BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB...

21
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Serra Kayaçetin & Servet Güreşçi (2014), menyebutkan gastritis adalah peradangan menular atau auto-imunologis mation. Gastropati dapat digambarkan sebagai patologi yang menampilkan cedera epitel dan regenerasi, dan memang begitu sekunder untuk iritasi endogen atau eksogen. Dalam praktiknya, "gastritis" dapat disertai dengan mukosa cedera, sementara "gastropati" dapat menunjukkan, bahkan jika minimal, suatu reaksi inflamasi. Nel (2012), menyebutkan gastropati mengacu pada pola cedera mikroskopis non spesifik pada mukosa lambung, dengan infiltrasi sel inflamasi yang minimal atau tidak sama sekali. Feldman dkk (2017), mengatakan bahwa kerusakan dan regenerasi sel epitel dengan sedikit atau tanpa peradangan terkait dengan tepat disebut sebagai "gastropati." 2. Etiologi Menurut Feldman (2017), gastropati umumnya sekunder akibat iritan endogen atau eksogen, seperti refluks empedu, alkohol, atau aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid. Namun, gastropati juga bisa sekunder akibat iskemia, stres fisik, atau trombosis.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Serra Kayaçetin & Servet Güreşçi (2014), menyebutkan gastritis

adalah peradangan menular atau auto-imunologis mation. Gastropati

dapat digambarkan sebagai patologi yang menampilkan cedera epitel dan

regenerasi, dan memang begitu sekunder untuk iritasi endogen atau

eksogen. Dalam praktiknya, "gastritis" dapat disertai dengan mukosa

cedera, sementara "gastropati" dapat menunjukkan, bahkan jika minimal,

suatu reaksi inflamasi.

Nel (2012), menyebutkan gastropati mengacu pada pola cedera

mikroskopis non spesifik pada mukosa lambung, dengan infiltrasi sel

inflamasi yang minimal atau tidak sama sekali. Feldman dkk (2017),

mengatakan bahwa kerusakan dan regenerasi sel epitel dengan sedikit

atau tanpa peradangan terkait dengan tepat disebut sebagai "gastropati."

2. Etiologi

Menurut Feldman (2017), gastropati umumnya sekunder akibat

iritan endogen atau eksogen, seperti refluks empedu, alkohol, atau aspirin

dan obat antiinflamasi nonsteroid. Namun, gastropati juga bisa sekunder

akibat iskemia, stres fisik, atau trombosis.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

6

Black & Hawks (2014), mengatakan bahwa kebiasaan merokok

juga meningkatkan persentasi ulkus gastroduodenal pada pemakai

OAINS (obat anti inflamasi non steroid). Dibandingkan dengan tidak

perokok, kejadian pada pria 2,1 kali dan 1,6 kali pada wanita. Lamanya

merokok, banyak rokok yang dikomsumsi serta inhalasi asap rokok juga

berhubungan dengan meningkatnya kejadian gastropati akibat OAINS.

Sampai saat ini masih diperkirakan beberapa faktor yang dapat

meningkatkan risiko terjadinya gastropati pada pemakai OAINS. Faktor

tersebut adalah usia lanjut ( > 65 tahun ), riwayat ulkus peptikum,

perdarahan lambung, penggunaan steroid bersama oains, jenis kelamin

wanita, besar dosis OAINS yang digunakan, lama penggunaan OAINS,

kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol.

Menurut Wehbi (2009), secara patofisiologi, ada beberapa faktor

yang menyebabkan kerusakan mukosa lambung, meliputi: kerusakan

mukosal barrier yang menyebabkan difusi balik ion H+ meningkat,

perfusi mukosa lambung yang terganggu, dan jumlah asam lambung

yang tinggi

3. Patofisiologi

Wehbi (2009), menyebutkan gastropati dapat terjadi karena

pajanan beberapa faktor dan agen. Akibat pengaruh gravitasi, agen ini

akan berada pada bagian terbesar kurvatura lambung dan memberikan

manifestasi terjadinya gastropati pada bagian distal atau yang terdekat

dengan area akumulasi agen. Mekanisme utama dari injuri adalah

penurunan sintesis prostaglandin yang bertanggung jawab memproteksi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

7

mukosa dari pengaruh asam lambung. Pengaruh pada kondisi lama akan

menyebabkan terjadinya fibrosis dan striktur pada bagian distal .

Black & Hawks (2014), menyebutkan gastropati dapat terjadi

karena patogen termasuk Helicobacter pylory, Eschericia coli, Proteus

sp., Haemophilus sp., Streptococcus sp., stafilokokus. Infeksi lambung

jarang terjadi tetapi dapat mengancam kehidupan. Lapisan mukosa

lambung normalnya melindunginya dari asam lambung, sementara asam

lambung melindungi lambung dari infeksi. Jika asam lambung tersebut

ditembus dengan inflamasi dan nekrosis, maka terjadilah infeksi,

sehingga terdapat luka pada mukosa. Ketika asam lambung mengenai

mukosa lambung maka terjadi luka pada pembuluh kecil yang diikuti

dengan edema, perdarahan, dan mungkin juga terbentuk ulkus.

Kerusakan yang berhubungan dengan gastropati biasanya terbatas jika

diobati dengan tepat. Skema proses terjadinya gastropati serta masalah

keperawatan yang timbul digambarkan dalam bagan patofisiologi 2.1 .

4. Tanda dan Gejala

Black & Hawks (2014) menyebutkan manifestasi disfungsi saluran

gastrointestinal disebabkan oleh sekresi lambung yang berlebihan yang

dapat mengikis mukosa lambung, meningkatkan motilitas dan

mengakibatkan retensi isi lambung. Manifestasi yang paling menonjol

adalah nyeri, anoreksia, mual dan muntah, perdarahan, diare, sendawa

dan perut kembung.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

8

Bagan 2.1 Patofisiologi gastropati

Rao (2016), menyebutkan manifestasi klinis gastropati bervariasi

dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

heartburn, abdominal discomfort, dan nausea hingga gejala berat seperti

tukak peptik, perdarahan dan perforasi. Keluhan lain yang biasa

dirasakan pasien adalah mengalami gangguan pada saluran pencernaan

atas, berupa nafsu makan menurun, perut kembung dan perasaan penuh

di perut, mual, muntah dan bersendawa. Jika telah terjadi pendarahan

aktif dapat bermanifestasi hematemesis dan melena.

Diagnosis gastropati NSAID dapat ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis

dapat ditemukan gejala gastrointestinal seperti dispepsia, heartburn,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

9

abdominal discomfort, dan nausea nafsu makan menurun, perut kembung

dan perasaan penuh di perut, mual, muntah dan bersendawa. Pada

pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pada daerah epigastrium

dan dapat ditemukan distensi abdomen pada gejala yang berat.

5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Osborn (2018), ada beberapa tes yang dapat dilakukan

untuk mengetahui penyebab yang mendasari gastropati

a. Endoskopi, untuk memeriksa bagian atas sistem pencernaan.

b. Tes Helicobacter pylory dengan menggunakan pemeriksaan dari

sampel tinja.

c. Seri saluran cerna bagian atas, ini melibatkan mengambil sinar-X

setelah meminum zat yang disebut barium, yang digunakan melihat

saluran pencernaan bagian atas.

d. Ultrasonografi endoskopi, guna memberikan gambar yang lebih

jelas dari lapisan perut.

B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Menurut Abraham maslow dalam (Mubarak & Chayatin 2007)

kebutuhan dasar manusia digambarkan dalam piramida hierarki kebutuhan

dasar maslow pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Piramida Kebutuhan Dasar Manusia

Sumber gambar: Mubarak & Chayatin 2007

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

10

Kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas

tertinggi dalam hierarki maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang

mutlak harus dipenuhi manusia unutk bertahan hidup. Saat seseorang dalam

kondisi sakit, ia tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga

membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

Dalam studi kasus ini penulis membahas tentang kebutuhan cairan dan

elektrolit yang ditandai dengan pengeluaran cairan aktif terus menerus.

Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan

proporsi yang tepat untuk mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Air

tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu:

1. Cairan intraseluler (CIS)

CIS adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan menyusun sekitar

70% dari total cairan tubuh. CIS meruakan media tempat terjadinya

aktivitas kimia sel. Pada individu dewasa CIS menyusun sekitar 40%

berat tubuh atau sekitar 2/3 dari total cairan tubuh.

2. Cairan ekstraseluler (CES)

CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun sekitar

30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravaskuler, cairan

intertisial, dan cairan transeluler. Cairan intertisial terdapat di dalam

ruang antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan

rongga serosa dan sendi. Guna mempertahankan keseimbangan kimia

dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang akan normal, tubuh

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

11

melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES.

Elektrolit yang berperan adalah anion dan kation.

Sirkulasi cairan dan elektrolit terjadi dalam tiga tahap. Pertama, plasma

darah bergerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua, cairan

intertisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel.

Terakhir, cairan dan substansi bergerak dari cairan intertisial ke dalam sel.

Sedangkan meaknisme pergerakan cairan didalam tubuh berlangsung dalalm

tiga proses yaitu:

1. Difusi, yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju

area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membran semipermiabel.

2. Osmosis, yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel

dari area berkonsentrasi rendah menuju area berkonsentrasi tinggi.

3. Tanspor aktif, yaitu perpindahan partikel dari konsentrasi satu ke

konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.

Pengaturan keseimbangan cairan

Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui beberapa mekanisme antara

lain:

1. Rasa haus, muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 259

mOsm/kg.

2. Hormon ADH, hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus

pengumpul sehingga dapat menahan air dan mempertahannkan

volume ciran ekstrasel. ADH juga dapat meningkatkan tekanan

darah.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

12

3. Hormon aldosteron, berfungsi meningkatkan absorpsi natrium.

4. Prostaglandin, berperan mengatur sirkulasi ginjal untuk mengasorpsi

natrium pada ginjal

Faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara

lain usia, suhu lingkkungan, kondisi stress, keadaan sakit, diet. Menurut

Buanasita dkk (2015), konsumsi air yang cukup pada orang dewasa adalah

sebanyak 2 liter dalam 24 jam. Bagi orang dewasa, pengeluaran urin 2 liter

sehari dapat melarutkan berbagai sisa metabolisme melalui urin dan

pembuangannya dengan lancar. Asupan cairan dibutuhkan guna

mengoptimalkan fungsi berbagai organ tubuh terutama jantung, pembuluh

darah, otak, dan saraf.

C. Proses Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Suarni & Apriyani (2017), menyebutkan pengkajian merupakan

tahap awal proses keperawatan yang merupakan proses pengumpulan

data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi

status kesehatan klien. Pengumpulan data didapat dengan berbagai cara

(wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dll).

Dalam pengkajian ada data dasar dan data fokus. Data dasar adalah data

tentang status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola

kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau

profesi lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan atau respon

klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan dasar manusia.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

13

Menurut Muttaqin & Sari (2011) pengkajian keperawatan pada

sistem gastrointestinal yang perlu dikaji untuk menegakkan masalah yang

akurat sebagai berikut:

a. Keluhan Utama

Menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien

sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan

sistem pencernaan antara lain nyeri (pengkajian nyeri harus

dilakukan dengan pendekatan PQRST sehingga pengkajian lebih

komprehensif), mual dan muntah, kembung dan sendawa,

ketidaknyamanan abdomen, diare, konstipasi.

b. Riwayat Kesehatan

Dilakukan untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai

keluhan utama pasien.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian ini dilakukan dengan meminta pasien menjelaskan

keluhan-keluhannya dari gejala awal sampai sekarang

d. Riwayat Kesehatan Dulu

Pengkajian masa lalu digunakan untuk menggali berbagai kondisi

yang memberikan dampak tehadap kondisi saat ini. Perawat

menanyakan riwayat masuk rumah sakit dan penyakit yang pernah

diderita, penggunaan obat-obatan, dan adanya alergi. Riwayat nutrisi

dan riwayat pola hidup juga penting dikaji detail pada pasien.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

14

e. Pemeriksaan Fisik

1) Survei umum: Pemeriksaan fisik keperawatan dari survei umum

meliputi pengamatan ikterus, kaheksia dan atrofi, pigmentasi

kulit, pengkajian tangan, status mental dan kesadaran, bibir,

rongga mulut, lidah dan dasar mulut, serta kelenjar parotis.

2) Pemeriksaan Fisik Abdomen

Inspeksi: melihan kondisi dan warna kulit, kesimetrisan

abdomen

Auskultasi: motilitas usus, bising vena, bruit.

Perkusi: timpani dan pekak

Palpasi: mendeteksi area nyeri tekan, adanya massa abnormal.

3) Pemeriksaan Rectal-Anus

Inspeksi: fisura-in-ano / keretakan dinding anus, hemoroid,

prolaps rekti, fistel-in-ano, karsinoma anus.

Colok anus (colok dubur): palpasi dinding anterior dari rektum,

saat jari ditarik keluar inspeksi adanya darah segar atau melena,

mucus atau pus, warna feses.

4) Pengkajian organ aksesori: palpasi-perkusi hati dan pemeriksaan

asites

f. Pengkajian Diagnostik

1) Pemeriksaan laboratorium: tes fungsi hati, pengukuran enzim-

enzim hati, pemeriksaan feses, warna feses, konsistensi dan

penamilan feses.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

15

2) Pemeriksaan radiografik: film polos abdomen, pola gas usus,

kelalainan tulang, film absomen dengan barium

3) Pemindaian dengan computed tomography (CT)

4) Pemeriksaan endoskopik: endoskopik gastrointestinal atas,

endoskopik gastrointestinal bawah.

5) Pemeriksaan USG

2. Penegakan Diagnosa Keperawatan

Herdinan & Kamitsuru (2015:25), diagnosis keperawatan adalah

penilaian klinis tentang respons manusia terhadap gangguan

kesehatan/proses kehidupan atau kerentanan respons dari seorang

individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Diagnosa keperawatan

yang dapat muncul meliputi:

a. Risiko hipovolemia ditandai dengan Kehilangan cairan aktif

(muntah)

Menurut PPNI (2016:85), risiko hipovolemi adalah berisiko

mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, intertisial

dan/arau intraseluler. Dengan faktor risiko kehilangan cairan secara

aktif, gangguan absorbs cairan, usia lanjut, kelebihan berat badan,

status hipermetabolik, kegagalan mekanisme regulasi, evaporasi,

kekurangan intake cairan, efek agen farmakologis.

b. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi lambung

Menurut PPNI (2016:172), nyeri akut adalah pengalaman sensorik

atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual

atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

16

berintensitas ringan honga berat yang berlangsung kurang dari 3

bulan. Adapun batasan karakteristik dari nyeri akut antara lain

gejala dan tanda mayor subjektif: mengeluh nyeri, objektif tampak

meringis, bersikap protektif (misal waspada,posisi menghindari

nyeri), gelisah, frekuaensi nadi meningkat, sulit tidur, sedangkan

gejala dan tanda minor objektif: tekanan darah meningkat, pola

nafas meningkat, nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu,

menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis.

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna

makanan

Menurut PPNI (2016:56), defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Batasan

karakteristik antara lain gejala dan tanda mayor objektif berat

badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal. Tanda dan

gejala minor subjektif: cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri

abdomen, nafsu makan menurun sedangkan gejala dan tanda minor

objektif: bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot

menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin

turun, rambut rontok berlebihan, diare.

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

Menurut PPNI (2016:126), gangguan pola tidur adalah gangguan

kualitas waktu tidur akibat faktor eksternal. Batasan karakteristik

antara lain gejala dan tanda mayor subjektif: mengeluh sulit tidur,

mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

17

tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup. Tanda dan gejalan

minor subjektif: mengeluh kemampuan beraktivitas menurun.

e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai nyeri

saat bergerak

Menurut PPNI (2016:124), gangguan mobilitas fisik adalah

keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas

secara mandiri. Batasan karakteristik dari gangguan mobilitas fisik

terdapat gejala dan tanda mayor yaitu untuk data subjektif terdiri

dari mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, untuk data objektif

terdiri dari kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun,

sedangkan gejala dan tand aminor untuk data subjektif terdiri dari

nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas

saat bergerak, untuk dta objektif terdiri dari sendi kaku, gerakan

tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan pada pasien dengan gastropati ditunjukkan dalam

tabel 2.3

Tabel 2.3 Rencana Keperawatan Pada Gastropati

No

Dx

Diagnosa Keperawatan Nursing Outcomes

Classification

(NOC)

Nursing

Interventions

Classification (NIC)

1 2 3 4

1 Risiko hipovolemia Definsi: Risiko hipovolemi adalah berisiko mengalami penurunan volume cairan

Hidrasi (0602) 1. Intake cairan

terpenuhi 2. Output urin

Monitor Cairan (4130) 1. Tentukan jumlah

dan jenis

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

18

1 2 3 4

intravaskuler, intertisial dan/atau intraseluler. Faktor risiko kehilangan cairan secara

aktif, gangguan absorbs cairan, usia lanjut, kelebihan berat badan, status hipermetabolik, kegagalan mekanisme

regulasi, evaporasi, kekurangan intake

cairan, efek agen farmakologis.

dalam jumlah normal sesuai dengan jumlah intake

3. Penurunan tekanan darah

Keseimbangan Cairan (0601) 1. Tekanan darah

dalam rentang normal

2. Frekwensi denyut nadi radial dalam rentang normal

Keseimbangan intake output dalam 24 jam

intake/asupan cairan serta kebiasaan eliminasi

2. Tentukan faktor-faktor risiko yang memungkinkan ketidak seimbangan cairan

3. Kaji adanya gejala perubahan cairan

4. Periksa CRT 5. Periksa turgor

kulit 6. Monitor asupan

dan pengeluaran 7. Monitor nilai

kadar serum dan elektrolit urin

8. Monitor tekanan darah, frekwensi pernafasan dan denyut nadi

9. Catat intake dan output pasien

10. Monitor membran mukosa dan turgor kulit, rasa haus

11. Berika cairan dengan tepat

12. Pastikan IV berjalan baik

Manajemen Hipovolemi (4180) 1. Monitor adanya

tanda dehidrasi 2. Monitor adanya

sumber

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

19

1 2 3 4

kehilangan cairan 3. Dukung asupan

cairan oral 4. Instruksikan pada

pasien dan keluarga untuk mencatat intake output

2 Nyeri akut Definisi: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan honga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Batasan karakteristik : Gejala dan tanda mayor Subjektif:

Mengeluh nyeri Objektif:

Tampak meringis Bersikap protektif (mis.

Waspada, posisi menghindari nyeri),

Gelisah, Frekuaensi nadi

meningkat, Sulit tidur,

Gejala dan tanda minor Objektif:

Tekanan darah meningkat, Pola nafas meningkat, Nafsu makan berubah,

Kontrol Nyeri (1605) 1. Menggunakan

tindakan pencegahan

2. Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa

3. Nyeri berkurang dengan penggunaan analgesik

4. Menggunakan analgesik yang direkmendasikan

5. Melaporkan perubahan nyeri pada professional kesehatan

6. Melaporkan nyeri yang terkontrol

Tingkat Nyeri (2102) 1. Nyeri yang

dilaporkan berkurang

2. Ekspresi nyeri wajah hilang

3. Dapat

Manajemen Nyeri (1400) 1. Lakukan

pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi loksi, karakteristik, onset/durasi, frekwensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus

2. Pastikan perawatan analgesik dilakukan dengan pemantauan ketat

3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri

4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

20

1 2 3 4

Proses berfikir terganggu, Menarik diri, Berfokus pada diri sendiri, Diaforeis.

Faktor yang berhubungan:

Agens cedera biologis (mis. Infeksi, iskemia, neoplasma)

Agens pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, luka bakar, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan

Agens pencedera kimiawi (mis. Luka bakar, kapsaisin, metilen, agens mustard)

Agens pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)

beristirahat 4. Mengeluarkan

keringat 5. Kehilangan

nafsu makan 6. Mual 7. Intolerannsi

makanan 8. Frekwensi nafas 9. Denyut nadi

radial 10. Tekanan darah

Nyeri 5. Tentukan akibat

dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien (mis. Tidur dan nafsu makan)

6. Gali bersama pasien faktor yang dapat memperberat dan meringankan nyeri

7. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidak nyamanan

8. Pilih dan imlementasikan tindakan yang beragam (farmakologi dan non farmakologi) untuk memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan

9. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan resepan analgesik

10. Dukung istirahat/tidur yang adekuat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

21

1 2 3 4

untuk membantu penurunan nyeri

Pemberian Analgesik (2210) 1. Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas, dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien

2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, frekwensi obat analgesik yang diresepkan

3. Cek adanya riwayat alergi obat

4. Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang sesuai ketika lebih dari satu diberikan

5. Tentukan analgesik sebelumnya, rute pemberian, dan dosis untuk mencapai, hasil pengurangan nyeri yang optimal

6. Pilih rute intravena daripada rute intramuskular untuk injeksi pengobatan nyeri

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

22

1 2 3 4

yang sering, jika memungkinkan

7. Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama pada nyeri berat

8. Dokumentasikan respon terhadap analgesik dan adanya efek samping.

9. Kolaborasi dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian, atau perubahan interval dibutuhkan

3 Defisit nutrisi

Definisi: defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

Batasan karakteristik

Gejala dan tanda mayor

Objektif:

Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal.

Subjektif:

Cepat kenyang setelah makan

Kram/nyeri abdomen

Status Nutrisi (1004) 1. Asupan gizi 2. Asupan

makanan 3. Asupan cairan 4. Hidrasi

Manajemen Nutrisi (1100) 1. Tentukan status

gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi

2. Identifikasi alergi atau intoleransi terhadap makanan

3. Tentukan aa yang menjadi prefelensi makanan bagi pasien

4. Instruksikanpasienmengenai kebutuhan nutrisi

5. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

23

1 2 3 4

Pasien 6. Lakukan atau

bantu pasien terkait perawatan mulut sebelum makan

7. Berikan obat-obatan sebelum makan sesuai kebutuhan pasien jika diperlukan

8. Monitor kalori dan asupan makanan pasien

9. Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan

4 Gangguan pola tidur Definisi: Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas waktu tidur akibat faktor eksternal. Batasan karakteristik Gejala dan tanda mayor Subjektif: mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas

tidur, mengeluh pola tidur

berubah, mengeluh istirahat tidak

cukup. Tanda dan gejala minor Subjektif: mengeluh kemampuan

beraktivitas menurun. Faktor yang berhubungan Hambatan lingkungan

Tidur (0004) 1. Jam tidur yang

diobservasi 2. Pola tidur 3. Kualitas tidur 4. Tidur yang

terputus 5. Nyeri

Peningkatan Tidur (1850) 1. Tentukan pola

tidur/aktivitas klien

2. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama sakit

3. Monitor/catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidur

4. Anjurkan pasien memantau pola tidur

5. Sesuaikan lingkungan (mis, cahaya, kebisingan, posisi, dll)

6. Anjurkan tidur disiang hari untuk memenuhi kebutuhan tidur

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

24

1 2 3 4

Kurangnya kontrol tidur Kurangnya privasi Restrain fisik Ketiadaan teman tidur Tidak familiar dengan

peralatan tidur

7. 8. Kelompokkan

kegiatan perawatan untuk meminimalkan jumlah jam terbangun

5 Gangguan mobilitas fisik Definisi: Gangguan mobilitas fisik adlah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. Batasan karakteristik Gejala dan tanda mayor Subjektif: mengeluh sulit

menggerakkan ekstremitas,

objektif kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM)

menurun Gejala dan tanda minor Subjektif: nyeri saat bergerak, enggan melakukan

pergerakan, merasa cemas saat

bergerak, Objektif: sendi kaku, gerakan tidak

terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah Faktor yang berhubungan Kerusakan integritas

struktur tulang Perubahan metabolisme Ketidakbugaran fisik ,

Pergerakan (0208) 1. gerakan otot 2. kinerja transfer 3. bergerak dengan

mudah

Peningkatan Mekanika Tubuh (0140) 1. Bantu pasien

untuk mendemonstrasikan posisi tidur

2. Edukasi pasien mengenai bagaimana menggunakan postur (tubuh) dan mekanika tubuh untuk mencegah injuri saat melakukan aktivitas

Terapi Latihan: Ambulasi (0221) 1. Berikan pasien

pakaian yang tidak mengekang

2. Bantu pasien untuk berpindah sesuai kebutuhan

3. Instruksikan pasien/ caregiver mengenai pemindahan dan teknik ambulasi yang aman

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/676/5/BAB II.pdf · dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,

25

1 2 3 4

Penurunan kendali otot Penurunan massa otot Penurunan kekuatan otot Keterlambatan

perkembangan Kekakuan sendi Kontraktur sendi Malnutrisi Gangguan

muskuloskeletal Gangguan

muskuloskeletal Gangguan

neuromuscular Efek agen farmakologis Program pembatasan

gerak Nyeri Kurang terpapar

informasi tentang aktivitas fisik

Kecemasan Keengganan melakukan

pergerakan Gangguan sensori

persepsi