Seminar Combustio
-
Upload
ika-oktavia -
Category
Documents
-
view
253 -
download
9
description
Transcript of Seminar Combustio
LAPORAN KASUS LENGKAP
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRIKeperawatan Medikal Bedah
Judul KasusCombustio (Luka Bakar)
RuangKenanga D (RBP)
O L E H
Rizky Ariandi 04064821418023
Nuria Endang 04064821418030
Vini Noveriana Pahlawati 04064821418042
Ellen Muthia 04064821418054
Maman Gustiarto 04064821418057
Ferinda Malasari 04064821418064
Rifa’atul Mahmudah 04064821418063
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Luka bakar merupakan masalah yang sangat signifikan oleh karena
itu perlu penanganan yang spesifik dan membutuhkan tenaga medis yang
profesional.
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di AS setiap
tahunnya. Dari kelompok ini, 200 ribu pasien memerlukan penanganan
rawat jalan dan 100 ribu pasien di rawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu
orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi
yang berhubungan dengan luka bakar. 1 juta hari hilang setiap tahunnya
karena luka bakar ( Brunner & suddarth, 2002). Lebih separuh dari kasus
luka bakar yang dirawat di rumah sakit seharusnya dapat di cegah.
Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang
berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api.
Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang
lebih besar dari pada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar
pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien
dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh
yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit,
patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan
derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan
hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan
secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam
perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat
meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka
bakar serius. Perawat dapat memainkan peran yang aktif, pencegahan
kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep-konsep pencegahan
dan mempromosikan tentang pengamanan kebakaran.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan konsep dasar dan asuhan keperawatan combustio
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan dan mendeskripsikan konsep dasar dan konsep
asuhan keperawatan dari combustio.
b. Mengidentifikasikan diagnosa keperawatan dan menyusun
intervensi keperawatan combustio.
c. Menyusun intervensi keperawatan pada combustio.
d. Melakukan implementasi pada pasien combustio.
e. Melakukan evaluasi keperawatan combustio.
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai
penahanan penting dalam sistem fisiologi tubuh. Kulit berfungsi sebagai
indra perasa yang menerima rangsangan panas, dingin rasa sakit, halus dan
sebagainya. Kulit yang berfungsi menjaga stabilitas suhu badan dan
mencegah penguapan air yang berlebihan. Dalam hal pencegahan infeksi,
kulit merupakan pelindung yang menghalangi masuknya mikroba dan
bahan-bahan asing lain yang mempunyai sifat patogenik. Kulit sebagai alat
ekskresi kelenjar minyak (Anonim, 2008)
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi
dari suatu sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh
hantaran/radiasi electromagnet (Brunner & Suddarth, 2002).
Luka bakar (combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat, 2001).
B. Etiologi
Combustio disebabkan oleh 3 golongan yaitu :
1. Panas (thermis) misalnya :
a. Api
b. Air panas
c. Minyak panas
d. Logam panas
e. Pasir
f. Aliran listrik
g. Suhu yang tinggi
2. Zat kimia (chemist) misalnya :
a. Lisol
b. Alkohol
c. Kreolin
d. Nitrat
e. Prostek
f. Pepsida
g. Asam kuat
3. Sinar (radiasi) misalnya :
a. Sinar matahari
b. Sinar leser
c. Sinar X (rontgen)
Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara luka :
1. Keluasan luka bakar
2. Kedalaman luka bakar
3. Umur pasien
4. Agen penyebab
5. Fraktur atau luka-luka lain yang menyertai
6. Penyakit yang dialami terdahulu seperti : diabetes, jantung, ginjal,
dll.
7. Obesitas
8. Adanya trauma inhalasi
Fase luka bakar
a) Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan
nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera
atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi
obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-
72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab
kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
b) Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang
terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak
denga sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan:
1) Proses inflamasi dan infeksi.
2) Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka
telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada
struktur atau organ – organ fungsional.
3) Keadaan hipermetabolisme.
c) Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi
parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional.
Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa
parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur. (Brunner & suddarth, 2002)
C. Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas tinggi.
Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat menjadi anemia.
Mengingat permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula
dengan serta elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebakan kehilangan
cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan, cairan masuk kebula
yang terbentuk pada luka bakar derajat III dan pengeluaran cairan dari
keropeng luka bakar derajat III.
Akibat luka bakar, fungsi kulit yang hilang berakibat terjadi
perubahan fisiologi. diantaranya adalah
1. Hilang daya lindung terhadap infeksi.
2. Cairan tubuh terbuang
3. Hilang kemampuan mengendalikan suhu
4. Kelenjat keringat dan uap
5. Banyak kehilangan reseptor sensori
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah sehingga air, natrium, klorida dan protein akan keluar dari sel
dan menyebabkan terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan
hipovolemia dan hemo konsentrasi. Donna (1991) menyatakan bahwa
kehilangan cairan tubuh pada pasien luka bakar dapat disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
a. Peningkatan mineralo kortikoid
1) Retensi air, natrium dan klorida
2) Ekskresi kalium
b. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah ; keluarnya elektrolit
dan protein dari pembuluh darah.
c. Perbedaan tekan osmotik intra dan ekstrasel. Kehilangan volume
cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektolit tubuh
yang selanjutnya akan terlihat dari hasil laboratorium.
Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan
kulit tetapi juga mempengaruhi sistem tubuh pasien. Seluruh
sistem tubuh menunjukkan perubahan reaksi fisiologis sebagai
respon kompensasi terhadap luka bakar, yang luas (mayor) tubuh
tidak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul
berbagai macam komplikasi.
Burn shock (syok hipovolemik). Burn shock atau shock
luka bakar merupakan komplikasi yang sering dialami pasien
dengan luka bakar luas karena hipovolemik yang tidak segera
diatasi. Manifestasi sistemik tubuh terhadap kondisi ini (Brunner &
suddarth, 2002) adalah berupa :
1) Respon kardiovaskuler
Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melalui
kebocoran kapiler yang mengakibatkan kehilangan Na, air dan
protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan
penurunan curah jantung, hemokonsentrasi sel darah merah,
penurunan perfusi pada organ mayor dan edema menyeluruh.
2) Respon renalis
Dengan menurunnya volume intravaskuler, maka aliran plasma
ke ginjal dan GFR (laju filtrasi glomelular) mengakibatkan
haluaran urine akan menurun. Jika resusitasi cairan untuk
kebutuhan intravaskuler tidak adekuat atau terlambat diberikan,
maka akan memungkinkan terjadinnya gagal ginjal akut.
Dengan resusitasi cairan yang adekuat, maka cairan interstitial
dapat ditarik kembali ke intravaskuler dan akan terjadi fase
diuresis.
3) Respon gastro intestinal
Respon umum yang biasa terjadi pada pasien luka bakar >20%
adalah penurunan aktifitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan
oleh kombinasi efek respon hipovolenik dan neurologik serta
respon endokrin terhadap adanya perlukaan luas. Pemasangan
NGT akan mencegah distensi abdomen, muntah dan potensi
aspirasi. Dengan resusitasi yang adekuat, aktifitas
gastrointestinal akan kembali normal pada 24 – 48 jam setelah
luka bakar.
4) Respon imunologi
a) Respon barier mekanik
Kulit berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri yang
penting dari organisme yang mungkin masuk. Terjadi
gangguan integritas kulit akan memungkinkan
mikroorganisme masuk kedalam tubuh.
b) Respon imun seluler.
Bahan kimia Thermis Radiasi Listrik
D. Pathways
Hb tidak mampu mengikat O2
Ob. Jalan nafas
Gagal nafas
Ketidakefektifan jalan nafas
Hipoxia otak
Cairan intravaskuler
Hipovolemia dan hemokonsentrasi
Gangguan sirkulasi makro
Kekurangan volume cairan
Oedema laringCO mengikat Hb
Peningkatan pembuluh darah kapiler
Ektravasasi cairan (H, O, elektrolit, protein)
Tekanan onkotik
Pada wajah
Kerusakan kulitDiruang tertutup
Kerusakan mukosa
Keracunan gas CO
Penguapan
Nyeri
Resiko infeksi
Kerusakan integritas kulit
Biologis PsikologisLuka bakar Kurang pengetahuan
E. Manifestasi kliniks
Untuk mengetahui gambaran klinik tentang combustio maka perlu
mempelajari :
1. Luas luka bakar
Luas luka bakar dapat ditentukan dengan cara “role of nine” yaitu
dengan tubuh 9% yaitu yang terjadi antara :
a. Kepala dan leher : 9%
b. Dada dan perut : 18%
c. Punggung hingga pantat : 18%
d. Anggota gerak atas masing-masing : 18%
e. Anggota gerak bawah masing-masing : 18%
f. Perineum : 18%
2. Derajat luka bakar
a. Grade I
Tampak merah dan agak menonjol dari kulit normal disekitarnya, kulit
kering, sangat nyeri dan sering disertai sensasi “menyengat”. Jaringan
yang rusak hanya epidermis, lama sembuh ± 5 hari dan hasil kulit
kembali normal.
b. Grade II
1) Grade IIa
Jaringan yang rusak sebagian epidermis, dimana folikel rambut
dan kelenjar keringat utuh disertai rasa nyeri dan warna lesi
merah atau kuning, lepuh, luka basah, lama sembuh ± 7 – 14
hari dan hasil kulit kembali normal atau pucat.
2) Grade IIb
Jaringan yang rusak sampai epidermis, dimana hanya kelenjar
keringat saja yang utuh. Tanda klinis sama dengan derajat Iia,
lama sembuh ±14-21 hari. Hasil kulit pucat, mengkilap, kadang
ada cikatrix atau hipertrofi.
c. Grade III
Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis. Kulit tampak pucat,
abu – abu gelap atau hitam, tampak retak – retak atau kulit tampak
terkelupas, avaskuler, sering dengan bayangan trombosis vena, tidak
disertai rasa nyeri. Lama sembuh >21hari dan hasil kulitnya menjadi
cikatrik dan hipertropi.
d. Grade IV
Luka bakar yang mengenai otot bahkan tulang.
3. Pengelolaan luka bakar
a. Luka bakar ringan
1) Luka bakar grade I dan grade II luasnya 15% pada orang
dewasa
2) Luka bakar grade I dan grade II luasnya 10% pada anak
3) Luka bakar grade III luasnya kurang 2%
b. Luka bakar sedang
1.) Luka bakar grade II luasnya 15-25% pada orang dewasa
2.) Luka bakar grade II luasnya 15-20% pada anak
3.) Luka kabar grade II luasnya kurang 10%
c. Luka bakar berat
1.) Luka bakar grade II luasnya lebih dari 25% pada orang dewasa
2.) Luka bakar grade II luasnya lebih dari 20% pada anak
3.) Luka bakar grade III luasnya lebih dari 10%
4.) Luka bakar grade IV mengenai tangan, wajah, mata, telinga,
kulit, genetalia serta persendian ketiak, semua penderita dengan
inhalasi luka bakar dengan komplikasi berat dan menderita
DM.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan dignostik
a) Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah,
Elektrolit, Ureum, Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka,
Urine lengkap, Analisa gas darah (bila diperlukan), dan lain – lain.
b) Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.
c) EKG
d) CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada
luka bakar lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.
2. Pemeriksaan diagnostik:
a) LED: mengkaji hemokonsentrasi.
b) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan
biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat
peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium
dapat menyebabkan henti jantung.
c) Gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
d) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
f) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar masif.
h) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap.
3. Obat-obatan
a) Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak
kejadian.
b) Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai
kultur.
c) Analgetik : kuat (morfin, petidine)
d) Antasida : kalau perlu
G. Penatalaksanaan
1. Resusitasi A, B, C.
a. Pernafasan:
1) Udara panas, mukosa rusak, oedem dan obstruksi.
2) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin, iritasi,
Bronkhokontriksi, obstruksi, gagal nafas.
b. Sirkulasi:
Gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah
ke ekstra vaskuler à hipovolemi relatif à syok à ATN à gagal
ginjal.
2. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
3. Resusitasi cairan Baxter.
a. Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
b. Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 32 cc x BB x % LB.
c. Kebutuhan faal:
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
d. Monitor urine dan CVP.
e. Topikal dan tutup luka
1) Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang
jaringan nekrotik.
a) Tulle.
b) Silver sulfa diazin tebal.
c) Tutup kassa tebal.
d) Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
f. Obat – obatan:
Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang (Smeltzer,
Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001).
BAB IIIKONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak
pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
2. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin
(syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik);
pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
3. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan,
kecacatan.Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal,
menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada
luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
5. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
6. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.Tanda: perubahan orientasi; afek,
perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas;
aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal;
penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik
(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
7. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; sementara
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan
ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
8. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel
karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis;
indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar
lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru);
stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
9. Keamanan:
Tanda: Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak
terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler
pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan
pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung
sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn
dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu
hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada
faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit
mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh;
ulkus; nekrosis; atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam
dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut
sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di
bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran
masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal
tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor,
kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan serabut saraf yang terbuka, kesembuhan luka
dan penanganan luka bakar
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema dan
efek inhalasi asap
3. Kekuranngan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler dan kehilangan lewat evaporasi dari luka bakar
4. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan hilangnya barler kulit
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penanganan luka bakar.
C. Rencana asuhan keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan serabut saraf yang terbuka, kesembuhan luka
dan penanganan luka
Tujuan : pengurangan atau pengendalian rasa nyeri
Kriteria hasil :
a. Menutup preparat analgetik untuk prosedur perawatan luka yang
spesifik atau aktivitas fisioterapi
b. Menyatakan rasa nyeri yang minimal
c. Tidak memberikan petunjuk fisiologis atau nonverbal bahwa rasa
nyerinya sedang atau berat
d. Menggunakan tindakan pengendalian nyeri seperti inhalasi gas nitrous
oksida, tehnik relaksasi untuk membantu koping pasien terhadap nyeri
yang dialami.
Intervensi :
a) Kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri. Amati indikator nonverbal yang
menunjukkan rasa nyeri muka yang meringis, takikardi yang
mengepal.
b) Jelaskan kepada pasien mengenai perjalanan nyeri yang lazim yang
terjadi pada kesembuhan luka dan berbagai pilihan untuk
pengendalikan nyeri. Biarkan pasien untuk sedapat mungkin
menangani sendiri rasa nyeri
c) Berikan preparat analgetik sebelum rasa nyeri bertambah parah
d) Berikan instruksi dan membantu pasien dalam melaksanakan tehnik
relaksasi, amajinasi dan distraksi.
e) Kaji dan catat respon pasien terhadap intervensi
Rasional :
a. Data-data hasil pengkajian nyeri akan memberikan informasi dasar
untuk mengkaji respon terhadap intervensi
b. Pengetahuan akan mengurangi rasa takut terhadap hal-hal yang tidak
di ketahui dan menyampaikan berbagai cara pengendalian nyeri
kepada pasien
c. Rasa nyeri lebih mudah dikendalikan jika diatasi sebelum nyeri
bertambah parah
d. Tindakan nonfarmakologik untuk mengatasi nyeri akan memberikan
berbagai cara intervensi yang dapat mengurangi sensasi nyeri
e. Respon pasien membantu kita untuk menghasilkan tehnik
pengendalian nyeri yang ter baik bagi pasien
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema dan efek
inhalasi asap
Tujuan: pemeliharaan saluran nafas yang paten dan bersihan saluran nafas
adekuat
Kriteria hasil:
a. Jalan nafas paten
b. Sekresi respirasi minimal, tidak berwarna dan encer
c. Frekuensi respirasi, pola dan bunyi nafas formal
Intervensi:
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas melalui pemberian posisi pasien
yang tepat, pembuangan sekresi, dan jalan nafas artifisial bila
diperlukan
b. Berikan oksigen yang sudah di lembabkan
c. Dorong pasien agar mau membalikan tubuh, batuk dan nafas
dalam.anjurkan agar pasien menggunakan spirometri insentif.tindakan
pengisapan jika diperlukan
Rasional:
a. Jalan nafas yang paten sangat krusial untuk fungsi respirasi
b. Kelembaban akan mengencerkan sekret dan mempermudah
ekspektorasi
c. Aktifitas ini meningkat mobilisasi dan pembuangan sekresi
3. Kekuranngan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler dan kehilangan lewat evaporasi dari luka bakar
Tujuan : pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal dan
perfusi organ-organ vital
Kriteria hasil :
a. Kadar elektrolit serumberada dalam batas normal
b. Tekanan darah lebih tinggi dari 90/60 mmHg.
c. Haluaran urin barkisar antara 0,5 dab 1.0 ml/kg/jam
d. Mengeluarkan urin yang jernih dan berwarna kuning dengan berat,
jenis dalam batas normal
Intervensi :
1.) Amati tanda-tanda vital (yang mencakup tekana vena sentral atau
tekanan arteri pulmonalis jika perlu), hahaluaran urin, dan waspada
terhadpa tanda-tanda hipovolemia atau kelebihan beban cairan.
2.) Pantau haluran urin sedikitnya setiap jam sekali dan menimbang berat
badan pasien setiap hari.
3.) Pertahankan pemberian infus dan mengatur tetesannya pada kecepatan
yang tepat sesuai dengan program medik.
4.) Amati gejala defisiensi atau kelebihan kadar natrium, kalium, fosfat
dan bikarbonat.
5.) Naikkan bagian kepala tempat tidur pasien dan tinggikan ekstremitas
yang terbakar.
Rasional :
a) Hipovolemia merupakan risiko utama yang segera terdapat sesudah
luka bakar. Resusitasi berlebihan dapat menyebabkan kelebihan beban
cairan.
b) Haluaran urin dan berat badan memberikan informasi tentang perfusi
renal, kecukupan penggentian cairan dan kebutuhan serta status
cairan.
c) Pemberian cairan yang adekuat di perlukan untuk mempertahankan
keseimbangan cairan dan elekrolit serta perfusi organ-organ vital
adekuat.
d) Perubahan yang cepat pada status cairan dan elektrolit mungkin terjadi
dalam periode pasca luka bakar.
e) Peninggian akan meningkatkan aliran balik darah vena.
4. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan hilangnya barler kulit
Tujuan : tidak adanya infeksi yang lokal atau sistemik
Kriteria hasil :
a. Kultur luka memperlihatkan jumlah bakteri yang minimal.
b. Hasil kultur darah, urin dan sputum normal.
c. Tidak adanya tanda-tanda dan gejala yang menunjukan infeksi dan
sepsis.
Intervinsi :
1) Gunakan tindakan asepsis dalam semua aspek perawatan pasien.
2) Inpeksi luka untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi, drainase yang
purulen atau perubahan warna.
3) Pantau hitung leukosit, hasil kultur dan tes sensitivits.
4) Berikan antibiotk sesuai dengan preskripsi medik.
5) Berikan cairan dan preparat vasoaktif sesuai dengan ketentuan medik.
Kaji respon.
Rasional :
a.) Tehnik aseptik akan meminimalkan risiko kontaminasi silang dan
penyebaluaskan bakteri.
b.) Tanda-tanda tersebut menunjukan infeksi lokal.
c.) Peningkatan jumlah leukosit menunjukan infeksi. Pemeriksaan kultur
dan sensitivitas menunjukan mikroorganisme yang ada dan antibiotik
yang tepat yang harus diberikan.
d.) Antibiotik mengurangi jumlah bakteri.
e.) Preparat ini digunakan untuk mempertahankan perfusi jaringan dalam
keadaan sepsis.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka
Tujuan : integritas kulit tampak membaik
Kriteria hasil :
1) Kulit secara umum tampak utuh dan bebas dari tanda-tanda infeksi,
tekanan dan trauma.
2) Luka yang terbuka warnanya merah muda, memperlihatkan
respitelialisasi danbebas infeksi.
3) Kulit terlunasi dan elastis.
Intervensi :
a.) Bersihkan luka, tubuh dna rambut setiap hari
b.) Laksanakan perawatan luka sesuai dengan preskripsi medik.
c.) Oleskan preparat antibiotik dan memasang balutan sesuai dengan
ketentuan medik
d.) Cegah penekanan,infeksi dan mobilisasi pada autograft.
e.) Berikan nutrisi yang memadai.
f.) Kaji luka dan lokasi graft. Laporkan tanda-tanda kesembuhan yang
buruk, pelekatan graft yang jelek atau tauma kepada dokter.
Rasional :
1) Pembersihan setiap hari akan mengurangi potensi klonisasi bakteri.
2) Perawatan akan memperceapat kesembuhan luka.
3) Perawatan luka akan mengurangi kolonisasi bakteri dan mempercepat
kesembuhan.
4) Tindakan in akan mempercepat pelekatan graft dan kesembuhan.
5) Nutrisi yang memadai sangat penting untuk pembentukan granulasi
yang normal dan kesembuhan.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penanganan luka bakar.
Tujuan : pasien dan keluarga mengungkapkan pemahaman penanganan
luka bakar
Kriteria hasil:
a. Menyatakan dasar pemikiran untuk berbagai aspek penanganan yang
berbeda
b. Menyatakan periode waktu yang reolistik untuk mencapai kesembuhan
c. Pasien dan keluarga turut berpartisipasi dalam menyusun rencana
penatalaksanaan jika di perlukan
Intervensi:
a. Kaji persiapan pasien dan keluarga untuk belajar
b. Jajaki pngalaman pasien dan keluarganya yang berhubungan dengan
perawatan dirumah sakit dan penyakit
c. Tinjau proses penanganan luka bakar bersama pasien dan kelurganya
d. Jelaskan pentingnya berpatisipasi pasien dalam perawatan untuk
memperoleh hasil-hasil yang optimal
e. Jelaskan nama waktu yang diperlukan untuk sembuh dari luka bakar
Rasional :
a. Terbatasnya pendidikan mengurangi kemampuan pasien dan
kelurganya untuk menerima informasi
b. Informasi ini memberikan data-data dasar untauk penjelasan dan
indikasi yang menunjukan harapan pasien serta keluarganya
c. Mengetahui apa yang akan terjadi mempersiapkan pasien dan
kelurganya dalam menghadapi kejadian mendatang
d. Informasi ini memberikan yang spesifik kepada pasien
e. Kejujuran meningkatkan harapan realistik. (Brunner & suddarth, 2002)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2008). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga Universitas Press. Surabaya
: EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Donna, (1991) . Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Moenajat, (2007). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 2. Jakarta .
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC