Combustio GR II A-B 45 %
-
Upload
sofflow-apreggio -
Category
Documents
-
view
16 -
download
1
Transcript of Combustio GR II A-B 45 %
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.SLF.
DENGAN COMBUSTIO GR II A-B 45 %
DENGAN CEDERA INHALASI POST BULECTOMY
DI RUANG BEDAH G, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 11 – 13 MARET 2002
( Disusun Sebagai Bahan Laporan Kasus Praktek Keperawatan Profesi
di Ruang Bedah G, RSUD Dr. Soetomo Surabaya)
Oleh:
SUBHAN
NIM 010030170 B
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2002
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus Dengan judul:
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. SLF.
DENGAN COMBUSTIO GR II A-B 45 %
DENGAN CEDERA INHALASI POST BULECTOMY
DI RUANG BEDAH G, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 11 – 13 MARET 2002
DISAHKAN SEBAGAI BAHAN LAPORAN KASUS
Di Ruang Bedah G, RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Tanggal 14 Maret 2002
PEMBIMBING AKADEMIK, PEMBIMBING RUANGAN,
T J U T J U K, S.KP ENDANG , SST
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah
RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Luka Bakar adalah keadaan sakit yang dapat membawa pemderitaan pada morbiditas yang
sangat kompleks dan merupakan trauma yang paling berpotensi menyebabkan gangguan
berat integritas penampakan dan psikologis apabila berpotensi menyebabkan gangguan
berat integritas ( Teddy O.H SMF Bedah Plastik RSUD Dr. Soetomo)
2. Etiologi
a. Luka bakar termal
Agen pecendera dapat berupa api, air panas, ataukontak dengan objek panas, luka
bakar api berhubungan dengan asap/cedera inhalasi (cedera terbakar, kontak dan
kobaran api).
b. Luka bakar listrik.
Terjadi dari tife/voltase aliran yang menghasilkan proporsi panas untuk tahanan dan
mengirimkan jalan sedikit tahanan (contoh saraf memberikan tahanan kecil dan tulang
merupakan tahanan terbesar) Dasar cedera menjadi lebih berat dari cedera yang
terlihat.
c. Luka bakar kimia.
Terjadi dari tife /kandungan agen pencedera, serta konsentrasi dan suhu agen.
d. Luka bakar radiasi.
Luka bakar bila terpapar pada bahan radioaktif dosis tinggi.
(Doenges E.M,2000) &(long,1996)
3. Patologi
Jejas sel mulai pada suhu 44oC makin tinggi suhu naik diatas angka ini makin
cepat kerusakan terjadi, sedangkan kerusakan ini memerlukan beberapa menit bila suhu
44 oC dan akan memerlukan beberapa detik bila 1000oC atau lebih, jejas bahwa derajat
dan luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu (penyebab) , besarnya agen pembakar
dan lamanya pemaparan serta derah yang terkena : seperti pengaruh telapak tangan yang
tebal karena lapisan tanduk pada pekerja tangan dan pakaian yang dipakai, perfusi pada
jaringan yang kurang akan mendapat kerusakan yang lebih berat dari pada yang penuh
dengan peredaran darah.
(Dudley,AF hugh,1992)
4. Fase Luka Bakar
a. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang
penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase
awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi
saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera
inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan
kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan
respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan
hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.
b. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
1) Proses inflamasi dan infeksi.
2) Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang
atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
3) Keadaan hipermetabolisme.
c. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.
5. Klasifikasi Luka Bakar
a. Dalamnya luka bakar.
Kedalaman jaringan Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan
partial
superfisial
/sebagian
lapisan
Epidermis,
bagian
dermis
Jilatan api,
uap air
sinar ultra
violet
(terbakar
Kering tidak ada
gelembung.
Oedem minimal
atau tidak ada.
Bertambah
merah.
Nyeri, gatal,
hiperestetik
permukaan kulit
(tingkat I)
oleh
matahari).
Pucat bila ditekan
dengan ujung jari,
berisi kembali bila
tekanan dilepas.
Lebih dalam
dari ketebalan
partial/sebagian
lapisan kulit
lebih dalam
(tingkat II)
- Superfi
sial
- Dalam
Epidermis
dan
dermis
Kontak
dengan
bahan air
atau
bahan
padat.yang
panas
Jilatan api
kepada
pakaian.
Jilatan
langsung
kimiawi.
Sinar ultra
violet.
Blister besar dan
lembab yang
ukurannya
bertambah besar.
Pucat bial ditekan
dengan ujung jari,
bila tekanan dilepas
berisi kembali.
Berbintik-
bintik yang
kurang jelas,
putih, coklat,
pink, daerah
merah
coklat.
Sangat
nyeri,
hiperestetik
Ketebalan
sepenuhnya/
seluruh lapisan
kulit
Baik dermis
bagian dalam
(tingkat III)
Epidermis,
dan
dermis,
jaringan
subkutan
Kontak
dengan
bahan cair
atau
padat.
Nyala api.
Kimia.
Kontak
dengan
arus listrik.
Kering disertai kulit
mengelupas.
Pembuluh darah
seperti arang
terlihat dibawah
kulit yang
mengelupas.
Gelembung jarang,
dindingnya sangat
tipis, tidak
membesar.
Tidak pucat bila
ditekan.
Putih, kering,
hitam, coklat
tua.
Hitam.
Merah.
Tidak sakit,
sedikit sakit.
Rambut
mudah
lepas bila
dicabut.
Derajat Iv
Semua lapisan
kulit
Semua
diatas
ditambah
dengan
otot dan
tulang
Listrik hangus, hancur,
edema, imobilisasi
Hitam Sedikit nyeri
b. Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5) genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
9 %
9 % 9 %
Depan 18 %
Punggung 18 %
1 %
18 % 18%
Gambar.1 aturan sembilan memperkirakan luasnya luka bakar
(Dudley A.F.Hugh,1992)
c. Berat ringannya luka bakar
American college of surgeon membagi dalam:
1) Parah – critical:
a) Tingkat II : 30% atau lebih.
b) Tingkat III : 10% atau lebih.
c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
2) Sedang – moderate:
a) Tingkat II : 15 – 30%
b) Tingkat III : 1 – 10%
3) Ringan – minor:
a) Tingkat II : kurang 15%
b) Tingkat III : kurang 1%
6. Patofisiologi Luka Bakar
( Hudak & Gallo; 1997)
&
(Long, 1996)
Sel darah merah Metabolik rate
pe Glukoneogenesis dan glikogenesis pe kebutuhan
oksigen
Anemia
pe depresi miokard
pe Insufisiensi miokard
pen cardiak output
pe perfusi jaringan
Acidosis
pe pengeluaran katekolamin
Vasokntriksi
Splenic flow
Hipoksia hepar
Gagal hepar
Luka Bakar Luas
pe sekresi Adrenal
Pe aldosterone
pe aliran ginjal
pe filtration
glomerulus
Gagal ginjal
Retensi Na+
Kehilangan K+
Hilangnya cairan (H2O
Hypovolemia
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Resiko infeksi
Resiko kerusakan Pertukaran gas
o Gangguan perfusi jaringano Resiko kekurangan volume cairano Nyerio Ansietaso Kerusakan mobilitas fisik
7. Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar
Peruba-
Han
Tingkatan hipovolemik
( s/d 48-72 jam pertama)
Tingkatan diuretik
(12 jam – 18/24 jam pertama)
Mekanisme Dampak dari... Mekanisme Dampak dari...
Pergeser
an cairan
ekstra
seluler.
Vaskuler ke insterstitial. Hemokonsentras
i oedem pada
lokasi luka
bakar.
Interstitial ke
vaskuler.
Hemodilusi.
Fungsi
renal.
Aliran darah renal
berkurang karena
desakan darah turun dan
CO berkurang.
Oliguri. Peningkatan aliran
darah renal karena
desakan darah
meningkat.
Diuresis.
Kadar
sodium/
natrium.
Na+ direabsorbsi oleh
ginjal, tapi kehilangan Na+
melalui eksudat dan
tertahan dalam cairan
oedem.
Defisit sodium. Kehilangan Na+
melalui diuresis
(normal kembali
setelah 1 minggu).
Defisit sodium.
Kadar
potas
K+ dilepas sebagai akibat
cidera jarinagn sel-sel
Hiperkalemi K+ bergerak kembali
ke dalam sel, K+
Hipokalemi.
Injury thermal
inflamasi
Pengeluaran
histamin
Kebocoran
protein me
Permeabilitas
kapiler meVasokontriksi
pe tekanan
darah
Gangguan
Aliran darah
me
hypoproteinnemia
me tekanan
osmotik plasma
Keluarnya cairan dari sel yang
rusak(edema)
pe cairan intravaskuler
Shock hypovolemik
sium. darah merah, K+
berkurang ekskresi
karena fungsi renal
berkurang.
terbuang melalui
diuresis (mulai 4-5
hari setelah luka
bakar).
Kadar
protein.
Kehilangan protein ke
dalam jaringan akibat
kenaikan permeabilitas.
Hipoproteinemia. Kehilangan protein
waktu berlangsung
terus katabolisme.
Hipoproteine-
mia.
Keseim-
bangan
nitrogen.
Katabolisme jaringan,
kehilangan protein dalam
jaringan, lebih banyak
kehilangan dari masukan.
Keseimbangan
nitrogen negatif.
Katabolisme
jaringan, kehilangan
protein, immobilitas.
Keseimbangan
nitrogen negatif.
Keseim-
bnagan
asam
basa.
Metabolisme anaerob
karena perfusi jarinagn
berkurang peningkatan
asam dari produk akhir,
fungsi renal berkurang
(menyebabkan retensi
produk akhir tertahan),
kehilangan bikarbonas
serum.
Asidosis
metabolik.
Kehilangan sodium
bicarbonas melalui
diuresis,
hipermetabolisme
disertai peningkatan
produk akhir
metabolisme.
Asidosis
metabolik.
Respon
stres.
Terjadi karena trauma,
peningkatan produksi
cortison.
Aliran darah
renal berkurang.
Terjadi karena sifat
cidera berlangsung
lama dan terancam
psikologi pribadi.
Stres karena
luka.
Eritrosit Terjadi karena panas,
pecah menjadi fragil.
Luka bakar
termal.
Tidak terjadi pada
hari-hari pertama.
Hemokonsentra
si.
Lambung. Curling ulcer (ulkus pada
gaster), perdarahan
lambung, nyeri.
Rangsangan
central di
hipotalamus dan
peingkatan
jumlah cortison.
Akut dilatasi dan
paralise usus.
Peningkatan
jumlah cortison.
Jantung. MDF meningkat 2x lipat,
merupakan glikoprotein
yang toxic yang dihasilkan
oleh kulit yang terbakar.
Disfungsi
jantung.
Peningkatan zat
MDF (miokard
depresant factor)
sampai 26 unit,
bertanggung jawab
terhadap syok
spetic.
CO menurun.
8. Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
a. Luka bakar grade II:
1) Dewasa > 20%
2) Anak/orang tua > 15%
b. Luka bakar grade III.
c. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.
9. Penatalaksanaan
Seperti menangani kasus emergency umum yaitu:
a. Resusitasi A, B, C.
1) Pernafasan:
a) Udara panas mukosa rusak oedem obstruksi.
b) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin iritasi
Bronkhokontriksi obstruksi gagal nafas.
2) Sirkulasi:
a) gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler
pindah ke ekstra vaskuler hipovolemi relatif syok ATN gagal ginjal.
b. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
c. Resusitasi cairan Baxter.
1) Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
2) Anak : jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
3) Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½ diberikan 8 jam pertama
½ diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua:
Dewasa: Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
d. Monitor urine dan CVP.
e. Topikal dan tutup luka
- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
- Tulle.
- Silver sulfa diazin tebal.
- Tutup kassa tebal.
- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
f. Obat – obatan:
- Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
- Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
- Analgetik : kuat (morfin, petidine)
- Antasida : kalau perlu
.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian ( Doengoes, 2000 )
Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2 tahun dan diatas 60 tahun
mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebih rentan terkena infeksi.
Riwayat kesehatan sekarang
Sumber kecelakaan
Sumber panas atau penyebaba yang berbahaya
Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
Keadaan fisik disekitar luka bakar
Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
Beberapa keadaan lain yang memeperbaat luka bakar
Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien ,mempunyai penyakit yang merubah kemampuan
utuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap infeksi (seperti DM,
gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan pernafasan)
Pemeriksaan Fisik dan psikososial
a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:
Tanda ( dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan
nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum
dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan
(semua luka bakar).
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih
besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada
cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran
timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk
disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga
tidak nyeri.
h. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada;
jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme,
oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema
laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i. Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat
pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong;
mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus;
nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai
72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar
(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup
dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
j. Pemeriksaan diagnostik:
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama
penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama
karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya
pada cedera inhalasi asap.
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot
pada luka bakar ketebalan penuh luas.
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar
masif.
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
Diagnosa Keperawatan ( Doengoes ; 2000)
1. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia ; luka bakar daerah leher;
kompresi jalan nafas thorak dan dada.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d. Kehilangan cairan melalui rute
abnormal; status hypermetabolik
3. Resiko kerusakan pertukaran gas b/d cedera inhalasi asap atau sindrom
kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau
leher.
4. Resiko infeksi b/d. Pertahanan primer tidak adequat; kerusakan perlinduingan kulit;
jaringan traumatik.
5. Nyeri b/d. Kerusakan kulit/jaringan; bentukam edem; manifulasi jaringan cidera.
6. f. Resiko kerusakan perfusi jarinagn b/d luka bakar melingkari ekstremitas atau
luka bakar listrik dalam.
7. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) b/d krisis situasi; kecacatan ;nyeri.
8. Kerusakan integritas kulit b/d destruksi lapisan kulit
RENCANA KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Resiko tinggi bersihan
jalan nafas tidak efektif b/d
obstruksi trakheobronkhial;
oedema mukosa;
kompressi jalan nafas .
Bersihan jalan nafas tetap efektif.
Kriteria Hasil : Bunyi nafas
vesikuler, RR dalam batas normal,
bebas dispnoe/cyanosis.
Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan kapiler dan
kekuatan nadi perifer.
Awasi pengeluaran urine dan berat jenisnya.
Observasi warna urine dan hemates sesuai
indikasi.
Pantau drainase luka dan kejilangan yang tampak
Timbang berat badan setiap hari
Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar tiap hari
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan
mengkaji respon kardiovaskuler.
Penggantian cairan dititrasi untuk meyakinkan rata-2
pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada orang dewasa.
Urine berwarna merah pada kerusakan otot masif
karena adanyadarah dan keluarnya mioglobin.
Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan
protein, proses inflamasi dan kehilangan cairan
melalui evaporasi mempengaruhi volume sirkulasi
dan pengeluaran urine.
Penggantian cairan tergantung pada berat badan
pertama dan perubahan selanjutnya
Memperkirakan luasnya oedema/perpindahan cairan
sesuai indikasi
Selidiki perubahan mental
Observasi distensi abdomen,hematomesis,feces
hitam.
Hemates drainase NG dan feces secara periodik.
Lakukan program kolaborasi meliputi :
Pasang / pertahankan kateter urine
Berikan penggantian cairan IV yang dihitung,
elektrolit, plasma, albumin.
Awasi hasil pemeriksaan laboratorium ( Hb,
elektrolit, natrium ).
Berikan obat sesuai idikasi :
- Diuretiaka
yang mempengaruhi volume sirkulasi dan
pengeluaran urine.
Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat
mengindikasikan ketidak adequatnya volume
sirkulasi/penurunan perfusi serebral
Stres (Curling) ulcus terjadi pada setengah dari
semua pasien yang luka bakar berat(dapat terjadi
pada awal minggu pertama).
Observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah stasis
atau refleks urine.
Resusitasi cairan menggantikan kehilangan
cairan/elektrolit dan membantu mencegah komplikasi.
Mengidentifikasi kehilangan darah/kerusakan SDM
dan kebutuhan penggantian cairan dan elektrolit.
Meningkatkan pengeluaran urine dan membersihkan
tubulus dari debris /mencegah nekrosis.
Penggantian lanjut karena kehilangan urine dalam
jumlah besar
Menurunkan keasaman gastrik sedangkan inhibitor
Resiko kekurangan volume
cairan b/d luka bakar luas. Pasien dapat mendemostrasikan
status cairan dan biokimia
membaik.
Kriteria evaluasi: tak ada
manifestasi dehidrasi, resolusi
oedema, elektrolit serum dalam
batas normal, haluaran urine di atas
30 ml/jam.
- Kalium
- Antasida
Pantau:
- Tanda-tanda vital setiap jam selama
periode darurat, setiap 2 jam selama periode
akut, dan setiap 4 jam selama periode
rehabilitasi.
- Warna urine.
- Masukan dan haluaran setiap jam selama
periode darurat, setiap 4 jam selam aperiode
akut, setiap 8 jam selama periode rehabilitasi.
- Hasil-hasil JDL dan laporan elektrolit.
- Berat badan setiap hari.
- CVP (tekanan vena sentral) setiap jam
bial diperlukan.
- Status umum setiap 8 jam.
histamin menurunkan produksi asam hidroklorida
untuk menurunkan produksi asam hidroklorida untuk
menurunkan iritasi gaster.
Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan
atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Periode darurat (awal 48 jam pasca luka bakar)
adalah periode kritis yang ditandai oleh hipovolemia
yang mencetuskan individu pada perfusi ginjal dan
jarinagn tak adekuat.
Inspeksi adekuat dari luka bakar.
Penggantian cairan cepat penting untuk mencegah
gagal ginjal. Kehilangan cairan bermakna terjadi
melalui jarinagn yang terbakar dengan luka bakar
Pada penerimaan rumah sakit, lepaskan semua
pakaian dan perhiasan dari area luka bakar.
Mulai terapi IV yang ditentukan dengan jarum
lubang besar (18G), lebih disukai melalui kulit
yang telah terluka bakar. Bila pasien menaglami
luka bakar luas dan menunjukkan gejala-gejala
syok hipovolemik, bantu dokter dengan
pemasangan kateter vena sentral untuk
pemantauan CVP.
Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam,
haus, takikardia, CVP < 6 mmHg, bikarbonat
serum di bawah rentang normal, gelisah, TD di
bawah rentang normal, urine gelap atau encer
gelap.
Konsultasi doketr bila manifestasi kelebihan cairan
terjadi.
luas. Pengukuran tekanan vena sentral memberikan
data tentang status volume cairan intravaskular.
Temuan-temuan ini mennadakan hipovolemia dan
perlunya peningkatan cairan. Pada lka bakar luas,
perpindahan cairan dari ruang intravaskular ke ruang
interstitial menimbukan hipovolemi.
Pasien rentan pada kelebihan beban volume
intravaskular selama periode pemulihan bila
perpindahan cairan dari kompartemen interstitial pada
kompartemen intravaskuler.
Temuan-temuan guaiak positif ennandakan adanya
perdarahan GI. Perdarahan GI menandakan adaya
stres ulkus (Curling’s).
Mencegah perdarahan GI. Luka bakar luas
mencetuskan pasien pada ulkus stres yang
disebabkan peningkatan sekresi hormon-hormon
adrenal dan asam HCl oleh lambung.
Tes guaiak muntahan warna kopi atau feses ter
hitam. Laporkan temuan-temuan positif.
Berikan antasida yag diresepkan atau antagonis
reseptor histamin seperti simetidin.
Resiko kerusakan
pertukaran gas b/d cedera
inhalasi asap atau sindrom
kompartemen torakal
sekunder terhadap luka
bakar sirkumfisial dari
dada atau leher.
Pasien dapat mendemonstrasikan
oksigenasi adekuat.
Kriteroia evaluasi: RR 12-24 x/mnt,
warna kulit normal, GDA dalam
renatng normal, bunyi nafas bersih,
tak ada kesulitan bernafas.
Pantau laopran GDA dan kadar karbon monoksida
serum.
Beriakan suplemen oksigen pada tingkat yang
ditentukan. Pasang atau bantu dengan selang
endotrakeal dan temaptkan pasien pada ventilator
mekanis sesuai pesanan bila terjadi insufisiensi
pernafasan (dibuktikan dnegna hipoksia,
hiperkapnia, rales, takipnea dan perubahan
sensorium).
Anjurkan pernafasan dalam dengan penggunaan
spirometri insentif setiap 2 jam selama tirah
Mengidentifikasi kemajuan dna penyimpangan dari
hasil yang diharapkan. Inhalasi asap dapat merusak
alveoli, mempengaruhi pertukaran gas pada
membran kapiler alveoli.
Suplemen oksigen meningkatkan jumlah oksigen
yang tersedia untuk jaringan. Ventilasi mekanik
diperlukan untuk pernafasan dukungan sampai pasie
dapat dilakukan secara mandiri.
Pernafasan dalam mengembangkan alveoli,
baring.
Pertahankan posisi semi fowler, bila hipotensi tak
ada.
Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu dokter
bila terjadi dispnea disertai dengan takipnea.
Siapkan pasien untuk pembedahan eskarotomi
sesuai pesanan.
menurunkan resiko atelektasis.
Memudahkan ventilasi dengan menurunkan tekanan
abdomen terhadap diafragma.
Luka bakar sekitar torakal dapat membatasi ekspansi
adda. Mengupas kulit (eskarotomi) memungkinkan
ekspansi dada.
Resiko infeksi b/d
pertahanan primer tidak
adekuat, kerusakan
perlindunga kulit.
Pasien bebas dari infeksi.
Kriteria evaluasi: tak ada demam,
pembentukan jaringan granulasi
baik.
Pantau:
- Penampilan luka bakar (area luka bakar,
sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur
bial tandur kulit dilakukan) setiap 8 jam.
- Suhu setiap 4 jam.
- Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap
kali makan.
-
Bersihakn area luka bakar setiap hari dan
lepaskan jarinagn nekrotik (debridemen) sesuai
pesanan. Berikan mandi kolam sesuai pesanan,
implementasikan perawatan yang ditentukan
untuk sisi donor, yang dapat ditutup dengan
balutan vaseline atau op site.
Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau
penyimapngan dari hasil yang diharapkan.
Pembersihan dan pelepasan jaringan nekrotik
meningkatkan pembentukan granulasi.
Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian
krim baru. Gunakan sarung tangan steril dan
beriakn krim antibiotika topikal yang diresepkan
pada area luka bakar dengan ujung jari. Berikan
krim secara menyeluruh di atas luka.
Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau
bau busuk dari area luka bakar, sisi donor atau
balutan sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan
berikan antibiotika IV sesuai ketentuan.
Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan
lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang
mengenai area luas tubuh. Gunakan linen tempat
tidur steril, handuk dan skort untuk pasien.
Gunakan skort steril, sarung tangan dan penutup
kepala dengan masker bila memberikan
perawatan pada pasien. Tempatkan radio atau
televisis pada ruangan pasien untuk
menghilangkan kebosanan.
Antimikroba topikal membantu mencegah infeksi.
Mengikuti prinsip aseptik melindungi pasien dari
infeksi. Kulit yang gundul menjadi media yang baik
untuk kultur pertumbuhan baketri.
Temuan-temuan ini mennadakan infeksi. Kultur
membantu mengidentifikasi patogen penyebab
sehingga terapi antibiotika yang tepat dapat
diresepkan. Karena balutan siis tandur hanya diganti
setiap 5-10 hari, sisi ini memberiakn media kultur
untuk pertumbuhan bakteri.
Kulit adalah lapisan pertama tubuh untuk pertahanan
terhadap infeksi. Teknik steril dan tindakan perawatan
perlindungan lainmelindungi pasien terhadap infeksi.
Kurangnya berbagai rangsang ekstrenal dan
kebebasan bergerak mencetuskan pasien pada
kebosanan.
Bial riwayat imunisasi tak adekuat, berikan
globulin imun tetanus manusia (hyper-tet) sesuai
pesanan.
Mulai rujukan pada ahli diet, beriakn protein tinggi,
diet tinggi kalori. Berikan suplemen nutrisi seperti
ensure atau sustacal dengan atau antara makan
bila masukan makanan kurang dari 50%. Anjurkan
NPT atau makanan enteral bial pasien tak dapat
makan per oral.
Melindungi terhadap tetanus.
Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang dapat
mengevaluasi paling baik status nutrisi pasien dan
merencanakan diet untuk emmenuhi kebuuthan
nutrisi penderita. Nutrisi adekuat memabntu
penyembuhan luka dan memenuhi kebutuhan energi.
Nyeri b/d kerusakan
kulit/jaringan,
pembentukan oedema,
manipulasi jaringan
cedera.
Pasien dapat mendemonstrasikan
hilang dari ketidaknyamanan.
Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri,
melaporkan perasaan nyaman,
ekspresi wajah dan postur tubuh
rileks.
Berikan anlgesik narkotik yang diresepkan prn dan
sedikitnya 30 menit sebelum prosedur perawatan
luka. Evaluasi keefektifannya. Anjurkan analgesik
IV bila luka bakar luas.
Pertahankan pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu
ruangan dan berikan selimut ekstra untuk
memberikan kehangatan.
Analgesik narkotik diperlukan utnuk memblok jaras
nyeri dengan nyeri berat. Absorpsi obat IM buruk
pada pasien dengan luka bakar luas yang disebabkan
oleh perpindahan interstitial berkenaan dnegan
peningkatan permeabilitas kapiler.
Panas dan air hilang melalui jaringan luka bakar,
menyebabkan hipoetrmia. Tindakan eksternal ini
membantu menghemat kehilangan panas.
Menururnkan neyri dengan mempertahankan berat
Berikan ayunan di atas temapt tidur bila
diperlukan.
Bnatu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila
diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai
kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat
membantu membalikkan badan sendiri.
badan jauh dari linen temapat tidur terhadap luka dan
menuurnkan pemajanan ujung saraf pada aliran
udara.
Menghilangkan tekanan pada tonjolan tulang
dependen. Dukungan adekuat pada luka bakar
selama gerakan membantu meinimalkan
ketidaknyamanan.
Resiko kerusakan perfusi
jaringan b/d luka bakar
melingkari ekstremitas
atau luka bakar listrik
dalam.
Pasien menunjukkan sirkulasi tetap
adekuat.
Kriteria evaluasi: warna kulit
normal, menyangkal kebas dan
kesemutan, nadi perifer dapat
diraba.
Untuk luka bakar yang mengitari ekstermitas atau
luka bakar listrik, pantau status neurovaskular dari
ekstermitas setaip 2 jam.
Pertahankan ekstermitas bengkak ditinggikan.
Beritahu dokter dengan segera bila terjadi nadi
berkurang, pengisian kapiler buruk, atau
penurunan sensasi. Siapkan untuk pembedahan
eskarotomi sesuai pesanan.
Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan
pembengkakan.
Temuan-temuan ini menandakan keruskana sirkualsi
distal. Dokter dapat mengkaji tekanan jaringan untuk
emnentukan kebutuhan terhadap intervensi bedah.
Eskarotomi (mengikis pada eskar) atau fasiotomi
mungkin diperlukan untuk memperbaiki sirkulasi
Kerusakan integritas kulit
b/d kerusakan permukaan
kulit sekunder destruksi
lapisan kulit.
Memumjukkan regenerasi jaringan
Kriteria hasil: Mencapai
penyembuhan tepat waktu pada
area luka bakar.
Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka,
perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar
luka.
Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan
tindakan kontrol infeksi.
Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi.
Tinggikan area graft bila mungkin/tepat.
Pertahankan posisi yang diinginkan dan
imobilisasi area bila diindikasikan.
Pertahankan balutan diatas area graft baru
dan/atau sisi donor sesuai indikasi.
Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki
adekuat.
Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan
penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang
sirkulasi pada aera graft.
Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan
menurunkan resiko infeksi/kegagalan kulit.
Kain nilon/membran silikon mengandung kolagen
porcine peptida yang melekat pada permukaan luka
sampai lepasnya atau mengelupas secara spontan
kulit repitelisasi.
Menurunkan pembengkakan /membatasi resiko
pemisahan graft. Gerakan jaringan dibawah graft
dapat mengubah posisi yang mempengaruhi
penyembuhan optimal.
Area mungkin ditutupi oleh bahan dengan permukaan
tembus pandang tak reaktif.
Kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh
dengan krim, beberapa waktu dalam sehari,
setelah balutan dilepas dan penyembuhan selesai.
Lakukan program kolaborasi :
- Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan biologis.
memerlukan perawatan khusus untuk
mempertahankan kelenturan.
Graft kulit diambil dari kulit orang itu sendiri/orang lain
untuk penutupan sementara pada luka bakar luas
sampai kulit orang itu siap ditanam.
A. DAFTAR PUSTAKA
1. Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby
Company St. Louis, USA.
2. Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid II Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
3. Donna D. Ignatavicius (1991), Medical Surgical Nursing: A Nursing Process Approach, WB. Sauders Company,
Philadelphia.
4. Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
5. Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume I, Penerbit Buku Kedoketran EGC,
Jakarta.
6. Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya (2001), Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan
(PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan Luka Bakar Secara Paripurna, Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr.
Soetomo, Surabaya.
7. Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
8. R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
9. Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Tn. H DENGAN COMBUSTIO GR. II B- III 43 %
DI RUANG BEDAH G, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 16 – 19 SEPTEMBER 2002
Nama Mahasiswa : Subhan
N I M : 010030170 B
Ruang : Bedah G Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya.
Pengkajian diambil tanggal: 29 juli 2002. Jam 08.30 BBWI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn Heri Samsul No. Regester : 10196338
Umur/tgl lahir : 28 Tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status Perkawinan : -
Pekerjaan : -
Pendidikan : SMA
Bahasa yang digunakan : jawa/Indonesia
Alamat : Boto putih II/65 surabaya
Kiriman dari : GBPT
Tanggal MRS : 25 juli 2002.
Cara Masuk : Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
Diagnosa Medis : Combustio
Alasan Dirawat : Usaha Bunuh diri dengan membakar diri
Keluhan Utama : luka bakar (combustio) derajat II B – III 43 %
Upaya yang telah dilakukan : pertolongan oleh tetangga sekitar rumah dengan mematikan
api dengan
seadanya
2. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada tanggal september 2002 pukul 04.00, klien pernah berusaha membunuh diri
dengan meminum cairan baygon tapi dapat ditolong di istalasi rawat darurat Soetomo
surabaya dan hanya sempat menginaf sementara di IRD selama sehari. Klien juga
mempunyai riwayat pemakai dan pencandu obat-obat narkotika dan pernah menjalani
rehabilitatif ditempat panti anak-anak pencandu obat-obatan terlarang . Dm dan riwayat HT
disangkal, luka bakar sebelumnya (-), epilepsi (-).
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 7 agustus 2002 ( ± 3 minggu yang lalu) klien berusaha membunuh diri dengan
membakar diri menggunakan minyak tanah yang disiramkan ke tubuh dan sempat dotolong
oleh warga setempat dan langsung di bawa IRD RSUD Dr Soetomo Surabaya dan Pada hari
itu juga pasien dilakukan bulectomy untuk mengangkat bula pada luka bakar, dilakukan
pemasangan infus (terapi baxter), CVP, kateter urine, pencucian luka di IRD. Kemudian
pasien dirawat di unit luka bakar di GBPT, hingga pada tanggal 7 september pasien
dipindahkan ke Ruang Bedah G untuk mendapat perawatan lanjutan. Dengan keluhan Pada
saat pengkajian tanggal 16 september 2002 pukul 09.00 WIB, pasien dalam keadaan sadar
baik (CM) GCS E4V5M6, keluhan nyeri dan panas pada luka bakar, suara serak, sulit
menelan (-), pasien mengeluh haus.
Total luas luka bakar:
abdomen : gr II AB : 9 %
punggung : gr II AB : 13,5%
tulang : gr II A-B : 10%
Ext sup S : gr III : 1 %
D : gr II B - III : 55%
Cat ing D/S : gr II & III : 5 + 5 %
Total : gr II B - III : 43%
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien saat
ini.
Bapak (almarhum) mempunyai riwayat hipertensi dan ibu dari klien tidak mempunyai riwayat
Hipertensi dan penyakit Diabetes Militus.
GENOGRAM :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
: klien yang sakit
: meninggal
4) Keadaan Kesehatan Lingkungan
Menurut keluarga pasien keadaan lingkungan rumah cukup bersih, karena kebiasaan warga
sekitar membersihkan lingkungan rumah masing-masing setiap minggu secara teratur..
3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
Pada awal pengkajian 29 juli 2002
1) Keadaan Umum :
Kesadaran compos mentis, penampilan lusuh, klien tampak kurus, BB : 35 kg, TB 162.
2) Tanda-tanda vital
Suhu : 37,8 0C
Nadi : 80 X/menit. lemah dan teratur
Tekanan darah : 100/80 mmHg.
Respirasi : 28 x/menit
3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Inspeksi : terdengar suara stridor inspirasi dan ekspirasi Pernafasan cepat dan dalam.
Frekuensi 28 x/menit, Irama teratur, tidak terlihat gerakan cuping hidung, terlihat
pucat /anemi pada sekitar bibir, mulut dan dasar kuku, terdengar suara nafas tambahan
ronkhi, whizziing (-) bentuk dada simetris, terdapat luka bakar grade II B-III 55 %
Palpasi : pergerakkan asimetris kiri dan kanan, fremitus raba sama pada kiri dan kanan
dinding dada ,
Perkusi : dilakukan lebih proksimal keatas adanya suara sonor pada kedua paru, suara
redup pada batas paru dan hepar, agak susah dilakukan pengkajian karea luas luka
bakar yang terjadi sebagian besar dibagain dada
Auskultasi dilakukan lebih proksimal terdengar adanya suara vesikuler dikedua lapisan
paru, suara amporik tidak ada
,
(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan kiri, denyut jantung pada ictus cordis. Pulsasi
jantung tidak tampak
Palpasi frekuensi Nadi 80 X/menit lemah dan teratur, tekanan darah 100/80 mmHg,
Suhu 37,8 0C, perfusi dingin
Auskultasi Cor S1 S2 tunggal,S3 S4 tidak ada. irama reguler, ekstra sistole/murmur
tidak ada.
.
(3) Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan pada saat sesudah
disentuh (4)
Verbal : Orientasi baik, penuh mampu orientasi waktu,
tempat, orang, siapa dirinya, berada dimana, tanggal,
hari. (5)
Motorik : mampu menurut perintah, mengangkat
tangan, menunjukkan jari dan angka yang ditunjukkan
pemeriksa (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik.
Keadaan nervus I –XII tidak ada kelainan
Kepala dan wajah : terdapat luka bakar gr II A-B 6%.
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera puith bersih, pupil
isokor, reflek
pupil baik, bulu mata hangus, bulu alis hangus, luka
sudah agak
mengering, warna merah muda pucat, bula (-).
Mulut : Bibir mengalami luka bakar, sudah agak kering,
mukosa bibir (+).
Leher : DVJ (-), pembesaran kelenjar limfe (-).
Reflek fisiologis : dbn
Reflek patologis : taa
Pendengaran : dbn
Penciuman : dbn
Pengecapan : Klien mengatakan tidak mengalmai penurunan rasa
sensasi
pengecapan.
Penglihatan : dbn
Perabaan : Pasien mengatakan pada area luka bakar nyeri bila
disentuh
(terutama saat merawat luka dan mandi), rasa
kesemutan (-),
refleks saraf III, IV, V, VI, VII, tidak ada kelainan
Lainnya
(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Inspeksi :Jumlah urine 400 ml/ 8 jam, warna urine kuning.gangguan perkemihan tidak
ada. Pemeriksaan genetalia eksternal tidak ada infeksi, jamur, ulkus, lesi dan
keganasan
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar inguinalis, nyeri tekan.tidak ada,
Perkusi ; tidak ada nyeri pada perkusi daerah ginjal
(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Inspeksi : mulut dan tenggorokan tampak kering, Abdomen terdapat luka bakar gr II
AB : 9 %, keluhan nyeri, gangguan pencernaan tidak ada, , tidak kembung, tidak
terdapat obstipasi maupun diare, klien buang air besar 3 X/hari. Tanpa terasa oleh klien
palpasi : hepar tidak teraba, ginjal tidak teraba, anoreksia,tidak ada nyeri tekan
perkusi : suara tympani (+) pada abdomen, kembung tidak ada suara pekak pada
daerah hepar,
auskultasi : Peristaltik normal
(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi range of mation terganggu, akibat luka bakar yang
dialami
Tonos otot pada ekstrimitas baik dengan nilai (4) kekuatan kurang dibandingkan sisi lain
kanan dan kiri
Kemampuan pergerakan sendi: 555 555
555 555
Ekstrimitas : ada kelainan
Atas : ada kelainan pergerakan khususnya pada persendian tangan kiri
mengalmi
kontraktur , kekuatan otot baik, terdapat luka bakar gr II B-III 55 %
14 % pada tangan kanan, , luka masih basah, warna merah
, bula (+)
Bawah : ada kelainan, khususnya persendian pada daerah femoralis mengalami
kontraktur.
Tulang Belakang : khusunya punggung gr II AB : 13,5 %Tidak ada kelainan,
pergerakan
kurang baik, kekuatan otot kurang baik.
Abdomen : grade II AB : 9 %
Warna kulit : tampak anemi
Akral : Hangat
Turgor : Baik
terdapat kontraktur maupun dikubitus.
Pola aktivitas sehari-hari
(1) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan
Saat sehat : klien mempunyai kebiasaan merokok ± 1 bungkus sehari, klien juga pernah
riwayat peminum alkohol dan pemakai dan pencandu obat –obat narkotika, klien juga
jarang mengikuti senam tiap hari lamanya 1 jam dan diselingi dengan jalan-jalan.
Pada saat sakit : klien tidak mampu melakukan seperti dulu lagii sejak ia mengalami
sakit, tidak pernah berolahraga dan beraktivitas seperti biasanya selama sakit.
(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Saat sehat : menurut keluarganya klien makan teratur 3 x sehari, klien minum perhari
sebanyak 1,5 liter air dan terbiasa minum susu, tidak ada kesulitan menelan, klien tidak
pernah diet khusus , BB 45 kg postur tubuh kurus ddengan tinggi badan 167 cm
Saat sakit : klien makan tidak teratur (porsi makan tidak dihabiskan) dengan alasan ada
rasa mual, minum 5-6 gelas sehari Adanya perasaan mual - mual dan kadang-kadang
sampai muntah dan rasa kering pada rongga mulut, BB 35 kg dengan tinggi badan 167
cm dan tidak ada diet khusus.
(3) Pola Eliminasi
Saat sehat : klien BAB dengan jumlah feses normal, warna feses kuning dan berbau
khas, pasien BAK dengan Jumlah urine 400 ml / 8 jam, warna urine kuning muda
dengan kejernihan : Jenih. Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan. Klien buang
air besar 1 X/hari.
Saat sakit : selama masuk klien BAB.dengan feses yang encer. BAK jumlah 1200 per
hari
(4) Pola tidur.dan Istirahat
Saat sehat : menurut keluarga Klien mempunyai kebiasaan sehari-hari klien lebih
banyak istirahat selama 6 jam mulai jam 21.00 – 03.00 pagi, klien mengatakan kalau
sudah bangun sulit untuk bisa tidur lagi dan biasanya sering bangun terlalu awal. Pasien
terbiasa tidur dengan suasana tenang.
Saat sakit :menurut keluarganya klien tampak sering tidur mengatakan pada awal
masuk klien tidak dapat tidur sama sekali karena luka bakar yang dialaminya,
(5) Pola Aktivitas dan latihan
Saat sehat : menurutkeluarganya Untuk aktivitas sehari-hari klien mengatakan lebih
banyak dilakukan ditempat teman-temannya. apabila ada waktu senggang klien
menggunakan waktu untuk membaca jalan-jalan
Saat sakit : tampak imobilisasi ,aktivitas sebatasnya semampunya ditempat tidur
Aktivitas di RS lebih banyak istirahat di Tempat Tidur dan aktivitas terbatas dibantu di
Tempat Tidur.
(6) Pola Hubungan dan Peran
Saat sehat dan sakit : Hubungan klien dengan orang lain dan keluarga kurang baik, klien
termasuk orang yang keras kepala , selama sakit klien tidak bisa menjalankan peran
sepertinya biasanya.
(7) Pola Sensori dan Kognitif
Saat sehat Klien mampu melihat dan mendengar serta meraba dengan baik, klien tidak
mengalami disorientasi.reflek (+)
Saat sakit : proses melihat, mendengar, mencium dan meraba cukupbaik, berfikir
lancar, isi pikiran dapat dimengerti namun daya ingatnya sedang,klien mengerti akan
pertayaan yang diberikan
(8) Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Saat sehat : selama sehat klien mengatakan sering ditegur melakukan kebiasaan jelek
seperti merokok oleh istrinya. Klien mengatakan juga sangat senang ngobrol dan
berkumpul dengan keluaraga maupun teman-temannya
Saat sakit : selama perawatan, menyebabkan klien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem). Selain itu klien mengalami cemas karena
Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan
tindakan yang diprogramkan. Tampak tidak ada kontak mata yang jarang dilakukan.
(9) Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien beluym menikah
(10) Psikososial
Konsep diri: --
Citra diri:
o Tanggapan tentang tubuh: taa
o Bagian tubuh yang disukai: taa
o Bagian tubuh yang tidak disukai: taa
o Persepsi thd kehilangan bagian tubuh: pasien bertanya kemungkinan cacat pada
tubuh bekas
luka bakar dan kemungkinan penyembuhannya.
o Lainnya, sebutkan: (-).
Identitas:
o Status klien dalam keluarga: anak, pertama
o Kepuasan klien thd status dan posisi dlm keluarga: puas
o Kepuasan klien thd jenis kelamin: puas
o Lainnya, sebutkan: taa
Peran:
o tanggapan klien thd perannya: cukup puas.
o Kemampuan/kesanggupan klien melaksanakan perannya: sanggup melaksanakan
peran.
o Kepuasan klien melaksanakan perannya: puas.
Ideal diri/harapan:
harapan klien thd:
o Tubuh: supaya cepat sembuh.
o Posisi (dlm pekerjaan): taa
o Status dlm keluarga: taa
o Tugas/pekerjaan:taa.
Harapan klien thd lingkungan: taa
Harapan klien thd penyakit yg diderita: penyakitnya dapat segera
disembuhkan dan
kondisi fisiknya dapat kembali seperti sedia kala.
Harga diri:
o Tanggapan klien thd harga dirinya: pasien merasa malu dengan keadaan
tubuhnya dan
tubuhnya bekas luka bakar dan pasien harus memakai balutan pada tangan dan
badan
sehingga tampak seperti mummy.
Klien mengatakan dirinya seorang tidak berguna.
o Lainnya, sebutkan: taa
Sosial/interaksi:
o Hubungan dengan klien: adik perempuannya
o Dukungan keluarga: kurang baik
o Dukungan kelompok/teman/masyarakat: kurang baikbaik
o Reaksi saat interaksi: tidak kooperatif, komunikasi kurang lancar dan jelas,
suaraagak serak
semenjak kejadian luka bakar.
o Konflik yang terjadi terhadap: masalah putus dengan kekasih
Personal Higiene
Kebiasaan di rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari, dan cuci rambut 1
X/minggu.
Ketergantungan
Karena penyakit paru obstruktif kronik yang dideritanya sehingga klien mempunyai
ketergantungan mentaati hal-hal yang berkaitan dengan faktor-faktor yang dapat
mencetus parahnya penyakit
(11) Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping
Dalam menghadapi sakit yang dideritanya sekarang ini klien mengatakan apa yang
sudah terjadi biarlah terjadi dan berlalu toh engga bisa berubah lagi.klien mengatakan
lebih baik memikirkan bagaimana sekarang bisa sehat, klien tampak berlapang dada
dengan menerima keadaannya berbesar hati,. Masalah anak merupakan masalah yang
sering menjadi stressor menyebabkan strees pada klien, tapi klien termasuk orang
yang terbuka baik dengan anak-anaknya dan istrinya untuk dipecahkan bersama.
(12) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta penyakit luka
bakar ini menghambat klien dalam melaksanakan ibadah walaupun tetap merubah pola
ibadah yang biasanya klien lakukan seperti biasanya.
Pemeriksaan penunjang:
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal
02-09 2002 Darah Lengkap (automatik)
Leuko (WBC) :
HB (HGB)
PCV (HCT)
MCV
MCH
MCHC
Trombo (PLT)
20,5
3,18
9,2
28,5
89,6
32,3
576
X1000/ul (L : 4,7-10,3 P : 4,3-11,3)
X1000000/ul (L : 4,33-5,95 P : 3,9-4,5)
9/dl (L : 13,4-17,7 ; P 11,4-15,1)
%(40-47 ; P 38-42)
fl (80 – 93)
pg (27 – 31)
9/dl (32-36)
x/1000/ul (150 – 350)
Diff
Eos
Baso
Stab
Seg
Lym
Mono
2
-
2
89
7
-
1-2
0-1
3-5
54-62
25-33
3-7
LED
PPT
KPTT
SGOT
SGPT
S. Albumin
Globulin
BUN
Creatinin
Kalium
Natrium
43 mm/jam
13,3 c:11,3)
28,6 c:30,6)
66
40
2,8
2,1
8
1,2
4,6
143
Mm/jam (L<15 ; 8<20)
+/-2 detik dari c
+/-7 detik dari c
L : <37 ; P <31<31 U/l
L :<40 ; P < 31 u/l
3,6 – 5,2 g/dl
2,6 – 3,6 gr/dl
9 -18 mg/dl
l : 1,52-p <1,19 mg/DL
3,5 – 5,5 mEg/dl
135 – 145 mEg/dl
Antigen(Elisa)
ADS
c.ott
HIV
(-)
0,019
0,53
menyusul
(-)
(-)
Terapi:
Tanggal 16 september 2002, IFUD RD 5 % 1000, diet TKTP ekstra susu, cefrazide 3 x 1 gr, novalgin 3 x 1 amp,
Sucralfat 3xCI, rantinidin 3 x 1rawat luka tertutup dengan SSD 1% dan Gentamycin zalf 1% untuk wajah.
ANALISA DATA:
DATA ETIOLOGI PATOFISIOLOGI MASALAH
S: Pasien mengeluh nyeri
dan panas pada area
luka bakar.
O: Pasien mengalami luka
bakar gr IIB-III 4%, luka
masih basah, 3 pasien
meringis kesakitan saat
Cedera luka
bakar.
Luka bakar
Terpajan sampai lapisan dermis
Rangsang saraf nosiseptor terputus
Rangsang nyeri ke pusat saraf otak
Nyeri.
luka dirawat, skala nyeri
7-8, N: 92 x/mnt. Dimanifestasikan sebagai nyeri
S: Pasien mengeluh luka
bakar terasa nyeri dan
panas.
O: Area luka bakar masih
basah, pasien
mengalami luka bakar
gr IIB-III 43%, warna
merah muda pucat, HB:
9 gr/dl, LED: 43
mm/jam, albumin: 2,8
gr/dl.
Kehilangan
integritas kulit
yang disebabkan
oleh luka bakar.
Luka bakar luas
Terpajan sampai lapisan dermis
Folikel rambut dan lapisan
epidermis terkena
Epitel pelindung tidak ada
Port de entry kuman infeksi
Resiko infeksi.
S: Pasien mengatakan malu
dengan luka bakar yang
mengenai wajah dan
bertanya apakah dapat
sembuh maksimal dan
wajah dapat kembali
seperti semula.
O: Pasien mengalami luka
Bakar abdomen gr II
AB, 9
punggung, gr II A:13,5,
tulang: gr II A-B : 10%,
Ext
sup S : gr, III, : 1 % D :
gr
II B - III:, 55%,Cat ing
D/S,
: gr II & III : 5
+ 5 %
Cedera luka
bakar luas pada
daerah wajah.
Luka bakar luas
Terpajan sampai lapisan dermis
Ketidakmampuan pasien
beradaptasi dengan kondisi baru
Perubahan harga diri
Murung, cemas, depresi.
Perubahan harga
diri.
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1. Nyeri b/d cedera luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh nyeri dan panas pada area luka bakar.
O: Pasien mengalami luka bakar gr IIB-III 43%, luka masih basah, pasien meringis kesakitan saat
luka dirawat, skala nyeri 7-8, N: 92 x/mnt.
2. Resiko infeksi b/d Kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh luka bakar terasa nyeri dan panas.
O: Area luka bakar masih basah, pasien mengalami luka bakar gr II B-III 43%, warna merah muda
pucat, HB: 9 gr/dl, LED: 43 mm/jam, albumin: 2,8 gr/dl.
3. Perubahan harga diri b/d Cedera luka bakar luas pada daerah tubuh, badan dan ekstrimitas
Data penunjang:
S: Pasien mengatakan malu dengan luka bakar yang mengenai tubuh dan bertanya apakah dapat
sembuh maksimal dan tubuhnya dapat kembali seperti semula.
O: Pasien mengalami luka bakar gr II B-III 43%, luka bakar abdomen gr II AB, 9 punggung, gr II A
:13,5, tulang:
gr II A-B : 10%, Ext sup S : gr III, : 1 % D : gr II B - III: 55%,Cat ing D/S, : gr II & III : 5 + 5 %
Diagnosa Keperawatan Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
Nyeri b/d cedera luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh nyeri
dan panas pada area
luka bakar.
O: Pasien mengalami luka
bakar gr II A-B 45%, luka
masih basah, pasien
meringis kesakitan saat
luka dirawat, skala nyeri
7-8, N: 92 x/mnt.
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 3 hari, pasien
dapat
mendemonstrasikan
hilang dari
ketidaknyamanan.
Kriteria evaluasi:
menyangkal nyeri,
melaporkan perasaan
nyaman, ekspresi
wajah dan postur
tubuh rileks, pasien
dapat istirahat tidur
dengan nyaman.
Kaji skala nyeri.
Observasi vital sign.
Pertahankan pintu kamar tertutup,
tingkatkan suhu ruangan dan berikan
selimut ekstra untuk memberikan
kehangatan.
Beriakn ayunan di atas temapt tidur
bila diperlukan.
Bnatu dengan pengubahan posisi
setiap 2 jam bila diperlukan.
Dapatkan bantuan tambahan sesuai
kebutuhan, khususnya bila pasien tak
dapat membantu membalikkan
badan sendiri.
Berikan anlgesik (mef acid 3x 500
mg) yang diresepkan prn dan
sedikitnya 30 menit sebelum
Memantau tingkat nyeri pasien sehingga
dapat diberikan intervensi lebih lanjut.
Memantau keberhasilan serta adanya
penyimpangan atau kemajuan dari
perawatan yang diberikan.
Panas dan air hilang melalui jaringan luka
bakar, menyebabkan hipoetrmia. Tindakan
eksternal ini membantu menghemat
kehilangan panas.
Menuurnkan neyri dengan
mempertahankan berat badan jauh dari
linen temapat tidur terhadap luka dan
menuurnkan pemajanan ujung saraf pada
aliran udara.
Menghilangkan tekanan pada tonjolan
tulang dependen. Dukungan adekuat pada
luka bakar selama gerakan membantu
meinimalkan ketidaknyamanan.
Analgesik diperlukan utnuk memblok jaras
nyeri dengan nyeri berat.
Tgl 16-09-2002
08.00 Inj Novalgin 1 amp.
08.30 Mengkaji skala nyeri.
11.00 Mengukur vital sign.
13.30 Memberi obat oral Mef Acid 500
mg.
14.00 Mengkaji skala nyeri
10.30 Memberi selimut ekstra.
13.00 membantu posisi duduk.
Tgl 17-09-2002
14.00 Memberi obat oral Mef Acid 500
mg.
19.30 Memberi posisi yang nyaman
pada klien
20.00 Memberi obat oral Mef Acid 500
mg.
.
Alergi (-)
Skala nyeri 7-8, pasien meringis
dan menolak dilakukan
nekrotomy pada luka di area
punggung dengan alasan sangat
nyeri.
Pasien merasa hangat.
Pasien merasa nyaman.
Obat sudah diminum.
Pasien terlihat senang.
Pasien merasa nyaman.
Pasien ikut bernyanyi mengikuti
lagu.
Obat sudah diminum.
Obat sudah diminum, mual (-).
Pusing (-), pasien berjalan tanpa
prosedur perawatan luka. Evaluasi
keefektifannya.
ragu-ragu.
S: 36,30C, N: 80 x/mnt; TD:
110/70 mmHg.
Obat sudah diminum.
Skala nyeri 5-6, pasien tenang,
meringis (-), gelisah (-).
Resiko infeksi b/d
Kehilangan integritas kulit
yang disebabkan oleh luka
bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh luka
bakar terasa nyeri dan
panas.
O: Area luka bakar masih
basah, pasien mengalami
luka bakar gr II A-B 45%,
warna merah muda
pucat, HB: 12 gr/dl, LED:
70 mm/jam, albumin:
33,3 gr/dl.
Setelah diberikan
asuhan keperatan
selama 3 hari, pasien
bebas dari infeksi.
Kriteria evaluasi: tak
ada demam,
pembentukan jaringan
granulasi baik.
Pantau:
- Penampilan luka bakar
(area luka bakar, sisi donor dan
status balutan di atas sisi tandur
bial tandur kulit dilakukan) setiap
8 jam.
- Suhu setiap 4 jam.
- Jumlah makanan yang
dikonsumsi setiap kali makan.
Bersihakn area luka bakar setiap 4
hari dan lepaskan jarinagn nekrotik
(debridemen) sesuai pesanan.
Berikan mandi kolam sesuai
pesanan, implementasikan
perawatan yang ditentukan untuk sisi
donor, yang dapat ditutup dengan
balutan vaseline atau op site.
Lepaskan krim lama dari luka
sebelum pemberian krim baru.
Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan
atau penyimapngan dari hasil yang
diharapkan.
Pembersihan dan pelepasan jaringan
nekrotik meningkatkan pembentukan
granulasi.
Tgl 16-9-2002
08.30 Memandikan pasien, merawat
luka, melakukan nekrotomy,
mencuci rambut pasien.
09.30 Merawat luka pasien dengan
SSD dan bethadine dan
Gentamycin zalf untuk luka pada
wajah, menuutp luka denga gas
steril.
11.00 memantau vital sign.
13.00 Membantu pasien makan.
13.30. Memberi penjelasan pada
pasien dan penunggu tentang:
- pentingnya pasien menghabiskna
makan yang diberikan.
- Pentingnya minum banyak 2-3 liter
perhari.
Luka pada ext atas masih basah.
Serum pada luka wajah
mengerak dan sulit dibersihkan.
Luka pada bagian tubuh yang
lain, bersih (+), bula(-).
TD: 100/60 mmHg, N: 92 x/mnt;
S: 370C.
Pasien makan ½ porsi, minum
400 cc.
Pasien dan keluarga mengatakan
mengerti dengan penjelasan yang
idberikan dan berjanji akan
mentaati petunjuk yang diberikan.
Gunakan sarung tangan steril dan
beriakn krim antibiotika topikal yang
diresepkan pada area luka bakar
dengan ujung jari. Berikan krim
secara menyeluruh di atas luka.
Beritahu dokter bila demam drainase
purulen atau bau busuk dari area
luka bakar, sisi donor atau balutan
sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan
berikan antibiotika IV sesuai
ketentuan.
Tempatkan pasien pada ruangan
khusus dan lakukan kewaspadaan
untuk luka bakar luas yang mengenai
area luas tubuh. Gunakan linen
tempat tidur steril, handuk dan skort
untuk pasien. Gunakan skort steril,
sarung tangan dan penutup kepala
dengan masker bila memberikan
perawatan pada pasien. Tempatkan
radio atau televisis pada ruangan
pasien untuk menghilangkan
kebosanan.
Bial riwayat imunisasi tak adekuat,
berikan globulin imun tetanus
Antimikroba topikal membantu mencegah
infeksi. Mengikuti prinsip aseptik melindungi
pasien dari infeksi. Kulit yang gundul
menjadi media yang baik untuk kultur
pertumbuhan baketri.
Temuan-temuan ini mennadakan infeksi.
Kultur membantu mengidentifikasi patogen
penyebab sehingga terapi antibiotika yang
tepat dapat diresepkan. Karena balutan siis
tandur hanya diganti setiap 5-10 hari, sisi ini
memberiakn media kultur untuk
pertumbuhan bakteri.
Kulit adalah lapisan pertama tubuh untuk
pertahanan terhadap infeksi. Teknik steril
dan tindakan perawatan perlindungan
lainmelindungi pasien terhadap infeksi.
Kurangnya berbagai rangsang ekstrenal
dan kebebasan bergerak mencetuskan
pasien pada kebosanan.
- Pentingnya pasien makan protein
tinggi (puith telur, daging, tahu,
tempe, ikan, hati) dan buah-
buahan yang mengandung vit
A,C dan E.
Tgl 17-9-2002
08.00 Membantu pasien makan pagi.
08.30 Memberi obat oral: 09.00
Membersihkan tt dan menggnati
linen penderita.
09.30 Merawat luka pada wajah
denagn zalf gentamycin.
Memberi kompres PZ pada luka
wajah.
10.00 Memberi ekstra susu.
13.00 memantau makan siang pasien.
13.30 Memberi kompres PZ.
Pasien makan 1 porsi habis,
minum 400 cc.
Obat oral sudah diminum.
Linen bersih, tt rapi.
Luka terdapat serum yang
mengerak, sulit dibersihkan.
Kompres PZ sudah dipasang.
Susu 200 cc diminum habis.
Pasien makan 1 porsi habis,
minum 400 cc.
Pasien mengatakan nyaman.
Pasien makan ½ porsi habis,
minum 400 cc.
Obat oral sudah diminum.
manusia (hyper-tet) sesuai pesanan.
Muali rujukan pada ahli diet, beriakn
protein tinggi, diet tinggi kalori.
Berikan suplemen nutrisi seperti
ensure atau sustacal dengan atau
antara makan bila masukan makanan
kurang dari 50%. Anjurkan NPT atau
makanan enteral bial pasien tak
dapat makan per oral.
Melindungi terhadap tetanus.
Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang dapat
mengevaluasi paling baik status nutrisi
pasien dan merencanakan diet untuk
emmenuhi kebuuthan nutrisi penderita.
Nutrisi adekuat memabntu penyembuhan
luka dan memenuhi kebutuhan energi.
Serum yang mnegerak pada
bagian pipi sudah terkelupas, luka
kering dan bersih.
Susu 200 cc sudah diminum.
TD: 100/70 mmHg, N: 100 x/mnt;
S: 37,40C.
Pasien merasa nyaman.
Pasien makan 1 porsi habis,
minum 400 cc.
Obat oral sudah diminum.
Perubahan harga diri b/d
Cedera luka bakar luas
pada daerah wajah.
Data penunjang:
S: Pasien mengatakan malu
dengan luka bakar yang
mengenai wajah dan
bertanya apakah dapat
sembuh maksimal dan
wajah dapat kembali
seperti semula.
O: Pasien mengalami luka
bakar gr II A-B 45%, luka
bakar pada wajah dan
leher 6%, bulu mata,
alis, bulu hidung hangus.
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 3 hari, pasien
menunjukkan
perubahan harga diri
yang adaptif.
Kriteria hasil:
Pasien tidak murung
lagi, mau bercakap-
cakap dengan petugas
dan pasien lain,
kooperatif dalam
pengobatan dan
perawatan yang
diberikan, pasien dapat
menerima adaptasi
Sediakan waktu untuk pasien dan
orang terdekat untuk
mengekspresikan perasaannya.
Beriakn informasi pada pasien
tentang regimen pengobatan dan
perawatan yang dilakukan.
Hindari pemberian informasi bertubi-
tubi pada pasien selama fase awal
proses berduka. Jawab pertanyaan
dengan jelas. Masukkan informasi
dan instruksi tambahan jika pasien
menunjukkan kesiapan mempelajari
tindakan perawatan diri.
Bila pasien menyangkal, terima tanpa
Mengekspresikan perasaan membantu
memudahkan koping. Pengetahuan akurat
tentang hasil yang diharapkan membantu
memudahkan transisi melalui proses
berduka.
Interaksi terapi dapat membantu perubahan
individu untuk menerima. Informasi yang
berlebihan dapat menambah ansietas yang
menyebabkan frustasi dan depresi.
Tgl 19-9-2002
08.00 Menemani pasien makan pagi.
10.00 Memberikan hiburan radio pada
pasien.
11.00 Menemani pasien bercakap-
cakap tenatng perasaanya setelah
kejadian luka bakar.
12.00 menganjurakn apsien untuk
aktif latihan ROM.
Melatih pasien latihan ROM secraa
sederhana.
Tgl 17-9-2002
Pasien tampak senang karena
ditemani makan.
Pasien ikut bernyanyi dengan
gembira.
Pasien mengatakan senang bila
ditemani oleh perawat bercakap-
cakap dan mengemukakan
keinginannya untuk dapat
sembuh seperti sedia kala tanpa
cacat pada wajah.
Pasien mengatakan mau berlatih
secara kontinu.
Pasien mau mengikuti contoh
gerakan yang diajarkan oleh
perawat.
situasi baru terhadap
perubahan pada
wajahnya.
menguatkan penyangkalan. Hindari
berdebat dnegan pasien dan
membebani pasien dnegan realita.
Beriakn penghargaan untuk
emngekspresikan perasaan. Arahkan
pasien pada kelompok pendukung
sesuai indikasi bila ada.
Pertahankan keluarga mendapat
informasi tentang kemajuan pasien.
Libatkan keluarga dalam perawatan
pasien.
Anjurkan latihan rentang gerak sendi
aktif setiap 2 jam. Posisikan bagian
yang luka bakar pada kesejajaran
tubuh fungsional. Denagn cedera
luka bakar luas pada ekstremitas,
rujuk pada terapis fisik untuk evaluasi
terhadap kebutuhan dengan splint,
alat atau traksi yang dibutuhkan.
Anjurkan pasien untuk melakukan
AKS. Bnatu sesuai kebutuhan.
Pendekatan ini menunjukkan penerimaan
pasien dan membuka pintu untuk pasien
merasakan nyaman dalam ekspresi
perasaan jujur.
Dukungan kontinu penting untuk
meningkatkan kemajuan ke arah
penerimaan.
Membantu pasien menyatukan kembali
harga diri yang baru.
Mencegah pengencangan jarinagn parut
progresif dan kontraktur. Terapis fisik
adalah spaesialis rehabilitatif yang dapat
mengevaluasi potensial pemulihan pasien
dan merencanakan program latihan untuk
memaksimalkan pemulihan pasien. Latihan
aktif membantu mempertahankan
fleksibilitas sendi dan tonus otot dan
meningkatkan sirkulasi.
09.00 Melatih pasien ROM.
10.00 melibatkan keluarga dalam
memberiakn kompres PZ pada
luka wajah pasien.
Menerangkan pada keluarga
perlunya memberikan kesempatan
pada pasien utnuk melakukan
AKS seperti makan, minum, ke
kamar mandi secara mandiri.
Pasien aktif berlatih sesuai
petunjuk yang diberikan.
Keluarga mau mengikuti petunjuk
yang diberikan.
Pasien makan sambil mengobrol
tentang anak-anaknya.
Keluarga mengatakan paham
dnegan petunjuk yang diberikan
perawat.
Suami pasien mengatakan akan
berusaha sesering mungkin
meluangkan waktu untuk
menunggui pasien di RS.
Melakukan AKS memberikan latihan aktif,
memudahkan pemeliharaan fleksibilitas
sendi dan tonus otot, juga meningkatkan
sirkulasi sehingga terjadi penyembuhan
luka.
CATATAN PERKEMBANGAN:
Tanggal / jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi
16-9-2002
12.00 WIB
Nyeri b/d cedera luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh nyeri dan panas
pada area luka bakar.
O: Pasien luka bakar gr II B-III 43%, luka
bakar abdomen gr II AB, 9 punggung,
gr II A: 13,5, tulang: gr II A-B : 10%,
Ext sup S : gr III, : 1 % D : gr II B - III:
55%,Cat ing D/S, : gr II & III : 5 + 5 %
S: Pasien mengatakan rasa nyeri dan perih
pada luka bakar terutama pada daerah
wajah sudah jauh berkurang, nyeri masih
dirasakan pada daerah lengan kanan
atas. Pasien mengatakan malam hari
dapat istirahat dnegan nyenyak.
O: Skala nyeri 5-6, pasien tidak meringis
kesakitan lagi saat diobati, luka pada
wajah sudah mengering, luka pada ext
atas maish basah N: 100 x/mnt.
A: Masalah belum teratasi.
P: lanjutkan planning seluruhnya.
17-9-2002
12.00 WIB
Resiko infeksi b/d Kehilangan integritas
kulit yang disebabkan oleh luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh luka bakar terasa
nyeri dan panas.
O: Area luka bakar masih basah, pasien
mengalami luka bakar gr II B-III 43%,
luka bakar abdomen gr II AB, 9
punggung, gr II A : 13,5, tulang: gr II
A-B : 10%, Ext sup S : gr III, : 1 % D :
gr II B - III: 55%,Cat ing D/S, : gr II &
III : 5 + 5 %
S: Pasien mengatakan rasa nyeri dan apans
pada luka sudah agak berkurang.
O: Area luka bakar pada wajah sudah kering,
luka bakar masih basah pada area ext atas
kanan, pasien rencaa dialkukan pemeriksaan
ulang: DL, RFT, LFT, FH, SE, albumni pada
tanggal 14-3-2002.
A: Masalah tidak terjadi.
P: Lanjutkan planning sampai luka bakar
kering.
17-3-2002
12.00 WIB
Perubahan harga diri b/d Cedera luka
bakar luas pada daerah wajah.
Data penunjang:
S: Pasien mengatakan malu dengan luka
bakar yang mengenai wajah dan
bertanya apakah dapat sembuh
maksimal dan wajah dapat kembali
seperti semula.
O: Pasien mengalami luka bakar gr II B-III
43%, luka bakar abdomen gr II AB, 9
punggung, gr II A : 13,5, tulang:
gr II A-B : 10%, Ext sup S : gr III, :
1 % D : gr II B - III: 55%,Cat ing D/S, :
gr II & III : 5 + 5 %
S: Pasien mengatakan sudah pasrah dnegan
keadaan luka pada wajah dan tubuhnya,
pasien berjanji akan mentaati semua
petunjuk yang diberikan demi
kesembuhan lukanya.
O: Luka bakar pada area wajah sudah kering,
luka bersih, pasien mau diajak bercakap-
cakap, pasien tidak menujukkan gejala
murung, menarik diri, pasien kooperatif
terhadap semua perawatn yang
dilakukan, pasien mau melakuakn AKS
(mandi, makan, minum, ke kamar mandi)
secara mandiri.
A: Masalah tidak terjadi.
P: Pertahankan keberhasilan yang dicapai.