BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/693/5/BAB...

21
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Serra Kayaçetin & Servet Güreşçi (2014), menyebutkan gastritis adalah peradangan menular atau auto-imunologis mation. Gastropati dapat digambarkan sebagai patologi yang menampilkan cedera epitel dan regenerasi, dan memang begitu sekunder untuk iritasi endogen atau eksogen. Dalam praktiknya, "gastritis" dapat disertai dengan mukosa cedera, sementara "gastropati" dapat menunjukkan, bahkan jika minimal, suatu reaksi inflamasi. Nel (2012), menyebutkan gastropati mengacu pada pola cedera mikroskopis non spesifik pada mukosa lambung, dengan infiltrasi sel inflamasi yang minimal atau tidak sama sekali. Feldman dkk (2017), mengatakan bahwa kerusakan dan regenerasi sel epitel dengan sedikit atau tanpa peradangan terkait dengan tepat disebut sebagai "gastropati." 2. Etiologi Menurut Feldman (2017), gastropati umumnya sekunder akibat iritan endogen atau eksogen, seperti refluks empedu, alkohol, atau aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid. Namun, gastropati juga bisa sekunder akibat iskemia, stres fisik, atau trombosis.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/693/5/BAB...

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Penyakit

    1. Pengertian

    Serra Kayaçetin & Servet Güreşçi (2014), menyebutkan gastritis

    adalah peradangan menular atau auto-imunologis mation. Gastropati

    dapat digambarkan sebagai patologi yang menampilkan cedera epitel dan

    regenerasi, dan memang begitu sekunder untuk iritasi endogen atau

    eksogen. Dalam praktiknya, "gastritis" dapat disertai dengan mukosa

    cedera, sementara "gastropati" dapat menunjukkan, bahkan jika minimal,

    suatu reaksi inflamasi.

    Nel (2012), menyebutkan gastropati mengacu pada pola cedera

    mikroskopis non spesifik pada mukosa lambung, dengan infiltrasi sel

    inflamasi yang minimal atau tidak sama sekali. Feldman dkk (2017),

    mengatakan bahwa kerusakan dan regenerasi sel epitel dengan sedikit

    atau tanpa peradangan terkait dengan tepat disebut sebagai "gastropati."

    2. Etiologi

    Menurut Feldman (2017), gastropati umumnya sekunder akibat

    iritan endogen atau eksogen, seperti refluks empedu, alkohol, atau aspirin

    dan obat antiinflamasi nonsteroid. Namun, gastropati juga bisa sekunder

    akibat iskemia, stres fisik, atau trombosis.

  • 6

    Black & Hawks (2014), mengatakan bahwa kebiasaan merokok

    juga meningkatkan persentasi ulkus gastroduodenal pada pemakai

    OAINS (obat anti inflamasi non steroid). Dibandingkan dengan tidak

    perokok, kejadian pada pria 2,1 kali dan 1,6 kali pada wanita. Lamanya

    merokok, banyak rokok yang dikomsumsi serta inhalasi asap rokok juga

    berhubungan dengan meningkatnya kejadian gastropati akibat OAINS.

    Sampai saat ini masih diperkirakan beberapa faktor yang dapat

    meningkatkan risiko terjadinya gastropati pada pemakai OAINS. Faktor

    tersebut adalah usia lanjut ( > 65 tahun ), riwayat ulkus peptikum,

    perdarahan lambung, penggunaan steroid bersama oains, jenis kelamin

    wanita, besar dosis OAINS yang digunakan, lama penggunaan OAINS,

    kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol.

    Menurut Wehbi (2009), secara patofisiologi, ada beberapa faktor

    yang menyebabkan kerusakan mukosa lambung, meliputi: kerusakan

    mukosal barrier yang menyebabkan difusi balik ion H+ meningkat,

    perfusi mukosa lambung yang terganggu, dan jumlah asam lambung

    yang tinggi

    3. Patofisiologi

    Wehbi (2009), menyebutkan gastropati dapat terjadi karena

    pajanan beberapa faktor dan agen. Akibat pengaruh gravitasi, agen ini

    akan berada pada bagian terbesar kurvatura lambung dan memberikan

    manifestasi terjadinya gastropati pada bagian distal atau yang terdekat

    dengan area akumulasi agen. Mekanisme utama dari injuri adalah

    penurunan sintesis prostaglandin yang bertanggung jawab memproteksi

  • 7

    mukosa dari pengaruh asam lambung. Pengaruh pada kondisi lama akan

    menyebabkan terjadinya fibrosis dan striktur pada bagian distal .

    Black & Hawks (2014), menyebutkan gastropati dapat terjadi

    karena patogen termasuk Helicobacter pylory, Eschericia coli, Proteus

    sp., Haemophilus sp., Streptococcus sp., stafilokokus. Infeksi lambung

    jarang terjadi tetapi dapat mengancam kehidupan. Lapisan mukosa

    lambung normalnya melindunginya dari asam lambung, sementara asam

    lambung melindungi lambung dari infeksi. Jika asam lambung tersebut

    ditembus dengan inflamasi dan nekrosis, maka terjadilah infeksi,

    sehingga terdapat luka pada mukosa. Ketika asam lambung mengenai

    mukosa lambung maka terjadi luka pada pembuluh kecil yang diikuti

    dengan edema, perdarahan, dan mungkin juga terbentuk ulkus.

    Kerusakan yang berhubungan dengan gastropati biasanya terbatas jika

    diobati dengan tepat. Skema proses terjadinya gastropati serta masalah

    keperawatan yang timbul digambarkan dalam bagan patofisiologi 2.1 .

    4. Tanda dan Gejala

    Black & Hawks (2014) menyebutkan manifestasi disfungsi saluran

    gastrointestinal disebabkan oleh sekresi lambung yang berlebihan yang

    dapat mengikis mukosa lambung, meningkatkan motilitas dan

    mengakibatkan retensi isi lambung. Manifestasi yang paling menonjol

    adalah nyeri, anoreksia, mual dan muntah, perdarahan, diare, sendawa

    dan perut kembung.

  • 8

    Bagan 2.1 Patofisiologi gastropati

    Rao (2016), menyebutkan manifestasi klinis gastropati bervariasi

    dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

    heartburn, abdominal discomfort, dan nausea hingga gejala berat seperti

    tukak peptik, perdarahan dan perforasi. Keluhan lain yang biasa

    dirasakan pasien adalah mengalami gangguan pada saluran pencernaan

    atas, berupa nafsu makan menurun, perut kembung dan perasaan penuh

    di perut, mual, muntah dan bersendawa. Jika telah terjadi pendarahan

    aktif dapat bermanifestasi hematemesis dan melena.

    Diagnosis gastropati NSAID dapat ditegakkan berdasarkan

    anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis

    dapat ditemukan gejala gastrointestinal seperti dispepsia, heartburn,

  • 9

    abdominal discomfort, dan nausea nafsu makan menurun, perut kembung

    dan perasaan penuh di perut, mual, muntah dan bersendawa. Pada

    pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pada daerah epigastrium

    dan dapat ditemukan distensi abdomen pada gejala yang berat.

    5. Pemeriksaan Penunjang

    Menurut Osborn (2018), ada beberapa tes yang dapat dilakukan

    untuk mengetahui penyebab yang mendasari gastropati

    a. Endoskopi, untuk memeriksa bagian atas sistem pencernaan.

    b. Tes Helicobacter pylory dengan menggunakan pemeriksaan dari

    sampel tinja.

    c. Seri saluran cerna bagian atas, ini melibatkan mengambil sinar-X

    setelah meminum zat yang disebut barium, yang digunakan melihat

    saluran pencernaan bagian atas.

    d. Ultrasonografi endoskopi, guna memberikan gambar yang lebih

    jelas dari lapisan perut.

    B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

    Menurut Abraham maslow dalam (Mubarak & Chayatin 2007)

    kebutuhan dasar manusia digambarkan dalam piramida hierarki kebutuhan

    dasar maslow pada gambar 2.2.

    Gambar 2.2 Piramida Kebutuhan Dasar Manusia

    Sumber gambar: Mubarak & Chayatin 2007

  • 10

    Kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas

    tertinggi dalam hierarki maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang

    mutlak harus dipenuhi manusia unutk bertahan hidup. Saat seseorang dalam

    kondisi sakit, ia tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga

    membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

    Dalam studi kasus ini penulis membahas tentang kebutuhan cairan dan

    elektrolit yang ditandai dengan pengeluaran cairan aktif terus menerus.

    Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan

    proporsi yang tepat untuk mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Air

    tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu:

    1. Cairan intraseluler (CIS)

    CIS adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan menyusun sekitar

    70% dari total cairan tubuh. CIS meruakan media tempat terjadinya

    aktivitas kimia sel. Pada individu dewasa CIS menyusun sekitar 40%

    berat tubuh atau sekitar 2/3 dari total cairan tubuh.

    2. Cairan ekstraseluler (CES)

    CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun sekitar

    30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravaskuler, cairan

    intertisial, dan cairan transeluler. Cairan intertisial terdapat di dalam

    ruang antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan

    rongga serosa dan sendi. Guna mempertahankan keseimbangan kimia

    dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang akan normal, tubuh

  • 11

    melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES.

    Elektrolit yang berperan adalah anion dan kation.

    Sirkulasi cairan dan elektrolit terjadi dalam tiga tahap. Pertama, plasma

    darah bergerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua, cairan

    intertisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel.

    Terakhir, cairan dan substansi bergerak dari cairan intertisial ke dalam sel.

    Sedangkan meaknisme pergerakan cairan didalam tubuh berlangsung dalalm

    tiga proses yaitu:

    1. Difusi, yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju

    area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membran semipermiabel.

    2. Osmosis, yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel

    dari area berkonsentrasi rendah menuju area berkonsentrasi tinggi.

    3. Tanspor aktif, yaitu perpindahan partikel dari konsentrasi satu ke

    konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.

    Pengaturan keseimbangan cairan

    Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui beberapa mekanisme antara

    lain:

    1. Rasa haus, muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 259

    mOsm/kg.

    2. Hormon ADH, hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus

    pengumpul sehingga dapat menahan air dan mempertahannkan

    volume ciran ekstrasel. ADH juga dapat meningkatkan tekanan

    darah.

  • 12

    3. Hormon aldosteron, berfungsi meningkatkan absorpsi natrium.

    4. Prostaglandin, berperan mengatur sirkulasi ginjal untuk mengasorpsi

    natrium pada ginjal

    Faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara

    lain usia, suhu lingkkungan, kondisi stress, keadaan sakit, diet. Menurut

    Buanasita dkk (2015), konsumsi air yang cukup pada orang dewasa adalah

    sebanyak 2 liter dalam 24 jam. Bagi orang dewasa, pengeluaran urin 2 liter

    sehari dapat melarutkan berbagai sisa metabolisme melalui urin dan

    pembuangannya dengan lancar. Asupan cairan dibutuhkan guna

    mengoptimalkan fungsi berbagai organ tubuh terutama jantung, pembuluh

    darah, otak, dan saraf.

    C. Proses Keperawatan

    1. Pengkajian Keperawatan

    Suarni & Apriyani (2017), menyebutkan pengkajian merupakan

    tahap awal proses keperawatan yang merupakan proses pengumpulan

    data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi

    status kesehatan klien. Pengumpulan data didapat dengan berbagai cara

    (wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dll).

    Dalam pengkajian ada data dasar dan data fokus. Data dasar adalah data

    tentang status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola

    kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau

    profesi lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan atau respon

    klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan

    kebutuhan dasar manusia.

  • 13

    Menurut Muttaqin & Sari (2011) pengkajian keperawatan pada

    sistem gastrointestinal yang perlu dikaji untuk menegakkan masalah yang

    akurat sebagai berikut:

    a. Keluhan Utama

    Menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien

    sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan

    sistem pencernaan antara lain nyeri (pengkajian nyeri harus

    dilakukan dengan pendekatan PQRST sehingga pengkajian lebih

    komprehensif), mual dan muntah, kembung dan sendawa,

    ketidaknyamanan abdomen, diare, konstipasi.

    b. Riwayat Kesehatan

    Dilakukan untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai

    keluhan utama pasien.

    c. Riwayat Kesehatan Sekarang

    Pengkajian ini dilakukan dengan meminta pasien menjelaskan

    keluhan-keluhannya dari gejala awal sampai sekarang

    d. Riwayat Kesehatan Dulu

    Pengkajian masa lalu digunakan untuk menggali berbagai kondisi

    yang memberikan dampak tehadap kondisi saat ini. Perawat

    menanyakan riwayat masuk rumah sakit dan penyakit yang pernah

    diderita, penggunaan obat-obatan, dan adanya alergi. Riwayat nutrisi

    dan riwayat pola hidup juga penting dikaji detail pada pasien.

  • 14

    e. Pemeriksaan Fisik

    1) Survei umum: Pemeriksaan fisik keperawatan dari survei umum

    meliputi pengamatan ikterus, kaheksia dan atrofi, pigmentasi

    kulit, pengkajian tangan, status mental dan kesadaran, bibir,

    rongga mulut, lidah dan dasar mulut, serta kelenjar parotis.

    2) Pemeriksaan Fisik Abdomen

    Inspeksi: melihan kondisi dan warna kulit, kesimetrisan

    abdomen

    Auskultasi: motilitas usus, bising vena, bruit.

    Perkusi: timpani dan pekak

    Palpasi: mendeteksi area nyeri tekan, adanya massa abnormal.

    3) Pemeriksaan Rectal-Anus

    Inspeksi: fisura-in-ano / keretakan dinding anus, hemoroid,

    prolaps rekti, fistel-in-ano, karsinoma anus.

    Colok anus (colok dubur): palpasi dinding anterior dari rektum,

    saat jari ditarik keluar inspeksi adanya darah segar atau melena,

    mucus atau pus, warna feses.

    4) Pengkajian organ aksesori: palpasi-perkusi hati dan pemeriksaan

    asites

    f. Pengkajian Diagnostik

    1) Pemeriksaan laboratorium: tes fungsi hati, pengukuran enzim-

    enzim hati, pemeriksaan feses, warna feses, konsistensi dan

    penamilan feses.

  • 15

    2) Pemeriksaan radiografik: film polos abdomen, pola gas usus,

    kelalainan tulang, film absomen dengan barium

    3) Pemindaian dengan computed tomography (CT)

    4) Pemeriksaan endoskopik: endoskopik gastrointestinal atas,

    endoskopik gastrointestinal bawah.

    5) Pemeriksaan USG

    2. Penegakan Diagnosa Keperawatan

    Herdinan & Kamitsuru (2015:25), diagnosis keperawatan adalah

    penilaian klinis tentang respons manusia terhadap gangguan

    kesehatan/proses kehidupan atau kerentanan respons dari seorang

    individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Diagnosa keperawatan

    yang dapat muncul meliputi:

    a. Risiko hipovolemia ditandai dengan Kehilangan cairan aktif

    (muntah)

    Menurut PPNI (2016:85), risiko hipovolemi adalah berisiko

    mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, intertisial

    dan/arau intraseluler. Dengan faktor risiko kehilangan cairan secara

    aktif, gangguan absorbs cairan, usia lanjut, kelebihan berat badan,

    status hipermetabolik, kegagalan mekanisme regulasi, evaporasi,

    kekurangan intake cairan, efek agen farmakologis.

    b. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi lambung

    Menurut PPNI (2016:172), nyeri akut adalah pengalaman sensorik

    atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual

    atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan

  • 16

    berintensitas ringan honga berat yang berlangsung kurang dari 3

    bulan. Adapun batasan karakteristik dari nyeri akut antara lain

    gejala dan tanda mayor subjektif: mengeluh nyeri, objektif tampak

    meringis, bersikap protektif (misal waspada,posisi menghindari

    nyeri), gelisah, frekuaensi nadi meningkat, sulit tidur, sedangkan

    gejala dan tanda minor objektif: tekanan darah meningkat, pola

    nafas meningkat, nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu,

    menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis.

    c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna

    makanan

    Menurut PPNI (2016:56), defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak

    cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Batasan

    karakteristik antara lain gejala dan tanda mayor objektif berat

    badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal. Tanda dan

    gejala minor subjektif: cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri

    abdomen, nafsu makan menurun sedangkan gejala dan tanda minor

    objektif: bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot

    menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin

    turun, rambut rontok berlebihan, diare.

    d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

    Menurut PPNI (2016:126), gangguan pola tidur adalah gangguan

    kualitas waktu tidur akibat faktor eksternal. Batasan karakteristik

    antara lain gejala dan tanda mayor subjektif: mengeluh sulit tidur,

    mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola

  • 17

    tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup. Tanda dan gejalan

    minor subjektif: mengeluh kemampuan beraktivitas menurun.

    e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai nyeri

    saat bergerak

    Menurut PPNI (2016:124), gangguan mobilitas fisik adalah

    keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas

    secara mandiri. Batasan karakteristik dari gangguan mobilitas fisik

    terdapat gejala dan tanda mayor yaitu untuk data subjektif terdiri

    dari mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, untuk data objektif

    terdiri dari kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun,

    sedangkan gejala dan tand aminor untuk data subjektif terdiri dari

    nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas

    saat bergerak, untuk dta objektif terdiri dari sendi kaku, gerakan

    tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah

    3. Rencana Keperawatan

    Rencana keperawatan pada pasien dengan gastropati ditunjukkan dalam

    tabel 2.3

    Tabel 2.3 Rencana Keperawatan Pada Gastropati

    No

    Dx

    Diagnosa Keperawatan Nursing Outcomes

    Classification

    (NOC)

    Nursing

    Interventions

    Classification (NIC)

    1 2 3 4

    1 Risiko hipovolemia Definsi: Risiko hipovolemi adalah berisiko mengalami penurunan volume cairan

    Hidrasi (0602) 1. Intake cairan

    terpenuhi 2. Output urin

    Monitor Cairan (4130) 1. Tentukan jumlah

    dan jenis

  • 18

    1 2 3 4

    intravaskuler, intertisial dan/atau intraseluler. Faktor risiko kehilangan cairan secara

    aktif, gangguan absorbs cairan, usia lanjut, kelebihan berat badan, status hipermetabolik, kegagalan mekanisme

    regulasi, evaporasi, kekurangan intake

    cairan, efek agen farmakologis.

    dalam jumlah normal sesuai dengan jumlah intake

    3. Penurunan tekanan darah

    Keseimbangan Cairan (0601) 1. Tekanan darah

    dalam rentang normal

    2. Frekwensi denyut nadi radial dalam rentang normal

    Keseimbangan intake output dalam 24 jam

    intake/asupan cairan serta kebiasaan eliminasi

    2. Tentukan faktor-faktor risiko yang memungkinkan ketidak seimbangan cairan

    3. Kaji adanya gejala perubahan cairan

    4. Periksa CRT 5. Periksa turgor

    kulit 6. Monitor asupan

    dan pengeluaran 7. Monitor nilai

    kadar serum dan elektrolit urin

    8. Monitor tekanan darah, frekwensi pernafasan dan denyut nadi

    9. Catat intake dan output pasien

    10. Monitor membran mukosa dan turgor kulit, rasa haus

    11. Berika cairan dengan tepat

    12. Pastikan IV berjalan baik

    Manajemen Hipovolemi (4180) 1. Monitor adanya

    tanda dehidrasi 2. Monitor adanya

    sumber

  • 19

    1 2 3 4

    kehilangan cairan 3. Dukung asupan

    cairan oral 4. Instruksikan pada

    pasien dan keluarga untuk mencatat intake output

    2 Nyeri akut Definisi: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan honga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Batasan karakteristik : Gejala dan tanda mayor Subjektif:

    Mengeluh nyeri Objektif:

    Tampak meringis Bersikap protektif (mis.

    Waspada, posisi menghindari nyeri),

    Gelisah, Frekuaensi nadi

    meningkat, Sulit tidur,

    Gejala dan tanda minor Objektif:

    Tekanan darah meningkat, Pola nafas meningkat, Nafsu makan berubah,

    Kontrol Nyeri (1605) 1. Menggunakan

    tindakan pencegahan

    2. Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa

    3. Nyeri berkurang dengan penggunaan analgesik

    4. Menggunakan analgesik yang direkmendasikan

    5. Melaporkan perubahan nyeri pada professional kesehatan

    6. Melaporkan nyeri yang terkontrol

    Tingkat Nyeri (2102) 1. Nyeri yang

    dilaporkan berkurang

    2. Ekspresi nyeri wajah hilang

    3. Dapat

    Manajemen Nyeri (1400) 1. Lakukan

    pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi loksi, karakteristik, onset/durasi, frekwensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus

    2. Pastikan perawatan analgesik dilakukan dengan pemantauan ketat

    3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri

    4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai

  • 20

    1 2 3 4

    Proses berfikir terganggu, Menarik diri, Berfokus pada diri sendiri, Diaforeis.

    Faktor yang berhubungan:

    Agens cedera biologis (mis. Infeksi, iskemia, neoplasma)

    Agens pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, luka bakar, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan

    Agens pencedera kimiawi (mis. Luka bakar, kapsaisin, metilen, agens mustard)

    Agens pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)

    beristirahat 4. Mengeluarkan

    keringat 5. Kehilangan

    nafsu makan 6. Mual 7. Intolerannsi

    makanan 8. Frekwensi nafas 9. Denyut nadi

    radial 10. Tekanan darah

    Nyeri 5. Tentukan akibat

    dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien (mis. Tidur dan nafsu makan)

    6. Gali bersama pasien faktor yang dapat memperberat dan meringankan nyeri

    7. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidak nyamanan

    8. Pilih dan imlementasikan tindakan yang beragam (farmakologi dan non farmakologi) untuk memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan

    9. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan resepan analgesik

    10. Dukung istirahat/tidur yang adekuat

  • 21

    1 2 3 4

    untuk membantu penurunan nyeri

    Pemberian Analgesik (2210) 1. Tentukan lokasi,

    karakteristik, kualitas, dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien

    2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, frekwensi obat analgesik yang diresepkan

    3. Cek adanya riwayat alergi obat

    4. Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang sesuai ketika lebih dari satu diberikan

    5. Tentukan analgesik sebelumnya, rute pemberian, dan dosis untuk mencapai, hasil pengurangan nyeri yang optimal

    6. Pilih rute intravena daripada rute intramuskular untuk injeksi pengobatan nyeri

  • 22

    1 2 3 4

    yang sering, jika memungkinkan

    7. Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama pada nyeri berat

    8. Dokumentasikan respon terhadap analgesik dan adanya efek samping.

    9. Kolaborasi dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian, atau perubahan interval dibutuhkan

    3 Defisit nutrisi

    Definisi: defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

    Batasan karakteristik

    Gejala dan tanda mayor

    Objektif:

    Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal.

    Subjektif:

    Cepat kenyang setelah makan

    Kram/nyeri abdomen

    Status Nutrisi (1004) 1. Asupan gizi 2. Asupan

    makanan 3. Asupan cairan 4. Hidrasi

    Manajemen Nutrisi (1100) 1. Tentukan status

    gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi

    2. Identifikasi alergi atau intoleransi terhadap makanan

    3. Tentukan aa yang menjadi prefelensi makanan bagi pasien

    4. Instruksikanpasienmengenai kebutuhan nutrisi

    5. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan

  • 23

    1 2 3 4

    Pasien 6. Lakukan atau

    bantu pasien terkait perawatan mulut sebelum makan

    7. Berikan obat-obatan sebelum makan sesuai kebutuhan pasien jika diperlukan

    8. Monitor kalori dan asupan makanan pasien

    9. Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan

    4 Gangguan pola tidur Definisi: Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas waktu tidur akibat faktor eksternal. Batasan karakteristik Gejala dan tanda mayor Subjektif: mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas

    tidur, mengeluh pola tidur

    berubah, mengeluh istirahat tidak

    cukup. Tanda dan gejala minor Subjektif: mengeluh kemampuan

    beraktivitas menurun. Faktor yang berhubungan Hambatan lingkungan

    Tidur (0004) 1. Jam tidur yang

    diobservasi 2. Pola tidur 3. Kualitas tidur 4. Tidur yang

    terputus 5. Nyeri

    Peningkatan Tidur (1850) 1. Tentukan pola

    tidur/aktivitas klien

    2. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama sakit

    3. Monitor/catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidur

    4. Anjurkan pasien memantau pola tidur

    5. Sesuaikan lingkungan (mis, cahaya, kebisingan, posisi, dll)

    6. Anjurkan tidur disiang hari untuk memenuhi kebutuhan tidur

  • 24

    1 2 3 4

    Kurangnya kontrol tidur Kurangnya privasi Restrain fisik Ketiadaan teman tidur Tidak familiar dengan

    peralatan tidur

    7. 8. Kelompokkan

    kegiatan perawatan untuk meminimalkan jumlah jam terbangun

    5 Gangguan mobilitas fisik Definisi: Gangguan mobilitas fisik adlah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. Batasan karakteristik Gejala dan tanda mayor Subjektif: mengeluh sulit

    menggerakkan ekstremitas,

    objektif kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM)

    menurun Gejala dan tanda minor Subjektif: nyeri saat bergerak, enggan melakukan

    pergerakan, merasa cemas saat

    bergerak, Objektif: sendi kaku, gerakan tidak

    terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah Faktor yang berhubungan Kerusakan integritas

    struktur tulang Perubahan metabolisme Ketidakbugaran fisik ,

    Pergerakan (0208) 1. gerakan otot 2. kinerja transfer 3. bergerak dengan

    mudah

    Peningkatan Mekanika Tubuh (0140) 1. Bantu pasien

    untuk mendemonstrasikan posisi tidur

    2. Edukasi pasien mengenai bagaimana menggunakan postur (tubuh) dan mekanika tubuh untuk mencegah injuri saat melakukan aktivitas

    Terapi Latihan: Ambulasi (0221) 1. Berikan pasien

    pakaian yang tidak mengekang

    2. Bantu pasien untuk berpindah sesuai kebutuhan

    3. Instruksikan pasien/ caregiver mengenai pemindahan dan teknik ambulasi yang aman

  • 25

    1 2 3 4

    Penurunan kendali otot Penurunan massa otot Penurunan kekuatan otot Keterlambatan

    perkembangan Kekakuan sendi Kontraktur sendi Malnutrisi Gangguan

    muskuloskeletal Gangguan

    muskuloskeletal Gangguan

    neuromuscular Efek agen farmakologis Program pembatasan

    gerak Nyeri Kurang terpapar

    informasi tentang aktivitas fisik

    Kecemasan Keengganan melakukan

    pergerakan Gangguan sensori

    persepsi