BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11...

18
23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Menurut penelitian (Rohmiyati. 2016) menyatakan bahwa fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit pisang raja mempunyai aktivitas antioksidan yang memiliki IC 50 sebesar 77,068 ppm. Selain itu, pada penelitian (Alfiani. 2014) menyatakan bahwa pada konsentrasi 0,002 μg/ml didapatkan persen penghambatan antioksidan pada kulit pisang raja sebesar 73,89% dibandingkan dengan daging buahnya sebesar 66,45%. Sedangkan pada penelitian (Pane. 2013) menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak kulit pisang raja dengan menggunakan fraksi etil asetat lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak metanol dan fraksi n-heksan. B. Tanaman Pisang Raja Pisang raja termasuk jenis pisang buah. Menurut ahli sejarah dan botani secara umum pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau Pasifik Barat. Selanjutnya menyebar ke berbagai negara baik negara tropis maupun negara subtropis. Akhirnya buah pisang dikenal di seluruh dunia. Jadi pisang raja termasuk tanaman asli Indonesia dan kultivar- kultivarnya banyak ditemukan di pulau Jawa (Zuhairini. 1997). Gambar 2.1. Pisang Raja (dokumen pribadi) Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian (Rohmiyati. 2016) menyatakan bahwa fraksi etil

asetat ekstrak etanol kulit pisang raja mempunyai aktivitas antioksidan yang

memiliki IC50 sebesar 77,068 ppm.

Selain itu, pada penelitian (Alfiani. 2014) menyatakan bahwa pada

konsentrasi 0,002 µg/ml didapatkan persen penghambatan antioksidan pada

kulit pisang raja sebesar 73,89% dibandingkan dengan daging buahnya

sebesar 66,45%. Sedangkan pada penelitian (Pane. 2013) menunjukkan

bahwa aktivitas antioksidan ekstrak kulit pisang raja dengan menggunakan

fraksi etil asetat lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak metanol dan fraksi

n-heksan.

B. Tanaman Pisang Raja

Pisang raja termasuk jenis pisang buah. Menurut ahli sejarah dan

botani secara umum pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan

pulau-pulau Pasifik Barat. Selanjutnya menyebar ke berbagai negara baik

negara tropis maupun negara subtropis. Akhirnya buah pisang dikenal di

seluruh dunia. Jadi pisang raja termasuk tanaman asli Indonesia dan kultivar-

kultivarnya banyak ditemukan di pulau Jawa (Zuhairini. 1997).

Gambar 2.1. Pisang Raja (dokumen pribadi)

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

24

1. Klasifikasi tanaman pisang

Adapun klasifikasi tanaman pisang raja menurut

(Tjitrosoepomo.2001) adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa paradisiaca,L.

2. Morfologi

Pisang Raja merupakan jenis tanaman berbiji, berbatang semu

yang dapat tumbuh sekitar 2,1 - 2,9 meter, berakar serabut yang tumbuh

menuju bawah sampai kedalaman 75 -150 cm, memiliki batang semu

tegak yang berwarna hijau hingga merah dan memiliki noda coklat atau

hitam pada batangnya. Helaian daunnya berbentuk lanset memanjang

yang letaknya tersebar dengan bagian bawah daun tampak berlilin. Daun

ini diperkuat oleh tangkai daun yang panjangnya antara 30 - 40 cm.

Memiliki bunga yang bentuknya menyerupai jantung, berkelamin satu

yaitu berumah satu dalam satu tandan dan berwarna merah tua. Buahnya

melengkung ke atas, dalam satu kesatuan terdapat 13 -16 buah dengan

panjang sekitar 16 - 20 cm (Daniells, et al., 2001)

3. Kandungan Kimia

Buah pisang raja mengandung zat protein, karbohidrat, kalsium,

fosfor, besi, vitamin A, B, C, dan zat metabolit sekunder lainnya (Atun.

2007). Menurut (Munadjim. 1998), kandungan gizi kulit pisang raja

cukup lengkap seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfat, zat

besi, vitamin B, vitamin C dan air. Hasil analisis kimia menunjukkan

bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90 %

dan karbohidrat sebesar 18,50 %. Kulit pisang raja masak yang berwarna

kuning kaya akan senyawa kimia yang bersifat antioksidan, baik senyawa

flavonoid maupun senyawa fenolik. Senyawa flavonoid yang terdapat

pada kulit pisang raja yaitu isoflavon (Rohmiyati. 2016).

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

25

Tabel 2.1.Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang per 100 gram Bahan

Zat Gizi Kadar (gr)

Air (ml) 68,90

Karbohidrat (gr) 18,50

Lemak (gr) 2,11

Protein (gr) 0,32

Kalsium (gr) 715,00

Fosfor (mg) 117,00

Zat Besi (mg) 1,60

Vitamin B (mg) 0,12

Vitamin C (mg) 17,50

Sumber : Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Jatim,Surabaya (1982).

4. Manfaat dan Efek Farmakologi Tanaman Pisang

Kegunaan tumbuhan pisang antara lain sebagai obat tradisional

untuk menyembuhkan radang selaput lendir mata, luka terbakar (daunnya

yang masih muda), demam nifas (teras batangnya), mencret, disentri

(getah batangnya), radang selaput lendir usus, ambein, sariawan (buah

pisang, biji buahnya), kena racun makanan (umbinya), radang tonsil,

kurang darah (pisang kepok, akar dan umbinya), maupun digigit ular

berbisa (umbi pisang raja) (Sudarman dan Harsono. 1989). Selain itu,

kulit buah pisang raja juga dapat digunakan sebagai obat penyakit

kuning, antidiare, obat gangguan pencernaan (dispepsia) seperti penyakit

maag, obat luka, menurunkan kolesterol darah, dapat digunakan sebagai

tepung untuk olahan makanan (Cahyono. 2009), melembabkan kulit,

menghilangkan bekas cacar, menghaluskan tangan dan kaki, antinyamuk

dan menjaga kesehatan retina mata dari kerusakan akibat cahaya berlebih

(Satuhu. 1996).

C. Ekstraksi

Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain

berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi 3 yaitu

simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral atau pelikan

(Depkes,RI. 1989).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa

aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

26

golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan

diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah

pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM. 2000).

Pembagian metode ekstraksi menurut (Ditjen POM. 2000) yaitu :

1. Metode dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses perendaman simplisia menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

suhu kamar. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk

ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut.

Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di

dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru

sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperature

ruangan. Prinsip perkolasi yaitu serbuk simplisia ditempatkan dalam

suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.

Cairan berpori dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut,

cairan penyari akan melarutkan sel-sel yang dilalui sampai mencapai

keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya

beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan gaya kapiler

yang cenderung untuk menahan (Depkes RI. 1986).

2. Metode panas

a. Refluks

Refluks adalah metode ekstraksi menggunakan pelarut pada

temperature titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut

terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

b. Soxletasi

Soxletasi adalah metode ekstraksi menggunakan pelarut yang

selalu baru dan umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga

terjadi ekstraksi secara kontinyu dengan jumlah pelarut relatif

konstan dengan adanya pendingin balik.

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

27

c. Digesti

Digesti adalah metode maserasi kinetik (dengan pengadukan

kontinyu) pada suhu yang tinggi dari suhu ruangan yaitu secara

umum dilakukan pada suhu 40o - 50

oC.

d. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan

untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-

bahan tumbuhan. Proses ini dilakukan pada suhu 90oC selama 15

menit.

D. Antioksidan

Antioksidan alami merupakan senyawa fitokimia berupa zat alami

yang terdapat dalam tanaman yang dapat memberikan cita rasa, aroma dan

warna yang khas pada tanaman tersebut. Secara kimia, senyawa antioksidan

merupakan senyawa pendonor elektron. Secara biologis, antioksidan

merupakan senyawa yang dapat menangkal atau meredam proses radikal

bebas. Antioksidan bekerja denga cara mendonorkan satu elektronnya kepada

senyawa yang bersifat oksidan sehingga senyawa yang bersifat oksidan

tersebut dapat dihambat (Yenrina dan Sayuti. 2015).

Senyawa fenolik mempunyai berbagai efek biologis seperti aktivitas

antioksidan melalui mekanisme sebagai pereduksi, penangkal radikal bebas,

pengkhelat logam, peredam terbentuknya singlet oksigen serta pendonor

elektron. Flavonoid merupakan salah satu dari kelompok senyawa fenolik

yang biasanya ditemukan dalam buah-buahan maupun sayur-sayuran.

Beberapa tahun belakangan ini, telah dibuktikan bahwa flavonoid memiliki

potensi yang besar dalam melawan penyakit yang disebabkan oleh radikal

bebas (Yenrina dan Sayuti. 2015).

Manfaat antioksidan sangatlah penting yaitu untuk mempertahankan

mutu produk pangan, kesehatan serta kecantikan. Dalam bidang kesehatan

dan kecantikan, antioksidan berfungsi untuk mencegah penyakit kanker dan

tumor, penyempitan pembuluh darah, penuaan dini, dan penyakit degeneratif

lainnya. Di bidang industri pangan, antioksidan dapat digunakan untuk

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

28

mencegah proses terjadinya oksidasi yang dapat menyebabkan kerusakan,

seperti ketengikan, perubahan warna dan aroma serta kekeruhan fisik pada

produk pangan lainnya (Tamat et al. 2007).

Resiko terkena penyakit degeneratif seperti kardiovaskular, kanker,

aterosklerosis, osteoporosis dan lain-lain, bisa dicegah dengan mengkonsumsi

senyawa antioksidan secukup mungkin. Konsumsi makanan yang

mengandung antioksidan yang dapat meningkatkan status imunologi dan

mencegah timbulnya penyakit degeneratif akibat penuaan dini (Yenrina dan

Sayuti. 2015).

E. Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan atom atau molekul elektron yang tidak

berpasangan sehingga mengakibatkan sifatnya sangat tidak stabil (Robert.

2008). Hal ini karena radikal bebas mempunyai satu elektron atau lebih yang

tidak berpasangan pada kulit luar. Elektron pada radikal bebas sangat reaktif

dan mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, atau asam

deoksiribonukleat (DNA) sehingga terjadi perubahan struktur dan fungsi sel.

Jika radikal bebas sudah terbentuk dalam tubuh, maka akan terjadi reaksi

berantai dan menghasilkan radikal bebas baru. Reaksi ini dapat berakhir jika

ada molekul yang memberikan elektron yang dibutuhkan oleh radikal bebas

tersebut atau dua buah gugus radikal bebas membentuk ikatan non-radikal

(Kartika. 2010). Senyawa radikal bebas di dalam tubuh dapat merusak asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel. Akibatnya, dinding sel menjadi

rapuh. Senyawa oksigen reaktif ini juga mampu merusak bagian dalam

pembuluh darah sehingga meningkatkan pengendapan kolesterol dan

menimbulkan arterosklerosis, merusak basa DNA sehingga mengacaukan

sistem info genetika, dan berlanjut pada pembentukan sel kanker (Winarsi.

2007). Mekanisme reaksi pembentukan radikal bebas dibagi menjadi 3

tahapan reaksi, yaitu:

1. Inisiasi : RH + OH → R• + H2O

2. Propagasi : R• + O2 → ROO•

ROO• + RH → ROOH + R•

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

29

3. Terminasi : ROO• + ROO• → ROOR + O2

ROO•+ R• → ROOR

R•+ R•→ RR

(Sayuti et al., 2015)

Radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh dan dari luar tubuh.

1. Sumber dari dalam tubuh yaitu : proses oksidasi yang berlebihan, proses

olahraga yang berlebihan, proses peradangan akibat menderita sakit

kronik atau kanker, dan stress berat.

2. Sumber dari luar tubuh yaitu : asap rokok, udara atau lingkungan yang

tercemar, radiasi matahari atau kosmis, radiasi fototerapi (penyinaran),

konsumsi obat-obatan termasuk kemoterapi, pestisida dan zat kimia.

Pembentukan radikal bebas (stress oksidasi) merupakan suatu kondisi

fisiologis yang memegang peranan penting dalam proses terjadinya suatu

penyakit, serta proses penuaan. Umumnya sel bereaksi terhadap stres oksidasi

ini dengan meningkatkan sistem pertahanan antioksidan dan sistem

pertahanan lain. Namun stres oksidasi berat dapat merusak secara permanen

DNA, protein dan lemak.

F. Metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)

Gambar 2.2 Struktur DPPH (Kurniawan. 2011)

DPPH merupakan senyawa berwarna ungu dan juga merupakan suatu

radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk

mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan

alam. Metode DPPH addalah sebuah metode yang sederhana yang dapat

digunakan untuk menguji kemampuan antioksidan yang terkandung dalam

makanan. Metode DPPH dapat digunakan untuk sampel yang padat dan juga

dalam bentuk larutan, tetapi tidak spesifik untuk komponen antioksidan

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

30

partikular, tetapi dapat digunakan untuk pengukuran kapasitas antioksidan

secara keseluruhan pada suatu sampel (Kurniawan. 2011). Prinsipnya dimana

elektron ganjil pada molekul DPPH memberikan serapan maksimum pada

panjang gelombang 517 nm yang berwarna ungu. Warna ini akan berubah

dari ungu menjadi warna kuning lemah apabila elektron ganjil tersebut

berpasangan dengan atom hidrogen yang disumbangkan senyawa antioksidan.

Perubahan warna ini berdasarkan kesetimbangan kimia (Prakash et al. 2001).

Metode DPPH merupakan metode yang cepat, sederhana, dan tidak

membutuhkan biaya tinggi daam menentukan kemampuan antioksidan

dengan menggunakan radikal bebas 1,1-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH).

Metode ini sering digunakan untuk menguji senyawa yang berperan sebagai

free radical scavengers atau donor hidrogen dan mengevaluasi aktivitas

antioksidannya, serta mengkuantifikasi jumlah kompleks radikal antioksidan

yang terbentuk. Metode DPPH dapat digunakan untuk sampel yang berupa

padatan atau cairan (Prakash,et al. 2001). Setiap molekul yang dapat

menyumbangkan elektron atau hidrogen akan bereaksi dan memudarkan

DPPH. Intensitas warna DPPH akan berubah dari ungu menjadi kuning oleh

elektron yang berasal dari senyawa penangkap radikal bebas (Nihlati et al.,

2011).

Parameter yang dipakai untuk menunjukkan aktivitas antioksidan

adalah harga konsentrasi efisiensi atau Efficient Concentration (EC50) atau

Inhibition Concentration (IC50) yaitu konsentrasi yang dapat menyebabkan

50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat antioksidan

yang memberikan % penghambatan 50%. Zat yang mempunyai aktivitas

antioksidan tinggi, akan mempunyai harga (EC50) atau (IC50) yang rendah.

Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50

kurang dari 50 ppm, kuat apabila nilai IC50 antara 50-100 ppm, sedang

apabila nilai IC50 berkisar antara 100-150 ppm, dan lemah apabila nilai IC50

berkisar antara 150- 200 ppm. (Andarwulan et al. 1996).

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

31

G. Spektrofotometri UV-VIS

Spektrofotometri UV-VIS adalah pengukuran panjang gelombang dan

intensitas sinar ultraviolet dan sinar tampak yang diabsorpsi oleh sampel.

Sinar ultraviolet dan sinar tampak memiliki energi yang cukup

mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih

tinggi. Spektrofotometri UV-VIS biasanya digunakan untuk molekul dan ion

anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum ini berguna untuk

pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa

ditentukan dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tertentu

dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Pratama & Zulkarnain. 2015).

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh

larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.

A = a.b.c

Ket :

A = absorben

a = absorptivitas molar

b = tebal kuvet (cm)

c = konsentrasi

Absorptivitas molar merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung

pada konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan

sampel. Absorptivitas molar tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul,

dan panjang gelombang radiasi. Pada hukum Lambert-Beer memiliki syarat

sebagai berikut :

1. Sinar yang dianggap monokromatis

2. Penyerapan terjadi dalam satu volume yang mrmpunyai luas penampang

yang sama.

3. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung

terhadap yang lain dalam larutan tersebut.

4. Tidak terjadi fluorosensi atau fosforisensi

5. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.

Menurut (Gandjar et al., 2007) bahwa instrumen yang digunakan

untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsi

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

32

dari panjang gelombang disebut “spektrometer” atau spektrofotometer.

Komponen-komponen utama yang berada pada spektrofotometri meliputi :

1. Sumber Lampu

Sumber lampu yang digunakan pada daerah UV yaitu lampu

deuterium yang memiliki panjang gelombang sebesar 190-350 nm).

Sedangkan pada daerah visible, sumber lampu yang digunakan yaitu

lampu tungsten yang berada pada panjang gelombang antara 350-900

nm.

2. Monokromator

Monokromator digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam

komponen-komponen panjang gelombang yang selanjutnya akan dipilih

oleh celah (split). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga

kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan

imstrumen melewati spectrum.

3. Optik-optik

Optik-optik ini dapat didesain untuk memecah sumber sinar

sehingga sumber sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagaimana dalam

spektrofotometer bekas ganda (double beam), suatu larutan blanko dapat

digunakan dalam satu kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau

spektrum sampel. Yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam

spektrofotometri adalah semua pelarut.

4. Sel absorpsi (kuvet)

Pada pengukuran di daerah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca

corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran di daerah UV kita harus

menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah

ini. Umumnya tebal kuvet adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun

yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk

persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Kuvet yang tertutup

digunakan untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas

hasil leburan yang homogen.

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

33

5. Detektor

Detektor merupakan suatu bagian spektrofotometer yang penting

karena kualitas detektor akan menentukan kualitas spektrofotometer.

Detektor berfungsi untuk memberikan respon terhadap cahaya pada

berbagai panjang gelombang (Underwood. 2002).

6. Suatu amplifer (penguat) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat

isyarat listrik dapat untuk diamati.

7. Recorder

Recorder merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya

isyarat listrik yang berasal dari detector

Panjang gelombang yang digunakan dalam analisis kuantitatif

adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal.

Untuk pemilihan panjang gelombang yang maksimal, dilakukan dengan

membuat kurva baku hubungan antara absorbansi dengan panjang

gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu, kurva

tersebut disebut sebagai kurva baku (Gandjar et al. 2007).

H. Body Lotion

Body lotion merupakan sediaan kosmetik yang mengandung air lebih

banyak. Sediaan ini memiliki sifat sebagai sumber pelembab bagi kulit,

memberi lapisan minyak yang sama seperti sebum, menjadikan tangan dan

badan terasa lembut, tetapi tidak berminyak dan mudah dioleskan. Hand and

body lotion merupakan sebutan umum yang ada di pasaran (Sularto, et al.

1995).

Body lotion termasuk dalam golongan pelembab kulit yang terdiri dari

minyak nabati, hewani, maupun sintesis. Body lotion berfungsi untuk

melembutkan dan melenturkan kulit yang kasar dan kering. Body lotion

didefinisikan sebagai campuran antara dua fase yang tidak saling campur dan

distabilkan oleh emulgator, berbentuk cairan yang dapat dituang bila

ditempatkan pada suhu ruang (Lachman et al. 1994).

Body lotion dimaksudkan untuk penggunaan pada kulit sebagai

pelindung untuk obat karena sifat dari bahan-bahannya. Kecairan dari sediaan

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

34

ini memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat menyerap pada

permukaan kulit yang luas. Sediaan ini segera kering pada kulit setelah

pemakaian dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada

permukaan kulit. Fase terdispersi pada body lotion cenderung memisah dari

pembawanya bila didiamkan. Pada saat body lotion akan digunakan harus

dikocok kuat-kuat terlebih dahulu supaya bahan-bahan yang terpisah akan

terdispersi kembali (Ansel. 1989).

Sediaan body lotion tersusun atas komponen zat berlemak, air, zat

pengemulsi dan humektan. Komponen zat berlemak diperoleh dari lemak

maupun minyak dari tanaman, hewan maupun minyak mineral seperti minyak

zaitun, minyak jojoba, minyak parafin, lilin lebah dan sebagainya. Zat

pengemulsi umumnya berupa surfaktan anionik, kationik maupun nonionik.

Humektan bahan pengikat air dari udara, antara lain gliserin, sorbitol,

propilen glikol dan polialkohol (Jellineck. 1970). Komponen-komponen yang

menyusun body lotion adalah pelembab, pengemulsi, bahan pengisi,

pembersih, bahan aktif, pelarut, pewangi, dan pengawet (Setyaningsih, et al.

2007).

Pada metode pembuatan body lotion, fase minyak dan fase air yang

terpisah disatukan dengan pemanasan dan pengadukan. Fase minyak

mengandung komponen bahan yang larut minyak. Fase air mengandung

komponen bahan yang larut air yang dipanaskan pada suhu yang sama dengan

fase minyak kemudian disatukan (Rieger. 2000). Pencampuran antara fase

minyak dan air dilakukan pada suhu 70-75°C. Proses emulsifikasi pada

pembuatan body lotion adalah pada suhu 70°C (Mitsui. 1996).

1. Monografi Bahan Body Lotion

a. Asam Stearat

Asam stearat memiliki struktur yang keras, berwarna putih

atau kuning pucat, agak mengkilap, Kristal padat atau serbuk putih

atau putih kekuningan, bau lemah dan berasa lemak. Kelarutannya

yaitu mudah larut dalam benzena, kloroform dan eter; larut dalam

etanol 95%; praktis tidak larut dalam air. Memiliki titik lebur 69-

70oC. Penggunaan nya dalam sediaan topical sebesar 1-20%

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

35

digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika direaksikan dengan basa

(Rowe,et al. 2009).

b. Setil Alkohol

Setil alkohol (C16H33OH) merupakan butiran berwarna putih,

berbau khas lemak, rasa tawar dan melebur pada suhu 45-50oC. Setil

alcohol larut dalam etanol (95%) dan eter namun tidak larut dalam

air. Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi, penstabil, dan pengental

(Depkes,RI. 1993). Bahan ini termasuk ke dalam fase minyak pada

sediaan kosmetik. Alkohol dengan bobot molekul tinggi seperti

stearil alkohol, setil alkohol, dan gliseril monostearat terutama

digunakan sebagai zat pengental dan penstabil untuk emulsi minyak

dalam air (Ansel. 1989). Sebagai emolien dan emulgator digunakan

dalam konsentrasi 2-5%. Sedangkan sebagai pengental dalam krim

dan body lotion biasanya digunakan dengan konsentrasi di bawah 1

% (Rowe,et al. 2009).

c. Parafin Cair

Parafin cair adalah campuran hidrokarbon padat yang

dimurnikan, yang diperoleh dari minyak tanah. Pemerian dari parafin

cair yaitu berupa cairan yang jernih, tidak berwarna atau putih; tidak

berbau; tidak berasa; agak berminyak. Parafin mudah larut dalam

kloroform, eter, minyak atsiri, hampir semua jenis minyak lemak

hangat. Khasiat dari parafin cair ini berfungsi sebagai pelarut dan

penambah viskositas dalam fase minyak. Selain itu, paraffin cair

digunakan untuk melarutkan asam stearat dan setil alkohol. (Depkes,

RI. 1995).

d. Gliserin

Gliserin (C3H8O3) disebut juga gliserol atau gula alkohol,

merupakan cairan yang kental, jernih, tidak berwarna, sedikit berbau

dan mempunyai rasa manis diikuti hangat, higroskopik. Jika

disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat

membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur

sehingga suhu mencapai lebih kurang 20oC. Gliseril larut dalam air,

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

36

dengan etanol 95 % P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam

eter P, dan dalam minyak lemak (Depkes. 1979). Gliserin berfungsi

sebagai humektan. Gliserin tidak hanya berfungsi sebagai humektan

tetapi juga berfungsi sebagai pelarut, penambahan viskositas, dan

perawatan kulit karena dapat melumasi kulit sehingga mencegah

terjadinya iritasi kulit.

e. Trietanolamin

Trietanolamin merupakan campuran dari trietanolamina,

dietanolamina, dan monoetanolamina. Trietanolamin mengandung

tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 107,4% yang dihitung

terhadap zat anhidrat sebagai trietanolamin, N (C2H4OH)3.

Trietanolamin biasanya digunakan sebagai pengatur pH dan

emulgator m/a dalam sediaan lotion (Depkes RI. 1979).

f. Metil Paraben

Pemerian berupa hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk

hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai

sedikit rasa terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air dan

benzena, mudah larut dalam etanol dan eter, larut dalam minyak,

propilen glikol dan dalam gliserol. Berfungsi sebagai pengawet

(Rowe et al. 2006).

g. Propil paraben

Propil paraben atau Nipasol berupa kristal tidak berwarna

atau serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa. Kelarutan bahan ini

sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam

eter. Propil paraben digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam

kosmetik dan sediaan farmasetika (Depkes RI, 1979).

h. Aquades

Air suling yang dibuat dengan cara menyuling air yang dapat

diminum. Pemeriannya berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak

berbau, tidak mempunyai rasa. Bersifat agak asam dan agak basa,

dengan cara 10 ml ditambahkan 2 tetes larutan merah metal p tidak

terjadi warna merah, pada 10 ml tambahkan 5 tetes larutan niru

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

37

bromtimol p tidak terjadi warna biru. Penggunaan aquades yaitu

sebagai pelarut (Depkes RI. 1979).

i. Oleum Rosae

Pemerian berupa cairan tidak berwarna atau berwarna

kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasanya khas, mudah melebur

jika dipanaskan. Kelarutannya larut dalam 1 bagian kloroform.

Bahan ini berfungsi sebagai pewangi. Minyak mawar merupakan

minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan uap bunga mawar

segar (Depkes RI. 1979).

2. Evaluasi sediaan body lotion

Kestabilan suatu sediaan kosmetik merupakan hal yang harus

diperhatikan. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya

diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang cukup

panjang untuk sampai ke tangan konsumen. Oleh karena itu sediaan

tersebut juga perlu diuji kestabilan sesuai prosedur yang telah ditentukan.

Sediaan body lotion yang stabil yaitu sediaan yang masih berada dalam

batas yang dapat diterima selama masa periode penyimpanan dan

penggunaan (Dewi. 2014). Evaluasi sediaan body lotion meliputi :

a. Pengukuran pH

pH body lotion berdasarkan (SNI. 1996) yaitu 4,6-8 dan pH

skin body lotion komersial yaitu berkisar 7,25-8,45.

b. Pengukuran Viskositas

Viskositas merupakan pernyataan tahanan untuk mengalir

dari suatu sistem dibawah stress yang digunakan (Martin et al.

2012).

Pengukuran viskositas body lotion diukur dengan

menggunakan alat viskometer Brookfield LV pada spindle no 4

dengan kecepatan 60 rpm.

Viskositas body lotion berdasarkan (SNI. 1996) yaitu berada

dalam kisaran nilai viskositas 2000-50000 cp dan kisaran nilai

viskositas skin body lotion komersial yaitu 1700-7200 cp. Semakin

kental suatu cairan maka semakin besar kekuatan yang diperlukan

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

38

untuk cairan tersebut dapat mengalir dengan laju tertentu (Martin et

al. 2012). Peningkatan viskositas akan meningkatkan waktu retensi

pada tempat aplikasi, tetapi menurunkan daya sebar (Garg et al.

2002).

c. Pengujian Daya Sebar

Daya sebar adalah kemampuan dari suatu sediaan untuk

menyebar di tempat aplikasi. Hal ini berhubungan dengan sudut

kontak dari sediaan dengan tempat aplikasinya. Daya sebar

merupakan salah satu karakteristik yang bertanggung jawab dalam

keefektifan dalam pelepasan zat aktif dan penerimaan konsumen

dalam penggunaan sediaan semisolid. Faktor-faktor yang

mempengaruhi daya sebar yaitu viskositas sediaan, lama tekanan,

temperatur tempat aksi (Garg et al, 2002).

Daya sebar sediaan topikal yang baik berkisar 5-7 cm.

Semakin luas daya sebar suatu body lotion maka dengan cepat

melepaskan efek terapi di kulit (Garg et al. 2002).

I. Kulit

Kulit merupakan organ yang paling luas sebagai pelindung terhadap

bahaya bahan kimia, cahaya matahari, mikroorganisme, dan menjaga

keseimbangan tubuh dengan lingkungan. Kulit merupakan indikator untuk

memperoleh kesan umum, dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit

misalnya pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan (Syaifuddin. 2011).

Secara histologis, kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu lapisan

epidermis kutikel, lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin) dan lapisan

subkutis (Zulkarnain. 2013).

1. Epidermis

Epidermis adalah lapisan kulit yang paling luar, tipis dan

avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel

melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada

berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.

Ketebalan epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit.

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

39

Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Fungsi epidermis yaitu

perlindungan barrier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,

pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan

alergen.

2. Dermis

Dermis merupakan bagian yang paling penting di kulit yang

sering dianggap sebagai True skin. Terdiri atas jaringan ikat yang

menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis.

Tebalnya bervariasi yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.

Fungsi dermis yaitu struktur penunjang, mechanical strength, suplai

nutrisi, menahan shearing forces, dan respon inflamasi (Perdanakusuma.

2007).

3. Subkutis

Subkutis merupakan lapisan dibawah dermis atau hipodermis

yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang

menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan dibawahnya.

Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan

keadaan nutrisi individu. Fungsinya yaitu tempat melekat ke struktur

dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh, dan

mechanical shock absorber (Perdanakusuma. 2007).

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8416/3/Maulida Rahmasandi_BAB II.pdf · Lemak (gr) 2,11 Protein (gr) 0,32 Kalsium (gr) 715,00 Fosfor (mg) 117,00 Zat Besi (mg) 1,60 Vitamin

40

J. Kerangka konsep

Gambar 2.3. Kerangka konsep

K. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Fraksi etil asetat kulit pisang raja dapat diformulasikan menjadi sediaan

body lotion.

2. Formulasi sediaan body lotion fraksi etil asetat kulit pisang raja memiliki

nilai IC50 yang memenuhi syarat sebagai antioksidan.

3. Sediaan body lotion fraksi etil asetat kulit pisang raja dapat stabil ketika

dilakukan uji sifat fisik dan stabilitas sediaan body lotion.

Kulit pisang raja adalah salah satu bahan alam yang

dapat digunakan sebagai antioksidan

Kulit pisang raja di ekstraksi menggunakan metode

maserasi dengan menggunakan etanol 96% dan

difraksinasi menggunakan etil aseteat

Uji antioksidan fraksi kulit pisang raja

Formulasi sediaan body lotion fraksi kulit pisang raja

Evaluasi sifat fisik dan stabilitas

pada sediaan body lotion

Uji Nilai IC50 pada sediaan body

lotion

Body Lotion fraksi kulit pisang raja yang memenuhi

persyaratan sediaan body lotion dan memiliki nilai IC50

Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018