BAB II TINJAUAN TENTANG BIMBINGAN ROHANI ISLAM...
Transcript of BAB II TINJAUAN TENTANG BIMBINGAN ROHANI ISLAM...
BAB II
TINJAUAN TENTANG BIMBINGAN ROHANI ISLAM
2.1. Bimbingan Rohani Islam
2.1.1. Pengertian Bimbingan Rohani Islam
Bimbingan ditinjau dari segi bahasa atau etimologi berasal dari bahasa Inggris
“guidance”, atau “to guide”, artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun
orang lain ke jalan yang benar.
Bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar
mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (Faqih, 2001: 4).Jadi yang dimaksud
bimbingan rohani Islam dalam penelitian ini adalah suatu proses bimbingan terhadap
rohani atau jiwa pasien dengan mengarahkan dan menanamkan sikap kesabaran,
ketaatan menjalankan kewajiban atau perintah Allah SWT dan berupaya menjauhi
larangan-Nya, mempunyai jiwa raja’(optimis), dan selalu berusaha dan berupaya
memilih yang baik yang sesuai hukum syariat Islam. Dari sini diharapkan dengan
adanya bimbingan rohani Islam, pasien akan semakin meningkat kadar ketaqwaannya
kepada Allah SWT. Bimbingan rohani Islam merupakan bagian dari bimbingan dan
konseling Islam, tetapi di sini bimbingan rohani Islam lebih spesifik, karena hanya
memfokuskan pada klien yang tengah menderita sakit dan sedang menjalani rawat
inap.Tujuan bimbingan rohani Islam di sini untuk memberikan bantuan moril dan
upaya mempertebal keimanan kepada Allah.
25
Bimbingan rohani Islam merupakan proses pemberian bantuan artinya
bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar membantu
individu. Individu dibantu atau dibimbing, agar mampu hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah. Maksudnya sebagai berikut :
a. Hidup selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai dengan kodratnya yang
ditentukan Allah, sesuai dengan sunnatullah, sesuai dengan hakikatnya sebagai
makhluk Allah.
b. Hidup selaras dengan petunjuk Allah artinya sesuai dengan pedoman yang telah
ditentukan Allah melalui Rasul-Nya (ajaran Islam).
c. Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berarti menyadari eksistensi
diri sebagai makhluk Allah yang diciptakan untuk mengabdi kepada-Nya,
mengabdi dalam arti seluas-luasnya (Faqih,2001:4).
Jadi yang dimaksud bimbingan rohani Islam di sini adalah mengingatkan
para pasien untuk beribadah seperti shalat, berdzikir, dan berdo’a, sehingga pasien
mampu menghadapi cobaan berupa penyakit dengan kecerahan batin dan selalu
ingat, bahwa penyakit itu bisa disembuhkan dan dibantu dengan kembali kepada
keimanannya.
2.1.2. Tujuan Bimbingan Rohani Islam
Baried Ishom (1986: 260-261) mengemukakan dalam buku Ahmad Watik
Pratiknya bahwa tujuan dari bimbingan rohani Islam sebagai santunan di rumah sakit
adalah:
26
a. Menyadarkan penderita agar dia dapat memahami dan menerima cobaan yang
sedang dideritanya dengan ikhlas.
b. Ikut serta memecahkan dan meringankan problem kejiwaan yang sedang
dideritanya.
c. Memberikan pengertian dan bimbingan pada penderita dalam melaksanakan
kewajiban keagamaan harian yang harus dikerjakan dalam batas kemampuannya.
d. Perawatan dan pengobatan dikerjakan dengan berpedoman tuntunan Islam.
Memberi makan, minum, obat baik per-oral maupun parenteral dan lain-lain,
dibiasakan diawali dengan bacaan “Bismillahirrahmanirrahim” dan diakhiri
dengan bacaan “Alhamdulillahirab bil’alamin”.
e. Menunjukkan perilaku dan bicara yang baik sesuai dengan kode etik kedokteran
dan tuntunan agama.
Bagaimanapun tujuan bimbingan rohani Islam adalah menuntun orang dalam
rangka memelihara dan meningkatkan pengalaman ajaran agamanya kepada Allah
SWT.Karena manusia dilahirkan di bumi dalam keadaan fitrah dengan potensi dasar
yang dimilikinya, di mana potensi dan bakat tersebut tidak akan berarti tanpa adanya
aktualisasi dan pengembangan melalui bimbingan dari orang lain.
Disamping itu, manusia juga termasuk makhluk sosial yang dalam hidupnya
tidak lepas dari bantuan sesamanya, karena tidak ada manusia yang sempurna.Hal ini
telah dijelaskan dalam Al-qur’an dengan perintah-Nya untuk saling tolong-menolong.
Dalam surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:
27
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar Syiar-Syiar
Allah dan janganlah melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang Hadya, dan binatang-binatang Qalaid, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari Karunia dan Keridhaan dari Tuhan-nya dan apabila kamu telah menyelesaikan Ibadah Haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kami dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka) Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat besar siksa-Nya (Depag RI, 2003: 85).
Pasien atau orang yang sakit tentu merasakan tubuhnya yang tidak enak dan
tidak stabil, maka bimbingan rohani sangat diperlukan sekali guna penyembuhan dari
segi psikis (rohani) karena orang yang sakit psikisnya lemah. Dengan dibimbing
melalui melalui pendekatan agama maka pasien akan merasa tenang, mempunyai
sikap optimis, serta akan mempunyai sandaran yang jelas yang bersumber dari nilai-
nilai petunjuk Allah SWT.
2.1.3. Landasan Pokok Bimbingan Rohani Islam
Dalam melakukan segala sesuatu, manusia selalu membutukan landasan atau
dasar pokok sebagai pijakan dalam melakukan suatu perbuatan tertentu, yaitu Al-
qur’an dan Sunnah Rasul.
28
Dasar ini berasal dari perintah Allah SWT dan Rasul-Nya yang memberi
isyarat kepada manusia untuk memberi petunjuk (bimbingan) kepada orang lain. Hal
ini sesuai dengan Firman Allah SWT:
a. Surat Yunus ayat 57 :
Artinya:”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”(Depag RI, 2000:171).
b. Hadits Nabi SAW yang berbunyi:
اعنى ولوآية وحد ثواعن بن إسرا ئيل وال حرج ومن آذ ب بلغو)رواه البخارى(علي متعمدافليتبو أ مقعده من النار
Artinya :“Sampaikanlah dari aku walau seayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya dineraka”. (Hadits Riwayat Bukhori) (Jalaliddin Abdirrahman Ibni Abi Bakri As-Suyuthy, 1990 : 319)
Hadits ini diperkuat lagi dengan hadits lain dalam implementasinya untuk
memberikan bimbingan rohani Islam yang diperlukan oleh pasien, yaitu hadits
Jabir bin Abdullah Al- Anshari menyebutkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
لكل داء د واء فا ن اصيب د واءالداء برىءباء ذ ن اهللاArtinya : “Tiap-tiap penyakit ada obatnya, maka kalau penyakit bertemu
dengan obatnya, sembuhlah orang yang sakit dengan izin Allah.” (Hadist Riwayat Muslim)
Dari ayat dan hadits di atas bahwa bimbingan rohani sangat diperlukan oleh
orang sakit (pasien).Tugas yang demikian dipandang sebagai salah satu ciri dari jiwa
29
yang beriman. Di samping itu ayat di atas memberikan petunjuk bahwa bimbingan
rohani terutama kepada kesehatan jiwa, merupakan pedoman yang diberikan oleh
Yang Maha Pembimbing kepada manusia untuk mencapai suatu kebahagiaan dan
ketenangan batin.
2.1.4. Unsur-unsur Bimbingan Rohani Islam
Unsur-unsur bimbingan rohani Islam meliputi:
a. Unsur subyek (klien / pasien) adalah individu yang mempunyai masalah yang
memerlukan bantuan bimbingan rohani. Dalam pelaksanaan bimbingan seorang
klien harus dipandang dari segi:
1. Setiap individu adalah makhluk yang memiliki kemampuan dasar beragama
yang merupakan fitrah dari Tuhan.
2. Setiap individu adalah pribadi yang berkembang secara dinamis dan memiliki
corak, watak, dan kepribadian yang tidak sama.
3. Setiap individu adalah pribadi yang masih berada dalam proses perkembangan
yang peka terhadap segala perubahan (Arifin, 1982: 8).
Perlu diketahui bahwa klien dibimbing sesuai dengan tingkat dan situasi
kehidupan psikilogisnya. Dalam keadaan demikian setiap pribadi pembimbing
sangat berpengaruh terhadap kejiwaan pribadi klien.
b. Unsur pembimbing adalah orang yang mempunyai kewenangan untuk melakukan
bimbingan rohani Islam. Adapun yang menjadi syarat mental psikilogis bagi
pembimbing adalah:
30
1. Meyakini akan kebenaran agamanya, menghayati serta mengamalkannya,
karena ia menjadi pembawa norma agama.
2. Memiliki sikap dan kepribadian yang menarik terhadap klien khususnya, dan
kepada orang-orang yang berada di lingkungan sekitarnya.
3. Memiliki rasa tanggungjawab, rasa berbakti tinggi serta loyalitas terhadap
tugas pekerjaannya yang konsisten.
4. Memiliki kematangan jiwa dalam bertindak, menghadapi permasalahan yang
memerlukan pemecahan.
5. Mampu mengadakan komunikasi (hubungan0 timbal balik terhadap klien dan
lingkungan sekitarnya.
6. Memiliki ketangguhan, kesabaran, serta keuletan dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya dan lain-lain (Arifin, 1982: 28-29).
c. Unsur isi (materi) adalah sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan individu yang
sedang menghadapi masalah (subyek bimbingan) yang berupa kebutuhan jasmani
dan rohani untuk mencapai kebahagiaan duniawi dan ukhrowi. Materi di sini
untuk memberikan bimbingan pada pasien agar mmpunyai ketabahan, kesabaran,
dan tawakal kepada-Nya serta tidak ada rasa putus asa dalam menerima penyakit.
Adapun sumber materi yang digunakan adalah dari ajaran agama Islam yang
antara lain :
1. Aqidah
Aqidah adalah sesuatu yang mengharuskan hati menjadi tenang,
tentram dan yang menjadikan kepercayaan.anda yang bersih dari
kebimbangan dan keraguan (Baedawi, 1983: 9).
31
Ajaran aqidah Islam berarti tentang pokok-pokok keimanan yang
tercantum dalam institusi keimanan yang mutlak dan mengikat, sehingga ia
harus diyakini, dinyatakan dan diwujudkan dalam perbuatan. Manifestasi
daripada manusia adalah perwujudan sikap, yakni pasien dilatih bersikap
sabar dan tabah dalam menghadapi penderitaan dengan cara menyerahkan
persoalan kepada Allah, atau memperkuat keimanan pasien, keimanan yang
dimaksud bisa berupa do’a, karena do’a adalah merupakan obat yang sebaik-
baiknya untuk orang yang sedang sakit. Sesuai firman Allah dalm surat Ar
ra’ad ayat 28 yang berbunyi :
Artinya :”(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan Allahlah hati menjadi tentram”.(Depag RI, 2000: 201).
2. Syariah
Syariah adalah hukum-hukum yang telah dinyatakn dan ditetapkan
oleh Allah SWT sebagai peraturan hidup manusia untuk diimani, dan
dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupannya (Salam dan Fathurrahman,
1986:7).
Adapun materi yang dijadikan pedoman dalam bidang syariah adalah
khusus mengenai pokok-pokok ibadah yang dirumuskan dalam rohani Islam,
yaitu pasien dianjurkan tetap melaksanakan ibadah, salah satunya shalat.
32
Shalat dapat untuk membersihkan jiwa dan kesucian, juga mempunyai
manfaat yang sangat besar bagi kesehatan rohaninya (Su’dan, 1997: 101).
3. Akhlak
Akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan
yang mudah, karena kebiasaan tanpa memerlukan pertimbangan terlebih
dahulu (Arifin, 1982: 44).
Materi bimbingan rohani Islam yang berbentuk akhlak di sini adalah
memberikan pelajaran tata cara, adab atau sopan santun dalam berdo’a
kepada Allah, serta memberikan dorongan mental (psikologi kejiwaan) yang
berupa penuturan langsung tentang ayat-ayat Al qur’an dan hadits, juga
selebaran do’a-do’a dan buku-buku tuntunan yang diberikan secara gratis
kepada pasien. Kesemuanya itu diberikan pada pasien, agar bersikap sabar
dan tabah dalam menghadapi penderitaan. Sesuai firman Allah dalam surat
Al Luqman ayat 17 yang berbunyi :
Artinya :”Hai anakku dirikanlah Shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah“ ( depag RI, 2000: 245).
d. Unsur metode adalah suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah
yang dialami oleh klien (pasien).Dalam hal ini yang digunakan sebagai proses
komunikasi antara pembimbing dengan klien ini, dibagi menjadi dua yaitu:
33
1. Metode langsung (individual) yaitu dimana pembimbing melakukan
komunikasi langsung (bertatap muka) dengan yang dibimbingnya (pasien).
Diantaranya adalah percakapan pribadi yaitu pembimbing melakukan dialog
langsung tatap muka dengan pihak yang dikunjungi atau yang dibimbingnya.
2. Metode tidak langsung yaitu metode bimbingan yang dilakukan melalui
media komunikasi massa. Hal ini dapat dilakukan secara individual seperti:
- Melalui surat-menyurat
- Melalui telepon, maupun kelompok seperti:
- Melalui papan bimbingan
- Melalui majalah atau surat kabar
- Melalui brosur
- Melalui radio
- Ataupun melalui televisi (Faqih, 2001:54-55).
2.1.5. Bimbingan Kepada Pasien
Sasaran utama bimbingan rohani Islam di rumah sakit adalah para pasien yang
beragama Islam yang sedang berobat di rumah sakit dan membutuhkan perawatan
dengan cara menginap. Sasarannya secara umum adalah semua pasien muslim atau
non-muslim beserta keluarganya termasuk mereka yang datang membesuk.
Dalam agama Islam memberikan bimbingan kepada orang yang sakit
merupakan suatu kewajiban agar mereka mau berobat kepada dokter, tabib atau ahli-
ahli pengobatan lainnya, supaya untuk mengobati penyakitnya sebelum menjadi
parah dan sukar diobati. Berobat itu adalah dibolehkan dan diwajibkan oleh agama,
34
serta tidak bertentangan dengan kewajiaban untuk bersikap sabar dan tawakal.
Bahkan berobat itu adalah sebagian dari sikap sabar dan tawakal juga (Sujudi,
1995: 14).
Sebelum Bina Rohani Islam memberikan bimbingan rohani kepada pasien,
perlu mengetahui aspek-aspek psikologi pasien yang selalu akan timbul kegoncangan
pada mental atau jiwanya, baik pada dirinya maupun pada keluarganya,yang antara
lain disebabkan karena:
a. Penyakit yang sedang dideritanya, terutama apabila prognosenya tidak jelas,
apakah perjalanan penyakitnya akan berkelanjutan lama, atau apakah dalam
waktu singkat akan berakhir kematian.
b. Perawatan di rumah sakit harus dijalaninya, yang berarti dia terpaksa harus
meninggalkan keluarganya, sehingga dia merasa kesepian. Selama dalam
perawatan dia selalu akan mambayangkan kemesraan hidup di tengah-tengah
keluarganya.
c. Selama perawatan di rumah saklit, dia terpaksa harus melepaskan tugas pekerjaan
dan tanggungjawabnya, dan apabila masih banyak tugas yang belum
terselesaikan, maka akan mengganggu ketenangan dirinya dan memperberat
beban mentalnya.
d. Didalam perawatan di rumah sakit, dia memiliki waktu luang. Hal ini akan
menambah beban mental yang telah berat, terutama bagi orang yang terbiasa aktif
dalam pekerjaannya.
e. Apabila dalam perawatan di rumah sakit terpaksa harus melakukan aturan-aturan
tertentu seperti aturan dalam makan, aturan perawatan khusus, tindakan
35
pengobatan khusus dan lain-lain, yang semuanya belum dipahami maksud dan
tujuannnya, maka pastilah akan memperberat beban mentalnya.
f. Khusus bagi ibu yang sedang menghadapi waktu persalinan, dia selalu
dihadapkan pada perasaan ketidakpastian mengenai perjalanan persalinannya itu
akan berjalan lancar, mudah dan selamat, atau sebaliknya. Demikian juga apakah
anak yang akan dilahirkan itu hidup atau mati, dan jika hidup apakah dia sehat
dan sempurna atau menderita cacat tubuh dan sebagainya.
g. Apabila dia mengidap penyakit yang perlu tindakan pembedahan, pastilah
keputusan tersebut harus diterimanya dengan rasa berat hati terutama apabila
akibat pembedahan itu akan mengakibatkan cacat tetap.
h. Keluarganya pasti akan menderita suatu goncangan mental dan jiwanya yang
cukup berat, apabila keluarga yang ditungguinya sedang dalam keadaan
“sakaratul maut” (masa kritis). Keadaan itu akan melegakan, apabila sakaratul
maut itu berjalan dengan tenang, cepat, dan berakhir khusnul khatimah.
(Pratiknya dan M. Sofro, 1986: 259-260).
Semua peristiwa tersebut akan membawa kegoncangan secara psikologis, baik
bagi dirinya maupun keluarganya, dan manifestasi akan bervariasi dari yang ringan
sampai yang berat tergantung pada temperamen orang yang sedang mengalami
musibah.
Adapun bantuan rohani yang harus diberikan kepada pasien, dengan melihat
permasalahan yang kompleks tesebut adalah:
1. Menganjurkan, memperingatkan, dan memberi kesempatan kepada si sakit
(pasien) agar senantiasa ingat kepada Allah dan mengerjakan amal ibadah guna
36
mendekatkan diri kepada Allah seperti shalat, berdzikir, membaca al-Qur’an dan
sebagainya.
2. Menyediakan buku bacaan yang Islami, atau hiburan-hiburan yang bernafaskan
keagamaan, sehingga pasien dalam menjalani perawatan di rumah sakit tidak
merasa jenuh dan tidak merasa berat beban mentalnya, karena adanya buku
bacaan yang dapat mengisi waktu kosong atau waktu luangnya (bagi orang yang
biasa aktif bekerja).
3. Memberitahu pada pasien, bahwa dalam keadaan sakit pasien dilarang makan
yang dapat membahayakan penyakitnya, karena akan memperlambat proses
pencernaan obat dalam tubuhnya dan memperlambat kesembuhannya.
4. Memberikan nasehat serta do’a kepada pasien yang akan menjalani
pembedahan(operasi), yaitu dengan memberikan selebaran tentang do’a
menjelang operasi dan setelah operasi oleh bina rohani Islam, dan mengingatkan
agar selalu ingat dengan Allah, semoga diberikan kemudahan dan keselamatan.
5. Mendo’akan dan memperingatkan kepada anggota keluarga yang sedang
menunggu pasien yang dalam keadaan “sakaratul maut’ itu, dengan membacakan
surat yasin dan membantunya dalam mengucapkan kalimat “Lailaha Illa Allah “.
2.1.6. Bimbingan Rohani Islam Sebagai Salah Satu Bentuk Dakwah
Menurut Arifin, dalam bukunya Psikologi Dakwah bahwa dakwah adalah
suatu ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tigkahlaku dan sebagainya yang
dilakukan secar sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik
secara individual maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu
37
pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama
sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur
paksaan (Arifin, 2000: 6).
Dengan demikian, maka esensi dakwah adalah terletak pada ajakan,
dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk
menerima ajaran agama penuh kesadaran demi untuk kepentingan pribadinya sendiri,
bukan untuk kepentingan pembimbing. Yang dimaksud dakwah di sini adalah
mengajak untuk merubah tingkah laku yang tidak baik atau dari situasi sakit menjadi
kondisi sehat.
Dari pengertian dakwah diatas dapat dikatakan, bahwa dakwah itu
mempunyai arti yang luas menyangkut seluruh kehidupan manusia. Dakwah itu
nampak kuat dalam upaya merubah dari kondisi negatif ke kondisi yang lebih positif,
atau merubah kondisi yang sakit ke kondisi yang sehat.
Jelaslah, bahwa usaha dakwah meliputi segala bidang kehidupan manusia.
Bentuk dakwah pun tidak membatasi dengan lisan maupun tulisan, tetapi juga dengan
amal usaha yang nyata, yang dapat dilihat dan disaksikan buktinya sebagai sesuatu
yang berwujud dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pembangunan sarana
kesehatan yang berupa rumah sakit, posyandu dan lain-lain.
Bimbingan rohani Islam dalam prakteknya memberikan santunan moril dan
membantu pasien menjaga keimanannya dalam menghadapi cobaan dengan tetap
menjalankan kewajibannya sebagai muslim dalam batas-batas kemampuannya, serta
memberikan tuntunan do’a-do’a merupakan salah satu bentuk dakwah Islam. Di mana
dengan bimbingan rohani Islam ini diharapkan pasien akan memiliki tingkat
38
keimanan yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan senantiasa memohon dan
beribadah kepada Allah, sehingga akan diberi kesabaran dalam menghadapi cobaan-
Nya yaitu berupa sakit, maupun menerima kenyataan yang lebih pahit yaitu kematian.
2.1.7. Bimbingan Rohani Islam Sebagai Therapi Keagamaan
Bimbingan rohani merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada
individu (pasien) yang sedang mengalami permasalahan (sakit). Selain memberi
bimbingan atau santunan kepada pasien, juga berkewajiban membimbing pegawai /
karyawan yang ada di rumah sakit tersebut. Santunannya diarahkan untuk
menciptakan mereka menjadi orang muslim yang berbudi luhur, dengan materi yang
antara lain:
a. Mereka dibiasakan memberi salam “Assalamu’alaikum wr.wb.” pada waktu
pertama kali bertemu dan pada waktu mereka masuk ruang perawatan pasien.
Adapun mereka yang mendapat salam, wajib menjawab “Wa’alaikum salam
wr.wb”. Hal demikian juga diajarkan pada waktu mereka mempergunakan
telepon.
b. Mereka dibiasakan mengawali semua tindakan dengan bacaan
“Bismillahirrahmanirrahim” dan mengakhiri bacaan “Alhamdulillahirabbil
‘alamin”.
c. Mendidik mereka berpakaian sopan santun, bersih dan rapi. Khususnya tenaga
para medis diperingatkan mengenakan pakaian dinas beserta atributnya.
d. Mengingatkan shalat berjamaah di mushalla setiap kali mendengarkan adzan.
39
e. Mengontrol dengan aktif ke bagian gizi agar menu yang disediakan “halalan
thayyiba”.
f. Memberikan didikan kepada mereka, agar mereka mematuhi ajaran Islam
mengenai pergaulan antara pria dan wanita.
g. Dibiasakan mengadakan pengajian singkat atau kultum tiap-tiap rapat dan
pertemuan sebelum dimulai pembicaraan pokok.
h. Diselenggarakan pelajaran agama bagi pegawai/karyawan yang kurang
pengetahuannya. Agar diperoleh hasil yang memuaskan, mereka dibuat
berkelompok sesuai dengan pengetahuannya (Pratiknya dan M. Sofro).
Bimbingan rohani Islam sebagai bantuan tersebut sangat diperlukan dalam
upaya memberikan suatu nasehat untuk mengikuti petunjuk agama Islam yakni agar
manusia selalu mengingat Allah.
Dalam kaitannya dengan ketenangan jiwa agama memberikan pesan yang
penting dalam proses penyembuhan pasien yang bersifat kejiwaan, seperti yang
dikemukakan oleh Zakiah Daradjat, bahwa sangat erat hubungannya antara agama
dan ketenangan jiwa, serta betapa besar sumbangan agama dalam mempercepat
penyembuhan. Dari ketenangan tersebut dapat dipahami bahwa agama menolong
seseorang yang mengalami kegoncangan jiwa , karena agama sanggup menolong
orang yang menerima kenyataan dan kekecewaan dengan jalan memohon ridha Allah.
Dengan pendekatan keagamaan dalam perawatan terhadap pasien dapat memberi
peringatan dan kesadaran bahwa penyakit yang dideritanya mempunyai hubungan
dengan nilai keagamaan. Pendekatan agama yang diberiakan diharapkan pasien akan
40
semakin tentram dalam hidupnya dan semakin mampu menghadapi masalah yang
dihadapinya.
2.2 Motivasi Kesembuhan Pasien
2.2.1 Pengertian Motivasi
Dalam mendifinisikan, konsep motivasi ini terdapat suatu kesulitan, karena
motivasi masih merupakan suatu konsep yang masih kontroversial. Dalam
pembahasan psikologi terdapat istilah motif yang dalam penggunaanya terkadang
berbeda dalam istilah motivasi. Kadang-kadang motif dan motivasi itu digunakan
secara bersamaan dan dalam makna yang sama.
Beberapa pakar psikolog ada yang membedakan istilah motif dan motivasi,
antara lain bahwa motif adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang
mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan
tertentu. Motif dapat berupa kebutuhan dan cita-cita. Motif merupakan tahap awal
dari proses motivasi, sehingga motif baru merupakan suatu kondisi intern atau
disposisi (kesiapsiagaan) saja. Sebab motif tidak selamanya aktif. Motif aktif pada
saat tertentu saja, yaitu apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak
(Shaleh dan Wahab, 2004 : 131)
Apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi, maka motif dan
daya penggerak menjadi aktif. Motif yang telah aktif inilah yang disebut motivasi.
Motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah
laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan. Dalam
41
hal ini adalah motivasi untuk mencapai kesembuhan pada pasien yang sedang
menghadapi sakit (Shaleh dan Wahab, 2004 : 131).
Adapun motivasi disini memiliki tiga komponen pokok, yaitu :
1. Menggerakkan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu
(pasien), agar membawa seseorang atau individu (pasien) untuk bertindak dengan
cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan (mengingat Allah) respon-
respon efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan.
2. Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. Dengan demikian ia
(rohaniawan) menyediakan suatu orientasi tujuan, dengan cara mengarahkan
tingkah laku individu (pasien) terhadap sesuatu yang baik dan benar.
3. Menopang. Artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah
laku, bahwa lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-
dorongan serta kekuatan-kekuatan individu (Shaleh dan Wahab, 2004: 131)
Pada dasarnya setiap manusia lahir membawa potensi berTuhan. Dorongan
beragama merupakan dorongan psikis yang mempunyai landasan alamiah dan fitrah
kejadian manusia. Dalam jiwanya, manusia merasakan. Dorongan untuk mencari dan
memikirkan hakikat “sang Pencipta” pun mendorong untuk menyembahNya serta
berusaha mengabdikan dirinya. Sesuai dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum, ayat 30. Yang
menyatakan bahwa dorongan beragama merupakan dorongan alamiah dan fitrah
(Jumantoro, 2000 : 98).
42
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) ; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah mencipta manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahanan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuai” (Depag RI, 2000 : 325).
Dari ayat tersebut dapat diambil konklusi bahwa manusia sebelum dilahirkan
ke dunia telah diambil sumpahnya, kesaksian tentang zat Tuhan. Hal ini dapat
memberikan motivasi pada seseorang untuk tetap dalam keadaan fitrah, walaupun
dihadapkan pada ujian dan cobaan dari Allah SWT.
2.2.2 Macam-macam motivasi
Pendapat mengenai klasifikasi itu ada bermacam-macam. Beberapa yang
terkenal diantaranya adalah sebagai berikut :
Menurut Chaplin, motivasi dapat dibagi menjadi dua :
a. Physiological drive
b. Social motives
Yang dimaksud dengan physiological drive ialah dorongan-dorongan yang
bersifat fisik, seperti lapar, haus, seks dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud
dengan social motives ialah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang
lain, seperti estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis. Lindzy G. Hall,
memasukkan kebutuhan berkelompok, kebutuhan terhadap penghormatan, kebutuhan
akan sesuatu yang dicintai ke dalam social motives (Shaleh dan Wahab, 2004 : 131)
Atas dasar sumber dna proses perkembangan motivasi digolongkan menjadi
dua yaitu :
43
1. Motif primer (primary motive) atau motif dasar (basic motive) menunjukkan
kepada motif yang tidak dipelajari (unlearned motive) yang untuk ini sering
digunakan istilah dorongan (drive). Golongan inipun masih dibedakan ke dalam :
a. Dorongan fisiologis (Physiological drive) yang bersumber pada kebutuhan
organis yatu motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan dari dalam yang
antara lain lapar, haus, pernapasan, seks, kegiatan dan istirahat.
b. Dorongan umum (Morgan’s general drive) dan motif darurat (wodworth’s
emergency motive), termasuk di dalamnya dorongan takut, kasih sayang,
kegiatan, kekaguman dan ingin tahu, dalam hubungannya dengan rangsangan
dari luar, termasuk dorongan untuk melarikan diri (escafe), menyerang
(combat), berusaha (effort), dan mengejar (pursuit) dalam rangka
mempertahankan dan menyelamatkan dirinya.
2. Motif sekunder (secondary motives) menunjukkan kepada motif yang
berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan dipelajari. Yang
termasuk golongan ini antara lain :
a. Takut yang dipelajari (Learned fears)
b. Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, merasa aman, dan sebagainya)
c. Motif-motif objektif dan intesert (eksplorasi, manipulasi, minat)
d. Maksud (purpose) dan aspirasi
e. Motif berprestasi (Achievement motive) (Makmun, 2000: 38)
Motivasi dapat juga timbul dan tumbuh berkembang dengan cara :
a. datang dari dalam diri individu itu sendiri (intrinsik)
b. datang dari lingkungan (ekstrinsik)
44
2.2.3 Cara Memotivasi
Bagaimana memotivasi orang lain merupakan masalah yang penting untuk
dibicarakan. Ada beberapa cara yaitu :
1. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force)
Suatu ketika seorang pimpinan akan melakukan cara ini agar anak buahnya
melakukan apa yang harus dilakukan apa yang harus dilakukan. Seperti seorang
pelatih sepak bola mengancam akan menskors anggotanya bila tidak disiplin
dalam latihan-latihan untuk meningkatkan prestasinya. Dalam penelitian ini, hal
tersebut bisa terjadi pada seorang direktur RSU Muhammadiyah Gombong yang
menyuruh pegawai atau karyawannya untuk diisplin dalam menjalankan tugas
yang diberikan, apabila tidak disiplin maka akan memecatnyan dokter pada
pasien, demikian cara ini digunakan, tetapi biasanya menimbulkan perasaan tidak
senang bagi subyek yang terkena, sebab orang akan memiliki rasa ketergantungan
yang besar dan kurang mampu menumbuhkan kesadaran.
2. Motivasi dengan bujukan (Motivating by enticement).
Cara yang kedua ini juga bisa terjadi pada atasan (Direktur) terhadap
pegawai/karyawan. Yang apabila megerjakan tugas dengan baik akan dinaikkan
status jabatannya, seorang dokter terhadap pasiennya agar selalu minum obat, dan
apabila tidak akan fatal akibatnya.
3. Motivasi dengan identifikasi (Motivating by idenfication)
Ini merupakan cara yang terbaik untuk memotivasi orang lain. Dalam hal ini
mereka berbuat sesuatu merasa percaya diri bahwa apa yang dilakukan itu adalah
untuk mencapai tujuan tertentu. Ada keinginan dari dalam seperti seorang pasien
45
dengan motivasi percaya diri bahwa berobat di rumah sakit ini adalah yang
terbaik untuk mendapatkan perawatan secara medis maupun secara psikis, agar
cepat mencapai kesembuhan. Hal ini terjadi pada keinginan dari dalam diri pasien
sendiri, dengan menyadari bahwa bimbingan rohani penting dan sangat
berhubungan dengan motivasi kesembuhan pasien (Ahmadi, 1999 : 202).