PEMBAHASAN BERDASARKAN PUSTAKA

Anatomi Kanalis Analis

• Plexus Hemorrhoidalis merupakan salah satu unsur bantalan anus (anal cushion; jam 3, 7, 11) selain otot polos dan jaringan ikat yang berperan dalam proses defekasi yaitu sebagai katup untuk mencegah inkontinensia flatus dan cairan.• Hemorrhoid adalah pelebaran dan inflamasi dari plexus tersebut.

Sistem Vena

Hemorrhoid

PATOFISIOLOGI (pelebaran plexus hemorrhoidalis) Obstruksi vena Keterlibatan anal cushion deteriorasi dari jaringan penyokong

Hemorrhoid interna

Anamnesis Gejala

Gejala yang umum dikeluhkan pasien yaitu,• Iritasi dan benjolan perianal dapat disertai

gatal-gatal ( pruritus ani) • Rasa tidak nyaman di daerah anus dan nyeri

yang semakin diperberat oleh buang air besar (BAB)

• Prolaps pleksus hemorrhoidalis (4 derajat) • Perdarahan rektal (merah segar, tak

bercampur feses)

Faktor Risiko

• Keturunan• Kurangnya konsumsi serat (<20-30 g/hari)• Kurangnya intake cairan (30-40cc/kgBB/hari)• Konstipasi• Usia tua• Peningkatan tekanan pelvis (sering mengejan)• Aktivitas fisik berlebihan• Pola BAB salah (sebaiknya jongkok, tidak terlalu

lama)• Kehamilan• Peradangan• Tumor abdomen• Hipertensi portal

Pemeriksaan Fisik

• Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan pada jam 1-12 (sirkuler), melingkar, warna kebiruan, mengkilat, ukuran 4 cm, ada nyeri tekan, kompresibel, kenyal, licin, dan terfiksasi. Hasil tersebut mendukung karakteristik vena/ plexus hemorrhoidalis.

Diagnosis diferensial

• Ca recti merupakan > 50% keganasan usus besar di Indonesia.

• Pada pasien ini, dengan adanya faktor risiko laki-laki dan usia tua (>50 tahun) disertai riwayat perdarahan rektal. Walaupun sudah dilakukan penapisan melalui anamnesis dimana tidak didapatkan riwayat BAB seperti tahi kambing, diare pagi hari, dan riwayat keluarga dengan keganasan, evaluasi dengan anorektoskopi hingga sigmoidoskopi dapat disarankan.

Terapi

• Terapi hemorrhoid interna grade IV mutlak pembedahan. Namun, terapi konservatif berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola/cara defekasi (Bowel Management Program), serta warm/ Sitz bath tetap diharuskan pada semua pasien hemorrhoid.

• Pasien dirawat inap dan dikonsulkan Sp.B untuk terapi definitif berupa operatif. Pada pasien ini telah dilakukan infus RL 20 tpmakro sebagai cairan pemeliharaan dan jalur masuk obat, diberikan injeksi ketorolac 30 mg i.v sebagai analgetik, injeksi ranitidin 20 mg i.v untuk mencegah dispepsia akibat penggunaan ketorolac, dulcolax tablet p.o. sebagai laksansia karena pasien sudah 4 hari tidak BAB dan agar pasien tidak mengejan, serta saran warm bath dengan MgSO4 40%. Pemeriksaan darah rutin, CT/BT, HbsAg, dan EKG dilakukan sebagai persiapan operasi dengan hasil dalam batas normal.

• Pasien dirawat inap di bangsal Bougenvil RSUD dr. R. Soetrasno Rembang dengan jadwal operasi 22 Juli 2014. (Puasa 6 jam pre op, konsul anestesi)