BAB III Lidah Buaya

13
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian “ Post test only control group design 3.2. Variabel dan Deinisi O!erasi"nal 3.2.1. Variabel Penelitian 3.2.1.1. Variabel Bebas : Lidah buaya 3.2.1.1. Variabel Tergantung : Lama penyembuhan luka sayat 3.2.2.e!inisi "perasi#nal 3.2.2.1. Variabel Bebas Lidah buaya $ Aloe Barbadensis Miller % adalah tanaman #bat tradisi#nal yang banyak terdapat di se daerah. Lidah buaya mengandung &at akti! berupa acemannan' mann#se()(ph#sphate' dan sap#nin yang berguna untuk penyembuhan luka sayat. Bagian lidah buaya ya digunakan adalah gel lidah buaya yang akan dilakukan pr#se ektraksi(pengendapan terlebih dahulukemudian diberikan secara t#pikal dalam bentuk sediaan salep dengan k#nsentra

description

l

Transcript of BAB III Lidah Buaya

49

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post test only control group design.

3.2. Variabel dan Definisi Operasional3.2.1. Variabel Penelitian3.2.1.1.Variabel Bebas: Lidah buaya3.2.1.1.Variabel Tergantung: Lama penyembuhan luka sayat

3.2.2.Definisi Operasional3.2.2.1.Variabel BebasLidah buaya (Aloe Barbadensis Miller) adalah tanaman obat tradisional yang banyak terdapat di seluruh daerah. Lidah buaya mengandung zat aktif berupa acemannan, mannose-6-phosphate, dan saponin yang berguna untuk penyembuhan luka sayat. Bagian lidah buaya yang digunakan adalah gel lidah buaya yang akan dilakukan proses ektraksi-pengendapan terlebih dahulu kemudian diberikan secara topikal dalam bentuk sediaan salep dengan konsentrasi 25%, 50%, dan 75% dengan pemberian 3x/ hari pada luka sayat. Skala: Rasio

3.2.2.2.Variabel TergantungLama penyembuhan luka sayat adalah waktu yang dibutuhkan untuk proses penyembuhan luka sayat. Untuk menentukan lama penyembuhan luka sayat ini dilakukan dengan cara mengukur panjang luka pada hewan coba setiap hari. Skala: Rasio

3.3. Populasi dan Sampel3.3.1.Populasi PenelitianPopulasi penelitian adalah mencit (Mus musculus) jantan galur swiss webster yang diperoleh dari Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.3.3.2. Sampel PenelitianMencit yang memenuhi kriteria inklusi dan drop out adalah sebagai berikut:3.3.2.1.Kriteria Inklusi3.3.2.1.1. Belum pernah digunakan untuk penelitian3.3.2.1.2. Mencit sehat3.3.2.1.3. Umur 2 2,5 bulan3.3.2.1.4. Berat badan rata-rata 35 gram3.3.2.1.5. Tidak terdapat kelainan secara anatomis.3.3.2.2. Drop Out3.3.2.2.1. Mencit mati selama masa percobaan

Hewan coba yang digunakan 30 ekor mencit yang dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 6 ekor sampel yang diambil secara random. Besar sampel ini menurut ketentuan penelitian hewan coba untuk perlakuan jangka pendek dari WHO adalah minimal 5 ekor tiap kelompok.

3.4. Instrumen dan Bahan Penelitian3.4.1. InstrumenTimbangan elektrik, kandang hewan coba, skalpel, cotton buds, gelas ukur, masker, sarung tangan, alat cukur, oven, spidol, blender, penggaris.3.4.2. Bahan PenelitianEkstrak gel lidah buaya, vaselin album, adaps lanae, mencit jantan galur swiss webster, pakan standart mencit, salep betadin, kapas alkohol.

3.5. Cara Penelitian3.5.1. Pembuatan Salep Ekstrak Gel Lidah Buaya3.5.1.1.Persiapan Pembuatan EkstrakLidah buaya yang telah diperoleh, dicuci bersih dengan larutan kalsium hipoklorit dan ditiriskan. Lalu lidah buaya dikupas dan dipotong kecil-kecil. Kemudian potongan gel lidah buaya diblender sehingga didapatkan jus gel lidah buaya.3.5.1.2.Pembuatan EkstrakPembuatan ekstrak gel lidah buaya ini menggunakan proses ekstraksi-pengendapan dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Proses ekstraksi-pengendapan dilakukan dengan cara bahan uji lidah buaya sebanyak 13 kg dibuat jus gel lidah buaya terlebih dahulu lalu jus gel lidah buaya tersebut ditambah etanol 96% deengan perbandingan 1 : 4. Kemudian campuran jus gel lidah buaya dengan etanol 96% diaduk selama 10 menit pada suhu 30o C. Kemudian dilakukan proses pengendapan selama 10 jam pada suhu 10o C. Setelah proses pengendapan selesai endapan yang terbentuk dipisahkan dari larutan dengan menggunakan penyaring. Endapan yang telah didapatkan dikeringkan dengan menggunakan vaccum dryer pada suhu 50o C.3.5.1.3.Penyiapan Bahan SalepBahan yang akan digunakan untuk membuat basis salep dan ekstrak gel lidah buaya ditimbang sesuai dengan takaran.3.5.1.4.Basis SalepBasis yang akan digunakan basis berlemak yaitu adeps lanae dan vaselin album. Sebelum dibuat basis salep, dipanaskan lumpang dan alu di dalam oven dengan suhu 50o C hingga panas, kemudian lumpang dan alu yang telah panas dikeluarkan dari oven dan masukkan adeps lanae terlebih dahulu dan diaduk hingga lebur kemudian dilanjutkan dengan memasukkan vaselin album dan diaduk dengan kecepatan konstan hingga homogen sampai membentuk basis salep.3.5.1.5.Salep Ekstrak Gel Lidah BuayaBasis salep yang telah dibuat, ditambahkan dengan ekstrak gel lidah buaya dan diaduk hingga homogen dengan menggunakan lumpang dan alu yang panas yang disesuaikan dengan masing-masing konsentrasi.Formulasi standar dasar salep yang digunakan menurut Agoes Goeswin (2006) ialah :R/Adaps Lanae30 gVaselin Album170 gm.f salep200 gSediaan salep yang akan digunakan pada penelitian ini memiliki masing-masing konsentrasi ekstrak gel lidah buaya yaitu 25%, 50%, dan 75% dibuat sebanyak 126 g.Formulasi salep ekstrak gel lidah buaya 25%R/Ekstrak gel lidah buaya31,5 gDasar salep94,5 gm.f salep126 gFormulasi salep ekstrak gel lidah buaya 50%R/Ekstrak gel lidah buaya63 gDasar salep63 gm.f salep 126 gFormulasi salep ekstrak gel lidah buaya 75%R/Ekstrak gel lidah buaya94,5 gDasar salep31,5 gm.f salep 126 g

3.5.2.Pengelompokan MencitMencit (Mus musculus) jantan dibagi menjadi 5 kelompok. Sebelum diberi luka sayat, terlebih dahulu bulu punggung yang akan disayat dicukur dahulu hingga bersih. Kemudian di oleskan kapas alkohol untuk disinfeksi. Skalpel ukuran 15 digunakan dengan menekan lebih dahulu dengan kedalaman 2 mm kemudian digeser sesuai arah mata pisau sepanjang 1-1,5 cm pada daerah punggung mencit (Febram, 2010). Masing-masing kelompok mendapat perlakuan sebagai berikut:Kelompok I:sebagai kontrol negatif mencit setelah dilukai, luka dibersihkan dengan aquades, diberikan dasar salep secara topikal dengan menggunakan cotton bud secara merata sebanyak 3x/ hari .Kelompok II: sebagai kontrol positif mencit setelah dilukai, luka dibersihkan dengan aquades, diberikan salep betadin secara topikal dengan menggunakan cotton bud secara merata dengan pengolesan 3x/ hari.Kelompok III:mencit setelah dilukai, luka dibersihkan dengan aquades, diberikan ekstrak gel lidah buaya 25% secara topikal dengan menggunakan cotton bud secara merata dengan pengolesan 3x/ hari.Kelompok IV:mencit setelah dilukai, luka dibersihkan dengan aquades, diberikan ekstrak gel lidah buaya 50% secara topikal dengan menggunakan cotton bud secara merata dengan pengolesan 3x/ hari.Kelompok V: mencit setelah dilukai, luka dibersihkan dengan aquades, diberikan diberikan ekstrak gel lidah buaya 75% secara topikal dengan menggunakan cotton bud secara merata dengan pengolesan 3x/ hari.

3.5.3.Lama Perlakuan Lama perlakuan dilakukan selama 21 hari. Sesuai dengan waktu fisiologis fase inflamasi sampai fase proliferasi yang dimulai sejak awal proses penyembuhan luka. Fase proliferasi berlangsung mulai hari ke-4 hingga hari ke-21 pasca cidera dan proses pada fase ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup semua permukaan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).3.5.4.Perlakuan pada Mencit (Mus musculus)Mencit (Mus musculus) jantan 2 2,5 bulan dengan berat badan rata-rata 35 gram dibagi menjadi 5 kelompok percobaan dengan rancangan acak. Sebelum diberi luka sayat, terlebih dahulu bulu punggung yang akan disayat dicukur dahulu hingga bersih. Pada punggung yang dicukur dibuat garis sepanjang 1-1,5 cm menggunakan spidol dan skalpel juga diberi tanda sepanjang 2 mm menggunakan spidol sebagai patokan kedalaman penyayatan. Kemudian dilakukan penyayatan luka pada punggung mencit tersebut dengan skalpel. Setelah itu aquades dialirkan ke daerah luka untuk membersihkan darah yang keluar dari luka sayat tersebut. Kelompok I setelah mencit dilukai, luka dibersihkan dengan aquades, dan diberikan dasar salep secara topikal dengan menggunakan cotton bud secara merata sebanyak 3x/ hari, mendapat pakan standar dan aquades. Kelompok II setelah mencit dilukai, luka dibersihkan dengan aquades, kemudian diberikan salep betadin secara topikal dengan menggunakan cotton bud secara merata sebanyak 3x/ hari, mendapat pakan standar dan aquades. Kelompok III setelah mencit dilukai, luka dibersihkan dengan aquades, kemudian diberikan ekstrak gel lidah buaya 25% secara topikal dengan menggunakan cotton bud secara merata sebanyak 3x/ hari, mendapat pakan standar dan aquades. Kelompok IV setelah mencit dilukai, luka dibersihkan dengan aquades, kemudian diberikan ekstrak gel lidah buaya 50% secara topikal dengan menggunakan cotton bud secara merata sebanyak 3x/ hari, mendapat pakan standar dan aquades. Kelompok V setelah mencit dilukai, luka dibersihkan dengan aquades, kemudian diberikan ekstrak gel lidah buaya 75% secara topikal dengan menggunakan cotton bud secara merata sebanyak 3x/ hari, mendapat pakan standar dan aquades. Kemudian dilakukan pengukuran panjang luka untuk semua mencit pada setiap kelompok. Pengukuran panjang luka dilakukan setiap pagi hari sebelum dilakukan pengolesan bahan uji. Pengukuran panjang luka ini dilakukan untuk mengetahui perubahan panjang luka sebagai tanda terjadinya penyembuhan luka.

3.6. Alur Penelitian

Mencit (Mus musculus) jantan galur swiss webster sebanyak 30 ekor

Randomisasi

Dibagi menjadi 5 kelompok

Kelompok IIIDiberi luka sayat+Diolesi salep ekstrak gel lidah buaya 75%Kelompok IIIDiberi luka sayat+Diolesi salep ekstrak gel lidah buaya 50%Kelompok IIIDiberi luka sayat+Diolesi salep ekstrak gel lidah buaya 25%Kelompok IIDiberi luka sayat+Diolesi salep betadinKelompok IDiberi luka sayat+Diolesi dasar salep

Pakan standar+AquadesPakan standar+AquadesPakan standar+AquadesPakan standar+AquadesPakan standar+Aquades

Dilakukan pengukuran panjang luka setiap pagi hari selama 21 hari

3.7. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2014 di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.3.8. Analisis Hasil Data yang diperoleh dari kelima kelompok tersebut, diolah secara statistik dengan menggunakan alat bantu program komputer SPSS 20.0 for windows. Pertama untuk mengetahui mean dan standar deviasi menggunakan uji deskriptif. Selanjutnya untuk mengetahui normalitas diilakukan uji Shapiro-wilk, dan untuk homogenitas dilakukan uji levene statistic. Data yang didapat berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan analisa dengan uji hipotesa one-way anova. Setelah uji hipotesa dilanjutkan uji Post Hoc Test untuk mengetahui perbedaan antara kelompok perlakuan.

Daftar PustakaAgoes, Goeswin., 2006, Pengembangan Sediaan Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Andrew S. Gurwood, OD, FAAO; Marc D. Myers, OD, FAAO, 2004, Povidone iodine: useful for more than preoperative antisepsis, http://www.healio.com/optometry/therapeutics/news/print/primary-care-optometry-news/%7B30c8c986-33f4-4561-9d29-1314684fa7e7%7D/povidone-iodine-useful-for-more-than-preoperative-antisepsis, diakses pada tanggal 16 februari 2014

Baswarsiati, Dewi, I.R., 2009, Potensi dan Manfaat Lidah Buaya, Teknologi untuk Petani. FEATI, BPTP, Jawa Timur

Davis, R.H., Di Donato, J.J., Hartman, G.M., Haas, R.C., 1994, Anti-inflammatory and Wound Healing Activity of a Growth Substance in Aloe Vera, J Am Podiatr med Assoc. 84(2): 77-81

Dorland, W.A.N., 2010, Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 31, EGC, Jakarta

Febram, Bayu Prasetyo, dkk., 2010, Aktivitas Sediaan Gel Ekstrak Batang Pohon Pisang Ambon dalam Proses Penyembuhan Luka pada Mencit, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor

Furnawanthi, I., 2002, Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib, Agro Media Pustaka, Jakarta

Gunawan, D., Mulyani, S., 2004, Ilmu Obat Alam (Famakognosi), Jilid I, Penebar swadaya, Jakarta, 106-118

Gurtner, G.C., 2007, Wound healing, normal and abnormal In: Thorne CH, Beasly, R.W., Aston, S.J., Bartlett, S.P., Gurtner, G.C., Spear, S.L. (Eds), Grabb and Smiths plastic surgery, edisi 6, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 15-22

Hidayat, T.S.N., 2013, Peran Topikal Ekstrak Gel Aloe Vera pada Penyembuhan Luka Bakar Derajat Dalam pada Tikus, Departemen Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetika, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya

Himatusujanah, Rahayuningsih, F.B., 2008, Hubungan Tingkat Kepatuhan Pelaksanaan Protap Perawatan Luka dengan Kejadian Infeksi Luka Post Sectio Caesarea (Sc) di Ruang Mawar I RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Journal News In Nursing, ISSN 1979-2697, 175-180

Jatnika, A., Saptoningsih, 2009, Meraup Laba dari Lidah Buaya, Agro Media Pustaka, Jakarta, 1-26

Jettanacheawchankit, S., Sasithanasate, S., Sangvanich, P., Banlunara, W., Thunyakitpisal, P., 2009, Acemannan stimulates gingival fibroblast proliferation; expressions of keratinocyte growth factor-1, vascular endothelial growth factor, and type I collagen; and wound healing, J Pharmacol Sci, April;109(4):525-31

Kumar, V., Cotran, R.S., Robbins, S.L., 2007, Buku Ajar Patologi, Edisi 7, EGC, Jakarta

Laura, K.S., Parnell, M.S., Anthony, D., Chinnah, I., Tizard R, 2002, Use of Mouse Footpad Model to Test Effectiveness of Wound Dressings, Diabetes spectrum, 14 (5): 199-208

Perkasa, M.F., 2009, Bleeding in Surgery, Department of Oto-rhino-laryngology Head and Neck, Medical Faculty of Hasanuddin University, Makassar

Rahayu, F., Ade, W.F.W., Rahayu, W., 2013, Pengaruh Pemberian Topikal Gel Lidah Buaya(Aloe chinensis Baker) Terhadap Reepitelisasi Epidermis pada Luka Sayat Kulit Mencit (Mus musculus), Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Riau

Riyadina, W., 2007, Kecelakaan Kerja dan Cedera yang Dialami oleh Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta, Balitbangkes Depkes RI, Jakarta Pusat

Saeed, M.A., Ahmad, I., Yaqub, U., Akbar, S., Waheed, A., Saleem, M., Nasirud-Din, 2003, Aloe vera: a plant of vital significance, Quarterly Science Vision Vol.9 No.1-2 Jul-Dec

Schultz, G.S., 2007, The physiology of wound bed preparation In (eds) Granick, M.S., Ganelli, R.L., Surgical wound healing and management, New York: Informa Healthcare USA Inc., 1-5

Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., 2002, Buku Ajar Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2, EGC, JakartaTamher, S., 2008, Patologi untuk Mahasiswa Keperawatan, TIM, Jakarta