BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

25
46 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM KEPOLISIAN RESORT BANGKALAN a. Gambaran Umum Mengenai Kepolisian Resort Bangkalan Kepolisian resort bangkalan atau polres bangkalan merupakan pelaksana tugas Kepolisian Republik Indonesia yang berada diwilayah Kabupaten Bangkalan dan di bawah komando kepolisian daerah jawa timur ( polda jatim ). Markas polres bangkalan beralamat di jl. Soekarno hatta No.45, Mlajah, Kec. Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur dengan kode pos 69116. Polres Bangkalan merupakan polres dengan klasifikasi (tipe) C dan dipimpin oleh perwira menengah berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP). Polres bangkalan saat ini dipimpin oleh AKBP RAMA SAMTAMA PUTRA, SIK., M.SI., M.H. Struktur organisasi Polres Bangkalan dipimpin oleh seorang Kapolres berpangkat AKBP dan dibantu oleh Wakapolres berpangkat Kompol, keduanya merupakan unsur pimpinan. Untuk melaksanakan tugas pimpinan dan pengelolaan organisasi unsur pimpinan dibantu unsur pembantu staf pelaksana yaitu pelaksanaan bagsunda (bagian sumber daya), perencanaan

Transcript of BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

Page 1: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

46

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. GAMBARAN UMUM KEPOLISIAN RESORT BANGKALAN

a. Gambaran Umum Mengenai Kepolisian Resort Bangkalan

Kepolisian resort bangkalan atau polres bangkalan merupakan

pelaksana tugas Kepolisian Republik Indonesia yang berada diwilayah

Kabupaten Bangkalan dan di bawah komando kepolisian daerah jawa timur

( polda jatim ). Markas polres bangkalan beralamat di jl. Soekarno hatta

No.45, Mlajah, Kec. Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur dengan

kode pos 69116.

Polres Bangkalan merupakan polres dengan klasifikasi (tipe) C dan

dipimpin oleh perwira menengah berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi

(AKBP). Polres bangkalan saat ini dipimpin oleh AKBP RAMA

SAMTAMA PUTRA, SIK., M.SI., M.H.

Struktur organisasi Polres Bangkalan dipimpin oleh seorang Kapolres

berpangkat AKBP dan dibantu oleh Wakapolres berpangkat Kompol,

keduanya merupakan unsur pimpinan. Untuk melaksanakan tugas pimpinan

dan pengelolaan organisasi unsur pimpinan dibantu unsur pembantu staf

pelaksana yaitu pelaksanaan bagsunda (bagian sumber daya), perencanaan

Page 2: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

47

bagren (bagian perencanaan) dan operasional yaitu Sat Binmas, serta

dibantu pelaksanaan operasional Polsek dan Polair.1

Adapun Visi dan Misi dari Polres Bangkalan adalah :

- Visi Polres Bangkalan

Terwujudnya Polres Bangkalan KARAPAN : Kreatif - Aman -

Profesional – Beriman.

- Misi Polres Bangkalan

1. Mewujudkan postur Polres Bangkalan yang ideal, efektif dan efesien;

2. Mewujudkan kualitas sumber daya manusia Polres Bangkalan melalui

pendidikan dan pelatihan;

3. Meningkatkan kemampuan pencegahan kejahatan melalui deteksi

dini pemolisian pro aktif dan sinergi polisional;

4. Meningkatkan stabilitas Kamtibmas dengan didukung oleh seluruh

komponen komponen masyarakat;

5. Mewujudkan penegakan hukum yang berkeadilan dan menjamin

kepastian hukum dengan menjunjung tinggi HAM;

6. Meningkatkan pengawasan dalam rangka mewujudkan Polres

Bangkalan yang profesional dan akuntabel.

b. Gambaran Umum Pertandingan Kerapan Sapi di Bangkalan.

1. Asal-usul Karapan Sapi di Bangkalan

1 Polres Bangkalan, Profil polres bangkalan, diakses di http://bangkalan.jatim.polri.go.i d

/index. php /read /organisasi pada tanggal 23 maret 2020

Page 3: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

48

Awal mula tradisi kerapan sapi hanya sekedar sebuah pesta rakyat

yang perayaannya digelar setiap tahun atas panennya yang berlimpah.

Kerapan sapi juga bukan hanya sebuah tradisi yang dilaksanakan secara

turun - temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya kerapan sapi

adalah sebuah prestise kebanggaan yang akan mengangkat martabat bagi

masyarakat madura.

Karapan Sapi adalah nama sebuah perlombaan pacuan sapi atau

balap sapi yang merupakan tradisi khas Pulau Madura. Pacuan sapi ini

diikuti oleh sepasang sapi jantan dengan seorang joki (pengemudi) yang

berdiri diatas penyangga yang terletak di antara sepasang sapi.

Karapan sapi ini diadakan setiap tahun untuk memperebutkan piala

Presiden dan biasanya dilaksanakan antara bulan agustus hingga

sepetember. Arena perlombaan antara sepanjang 100 meter dan

pertandingan biasanya selesai dalam waktu 15 detik hingga satu menit

dalam sekali bertanding.2

Dimadura ada beberapa macam “kerapan sapi” yang memberikan

klasifikasi dan kategori peserta kerapan yaitu kerap kene’ (kerapan

kecil ), kerap rajha (kerapan besar), kerap onjhangan (kerapan

undangan), kerap jar-ajharan (kerapan latihan).

2 Indri Lidiawati, kerapan sapi adalah, diakses di http://https://juragancipir.com/karapan-

sapi-adalah/, pada tanggal 23 maret 2010

Page 4: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

49

Dalam mengatur strategi atau taktik - taktik dalam pertandingan,

masing - masing tim menggunakan tenaga ahli atau trampil untuk

mempersiapkan sapi - sapi mereka. Orang - orang itu dikenal dengan

sebutan :

1. Tukang Tongko’ : joki yang mengendalikan sapi pacuan.

2. Tukang Tambang : orang yang menahan sapi sebelum dilepas.

3. Tukang Gettak : orang yang mengertak atau berteriak keras agar

sapinya berlari dengan kencang.

4. Tukang Tonja : orang yang bertugas menarik dan menuntun sapi

agar patuh pada kemauan pelatihnya.3

Gambar 1

2. Alat Yang Digunakan Dalam Pertandingan Kerapan Sapi

3 Dewi puspa, asal usul budaya kerapan sapi madura, diakases di

https://www.pulaumadura.com/, pada tanggal 23 maret 2020.

Page 5: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

50

Dalam pertandingan kerapan sapi dilihat dari adanya penggunaan

alat “ rekeng” oleh joki sapi. Rekeng merupakan jenis alat yang dipukul

kebagian pantat sapi. Rekeng terbuat dari sebatang kayu dan ditancapin

beberapa paku. Cara menggunakan rekeng itu yaitu dipukulin ke daerah

pantat sapi, agar sapi tersebut bisa berlari dengan kencang bagaikan

terpedo. Tidak hanya alat “rekeng” yang di gunakan untuk pertandingan

kerapan sapi. Tetapi ada beberapa bahan yang digunakan si pemilik sapi

agar sapinya berlari dengan kencang yaitu di olesnya balsem dan cabe di

bagian pantatnya juga. Sehingga sapi tersebut merasakan pedih

( kepanasan ) dan membuat sapi tersebut berlari dengan kencang.

Gambar 2

Page 6: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

51

Tabel 1 : alat dalam pertandingan kerapan sapi dalam bentuk tabel

NO ALAT Cara melakukan Akibat Pelaku

1. Rekeng Alat yang

dipukulkan ke

daerah pantat sapi

Luka joki

2. Balsam Dioleskan kebagian

mata dan pantat sapi

Perih pendamping

3. Cabe Dioleskan di bagian

pantat sapi

Perih pendamping

4. Co-raccoh Ditusuk dengan kayu

yang berisi paku

pada pantat sapi

Luka pendamping

Page 7: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

52

2. BENTUK BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI HEWAN

MENURUT HUKUM POSITIF INDONESIA

Membahas menegenai Perlindungan Hukum Hewan di Indonesia

tidak terlepas dari Peraturan yang mengaturnya (hukum positif). Dalam

sistem hukum Indonesia telah mengatur pelarangan melakukan tindakan

penganiayaan hewan yang akan diuraikan pada dibawah ini.

a. Peraturan (Hukum Positif) Yang Terkait Dengan Larangan

Melakukan Penyiksaan Terhadap Hewan Yaitu :

NO PERATURAN PASAL

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) 302

406

540

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

18 Tahun 2009 Tentang Peternakan Dan Kesehatan

Hewan

66A ayat (1)

66 ayat (2)

3. Peraturan Pemerintah Nomor 95 tahun 2012 tentang

Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan

Hewan.

83

92

93

4. Intruksi Gubernur Jawa Timur Nomor 1/INST/2012

tentang Pelaksanaan Kerapan Sapi Tanpa Kekerasan

Page 8: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

53

Terhadap peraturan perundang-undangan tersebut diatas akan diuraikan

unsur-unsur pasal mengenai penganiayaan hewan diakaitkan dengan

tradisi kerapan sapi di Bangkalan.

1) KUHP

Unsur-Unsur dalam Pasal 302. Pasal 302 dirumuskan menjadi dua

yaitu penganiayaan ringan terhadap hewan dan kualifikasi sebagai

penganiayaan hewan. Kekerasan atau penganiayaan hewan dalam

Pasal 302 mengantur mengenai unsur Subyektif objektif. Terdapat 2

(dua) unsur yaitu:

1. UNSUR SUBJEKTIF

a) Barang Siapa : Joki kerapan Sapi

b) Tanpa tujuan yang patut/tujuan yang baik : tujuan

kerapan sapi untuk diperlombakan/ hanya sebatas

bersenang senang saja.

c) Dengan Sengaja : para Joki dengan sengaja

menganiaya sapi dalam kerapan sapi agar sapi

kesakitan sehingga sapi ketika merasa kesakitan akan

lari lebih cepat dari pada biasa dan joki pun menyadari

akan penyiksaan tersebut

2. UNSUR OBYEKYIF

a) Melampaui Batas :Penganiayaan hewan dalam

kegiatan kerapan sapi merupakan perbuatan yang

berlebihan yang dilakukan oleh para Joki

Page 9: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

54

b) Menyakiti/Melukai, Merugikan Kesehatan :

sengaja disakiti dengan dipukul dengan “rekeng”

agar sapi kesakitan lalu lari kencang dan juga dengan

adanya pukulan terhadap sapi maka sapi lambat laun

akan mengalami kerusakan dibagian belakang dekat

dengan butut karena hancur akibat pukulan joki.

Dalam kerapan sapi kekerasan dilakukan dengan

alasan untuk memacu lari kerapan sapi lebih kencang

dan dengan tujuan supaya sapi kerapan memenangkan

pertandingan. Menurut penulis unsur kekerasan ini

termasuk poin kedua yaitu untuk mencapai tujuan patut

(tujuan yang tidak ada kebaiakan baik untuk masyarakat

dan keberlangsungan sapi) secara melampaui batas

dikarenakan dalam melakukan tujuan tersebut dilakukan

tindakan yang mengakibatkan hewan merasa kesakitan

sampai terluka.

Dari uraian diatas telah dijelaskan dan diuraikan bentuk

penganiayaan dan jenis perbuatan yang dilakukan didalam

pelaksanaan kerapan sapi di Kabupaten Bangkalan, Madura sehingga

tindak kekerasan yang dilakukan dapat dikategorikan termasuk dalam

unsur perbuatan yang diatur dalam Pasal 302 KUHP.

Unsur selanjutnya adalah hewan. Dalam kerapan sapi, hewan

yang merupakan objek dari penganiayaan hewan adalah sapi kerap.

Page 10: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

55

Unsur terakhir yaitu unsur subyektif dengan sengaja, Berdasarkan

wawancara penulis dengan Haji Djumali (pengerap sapi di Kabupaten

Bangkalan) pada hari kamis, 2 mei 2020 di Kandang Sapi miliknya,

“tindakan rekeng itu memang sudah seharusnya digunakan karena

merupakan tradisi turun-temurun”. Anggapan bahwa kekerasan ini

memang legal dilakukan dan pasti dalam melakukan terdapat unsur

kesengajaan.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang

Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang

Peternakan Dan Kesehatan Hewan.

Pada Pasal 66 A ayat (1) yang dimana Pasal tersebut berisi klausula

pelarangan untuk menganiaya hewan. Yang dimaksud penganiayaan

dalam pasal ini adalah tindakan untuk memperoleh kepuasan dan/atau

keuntungan dari hewan dengan memperlakukan hewan diluar batas

kemampuan biologis dan fisiologis. Menurut penulis, pelaksanaan tradisi

kerapan sapi di Kabupaten Bangkalan memenuhi unsur diatas. Dimana

sapi karapan di berikan alat dan bahan pemacu yang sudah dijelaskan

didalam tabel yang mengakibatkan sapi merasakan kesakitan dan

menyebabkan bagian tubuh sapi terluka. Hal tersebut dilakukan untuk

memperoleh keuntungan yaitu menjadi juara dalam pertandingan

kerapan sapi. Pasal 66 ayat (2) hanya menjelaskan tindakan yang merujuk

pada etika dan nilai kemanusiaan, seperti tidak melakukan penyiksaan.

Page 11: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

56

3) Peraturan Pemerintah Nomor 95 tahun 2012 tentang Kesehatan

Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan.

Tindakan kekerasan atau penganiayaan hewan dalam kerapan sapi di

Kabupaten Bangkalan melanggar Pasal 92 huruf b dimana dalam kerapan

sapi hewan diberikan bahan pemacu atau perangsang yang berupa alat

yang sudah diuraikan diatas supaya sapi dapat berlari lebih cepat dan

dapat memenangkan pertandingan. Dalam peraturan pemerintah ini

memang tidak diperbolehkan mengatur mengenai ketentuan pidana

dikarenakan peraturan pemerintah hanya berfungsi sebagai peraturan

pelaksana.

4) Instruksi Gubernur Nomor 1/INST/2012 tentang Pelaksanaan

Kerapan Sapi tanpa kekerasan

Instruksi ini hanya mengatur mengenai larangan penggunaan

kekerasan dan penganiayaan antara lain: tidak ada kekerasan/penyiksaan

terhadap binatang (sapi kerapan) kecuali dengan alami (dicambuk dengan

bambu), pemakaian balsam, Air campuran jahe dan cabai tidak

diperkenankan digunakan di area bagian mata, telinga, dubur dan alat

vital sapi dan segala alat pemacu yang merupakan benda tajam tidak

perbolehkan digunakan.

Kedudukan Instruksi dalam peraturan perundangan, dibawah

peraturan perundang-undangan seperti yang diatur didalam Pasal 7

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan. Instruksi ini merupakan legislasi semu yang

Page 12: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

57

memiliki daya ikat.tetapi jika tidak dilaksanakan tidak ada sanksi pidana

yang dapat dijatuhkan. Dalam instruksi ini telah diatur mengenai

pelarangan penggunaan kekerasan dalam pelaksanaan kerapan sapi.

Namun tidak dapat dicantumkan ketentuan sanksi pidana karena bukan

merupakan undang-undang ataupun peraturan daerah (perda).

Peraturan yang melarang tindakan penganiayaan terhadap hewan

dalam sistem hukum Indonesia yang menerapkan sanksi pidana hanya

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-undang

Nomor 18 tahun 2009 juncto Undang-undang Nomor 41 tahun 2014

tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sesuai dengan asas lex

specialis derogat legi generalis (aturan hukum yang khusus akan

mengesampingkan aturan hukum yang umum.) maka Lex Specialis dari

aturan ini adalah Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 juncto Undang-

undang Nomor 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan hewan

dan KUHP sebagai lex generalis.

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT PEMBERIAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI HEWAN SAPI DALAM

PERTANDINGAN KERAPAN SAPI DI KABUPATEN BANGKALAN

A. Hasil Wawancara dengan Kepolisian Resort Bangkalan

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan salah satu anggota

polisi AKP Agus Sobarnapraja, S.H.,S.I.K pada tanggal 6 April 2020

menyebutkan diantaranya :

Page 13: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

58

Warga dan pemilik sapi tidak mengetahui bahwasannya perbuatan yang

dilakukan melanggar hukum pasal 302 ayat 1KUHP. Yang mereka tahu

hanya bagaimana sapi tersebut bisa berlari dengan kencang. Dan jika aparat

kepolisian melakukan tindakan terhadap pemilik kerapan sapi, maka mereka

akan menolak dan akan menimbulkan kebencian terhadap aparat kepolisian

(polres Bangkalan ).

Pelaksanaan Kerapan Sapi Tanpa Kekerasan, masih terjadi penyiksaan

terhadap hewan. Semakin maraknya kejadian tersebut menjadi pekerjaan

rumah bersama terskhusus saya sebagai penegak hukum, warga dan pemilik

sapi tersebut masih minim kesasadaran dan memahami bahwa perbuatan

yang selama ini sudah melanggar pasal 302 ayat 1 KUHP. Akan tetapi

cukup memakan waktu lama untuk adanya kesepakatan agar tidak terjadi

penyiksaan kepada hewan. Dalam waktu yang begitu lama akhirnya pada

tahun 2019 warga dan pemilik sapi kerap, sepakat bahwasannya tidak ada

lagi penyiksaan dalam pertandingan kerapan sapi ( khususnya di bangkalan

).4

B. Hasil Wawancara dengan Masyarakat

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan bapak syakur,

salah satu warga bangkalan menyebutkan diantaranya:

Sulitnya mengatasi penyiksaan atau penganiayaan hewan pada

pertandingan kerapan sapi dikarenakan masyarakatnya mempunyai alasan

4 Wawancara dengan AKP Agus Sobarnapraja, S.H.,S.I.K pada tanggal 6 April 2020

Page 14: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

59

dan cara bagaimana kekerasaan itu tetap dilakukan. Karena masih banyak

warga menilai perbuatan tersebut salah satu budaya turun temurun.5

Dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan dengan bapak H.

Djumali ( pemilik sapi kerap ) menyebutkan bahwa kerapan sapi sudah

menjadi tradisi atau budaya yang sudah sejak lama ada di pulau Madura.

Penyiksaan terhadap hewan sapi sudah diterapkan sudah begitu lama.

Dilakukannya seperti itu agar sapi tersebut bisa berlari dengan kencang,

biasanya terjadinya penyiksaan tersebut pada saat kejuaraan piala presiden

dan perbuatan tersebut dilakukan sampai saat ini.6

Wawancara dengan bapak H. Tohir salah pemilik sapi kerap di

bangkalan menyebutkan bahwa : unsur yang dilakukan pada sapi saat waktu

pertandingan kerapan sapi, pasti ada penyiksaan terhadap sapi. Dengan

begitu sapi bisa berlari dengan kencang dan bisa menjuarai perlombaan. Jika

perbuatan penyiksaan tersebut di hilangkan maka sapi tersebut tidak akan

berlari dengan kencang lagi. Akan tetapi, jika hal tersebut memang untuk

yang terbaik, saya ( pemilik sapi ) akan mendukung perubahan tersebut.7

Dari hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulannya bahwa faktor-

faktor penghambat perlindungan terhadap sapi sebagai berikut:

1. Warga atau pemilik sapi belum mengetahui bahwasannya perbuatan

tersebut merupakan tindak pidana

5 Wawancara dengan bapak syakur pada tanggal 7 april 2020 6 Wawancara dengan bapak H.Djumali pemilik sapi pada tanggal 8 april 2020 7 Wawancara dengan bapak H. Tohir pemilik sapi pada tanggal 8 april 2020

Page 15: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

60

2. Adanya penolakan dari masyarakat bangkalan ketika diadakan

tindakan atau penegeakan hukum.

3. Minimnya kesadaran dari warga atau pemilik sapi

4. Masyarakat mengagap bahwa penyiksaan terhadap sapi merupakan

tradisi turun temurun sejak lama

5. Warga atau pemilik sapi menggap bahwa kalau tidak disiksa sapi

tidak akan lari cepat dan akan kalah

4. ANALISIS PERLINDUNGAN HEWAN DALAM PERTANDINGAN

KERAPAN SAPI DI KABUPATEN BANGKALAN

Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis menghasilkan suatu

analisa terhadap problematika Hukum Penyiksaan Hewan dalam

pertandingan Kerapan Sapi di Kabupaten Bangkalan, yang akan dijelaskan

dibawah ini serta kenda dan juga solusi dari penulis untuk menyelesaikan

permasalahan, Hukum Penyiksaan Hewan dalam pertandingan Kerapan

Sapi di Kabupaten Bangkalan sehingga kedepannya di kabupaten bangkalan

bersih dari pelanggaran hukum penyiksaan hewan dalam pertandingan

kerapan sapi.

a. Hasil Analisis terhadap Penyiksaan Hewan dalam pertandingan

kerapan sapi di kabupaten Bangkalan

Hasil analisis oleh penulis menghadirkan beberapa poin bentuk analisis

sebagai berikut:

1. Penyiksaan Hewan dalam pertandingan kerapan sapi di

kabupaten Bangkalan merupakan tindakan pelanggaran hukum.

Page 16: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

61

Bahwa sudah jelas jikalau perbuatan penyiksaan tersebut sudah

bertentangan beberapa peraturan perundangan-undangan sebagai

berikut:

a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagaimana

dalam rumusan pasal 302, 406 Jo 540 dan dalam rumusan

beberapa pasal tersebut mengatur larangan terhadap penyiksaan

hewan, maka penulis menganalisa bahwa perbuatan tersebut

sudah memenuhi unsur pidana sebagaimana dalam rumusan

pasal 302 ayat (1) KUHP, adapun unsur tindak pidana dalam

teori yang disampaikan oleh Menurut Moeljatno,8 tindak pidana

adalah suatu perbuatan yang memiliki unsur dan dua sifat yang

berkaitan, unsur-unsur yang dapat dibagi menjadi dua macam

yaitu :

a. Subyektif adalah berhubungan dengan diri sipelaku

dan termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu yang

terkandung dihatinya.

Obyektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri sipelaku

atau yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaannya,

yaitu dalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari

sipelaku itu harus dilakukan

Analisi unsur-unsur tindak pidana dalam pasal 302 ayat (1)

sebagai berikut:

8 Moeljatno. Azas-Azas Hukum Pidana. Rineka Cipta. 1993. Jakarta Hlm. 69

Page 17: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

62

a. UNSUR SUBJEKTIF

1. Barang Siapa : Joki kerapan Sapi

2. Tanpa tujuan yang patut : tujuan kerapan sapi

untuk diperlombakan/ hanya sebatas bersenang

senang saja.

3. Melampaui Batas :Penganiayaan hewan dalam

kegiatan kerapan sapi merupakan perbuatan yang

berlebihan yang dilakukan oleh para Joki

b. UNSUR OBYEKYIF

4. Dengan Sengaja : para Joki dengan sengaja

menganiaya sapi dalam kerapan sapi agar sapi kesakitan

sehingga sapi ketika merasa kesakitan akan lari lebih

cepat dari pada biasa dan joki pun menyadari akan

penyiksaan tersebut.

5. Menyakiti/Melukai, Merugikan Kesehatan :

sengaja disakiti dengan dipukul dengan “rekeng” agar

sapi kesakitan lalu lari kencang dan juga dengan adanya

pukulan terhadap sapi maka sapi lambat laun akan

mengalami kerusakan dibagian belakang dekat dengan

butut karena hancur akibat pukulan joki.

Bahwa dengan adanya penjelasan diatas sudah jelas dan

terang menerang bahwa pebuatan penyiksaan terhadap

hewan sapi dalam pertandingan kerapan sapi

Page 18: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

63

dibangkalan masuk unsur pidana sehingga dikatan

sebagai perbuatan pidana, maka menurut hukum dan

teori pemidanaan masuk dalam Teori pemidanaan

“Pembalasan” sebagaimana yang telah disampaikan oleh

Roslan Saleh menegaskan bahwa pidana adalah

reaksi atas delik, dan ini berwujud suatu nestapa

yang dengan sengaja dilimpahkan Negara kepada

pembuat delik9.

penganiayaan dalam pasal ini adalah tindakan untuk

memperoleh kepuasan dan/atau keuntungan dari hewan dengan

memperlakukan hewan diluar batas kemampuan biologis dan

fisiologis

b. Melanggar ketentuan Pada Pasal 66 A ayat (1) Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Perubahan

Atas Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang

Peternakan Dan Kesehatan Hewan penganiayaan dalam pasal ini

adalah tindakan untuk memperoleh kepuasan dan/atau

keuntungan dari hewan dengan memperlakukan hewan diluar

batas kemampuan biologis dan fisiologis sehingga berdampak

buruk pada hewan baik secara fisik maupun secara psikis, secara

fisik badan sapi tertekan dan secara psikis sapi mempunyai

9 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2011, hlm.

81

Page 19: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

64

tekanan yang kuat karena berada dikeramaian orang dan juga

mempunyai kebiasaan untuk menang diperlombaan.

c. Melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 95 tahun 2012 tentang

Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan.

Tindakan kekerasan atau penganiayaan hewan dalam kerapan

sapi di Kabupaten Bangkalan melanggar Pasal 92 huruf b

dimana dalam kerapan sapi hewan diberikan bahan pemacu atau

perangsang yang berupa alat yang sudah diuraikan diatas supaya

sapi dapat berlari lebih cepat dan dapat memenangkan

pertandingan.

d. Melanggar ketentuan Instruksi Gubernur Nomor 1/INST/2012

tentang Pelaksanaan Kerapan Sapi tanpa kekerasan. Instruksi ini

hanya mengatur mengenai larangan penggunaan kekerasan dan

penganiayaan antara lain: tidak ada kekerasan/penyiksaan

terhadap binatang (sapi kerapan) kecuali dengan alami

(dicambuk dengan bambu), pemakaian balsam, Air campuran

jahe dan cabai tidak diperkenankan digunakan di area bagian

mata, telinga, dubur dan alat vital sapi dan segala alat pemacu

yang merupakan benda tajam tidak perbolehkan digunakan

penganiayaan dalam pasal ini adalah tindakan untuk

memperoleh kepuasan dan/atau keuntungan dari hewan dengan

memperlakukan hewan diluar batas kemampuan biologis dan

fisiologis sehingga berdampak buruk pada hewan baik secara

Page 20: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

65

fisik maupun secara psikis, secara fisik badan sapi tertekan dan

secara psikis sapi mempunyai tekanan yang kuat karena berada

dikeramaian orang dan juga mempunyai kebiasaan untuk

menang diperlombaan.

Dalam instruksi ini telah diatur mengenai pelarangan

penggunaan kekerasan dalam pelaksanaan kerapan sapi. Namun

tidak dapat dicantumkan ketentuan sanksi pidana karena bukan

merupakan undang-undang ataupun peraturan daerah (perda)

Maka dari beberapa point diaatas semakin menguatkan

penyiksaan terhadap hewan sapi dalam pertandingan sapi

merupakan perbuatan melawan hukum dan melanggar ketuntuan

hukum ada yang ada baik dari dasar hukum Undang-Undang

Hingga peraturan daerah.

2. Kendala-kendala Perlindungan Hewan Dalam Pertandingan

Kerapan Sapi di Kabupaten Bangkalan

Adapun kendala-kendala yang timbul dalam rangka penegakan

hukum terkait perlindungan hewan dalam pertandingan karapan sapi di

Bangkalan sebagai berikut:

a. Minimnya pendidikan dan pengetahuan tentang hukum

Bahwa berdasarkan sepengetahuan penulis bahwa pengetahuan

tentang hukum dimadura sangat minim, apalagi dari segi pendidikan

masih tergolong sangat rendah sehingga inilahsalah satu penyebab

sulitnya penegakan hukum di kabupaten bangkalan.

Page 21: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

66

b. Minimnya kesadaran terhdap hukum

Didasari pendidikan rendah maka berdapak pada minimnya

kesadaran hukum oleh masyarakat pada umumnya dikabupaten

bangkalan, yang kemudian merupakan masalah besar di kabupaten

bangkalan.

c. Sulitnya penegakan Hukum dimadura

Kerapan sapi sudah mengakar dan sudah menjadi kultur atau

kebiasaan sejak zaman nenek moyang terdahulu, kerapan sapi

walaupun ada bentuk pelanggarannya terhadap Undang-undang akan

tetapi karena sudah mengkultur maka akan sulit jika dihapus atau

diteggakkan secara hukum

d. Tingginya persaingan setiap orang yang punya sapi

Setiap orang yang punya sapi kerap saling berlomba mencari sapi

terbaik agar menjadi juara sehingga nama pemilik sapi akan diangkat

dan menjadi terkenal sehingga persaingan ini berdampak semakin

kuat persaingan antar tetangga.

e. Besarnya hadiah yang ditawarkan dalam perlombaan Dari segi

hadiah yang ditawarkan dalam perlombaan kerapan sapi tidaklah

sedikit. Dalam perlombaan kerapan hadiah yang ditawarkan mulai

dari puluhan juta hingga ratusan juta. Hal tersebut menimbulkan

persaingan ketat antar pengerap sapi sehingga pengerap terkadang

melakukan berbagai cara agar sapinya bisa berlari lebih cepat.

Kemudian mengenai peraturan perundangan dapat dikatakan bahwa

Page 22: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

67

peraturan perundangan kita sudah mengatur mengenai pelarangan

kekerasan atau penganiayaan hewan. Namun, berdasarkan fakta

dilapangan penegakannya belum masif hal itu terlihat berdasarkan

hasil wawancara yang mengatakan bahwa penyiksaan itu masih ada

terutama dalam kejuaraan piala presiden dalam pertandingan

karapan sapi.

Darilima poin kedala diatas menjadi kendala besar penegakan

hukum terhadap penyiksaaan hewan sapi dalam pertandingan

kerapan sapi, sehingga membutuhkan atau solusi terhadap masalah

ini, agar penyiksaan hewan sapi dapat dihapuskan.

3. Upaya Perlindungan Hewan Sapi Dalam Pertandingan Kerapan

Sapi Di Kabupaten Bangkalan

Upaya yang umumnya dilakukan dalam menegakan suatu

larangan atau perintah-perintah dalam hukum dapat dilakukan maka

penulis menghadirkan dengan dua cara yakni Preventif (pencegahan)

dan Represif (penindakan). Dalam konteks upaya Perlindungan Hewan

dalam Pertandingan Kerapan Sapi Di Kabupaten Bangkalan, yaitu :

1) Upaya Preventif

Penegakan Hukum Preventif dapat dilakukan oleh Dinas

Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata (Dispora) Kabupaten

Bangkalan, sebagai lembaga diberi tugas untuk menjalankan hukum

dan mengatasi tindak penganiayaan hewan dalam tradisi karapan sapi

yaitu Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Page 23: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

68

Bangkalan sebagai pelaksana kegiatan. dengan cara sosialisasi

mengenai aturan pelarangan penggunaan kekerasan dalam pelaksanaan

kerapan sapi kepada masyarakat (terutama Pengerap sapi).

Pada dasarnya Pemerintah sudah berupaya untuk menghilangkan

kekerasan atau penganiayaan hewan dalam pelaksanaan kerapan sapi

dengan cara menerbitkan Instruksi Gubernur Jawa Timur Nomor

1/INST/2012 tentang Pelaksanaan Kerapan Sapi tanpa kekerasan.

Dalam hal ini.

2) Upaya Represif

Upaya represif adalah tindakan yang dilakukan oleh aparatur

penegakan hokum dalam hal ini pihak Kepolisian Sektor Bangkalan

berdasarkan wawancara Penulis dengan AKP Agus Sobarnapraja,

S.H.,S.I.K pada tanggal 6 April 2020 Pukul 13.30 WIB di Polres

Bangkalan, Mengenai aturan dalam perundang-undangan sebagaimana

dijelaskan oleh penulis tidak pernah dilakukan penindakan sama sekali

oleh polres bangkalan.

Berdasarkan wawancara tersebut, Upaya penegakan hukum

represif belum pernah dilakukan oleh aparat penegak hukum

dikarenakan tidak adanya laporan dari masyarakat sehingga aparat

kepolisian belum melakukan tindakan meski telah mengetahui adanya

tindakan penganiayaan hewan. Selama ini tugas kepolisian hanya

menjaga keamanan dan ketertiban pelaksanaan kerapan sapi serta

memberikan izin pelaksanaan.

Page 24: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

69

Selain itu, proses penegakan hukumnya masih sulit karena tradisi

tersebut sudah dilaksanakan turun-temurun. Pihak kepolisian

berpendapat karena sudah merupakan budaya apabila dilakukan

penindakan tidak menutup kemungkinan dapat menimbulkan konflik

yang lebih besar, ditakutkan penindakan tersebut justru memicu konflik

lain.

Selain dua upaya diatas maka penulis juga menambahkan upaya

jangga pendek sebagai berikut

1. Memasifkan sosisalisasi oleh kepolisian kepada masyarakat

Dengan adanya sosisalisasi yang masif tentang larangan

adanya penyiksaan hewan sapi saat pertandingan kerapan sapi,

agar masyarakat sadar dan juga menghindari adanya penyiksaan

hewan.

2. Mendorong pendidikan di kabupaten bangkalan

Salah satu penyebab sulitnya penegakan hukum di kabupaten

bangkalan karena minimnya pendidikan dengan adanya

dorongan dan peningkatan terhadap pendidikan sehingga SDM

masyarakat di bangkalan semakin meningkat.

3. Mencari pengganti alat “rekeng” dengan alat yang tidak

menyiksa hewan

Penyebab terjadi nya penyiksaan hewan karena alat yang

digunakan “rekeng” adalah alat yang mampu melukai sapi

sehingga untuk menghapus masalah tersebut bisa di ganti

Page 25: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 1. GAMBARAN UMUM …

70

dengan hal yang tidak menyiksa seperti alat yang berbunyi

keras agaar sapi tetap berlari kencang.

Berdasarkan hasil analisis dan juga solusi terhadap masalah ini harapan

penulis tentunya agar penyiksaan terhadap hewan sapi dalam pertandingan

kerapan sapi tidak terjadi lagi di kabupaten bangkalan.