LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf ·...

34
LAMPIRAN

Transcript of LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf ·...

Page 1: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan

LAMPIRAN

Page 2: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 3: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 4: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 5: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 6: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 7: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 8: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 9: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 10: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 11: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 12: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 13: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 14: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 15: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 16: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 17: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 18: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 19: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 20: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 21: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 22: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 23: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 24: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan

Lampiran 12

Gambaran Telur Soil Transmitted Helminth pada Lalapan Kubis yang disajikanPedagang Pecel Lele Sepanjang Jalan ZA Pagar Alam Kota Bandar Lampung Tahun

2019

Anggia Jelita Katrine1, Mimi Sugiarti2 , Sri Wantini3

1 Program Studi D III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang2 Program Studi D IV Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Abstrak

Kecacingan tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Berdasarkan data yang diperoleh dari WHO, lebih dari 1,5 milyar orangdari populasi dunia terinfeksi Soil Transmitted Helminth. Banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian penyakit ini,salah satunya yaitu memakan sayuran mentah yang tidak dicuci bersih seperti kubis yang sering dijadikan sebagai lalapan. Kubisbanyak dilaporkan tercemar telur cacing karena merupakan tanaman berbatang pendek nyaris tidak terlihat sehingga akarnyasangat dekat dengan daun kubis. Keadaan ini memungkinkan telur Soil Transmitted Helminth yang berada ditanah akan mudahmenempel pada kubis. Tujuan penelitian megetahui gambaran telur Soil Transmitted Helminth pada lalapan kubis (Brassicaoleracea) yang disajikan pedagang pecel lele sepanjang Jalan Zainal Abidin Pagar Alam Kota Bandar Lampung. Penelitiandilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Analis Kesehatan dari Bulan Januari sampaidengan Mei 2019. Penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan metode modifikasi. Berdasarkan hasil penelitianmenunjukkan bahwa 8,33% (2 dari 24 sampel) tercemar telur Soil Transmitted Helminth. Telur cacing yang ditemukan adalahtelur Ascaris lumbricoides sebanyak 1 sampel (50%) dan 1 sampel (50%) lalapan kubis terkontaminasi kedua jenis telur cacingyaitu Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura.

Kata Kunci : Telur Soil Transmitted Helminth, Kubis (Brassica oleracea)

Description of Helminth Soil Transmitted Eggs at Lalapan Cabis presented by PecelLele Traders Along the Road ZA Bandar Lampung City Pagar Alam in 2019

Abstract

Worms are widespread in the tropics and subtropics. Based on data obtained from WHO, more than 1.5 billion people from theworld population are infected with the Soil Transmitted Helminth. Many factors cause the high incidence of this disease, one ofwhich is eating raw vegetables that are not washed like cabbage which is often used as vegetables. Many cabbages are reported tobe contaminated with worm eggs because they are short trunked plants barely visible so the roots are very close to cabbage leaves.This situation allows the eggs of the Soil Transmitted Helminth which are located on the ground to be easily attached to thecabbage. The purpose of the study was to find out the description of eggs Soil Transmitted Helminth on lalapan cabbage (Brassicaoleracea) which was served by catfish pecel traders along Jalan Zainal Abidin Pagar Alam, Bandar Lampung City. The study wasconducted in the Parasitology Laboratory of the Tungkungkarang Health Polytechnic Department of Health Analysts fromJanuary to May 2019. The study was descriptive using a modified method. Based on the results of the study showed that 8.33% (2out of 24 samples) were contaminated with eggs Soil Transmitted Helminth. Worm eggs found were 1 sample of Ascarislumbricoides (50%) and 1 sample (50%) of contaminated cabbage lalapan both worm eggs, Ascaris lumbricoides and Trichuristrichiura.

Keywords: Soil Egg Transmitted Helminth, Cabbage (Brassica oleracea)

Korespondensi: Anggia Jelita Katrine, Prodi DIII Analis Kesehatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjunkarang, JalanSoekarno Hatta No.1 Hajimena Bandar Lampung, mobile 082377595186, e-mail [email protected]

Page 25: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan

PendahuluanInfeksi cacing merupakan salah satu penyakityang paling umum tersebar dan menjangkitbanyak manusia di seluruh dunia. Sampai saatini penyakit kecacingan masih tetapmerupakan suatu masalah karena kondisisosial dan ekonomi di beberapa bagian dunia(Zulkoni, 2010:71). Infeksi ini merupakaninfeksi parasit yang umum dijumpai dengan500 juta kasus di seluruh dunia terutama didaerah dingin. Penularan berlangsung dariorang ke orang atau dari lingkungan ke orang(Elliot, et all, 2009:129).

Di Indonesia penyakit cacing adalahpenyakit rakyat umum, infeksinya dapatterjadi secara simultan oleh beberapa jeniscacing sekaligus. Diperkirakan lebih dari 60%anak-anak di Indonesia menderita infeksicacing serta rendahnya mutu sanitasi menjadipenyebabnya. Pada anak-anak, kecacinganakan berdampak pada gangguan kemampuanuntuk belajar, dan pada orang dewasa akanmenurunnya produktivitas kerja. Dalam jangkapanjang, hal ini dapat berakibat menurunnyakualitas sumber daya manusia (Zulkoni,2010:71).

Infeksi ringan umumnya tidakmenimbulkan keluhan bagi penderita, namuntetap merugikan karena nutrisi yangseharusnya untuk digunakan memenuhikebutuhan tubuh terhisap oleh parasit tersebut.Kemudian, pada infeksi berat penderita akanmengalami gejala dan keluhan berupa anemiaberat dengan hemoglobin yang dapat kurangdari 3%, diare yang berdarah, nyeri perut,mual, muntah, dan berat badan yang menurun(Soedarto, 2011: 194).

Menurut Prof. Tjandra jenis cacing yangbanyak menyerang adalah cacing gelang(Ascaris lumbricoides), cacing tambang dancacing cambuk (Trichuris Trichiura). Penyakitini pada umumnya menyerang pada anak-anakkarena daya tahan tubuhnya rendah. Adapunfaktor-faktor yang mempengaruhinya adalahiklim tropis, kesadaran akan kebersihan yangmasih rendah, sanitasi yang buruk, kondisisosial ekonomi yang rendah, kepadatanpenduduk serta makanan yang dikonsumsi(Depkes, 2010).

Infeksi pada manusia terjadi karenatertelannya telur cacing yang mengandungtelur dan larva infektif melalui makanan danminuman yang tercemar. Sayuran mentahyang mengandung telur cacing yang berasaldari pupuk kotoran manusia adalah salah satu

media penularan. Vektor serangga seperti lalatjuga dapat menularkan telur pada makananyang tidak disimpan dengan baik (Widoyono,2005: 130).

Beberapa faktor yang berpengaruhterhadap kebersihan dalam pengolahan danpemanfaatan sayuran yang dikonsumsi olehmanusia, seperti cara mencuci sayuran danteknik mencucimerupakan hal yang perludiperhatikan. Mencuci dengan teknikmerendam di dalam wadah seperti baskom danpanci, kotoran yang tadinya terlepas bisamenempel kembali ke sayuran. Selain itu,pencucian sayuran yang tidak menggunakanair bersih seperti air PDAM dan air sumuryang kualitas airnya buruk (Suryani D, 2012).

Soil Transmitted Helminth yang dapatmenginfeksi manusia antara lain, cacinggelang (Ascaris lumbricoides), cacingtambang, dan cacing cambuk (Trichuristrichiura). Melihat dari siklus hidupnyasesudah keluar dari usus penderita, telurcacing tambang yang jatuh di tanah dalamwaktu dua hari akan berubah menjadi larva.Oleh karena itu, tidak akan ditemukan cacingtambang dalam bentuk telur pada lalapankubis (Brassica oleracea) (Soedarto, 2011).

Lalapan mentah dapat menjadi agentransmisi kista protozoa, larva dan telurcacing. Mengkonsumsi lalapan yangmengandung agen infeksi dapat meningkatkankemungkinan bawaan infeksi parasit. Sayuranyang biasa digunakan sebagai lalapan adalahkubis (Brassica oleracea). Kubis denganpermukaan daun yang berlekuk-lekukmenjadikannya sulit dibersihkan, sehinggamemungkinkan adanya telur cacing yangmenetap pada lalapan tersebut. Kubis biasanyadisediakan oleh pedagang pecel lele sebagailalapan. Pecel lele merupakan makanan yangsudah tidak asing lagi bagi semua lapisanmasyarakat, karena mudah didapat danharganya pun tidak mahal. Hampir disepanjang Jalan Zainal Abidin Pagar AlamKota Bandar Lampung terdapat pedagangpecel lele karena merupakan tempat yangstrategis dimana terdapat beberapa PerguruanTinggi, seperti Universitas Lampung,UMITRA, IIB Darmajaya, Universitas BandarLampung, Pasca Sarjana UIN, Panca Bhaktiserta Teknokrat.

Berdasarkan hasil observasi pendahuluanyang dilakukan penulis pada bulan Oktober2018 ternyata didapatkan ada 12 penjual pecellele yang terdapat di sepanjang jalan Zainal

Page 26: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan

Abidin Pagar Alam Kota Bandar Lampung.Dan beberapa dari penjual pecel lele tersebutyang ternyata perilaku mencuci lalapankubisnya tidak dibuka perhelainya danmencucinya langsung dimasukkan ke dalamember saja tidak menggunakan air mengalir.Hal tersebut merupakan salah satu faktorperilaku yang dapat menyebabkan parasitseperti telur Soil Transmitted Helminth masihmenempel pada lalapan kubis.

Berdasarkan latar belakang tersebut, makapenulis melakukan penelitian dengan judul“Gambaran Telur Soil Transmitted Helminthpada Lalapan Kubis (Brassica oleracea) yangDisajikan Pedagang Pecel Lele SepanjangJalan Zainal Abidin Pagar Alam Kota BandarLampung Tahun 2019”.

Berdasarkan penelitian Wardhana dkktahun 2017, hasil identifikasi telur SoilTransmitted Helminth pada lalapan kubis(Brassica oleracea) di warung-warung makanUniversitas Lampung menunjukkan bahwa26,19% (11 sampel dari 42 sampel)terkontaminasi oleh telur Soil TransmittedHelminth. Telur cacing yang ditemukan adalahtelur Ascaris lumbricoides sebanyak 6 sampel(14,28%), telur Trichuris trichiura sebanyak 3sampel (7,14%) dan 2 sampel (4,76%) lalapankubis terkontaminasi kedua jenis telur cacingini. Masih tingginya prevalensi kontaminasitelur Soil Transmitted Helminth pada makananberbahan sayuran mentah yang digunakanpada warung-warung makan memerlukanidentifikasi lebih lanjut.

Soil Transmitted Helminth atau nematodaintestinal adalah nematoda yang dalam siklushidupya memerlukan tanah untuk mencapaistadium infektif. Spesies yang paling umummenginfeksi manusia yaitu cacing gelang(Ascaris lumbricoides), cacing cambuk(Trichuris trichiura), dan cacing tambang(Safar, 2010: 155).

Ascaris lumbricoides yang secara umumdikenal sebagai cacing gelang ini tersebar luasdi seluruh dunia, terutama di daerah tropis dansubtropis yang kelembaban udaranya tinggi.Di Indonesia infeksi cacing ini endemis cacingdewasa adalah didalam usus halus manusia,tetapi kadang-kadang cacing ini dijumpaimengembara di bagian usus lainnya (Soedarto,2011: 181).

Cacing dewasa hidup di dalam ronggausus halus manusia. Panas cacing yang betina20-40 cm dan cacing jantan 15-31 cm. Cacingbetina dapat bertelur sampai 200.000 butir

sehari, yang dapat berlangsung selama masahidupnya yaitu kira-kira 1 tahun. Telur initidak menetas di dalam tubuh manusia, tapidikeluarkan bersama tinja hospes (Safar, 2009:156).

Telur mempunyai empat bentuk, yaitu tipedibuahi (fertilized), tidak dibuahi (afertilized),matang, dan dekortikasi. Telur yang dibuahibesarnya 60x45 mikron, dinding tebal terdiridari dua lapis. Lapisan luarnyNa terdiri darijaringan albuminoid, sedangkan lapisan dalamjernih, isi telur berupa massa sel telur. Teluryang tidak dibuahi berbentuk lonjong danlebih panjang dari tipe yang dibuahi, besarnya90x40 mikron dan dinding luarnya lebih tipis.Telur matang berisi larva (embrio), tipe inimenjadi infektif setelah berada ditanah kuranglebih tiga minggu. Telur yang dekortikasi tidakdibuahi tetapi lapisan luarnya (albuminoid)sudah hilang (Onggowaluyo, 2002: 12).

Trichuris trichiura termasuk nematodausus yang biasa dinamakan cacing cemeti ataucambuk, karena tubuhnya menyerupai cemetidengan bagian depan yang tipis dan bagianbelakangnya yang jauh lebih tebal. Cacing inipada umumnya hidup di sekum manusia,sebagai penyebab Trichuriasis dan tersebarsecara cosmopolitan (Irianto, 2013: 227).

Bentuk tubuh cacing dewasa sangat khas,mirip cambuk dengan tiga per lima panjangtubuh bagian anterior berbentuk langsingseperti tali cambuk, sedangkan dua per limabagian tubuh posterior lebih tebal mirippegangan cambuk. Panjang cacing jantansekitar 4 cm sedangkan panjang cacing betinasekitar 5 cm. Ekor cacing jantan melengkungkearah ventral, mempunyai satu spikulumretraktil yang berselubung. Badan bagiankaudal cacing betina membulat, tumpulberbentuk seperti koma. Bentuk telur Trichuristrichiura khas bentuknya, mirip biji melonyang berwarna coklat, berukuran sekitar 50x25mikron dan mempunyai dua kutub jernih yangmenonjol (Soedarto, 2011: 192).

Cacing tambang dapat menginfeksimanusia dan hewan. Cacing tambang yangmenginfeksi manusia adalah Necatoramericanus dan Ancylostoma duodenale(CDC, 2016).

Telur Ancylostoma dan Necator tidakdapat dibedakan secara mikroskopis. Telurnyatipis, tidak berwarna dan berukiran 6075µm,35-40 µm (CDC, 2016). Dinding luar dibatasioleh lapisan vitelline yang halus, di antaraovum dan dinding telur terdapat ruangan yang

1

Page 27: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan

jelas dan bening. Telur yang baru keluarbersama tinja mempunyai ovum yangmengalami segmentasi 2, 4 dan 8 sel(Natadisastra, 2009).

Selama 1-2 hari setelah telurdikeluarkannya melalui tinja maka keluarlahlarva rabditiform. Larva rabditiformpanjangnya 250-300 µm dan lebar 15-20 µm.Larva ini memiliki kanal bukal panjang danprimordium genital yang tidak mencolok.Larva filariform merupakan bentuk infektifyang berukuran 500-600 μm. Larva inimemiliki esofagus panjang dan ekor yangruncing. Larva ini ditemukan di lingkunganyang dapat menginfeksi manusia melaluipenetrasi kulit (CDC, 2016).

Metode

Penelitian ini bersifat deskriptif denganbidang kajian Parasitologi yaitu untukmengetahui gambaran hasil identifikasispesies telur cacing (Ascaris lumbricoidesdan Trichuris trichiura) pada lalapan kubis(Brassica oleracea) yang dijual pedagangpecel lele sepanjang Jalan Zainal AbidinPagar Alam Kota Bandar Lampung.Penelitian dilakukan pada bulan Januarisampai dengan Mei 2019 di LaboratoriumParasitologi Poltekkes TanjungkarangJurusan Analis Kesehatan dengan populasiyaitu 12 pedagang pecel lele yangmenyediakan kubis sebagai lalapan. Sampeldiperoleh dari total populasi. Pengambilansampel dilakukan satu kali dalam semingguselama dua minggu sehingga didapatkanjumlah sampel sebanyak 24 sampel.Pemeriksaan telur cacing menggunakanmetode modifikasi dengan teknikpengendapan dan pengapungan. Untukmasing-masing teknik pemeriksaan dilakukansebanyak 2 kali pemeriksaan (duplo). Padasampel kubis yang ditemukan adanya telurSoil Transmitted Helminth ditentukan spesiestelurnya. Analisis data pada penelitian iniadalah analisis univariat yaitu menghitungpersentase sampel kubis yang ditemukanadanya telur Soil Transmitted Helminth.

HasilBerdasarkan hasil penelitian di

Laboratorium Parasitologi Jurusan AnalisKesehatan dari 24 sampel lalapan kubis(Brassica oleracea) yang disajikan pedagangpecel lele sepanjang Jalan Zainal Abidin Pagar

Alam Kota Bandar Lampung, diperoleh hasilsebagai berikut:

Tabel 4.1 Persentase Telur Soil TransmittedHelminth pada Lalapan Kubis(Brassica oleracea) yang DisajikanPedagang Pecel Lele SepanjangJalan Zainal Abidin Pagar AlamKota Bandar Lampung.

NO Hasil PemeriksaanJumlahSampel

Persentase(%)

1 Terkontaminasi2

8,33

2 TidakTerkontaminasi 22

91,67

Jumlah 24100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 24sampel lalapan kubis (Brassica oleracea) yangdisajikan pedagang pecel lele sepanjang JalanZainal Abidin Pagar Alam Kota BandarLampung yang telah diperiksa di laboratoriumditemukan telur Soil Transmitted Helminthsebanyak 2 sampel (8,33%).

Tabel 4.2 Persentase Telur Soil TransmittedHelminth Berdasarkan Spesies TelurCacing pada Lalapan Kubis(Brassica oleracea) yang DisajikanPedagang Pecel Lele SepanjangJalan Zainal Abidin Pagar AlamKota Bandar Lampung.

NOHasilIdentifikasiTelur Cacing

JumlahSampelPositif

Persentase(%)

1Ascaris

lumbricoides 150

2Trichuris

trichiura 00

3 Ascarislumbricoides danTrichuris trichiura

150

Jumlah 2100

Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa dari2 sampel lalapan kubis (Brassica oleracea)yang terkontaminasi telur Soil TransmittedHelminth ditemukan 1 sampel (50%)terkontaminasi telur Ascaris lumbricoides dan1 sampel (50%) terkontaminasi kedua jenis

Page 28: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan

telur cacing yaitu Ascaris lumbricoides danTrichuris trichiura.

PembahasanBerdasarkan hasil pemeriksaan

laboratorium pada lalapan kubis (Brassicaoleracea) yang disajikan pedagang pecel lelesepanjang Jalan Zainal Abidin Pagar AlamKota Bandar Lampung menunjukkan bahwadari 24 sampel didapatkan 2 sampel (8,33%)lalapan kubis yang terkontaminasi telur SoilTransmitted Helminth. Telur cacing yangditemukan dari 2 sampel positif adalah telurAscaris lumbricoides 1 sampel (50%) dan 1sampel (50%) lalapan kubis terkontaminasikedua jenis telur cacing yaitu Ascarislumbricoides dan Trichuris trichiura.Kontaminasi telur cacing pada lalapan kubisini bisa dipengaruhi oleh tempat atau dimanakubis ini berasal, proses penyimpanan kubis,proses pencucian kubis, dan proses penyajiankubis sebagai lalapan.

Hasil penelitian ini sejalan denganpenelitian Wardhana dkk tahun 2017, hasilidentifikasi telur Soil Transmitted Helminthpada lalapan kubis (Brassica oleracea) diwarung-warung makan Universitas Lampungmenunjukkan bahwa 26,19% (11 sampel dari42 sampel) terkontaminasi oleh telur SoilTransmitted Helminth. Telur cacing yangditemukan adalah telur Ascaris lumbricoidessebanyak 6 sampel (14,28%), telur Trichuristrichiura sebanyak 3 sampel (7,14%) dan 2sampel (4,76%) lalapan kubis terkontaminasikedua jenis telur cacing ini.

Salah satu hal yang mungkinmempengaruhi kontaminasi telur SoilTransmitted Helminth pada lalapan kubis dipenelitian ini adalah tempat atau asal darikubis yang digunakan pedagang sebagailalapan. Berdasarkan informasi yang diperolehdari pemilik warung, sayuran kubis dibeli daribeberapa pasar tradisional di Kota BandarLampung seperti Pasar Koga, Pasar Bawah,Pasar Way Halim, dan Pasar Gintung.Menurut penelitian yang dilakukan Almi padatahun 2011, sayuran kubis yang dijual dipasar-pasar tradisional Kota Bandar Lampungmemiliki angka kontaminasi telur SoilTransmitted Helminth yang cukup tinggi yaitusebesar 72,7%.

Faktor lain yang sangat mempengaruhikontaminasi telur Soil Transmitted Helminth

pada lalapan kubis adalah proses pencuciansayuran. Sayuran kubis memiliki permukaandaun yang berlekuk-lekuk sehinggamemungkinkan telur cacing menetap didalamnya. Apabila pencucian lalapan tidakbersih, telur cacing kemungkinan masihmelekat pada lalapan dan tertelan saat lalapandikonsumsi (CDC, 2013).

Pedagang pecel lele yang tidakmemperhatikan kebersihan dalam pengolahandan pemanfaatan sayuran seperti tidakmembuka perhelainya dan mencuci denganteknik merendam di dalam wadah sepertibaskom dan panci serta tidak menggunakan airmengalir ini menyebabkan parasit seperti telurSoil Transmitted Helminth yang tadinyaterlepas dapat menempel kembali pada lalapankubis (Brassica oleracea).

Kontaminasi telur Soil TransmittedHelminth pada lalapan kubis juga bisadipengaruhi oleh proses penyimpanan kubissebelum diolah dan cara penyajian lalapan.Kubis yang digunakan sebagai lalapan pecellele di sepanjang Jalan Zainal Abidin PagarAlam Kota Bandar Lampung hanya diletakkandalam keranjang sayur atau bahkan dalametalase yang belum diketahui kebersihannya.Bila tempat penyimpanan lalapan tidak bersihdan lembab, memungkinkan telur SoilTransmitted Helminth untuk bertahan danberkembang menjadi bentuk infektif. Selainitu, bisa terjadi kontaminasi silang, baik daritelur yang tertinggal di tempat penyimpananmaupun dari sisa lalapan yang lama ke lalapanyang lain. Pada penelitian ini, seluruh warungpecel lele yang diperiksa menyajikan lalapankubis tanpa menggunakan sarung tanganataupun alat penjepit makanan. Pedaganglangsung menggunakan tangan untukmenyajikan lalapan diatas piring atau wadahlalapan. Cara penyajian yang secara langsungini, memungkinkan terjadinya transmisi telurcacing dari tangan pedagang ke sayuranmentah yang dijadikan sebagai lalapan.Transmisi telur cacing dapat terjadi melaluitangan atau kuku yang mengandung telurcacing yang kemudian masuk ke mulutmelalui makanan.

Berdasarkan observasi yang dilakukanpeneliti, didapatkan 83,3% (10 dari 12)pedagang pecel lele tidak ada air mengalir dantidak mencuci lalapan menggunakan airmengalir melainkan hanya direndam didalamember saja. Kemudian 66,7% (8 dari 12)

Page 29: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan

pedagang pecel lele dalam mencuci lalapankubis tidak membuka perhelainya dan seluruhpedagang pecel lele atau 12 pedagang pecellele yang ada di sepanjang Jalan Zainal AbidinPagar Alam Kota Bandar Lampungmenyajikan lalapan kubis dalam keadaanterbuka.

Kebiasaan pedagang tersebut menjadifaktor utama penyebab adanya ditemukannyatelur Soil Transmitted Helminth pada lalapankubis yang disajikan pedagang pecel lele disepanjang Jalan Zainal Abidin Pagar AlamKota Bandar Lampung. Melihat dari pedagangpecel lele yang tidak bersih dalam mencucilalapan akan tetapi hanya 2 sampel saja yangditemukan telur Soil Transmitted Helminth,hal ini dapat disebabkan oleh asal lalapankubis berasal, missal pengolahan sayurankubis yang bersih dan baik oleh petanisehingga tidak adanya telur Soil TransmittedHelminth yang menempel pada kubis.

Pada penelitian ini, ditemukankontaminasi telur cacing gelang (Ascarislumbricoides) lebih besar yaitu sebanyak 2sampel (66,7%) sedangkan telur cacingcambuk (Trichuris trichiura) hanya 1 sampel33,3%. Hal ini dikarenakan telur cacing gelang(Ascaris lumbricoides) memiliki ketahananyang lebih baik di lingkungan. Telur Ascarislumbricoides baru akan mati pada suhu lebihdari 40ºC dalam waktu 15 jam sedangkan padasuhu 50ºC akan mati dalam waktu satu jam.Pada suhu dingin, telur Ascaris lumbricoidesdapat bertahan hingga suhu kurang dari 8ºCyang pada suhu ini dapat merusak telurTrichuris trichiura (Siskhawahy, 2010).

Mengonsumsi lalapan kubis yangmengandung telur cacing dapat menyebabkandampak negatif yang cukup signifikan padatubuh manusia seperti anemia berat denganhemoglobin yang kurang dari 3%, diare yangberdarah, nyeri perut, mual, muntah, dan beratbadan menurun. Melihat banyaknya konsumenyang mengonsumsi lalapan kubis tanpamemperhatikan kebersihannya seperti tidakmencuci kembali lalapan dan ketidaktahuankonsumen mengenai kemungkinanditemukannya telur Soil Transmitted Helminthpada lalapan menjadi faktor penyebabterinfeksinya telur Soil Transmitted Helminth.Oleh karena itu, peneliti melakukanpendekatan dengan pembeli pecel tentangkemungkinan ditemukannya telur SoilTransmitted Helminth pada lalapan kubis

sehingga konsumen lebih berhati-hati dalammengonsumsi lalapan kubis seperti mencucikembali lalapan sebelum dimakan atau tidakmengonsumsi lalapan yang belum diketahuikebersihannya.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian lalapan Kubis(Brassica oleracea) yang disajikan pedagangpecel lele sepanjang Jalan Zainal Abidin PagarAlam Kota Bandar Lampung dapatdisimpulkan bahwa:1. Terdapat telur Soil Transmitted Helminth

pada lalapan Kubis (Brassica oleracea)yang disajikan pedagang pecel lelesepanjang Jalan Zainal Abidin PagarAlam Kota Bandar Lampung yaitu 2sampel dari 24 sampel (8,33%).

2. Persentase lalapan Kubis (Brassicaoleracea) yang tercemar Soil TransmittedHelminth yang disajikan pedagang pecellele sepanjang Jalan Zainal Abidin PagarAlam Kota Bandar Lampung dari 2sampel yang positif yaitu 1 sampelditemukan Ascaris lumbricoides 50% dan1 sampel ditemukan keduanya (Trichuristrichiura dan Ascaris lumbricoides) 50%.

Daftar Pustaka

Almi DU, 2011. Identifikasi Soil TransmittedHelminths pada Sayuran Kubis danSelada di Pasar Tradisional Kota BandarLampung. Universitas Lampung. BandarLampung

Astuti R dan Aminah S, 2008, Identifikasitelur cacing usus pada lalapan daunkubis yang dijual pedagang kaki lima diKawasan Simpang Lima Kota Semarang,Jurnal Unismus: 297-307.

Balitsa Kementerian Pertanian, 2013,Budidaya kubis, Bandung: BalaiPenelitian Tanaman Sayuran.

CDC, 2013, Soil-transmitted helminth, USA:Centers for Disease Control andPrevention.

Depkes, 2010, Penyakit Kecacingan.Kemenkes RI (diakses pada 9 Juli 2010).Tersedia dari: www.depkes.go.id.

Elliot, Tom; att all, 2009, MikrobiologiKedokteran dan Infeksi. Jakarta:EGC.

Entjang, I., 2003, Mikrobiologi danParasitologi untuk AkademiKeperawatan dan Sekolah Tenaga

Page 30: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan

Kesehatan yang Sederajat, PT. CitraAditya Bakti: Jakarta.

Irianto, Koes, 2013. Parasitologi Medis.Bandung: Alfabeta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011,Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor1096/Menkes/per/VI/2011 tentangHigiene Sanitasi Jasaboga.

MOFA, 2008, Cabbage production. Republicof Ghana: Ministry of Food &Agriculture.

Natadisastra, Djaenudin; Ridad Agoes, 2009.Parasitologi Kedokteran, Jakarta: EGC.

Onggowaluyo, Jangkung Samidjo, 2002.Parasitologi Medik I Helmintologi,Jakarta: EGC.

Rukmana, R, 2000. Budidaya Kubis Bungadan Brokoli. Yogyakarta: Kanisius.

Safar, Rosalina, 2009. ParasitologiKedokteran Protozoologi HelminologiEntomologi, Bandung: Yrama Widya.

Sandjaja, Bernadus, 2009. HelminthologiKedokteran, Jakarta: EGC.

Septiatin, Atin, 2009. Apotek Hidup dariSayuran dan Tanaman Pangan, Bandung:Yrama Widya.

Siskhawahy, 2010. Pengaruh Lama PerebusanTerhadap Keutuhan Telur Ascarislumbricoides. UniversitasMuhammadiyah Semarang. Semarang.

Soedarto, 2011. Buku Ajar ParasitologiKedokteran, Jakarta: Sagung Seto.

Suryani, D, 2012. Hubungan PerilakuMencuci dengan Kontaminasi TelurNematoda Usus pada Kubis (Brassicaoleracea) Pedagang Pecel Lele diKelurahan Warung Boto KotaYogyakarta. Jurnal KESMAS Vo.6 No.2Juni 2012, pp. 162-232.

Wardhana K, Kurniawan B, Mustofa S, 2014,Identification of soil transmittedhelminths egg on fresh cabbage (Brassicaoleracea) at Lampung University foodstalls. Juke. 3(3):86–95.

Widoyono, 2005. Penyakit TropisEpidemiologi dan Pemberantasannya.Jakarta: Erlangga.

World Health Organization. 2018, SoilTransmitted Helminths Infections.(Diakses pada 20 Februari 2018).Tersedia dari:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs366/en/.

Zulkoni, H, 2010. Parasitologi. Yogyakarta:Nuha

Page 31: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 32: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 33: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Page 34: LAMPIRAN - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/545/10/11. LAMPIRAN.pdf · dilakukan di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan