.”
9. (Penulis melakukan blind test dengan menunjukkan beberapa logo
yang ditutup sebagian untuk mengetahui tingkat brand awareness
narasumber)
• JOBB
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
74
− “Tahu kalau ini logo JOBB.”
− “Seperti merek bulutangkis: Mizuno.”
− “Seperti merek agar-agar: Swallow.”
• The Executive
− “Noticed.”
− “Tipografi nya sudah sangat khas.”
• G2000
− “Angka 2 nya sudah sangat khas.”
• Cardinal
− “Tidak tahu.”
− “Tidak terbayang.”
B. Sesi Kedua
1. Apakah Anda termasuk orang yang memperhatikan penampilan saat
pergi ke acara formal?
− “Pasti memperhatikan.”
− “Harus memperhatikan. Karena ada kewajiban untuk bertemu dengan
klien, jadi harus rapi.”
− “Memperhatikan.”
− “Tidak memperhatikan.”
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
75
2. Berapa budget Anda untuk membeli kebutuhan baju formal?
− “>500.000”
− “>500.000”
− “>1.000.000”
− “500.000-1.000.000”
3. Biasanya brand baju formal apa yang Anda beli untuk pergi ke
berbagai acara resmi?
− “Uniqlo.”
− “Uniqlo.”
− “Ermenegildo Zegna.”
− “The Executive.”
4. Apa yang menjadi pertimbangan Anda dalam membeli produk
kategori tersebut?
− “Sudah terbiasa memakai brand itu, maka akan memakai terus karena
malas untuk berpindah-pindah untuk mencoba brand lain.”
− “Brand menjadi yang utama.”
− “Lebih suka menjadi trendsetter, sehingga menyukai produk yang belum
banyak dipakai dan memiliki keunikkan tersendiri.”
− “Nyaman dan bahan enak.”
5. Apakah Anda pernah mendengar brand JOBB?
− “Tahu.”
6. Anda pernah membeli produk dari brand JOBB?
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
76
− “Pernah diberi oleh manager dari JOBB dan disuruh pakai, tetapi tidak
saya pakai.”
− “Pernah. Karena sedang mencari baju untuk kebutuhan acara formal.”
− “Pernah. Ketika lulus kuliah pertama kali.”
− “Tidak pernah membeli, karena sudah menjadi wirausahawan.”
7. Darimana Anda mengetahui brand JOBB?
− “Dulu tahu dari department store. Tetapi sekarang tidak pernah lagi
mengunjungi department store.”
− “Centro Department Store.”
− “Metro Department Store.”
− “Sogo Department Store.”
8. Kesan atau image apa yang muncul di pikiran Anda tentang brand
JOBB?
− “Baju kerja.”
− “Formal wear.”
− “Sudah tidak menarik untuk level pengusaha yang sudah mapan. Sudah
bukan menjadi pilihan.”
− “Mereka memposisikan brand mereka di bawah, tetapi harga lebih mahal
dari The Executive.”
9. (Penulis melakukan blind test dengan menunjukkan beberapa logo
yang ditutup sebagian untuk mengetahui tingkat brand awareness
narasumber)
• The Executive
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
77
− “Tahu kalau itu adalah The Executive.”
− “Sangat jelas itu The Executive.”
• G2000
− “G2000.”
• JOBB
− “JOBB.”
• Cardinal
− “Tidak tahu logonya, tetapi produknya tahu. Baju dengan style casual
sport.”
3.5.2. Analisa FGD
Setelah melakukan kedua sesi FGD tersebut, penulis mendapatkan kesimpulan
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
− Brand JOBB dianggap sebagai brand yang konvensional, membosankan,
dan bukan menjadi pilihan lagi oleh kedua kategori responden.
− Citra dari brand JOBB salah satunya adalah ‘murah’. Citra ini tidak
mencerminkan produknya yang dianggap mahal.
− Kompetitor terkuat dari brand JOBB adalah The Executive.
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016
78
− The Executive memiliki brand awareness yang tinggi sebagai brand
pakaian formal dari sisi identitas visual seperti tipografi, warna, dan logo.
Responden dapat menangkap jelas konsep yang ingin disampaikan oleh
brand The Executive sehingga membentuk citra yang baik.
− Secara identitas visual, logo dari brand JOBB sudah dikenal, namun brand
image sangat rendah.
− Desain interior yang relevan dengan target, bagaimana produk tersebut
ditata dengan menarik, dan letak toko yang strategis sangat mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen.
− Brand merupakan keputusan utama dalam melakukan pertimbangan
membeli suatu barang.
− Brand JOBB dianggap gagal mengikuti zaman oleh kedua kategori
responden.
Perancangan Identitas... Jessica Martha, FSD UMN, 2016