open communitive fracture 1/3 distal radius

28
1. Identitas Nama : Tn.Z Umur : 54 Tahun JenisKelamin : Laki-laki Agama : Islam SukuBangsa : Bugis, Indnesia Alama! : "angke# "eker$aan : %iras&as!a S!a!us : 'enikah 2. Anamnesis a. (ilakukanse)ara Au!anamnesis Tanggal :*+- +- *5 Tem#a! : I ( Bedah /. Keluhan u!ama: N0eri #ada lengan /a&ah kanan ). 1i&a0a! #en0aki! sekarang: (ialami se$ak 5 $am se/elum masuk rumah saki! aki/a! ke)elakaan lalu lin!as. "asien sedang mengende m!r dengan ke)e#a!an !inggi kemudian /erusaha menghindari m/il dari arah /erla&anan. Akhirn0a #asien mena/rak #em/a!as $alan dan $a!uh. Tangan #asien !ekena as#al dan /a!u. d. 1i&a0a! #ingsan dan mun!ah !idak ada. 1i&a0a! n0eri ke#ala !idak ada 1i&a0a! menda#a! #enanganan se/elumn0a di 1SU( (a0a /eru#a #en$ahi!an luka. 1i&a0a! #en0aki! !erdahulu !idak ada 1i&a0a! #en0aki! keluarga !idak ada 1i&a0a! Alergi !idak ada 3. PemeriksaanFisik: 1 |P a g e

description

ortho

Transcript of open communitive fracture 1/3 distal radius

1. IdentitasNama: Tn.ZUmur: 54 TahunJenisKelamin: Laki-laki Agama : IslamSukuBangsa: Bugis, IndonesiaAlamat: PangkepPekerjaan: WiraswastaStatus: Menikah

2. Anamnesisa. Dilakukansecara AutoanamnesisTanggal :16-06-2015Tempat : IGD Bedah

b. Keluhan utama: Nyeri pada lengan bawah kanan

c. Riwayat penyakit sekarang: Dialami sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit akibat kecelakaan lalu lintas. Pasien sedang mengenderai motor dengan kecepatan tinggi kemudian berusaha menghindari mobil dari arah berlawanan. Akhirnya pasien menabrak pembatas jalan dan jatuh. Tangan pasien tekena aspal dan batu.

d. Riwayat pingsan dan muntah tidak ada.Riwayat nyeri kepala tidak adaRiwayat mendapat penanganan sebelumnya di RSUD Daya berupa penjahitan luka.Riwayat penyakit terdahulu tidak ada Riwayat penyakit keluarga tidak adaRiwayat Alergi tidak ada

3. PemeriksaanFisik:Primary survey:a. Airway : clearb. Breathing: Frekuensi napas: 20x/menit, spontan, simetris, tipe torakoabdominal.c. Circulation: Nadi: 84x/menit, regular, kuat angkat, TD: 120/80 mmHgd. Disability: GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor Secondary surveyKepala: NormocephaleMata: Konjungtiva Anemis: Kanan: Kiri: Hidung: Tidak ada DeviasiTidak ada krepitasiTidak tampak adanya darah maupun sekretTidak ada pernapasan cuping hidungMulut: Sianosis per oral tidakTelinga: OvalTidak tampak secretLeher: Kelenjar getah bening tidak ada pembesaranKelenjar tiroid tidak terabaToraksCorI: Iktus kordis terlihatP:iktus kordis terabaP: batas jantung dalam batas normalA:Bunyi jantung 1&2 murni regularPulI: Simetris pada keadaan statis dan dinamisP: Fremitus taktil sama kanan dan kiriFremitus vocal sama kanan dan kiriP: Sonor seluruh lapang paruA: Vesikuler breathing sound sama kanan dan kiriRhonki /Wheezing /Abdomen I : Datar lembutA: Bising usus (+)P: Timpani ke 4 QuadranP: Defans muscular (-), Pekaksamping/pekakpindah (-/-), Nyeri tekan (-)

Gambar 1: Antebrachii kanan dari aspek anterior

Gambar 2: Antebrachii kanan dari aspek lateral

Gambar 4: Antebrachii kanan dari aspek posterior

Gambar 5: Antebrachii kanan dari aspek medialStatus Lokalis:Regio antebrachii kanan:Look: Tampak luka terjahit semisirkular di aspek lateral sepanjang 6 cm, Debris (+)Feel: Nyeri tekan adaROM: Gerak aktif dan passif sendi siku tidak bisa dinilai karena nyeri Gerak aktif dan pasif sendi pergelangan tangan sulit dinilai karena nyeriNVD: sensibilitas baik, pulsasi arteri radialis teraba CRT < 2

Pemeriksaan penunjang:Laboratorium tanggal 15/6/2015Hemoglobin11.7

Hematokrit34.9

Leukosit18. 090

Trombosit315.000

Eritrosit4.66

Clotting time800

Bleeding Time300

HbsAgNon-reactive

Gambar 5: Foto x-ray AP/Lateral forearm Gambar 6: Foto x-ray AP/Oblique manusDiagnosis kerja: Open communitive fracture 1/3 right distal radiusTindakan: Infus Ringer Laktat Analgetic Antibiotik Anti tetanus DebridementResumeSeorang laki-laki 54 tahun datang dengan keluhan nyeri pada lengan bawah kanan akibat kecelakaan lalu lintas 5 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien pernah mendapatkan penanganan dari RSUD Daya berupa jahitan luka sebelum dirujuk ke RSWS. Dari pemeriksaan fisik didapatkan luka terjahit semisirkular di aspek lateral antebrachii kanan. Tampak luka di aspek posterior, Ada deformitas, ada swelling, ada hematoma.Nyeri tekan ada. Motion sendi siku dan sendi pergelangan tangan tidak bisa dinilai karena nyeri. Sensibilitas baik, pulsasi arteri radialis dextra masih teraba. Capillary Refill Time kurang dari 2 detik. Riwayat penyakit dahulu tidak ada.

PEMBAHASANI. FrakturDefinisiFraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang bersifat parsial.1Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atautulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapatberupa trauma langsung,misalnya benturan padalengan bawah yang menyebabkan fraktur radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnyajatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya.Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulangpatah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut fraktur terbuka. Fraktur di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan fraktur disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.EtiologiUntuk mengetahui proses terjadinya fraktur maka perlu diketahui terlebih dahulu keadaan fisik dan keadaan trauma yang menyebabkan tulang tersebut patah. Kebanyakan fraktur terjadi sebagai bentuk kegagalan tulang menahan tekanan, terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan.1,2Trauma dapat bersifat : Trauma langsung, trauma langsung menyebabkan penekanan pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan jaringan lunaknya ikut mengalami kerusakan. Trauma tidak langsung, trauma yang dihantarkan kedaerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak didapatkan tetap utuh.1Tekanan pada tulang dapat berupa: Tekanan berputar yang mengakibatkan fraktur bersifat spiral ataupun oblique. Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal. Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi. Kompresi vertical dapat menyebabkan fraktur kominutif. Trauma langsung dengan disertai adanya resistensi pada suatu jarak tertentu akan menyebabkan fraktur oblique. Fraktur yang disebabkan remuk. Trauma karena tarikan pada ligamentum ataupun tendon akan menarik sebagian tulang.1KlasifikasiKlasifikasi secara etiologi: Fraktur traumatik, terjadi sebagai akibat dari fraktur secara tiba tiba. Fraktur patologis, terjadi sebagai akibat dari kelemahan tulang sebelumnya disebabkan oleh kelainan patologis dalam tulang. Fraktur stress, sebagai akibat dari trauma yang terus menerus pada satu tempat.1

Klasifikasi secara klinis: Fraktur tertutup / simple fraktur, merupakan suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. Fraktur terbuka, merupakan fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak dapat berbentuk dari dalam ataupun dari luar. Fraktur dengan komplikasi, merupakan suatu fraktur disertai dengan komplikasi baik kelainan bentuk ataupun adanya infeksi.1Klasifikasi secara radiologis: Lokalisasi- Diafisial - Metafisial - Intra artikular - Fraktur dengan dislokasi

( Sumber : Pengantar Ilmu Bedah ortopedi, 2007 )

Konfigurasi- Fraktur transversal- Fraktur oblique- Fraktur spiral- Fraktur Z- Fraktur segmental- Fraktur kominutif, fraktur yang lebih dari dua segmen.- Fraktur baji, biasa pada vertebra karena trauma kompresi.- Fraktur avulse, suatu segmen kecil yang tertarik.- Fraktur depresi- Fraktur impaksi- Fraktur burst- Fraktur epifisis

( Sumber : Pengantar Ilmu Bedah ortopedi, 2007 )

Ekstensi- Frakktur total

- Fraktur tidak total

- Fraktur bucle atau torus

- Fraktur garis rambut

- Fraktur green stick.

( Sumber : Pengantar Ilmu Bedah ortopedi, 2007 )II. Fraktur TerbukaDefinisiFraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi. Luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang tajam yang keluar menembus kulit atau dari luar karena tertembus peluru atau trauma langsung.1,2Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penaganan terstandard untuk mengurangi resiko infeksi. Selain penyembuhan infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan dari fraktur dan restorsi fungsi dari anggota gerak.1,2

KlasifikasiKlasifikasi yang dianut berdasarkan Gustilo, dan Templemen:

Gambar 3: Menunjukkan klasifikasi open fracture berdasarkan Gustilo and Anderson

Gambar 4: Menunjukkan klasifikasi dari Tscherne TatalaksanaPenanggulangan fraktur terbuka Obati fraktur tebuka sebagai suatu kegawatan dengan melakukan primary survey yang dimulai dari airway, breathing, circulation, disability dan exposurenya. Melakukan resusitasi pada pasien. Evaluasi lokasi lukanya dari kepala hingga ke kaki. Identifikasi luka pada ekstremitas Melakukan penilaian neurologi di lokasi injury. Melakukan penilaian pada jaringan kulit dan tissue yang rusak dengan melakukan eksplorasi di ruangan yg steril atau dengan melakukan pemeriksaan radiologi. Identifikasi kerusakan skeletal dengan melakukan pemeriksaan radiografi. Pada luka yang berdarah lebih baik dilakukan direk pressure daripada dilakukan limb tourniquet atau limb clamping. Melakukan inisiasi antibiotik. Melakukan reduksi pada tempat fraktur. Melakukan debridement sebelum melakukan fiksasi pada fraktur. Sesetengah luka harus dilakukan debridement berulang kali.Tahap tahap pengobatan fraktur terbuka Pembersihan luka. Pembersihan dilakukan dengan cara irigasi dengan NaCl fisiologis secara mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat. Eksisi jaringan mati dan tersangka mati ( debridement ). Semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat pembenihan sehingga diperlukan eksisi secara operasi kulit, jaringan subkutaneus, jaringan lemak, fascia, otot, an fragmen fragmen yang lepas. Pengobatan fraktur itu sendiri, Fraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu traksi skeletal atau reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna tulang. Penutupan kulit, apabila fraktur terbuka diobati dalam waktu emas ( 6 7 jam mulai dari terjadinya kecelakaan ). Hal ini tidak dilakukan apabila mengakibatkan kulit menjadi tegang. Luka dapat dibiarkan terbuka namun tidak lebih dari 10 hari. Pemberian antibiotic. Pencegahan tetanus.1,2

Komplikasi Infeksi Compartment syndromeIII. FRAKTUR RADIUS KLASIFIKASI Berikut ini gejala klinis dari beberapa jenis fraktur yang terdapat pada fraktur radius : Fraktur Kaput RadiusFraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi hampir tidak pernah ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa nyeri saat lengan bawah dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral siku memberi petunjuk untuk mendiagnosisnya. Fraktur Leher RadiusJatuh pada tangan yang terentang dapat memaksa siku ke dalam valgus dan mendorong kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radius dapat retak atau, patah sedangkan pada anak-anak tulang lebih mungkin mengalami fraktur pada leher radius. Setelah jatuh, anak mengeluh nyeri pada siku. Pada fraktur ini kemungkinan terdapat nyeri tekan pada kaput radius dan nyeri bila lengan berotasi. Fraktur Diafisis RadiusKalau terdapat nyeri tekan lokal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan x-ray Fraktur Distal RadiusFraktur Distal Radius dibagi dalam :1) Fraktur GaleazziFraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi radio-ulna distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi ke arah dorsal. Dislokasi mengenai ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang dan lengan bawah dalam keadaan pronasi, atau terjadi karena pukulan langsung pada pergelangan tangan bagian dorsolateral. Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering terjadi.

Gambar 6. Fraktur Galeazzi

2) Fraktur CollesFraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi di korpus distal, biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen distal bergeser ke arah dorsal dan proksimal, memperlihatkan gambaran deformitas garpu-makan malam (dinner-fork). Kemungkinan dapat disertai dengan fraktur pada prosesus styloideus ulna.Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) dengan angulasi ke posterior, dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal ke radial. Dapat bersifat kominutiva. Dapat disertai fraktur prosesus stiloid ulna. Fraktur collees dapat terjadi setelah terjatuh, sehingga dapat menyebabkan fraktur pada ujung bawah radius dengan pergeseran posterior dari fragmen distal

3) Fraktur SmithFraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara langsung pada punggung tangan. Pasien mengalami cedera pergelangan tangan, tetapi tidak terdapat deformitas. Fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau dislokasi fragmen distal ke arah ventral dengan diviasi radius tangan yang memberikan gambaran deformitas sekop kebun (garden spade).

Gambar 7. Fraktur Colles dan fraktur Smith

Gambar 8. Gambaran radiologi fraktur Smith

Gambar 9. Gambaran radiologi fraktur Colles

4) Fraktur Lempeng EpifisisFraktur Lempeng Epifisis merupakan fraktur pada tulang panjang di daerah ujung tulang pada dislokasi sendi serta robekan ligament.Klasifikasi menurut Salter-Harris merupakan klasifikasi yang dianut dan dibagi dalam 5 tipe

Gambar 10. Klasifikasi Salter Harris

Paling umum adalah tipe II, dengan fragmen metafisis triangular terlihat di dorsal.

Tipe ITerjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada tulang, sel-sel pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis. Fraktur ini terjadi oleh karena adanya shearing force dan sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak-anak yang lebih muda. Pengobatan dengan reduksi tertutup mudah oleh karena masih ada perlekatan periosteum yang utuh dan intak. Prognosis biasanya baik bila direposisisdengan cepat

Gambar 11. Cedera Salter Harris tipe I Tipe IIMerupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Garis fraktur melalui sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan membentuk suatu fragmen metafisis yang berbentuk segitiga yang disebut tanda Thurson-Holland. Sel-sel pertumbuhan pada lempeng epifisis juga masih melekat. Trauma yang menghasilkan jenis fraktur ini biasanya terjadi pada anak-anak yang lebih tua. Periosteum mengalami robekan pada daerah konveks tetapi tetap utuh pada daerah konkaf. Pengobatan dengan reposisi secepatnya tidak begitu sulit kecuali bila reposisi terlambat harus dilakukan tindakan operasi. Prognosis biasanya baik, tergantung kerusakan pembuluh darah

Gambar 12. Cedera Salter Harris tipe II pada tulang radius ulna

Tipe IIIFraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur intra-artikuler. Garis fraktur mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian sepanjang garis lempeng epifisis. Jenis fraktur ini bersifat intra-artikuler dan biasanya ditemukan pada epifisis tibia distal. Oleh karena fraktur ini bersifat intra-artikuler dan diperlukan reduksi yang akurat maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka dan fiksasi interna dengan mempergunakan pin yang halus.

Gambar 13. Cedera Salter Harris tipe III atau Tillaux fracture Tipe IVFraktur tipe ini juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melalui permukaan sendi memotong epifisis serta seluruh lapisan epifisis dan berlanjut pada sebagian metafisis. Jenis fraktur ini misalnya fraktur kondilus lateralis humeri pada anak-anak. Pengobatan dengan operasi terbuka dan fiksasi interna dilakukan karena fraktur tidak stabil akibat tarikan otot. Prognosis jelek bila reduksi tidak dilakuakn.

Gambar 14. Cedera Salter Harris tipe IV

Tipe VFraktur tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yang diteruskan pada lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendi penopang badan yaitu sendi pergelangan kaki dan sendi lutut. Diagnosa sulit karena secara radiologik tidak dapat dilihat. Prognosis jelek karena dapat terjadi kerusakan sebagian atau seluruh lempeng pertumbuhan.

Gambar 15. Cedera Salter Harris tipe V

5) Fraktur MonteggiaFraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakan saat jatuh atau pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga proksimal dengan angulasi anterior yang disertai dengan dislokasi anterior kaput radius.(14)

Gambar 16. Fraktur MonteggiaCT scan di gunakan untuk mendeteksi letak struktur fraktur yang kompleks dan menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi, burst fraktur atau fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akan lebih jelas mengevaluasi trauma jaringan lunak, kerusakan ligament dan adanya pendarahan

FRAKTUR GALEAZZIDefinisiAdalah cedera patah tulang yang melibatkan shaft radius dengan dislokasi dari distal radoiulnar joint (DRUJ), cedera ini menganggu aktivitas sendi pergelangan tangan.

EpidemiologiFraktur Galeazzi mencapai 3-7% dari semua patah tulang lengan bawah. Terdapat paling sering pada pria. Meskipun fraktur Galeazzi jarang dilaporkan, fraktut ini diperkirakan mencapai 7% dari seluruh fraktur lengan bawah pada orang dewasa.

EtiologiPenyebab dari fraktur Galeazzi biasanya akibat menahan beban tubuh saat terjatuh sehingga menyebabkan hiperpronasi dari antebrachii.Mekanisme traumaAda beberapa perbedaan pendapat pada mekanisme yang tepat yang menyebabkan terjadinya fraktur Galeazzi. Mekanisme yang paling mungkin adalah jatuh dengan tumpuan pada tangan disertai dengan pronasi lengan bawah yang ekstrim. Daya tersebut diduga melewati artikulasi radiocarpal, mengakibatkan dislokasi dan pemendekan dari tulang radius. Terjadi fraktur pada 1/3 distal radius dan subluksasi atau dislokasi sendi radioulnar distal. Deforming forces termasuk brakioradialis, kuadriseps pronator, dan ekstensor ibu jari, serta berat tangan. Cedera otot dan jaringan lunak yang deformasi yang terkait dengan fraktur ini tidak dapat dikontrol dengan imobilisasi plester.

DIAGNOSISGambaran klinisTerdapat gejala fraktur dan dislokasi pada daerah distal lengan bawah. Adanya tonjolan tulang atau nyeri pada ujung ulnar adalah manifestasi yang paling sering ditemukan. Nyeri dan edema pada jaringan lunak bisa didapatkan pada daerah fraktur radius 1/3 distal dan pada pergelangan tangan. Cedera ini harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologi. Anterior interroseous nerve palsy juga bisa terjadi tapi sering dilewati karena tidak ada komponen sensorik pada temuan ini. Nervus interosseous anterior merupakan cabang dari nervus medianus. Cedera pada nervus interosseous anterior ini bisa mengakibatkan paralisis dari fleksor policis longus dan fleksor digitorum profundus pada jari telunjuk, dan menyebabkan hilangnya mekanisme menjepit antara ibu jari dengan jari telunjuk.

Pemeriksaan radiologisDengan pemeriksaan rontgen diagnosis dapat ditegakkan. Foto radiologi lengan bawah posisi anteroposterior (AP) dan lateral di perlukan untuk menegakkan diagnosis. Foto radiologi ekstremitas kontralateral bisa diambil untuk perbandingan. Foto polos lengan bawah bisa ditemukan cedera pada sendi radioulnar distal: Fraktur pada dasar dari styloideus ulnaris. Pelebaran dari ruang sendi radioulnar distal yang bisa terlihat pada foto posisi AP. Dislokasi radius yang relative dengan ulna pada foto lateral, yang bisa didapatkan dengan mengabduksikan bahu 90. Pemendekan dari radius lebih dari 5 mm relatif dengan ulnar distal.

Gambar 2. Foto radiologis posisi anteroposterior menunjukkan fraktur Galeazzi klasik: fraktur radius yang berbentuk oblik dan transversum dengan adanya dislokasi sendi radioulnar distal.(3)

PENATALAKSANAANPrinsip-prinsip pengobatan fraktur1. Pertolongan pertama membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri sebelum diangkut dengan ambulans2. Penilaian klinis nilai luka, apakah luka tembus tulang atau tidak, adakah trauma pembuluh darah atau saraf atau trauma alat-alat dalam yang lain.3. Resusitasi kebanyakan penderita dengan fraktur multiple tiba di rumah sakit dengan syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya sendiri berupa transfusi darah dan cairan-cairan lainnya serta obat-obat anti nyeri.

Prinsip Pengobatan ada 4, yaitu :1. Recognition (diagnosis dan penilaian fraktur)Awal pengobatan perlu diperhatikan : Lokalisasi fraktur Bentuk fraktur Menentukan teknik yang sesuai dengan pengobatan Komplikasi yang mungkin selama dan sesudah pengobatan2. ReductionMengurangi fraktur dengan cara reposisi fraktur. Harus dengan posisi yang baik yaitu: Alignment yang sempurna Aposisi yang sempurna3. RetentionImobilisasi fraktur4. RehabilitationMengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.Fraktur bersifat tidak stabil dan terdapat dislokasi sehingga sebaiknya dilakukan operasi dengan fiksasi interna. Pada fraktur Galeazzi harus dilakukan reposisi secara akurat dan mobilisasi segera karena bagian distal mengalami dislokasi. Dengan reposisi yang akurat dan cepat maka dislokasi sendi ulna distal juga tereposisi dengan sendirinya. Apabila reposisi spontan tidak terjadi maka reposisi dilakukan dengan fiksasi K-Wire. Operasi terbuka dengan fiksasi rigid mempergunakan plate dan screw.Open reduction internal fixation merupakan terapi pilihan, karena closed treatment dikaitkan dengan tingkat kegagalan yang tinggi. Fiksasi plate dan screw adalah terapi pilihan. Pendekatan Henry anterior (interval antara fleksor karpi radialis dan brakioradialis) biasanya menyediakan eksposur yang cukup untuk melihat fraktur radius, dengan fiksasi plate pada permukaan yang datar, permukaan volar dari radius.Cedera sendi radioulnar distal biasanya menyebabkan ketidakstabilan bagian dorsal, karena itu, capsulotomy dorsal dapat dilakukan untuk mendapatkan akses ke sendi radioulnar distal jika tetap dislokasi setelah radius difiksasi. Fiksasi Kirschner wire mungkin diperlukan untuk mempertahankan reduksi dari sendi radioulnar distal jika ianya tidak stabil. Jika sendi radioulnar distal diyakini stabil, bagaimanapun, imobilisasi plester pasca operasi mungkin sudah cukup. ORIF (Open Reduction internal fixation)Reposisi terbuka dan fiksasi internaKeuntungan : Reposisi anatomis Mobilisasi dini tanpa fiksasi luarIndikasi : Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avaskular nekrosisnya tinggi. Misalnya fraktur talus dan fraktur collum femur Fraktur yang tidak bisa direposisi tetutup, misalnya fraktur avulse dan fraktur dislokasi Fraktur yang dapat direposisi tetapi sullit dipertahankan Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi, misalnya fraktur femur

Gambar. Fiksasi internal

Ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi pada pasien dengan fraktur Galeazzi:1. Sendi radio-ulnar tereduksi dan stabilTidak dilakukan tindakan lanjut. Lengan di istirihatkan untuk beberapa hari, kemudian dilakukan pergerakan aktif dengan hati-hati. Sendi radio-ulnar harus diperiksa baik secara klinis dan radiologis setelah 6 minggu.2. Sendi radio-ulnar tereduksi tapi tidak stabilImobilisasi lengan dalam posisi stabil (biasanya supinasi), jika diperlukan disertai juga dengan K-wire transversum. Lengan di balut dengan cast di bagian atas siku selama 6 minggu. Jika terdapat fragmen styloideus ulnaris yang besar, maka harus direduksi dan difiksasi.

3. Sendi radio-ulnar tidak tereduksiKeadaan ini jarang didapatkan. Open reduction harus dilakukan untuk membersihkan jaringan lunak yang rusak. Setelah itu lengan di imobilisasi dalam posisi supinasi selama 6 minggu.

Manajemen pascaoperasi:1. Jika sendi radioulnar distal stabil: Pergerakan dini adalah dianjurkan.2. Jika sendi radioulnar distal tidak stabil: Imobilisasi lengan dalam posisi supinasi selama 4 sampai 6 minggu dengan menggunakan long arm splint atau cast.3. Pin sendi radioulnar distal, jika diperlukan, dan akan dilepas pada 6 sampai 8 minggu.

Komplikasi1. Malunion: Reduksi nonanatomik dari fraktur radius disertai dengan kegagalan untuk mengembalikan alignment rotasi atau lateral dapat mengakibatkan hilangnya fungsi supinasi dan pronasi, serta nyeri pada range of motion. Ini mungkin memerlukan osteotomy atau ulnar distal shortening untuk kasus-kasus di mana gejala pemendekan dari radius mengakibatkan ulnocarpal impaction2. Nonunion: Ini jarang terjadi dengan fiksasi yang stabil, tetapi mungkin memerlukan bone grafting.3. Compartement syndrome: kecurigaan klinis harus diikuti dengan pemantauan tekanan kompartemen dengan fasciotomy darurat setelah didiagnosa sebagai sindrom kompartemen.4. Cedera neurovaskuler: Biasanya iatrogenik. Cedera saraf radialis superfisial (dibawahnya brakioradialis) adalah beresiko dengan pendekatan radius anterior. Cedera saraf interoseus posterior (di supinator) adalah beresiko dengan pendekatan radius proksimal. Jika pemulihan tidak terjadi, eksplorasi saraf setelah 3 bulan.5. Radioulnar synostosis: Jarang terjadi (3% sampai 9,4% kejadian) Faktor risiko meliputi: Fraktur kedua tulang pada tingkat yang sama (11% kejadian). Closed head injury Penundaan operasi > 2 minggu. Satu sayatan untuk fiksasi kedua fraktur lengan bawah. Penetrasi pada membran interoseus oleh bone grafting atau screw, fragmen tulang, atau peralatan bedah. Crush injury. Infeksi. Prognosis terburuk adalah dengan synostosis distal, dan yang terbaik adalah dengan synostosis diafisis.6. Dislokasi rekuren: Ini bisa terjadi akibat dari malreduksi dari radius. Ini menekankan bahwa perlunya pemulihan secara anatomi pada fraktur radius untuk memastikan penyembuhan yang cukup dan fungsi biomekanik dari sendi radioulnar distal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley. A Graham, louis Solomon.Buku Ajar Orthopedi dan fraktur sistem Alpley. Penerbit widya medika. Jakarta1. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Injuries of the forearm and wrist. In: (Solomon L, Warwick D, Nayagam S. eds.) Apleys System of Orthopaedics and Fractures. Ninth Edition.UK: Hodder Arnold.20101. Rasjad Chairuddin, Struktur dan Fungsi Tulang dalam: Rasjad Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Cetakan keenam. Penerbit PT. Yarsif Watampone. Jakarta. 2009.1. Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah ed 2. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.20051. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Ekstermitas Superior: Lengan Bawah. EGC: Jakarta. 2006. Hal: 4671. Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

28 | Page