23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian (Rohmiyati. 2016) menyatakan bahwa fraksi etil
asetat ekstrak etanol kulit pisang raja mempunyai aktivitas antioksidan yang
memiliki IC50 sebesar 77,068 ppm.
Selain itu, pada penelitian (Alfiani. 2014) menyatakan bahwa pada
konsentrasi 0,002 µg/ml didapatkan persen penghambatan antioksidan pada
kulit pisang raja sebesar 73,89% dibandingkan dengan daging buahnya
sebesar 66,45%. Sedangkan pada penelitian (Pane. 2013) menunjukkan
bahwa aktivitas antioksidan ekstrak kulit pisang raja dengan menggunakan
fraksi etil asetat lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak metanol dan fraksi
n-heksan.
B. Tanaman Pisang Raja
Pisang raja termasuk jenis pisang buah. Menurut ahli sejarah dan
botani secara umum pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan
pulau-pulau Pasifik Barat. Selanjutnya menyebar ke berbagai negara baik
negara tropis maupun negara subtropis. Akhirnya buah pisang dikenal di
seluruh dunia. Jadi pisang raja termasuk tanaman asli Indonesia dan kultivar-
kultivarnya banyak ditemukan di pulau Jawa (Zuhairini. 1997).
Gambar 2.1. Pisang Raja (dokumen pribadi)
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
24
1. Klasifikasi tanaman pisang
Adapun klasifikasi tanaman pisang raja menurut
(Tjitrosoepomo.2001) adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca,L.
2. Morfologi
Pisang Raja merupakan jenis tanaman berbiji, berbatang semu
yang dapat tumbuh sekitar 2,1 - 2,9 meter, berakar serabut yang tumbuh
menuju bawah sampai kedalaman 75 -150 cm, memiliki batang semu
tegak yang berwarna hijau hingga merah dan memiliki noda coklat atau
hitam pada batangnya. Helaian daunnya berbentuk lanset memanjang
yang letaknya tersebar dengan bagian bawah daun tampak berlilin. Daun
ini diperkuat oleh tangkai daun yang panjangnya antara 30 - 40 cm.
Memiliki bunga yang bentuknya menyerupai jantung, berkelamin satu
yaitu berumah satu dalam satu tandan dan berwarna merah tua. Buahnya
melengkung ke atas, dalam satu kesatuan terdapat 13 -16 buah dengan
panjang sekitar 16 - 20 cm (Daniells, et al., 2001)
3. Kandungan Kimia
Buah pisang raja mengandung zat protein, karbohidrat, kalsium,
fosfor, besi, vitamin A, B, C, dan zat metabolit sekunder lainnya (Atun.
2007). Menurut (Munadjim. 1998), kandungan gizi kulit pisang raja
cukup lengkap seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfat, zat
besi, vitamin B, vitamin C dan air. Hasil analisis kimia menunjukkan
bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90 %
dan karbohidrat sebesar 18,50 %. Kulit pisang raja masak yang berwarna
kuning kaya akan senyawa kimia yang bersifat antioksidan, baik senyawa
flavonoid maupun senyawa fenolik. Senyawa flavonoid yang terdapat
pada kulit pisang raja yaitu isoflavon (Rohmiyati. 2016).
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
25
Tabel 2.1.Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang per 100 gram Bahan
Zat Gizi Kadar (gr)
Air (ml) 68,90
Karbohidrat (gr) 18,50
Lemak (gr) 2,11
Protein (gr) 0,32
Kalsium (gr) 715,00
Fosfor (mg) 117,00
Zat Besi (mg) 1,60
Vitamin B (mg) 0,12
Vitamin C (mg) 17,50
Sumber : Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Jatim,Surabaya (1982).
4. Manfaat dan Efek Farmakologi Tanaman Pisang
Kegunaan tumbuhan pisang antara lain sebagai obat tradisional
untuk menyembuhkan radang selaput lendir mata, luka terbakar (daunnya
yang masih muda), demam nifas (teras batangnya), mencret, disentri
(getah batangnya), radang selaput lendir usus, ambein, sariawan (buah
pisang, biji buahnya), kena racun makanan (umbinya), radang tonsil,
kurang darah (pisang kepok, akar dan umbinya), maupun digigit ular
berbisa (umbi pisang raja) (Sudarman dan Harsono. 1989). Selain itu,
kulit buah pisang raja juga dapat digunakan sebagai obat penyakit
kuning, antidiare, obat gangguan pencernaan (dispepsia) seperti penyakit
maag, obat luka, menurunkan kolesterol darah, dapat digunakan sebagai
tepung untuk olahan makanan (Cahyono. 2009), melembabkan kulit,
menghilangkan bekas cacar, menghaluskan tangan dan kaki, antinyamuk
dan menjaga kesehatan retina mata dari kerusakan akibat cahaya berlebih
(Satuhu. 1996).
C. Ekstraksi
Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain
berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi 3 yaitu
simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral atau pelikan
(Depkes,RI. 1989).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa
aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
26
golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan
diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah
pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM. 2000).
Pembagian metode ekstraksi menurut (Ditjen POM. 2000) yaitu :
1. Metode dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses perendaman simplisia menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
suhu kamar. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk
ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut.
Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperature
ruangan. Prinsip perkolasi yaitu serbuk simplisia ditempatkan dalam
suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.
Cairan berpori dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut,
cairan penyari akan melarutkan sel-sel yang dilalui sampai mencapai
keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya
beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan gaya kapiler
yang cenderung untuk menahan (Depkes RI. 1986).
2. Metode panas
a. Refluks
Refluks adalah metode ekstraksi menggunakan pelarut pada
temperature titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut
terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
b. Soxletasi
Soxletasi adalah metode ekstraksi menggunakan pelarut yang
selalu baru dan umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga
terjadi ekstraksi secara kontinyu dengan jumlah pelarut relatif
konstan dengan adanya pendingin balik.
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
27
c. Digesti
Digesti adalah metode maserasi kinetik (dengan pengadukan
kontinyu) pada suhu yang tinggi dari suhu ruangan yaitu secara
umum dilakukan pada suhu 40o - 50
oC.
d. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan
untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-
bahan tumbuhan. Proses ini dilakukan pada suhu 90oC selama 15
menit.
D. Antioksidan
Antioksidan alami merupakan senyawa fitokimia berupa zat alami
yang terdapat dalam tanaman yang dapat memberikan cita rasa, aroma dan
warna yang khas pada tanaman tersebut. Secara kimia, senyawa antioksidan
merupakan senyawa pendonor elektron. Secara biologis, antioksidan
merupakan senyawa yang dapat menangkal atau meredam proses radikal
bebas. Antioksidan bekerja denga cara mendonorkan satu elektronnya kepada
senyawa yang bersifat oksidan sehingga senyawa yang bersifat oksidan
tersebut dapat dihambat (Yenrina dan Sayuti. 2015).
Senyawa fenolik mempunyai berbagai efek biologis seperti aktivitas
antioksidan melalui mekanisme sebagai pereduksi, penangkal radikal bebas,
pengkhelat logam, peredam terbentuknya singlet oksigen serta pendonor
elektron. Flavonoid merupakan salah satu dari kelompok senyawa fenolik
yang biasanya ditemukan dalam buah-buahan maupun sayur-sayuran.
Beberapa tahun belakangan ini, telah dibuktikan bahwa flavonoid memiliki
potensi yang besar dalam melawan penyakit yang disebabkan oleh radikal
bebas (Yenrina dan Sayuti. 2015).
Manfaat antioksidan sangatlah penting yaitu untuk mempertahankan
mutu produk pangan, kesehatan serta kecantikan. Dalam bidang kesehatan
dan kecantikan, antioksidan berfungsi untuk mencegah penyakit kanker dan
tumor, penyempitan pembuluh darah, penuaan dini, dan penyakit degeneratif
lainnya. Di bidang industri pangan, antioksidan dapat digunakan untuk
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
28
mencegah proses terjadinya oksidasi yang dapat menyebabkan kerusakan,
seperti ketengikan, perubahan warna dan aroma serta kekeruhan fisik pada
produk pangan lainnya (Tamat et al. 2007).
Resiko terkena penyakit degeneratif seperti kardiovaskular, kanker,
aterosklerosis, osteoporosis dan lain-lain, bisa dicegah dengan mengkonsumsi
senyawa antioksidan secukup mungkin. Konsumsi makanan yang
mengandung antioksidan yang dapat meningkatkan status imunologi dan
mencegah timbulnya penyakit degeneratif akibat penuaan dini (Yenrina dan
Sayuti. 2015).
E. Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan atom atau molekul elektron yang tidak
berpasangan sehingga mengakibatkan sifatnya sangat tidak stabil (Robert.
2008). Hal ini karena radikal bebas mempunyai satu elektron atau lebih yang
tidak berpasangan pada kulit luar. Elektron pada radikal bebas sangat reaktif
dan mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, atau asam
deoksiribonukleat (DNA) sehingga terjadi perubahan struktur dan fungsi sel.
Jika radikal bebas sudah terbentuk dalam tubuh, maka akan terjadi reaksi
berantai dan menghasilkan radikal bebas baru. Reaksi ini dapat berakhir jika
ada molekul yang memberikan elektron yang dibutuhkan oleh radikal bebas
tersebut atau dua buah gugus radikal bebas membentuk ikatan non-radikal
(Kartika. 2010). Senyawa radikal bebas di dalam tubuh dapat merusak asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel. Akibatnya, dinding sel menjadi
rapuh. Senyawa oksigen reaktif ini juga mampu merusak bagian dalam
pembuluh darah sehingga meningkatkan pengendapan kolesterol dan
menimbulkan arterosklerosis, merusak basa DNA sehingga mengacaukan
sistem info genetika, dan berlanjut pada pembentukan sel kanker (Winarsi.
2007). Mekanisme reaksi pembentukan radikal bebas dibagi menjadi 3
tahapan reaksi, yaitu:
1. Inisiasi : RH + OH → R• + H2O
2. Propagasi : R• + O2 → ROO•
ROO• + RH → ROOH + R•
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
29
3. Terminasi : ROO• + ROO• → ROOR + O2
ROO•+ R• → ROOR
R•+ R•→ RR
(Sayuti et al., 2015)
Radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh dan dari luar tubuh.
1. Sumber dari dalam tubuh yaitu : proses oksidasi yang berlebihan, proses
olahraga yang berlebihan, proses peradangan akibat menderita sakit
kronik atau kanker, dan stress berat.
2. Sumber dari luar tubuh yaitu : asap rokok, udara atau lingkungan yang
tercemar, radiasi matahari atau kosmis, radiasi fototerapi (penyinaran),
konsumsi obat-obatan termasuk kemoterapi, pestisida dan zat kimia.
Pembentukan radikal bebas (stress oksidasi) merupakan suatu kondisi
fisiologis yang memegang peranan penting dalam proses terjadinya suatu
penyakit, serta proses penuaan. Umumnya sel bereaksi terhadap stres oksidasi
ini dengan meningkatkan sistem pertahanan antioksidan dan sistem
pertahanan lain. Namun stres oksidasi berat dapat merusak secara permanen
DNA, protein dan lemak.
F. Metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)
Gambar 2.2 Struktur DPPH (Kurniawan. 2011)
DPPH merupakan senyawa berwarna ungu dan juga merupakan suatu
radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk
mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan
alam. Metode DPPH addalah sebuah metode yang sederhana yang dapat
digunakan untuk menguji kemampuan antioksidan yang terkandung dalam
makanan. Metode DPPH dapat digunakan untuk sampel yang padat dan juga
dalam bentuk larutan, tetapi tidak spesifik untuk komponen antioksidan
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
30
partikular, tetapi dapat digunakan untuk pengukuran kapasitas antioksidan
secara keseluruhan pada suatu sampel (Kurniawan. 2011). Prinsipnya dimana
elektron ganjil pada molekul DPPH memberikan serapan maksimum pada
panjang gelombang 517 nm yang berwarna ungu. Warna ini akan berubah
dari ungu menjadi warna kuning lemah apabila elektron ganjil tersebut
berpasangan dengan atom hidrogen yang disumbangkan senyawa antioksidan.
Perubahan warna ini berdasarkan kesetimbangan kimia (Prakash et al. 2001).
Metode DPPH merupakan metode yang cepat, sederhana, dan tidak
membutuhkan biaya tinggi daam menentukan kemampuan antioksidan
dengan menggunakan radikal bebas 1,1-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH).
Metode ini sering digunakan untuk menguji senyawa yang berperan sebagai
free radical scavengers atau donor hidrogen dan mengevaluasi aktivitas
antioksidannya, serta mengkuantifikasi jumlah kompleks radikal antioksidan
yang terbentuk. Metode DPPH dapat digunakan untuk sampel yang berupa
padatan atau cairan (Prakash,et al. 2001). Setiap molekul yang dapat
menyumbangkan elektron atau hidrogen akan bereaksi dan memudarkan
DPPH. Intensitas warna DPPH akan berubah dari ungu menjadi kuning oleh
elektron yang berasal dari senyawa penangkap radikal bebas (Nihlati et al.,
2011).
Parameter yang dipakai untuk menunjukkan aktivitas antioksidan
adalah harga konsentrasi efisiensi atau Efficient Concentration (EC50) atau
Inhibition Concentration (IC50) yaitu konsentrasi yang dapat menyebabkan
50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat antioksidan
yang memberikan % penghambatan 50%. Zat yang mempunyai aktivitas
antioksidan tinggi, akan mempunyai harga (EC50) atau (IC50) yang rendah.
Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50
kurang dari 50 ppm, kuat apabila nilai IC50 antara 50-100 ppm, sedang
apabila nilai IC50 berkisar antara 100-150 ppm, dan lemah apabila nilai IC50
berkisar antara 150- 200 ppm. (Andarwulan et al. 1996).
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
31
G. Spektrofotometri UV-VIS
Spektrofotometri UV-VIS adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan sinar tampak yang diabsorpsi oleh sampel.
Sinar ultraviolet dan sinar tampak memiliki energi yang cukup
mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Spektrofotometri UV-VIS biasanya digunakan untuk molekul dan ion
anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum ini berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa
ditentukan dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tertentu
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Pratama & Zulkarnain. 2015).
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh
larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.
A = a.b.c
Ket :
A = absorben
a = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Absorptivitas molar merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung
pada konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan
sampel. Absorptivitas molar tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul,
dan panjang gelombang radiasi. Pada hukum Lambert-Beer memiliki syarat
sebagai berikut :
1. Sinar yang dianggap monokromatis
2. Penyerapan terjadi dalam satu volume yang mrmpunyai luas penampang
yang sama.
3. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung
terhadap yang lain dalam larutan tersebut.
4. Tidak terjadi fluorosensi atau fosforisensi
5. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.
Menurut (Gandjar et al., 2007) bahwa instrumen yang digunakan
untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsi
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
32
dari panjang gelombang disebut “spektrometer” atau spektrofotometer.
Komponen-komponen utama yang berada pada spektrofotometri meliputi :
1. Sumber Lampu
Sumber lampu yang digunakan pada daerah UV yaitu lampu
deuterium yang memiliki panjang gelombang sebesar 190-350 nm).
Sedangkan pada daerah visible, sumber lampu yang digunakan yaitu
lampu tungsten yang berada pada panjang gelombang antara 350-900
nm.
2. Monokromator
Monokromator digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam
komponen-komponen panjang gelombang yang selanjutnya akan dipilih
oleh celah (split). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga
kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan
imstrumen melewati spectrum.
3. Optik-optik
Optik-optik ini dapat didesain untuk memecah sumber sinar
sehingga sumber sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagaimana dalam
spektrofotometer bekas ganda (double beam), suatu larutan blanko dapat
digunakan dalam satu kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau
spektrum sampel. Yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam
spektrofotometri adalah semua pelarut.
4. Sel absorpsi (kuvet)
Pada pengukuran di daerah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca
corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran di daerah UV kita harus
menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah
ini. Umumnya tebal kuvet adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun
yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk
persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Kuvet yang tertutup
digunakan untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas
hasil leburan yang homogen.
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
33
5. Detektor
Detektor merupakan suatu bagian spektrofotometer yang penting
karena kualitas detektor akan menentukan kualitas spektrofotometer.
Detektor berfungsi untuk memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang (Underwood. 2002).
6. Suatu amplifer (penguat) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat
isyarat listrik dapat untuk diamati.
7. Recorder
Recorder merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari detector
Panjang gelombang yang digunakan dalam analisis kuantitatif
adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal.
Untuk pemilihan panjang gelombang yang maksimal, dilakukan dengan
membuat kurva baku hubungan antara absorbansi dengan panjang
gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu, kurva
tersebut disebut sebagai kurva baku (Gandjar et al. 2007).
H. Body Lotion
Body lotion merupakan sediaan kosmetik yang mengandung air lebih
banyak. Sediaan ini memiliki sifat sebagai sumber pelembab bagi kulit,
memberi lapisan minyak yang sama seperti sebum, menjadikan tangan dan
badan terasa lembut, tetapi tidak berminyak dan mudah dioleskan. Hand and
body lotion merupakan sebutan umum yang ada di pasaran (Sularto, et al.
1995).
Body lotion termasuk dalam golongan pelembab kulit yang terdiri dari
minyak nabati, hewani, maupun sintesis. Body lotion berfungsi untuk
melembutkan dan melenturkan kulit yang kasar dan kering. Body lotion
didefinisikan sebagai campuran antara dua fase yang tidak saling campur dan
distabilkan oleh emulgator, berbentuk cairan yang dapat dituang bila
ditempatkan pada suhu ruang (Lachman et al. 1994).
Body lotion dimaksudkan untuk penggunaan pada kulit sebagai
pelindung untuk obat karena sifat dari bahan-bahannya. Kecairan dari sediaan
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
34
ini memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat menyerap pada
permukaan kulit yang luas. Sediaan ini segera kering pada kulit setelah
pemakaian dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada
permukaan kulit. Fase terdispersi pada body lotion cenderung memisah dari
pembawanya bila didiamkan. Pada saat body lotion akan digunakan harus
dikocok kuat-kuat terlebih dahulu supaya bahan-bahan yang terpisah akan
terdispersi kembali (Ansel. 1989).
Sediaan body lotion tersusun atas komponen zat berlemak, air, zat
pengemulsi dan humektan. Komponen zat berlemak diperoleh dari lemak
maupun minyak dari tanaman, hewan maupun minyak mineral seperti minyak
zaitun, minyak jojoba, minyak parafin, lilin lebah dan sebagainya. Zat
pengemulsi umumnya berupa surfaktan anionik, kationik maupun nonionik.
Humektan bahan pengikat air dari udara, antara lain gliserin, sorbitol,
propilen glikol dan polialkohol (Jellineck. 1970). Komponen-komponen yang
menyusun body lotion adalah pelembab, pengemulsi, bahan pengisi,
pembersih, bahan aktif, pelarut, pewangi, dan pengawet (Setyaningsih, et al.
2007).
Pada metode pembuatan body lotion, fase minyak dan fase air yang
terpisah disatukan dengan pemanasan dan pengadukan. Fase minyak
mengandung komponen bahan yang larut minyak. Fase air mengandung
komponen bahan yang larut air yang dipanaskan pada suhu yang sama dengan
fase minyak kemudian disatukan (Rieger. 2000). Pencampuran antara fase
minyak dan air dilakukan pada suhu 70-75°C. Proses emulsifikasi pada
pembuatan body lotion adalah pada suhu 70°C (Mitsui. 1996).
1. Monografi Bahan Body Lotion
a. Asam Stearat
Asam stearat memiliki struktur yang keras, berwarna putih
atau kuning pucat, agak mengkilap, Kristal padat atau serbuk putih
atau putih kekuningan, bau lemah dan berasa lemak. Kelarutannya
yaitu mudah larut dalam benzena, kloroform dan eter; larut dalam
etanol 95%; praktis tidak larut dalam air. Memiliki titik lebur 69-
70oC. Penggunaan nya dalam sediaan topical sebesar 1-20%
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
35
digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika direaksikan dengan basa
(Rowe,et al. 2009).
b. Setil Alkohol
Setil alkohol (C16H33OH) merupakan butiran berwarna putih,
berbau khas lemak, rasa tawar dan melebur pada suhu 45-50oC. Setil
alcohol larut dalam etanol (95%) dan eter namun tidak larut dalam
air. Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi, penstabil, dan pengental
(Depkes,RI. 1993). Bahan ini termasuk ke dalam fase minyak pada
sediaan kosmetik. Alkohol dengan bobot molekul tinggi seperti
stearil alkohol, setil alkohol, dan gliseril monostearat terutama
digunakan sebagai zat pengental dan penstabil untuk emulsi minyak
dalam air (Ansel. 1989). Sebagai emolien dan emulgator digunakan
dalam konsentrasi 2-5%. Sedangkan sebagai pengental dalam krim
dan body lotion biasanya digunakan dengan konsentrasi di bawah 1
% (Rowe,et al. 2009).
c. Parafin Cair
Parafin cair adalah campuran hidrokarbon padat yang
dimurnikan, yang diperoleh dari minyak tanah. Pemerian dari parafin
cair yaitu berupa cairan yang jernih, tidak berwarna atau putih; tidak
berbau; tidak berasa; agak berminyak. Parafin mudah larut dalam
kloroform, eter, minyak atsiri, hampir semua jenis minyak lemak
hangat. Khasiat dari parafin cair ini berfungsi sebagai pelarut dan
penambah viskositas dalam fase minyak. Selain itu, paraffin cair
digunakan untuk melarutkan asam stearat dan setil alkohol. (Depkes,
RI. 1995).
d. Gliserin
Gliserin (C3H8O3) disebut juga gliserol atau gula alkohol,
merupakan cairan yang kental, jernih, tidak berwarna, sedikit berbau
dan mempunyai rasa manis diikuti hangat, higroskopik. Jika
disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat
membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur
sehingga suhu mencapai lebih kurang 20oC. Gliseril larut dalam air,
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
36
dengan etanol 95 % P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam
eter P, dan dalam minyak lemak (Depkes. 1979). Gliserin berfungsi
sebagai humektan. Gliserin tidak hanya berfungsi sebagai humektan
tetapi juga berfungsi sebagai pelarut, penambahan viskositas, dan
perawatan kulit karena dapat melumasi kulit sehingga mencegah
terjadinya iritasi kulit.
e. Trietanolamin
Trietanolamin merupakan campuran dari trietanolamina,
dietanolamina, dan monoetanolamina. Trietanolamin mengandung
tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 107,4% yang dihitung
terhadap zat anhidrat sebagai trietanolamin, N (C2H4OH)3.
Trietanolamin biasanya digunakan sebagai pengatur pH dan
emulgator m/a dalam sediaan lotion (Depkes RI. 1979).
f. Metil Paraben
Pemerian berupa hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk
hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai
sedikit rasa terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air dan
benzena, mudah larut dalam etanol dan eter, larut dalam minyak,
propilen glikol dan dalam gliserol. Berfungsi sebagai pengawet
(Rowe et al. 2006).
g. Propil paraben
Propil paraben atau Nipasol berupa kristal tidak berwarna
atau serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa. Kelarutan bahan ini
sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam
eter. Propil paraben digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam
kosmetik dan sediaan farmasetika (Depkes RI, 1979).
h. Aquades
Air suling yang dibuat dengan cara menyuling air yang dapat
diminum. Pemeriannya berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak mempunyai rasa. Bersifat agak asam dan agak basa,
dengan cara 10 ml ditambahkan 2 tetes larutan merah metal p tidak
terjadi warna merah, pada 10 ml tambahkan 5 tetes larutan niru
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
37
bromtimol p tidak terjadi warna biru. Penggunaan aquades yaitu
sebagai pelarut (Depkes RI. 1979).
i. Oleum Rosae
Pemerian berupa cairan tidak berwarna atau berwarna
kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasanya khas, mudah melebur
jika dipanaskan. Kelarutannya larut dalam 1 bagian kloroform.
Bahan ini berfungsi sebagai pewangi. Minyak mawar merupakan
minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan uap bunga mawar
segar (Depkes RI. 1979).
2. Evaluasi sediaan body lotion
Kestabilan suatu sediaan kosmetik merupakan hal yang harus
diperhatikan. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya
diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang cukup
panjang untuk sampai ke tangan konsumen. Oleh karena itu sediaan
tersebut juga perlu diuji kestabilan sesuai prosedur yang telah ditentukan.
Sediaan body lotion yang stabil yaitu sediaan yang masih berada dalam
batas yang dapat diterima selama masa periode penyimpanan dan
penggunaan (Dewi. 2014). Evaluasi sediaan body lotion meliputi :
a. Pengukuran pH
pH body lotion berdasarkan (SNI. 1996) yaitu 4,6-8 dan pH
skin body lotion komersial yaitu berkisar 7,25-8,45.
b. Pengukuran Viskositas
Viskositas merupakan pernyataan tahanan untuk mengalir
dari suatu sistem dibawah stress yang digunakan (Martin et al.
2012).
Pengukuran viskositas body lotion diukur dengan
menggunakan alat viskometer Brookfield LV pada spindle no 4
dengan kecepatan 60 rpm.
Viskositas body lotion berdasarkan (SNI. 1996) yaitu berada
dalam kisaran nilai viskositas 2000-50000 cp dan kisaran nilai
viskositas skin body lotion komersial yaitu 1700-7200 cp. Semakin
kental suatu cairan maka semakin besar kekuatan yang diperlukan
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
38
untuk cairan tersebut dapat mengalir dengan laju tertentu (Martin et
al. 2012). Peningkatan viskositas akan meningkatkan waktu retensi
pada tempat aplikasi, tetapi menurunkan daya sebar (Garg et al.
2002).
c. Pengujian Daya Sebar
Daya sebar adalah kemampuan dari suatu sediaan untuk
menyebar di tempat aplikasi. Hal ini berhubungan dengan sudut
kontak dari sediaan dengan tempat aplikasinya. Daya sebar
merupakan salah satu karakteristik yang bertanggung jawab dalam
keefektifan dalam pelepasan zat aktif dan penerimaan konsumen
dalam penggunaan sediaan semisolid. Faktor-faktor yang
mempengaruhi daya sebar yaitu viskositas sediaan, lama tekanan,
temperatur tempat aksi (Garg et al, 2002).
Daya sebar sediaan topikal yang baik berkisar 5-7 cm.
Semakin luas daya sebar suatu body lotion maka dengan cepat
melepaskan efek terapi di kulit (Garg et al. 2002).
I. Kulit
Kulit merupakan organ yang paling luas sebagai pelindung terhadap
bahaya bahan kimia, cahaya matahari, mikroorganisme, dan menjaga
keseimbangan tubuh dengan lingkungan. Kulit merupakan indikator untuk
memperoleh kesan umum, dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit
misalnya pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan (Syaifuddin. 2011).
Secara histologis, kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu lapisan
epidermis kutikel, lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin) dan lapisan
subkutis (Zulkarnain. 2013).
1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan kulit yang paling luar, tipis dan
avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel
melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada
berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.
Ketebalan epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit.
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
39
Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Fungsi epidermis yaitu
perlindungan barrier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan
alergen.
2. Dermis
Dermis merupakan bagian yang paling penting di kulit yang
sering dianggap sebagai True skin. Terdiri atas jaringan ikat yang
menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis.
Tebalnya bervariasi yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Fungsi dermis yaitu struktur penunjang, mechanical strength, suplai
nutrisi, menahan shearing forces, dan respon inflamasi (Perdanakusuma.
2007).
3. Subkutis
Subkutis merupakan lapisan dibawah dermis atau hipodermis
yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang
menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan dibawahnya.
Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan
keadaan nutrisi individu. Fungsinya yaitu tempat melekat ke struktur
dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh, dan
mechanical shock absorber (Perdanakusuma. 2007).
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
40
J. Kerangka konsep
Gambar 2.3. Kerangka konsep
K. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Fraksi etil asetat kulit pisang raja dapat diformulasikan menjadi sediaan
body lotion.
2. Formulasi sediaan body lotion fraksi etil asetat kulit pisang raja memiliki
nilai IC50 yang memenuhi syarat sebagai antioksidan.
3. Sediaan body lotion fraksi etil asetat kulit pisang raja dapat stabil ketika
dilakukan uji sifat fisik dan stabilitas sediaan body lotion.
Kulit pisang raja adalah salah satu bahan alam yang
dapat digunakan sebagai antioksidan
Kulit pisang raja di ekstraksi menggunakan metode
maserasi dengan menggunakan etanol 96% dan
difraksinasi menggunakan etil aseteat
Uji antioksidan fraksi kulit pisang raja
Formulasi sediaan body lotion fraksi kulit pisang raja
Evaluasi sifat fisik dan stabilitas
pada sediaan body lotion
Uji Nilai IC50 pada sediaan body
lotion
Body Lotion fraksi kulit pisang raja yang memenuhi
persyaratan sediaan body lotion dan memiliki nilai IC50
Formulasi dan Aktivitas Antioksidan…, Maulida Rahmasandi, Fakultas Farmasi UMP, 2018
Top Related