BAB III dengan siswa yang memperoleh -...

26
44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan membandingkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa (konvensional). Karena dalam penelitian ini terdapat unsur pemanipulasian perlakuan maka metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Desain penelitian yang dilakukan adalah The Randomized Pre-test Pos-test Control Group Design (Fraenkel dan Wellen. 1993:248). Dipilih dua sampel kelas yang homogen secara acak, dan kepada mereka disajikan pembelajaran yang berbeda. Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut: A : O X O A : O O A: pemilihan sampel secara acak kelas O: Observasi pretes / postes X: Perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Obsevasi atau pengukuran kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah

Transcript of BAB III dengan siswa yang memperoleh -...

Page 1: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

44

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan membandingkan kemampuan

pemecahan masalah dan komunikasi matematis antara siswa yang memperoleh

pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw dengan siswa yang memperoleh

pembelajaran biasa (konvensional). Karena dalam penelitian ini terdapat unsur

pemanipulasian perlakuan maka metode penelitian yang digunakan adalah metode

eksperimen.

Desain penelitian yang dilakukan adalah The Randomized Pre-test Pos-test

Control Group Design (Fraenkel dan Wellen. 1993:248). Dipilih dua sampel kelas

yang homogen secara acak, dan kepada mereka disajikan pembelajaran yang

berbeda.

Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut:

A : O X O

A : O O

A: pemilihan sampel secara acak kelas

O: Observasi pretes / postes

X: Perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Obsevasi atau pengukuran kemampuan pemecahan masalah dan

komunikasi matematis siswa dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah

Page 2: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

45

perlakuan. Observasi awal (pretes) bertujuan melihat kesetaraan kemampuan awal

kedua kelompok. Observasi akhir (postes) dilakukan setelah kedua kelompok

melaksanakan pembelajaran. Postes bertujuan untuk mengetahui bagaimana

pengaruh pembelajaran yang diberikan terhadap peningkatan kemampuan siswa,

melihat apakah ada perbedaan kemampuan yang signifikan diantara kedua

kelompok tersebut, termasuk melihat seberapa besar ketuntasan belajar siswa

menyangkut penguasaan kompetensi-kompetensi dasar yang telah ditentukan

dalam kurikulum.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Penelitian ini adalah studi eksperimen yang dilaksanakan di SMA Negeri 1

Kundur dengan populasi keseluruhan siswa-siswi kelas X semester 2 Tahun

pelajaran 2008/2009. SMA Negeri 1 Kundur terletak di Kota Tanjungbatu,

Kecamatan Kundur, Kabupaten Karimun, Propinsi Kepulauan Riau. Sekolah ini

berdiri sejak tahun 1983 dan merupakan sekolah tertua dari enam sekolah

menengah tingkat atas yang ada di Pulau Kundur. Dengan jumlah siswa kurang

lebih 600 orang dengan 15 rombongan belajar, SMA Negeri 1 Kundur masih

tergolong sekolah tipe C. Namun seiring perjalanan waktu, dengan didukung oleh

sarana prasarana yang hampir memadai seperti perpustakaan, laboratorium IPA,

laboratorium bahasa dan laboratorium komputer, serta mushalla untuk sarana

ibadah, pada tahun ini SMA Negeri 1 Kundur sedang dipersiapkan untuk menjadi

sekolah standar nasional (RSSN). Selain itu, dari 40 orang guru yang ada,

semuanya memiliki kualifikasi akademik paling rendah sarjana S1.

Page 3: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

46

Adapun alasan pemilihan SMA Negeri 1 Kundur sebagai tempat

pelaksanaan penelitian ialah penulis berharap para guru di sekolah ini dapat

menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini menjadi salah satu

alternatif pembelajaran untuk memberikan variasi terhadap model pembelajaran

yang selama ini dilakukan yang umumnya masih bersifat konvensional.

Sedangkan pemilihan siswa kelas X sebagai subjek penelitian ialah bahwa siswa

kelas X dapat dikategorikan sudah cukup dewasa sehingga, dapat melaksanakan

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan baik.

3.2.2 Sampel

Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik Randomized Cluster Sampling,

artinya memilih secara acak dari kelompok-kelompok atau cluster (kelas-kelas)

yang ada dalam populasi. Keseluruhan populasi terdiri dari lima kelas yaitu kelas

Xa, Xb, Xc, Xd, dan Xe. Dari lima kelas ini dipilih dua kelas secara acak untuk

menjadi sampel penelitian. Untuk memilih sampel tersebut digunakan cara acak

kelas. Cara acak disini bertujuan agar setiap anggota populasi memiliki peluang

yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel, dan agar pemilihan sampel ini

terhindar dari hal-hal yang bersifat subjektif atau rekayasa. Dengan demikian,

data yang diperoleh lebih bersifat objektif atau apa adanya. Pemilihan dilakukan

dengan cara mengundi, dan ternyata pilihan jatuh pada kelas Xa dan Xb. Dari

kedua kelas ini dipilih lagi secara acak untuk menjadi kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Dengan undian terpilih kelas Xb dengan jumlah siswa 31 orang sebagai

kelompok eksperimen dan kelas Xa dengan jumlah siswa 32 orang sebagai

kelompok kontrol.

Page 4: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

47

3.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel

terikat. Adapun variabel bebas ialah perlakuan pembelajaran yang diberikan

kepada kedua kelompok. Kelompok eksperimen dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan kelompok kontrol dengan pembelajaran

biasa. Variabel terikat ialah hasil belajar siswa yaitu kemampuan pemecahan

masalah dan kemampuan komunikasi matematis.

3.4 Materi atau Bahan Ajar

Penyusunan dan pengembangan bahan ajar merupakan bagian yang sangat

penting dari suatu proses pembelajaran. Pengembangan bahan ajar diarahkan agar

siswa memiliki kesempatan untuk belajar secara maksimal melalui pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dalam membangun penguasaan pemahaman konsep dan

ide-ide matematis melalui proses berpikir yang dibangun baik secara mandiri

terutama melalui pembelajaran dalam kelompok atau antar kelompok. Materi atau

bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri yang secara

spesisfik pada sub pokok bahasan rumus-rumus segitiga dalam trigonometri

meliputi pembahasan dan penerapan Aturan Sinus, Aturan Kosinus, dan Rumus-

rumus Luas Segitiga serta Lingkaran Dalam, dan Lingkaran Luar Segitiga.

Bahan ajar untuk kelompok eksperimen dikembangkan dalam bentuk

modul untuk empat kali pertemuan. Modul ini berisi ringkasan materi, bahan kerja

kelompok Jigsaw, dan tugas individu. Sedangkan bahan ajar untuk kelompok

kontrol menggunakan bahan ajar sebagaimana yang telah dipersiapkan oleh guru

seperti biasanya.

Page 5: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

48

3.5 Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Sebagai alat pengumpul data, instrumen dalam penelitian ini terdiri dari

dua bagian yaitu intrumen tes dan instrumen non-tes. Instrumen tes berupa tes

berbentuk uraian untuk mengukur kemampuan siswa dalam pemecahan masalah

dan komunikasi matematis. Sedangkan instrumen non-tes terdiri dari angket skala

sikap siswa, dan lembar observasi.

Dalam menyusun dan mengembangkan instrumen, langkah awal yang

dilakukan adalah membuat kisi-kisi lalu kemudian mengkonstruksi instrumen.

Untuk memeriksa validitas isi dilakukan sebelum dilaksanakan ujicoba instrumen.

Dalam hal ini peneliti melibatkan pihak yang berkompeten untuk memeriksa

validitasnya yakni pembimbing dan pakar pendidikan matematika.

Setelah instrumen selesai divalidasi, selanjutnya dilakukan diujicoba.

Ujicoba instrumen dilaksanakan satu kali pada siswa kelas XI IPA di salah satu

SMA Negeri di Sumedang Jawa Barat. Hasil ujicoba tersebut dianalisis untuk

mengetahui validitas, reliabilitasnya, tingkat kesukaran dan daya pembeda setiap

butir tes. Analisis hasil ujicoba instrumen juga ditujukan untuk mengetahui

apakah setiap item sudah cukup baik dan layak digunakan.

3.5.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis

Instrumen tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis

dikembangkan dari materi atau bahan ajar pada pokok bahasan perbandingan

trigonometri, khususnya pada sub-pokok bahasan rumus-rumus segitiga meliputi:

Aturan Sinus, Aturan Kosinus, Rumus-rumus luas segitiga, dan lingkaran dalam

dan lingkaran luar segitiga. Instrumen tes terdiri dari 12 item soal bentuk uraian.

Page 6: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

49

Instrumen tes diklasifikasikan dalam dua bagian yaitu 6 item soal untuk mengukur

kemampuan pemecahan masalah matematis dan 6 item soal untuk mengukur

kemampuan komunikasi matematis. Alokasi waktu untuk menyelesaikan tes ini

ialah 120 menit. Perangkat soal dapat dilihat pada Lampiran E halaman 164.

Tes kemampuan pemecahan masalah matematis digunakan untuk

mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan konsep dan penerapannya untuk

pemecahan masalah matematis meliputi kemampuan memahami masalah,

menyusun dan merencanakan strategi pemecahan, melaksanakan strategi

pemecahan untuk memperoleh penyelesaian, dan melakukan peninjauan ulang

atau mencoba cara yang lain.

Tes kemampuan komunikasi matematis digunakan untuk mengukur

kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan ide matematis secara jelas dan

benar dengan kata-kata sendiri, masuk akal, tidak meragukan, dan

dikomunikasikan secara efektif dan jelas serta tersusun secara logis dalam bentuk

tertulis, gambar (grafik), dan model matematika serta penyelesaiannya.

Untuk menentukan skor jawaban siswa, peneliti menetapkan suatu

pedoman pensekoran tes pemecahan masalah dan komunikasi matematis.

Pedoman ini dibuat agar ada keseragaman dalam memberi skor terhadap setiap

jawaban siswa.

3.5.1.1 Pedoman Pensekoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Pedoman pensekoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis

disajikan pada Tabel 3.1 berikut. Pedoman ini diadaptasi dari pedoman

pensekoran pemecahan masalah yang dibuat oleh Schoen dan Ochmke (Sumarmo,

Page 7: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

50

dkk 1994) dan pedoman pensekoran yang dibuat oleh Chicago Public Schools

Bureau of Student Assessment sebagai berikut:

Tabel 3.1

Pedoman Pensekoran Pemecahan Masalah

Skor Memahami masalah Menyusun

rencana/ Memilih strategi

Melaksanakan strategi dan mendapat hasil

Memeriksa proses dan hasil

0

Tidak berbuat (kosong) atau semua interpretasi salah (sama sekali tidak memahami masalah)

Tidak berbuat (kosong) atau seluruh strategi yang dipilih salah

Tidak ada jawaban atau jawaban salah akibat perencanaan yang salah

Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada keterangan apapun

1

Hanya sebagian interpretasi masalah yang benar

Sebagian rencana sudah benar atau perencanaannya tidak lengkap

Penulisan salah, Perhitungan salah, hanya sebagian kecil jawaban yang dituliskan; tidak ada penjelasan jawaban; jawaban dibuat tapi tidak benar

Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas

2

Memahami masalah secara lengkap; mengidentifikasi semua bagian penting dari permasalahan; termasuk dengan membuat diagram atau gambar yang jelas dan simpel menunjukkan pemahaman terhadap ide dan proses masalah

Keseluruhan rencana yang dibuat benar dan akan mengarah kepada penyelesaian yang benar bila tidak ada kesalahan perhitungan.

Hanya sebagian kecil prosedur yang benar, atau kebanyakan salah sehingga hasil salah

Pemeriksaan dilakukan untuk melihat kebenaran hasil dan proses

3

- - Secara substansial prosedur yang dilakukan benar dengan sedikit kekeliruan atau ada kesalahan prosedur sehingga hasil akhir salah

-

4

- - Jawaban Benar dan lengkap

Memberikan jawaban secara lengkap, jelas, dan benar, termasuk dengan membuat diagram atau gambar

-

Skor maksimal = 2 Skor maks = 2 Skor maksimal = 4 Skor maks= 2

Page 8: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

51

3.5.1.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis

Pada Tabel 3.2 berikut disajikan pedoman penskoran tes kemampuan

komunikasi matematis dari Holistic Scoring Rubrics. Pedoman penskoran ini

diadaptasi dari Cai, Lane, dan Jakabcsin, (Ansari 2003) sebagai berikut:

Tabel 3.2

Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis

Skor Menulis Menggambar Ekspresi Matematik

0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa

1 Ada penjelasan tetapi salah

Hanya sedikit dari gambar yang dilukis benar

Hanya sedikit dari model matematika yang dibuat benar

2

Penjelasan secara matematik masuk akal namun hanya sebagian yang benar

Melukiskan diagram, gambar, atau tabel namun kurang lengkap dan benar

Membuat model matematika dengan benar, namun salah mendapatkan solusi

3

Penjelasan secara matematik masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun secara logis atau terdapat kesalahan bahasa

Melukiskan diagram, gambar, atau tabel secara lengkap dan benar

Membuat model matematika dengan benar kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara benar dan lengkap

4

Penjelasan konsep, ide atau persoalan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik masuk akal dan jelas serta tersusun secara logis

- -

Skor maksimal= 4 Skor maksimal= 3 Skor maksimal= 3

Page 9: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

52

3.5.2 Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda

Setelah instrumen jadi kemudian dilakukan ujicoba untuk mengecek

keterbacaan soal dan untuk mengetahui derajat validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran dan daya pembeda instrumen. Ujicoba dilakukan pada siswa kelas XI

IPA pada salah satu SMA Negeri di Sumedang Jawa Barat. Daftar skor, satatistik

deskriptif, dan perhitungan lainnya dapat dilihat pada Lampiran D halaman 189.

3.5.2.1 Validitas Instrumen

Kriteria yang mendasar dari suatu tes yang tangguh adalah tes mengukur

hasil-hasil yang konsisten sesuai dengan tujuan dari tes itu sendiri. Menurut

Arikunto (2007:65) sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu mengukur apa yang

hendak diukur.

Karena ujicoba dilaksanakan satu kali (single test) maka validasi

instrumen tes dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor item dengan skor

total butir tes dengan menggunakan rumus Koefisien Korelasi Pearson:

��� � ��∑ ��∑ � ∑ ���� ∑ � �∑ � ��� ∑ � �∑ � �

(Arikunto, 2007:64-78)

Keterangan : ��� = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

�= jumlah peserta tes

�= skor item tes

�= skor total

Penafsiran terhadap besarnya koefisien korelasi skor tiap item dengan skor

total dilakukan dengan membandingkan nilai ��� ������ dengan nilai kritis ������.

Page 10: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

53

Jumlah siswa yang mengikuti ujicoba sebanyak 40 orang sehingga nilai

kritis r product moment dengan taraf konfidensi 99% ialah ���, ;"� � 0,403.

Jika pada & � 0,01 ternyata nilai kefisien korelasi ��� ������ ( ������ maka item

tes tersebut dikatakan valid.

Nilai ��� ������ dan ������ untuk tiap item instrumen uji kemampuan

pemecahan masalah dan komunikasi matematis disajikan pada Tabel 3.3 dan

Tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.3

Uji Validitas Tes Pemecahan Masalah

No. ∑ � ∑ � ∑ �) ∑ �) ∑ �� ��� * r-tabel Validitas

1 250 1.181 1.670 37.643 7.908 0,965 0,403 Valid

2 217 1.181 1.261 37.643 6.853 0,925 0,403 Valid

3 118 1.181 414 37.643 3.896 0,964 0,403 Valid

4 206 1.181 1.174 37.643 6.624 0,967 0,403 Valid

5 199 1.181 1.069 37.643 6.322 0,954 0,403 Valid

6 191 1.181 975 37.643 6.040 0,959 0,403 Valid

Tabel 3.4

Uji Validitas Tes Komunikasi Matematis

No. ∑ � ∑ � ∑ �) ∑ �) ∑ �� ��� * r-tabel Validitas

1 224 1.135 1320 34.327 6.702 0,928 0,403 Valid

2 214 1.135 1206 34.327 6.392 0,888 0,403 Valid

3 116 1.135 402 34.327 3.624 0,891 0,403 Valid

4 116 1.135 400 34.327 3.635 0,935 0,403 Valid

5 212 1.135 1220 34.327 6.433 0,923 0,403 Valid

6 253 1.135 1677 34.327 7.541 0,897 0,403 Valid

Page 11: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

54

Dengan membandingkan nilai ��� ������ dan ������ ternyata pada taraf

konfidensi 99% semua item memiliki koefisien korelasi ��� ������ ( ������ maka

dapat disimpulkan bahwa tes kemampuan pemecahan masalah dan tes komunikasi

matematis seluruhnya valid.

3.5.2.2 Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas suatu instrumen ialah keajegan atau kekonsistenan instrumen

tersebut. Suatu tes yang reliabel bila diberikan pada subjek yang sama meskipun

oleh orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda pula, maka akan

memberikan hasil yang sama atau relatif sama. Keandalan suatu tes dinyatakan

sebagai derajat suatu tes dan skornya dipengaruhi faktor yang non-sistematik.

Makin sedikit faktor yang non-sistematik, makin tinggi keandalannya.

Karena instrumen dalam penelitian ini berupa tes berbentuk uraian, maka

derajat reliabilitasnya ditentukan dengan menggunakan rumus Cronbach-Alpha:

�++ � , --+. ,1 / ∑ 01

02 . (Suherman, 2003:154)

dengan varians item dan varians total hitung dengan rumus:

3�) � ∑ �1 �∑ 41 5

� dan 3�) � ∑ �1 �∑ 61 5

Keterangan: �++= koefisien reliabilitas tes

7= banyaknya butir soal

∑ 3�)= jumlah varians skor tiap butir soal

3�)= varians skor total

Page 12: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

55

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen digunakan tolok

ukur yang ditetapkan J.P. Guilford (Suherman 2003:139) sebagai berikut:

Kriteria Derajat Keandalan J.P. Guilford

Nilai �++ Derajat Keandalan

�++ 8 0,20 Sangat rendah

0,20 : �++ 8 0,40 Rendah

0,40 : �++ 8 0,70 Sedang

0,70 : �++ 8 0,90 Tinggi

0,90 : �++ : 1,00 Sangat tinggi

Perhitungan varians item dan varians total skor siswa pada tes kemampuan

pemecahan masalah matematis disajikan pada Tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5

Perhitungan Varians Instrumen Pemecahan Masalah Matematis

No. ∑ � �∑ �) ∑ �) ∑ � �∑ � � ∑ �) / �∑ �

� 3�)

1 250 62.500 1.670 40 1562,50 107,500 2,6875

2 217 47.089 1.261 40 1177,23 83,775 2,0944

3 118 13.924 414 40 348,10 65,900 1,6475

4 206 42.436 1.174 40 1060,90 113,100 2,8275

5 199 39.601 1.069 40 990,03 78,975 1,9744

6 191 36.481 975 40 912,03 62,975 1,5744

∑ 3�) 12,8056

Varians skor total dengan � � 40 ; ∑ � � 1.181 ; ∑ �) � 37.643 dan

�∑ ��) � 1.394.761 adalah 3�) � 69,349. Selanjutnya dengan rumus alpha

untuk k = 6 item didapat �++ � 0,9784. Berpedoman pada tolok ukur J.P. Guilford

maka reliabilitas instrumen pemecahan masalah dikategorikan sangat tinggi.

Page 13: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

56

Perhitungan varians item dan varians total skor siswa pada tes kemampuan

komunikasi matematis disajikan pada Tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6

Perhitungan Varians Instrumen Komunikasi Matematis

No. ∑ � �∑ �) ∑ �) ∑ � �∑ � � ∑ �) / �∑ �

� 3�)

1 224 50.176 1.320 40 1.254,40 65,60 1,6400

2 214 45.796 1.206 40 1.144,90 61,10 1,5275

3 116 13.456 402 40 336,40 65,60 1,6400

4 116 13.456 400 40 336,40 63,60 1,5900

5 212 44.944 1.220 40 1.123,60 96,40 2,4100

6 253 64.009 1.677 40 1.600,23 76,78 1,9194

∑ 3�) 10,7269

Varians skor total tes untuk � � 40; ∑ � � 1.135 ; ∑ �) � 34,327 dan

�∑ ��) � 1.288.225 adalah 3�) � 53,034. Selanjutnya dengan rumus alpha untuk

k = 6 item didapat �++ � 0,9573. Berpedoman pada tolok ukur J.P. Guilford

maka instrumen komunikasi matematis memiliki derajat reliabilitas sangat tinggi.

3.5.2.3 Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk mengklasifikasikan setiap item

instrumen tes kedalam tiga kelompok tingkat kesukaran untuk mengetahui apakah

sebuah instrumen tergolong mudah, sedang atau sukar.

Tingkat kesukaran tes dihitung dengan rumus:

AB � CDEFGHIJE* K7L� IE7KMIHI MNDEJ MODI

CDEF � P�Q��� R-ST U�T�� ����P�T V�W� R��� RS��P�Q��� U�T�� ����P�T ���� Q����-��� ��R (Depdiknas, 2006:45)

Page 14: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

57

TK= Tingkat kesukaran dengan kategori:

Kriteria kesukaran Kategori

AB X 0,70

0,30 : AB : 0,70

AB 8 0,30

Soal Mudah

Soal Sedang

Soal Sukar

Berdasarkan skor tes ujicoba perhitungan tingkat kesukaran disajikan pada

Tabel 3.7 dan Tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.7

Analisis Tingkat Kesukaran Tes Pemecahan Masalah Matematis

No. Item

∑ � Mean Skor

maksimum Tingkat

Kesukaran Interpretasi

1 250 6,25 10 0,63 Sedang

2 217 5,43 10 0,54 Sedang

3 118 2,95 10 0,30 Sukar

4 206 5,15 10 0,52 Sedang

5 199 4,98 10 0,50 Sedang

6 191 4,78 10 0,48 Sedang

Tabel 3.8

Analisis Tingkat Kesukaran Tes Komunikasi Matematis

No. Item

∑ � Mean Skor

maksimum Tingkat

Kesukaran Interpretasi

1 224 5,60 10 0,56 Sedang

2 214 5,35 10 0,54 Sedang

3 116 2,90 10 0,29 Sukar

4 116 2,90 10 0,29 Sukar

5 212 5,30 10 0,53 Sedang

6 253 6,33 10 0,63 Sedang

Page 15: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

58

3.5.2.4 Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut untuk

membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai atau

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah.

Daya pembeda tes dihitung dengan rumus:

YZ � [��� -��SQVS- ���RQ��� -��SQVS- ��U��R-ST Q�-R�Q�Q RS�� (Depdiknas, 2006:45)

Klasifikasi daya pembeda (DP) soal adalah sebagai berikut:

Kriteria daya pembeda Klasifikasi daya pembeda

YZ ( 0,40

0,30 : YZ 8 0,40

0,20 : YZ 8 0,30

YZ 8 0,20

Daya Pembeda soal sangat baik

Daya Pembeda soal baik

Daya Pembeda soal kurang baik

Daya Pembeda soal tidak baik

Untuk data dalam jumlah yang banyak (kelas besar) dengan n > 30, maka

sebanyak 27% siswa yang memperoleh skor tertinggi dikategorikan kedalam

kelompok atas (higher group) dan sebanyak 27% siswa yang memperoleh skor

terendah dikategorikan kelompok bawah (lower group).

Karena jumlah siswa yang mengikuti tes ujicoba adalah 40 orang, maka 11

orang yang memperoleh skor tertinggi dinyatakan sebagai kelompok atas (higher

group) dan 11 orang yang memperoleh skor terendah dinyatakan sebagai

kelompok bawah (lower group). Perhitungan koefisien daya pembeda tiap item

instrumen tes disajikan pada Tabel 3.9 dan Tabel 3.10 sebagai berikut:

Page 16: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

59

Tabel 3.9

Perhitungan Daya Pembeda Tes Pemecahan Masalah Matematis

No. Item �\]^ �\]_ �\]^ / �\]^

Skor maksimun

DP Keterangan

1 7,82 4,09 3,73 10 0,37 Baik

2 6,91 3,55 3,36 10 0,34 Baik

3 4,45 1,36 3,09 10 0,31 Baik

4 6,73 2,73 4,00 10 0,40 Baik

5 6,64 3,27 3,36 10 0,34 Baik

6 6,18 3,27 2,91 10 0,29 Cukup

Tabel 3.10

Perhitungan Daya Pembeda Tes Komunikasi Matematis

No. Item �\]^ �\]_ �\]^ / �\]^

Skor maksimun

DP Keterangan

1 6,64 3,91 2,73 10 0,27 Cukup

2 6,55 4,00 2,55 10 0,25 Cukup

3 4,27 1,27 3,00 10 0,30 Baik

4 4,36 1,36 3,00 10 0,30 Baik

5 7,00 3,27 3,73 10 0,37 Baik

6 7,18 4,45 2,73 10 0,27 Cukup

3.5.3 Skala Sikap

Skala sikap digunakan untuk menjaring kecenderungan atau sikap atau

pandangan siswa terhadap setiap pernyataan yang diajukan yang berkaitan dengan

matematika dan kegunaannya dalam kehidupan, pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw, serta soal-soal pemecahan masalah dan komunikasi matematis. Angket

skala sikap disusun dengan mengacu pada model skala Likert. Pada tahap awal

penyusunan angket ini terlebih dahulu disusun kisi-kisi skala sikap sebagai acuan

merumuskan butir-butir pernyataannya.

Page 17: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

60

Agar pernyataan dalam angket ini memenuhi persyaratan yang baik, maka

terlebih dahulu meminta pertimbangan dosen pembimbing untuk memvalidasi isi

setiap itemnya. Pada angket disediakan empat skala pilihan yaitu: Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pilihan netral

(N) tidak digunakan, untuk menghindari jawaban aman, sekaligus mendorong

siswa untuk menunjukkan keberpihakannya terhadap pernyataan yang diajukan.

Angket yang digunakan terdiri dari 24 pernyataan dengan 12 pernyataan

positif dan 12 pernyataan negatif. Pernyataan positif dan negatif ini bertujuan agar

jawaban siswa menyebar, tidak menuju pada satu arah saja di samping itu untuk

menjaring kekonsistenan siswa dalam memberikan respon. Angket sikap diisi

kelompok eksperimen setelah melaksanakan postes.

Pengolahan skala sikap didahului dengan penentuan skor setiap pilihan

jawaban pada setiap pernyataan. Skor ditentukan dengan bantuan tabel Z dari

proporsi frekwensi jawaban siswa.

3.5.4 Lembar Observasi

Lembar observasi diberikan kepada pengamat, untuk memperoleh

gambaran secara langsung aktivitas belajar siswa dalam kelompok kooperatif tipe

Jigsaw, dan aktivitas guru dalam menyajikan pembelajaran pada setiap

pertemuan. Tujuan dari pedoman ini adalah sebagai acuan dalam membuat

refleksi terhadap proses pembelajaran dan keterlaksanaan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw. Pengamat akan mengisikan nomor-nomor kategori yang

sering muncul dalam lembar observasi yang tesedia. Format lembar observasi

dapat dilihat pada Lampiran C halaman 185

Page 18: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

61

3.6 Prosedur Penelitian

Rangkaian kegiatan penelitian ini secara berurutan dibagi menjadi empat

tahapan yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan dan analisis

data, dan tahap penulisan laporan.

3.6.1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian dimulai dari sejak pembuatan proposal,

kemudian melaksanakan seminar proposal untuk meperoleh koreksi dan masukan

dari tim pembimbing tesis, menyusun instrumen dan rancangan pembelajaran.

Setelah melalui tahapan-tahapan bimbingan dan perbaikan, selanjutnya instrumen

diujicobakan. Hasil ujicoba dianalisis untuk memeriksa validitas, reliabilitas,

tingkat kesukaran serta daya pembeda instrumen.

3.6.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

3.6.2.1 Jadual Pelaksanaan Penelitian di Kelas

Penelitian di lapangan dilaksanakan setelah mendapat izin dan persetujuan

dari Direktur Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan persetujuan dari

kedua Dosen pembimbing tesis. Penelitian dimulai sejak tanggal 2 April 2009

sampai dengan tanggal 17 April 2009. Rangkaian kegiatan di kelas, terdiri dari

empat bagian yaitu pelaksanaan pretes, pelaksanaan pembelajaran dan observasi,

pelaksanaan postes, pengisian angket skala sikap. Sesuai dengan pemilihan yang

dilakuan, penelitian dilaksanakan pada kelas Xb sebagai kelas eksperimen dan

kelas Xa sebagai kelompok kontrol. Jadual selengkapnya dapat dilihat pada Tabel

3.11 berikut.

Page 19: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

62

Tabel 3.11

Jadual Pelaksanaan Penelitian pada Kelas Eksperimen

No HARI/TANGGAL WAKTU KEGIATAN

1 Jumat/

03 April 2009 09.00 – 11.00 Pretes

2 Selasa/

07 April 2009 09.45 – 11.15 Pembelajaran I : Aturan Sinus

3 Rabu/

08 April 2009 12.15 – 13.45 Pembelajaran II : Aturan Kosinus

4 Selasa/

14 April 2009 09.45 – 11.15 Pembelajaran III : Rumus Luas Segitiga

5 Rabu/

15 April 2009 12.15 – 13.45

Pembelajaran IV: Lingkaran Luar dan

Lingkaran Dalam Segitiga

6 Kamis/

16 April 2009 09.00 – 11.00 Postes

7 Jumat/

17 April 2009 09.45 – 10.15 Pengisian Skala Sikap

3.6.2.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Kelas Eksperimen

Pada pertemuan pertama dilaksanakan pretes kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, hasilnya diperiksa untuk mengetahui kemampuan awal mereka

dalam pemecahan masalah dan komunikasi matematis. Selanjutnya kepada siswa

kelas eksperimen diberitahukan, bahwa pada pertemuan berikutnya mereka akan

mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Sebanyak 31 siswa-siswi dalam kelas eksperimen dikelompokkan menjadi

delapan kelompok belajar. Tujuh kelompok masing-masing terdiri dari empat

siswa dan satu kelompok terdiri dari tiga siswa. Pengelompokan siswa dilakukan

Page 20: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

63

dengan mempedomani hasil ulangan harian sebelumnya dan hasil pretes yang

baru dilaksanakan. Pengelompokan diupayakan memenuhi syarat heterogen baik

kemampuan maupun jenis kelamin. Sehari sebelum pelaksanaan pembelajaran

nama-nama anggota kelompok disampaikan agar ada kesiapan mereka.

Selanjutnya setiap kelompok diberi kebebasan menentukan nama kelompoknya

dengan memilih nama-nama ahli matematika yang mereka sukai. Terkait dengan

nama ahli yang dipilih, setiap kelompok ditugaskan untuk membuat artikel yang

memuat biografi ahli tersebut dan bidang keahliannya.

Dalam penilitian ini, peneliti terjun langsung bertindak sebagai guru yang

menyajikan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas eksperimen. Selama

pembelajaran di kelas peneliti didampingi oleh guru lain yang bertindak sebagai

pengamat yang melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Pada

setiap pertemuan dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan

mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:

i. Tahap Pendahuluan (Apersepsi)

Tahap apersepsi dilakukan selama 10 menit. Pada tahap apersepsi, guru

memberikan pengarahan dan penjelasan kegiatan yang akan dilakukan siswa

berkaitan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan, menyangkut fase-

fase kegiatan dan langkah-langkahnya, termasuk menjelaskan tujuan

pembelajaran atau kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.

ii. Tahap Eksplorasi (Kegiatan inti):

Pada tahap ini siswa melakukan eksplorasi materi melalui diskusi tim ahli

dan dikusi kelompok belajar. Tahap eksplorasi berlangsung 55 menit yang

Page 21: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

64

terdiri dari tiga fase. Fase pertama, dalam waktu 5 menit siswa bergabung

pada kelompoknya dan membagi materi/tugas kepada tiap anggota. Fase

kedua, selama 20 menit berlangsung pembahasan kelompok ahli. Dalam

fase tim ahli, siswa yang mendapat tugas yang sama bergabung dalam

kelompok ahli untuk membahas materi yang spesifik. Fase ketiga, selama

30 menit untuk kegiatan pembahasan semua tugas dalam kelompok belajar,

setiap siswa secara bergantian membelajarkan teman sekelompoknya

mengenai materi yang dibahas dalam kelompok ahli

iii. Tahap pengembangan, pengujian, penugasan dan penutup

Tahap pengembangan dan pengujian dilaksanakan selama 25 menit. tahap

ini terdiri dari dua fase yaitu fase pengembangan selama 10 menit dan fase

pengujian 15 menit. Fase pengembangan diisi dengan kegiatan tanya jawab

mengenai materi yang telah dibahas. Pada fase pengujian setiap siswa secara

individu mengerjakan soal yang telah dipersiapkan untuk mengetahui

kemajuan belajar siswa dalam pertemuan yang sudah dilaksanakan.

3.6.2.3 Pembelajaran pada Kelas Kontrol

Pembelajaran pada kelas kontrol berlangsung sebagaimana pembelajaran

yang biasa dilakukan selama ini bersama guru. Dalam kelas kontrol, siswa belajar

dan guru mengajar seperti biasanya. Kelas kontrol mempelajari materi yang sama

yaitu rumus-rumus segitiga. Kelas kontrol diperlakukan sebagai pembanding.

Setelah semua kegiatan penelitian dilaksanakan maka kegiatan selanjutnya

ialah pengolahan data dan penulisan laporan. Keseluruhan rangkaian kegiatan

penelitian mulai dari awal hingga akhir disajikan pada Bagan 3.1 berikut.

Page 22: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

65

Bagan 3.1 Alur Kegiatan Penelitian

Pembuatan Proposal Penelitian

Seminar Proposal

Perbaikan Proposal

Tes Awal

Pelaksanaan Pembelajaran

Tes Akhir dan Tes Skala Sikap

Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan

Penyusunan Instrumen

Uji Coba Instrumen

Perbaikan Instrumen

Page 23: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

66

3.7 Tehnik Analisis Data

Setelah penelitian dilaksanakan, maka diperoleh data sebagai berikut:

1) Data nilai pretes kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan

komunikasi matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2) Data nilai postes kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan

komunikasi matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3) Data skala sikap kelas eksperimen.

4) Data hasil observasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Analisis data dilakukan secara kuantitatif. Uji statistik yang digunakan

adalah uji kesamaan dua rata-rata, dan perhitungan dilakukan dengan

menggunakan Microsoft Office Excel dan Software SPSS 13,0 for Windows

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghitung statistik deskriptif skor pretes, skor postes, dan skor N-Gain

meliputi skor terendah, skor tertinggi, rata-rata, dan simpangan baku.

2. Menguji normalitas skor pretes, postes, dan skor N-Gain dengan uji non-

parametrik One-Sample Kolmogorov-Smirnov pada taraf konfidensi 95%.

3. Menguji homogenitas varians dengan uji Levene dalam One-Way Anova

atau dalam Independen sample t- test pada taraf konfidensi 95%.

4. Menguji hipotesis penelitian dengan uji perbedaan rata-rata pada taraf

konfidensi 95%. Jika data normal dan homogen, menggunakan statistik

uji-t dengan Independen sample t- test, apabila data berdistribusi tidak

normal, maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik untuk dua

sampel yang saling bebas pengganti uji-t yaitu uji Mann-Whitney.

Page 24: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

67

5. Untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan

komunikasi matematis siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran

dihitung dengan menggunakan rumus gain skor ternormalisasi:

` � 0abc0ade0fghc0ade

(Meltzer. 2002)

Keterangan:

3VT� � 37L� i�DODK ;

3VSR � 37L� iLKODK ;

3Q�-R � 37L� IE7KMIHI MNDEJ Kategori: Tinggi : ̀ ( 0,7 ;

Sedang: 0,3 : ` 8 0,7 ;

Rendah: g < 0,3

Untuk mengetahui benar tidaknya kemampuan pemecahan masalah dan

komunikasi matematis kelompok eksperimen lebih menyebar dibanding

kelompok kontrol perlu diuji secara statistik.

Uji normalitas data skor pertes, skor postes, dan skor N-Gain kemampuan

pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol, menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov

dengan rumus hipotesis kerja:

H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Dengan kriteria: tolak Ho jika Signifikansi (2-tailed) output SPSS < +) &

(Trihendradi, 2005:245)

Page 25: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

68

Uji homogenitas antara dua varians pada skor pretes, skor postes, dan skor

N-Gain kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan uji Levene dengan

rumusan hipotesis kerja:

H0 : �j+) � �j)) Varians populasi skor kedua kelompok homogen.

H1 : �j+) k �j)) Varians populasi skor kedua kelompok tidak homogen.

j+)= Varians skor kelompok eksperimen; j))= Varians skor kelompok kontrol

Dengan kriteria: tolak H0 jika Signifikansi output SPSS < & (Trihendradi,

2005:158).

Uji perbedaan rata-rata skor postes, dan N-Gain antara kelpompok

eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan uji satu pihak (pihak kanan)

untuk menguji rumusan hipotesis kerja:

H0 : l+ � l) : Tidak ada perbedaan rata-rata antara kedua kelompok.

H1 : l+ X l): Rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok

kontrol

l+ = Rata-rata kelompok eksperimen

l) = Rata-rata kelompok kontrol

Dengan kriteria pengujian satu arah yaitu: tolak H0 jika Sig (1-tailed) < &.

6. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau keterkaitan (assosiasi)

antara kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi

matematis siswa, digunakan uji independensi atara dua faktor dengan

rumus Chi-Kuadrat ( m)) untuk menguji hipotesis penelitian yaitu:

”Terdapat hubungan (assosiasi) antara kemampuan pemecahan masalah

dan komunikasi matematis siswa.” dengan rumusan hipotesis kerja:

Page 26: BAB III dengan siswa yang memperoleh - repository.upi.edurepository.upi.edu/9462/4/t_mtk_0706492_chapter3.pdfMateri atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri

69

H� o Kedua faktor bebas statistik (tidak ada keterkaitan)

H+ o Kedua faktor tidak bebas statistik ( ada keterkaitan)

Kriteria pengujian ialah: tolak Ho jika pada taraf konfidensi 95% atau

& � 0,05 nilai m)������ X m)�����

m������) � p p �q�P / r�P)r�P

]

Ps+

_

�sP

dengan r�P � ����t��P/� (Sudjana, 2005:279)

Besarnya derajat hubungan kedua faktor dihitung menggunakan rumus

koefisien kontingensi v � � w w x� yang dibandingkan terhadap koefisien

kontingensi maksimum vQ�-R � �Q+Q dengan m adalah minimum dari

banyak baris (B) dan banyak kolom (K) pada tabel kontingensi B/K.

7. Untuk mengetahui kualitas sikap siswa terhadap pelajaran matematika,

pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw, serta soal-soal pemecahan

masalah dan komunikasi matematis dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut: pemberian skor butir skala sikap dengan berpedoman kepada

model skala Likert, mencari skor netral butir skala sikap, membandingkan

skor sikap siswa untuk setiap item, indikator dan klasifikasi skala sikap

dengan sikap netralnya, untuk melihat kecenderungan sikap siswa. Sikap

siswa dikatakan positif jika skor sikap siswa lebih besar dari sikap

netralnya, sebaliknya disebut negatif jika skor sikap siswa lebih kecil dari

skor netralnya.