BAB II TINJAUAN TEORITIK -...

47
BAB II TINJAUAN TEORITIK 2.1 Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah 2.1.1 Manajemen Sekolah Manajemen dilihat sebagai suatu sistem yang setiap komponennya menampilkan sesuatu untuk me-menuhi kebutuhan. Manajemen merupakan suatu proses, sedangkan manajer dikaitkan dengan aspek organisasi (orang-struktur-tugas-teknologi) dan bagai-mana mengaturnya sehingga tercapai tujuan sistem. Dalam proses manajemen, Fattah (2001) dalam Danang (2010:3) mengatakan terlihat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pemim-pin, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pemimpin-an, dan pengawasan. Oleh karena itu, manajemen diartikan

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORITIK -...

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

2.1 Konsep Dasar Manajemen Berbasis

Sekolah

2.1.1 Manajemen Sekolah

Manajemen dilihat sebagai suatu

sistem yang setiap komponennya

menampilkan sesuatu untuk me-menuhi

kebutuhan. Manajemen merupakan

suatu proses, sedangkan manajer

dikaitkan dengan aspek organisasi

(orang-struktur-tugas-teknologi) dan

bagai-mana mengaturnya sehingga

tercapai tujuan sistem.

Dalam proses manajemen, Fattah

(2001) dalam Danang (2010:3)

mengatakan terlihat fungsi-fungsi pokok

yang ditampilkan oleh seorang

manajer/pemim-pin, yaitu:

perencanaan, pengorganisasian,

pemimpin-an, dan pengawasan. Oleh

karena itu, manajemen diartikan

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

sebagai proses merencana,

mengorganisasi, memimpin, dan

mengendalikan upaya organisasi dengan

segala aspeknya agar tujuan organisasi

terca-pai secara efektif dan efisien.

Gaffar (1989) dalam Mulyana

(2009:19) menge-mukakan bahwa

manajemen pendidikan mengandung

arti sebagai suatu proses kerja sama

yang sistematik, sistemik, dan

komprehensif dalam rangka mewujud-

kan tujuan pendidikan nasional.

Manajemen pendi-dikan juga dapat

diartikan sebagai sesuatu yang ber-

kenaan dengan pengelolaan proses

pendidikan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan, baik tujuan jangka

pendek, menengah, maupun tujuan

jangka panjang.

Selanjutnya Mulyana (2009: 20)

mengatakan bahwa manajemen atau

pengelolaan merupakan kom-ponen

integral dan tidak dapat dipisahkan dari

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

proses pendidikan secara keseluruhan.

Alasannya tanpa manajemen tidak

mungkin tujuan pendidikan dapat

diwujudkan secara optimal, efektif, dan

efisien.Konsep tersebut berlaku di

sekolah yang memerlukan manaje-men

yang efektif dan efisien. Dalam

kerangka inilah tumbuh kesadaran akan

pentingnya manajemen ber-basis

sekolah, yang memberikan kewenangan

penuh kepada sekolah dan guru dalam

mengatur pendidikan dan pengajaran,

merencanakan, mengorganisasi,

mengawasi, mempertanggungjawabkan,

mengatur, serta memimpin sumber-

sumber daya insani serta barang-barang

untuk membantu pelaksanaan pembe-

lajaran yang sesuai dengan tujuan

sekolah.

Botha (2007:29) menegaskan bahwa

manaje-men berbasis sekolah juga perlu

disesuaikan dengan kebutuhan dan

minat peserta didik, guru-guru, serta

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

kebutuhan masyarakat setempat.Untuk

itu, perlu di-pahami fungsi-fungsi pokok

manajemen, yaitu peren-canaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan

pembinaan. Dalam praktiknya keempat

fungsi tersebut merupa-kan suatu

proses yang berkesinambungan.

Hasil penelitian Balitbang Depdiknas

(1991) menunjukkan bahwa manajemen

sekolah merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi kualitas pendi-

dikan. Manajemen sekolah secara

langsung akan mempengaruhi dan

menentukan efektif tidaknya kuri-

kulum, berbagai peralatan belajar, waktu

mengajar, dan proses pembelajaran

(Dadang, 2010: 18). Untuk itulah upaya

peningkatan kualitas pendidikan harus

dimulai dengan pembenahan

manajemen sekolah, di samping

peningkatan kualitas guru dan pengem-

bangan sumber belajar.

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

2.1.2 Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Dasar pemikiran pemberian

otonomi luas kepa-da daerah diarahkan

untuk mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan pela-yanan, pemberdayaan,

dan peranserta masyarakat.Di samping

itu melalui otonomi luas, daerah

diharapkan mampu meningkatkan daya

saing dengan memperha-tikan prinsip

demokrasi, pemerataan, keadilan,

keisti-mewaan, dan kekhususan, serta

potensi dan keaneka-ragaman daerah

dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Kebijakan tersebut membawa

implikasi terhadap pengelolaan

pendidikan dan membawa nuansa baru

dalam sistem pengelolaan pendidikan.

Nuansa baru itu antara lain

berkembangnya pemikiran untuk me-

laksanakan desentralisasi pengelolaan

pendidikan sejalan dengan otonomi

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

daerah, bahkan sampai menu-ju

kemandirian dalam penyelenggaraan

pendidikan ke tingkat sekolah.

Kebijakan desentralisasi pendidikan

diharapkan akan mendorong

peningkatan pelayanan di bidang

pendidikan kepada masyarakat, yang

bermuara pada upaya peningkatan

kualitas pengelolaan pendidikan dalam

tataran yang paling bawah, yaitu

sekolah melalui penerapan Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS) (Jalal dan

Supriadi, 2001: 159).

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

atau dalam terminologi bahasa Inggris

lazim disebutSchool Based Management

adalah model pengelolaan yang

memberi-kan otonomi atau kemandirian

kepada sekolah dan mendorong

keputusaan partisipatif yang melibatkan

secara langsung semua warga sekolah

sesuai dengan standar pelayanan yang

ditetapkan oleh pemerintah pusat,

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

provinsi, kabupaten, dan kota (Dadang,

2010:10). Ditjen Dikdasmen Depdiknas

memilih nama resmi manajemen

Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

(MPMBS) atau school-based quality

improvement untuk memberikan

tekanan pada peningkatan mutu, lebih

dari sekedar adanya kewenangan

sekolah untuk peng-ambilan keputusan.

Pada prinsipnya MBS bertujuan

untuk member-dayakan sekolah dalam

menetapkan berbagai kebijak-an

internal sekolah yang mengarah pada

peningkatan mutu dan kinerja sekolah

secara keseluruhan (Zainuddin, 2008:

63). Pendelegasian wewenang dari

pemerintah kepada sekolah dalam

kerangka sentrali-sasi koordinasi untuk

meningkatkan kontrol sekolah terhadap

proses pendidikan yang dilakukan dan

me-nyelaraskan dengan kebutuhan lokal

(Nir, 2007:422).

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

MBS sebagai suatu model

implementasi kebijak-an desentralisasi

pendidikan merupakan suatu konsep

inovatif, yang bukan hanya dikaji

sebagai wacana baru dalam pengelolaan

pendidikan. Dalam hubungannya dengan

model MBS, keberadaan Komite Sekolah

meru-pakan bagian yang tidak

terpisahkan dari MBS. Di dalam penjelasan Undang-Undang No 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 51 ayat

(1) ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan Manajemen

Berbasis Sekolah/Madrasah adalah bentuk otonomi

manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, yang

dalam hal ini Kepala Sekolah/ Madrasah dan guru

dibantu oleh Komite Sekolah/ Madrasah dalam

mengelola kegiatan pendidikan. Otonomi diberikan agar

sekolah dapat leluasa menge-lola sumber daya dengan

mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan

serta tanggap terhadap kebutuhan masyarakat setempat.

Partisipasi masya-rakat dituntut agar lebih memahami

pendidikan, membantu, serta mengontrol pengelolaan

pendidikan. Dalam konsep MBS sekolah dituntut

memiliki tanggung jawab yang tinggi, baik kepada orang

tua, masyarakat, maupun pemerintah.

MBS sebagai konsep desentralisasi pendidikan

yang dilatarbelakangi oleh alasan-alasan tersebut me-

masukkan paradigma konsep yang jelas dalam menca-

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

pai tujuannya yaitu kinerja unggul sekolah. Dengan

mengadopsi ide dasar Edward B. Fiska dalam Nanang

Fattah paradigma konsep strategi Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS) adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Paradigma Konsep Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS)

(Fattah, 2000:16-17)

Menurut Wohlstetter dan Mohrmanetal (1994)

dalam Zainuddin (2008:57-60), ada empat sumber daya

yang harus didesentralisasikan, di mana kese-muanya

pada hakikatnya merupakan inti dan isi dari MBS,yaitu

power/authority, information, dan reward. Keempatnya

merupakan bagian yang tidak bisa dipi-sahkan dan

menuntut kehadirannya, adalah sebagai berikut:

Pertama, kekuasaan/kewenangan (power/autho-

rity) harus didesentralisasikan ke sekolah-sekolah secara

langsung, yaitu melalui dewan sekolah. Seti-daknya

terdapat tiga bidang penting yaitu budget, personel, dan

curriculum. Termasuk dalam kewenang-an ini adalah

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

menyangkut pengangkatan dan pember-hentian kepala

sekolah, guru, dan staf sekolah. Di sini jelas sekali

bahwa sekolah memiliki kewenangan yang besar dalam

pembiayaan dengan cara menggali sumber-sumber

pendanaan di lingkungan sekolah. Selain itu, dalam

bidang ketenagakerjaan sekolah juga bisa memiliki

kewenangan untuk memilih tenaga-tenaga kependidikan

yang profesional dan sesuai dengan kebutuhan serta

kemampuan sekolah. Sekolah memiliki kewenangan

dalam memilih isi dan materi pembelajaran mana yang

sesuai dengan kondisi ling-kungan dengan tetap

mengikuti materi yang bersifat nasional.

Kedua, pengetahuan (knowledge) juga harus

didesentralisasikan sehingga sumber daya manusia di

sekolah mampu memberikan kontribusi yang berarti

untuk kemajuan kinerja sekolah. Pengetahuan yang

perlu didesentralisasikan meliputi keterampilan terkait

dengan pekerjaan secara langsung, keterampilan ke-

lompok, dan pengetahuan keorganisasian.Oleh karena

itu, harus ada perencanaan dan pengalokasian agar

personel sekolah selalu mendapatkan penataran dan

peningkatan pengetahuannya, sehingga tidak menu-tup

kemungkinan bagi sekolah untuk bekerjasama dengan

pihak swasta.

Ketiga, hakikat lain yang harus didesentralisasi-

kan adalah informasi (information). Pada model sen-

tralistik, informasi hanya dimiliki para pimpinan puncak,

maka pada model MBS harus didistribusikan kepada

seluruh konstituen sekolah bahkan kepada seluruh

stakeholders. Informasi yang perlu disebar-luaskan

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

antara lain berupa visi, misi, strategi, sasaran dan

tujuan sekolah, keuangan dan struktur biaya, isu-isu

sekitar sekolah, kinerja sekolah dan para pelang-gannya.

Penyebaran informasi ini bisa secara vertikal dan

horizontal, baik dengan cara tatap muka maupun

tulisan.

Keempat, penghargaan (reward) adalah hal penting

lainnya yang harus didesentralisasikan. Peng-hargaan ini

bisa dalam bentuk fisik maupun non-fisik, yang

semuanya didasarkan atas prestasi kerja. Peng-hargaan

pun harus diberikan kepada setiap pihak yang berhasil

menjalankan tugasnya dengan baik. Sementara itu,

pihak yang tidak dapat menjalankan tugas dengan baik

atau bahkan gagal menjalankan tugas juga perlu

mendapatkan punishment secara wajar. Tanpa adanya

punishment kepada yang gagal makna reward akan

kurang berarti.

Secara umum manajemen

berbasis sekolah dapat diartikan

sebagai model manajemen yang mem-

berikan otonomi lebih besar kepada

sekolah dan men-dorong pengambilan

keputusan parsitipatif yang meli-batkan

secara langsung semua warga sekolah

(guru, siswa, kepala sekolah, karyawan,

orangtua siswa, dan masyarakat) untuk

meningkatkan mutu sekolah ber-

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

dasarkan kebijakan pendidikan nasional

(Tanjung, 2006). Hal ini selaras dengan

yang diutarakan oleh Bradshaw &

Buckner (1994) dalam Botha (2007: 29)

bahwa perubahan yang signifikan sesuai

dengan tun-tutan sekolah dapat tercapai

melalui distribusi kekua-saan dan

melalui sharing pengambilan keputusan

yang mampu mendorong perubahan

pada individu dan mengarah pada

persoalan pendidikan. Atas dasar ini,

tata pemerintahan sekolah memiliki

peran penting dalam memenuhi

tuntutan tersebut.

2.1.3 Alasan dan Tujuan Manajemen Berbasis

Sekolah

Menurut Suyanto (2004) konsep

Manajemen Berbasis Sekolah tidak

mudah dilaksanakan. Bebera-pa kendala

yang muncul dan perlu diperhatikan

ada-lah: Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS) di Indonesia yang menggunakan

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

model Manajemen Peningkatan Mutu

Berbasis Sekolah (MPMBS) muncul

karena bebe-rapa alasan sebagaimana

diungkapkan oleh Nurkolis (2003)

antara lain: Pertama, sekolah lebih mengetahui kekuatan, ke-

lemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya se-

hingga sekolah dapat mengoptimalkan pemanfa-

atan sumber daya yang tersedia untuk mema-

jukan sekolahnya.

Kedua, sekolah lebih mengetahui kebutuhannya.

Ketiga, keterlibatan warga sekolah dan

masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat

menciptakan dan demokrasi yang sehat.

Menurut Bank Dunia, terdapat

beberapa alasan diterapkannya

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

antara lain alasan ekonomis, politis,

profesional, efisiensi administrasi,

finansial, prestasi siswa, akun-tabilitas,

dan efektivitas sekolah. 1) Pelaksanaan MBS harus didukung dengan

peningkatan kualitas guru dan kesadaran masyarakat yang tinggi akan arti dan fungsi sekolah;

2) Mengubah kebiasaan birokrasi yang selama ini bercokol menguasai dunia pendidikan, yang

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

selalu memperoleh fasilitas dan kemudahan tentu tidak mudah. Namun jika ini tidak di-atasi, MBS tidak akan dapat berperan optimal;

3) Diperlukan kesiapan SDM Kepala Sekolah sebagai manajer yang kreatif dan profesional.

Tujuan penerapan Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS) adalah untuk

meningkatkan kualitas pendi-dikan

secara umum, menyangkut kualitas

pembela-jaran, kualitas kurikulum,

kualitas sumber daya manusia baik guru

maupun tenaga kependidikan lainnya,

dan kualitas pelayanan pendidikan

secara umum (Nurkolis, 2003). Bagi

sumber daya manusia, peningkatan

kualitas bukan hanya meningkatnya

pengetahuan dan ketrampilannya,

melainkan mening-katkan

kesejahteraanya pula.

2.1.4 Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah

MBS yang ditawarkan sebagai

bentuk operasi-onal desentralisasi

pendidikan akan memberikan wawasan

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

baru terhadap sistem yang sedang

berjalan selama ini. Hal ini diharapkan

dapat membawa dampak terhadap

peningkatan efisiensi dan efektivitas

kinerja sekolah, dengan menyediakan

layanan pendi-dikan yang komprehensif

dan tanggap terhadap kebu-tuhan

masyarakat sekolah setempat. Karena

peserta didik biasanya datang dari

berbagai latar belakang kesukuan dan

tingkat sosial, salah satu perhatian

sekolah harus ditujukan pasa asas

pemerataan, baik dalam bidang sosial,

ekonomi, maupun politik. Di sisi lain,

sekolah juga harus meningkatkan

efisiensi, parti-sipasi, dan mutu, serta

bertanggungjawab kepada masyarakat

dan pemerintah.

Karakteristik MBS dapat diketahui

antara lain dari bagaimana sekolah

dapat mengoptimalkan kinerja

organisasi sekolah, proses belajar

mengajar, pengelo-laan sumber daya

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

manusia, dan pengelolaan sumber daya

dan administrasi. Lebih lanjut BPPN dan

Bank Dunia (1999), mengutip dari Focus

on School: The Future Organisation of

Education Services for Student,

Department of Education Australia

(1990), mengemu-kakan ciri-ciri MBS

dalam bagan berikut:

Tabel 2.1 Ciri-Ciri MBS

Organisasi Sekolah

Proses Belajar Mengajar

Sumber Daya Manusia

Sumber Daya dan

Administrasi

Menyediakan manajemen organisasi kepemimpinan transformasional dalam mencapai tujuan sekolah

Meningkatkan kualitas belajar siswa

Memberdayakan staf dan menempatkan personel yang dapat melayani keperluan semua siswa

Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan mengalo-kasikan sumber daya tersebut sesuai dengan kebutuhan

Menyusun rencana sekolah dan merumus-kan kebijakan untuk sekolah-nya sendiri

Mengembangkan kurikulum yang cocok dan tanggap terhadap kebutuh-an siswa dan masyarakat sekolah

Memilih staf yang memiliki wawasan MBS

Mengelola dana sekolah

Mengelola kegiatan operasional sekolah

Menyelenggarakan pengajaran yang efektif

Menyediakan kegiatan untuk pengembangan profesi pada semua staf

Menyediakan dukungan administratif

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

Menjamin ada-nya komunikasi yang efektif antara sekolah dan masyarakat terkait (school community)

Menyediakan program pengembangan yang diperlukan siswa

Menjamin kesejahteraan staf dan siswa

Mengelola dan memelihara gedung dan sarana lainnya.

Menjamin terpeliharanya sekolah yang bertanggung jawab (akun-tabel) kepada masyarakat dan pemerintah.

Program pengembangan yang diperlukan siswa

Menjamin kesejahteraan staf dan siswa

Memelihara gedung dan sarana lainnya.

2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-

basis Sekolah (MBS)

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

merupakan strategi peningkatan

kualitas pendidikan melalui otoritas

pengambilan keputusan dari pemerintah

daerah ke sekolah. Dalam hal ini

sekolah dipandang sebagai unit dasar

pengembangan yang bergantung pada

redistribusi otoritas pengambilan

keputusan di dalamnya terkandung

desentralisasi kewenangan yang

diberikan kepada sekolah untuk

membuat keputus-an (Nurkolis, 2003).

Boonprasert (2000) dalam Chalermsri &

Rosarin (2006) menekankan ada lima

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

prinsip Manajemen Berbasis Sekolah

yang perlu di-perhatikan yaitu;

desentralisasi, partisipasi dan keter-

libatan, distribusi kewenangan kepada

masyarakat, manajemen internal dan

checking dan balancing.

Untuk mengimplementasikan

manajemen berba-sis sekolah secara

efektif dan efisien, kepala sekolah perlu

memiliki pengetahuan kepemimpinan,

perenca-naan, dan pandangan yang luas

tentang sekolah dan pendidikan.

Wibawa kepala sekolah harus ditumbuh-

kembangkan dengan meningkatkan

sikap kepedulian, semangat belajar,

disiplin kerja, keteladanan, dan

hubungan manusiawi sebagai modal

perwujudan iklim kerja yang kondusif.

Lebih lanjut, kepala sekolah dituntut

untuk melakukan fungsinya sebagai

manajer sekolah dalam meningkatkan

proses belajar mengajar, dengan

melakukan supervisi kelas, membina,

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

dan memberikan saran-saran positif

kepada guru. Di samping itu, kepala

sekolah juga harus melakukan tukar

pikiran, sumbang saran, dan studi

banding antar sekolah untuk menyerap

kiat-kiat kepemim-pinan dari kepala

sekolah yang lain.

Dalam rangka

mengimplementasikan MBS secara

efektif dan efisien, guru harus berkreasi

dalam meningkatkan manajemen kelas.

Guru adalah teladan dan panutan

langsung para peserta didik di kelas.

Oleh karena itu, guru perlu siap dengan

segala kewa-jiban, baik manajemen

maupun persiapan isi materi

pengajaran. Kreativitas dan daya cipta

guru untuk mengimplementasikan MBS

perlu terus menerus di-dorong dan

dikembangkan.

Botha (2007) dalam penelitiannya

tentang parti-sipasi stakeholders dalam

manajemen berbasis seko-lah di Afrika

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

Selatan menjelaskan, partisipasi stake-

holder dalam MBS di Afrika Selatan:

”will need to see democracy as the

cornerstone of all activities”. Ini

merupakan prinsip fundamental dari

demokrasi di mana stakeholder terlibat

di dalam proses penentuan kebijakan

dengan hak untuk tidak setuju dengan

lainnya. Banyak sekolah di Afrika

Selatan, terutama sekolah yang disebut

black school, memiliki pemikiran dan

pemahaman yang masih tradisional dan

terlalu birokratis dalam proses

partisipasi stakeholders dalam MBS.

Dari kondisi tersebut disebutkan

ada 7 alasan yang menyebabkan

terbatasnya partisipasi stake-holders: 1) A lack of accountability: dalam MBS, sekolah

mengambil tanggung jawab yang lebih dan menggunakan sumber daya yang ada lebih efisien untuk mencapai tujuan akhir. Kurang-nya akuntabilitas menggambarkan banyak sekolah sejak manajemen mandiri merupakan tipe baru baru bagi sekolah;

2) A lack of financial control and financial manage-ment: SBM membutuhkan sekolah untuk mengelola dan menangani keuangan mereka sendiri secara bertanggungjawab. Sebagian besar sekolah tidak memiliki keterampilan esensi tentang perencanaan keuangan;

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

3) Weak leadership: SBM melibatkan bentuk ke-pemimpinan yang kuat, terutama bagi kepala sekolah. Sebagian kepala sekolah tidak dapat mengelola sekolah dalam bentuk memotivasi staf dan murid dengan menyediakan lingkung-an yang kondusif bagi proses pembelajaran dan pengajaran; hal ini karena keterbatasan dalam pelatihan, keterampilan kepemimpinan dan atau motivasi;

4) A lack of initiation and innovation: Manajemen berbasis sekolah mengharuskan semua pe-mangku kepentingan yang terlibatuntuk me-nunjukkan inisiatif dan untuk menjadi ino-vatif. Kepala sekolah diharapkan akan meng-ikuti dengan perkembangan terbaru dan untuk menjadi agen perubahan di sekolah mereka. Namun, ini terjadi dengan beberapa kepala sekolah, khususnya di sekolah-sekolah sebe-lumnya yang kurang beruntung.;

5) Economical reasons:Stakeholder dalam mana-jemen berbasis sekolah harus dapat melaku-kan perjalanan ke sekolah secara teratur. Kebanyakan orang tua, khususnya yang ada di masyarakat pedesaan, tidak memiliki alat transportasi dan terlalu miskin untuk pergi ke sekolah untuk membuat kontribusi yang signifikan terhadap proses manajemen ber-basis sekolah;

6) Conflicts between the school management team and the school governing body: Manajemen berbasis sekolah yang efektif mengharuskan badan-badan iniuntuk berbagi kekuasaan dan tanggung jawab dan bekerja sama. Kerjasama antara berbagai badan yang melayani pemang-ku kepentingan sering tampaknya menjadi masalah di banyak sekolah, menghasilkan nilai stakeholder yang bertentangan yang secara negatif mempengaruhipartisipasi stakeholder.;

7) Illiteracy and a lack of respect among stake-holders: Para pemangku kepentingan perlu me-miliki tingkat tertentu kompetensi serta ke-terampilan literasi tertentu untuk dapat mem-berikan kontribusi positif bagi proses manaje-men berbasis sekolah. Beberapa orang tua, khususnya yangdi daerah pedesaan, mereka buta huruf untuk berkontribusi dalam peme-rintahan sekolah. Di beberapa sekolah, orang tua buta huruf kurang dihormati.

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

Implementasi MBS akan

berlangsung secara efektif dan efesien

apabila didukung oleh sumber daya

manusia yang profesional untuk

mengoperasikan sekolah.Dana yang

cukup agar sekolah mampu menggaji

staf sesuai dengan fungsinya, sarana

prasa-rana yang memadai untuk

mendukung proses belajar-mengajar,

serta dukungan masyarakat yang tinggi.

Kondisi sekolah di Indonesia pada

saat krisis sekarang ini sangat bervariasi

dilihat dari segi kuali-tas, lokasi

sekolah, dan partisipasi masyarakat.

Kualifikasi sekolah bervariasi dari

sekolah yang sangat maju sampai

sekolah yang sangat ketinggalan,

sedang-kan lokasi sekolah bervariasi

dari sekolah yang ter-letak di perkotaan

sampai sekolah yang letaknya di daerah

terpencil. Demikian pula partisipasi

orang tua, dari tingkat partisipasi tinggi

sampai kurang atau bahkan tidak ada

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

partisipasi. Atas dasar tersebut maka

BPPN dan Bank Dunia (1999) melakukan

penge-lompokan sekolah berdasarkan

kemampuan manaje-men, pentahapan

pelaksanaan MBS, dan perangkat

pelaksanaan MBS.

Tabel 2.2

Kelompok Sekolah dalam MBS Kemampuan

Sekolah

Kepala sekolah

dan guru

Partisipasi

masyarakat

Pendapatan

daerah dan

orang tua

Anggaran

sekolah

1) Sekolah dengan kemam-puan manaje-men tinggi

Kepala sekolah

dan guru

berkompetensi

tinggi

(termasuk

kepemimpinan)

Partisipasi

masyarakat

tinggi

(termasuk

dukungan

dana)

Pendapatan

daerah dan

orang tua

tinggi

Anggaran

sekolah di

luar

anggar-an

pemerin-

tah besar.

2) Sekolah dengan kemam-puan manaje-men sedang

Kepala sekolah

dan guru

berkompetensi

sedang

(termasuk

kepemimpinan)

Partisipasi

masyarakat

sedang

(termasuk

dukungan

dana)

Pendapatan

daerah dan

orang tua

sedang

Anggaran

sekolah di

luar

anggar-an

pemerin-

tah

sedang.

3) Sekolah dengan kemampu-an mana-jemen rendah

Kepala sekolah

dan guru

berkompetensi

rendah

(termasuk

kepemimpinan)

Partisipasi

masyarakat

rendah

(termasuk

dukungan

dana)

Pendapatan

daerah dan

orang tua

rendah

Anggaran

sekolah di

luar

anggar-an

pemerin-

tah

rendah.

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

Sumber: Fasli Jalal dan Dedi Supriadi (2001:163)

Dalam kaitannya dengan

pentahapan implemen-tasi MBS ini,

secara garis besar, Fattah (2000) dalam

Mulyasa (2009:62) membaginya menjadi

tiga tahapan yaitu sosialisasi, piloting,

dan diseminasi.

Tahap sosialisasi merupakan tahap

penting mengingat luasnya wilayah

nusantara terutama daerah-daerah yang

sulit dijangkau oleh media infor-masi,

baik cetak maupun elektronik. Ini

bahkan men-jadi lebih sulit, karena

masyarakat Indonesia pada umumnya

tidak mudah menerima perubahan.

Banyak perubahan, baik personal

maupun organisasional memerlukan

pengetahuan dan keterampilan baru.

Dengan begitu masyarakat dapat

beradaptasi lebih baik dengan

lingkungan yang baru. Dalam mengefek-

tifkan pencapaian tujuan perubahan,

diperlukan keje-lasan tujuan dan cara

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

yang tepat, baik menyangkut aspek

proses maupun pengembangan.

Tahap piloting merupakan tahap uji

coba agar penerapan konsep manajemen

berbasis sekolah tidak mengandung

resiko. Efektivitas model uji coba

memer-lukan persyaratan dasar yaitu

akseptabilitas, akunta-bilitas,

reflikabilitas dan sustainabilitas.

Akseptabilitas artinya adanya

penerimaan dari para tenaga kepen-

didikan, khususnya guru dan kepala

Sekolah sebagai pelaksana dan

penanggungjawab pendidikan di Seko-

lah. Akuntabilitas artinya bahwa

program Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS) harus dapat dipertanggung-

jawabkan, baik secara konsep

operasional maupun pendanaannya.

Reflikabilitas artinya model Manaje-

men Berbasis Sekolah (MBS) yang

diujicobakan dapat direflikasi di

sekolah lain. Sementara sustainabilitas

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

artinya program tersebut dapat dijaga

kesinambung-annya setelah dilakukan

uji coba dilaksanakan.

Sebagaimana dikemukakan di atas,

sekolah memerlukan pedoman-pedoman

sebagai pendukung untuk menjamin

terlaksananya pengelolaan MBS yang

mengakomodasi kepentingan otonomi

sekolah, kebi-jakan pemerintah, dan

partisipasi masyarakat. Imple-mentasi

MBS memerlukan seperangkat

peraturan dan pedoman umum yang

dapat dipakai sebagai pedoman dalam

perencanaan, monitoring, dan evaluasi,

serta laporan pelaksanaan. Perangkat

implementasi ini perlu diperkenalkan

sejak awal, melalui pelatihan-pelatihan

yang diselenggarakan sejak pelaksanaan

jangka pendek.

Rencana sekolah merupakan salah

satu perang-kat terpenting dalam

pengelolaan MBS. Rencana sekolah

merupakan perencanaan sekolah untuk

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

jangka waktu tertentu, yang disusun

oleh sekolah sendiri bersama dengan

dewan sekolah. Adapun yang dikandung

rencana tersebut adalah visi dan misi

sekolah, tujuan sekolah, dan prioritas-

prioritas yang akan dicapai, serta

strategi untuk mencapainya.

Keberhasilan implementasi

manajemen berbasis sekolah sangat

bergantung pada kemampuan dan

kemauan politik pemerintah sebagai

penanggungjawab pendidikan. Kalau

kemauan politik pemerintah suda hada,

pelaksanaannya sangat bergantung pada

bagai-mana kesiapan pelaksana dan

perumus kebijakan dapat memperkecil

kelemahan yang mungkin muncul dan

mengeksplorasi manfaat semaksimal

mungkin.

2.3 Kesiapan

Menurut Slameto (2003) kesiapan

adalah keselu-ruhan kondisi seseorang

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

yang membuatnya siap untuk memberi

respon/jawaban di dalam cara tertentu

ter-hadap situasi. Penyesuaian pada

suatu saat akan berpengaruh atau

kecenderungan untuk memberikan

respon. Sedangkan menurut Hamalik

(2003) kesiapan adalah keadaan

kapasitas yang ada pada diri siswa

dalam hubungan dengan tujuan

pengajaran tertentu.

Soemanto1998 menyatakan, ada

orang yang mengartikan readiness

sebagai kesiapan atau kesedia-an

seseorang untuk berbuat sesuatu.

Seorang ahli bernama Cronbach

memberikan pengertian readiness

sebagai segenap sifat atau kekuatan

yang membuat seseorang dapat bereaksi

dengan cara tertentu Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpul-kan

bahwa kesiapan adalah kondisi seseorang yang merasa

dirinya telah mampu untuk menghadapi se-gala sesuatu

yang akan terjadi padanya.

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

2.3.1 Kesiapan Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan motor penggerak,

penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentu-

kan bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan pada

umumnya direalisasikan.

Kepala sekolah merupakan salah satu kompo-nen

pendidikan yang paling berperan dalam mening-katkan

kualitas pendidikan. Jika dilihat dari Pasal 12 ayat 1 PP

28 tahun 1990, secara garis besar dapat dirangkum

bahwa, kepala sekolah bertanggungjawab atas

pengelolaan dan peningkatan mutu pelayanan sekolah,

mengelola kegiatan sekolah, pembinaan dan

pemberdayaan tenaga kependidikan, dan pendaya-

gunaan, pemeliharaan dan optimalisasi sumber daya

sekolah yang meliputi sarana dan prasarana secara

optimal.

Kepala sekolah harus memiliki berbagai potensi

yang dapat dikembangkan secara optimal. Setiap kepala

sekolah harus memiliki perhatian yang cukup tinggi

terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Sekolah.

Perhatian tersebut harus ditunjukkan dalam keamanan

dan kemampuan untuk mengembangkan diri dan

sekolahnya secara optimal.

Mulyasa (2003) menyatakan bahwa kepala seko-

lah merupakan komponen pendidikan. Seperti yang

diungkapkan juga oleh Supardi (1998)dalam Mulyasa

(2003), bahwa erat hubungannya antara kepala seko-lah

dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti halnya

disiplin sekolah, iklim, budaya dan menurun-nya

perilaku nakal peserta didik.

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

Selanjutnya apa yang diungkapkan di atas men-

jadi lebih penting dan sejalan dengan kompleksnya

tuntutan tugas kepala sekolah, maka kepala sekolah

harus memiliki kesiapan-kesiapan untuk memperbaiki

mutu pendidikan yaitu melalui manajemen berbasis

sekolah.

Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsio-nal

guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah

di mana diselenggarakan proses belajar meng-ajar, atau

tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang

memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran

(Wahjosumijo, 2002). Kesiapan kepala seko-lah dapat

diartikan sebagai keadaan atau kondisi kepala sekolah

yang merasa siap untuk memberikan perlakuan-

perlakuan khusus atas adanya suatu pem-baharuan

dalam pendidikan.

Mengacu kepada aspek kepemimpinan dan

manajemen sekolah, maka salah satu kompetensi yang

harus ada bagi kepala sekolah adalah keterampilan yang

berkaitan dengan tuntutan tugas dan pekerjaan manajer.

Hersey et al (Wahjosumidjo, 2003:99) menya-takan

“dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas mana-jerial,

paling tidak diperlukan tiga bidang keteram-pilan, yaitu:

technical, human dan conceptual. Ketiga keterampilan

manajerial tersebut berbeda-beda sesuai dengan tingkat

kedudukan manajer dalam organisasi”.

Sementara itu, Nurkholis (2003:132) menyata-kan

“strategi penerapan manajemen berbasis sekolah akan

berhasil jika kepemimpinan sekolah kuat, se-hingga

mampu menggerakkan dan mendayagunakan setiap

Page 31: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

sumber daya sekolah secara efektif.Kepala sekolah harus

menjadi sumber inspirasi atas pemba-ngunan dan

pengembangan sekolah secara umum. Kepala sekolah

dalam MBS berperan sebagai designer, motivator, dan

fasilitator”.

Selaras dengan PP 28 tahun 1990 Kesiapan Kepala

Sekolah dalam pelaksanaan Manajemen Berba-sis

Sekolah (MBS) menurut Depdiknas (2005), dapat dilihat

dari 5 aspek, yaitu:

Pertama, bagaimana kepala sekolah mampu me-ngelola dan meningkatkan mutu pelayanan sekolah, melalui pengembangan dan pengelolaan program peningkatan mutu sekolah. Kedua, kepa-la sekolah diharapkan mampu mengelola kegiatan sekolah, yaitu mendorong pencapaian prestasi siswa, pengembangan potensi dan kreativitas siswa dan berbagai fasilitas untuk mendukung kegiatan sekolah. Ketiga, mampu untuk menyu-sun dan mengimplementasikan program sekolah. Penyusunan program kerja sekolah dilakukan ber-sama dengan stakeholders sekolah dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Kepala sekolah harus mampu mengelola sumber daya yang ada (personalia) agar dapat bekerja lebih optimal. Keempat, kepala sekolah harus mampu mengelola dan memberdayakan sumber daya manusia secara proposional dan terarah untuk mencapai pening-katan kinerja tenaga kependidikan. Pada aspek yang terakhir atau kelima ini diharapkan kepala sekolah agar mampu mengelola seluruh potensi sumber daya yang ada di sekolah secara optimal. Bagaimana kepala sekolah mengembangkan program-program yang mengarah pada pening-katan profesionalisme.

Menurut Mulyasa (2003) bahwa kesiapan kepala

sekolah dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS) meliputi menyusun program sekolah,

organisasi personal, memberdayakan tenaga kependi-

Page 32: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

dikan dan mendayagunakan sumberdaya sekolah se-

cara optimal.

Berdasarkan pendapat di atas, dapatlah disim-

pulkan bahwa yang dimaksud dengan kesiapan kepala

sekolah dalam penelitian ini adalah kondisi kepala

sekolah yang merasa dirinya telah mampu untuk

menghadapi segala sesuatu yang akan terjadi dalam

penerapan manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Selain

itu mengimplementasikan manajemen berbasis seko-lah

diperlukan kepala sekolah yang profesional.

2.3.2 Kesiapan Guru

Menurut Taufiq (2005) kesiapan guru merupa-kan

tingkah laku yang saling berkaitan yang dilaku-kan

dalam suatu situasi tertentu untuk mendapatkan

kemajuan perubahan dan perkembangan siswa yang

menjadi tujuannya sebelumnya.

Arikunto (2005) menyatakan, kesiapan guru dalam

pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), bahwa

guru idaman memiliki persyaratan seperti yang

dirumuskan dalam Proyek Pengembangan Pendidikan

Guru (P3G), yaitu:

Menguasai materi pelajaran, memahami teori pen-didikan, mampu mengelola kelas, menguasai stra-tegi pembelajaran, memahami teori interaksi bela-jar mengajar, mampu memilih dan menggunakan alat-alat pembelajaran, mampu melaksanakan penilaian, mampu melaksanakan bimbingan kon-seling, mampu melaksanakan administrasi kelas dan mampu melaksanakan penelitian sederhana.

Page 33: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

Menurut Depdiknas (2005) peranserta guru dalam

pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

diharapkan mampu meningkatkan kualitas belajar

siswa, menyelenggarakan pembelajaran yang efektif dan

menyediakan program pengembangan yang diperlukan

siswa serta berperanserta dalam memo-tivasi siswa.

Kompetensi guru menjadi hal yang penting dalam

menentukan keberhasilan MBS (Permendiknas No. 16

Tahun 2007).

Johnson (1980) menyatakan diperlukan persya-

ratan yang merupakan unsur-unsur kompetensi yang

saling mendukung dan terpadu yang dilandasi oleh

kompetensi penguasaan bahan, kemampuan profesi-

onal, penguasaan proses, kemampuan menyesuaikan

diri terhadap situasi dan suasana pengajaran, dan

didasari oleh sikap, nilai, dan pribadi yang mantap.

Dalam pola pembelajaran MBS, peran dan tugas

guru tidak hanya menyampaikan atau memindahkan

ilmu pengetahuan kepada anak didik saja, akan tetapi

lebih dari itu guru harus mampu melaksanakannya.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1996) me-

nyatakan bahwa kinerja guru merupakan peranan dan

tugas guru itu sendiri. Peranan yang dimaksud adalah:

1) Guru sebagai inisiator, organisator, dan dina-misator dalam proses pendidikan, 2) Guru sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi siswa untuk belajar, 3) Guru seba-gai narasumber dan motivator bagi siswa, 4) Guru sebagai pengajar bertanggungjawab atas mutu hasil belajar siswa, 5) Guru mempunyai martabat dan citra untuk ditiru, dipercaya, dan diteladani di lingkungan sekolah dan masyarakat.

Page 34: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

Sedangkan tugas yang dimaksud adalah:

1) Tugas profesional, yang terdiri dari tugas men-didik, mengajar, dan melatih untuk mengembang-kan dan membentuk kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan siswa secara optimal. Disini guru bertugas sebagai pengubah dan pembentuk ma-nusia seutuhnya. 2) Tugas manusiawi, yang terdiri dari tugas membina siswa dalam rangka mening-katkan martabat dan citranya agar dapat menem-patkan dirinya secara keseluruhan kemanusiaan-nya bagi kepentingan dan cita-citanya. 3) Tugas kemasyarakatan, yang terdiri dari tugas mem-bimbing siswa menjadi warga negara yang baik sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Di sini guru bertugas sebagai pencipta masa depan dan penggerak kemajuan.

Bagi murid, guru ideal itu guru yang mampu

memberi motivasi belajar, sumber keteladanan, ramah

dan penuh kasih sayang, penyabar, menguasai bahan

ajar, mampu mengajar dengan “bagus”. Orang tua

berharap agar guru itu menjadi mitra pendidik bagi

anak-anaknya, menjadi “orang tua” di sekolah sehing-ga

dapat melengkapi, menambah, dan memperbaiki pola

pendidikan di rumah. Pemerintah berharap agar guru

bisa menjadi unsur penunjang kebijakan dan program

pemerintah di bidang pendidikan. Dari sudut pandang

masyarakat luas, guru diharapkan menjadi “wakil”

masyarakat di dunia pendidikan, dan “wakil” lembaga

pendidikan di dalam masyarakat. Seperti kita maklumi,

masyarakat itu bersifat normatif bagi dunia pendidikan,

dan guru adalah pelestari nilai-nilai yang dijunjung

tinggi oleh masyakatnya (Joni, 1984).

Sosok guru semacam itu secara “ilmiah” dike-mas

dalam berbagai istilah. Ringkasnya, seorang guru yang

profesional harus memiliki kompetensi akademik

Page 35: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

(intelektual), kompetensi pribadi, kompetensi sosial,

bahkan kompetensi moral-spiritual. Kompetensi aka-

demik diwujudkan oleh pengetahuan dan kemampuan

guru dalam bidang ilmu pengetahuan yang digeluti-nya,

mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi se-cara

proaktif, dan kemampuannya dalam mengem-bangkan

ilmu tersebut setidak-tidaknya di dalam kelas.

Kompetensi akademik juga perlu ditunjukkan oleh guru

dalam bentuk pengetahuan teoritis-filosofis tentang

pendidikan dan pengajaran, misalnya Wawas-an

Kependidikan Guru, serta menerapkan teori dan filsafat

itu dalam perilakunya di depan kelas. Penge-tahuan

teoritis-filosofis ini bisa dipakai untuk mem-

pertanggungjawabkan secara akademik segala peri-laku

mengajarnya di dalam kelas.

Kompetensi pribadi sekurang-kurangnya berhu-

bungan dengan sosoknya sebagai pribadi yang utuh-

matang secara fisik dan mental serta emosional. Seba-gai

insan yang sudah utuh-matang, dia mempunyai motivasi

tertinggi yang dalam bahasa Abraham Maslow disebut

motivasi aktualisasi diri, bukan motivasi rendahan yang

melatarbelakangi tugas keguruannya hanya sekadar

untuk mencari makan (Lihat Dimyati dan Mudjiono,

1999). Dia harus mampu menjadi “guru tanda seru”

(“Inilah guru yang baik!”), dan bukan “guru tanda tanya”

(“Inikah guru?”, “Guru apa ini?”).

Untuk mencapai tingkatan itu guru, menurut Kock

(1981), haruslah terus-menerus mau belajar, sehingga

“tingkat persiapan harus lebih tinggi dari-pada tingkat

mengajar”. Atau, dalam bahasa Drost (2002), guru harus

Page 36: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

selalu melakukan on-going formation, membentuk dirinya

sendiri untuk makin bermutu dan bermutu. “Menjadi

manusia pembelajar”, kata Harefa (2000), dan belajar itu

tidak mesti di sekolah atau di kampus.

Kompetensi sosial diwujudkan dalam bentuk

kemampuannya dalam berinteraksi dan berkomuni-kasi

secara terbuka dan ikhlas dengan siswa dan rekan-rekan

guru serta orang tua siswa dan dengan warga

masyarakat tempat mereka tinggal. Memang ada

pendapat yang menyatakan bahwa ada sifat-sifat

tertentu pada guru yang sulit atau bahkan tidak bisa

diubah karena sifat-sifat itu sudah dibawa sejak lahir,

apalagi banyak guru yang menjadi guru bukan karena

“panggilan” melainkan karena terpaksa. Lalu muncul cap

dan label seperti sukar bergaul, judes, kaku, dsb.

Kesiapan guru dalam pelaksanaan Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS) dapat dilihat dalam dua hal

yaitu material dan mental. Kesiapan material adalah

kesiapan guru dalam proses belajar mengajar baik dari

segi teori maupun peralatan-peralatan yang mendu-kung

dalam praktik di sekolah. Sedangkan kesiapan mental

merupakan kesiapan psikologis seorang guru untuk

bertindak dan memberikan respon terhadap segala

sesuatu yang terjadi.

Menurut Sardiman (Taufiq, 2001) menyatakan

bahwa kesiapan guru dapat dilihat dalam hal melak-

sanakan proses pembelajaran yang aktif, melaksana-kan

proses pembelajaran yang kreatif dan dalam

melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan

menyenangkan.

Page 37: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan

kesiapan guru adalah kesiapan yang dibutuhkan oleh

seorang guru sebagai pelaksanan kegiatan pembela-jaran

dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

2.3.3 Kesiapan Masyarakat

Secara umum dipahami bahwa sesuai Undang-

undang yang berlaku, pendidikan bukan hanya men-jadi

tanggung jawab pemerintah tetapi juga menjadi

tanggung jawab masyarakat. Artinya pemerintah

berkewajiban menyediakan pendidikan untuk masya-

rakat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sebaliknya masyarakat sebagai warga bangsa juga

berkewajiban ikut serta membangun pendidikan. Peran

masyarakat yang sebelumnya “bertanggung jawab”

berubah menjadi “berpartisipasi” terhadap pendidikan,

dan selanjutnya menjadi tidak peduli. Semua sumber

daya pendidikan ditanggung pemerin-tah, dan peran

serta masyarakat apalagi bertanggung jawab terhadap

pendidikan menjadi sangat berkurang.

Bahwa pentingnya masyarakat berpartisipasi

dalam pendidikan dinyatakan dalam Undang-undang

tentang Sistem pendidikan Nasional No.20 tahun 2003.

Dalam pasal 8 dan 9 ditegaskan mengenai hak dan

kewajiban masyarakat dalam membangun pendi-dikan

yaitu: bahwa, “masyarakat berhak berperan serta dalam

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi

program pendidikan” (pasal 8), dan bahwa “masyarakat

berkewajiban memberikan du-kungan sumber daya

dalam penyelenggaraan pendi-dikan” (pasal 9). Mengenai

Page 38: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

peranserta masyarakat dalam pendidikan dalam UU

Sisdiknas diatur dalam bab tersendiri, yaitu Bab XV.

Pada pasal 54 ayat (1) disebutkan bahwa ”peranserta

masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta

perseorangan, kelom-pok, keluarga, organisasi profesi,

pengusaha dan orga-nisasi kemasyarakatan dalam

penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan

pendidikan”. Sementara pada ayat (2) disebutkan

“masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber,

pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan”.

Berdasarkan keputusan Mendiknas nomor (2002)

menyatakan bahwa peran serta masyarakat dapat dilihat

dari adanya hal-hal seperti: (1) dukungan masyarakat,

(2) keterlibatan masyarakat, (3) dan ke-mitraan

masyarakat.

Kondisi keterlibatan pihak-pihak yang berke-

pentingan memungkinkan lahirnya keputusan-kepu-

tusan yang lebih baik dalam pengelolaan sekolah. MBS

pun diharapkan dapat meningkatkan mutu komuni-kasi

di antara berbagai pihak yang berkepentingan, yang

meliputi dinas pendidikan setempat, kepala sekolah,

guru-guru, orang tua, anggota masyarakat setempat, dan

anak didik.

Partisipasi masyarakat dapat dilihat dari berba-gai

aspek, yaitu: a) peran serta orang tua, yang meli-puti:

dukungan, kontribusi, peduli, dan rasa kebang-gaan

orang tua terhadap sekolah anaknya; b) peran serta

komite/dewan sekolah, yang meliputi: pemben-tukan,

pengembangan, dan pemahaman akan fungsi

komite/dewan sekolah; c) peranserta masyarakat, yang

Page 39: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

meliputi: bantuan terhadap program yang dilak-sanakan

sekolah dan penggunaan lulusan.

Penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung

jawab bersama antara pemerintah, orangtua, dan

masyarakat. Ketiganya, sesuai dengan fungsi dan peran

masing-masing, harus berupaya seoptimal mungkin ke

arah terselenggaranya program pendidik-an bermutu.

Dalam perkembangannya, dukungan dan peranserta

masyarakat dalam menunjang program pembelajaran di

sekolah masih beragam, umumnya dukungan masih

bersifat fisik, namun ada juga kelom-pok masyarakat

yang sudah membantu proses pem-belajaran. Di sisi

lain, masih ada sekolah yang kurang mampu dan mau

mendekati masyarakat guna mem-bantu program

pendidikan, dalam bidang fisik mau-pun bidang

pembelajaran.

Namun demikian beberapa fakta peran serta

masyarakat adalah sebagai berikut:

1) Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa

program pendidikan merupakan tanggung jawab

sekolah dan pemerintah saja;

2) Saat ini, umumnya peran serta masyarakat masih

terbatas pada pengumpulan dana dan dukungan fisik

untuk pembangunan sekolah saja. Sebagian

masyarakat dan juga sekolah, belum menyadari

pentingnya potensi, peran serta, hak dan kewajiban

dalam peningkatan mutu pembelajaran;

3) Sebagian sekolah sudah memberikan kesempatan

kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya

Page 40: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan

peranserta masyarakat adalah keikutsertaan masya-

rakat dalam memberikan sumbangan terhadap pelak-

sanaan Manajemen berbasis Sekolah (MBS).

2.3.4 Kesiapan Komite Sekolah

Dalam paradigma lama, hubungan keluarga,

sekolah, dan masyarakat dipandang sebagai institusi

yang terpisah-pisah. Pihak keluarga dan masyarakat

dipandang tabu untuk ikut campur tangan dalam pe-

nyelenggaraan pendidikan di sekolah. Apalagi sampai

masuk ke wilayah kewenangan profesional para guru.

Dewasa ini, paradigma lama ini dalam batas-batas

tertentu telah ditinggalkan. Keluarga memiliki hak untuk

mengetahui tentang apa saja yang diajarkan oleh guru di

sekolah. Orangtua siswa memiliki hak untuk mengetahui

dengan metode apa anak-anaknya diajar oleh guru-guru

mereka. Dalam paradigma tran-sisional, hubungan

keluarga dan sekolah sudah mulai terjalin, tetapi

masyarakat belum melakukan kontaks dengan sekolah.

Dalam paradigma baru hubungan ke-luarga, sekolah,

dan masyarakat harus terjalin secara sinergis untuk

meningkatkan mutu layanan pendidik-an, termasuk

untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa di

sekolah.

Sekolah adalah sebuah pranata sosial yang ber-

sistem, terdiri atas komponen-komponen yang saling

terkait dan pengaruh mempengaruhi. Komponen uta-ma

sekolah adalah siswa, pendidik dan tenaga kepen-

Page 41: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

didikan lainnya, kurikulum, serta fasilitas pendidikan.

Selain itu, pemangku kepentingan (stakeholder) juga

mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses

penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan.

Dalam hal ini orangtua dan masyarakat merupakan

pemangku kepentingan yang harus dapat bekerja sama

secara sinergis dengan sekolah.

Proses penyelenggaraan pendidikan kini meng-

gunakan pola manajemen yang dikenal dengan mana-

jemen berbasis sekolah (MBS), yang dalam aspek teknis

edukatif dikenal dengan manajemen peningkat-an mutu

berbasis sekolah (MPMBS). Untuk itu, maka orangtua

siswa, khususnya yang tergabung dalam Komite Sekolah

juga harus memahami pola manaje-men sekolah

tersebut.

Dalam kegiatan Managing Basic Education (MBE),

orangtua siswa di setiap kelas di suatu sekolah

membentuk Paguyuban Kelas, yang beranggotakan

orangtua siswa dengan tugas membantu guru kelas

dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran

dengan konsep PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan). Ini merupakan satu bentuk

keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu, Komite

Sekolah perlu memahami wawasan kependidikan ter-

sebut (Dirjen MPDM, 2006).

Maksud dibentuknya komite sekolah adalah agar

ada suatu organisasi masyarakat sekolah yang

mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli ter-

hadap peningkatan kualitas sekolah. Komite sekolah

Page 42: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan

berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai kese-

pakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai

dengan potensi masyarakat setempat (Haryadi, dkk.,

2006).

Oleh karena itu, komite sekolah yang dibangun,

harus merupakan pengembang kekayaan filosofis

masyarakat secara kolektif. Artinya, komite sekolah

mengembangkan konsep yang berorientasi kepada

pengguna (client model), berbagi kewenangan (power

sharing and advocacy model), dan kemitraan (partner-

ship model) yang difokuskan pada peningkatan mutu

pelayanan pendidikan di sekolah.

Tujuan dibentuknya komite sekolah, sebagai

organisasi masyarakat sekolah, adalah (Haryadi, dkk.,

2006:3):

1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan pra-karsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan; 2) meningkatkan tanggung-jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; dan 3) mencip-takan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pela-yanan pendidikan yang bermutu di satuan pen-didikan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 044/U/2002 tentang

Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, peran dan fungsi

dari komite sekolah adalah sebagai berikut:

Komite Sekolah berperansebagaipemberi per-

timbangan (advisory agency) dalam penentuan dan

Page 43: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidik-

an, di samping itu menjadi pendukung (supporting

agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran mau-

pun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan

pendidikan. Fungsi kontrol merupakan peran dari komite

sekolah dalam rangka transparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraan dan keluaran pendi-dikan di satuan

pendidikan. Peran terakhir dari komite sekolah sebagai

mediator antara pemerintah (mediating agency) dengan

masyarakat di satuan pendidikan.

Untuk menjalankan peran yang telah disebut-kan

di muka, komite sekolah memiliki fungsi sebagai berikut:

1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen

masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan

yang bermutu;

2) Melakukan kerjasama dengan masyarakat (Per-

orangan/organisasi/dunia usaha dan dunia Indus-tri

(DUDI) dan pemerintah berkenaan dengan

penyelengaraan pendidikan bermutu;

3) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tun-

tutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang

diajukan oleh masyarakat;

4) Memberikan masukan, pertimbangan, dan reko-

mendasi kepada satuan pendidikan mengenai: (a)

Kebijakan dan program pendidikan; (b) Rencana

Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS);

(c) Kriteria kinerja satuan pendidikan; (d) Kriteria

tenaga kependidikan; (e) Kriteria fasilitas pendidik-an;

(f) Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan;

Page 44: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

5) mendorong orang tua siswa dan masyarakat untuk

berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung

peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan

pendidikan;

6) menggalang dana masyarakat dalam rangka pem-

biayaan penyelengaraan pendidikan di satuan pen-

didikan; dan

7) melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap

kebijakan, program;

8) penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan

pendidikan.

Komite sekolah turut melakukan penjajakan ide

dan gagasan terkait berbagai kebutuhan pendidikan

yang diajukan oleh masyarakat, yang kemudian mem-

berikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi

kepada satuan pendidikan terkait. Membangun parti-

sipasi orangtua dan masyarakat dalam pendidikan guna

mendukung peningkatan mutu dan pemerataan

pendidikan merupakan syarat mutlak yang harus dila-

kukan diikuti dengan menggalang dana masyarakat

dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidik-an

disatuan pendidikan. Fungsi evaluasi dan penga-wasan

terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan

keluaran pendidikan di satuan pendidikan meru-pakan

langkah akhir dari seluruh rangkaian proses ini.

2.4 Kerangka Pikir dan Model Penelitian

Dewasa ini banyak upaya peningkatan mutu

pendidikan terus dilakukan oleh berbagai pihak. Upaya-

Page 45: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran beta-pa

pentingnya peranan pendidikan dalam pengem-bangan

sumber daya manusia dan pengembangan watak bangsa

untuk kemajuan masyarakat dan bangsa. Harkat dan

martabat suatu bangsa sangat di-tentukan oleh kualitas

pendidikannya. Dalam konteks bangsa Indonesia,

peningkatan mutu pendidikan me-rupakan sasaran

pembangunan di bidang pendidikan nasional dan

merupakan bagian integral dari upaya peningkatan

kualitas manusia Indonesia secara me-nyeluruh.

Seiring dengan era otonomi dengan asas desen-

tralisasi, peningkatan kualitas pendidikan menuntut

partisipasi dan pemberdayaan seluruh komponen

pendidikan dan penerapan konsep pendidikan sebagai

suatu sistem. Pendekatan peningkatan mutu pendi-

dikan yang sesuai dengan paradigma dan gagasan

tersebut di atas adalah konsep School Based Manage-

ment atau manajemen berbasis sekolah.

Penerapannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

yang merupakan sebuah inovasi pendidikan untuk

mencapai pendidikan yang lebih sempurna dalam

meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

memerlukan elemen-elemen pendukung seperti kepala

sekolah, guru, masyarakat, dan komite sekolah

(Mulyasa, 2003). Keempat elemen tersebut perlu me-

miliki kesiapan khusus dalam menerapkan Manaje-men

Berbasis Sekolah (MBS).

Page 46: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

Kepala Sekolah

Mengelola & Meningkatkan mutu pelayanan sekolah 

Mengelola program supervisi untukpeningkatan mutu sekolah 

Mengelola program kewirausahaan 

Guru

Pengambangan kurikulum  Pelaksanaan kegiatan 

pembelajaran P h d

Masyarakat

Partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan 

Memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan 

Komite Sekolah 

Pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan 

Memberikan sumbangan pemikiran, dana, dan tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan 

Melakukan kontrol terhadap transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dankeluaran pendidikan 

Merupakan penghubung antara sekolah dengan masyarakat dan pemerintah 

Manajemen BerbasisSekolah

Peningkatan Kualitas 

Pendidikan 

Gambar 2.1 Peran serta Kepala sekolah, guru, masyarakat dan komite sekolah dalam pencapaian peningkatan

kualitas pendidikan melalui MBS (Mulyasa, 2003)

Page 47: BAB II TINJAUAN TEORITIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2499/3/T2... · 2.2 Strategi Implementasi Manajemen Ber-basis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis

Dari skema di atas terlihat bahwa untuk men-

capai pendidikan yang berkualitas dibutuhkan mana-

jemen berbasis sekolah, yang memerlukan beberapa

syarat utama dimana peranserta kepala sekolah, guru,

masyarakat, dan komite sekolah menjadi sentral. Dari

masing-masing peran stakeholder tersebut dibutuhkan

kualifikasi dan syarat yang harus dipenuhi