BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Perjanjian ...eprints.umm.ac.id/38922/3/BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Perjanjian ...eprints.umm.ac.id/38922/3/BAB...
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjaun Umum Tentang Perjanjian
1. Pengertian dan Asas Perjanjian
Menurut Pasal 1313 KUHPerdata mengatur bahwa suatu perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Pengertian ini sebenarnya tidak
begitu lengkap, tetapi dengan pengertian ini, sudah jelas bahwa dalam
perjanjian itu terdapat satu pihak mengikatkan diri kepada pihak lain.
Pengertian ini sebenarnya seharusnya menerangkan juga tentang adanya dua
pihak yang saling mengikatkan diri tentang sesuatu hal.17
Menurut Subekti suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana orang
berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan
antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu
menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam
bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang
mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.18
Dalam perjanjian dikenal beberapa asas penting yang merupakan
dasar kehendak pihak-pihak dalam mencapai tujuan. Beberapa asas tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:19
17 Ahmadi Miru dan Sakka Pati, 2008, Hukum Perikatan (Penjelasan Makna Pasal 1233
Sampai 1456 BW), Rajagarfindo Perdasa, Jakarta, hlm. 63. 18 Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, cetakan 20, Intermasa, Jakarta, hlm. 1. 19 Salim HS, 2014, Hukum Kontrak (Teori & Teknik Penyusunan Kontrak), Sinar
Grafika, Jakarta, hlm.
19
a. Asas kebebasan berkontrak.
Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal
1338 ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi: “Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”. Asas kebebasan berkontrak adalah salah satu asas yang
memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:
(1) Membuat atau tidak membuat perjanjian,
(2) Mengadakan perjanjian dengan siapapun,
(3) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan
(4) Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.
b.Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat
1 BW. Dalam pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya
perjanjian yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak. Asas
konsensualisme merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian
pada umumnya tidak diadakan secara formal, tapi cukup dengan
adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan merupakan
persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua
belah pihak.
c. Asas Pacta Sunt Servanda
Asas pacta sunt servanda atau disebut juga dengan asas kepastian
hukum. Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt
servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus
20
menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana
layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan
intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak.20
Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338
ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi : “Perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang.”
d. Asas Itikad Baik (Goede Trouw)
Asas itikad baik dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (3)
KUHPerdata. Pasal 1338 ayat (3) berbunyi : “Perjanjian harus
dilaksanakan dengan itikad baik”. Asas itikad merupakan asas bahwa
para pihak, yaitu kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi
kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau
kemauan baik dari para pihak.
Asas itikad baik dibagi menjadi dua macam yaitu itikad baik nisbi
dan itikad baik mutlak. Pada itikad baik nisbi, orang memperhatikan
sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada itikad baik mutlak,
penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang
objektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak) menurut
norma-norma yang objektif.21
e. Asas Kepribadian (Personalitas)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa
seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk
20 Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, cetakan 20, Intermasa, Jakarta, hlm.10
21Ibid. hlm 12
21
kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315
KUHPerdata. Pasal 1315 KUHPerdata berbunyi: “Pada umumnya
seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk
dirinya sendiri.” Inti ketentuan ini bahwa seseorang yang mengadakan
perjanjian hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Pasal 1340
KUHPerdata berbunyi: “Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang
membuatnya”. Ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak
hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun ketentuan itu ada
pengecualiannya, sebagaimana yang diintrodusir dalam Pasal 1317
KUHPerdata, yang berbunyi: “Dapat pula perjanjian diadakan untuk
kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri
sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu
syarat semacam itu”.22
2. Syarat Sah dan Unsur Perjanjian Menurut Pasal 1320 KUHPerdata
Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, untuk sahnya suatu perjanjian
diperlukan empat syarat:Kesepakatan, Kecakapan, Mengenai suatu hal
tertentu , Suatu sebab yang halal.
Berikut ini penjelasan dari syarat sahnya suatu perjanjian:
a. Kesepakatan
Kesepakatan diperlukan dalam mengadakan perjanjian, ini berarti
bahwa kedua belah pihak haruslah mempunyai kebebasan kehendak,
22Ibid. hlm 12
22
artinya masing-masing pihak tidak mendapat suatu tekanan yang
mengakibatkan adanya cacat dalam melakukan kehendaknya.23
Pengertian sepakat dilukiskan sebagai pernyataan kehendak yang
disetujui antara para pihak. Pernyataan pihak yang menawarkan
dinamakan tawaran (offerte), sedangkan pihak yang menerima tawaran
dinamakan akseptasi (acceptatie).24 Tidak selamanya para pihak
berhadapan langsung untuk menyampaikan kesepakatannya.
b. Kecakapan
Seorang oleh hukum dianggap tidak cakap untuk melakukan
kontrak jika orang tersebut belum berumur 21 tahun, kecuali ia telah
kawin sebelum cukup 21 tahun. Sebaliknya setiap orang yang berumur
21 tahun keatas, oleh hukum dianggap cakap, kecuali karena suatu hal
dia ditaruh di bawah pengampuan seperti gelap mata, dungu, sakit
ingatan, atau pemboros.25
c.Mengenai suatu hal tertentu
Syarat ketiga ditentukan bahwa suatu perjanjian harus mengenai
suatu hal tertentu, artinya apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban
kedua belah pihak jika timbul suatu perselisihan.26 Hal tertentu ini dalam
23 I Ketut Oka setiawan, 2016, Hukum Perikatan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.61
24 Mariam Darus Badrulzaman, Sutan Remy Sjahdeini, Heru Supraptomo, Faturrahman Djamil dan Taryana Soenandar, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Jakarta, hlm.73
25 Ahmadi Miru, 2011, Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, hlm 23-24
26 Subekti, Op.Cit, hlm.19.
23
kontrak disebut prestasi yang dapat berwujud barang, keahlian atau
tenaga, dan tidak berbuat sesuatu.27
d.Suatu sebab yang halal
Syarat keempat untuk suatu perjanjian yang sah adanya suatu sebab
yang halal. Dengan sebab (bahasa Belanda oorzaak, Bahasa Latin causa)
ini dimaksudkan tiada lain dari pada isi perjanjian. Dorongan jiwauntuk
membuat suatu perjanjian pada asasnya tidak diperdulikan oleh undang-
undang.28
Hukum tidak memperhatikan apa yang ada dalam benak ataupun hati
seseorang. Yang diperhatikan oleh hukum adalah apa yang tertulis, yang
pada pokoknya menjadi perikatan yang harus atau wajib dilaksanakan oleh
debitor dalam perjanjian tersebut.29
Undang-undang hanya melihat pada apa yang tercantum dalam
perjanjian yang merupakan prestasi yang harus dilakukan oleh para pihak,
yang merupakan prestasi pokok, yang merupakan unsur esensialia atau yang
terkait erat dengan unsur esensialia dalam perjanjian tersebut, yang tanpa
adanya unsur esensialia tersebut, tidak mungkin perjanjian tersebut akan
dibuat oleh para pihak.30
27 Ahmadi Miru, Op.Cit, hlm.30.
28 Subekti, Op. Cit., hlm. 19. 29 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2010, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Raja Grafindo, Jakarta, hlm.161
30Ibid, hlm.163
24
Dalam perkembagan doktrin ilmu hukum, dalam suatu kontrak
dikenal adanya tiga unsur dalam perjanjian, yaitu:31
(a) Unsur Esensialia
Unsur esensialia merupakan unsur yang harus ada dalam suatu
kontrak karena tanpa adanya kesepakatan tentang unsur esensialia ini
maka tidak ada kontrak. Sebagai contoh, dalam kontrak jual beli harus
ada kesepakatan mengenai barang dan harga karena tanpa kesepakatan
mengenai barang dan harga dalam kontrak jual beli, kontrak tersebut
batal demi hukum karena tidak ada hal tertentu yang diperjanjikan.
(b) Unsur Naturalia
Unsur naturalia merupakan unsur yang telah diatur dalam
undang-undang sehingga apabila tidak diatur oleh para pihak dalam
kontrak, undang-undang yang mengaturnya. Dengan demikian, unsur
naturalia ini merupakan unsur yang selalu dianggap ada dalam
kontrak. Sebagai contoh, jika dalam kontrak tidak diperjanjikan
tentang cacat tersembunyi, secara otomatis berlaku ketentuan dalam
BW bahwa penjual yang harus menanggung cacat tersembunyi.
(c) Unsur Aksidentalia
Unsur aksidentalia merupakan unsur yang nanti ada atau
mengikat para pihak jika para pihak memperjanjikannya. Sebagai
contoh, dalam kontrak jual beli dengan angsuran diperjanjikan bahwa
apabila pihak debitur lalai membayar utangnya, dikenakan denda dua
31 Ahmadi Miru, Op.Cit., hlm.31
25
persen perbulan keterlambatan, dan apabila debitur lalai membayar
selama tiga bulan berturut-turut, barang yang sudah dibeli dapat
ditarik kembali oleh kreditor tanpa melalui pengadilan. Demikian pula
klausul-klausul lainnya yang sering ditentukan dalam suatu kontrak,
yang bukan merupakan unsur esensial dalam kontrak tersebut.
B. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kemitraan
A. Pengertian dan Unsur Perjanjian Kemitraan
Kemitraan memiliki banyak pengertian yang telah dikemukakan oleh
banyak sarjana. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata mitra memiliki
arti teman, pasangan kerja, rekan, kawan kerja, sedangkan kemitraan adalah
perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra.32
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil
pengertian kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kcil dengan
usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah
atau usaha besar dengan mempelihatkan prinsip saling memerlukan,saling
memperkuat, dan saling menguntungkan.
Selain dari KBBI dan UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM,
ada beberapa sarjana yang telah mengemukakan pendapatnya terkait
pengertian kemitraan. Menurut Hafsah, kemitraan adalah suatu strategi
32 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan,1990 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Ketiga. Jakarta. Balai
Pustaka, hlm.588
26
bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu
untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan
saling membesarkan.33 Selain itu ada Ian Linton yang mengemukakan
pengertian kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis dimana pemasok
dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis
bersama.34
Semua pengertian tentang kemitraan yang diuraikan diatas
menunjukkan bahwa satu sama lain memiliki titik penekanan yang sama
baik dari para sarjana maupun yang telah tertera dalam peraturan
perundang-undangan, yang pada intinya kemitraan adalah suatu suatu
kerjasama dalam melakukan kegiatan usaha yang merupakan strategi bisnis
dengan tujuan untuk mengembangkan usaha yang dilandasi prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.
Merujuk pada pengertian kemitraan yang dicantumkan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM, maka kemitraan
mengandung beberapa unsur pokok, sebagai berikut :
(a) Kemitraan adalah Kerjasama Usaha
Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini, jalinan
kerjasama yang dilakukan antara usaha besar atau menengah dengan
usaha kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau memiliki
33 Muhammad Jafar Hafsah,1999 Kemitraan Usaha. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.
hlm.43
34 Ian Linton,1997 Kemitraan Meraih Keuntungan Bersama. Jakarta . Halirang. hlm.10
27
derajat yang sama. Ini berarti bahwa dalam hubungan kerjasama
melalui kemitraan ini semua pihak yang terlibat memiliki hak dan
kewajiban yang setara, tidak ada yang saling mengeksploitasi, tidak ada
pihak yang dirugikan, serta tumbuh dan berkembangnya rasa saling
percaya diantara para pihak dalam mengembangkan usahanya
(b) Para pihak adalah Pengusaha Besar atau Menengah dan Pengusaha
Kecil
Dalam kerjasama kemitraan, pengusaha besar atau menengah
dapat menjalin hubungan kerjasama yang saling menguntungkan
dengan pengusaha kecil dalam menjalankan kegiatan bisnis demi
tercapainya kesejahteraan bersama.
(c) Kemitraan dilandasi prinsip-prinsip saling memerlukan, saling
memperkuat, dan saling menguntungkan.
Dimana antara prinsip satu dengan prinsip lainnya harus dapat
terpenuhi semua sehingga usaha yang menggunakan perjanjanjian
kemitraan tersebut dapat dikatakan berhasil.
Dalam sebuah perjanjian kemitraan selalu dilandasi dengan prinsip-
prinsip diantaranya yaitu :
(1) Prinsip saling memerlukan
Menurut Mariotti, kemitraan merupakan suatu rangkaian proses
yang dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi
keunggulan dan kelemahan usahanya. Pemahaman akan keunggulan
yang ada akan menghasilkan sinergi yang bedampak pada efisiensi,
28
turunnya biaya produksi, dan sebagainya. Penerapannya dalam
kemitraan, perusahaan besar dapat menghemat tenaga dalam mencapai
target tertentu dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh
perusahaan yang kecil. Sebaliknya, perusahaan yang lebih kecil, yang
umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi, permodalan,
dan sarana produksi, dapat menggunakan teknologi dan sarana produksi
yang dimiliki oleh perusahaan besar.35
(2) Prinsip saling memperkuat
Sebelum para pihak bekerja sama, masing-masing pihak
mempunyai keinginan untuk mendapatkan nilai tambah tertentu. Nilai
tambah ini selain diwujudkan dalam bentuk nilai ekonomi seperti
peningkatan modal dan keuntungan, perluasan pangsa pasar, tetapi juga
ada nilai tambah yang bersifat non-ekonomi, seperti peningkatan
kemampuan manajemen, penguasaan teknologi, dan kepuasan tertentu.
Keinginan ini merupakan konsekuensi logis kemitraan. Kemitraan juga
mengandung makna sebagai tanggung jawab moral, karena pengusaha
besar atau menengah dituntut untuk membimbing dan membina
pengusaha kecil mitranya agar mampu mengembangkan usahanya
sehingga menjadi mitra yang handal dan tangguh dalam meraih
keuntungan untuk kesejahteraan bersama. Hal ini harus disadari juga oleh
masing-masing pihak yang bermitra bahwa para pihak memiliki
perbedaan dan keterbatasan, baik yang berkaitan dengan manajemen,
35 John L. Mariotti, dalam Muhammad Jafar Hafsah, Op.cit., Hlm.51
29
penguasaan ilmu pengetahuan maupun penguasaan sumber daya. Dengan
bermitra nilai tambah yang diterima akan lebih besar. Oleh karena itu
prinsip kemitraan harus didasarkan pada unsur saling memperkuat.
(3) Prinsip saling menguntungkan
Salah satu maksud dan tujuan dari kemitraan usaha adalah “winwin
solution.” Dalam kemitraan tidak berarti para pihak harus memiliki
kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang esensial adalah adanya
posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Pada
kemitraan usaha hubungan bersifat timbal balik , bukan seperti
kedudukan antara buruh dengan majikan, atau antara atasan dengan
bawahan. Berpedoman dari kesetaraan kedudukan bagi masing masing
pihak yang bermitra, maka tidak ada pihak yang tereksploitasi tetapi
justru rasa saling percaya yang pada akhirnya dapat meningkatkan
keuntungan.
Kemitraan harus dilaksanakan secara terencana, terbuka, terpadu
professional dan bertanggung jawab dan dengan prinsip-prinsip dasar antara
lain, prinsip saling menguntungkan, saling menghargai, ketergantungan
antara perusahan dan masyarakat sekitar. Atas dasar perjanjian yang telah
disetujui oleh para pihak, secara yuridis para pihak akan terikat dengan hak
dan kewajiban masing-masing, selanjutnya isi perjanjian tersebut harus
dilaksanakan dengan iktikad baik atau good faith dan tidak dapat dibatalkan
secara sepihak. Kewajiban dari perusahaan yang memberikan persetujuan
perjanjian kerjasama adalah membina, mengawasi aktivitas. Sedangkan
30
kewajiban dari pihak perusahaan kecil adalah menaati peraturan, syarat dan
prosedur, serta pelaksanaan tugas sesuai dengan perjanjian. Perjanjian
kerjasama tersebut berupaya untuk mengembangkan usaha kecil yang
konsentrasi pada bidang perjasaan, di sisi lain telah memungkinkan untuk
lebih optimal melakukan persaingan diantara usaha-usaha kecil lainnya,
sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan antara pengusaha
besar dan pengusaha kecil, sehingga upaya dalam membangun kemitraan
adalah terciptanya suatu penghubung antar berbagai perusahaan untuk
meningkatan potensi usaha di Indonesia tidak hanya secara kuantitas,
kualitasnya pun terus meningkat seiring dengan perubahan ekonomi. Ada
hal yang sangat perlu diperhatikan dalam sebuah perjanjian kemitraan yakni
tentang syarat sahnya suatu perjanjian yang dituangkan dalam Pasal 1320
KUHPerdata. Hal tersebut adalah mengenai syarat subjektif dan syarat
objektif.
Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain,
khususnya yang besar atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian
pihak pihak yang bermitra. Kemitraan usaha yang kita inginkan bukanlah
kemitraan yang bebas nilai, melainkan kemitraan yang tetap dilandasi oleh
tanggung jawab moral dan etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan
demokrasi ekonomi. Adapun syarat-syarat kemitraan adalah sebagai
berikut:36
36 Direktorat Pengembangan Usaha, Peluang Usaha Kemitraan, Yogyakarta. Gajah Mada
Press. hlm 20-21
31
(a) Perusahaan mitra harus memenuhi syarat: mempunyai itikad baik
dalam membantu usaha kelompok mitra, memiliki teknologi dan
manajemen yang baik, menyusun rencana kemitraan dan berbadan
hukum.
(b) Kelompok mitra yang akan menjadi mitra usaha diutamakan telah
dibina oleh pemerintah daerah.
(c) Perusahaan mitra dan kelompok mitra terlebih dahulu menandatangani
perjanjiankemitraan.
Isi dari perjanjian kerjasama yaitu menyangkut jangka waktu, hak dan
kewajiban termasuk kewajiban melapor kemitraan kepada instansi pembina
teknis didaerah, pembagian resiko penyelesaian bila terjadi perselisihan dan
kepastian hukum bagi kedua belah pihak.
C. Tinjauan Tentang Bisnis Online dan Electronic Commerce (Transaksi
Elektronik)
Dalam perkembangan dunia usaha, saat ini internet mulai dimanfaatkan
dalam menjalankan suatu bisnis atau usaha. Sistem bisnis dengan
menggunakan sarana internet ( interconection network) saat ini telah
menghadirkan sistem baru dalam dunia bisnis yang selanjutnya disebut dengan
istilah electronic commerce (transaksi elektronik). Electronic commerce atau e-
commerce lahir atas tuntutan perkembangan teknologi informasi dan tuntutan
masyarakat terhadap layanan perdagangan dan bisnis yang serba cepat, praktis,
serta mudah, tentunya sesuai dengan kualitas dan kualitas yang diinginkan.
32
E-commerce merupakan sebuah kegiatan transaksi perdagangan baik
barang dan jasa melalui media elektronik yang bertujuan untuk memudahkan
konsumen dalam kegiatan transaksi di internet. E-commerce memiliki
keunggulan dari segi efisiensi dan kemudahan dalam kegiatan transaksi
perdagangan atau bisnis. E-commerce juga dapat diartikan sebagai suatuu
proses berbisnis dengan menggunakan teknologi elektronik yang
menghubungkan antara perusahaan, konsumen dan masyarakat dalam bentuk
transaksi elektronik dan pertukaran/penjualan barang, servis dan informasi
secara elektronik.37
Dalam bahasa Inggirs, electronic commerce memiliki makna yaitu
penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem
elektronik seperti internet atau televisi, www, atau jaringan komputer lainnya.
E-commerce dapat melibatkan transfer data elektronik, pertukaran data
elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data
otomatis. Industri teknologi informasi melihat kegiatan e-commerce ini sebagai
aplikasi dan penerapan dari e-bisnis (e-business) yang berkaitan dengan
transaksi komersial, seperti:38 transfer dana secara elekttronik, SCM (supply
chain management), pemasaran elektronik (e-marketing), pemrosesan transaksi
on-line, pertukaran data elektronik, dan lain-lain.
Berdasarkan ketentuan pasal I angka 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
37Tim KajianPustaka.com. 2013. Perdagangan Elektronik E-commerce.
http://www.kajianpustaka.com . Diakses pada tanggal 2 Mei 2018 Pukul 22.00 WIB
38 Wikipedia. 2018. Perdagangan Elektronik http://id.m.wikipedia.org/wiki/Perdagangan
elektronik/ . Diakses pada tanggal 2 Mei 2018 Pukul 22.15 WIB.
33
Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik ,Transaksi Elektronik adalah
perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan
komputer, dan/atau media elektronik lainnya.
Riyeke Ustadiyanto dalam bukunya Framework E-commerce
memberikan definisi tentang e-commerce yaitu merupakan suatu kontrak untuk
transaksi perdagangan antara penjual dan pembeli dengan menggunakan media
internet.39 Jadi proses pemesanan barang, pembayaran transaksi hingga
pengiriman barang dilakukan melalui internet.
Semua kontrak yang terjadi dalam kegiatan perdagangan atau bisnis baik
secara manual maupun melalui media internet yang biasa disebut dengan
transaksi e-coommerce harus memenuhi syarat dan ketentuan yang tertuang
dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang diakui sebagai perjanjian mengikat bagi
para pihak yang membuat suatu perjanjian atau perikatan.
Transaksi e-commerce merupakan perjanjian jual beli seperti yang
dimaksud oleh KUH Perdata, karena ia merupakan suatu perjanjian maka ia
melahirkan juga apa yang disebut sebagai prestasi, yaitu kewajiban suatu pihak
untuk melaksanakan hal-hal yang ada dalam suatu perjanjian. Dengan adanya
sebuah prestasi maka memungkinkan terjadinya wanprestasi atau tidak
dilaksanakannya prestasi sebagaimana mestinya yang dilaksanakan oleh
kontrak kepada pihak-pihak tertentu.
39Ryeke Ustadiyanto. 2001. Framework e-commerce, Yogyakarta:Andi Offcet, hal.1
34
Perjanjian atau kontrak dalam transaksi elektronik memiliki tipe dan
variasi yaitu :40
1) Kontrak melalui chatting dan video conference
Chatting dan video conference adalah sebuah alat komunikasi
yang disediakan oleh internet yang digunakan untuk melakukan
dialog interaktif secara langsung. Seseorang dapat berkomunikasi
dan berinteraksi secara langsung dengan orang lain melalui
Personal Computer (PC) nya masing-masing, dengan satu atau
beberapa pihak dengan melihat gambar rekan bisnnisnya secara
langsung dan interaktif.
2) Kontrak melalui email
Kontrak email adalah salah satu kontrak online yang sangat
populer, hal ini dikarenakan pengguna email saat ini sangat banyak
dan mendunia dan dapat menghemat waktu dan biaya yang sangat
murah. Alamat email itu sendiri diperoleh dengan berlangganan
secara cuma-cuma kepada penyedia layanan email gratis atau pada
server ISP tertentu. Kontrak email dapat berupa penawaran yang
dikirimkan kepada orang-orang yang tergabung dalam sebuah
mailing list dan penawaran barangnya dapat dilakukan dengan
memposting penawaran melalui web site untuk kemudian
penerimaannya dilakukan melalui email.
40M.Arsyid Sanusi. 2001. E-commerce(Hukum dan Solusinya), Jakarta:PT. Mitra Grafika
Sarana. hal.64
35
3) Kontrak melalui web site
Kontrak melalui website terjadi apabila pihak e-merchant
memiliki deskripsi produk atau jasa dalam suatu halaman web dan
dalam halaman tersebut ada terdapat form pemesanan, sehingga
dengan mengisi formnya konsumen dapat membeli barang atau jasa
yang ditawarkan.
Selain memiliki tipe dan variasi dalam bentuk perjanjiannya, Electronic
Commerce juga memiliki beberapa ruang lingkup yaitu terdiri dari :41
1) Bisnis ke bisnis (business to business atau B2B)
Bisnis ke bisnis merupakan sistem komunikasi yang
dilakukan antara pelaku bisnis ke pelaku bisnis lainnya yang
dilakukan secara rutin dan dalam kapasitas yang besar. Dengan
kata lain, aktivitas e-commerce dalam lingkup ini ditujukan untuk
menunjang kegiatan para pelaku bisnis itu sendiri. Karakteristik
yang umum dalam ruang lingkup B2B ini adalah :
a) Trading Partners yang sudah saling mengetahui dan antara
mereka sudah terjalin hubungan yang berlangsung cukup lama.
Pertukaran informasi terjadi karena mereka sudah saling
mengenal dan dilakukan atas dasar kebutuhan dan rasa
percaya.
41Onno w.purbo dan Aang Arif Wahyudi. 2001. Mengenal e-Commerce, Jakarta:Elex
Media Komputindo
36
b) Pertukaran dilakukan secara berulang-ulang dan berkala
format data yang telah disepakati. Service yang digunakan
kedua sistem tersebut sama dan menggunakan standart yang
sama.
c) Salah satu pelaku tidak harus menunggu partner mereka
yang lain untuk mengirimkan data
d) Model yang umumnya digunakan adalah peer to peer atau
dari satu titik ke titik lainnya, dimana processing
intelligence dapat di distribusikan oleh kedua pelaku bisnis.
2) Bisnis ke konsumen (business to consumer atau B2C)
Bisnis ke konsumen merupakan suatu transaksi yang
dilakukan oleh pelaku usaha dan pihak konsumen untuk memenuhi
suatu kebutuhan tertentu dan pada saat tertentu pula. Produk yang
diperjualbelikan dalam transaksi ini merupakan produk barang dan
jasa baik dalam bentuk berwujud maupun dalam bentuk elektronik
yang siap untuk digunakan. Perkembangan transaksi ini tidak
hanya membawa keuntungan pada pelaku usaha saja, melainkan
pihak konsumen juga mendapat keuntungan yang sama, meskipun
penyimpangan di dunia maya kemungkinan dapat terjadi.
Karakteristik dari transaksi B2C ini adalah :
a) Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan secara
umum
b) Service yang diberikan juga bersifat umum sehingga
mekanisme dapat digunakan oleh banyak orang
37
c) Service yang diberikan adalah berdasarkan permintaan.
Konsumen berinisiatif sedangkan produsen harus merespon
terhadap inisiatif konsumen tersebut.
d) Sering dilakukan pendekatan client-server dimana konsumen
berada di pihak client menggunakan sistem yang muncul
berbasis web site dan penyedia barang dan jasa (business
procedur) berada pada pihak server. Pelayanan yang diberikan
dalam transaksi ini berdasarkan pada permintaan konsumen.
Masalah perlindungan konsumen dalam lingkup ini adalah
produk yang diperjualbelikan merupakan barang dan jasa yang
siap dikonsumsi. Jenis perjanjian dalam metode ini pada
umumnya merupakan perjanjian online yang telah berbentuk
perjanjian dan ditawarkan kepada pihak umum dalam bentuk
take it or leave itcontract
3) Konsumen untuk konsumen (consumer to consumer atau C2C)
Consumer to consumer merupakan transaksi bisnis elektronik
yang dilakukan antar pihak konsumen dengan konsumen untuk
memenuhi suatu kebutuhan tertentu dan pada saat tertentu juga.
Ruang lingkup C2C ini bersifat lebih khusus karena transaksi
dilakukan oleh konsumen dengan konsumen yang memerlukan
transaksi melalui internet sebagai sarana tukar menukar informasi
tentang produk, harga maupun kualitas dan pelayanannya. Para
customer dapat membentuk komunitas sebagai pengguna atau
38
penggemar produk untuk memberikan penilaian terhadap
pelayanan suatu perusahaan sehingga customer memiliki
kedudukan/posisi tawar yang tinggi.
Pada prakteknya, model transaksi yang banyak dipakai oleh konsumen
sampai saat ini adalah model B2B dan B2C. Berbeda dengan B2C yang pada
umumnya menggunakan jaringan terbuka sehingga informasi dapat disebarkan
ke masyarakat umum. B2B memiliki ciri-ciri yang berbeda dimana informasi
hanya dipertukarkan melalui mitra bisnisnya saja, meskipun dilakukan
menggunakan media internet juga. Dengan melihat cirri dan karakteristik dari
model transaksi e-commerce, jika pelaku bisnis mampu mengoptimalkan
kemampuan dalamtransaksi akan mendapatkan keuntungan yang besar.
D. Tinjauan Umum Hubungan Hukum Dalam Penyelenggaraan
Pengangkutan Umum Konvensional
Pengangkutan adalah kegiatan pemuatan penumpang atau barang
kedalam alat pengangkut, pemindahan penumpang atau barang ketempat tujuan
denghan alat pengangkut, dan penurunan penumpang atau pembongkaran
barang dari alat pengangkut ketempat tujuan yang disepakati.42Sedangkan
hukum pengangkutan adalah sebuah perjanjian timbal-balik, yang mana pihak
pengangkut mengikat diri untuk untuk menyelenggarakan pengangkutan
barang dan/atau orang ketempat tujuan tertentu, sedangkan pihak lainnya
42 Abdulkadir Muhammad, 2008. Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung, Citra Aditya
Bakti. hlm.4
39
(pengirim atau penerima, penumpang) berkeharusan untuk menunaikan
pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut.43
Perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian di mana satu pihak
menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu
tempat ke lain tempat, sedangkan pihak yang lain menyanggupi akan
membayar ongkosnya.44 Dalam perjanjian pengangkutan menimbulkan akibat
dan hubungan hukum antara pelaku usaha dengan penumpang sebagai suatu
hal yang dikehendaki dan disepakati oleh kedua belah pihak.
Perjanjian pengangkutan dapat disebut sebagai perjanjian timbal balik,
yaitu konsumen mendapatkan hak atas layanan pengangkutan dengan
melakukan kewajiban membayar biaya pengangkutan, untuk penyelenggara
pengangkutan mendapatkan hak menerima pembayaran jasa pengangkutan
dengan melakukan kewajiban menyelenggarakan pelayanan pengangkutan.
Sehingga hubungan hukum yang tercipta hanya ada pada kedua belah
pihak yaitu antara penyelenggara pengangkutan umum konvensional dengan
penggunan layanan pengangkutan umum konvensional atau konsumen.
E. Tinjauan Umum Hubungan Hukum Dalam Penyelenggaraan
Pengangkutan Umum Online
Dalam pengangkutan transportasi umum online ada beberapa pihak yang
terlibat dalam penyelenggaran transportasi online dengan mengikatkan dirinya
pada sebuah perjanjian. Pihak-pihak tersebut adalah:
43 Sution Usman Adji, 1991, Hukum Pengangkutan Di Indonesia, Jakarta, Rinka
Cipta.hlm.6-7
44 R.Subekti, 1985, Hukum Perjanjian, Bandung, Mandar Maju, hlm.221
40
1) Perusahaan Penyedia Aplikasi Layanan Transportasi Online
Perusahaan merupakan pihak yang membuat, memiliki, dan
mengurus aplikasi layanan transportasi online yang dimanfaatkan oleh
konsumen yang telah terdaftar untuk memperoleh jasa layanan antar-jemput
barang dan/atau orang, layanan pesan antar barang ataupun jasa lainnya
dengan kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat atau jasa lainnya
sehubungan dengan aplikasi layanan transportasi online.
Dimana perusahaan dalam hal ini mempunyai hak sebagai pemilik
aplikasi layanan transportasi online sehingga dapat mengubah atau
menambahkan kebijakan seerta persyaratan dalam aplikasi layanan
transportasi online tersebut dari waktu ke waktu atas dasar pertimbangannya
sendiri. Selain itu perusahaan juga merupakan pihak yang mengelola
kerjasama dengan mitra dan menyediakan jasa manajemen operasional para
mitra sehubungan dengan penggunaan aplikasi layanan transportasi online.
2) Mitra atau Driver sekaligus pemilik kendaraan bermotor
Dalam hal ini mitra merupakan pihak yang melaksanakan antar-
jemput barang dan/atau orang, pesan-antar barang yang sebelumnya telah
dipesan oleh konsumen, atau jasa lainnya melalui aplikasi dengan
menggunakan kendaraan bermotor roda dua yang dimiliki oleh mitra
sendiri. Dalam perjanjian kemitraan penyelenggaraan transportasi online ini
pihak perusahaan penyedia aplikasi dengan mitra atau driver merupakan
subjek hukum yang berdiri sendiri dan independen. Sehingga perjanjian
kemitraan antara kedua belah pihak ini tidak menimbulkan hubungan
41
ketenagakerjaan, outsourcing, ataupun keagenan diantara masing-masing
pihak, kedudukan keduanya sejajar dalam perjanjian kemitraan.
3) Konsumen atau Pengguna Jasa Layanan Transportasi online
Yang dimaksud konsumen dalam hal ini adalah setiap orang yang
memanfaatkan aplikasi untuk memperoleh jasa layanan transportasi online.
Dimana konsumen adalah individu yang secara hukum cakap untuk
mengadakan perjanjian, memberikan informasi pribadi kepada pengelola
aplikasi berupa nama, alamat surat elektronik dan nomor telepon seluler
ketika mendaftar. Hubungan hukum yang muncul antara konsumen dengan
perusahaan penyedia aplikasi yaitu konsumen sebagai pemberi tugas kepada
penyedia aplikasi, dimana konsumen memiliki hak untuk mendapatkan
layananan transportasi online dengan kewajiban melakukan pembayaran
atas layanan transportasi online tersebut. Sedangkan perusahaan penyedia
aplikasi memiliki kewajiban memberikan layanan transportasi online kepada
konsumen dan memperoleh hak penerimaan pembayaran atas layanan
transportasi online yang telah diberikan kepada konsumen.
F. Tinjauan Umum Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian
Kemitraan Penyedia Jasa Transportasi Online
Dalam sebuah perjanjian kemitraan harus tercantum mengenai apa saja
yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing pihak yang terikat dalam
perjanjian kemitraan tersebut pun juga perjanjian kemitraan dalam
penyelenggaraan transportasi online.
42
Hak dan Kewajiban yang ada didalam perjanjian kemitraan penyedia jasa
transportasi online adalah sebagai berikut:
1) Kewajiban Perusahaan Penyedia Jasa Transportasi Online
a) Perusahaan berkewajiban untuk meminjamkan 2 (dua) buah jaket dan 2
(dua) buah helm kepada driver yang menjadi mitra kerja perusahaan;
b) Perusahaan berkewajiban untuk memberikan pinjaman alat kerja kepada
Mitra/Driver berupa handphone android yang kemudian dapat diangsur
oleh driver yang menjadi mitra kerja.
c) Perusahaan wajib melakukan pengembangan terhadap pelayanan yang
diberikan dari segi informasi dan teknologi.
d) Perusahaan wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan,
bimbingan operasional kepada driver yang menjadi mitra kerja.
e) Perusahaan wajib menjaga kerahasiaan segala bentuk dokumen resmi
yang telah diserahkan driver pada saat mendaftarkan diri kepada
perusahaan menjadi mitra.
f) Perusahaan wajib melakukan transparansi keuangan atas pembagian hasil
yang telah disepakati dengan mitra.
2) Hak Perusahaan
a) Perusahaan berhak atas kerahasiaan yang ada dalam perusahaan dan
mitra/driver wajib untuk menjaga kerahasiaan perusahaan tersebut
selama menjadi driver/mitra.
43
b) Perusahaan berhak mendapatkan bagian dalam pembagian keuntungan
pada setiap pembayaran yang dilakukan oleh pengguna jasa/konsumen
kepada mitra/driver sesuai kesepakatan yang disepakati bersama.
3) Kewajiban Mitra/Driver
a) Mitra/Driver berkewajiban untuk melaksanakan order yang telah
diberikan oleh Perusahaan dengan sebaik-baiknya
b) Mitra/Driver wajib untuk meletakan salah satu dokumen yang
disyaratkan sebagai jaminan pada Perusahaan
c) Mitra/Driver wajib memiliki kendaraan bermotor roda dua yang masih
baik dan layak serta memiliki surat ijin mengemudi yang masih berlaku;
d) Mitra/Driver wajib untuk menjaga kebersihan penampilannya, bersepatu,
menggunakan seragam dan atribut yang telah dipinjamkan oleh
Perusahaan.
4) Hak Mitra/Driver
a) Mitra/Driver berhak atas keuntungan dari setiap hasil pembayaran yang
dilakukan konsumen atau pengguna jasa saat menggunakan layanan
aplikasi yang disediakan Perusahaan, jumlah pembagian tergantung
kesepakatan yang dibuat para pihak;
b) Mitra/Driver berhak atas 2 (dua) buah jaket dan 2 (dua) buah helm dari
Perusahaan sebagai identitas kerja.
44
G. Tinjauan Umum Evenemen dan Kerugian
1. Konsep Umum Evenemen dan Kerugian
Dalam segala kegiatan sebagai manusia kita tidak bisa terhindar
dari resiko yang dapat mengakibatkan kerugian begitu juga dengan driver
ojek online akan selalu terbayang-bayang oleh risiko saat melakukan
pekerjaannya sebagai driver.Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
yang dimaksud Kerugian adalah kondisi di mana sesorang tidak
mendapatkan keuntungan dari apa yang telah mereka keluarkan
(modal).45
Kerugian dalam hukum dapat dipisahkan menjadi dua (2)
klasifikasi, yakni Kerugian Materil dan Kerugian Imateril:
(1) Kerugian Materil yaitu kerugian yang nyata-nyata ada yang diderita
oleh Pemohon.
(2) Kerugian Immateril yaitu kerugian atas manfaat yang kemungkinan
akan diterima oleh pemohon di kemudian hari atau kerugian dari
kehilangan keuntungan yang mungkin diterima oleh Pemohon di
kemudian hari.
Kerugian dalam KUHPerdata dapat bersumber dari Wanprestasi
sebagaimana diatur dalam Pasal 1238 Juncto Pasal 1243 dan Perbuatan
Melawan Hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1365.
45 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan,1990 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Ketiga. Jakarta. Balai
Pustaka
45
Risiko dapat diartikan juga sebagai beban kerugian yang
diakibatkan karena suatu peristiwa yang tidak diinginkan. Besarnya
risiko tersebut dapat diukur dengan nilai barang yang diserang dan
merugikan pemiliknya.46Kriteria atau ciri risiko dalam asuransi adalah
sebagai berikut:47
a) Bahaya yang mengancam benda atau obyekasuransi.
b) Berasal dari faktor ekonomi, alam atau manusia.
c) Diklarifikasikan menjadi risiko pribadi, kekayaan dan tanggungjawab.
d) Hanya berpeluang menimbulkankerugian.
Dalam konteks asuransi erat kaitannya dengan risiko, evenemen
dan ganti kerugian. Evenemen adalah istilah yang diadopsi dari bahasa
Belanda evenement yang berarti peristiwa tidak pasti. Evenemen atau
peristiwa tidak pasti adalah peristiwa terhadap mana asuransi diadakan
tidak dipastikan terjadi dan tidak diharapkan terjadi. Adapun pengertian
evenemen jika dirumuskan yaitu evenemen adalah menurut pengalaman
manusia normal tidak dapat dipastikan terjadi, atau walaupun sudah pasti
terjadi, saat terjadinya tidak dapat ditentukan dan juga tidak dapat
diharapkan akan terjadi, jika terjadi juga akan menyebabkankerugian.48
Kaitan antara risiko dengan evenemen yaitu apabila risiko itu
sungguh-sungguh menjadi kenyataan, maka risiko berubah menjadi
46 Emmy Pangarimbuan Simanjuntak, 1975, Hukum Pertanggungan dan
Perkembangannya, FH-UGM, Yogyakarta, E.P.S I, hal.79-81
47Ibid. hlm 82.
48 Abdulkadir, 1999, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya Bakti, Jakarta,
hal. 120
46
evenement, yaitu peristiwa yang menimbulkan kerugian. Dalam hal ini
risiko menjadi beban ancaman penanggung. Oleh karena itu dapat kita
pahami ciri- ciri evenemen adalah sebagaiberikut:49
(1) Peristiwa yang terjadi itu menimbulkan kerugian.
(2) Terjadinya itu tidak diketahui, tidakdapat diprediksi terlebih dahulu.
(3) Berasal dari faktor ekonomi, alam dan manusia.
(4) Kerugian terhadap diri, kekayaan dan tanggung jawabseseorang.
Evenemen erat sekali persoalannya dengan ganti kerugian. Akan
tetapi tidak setiap kerugian (loss) akibat evenemen harus mendapat ganti
kerugian. Antara evenemen yang terjadi dan kerugian yang timbul ada
hubungan kausal. Evenemen adalah sebab dan kerugian adalah akibat.
2. Jenis-jenis Evenemen Yang Dapat Mengakibatkan Kerugian Dalam
Pengangkutan Transportasi Online
Dalam penyelenggaran transportasi online tidak jarang driver sebagai
mitra kerja perusahaan penyedia jasa transpotasi online mengalami suatu
evenemen atau kejadian yang tidak dapat diduga sebelumnya yang dapat
mengakibatkan kerugian pihak driver.
Ada beberapa Evenemen atau kejadian-kejadian tidak terduga yang
dapat mengakibatkan kerugian pihak Driver yang sering dialami oleh
Driver diantaranya yaitu : Pembatalan pesanan secara mendadak dengan
memutus koneksi dari pihak konsumen atau pengguna jasa ojek online
tanpa alasan yang jelas, adanya order fiktif dari konsumen yang tidak
49 Abdulkadir, Op.Cit, hal. 121
47
bertanggung jawab yang memberikan alamat tidak benar dalam
pemesanan layanan antar, kecelakaan lalu lintas pada saat melakukan
pekerjaan sebagai Driver, dan banyaknya ancaman dari ojek pangkalan
atau tranportasi umum konvensional di kawasan-kawasan tertentu.
Semua kejadian yang diluar dugaan tersebut sangat berpotensi
mengakibatkan kerugian bagi pihak driver.