BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Perjanjian ...eprints.umm.ac.id/38922/3/BAB...

31
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Perjanjian 1. Pengertian dan Asas Perjanjian Menurut Pasal 1313 KUHPerdata mengatur bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Pengertian ini sebenarnya tidak begitu lengkap, tetapi dengan pengertian ini, sudah jelas bahwa dalam perjanjian itu terdapat satu pihak mengikatkan diri kepada pihak lain. Pengertian ini sebenarnya seharusnya menerangkan juga tentang adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri tentang sesuatu hal. 17 Menurut Subekti suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana orang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. 18 Dalam perjanjian dikenal beberapa asas penting yang merupakan dasar kehendak pihak-pihak dalam mencapai tujuan. Beberapa asas tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 19 17 Ahmadi Miru dan Sakka Pati, 2008, Hukum Perikatan (Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456 BW), Rajagarfindo Perdasa, Jakarta, hlm. 63. 18 Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, cetakan 20, Intermasa, Jakarta, hlm. 1. 19 Salim HS, 2014, Hukum Kontrak (Teori & Teknik Penyusunan Kontrak), Sinar Grafika, Jakarta, hlm.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Perjanjian ...eprints.umm.ac.id/38922/3/BAB...

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Umum Tentang Perjanjian

1. Pengertian dan Asas Perjanjian

Menurut Pasal 1313 KUHPerdata mengatur bahwa suatu perjanjian

adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Pengertian ini sebenarnya tidak

begitu lengkap, tetapi dengan pengertian ini, sudah jelas bahwa dalam

perjanjian itu terdapat satu pihak mengikatkan diri kepada pihak lain.

Pengertian ini sebenarnya seharusnya menerangkan juga tentang adanya dua

pihak yang saling mengikatkan diri tentang sesuatu hal.17

Menurut Subekti suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana orang

berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan

antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu

menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam

bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang

mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.18

Dalam perjanjian dikenal beberapa asas penting yang merupakan

dasar kehendak pihak-pihak dalam mencapai tujuan. Beberapa asas tersebut

diantaranya adalah sebagai berikut:19

17 Ahmadi Miru dan Sakka Pati, 2008, Hukum Perikatan (Penjelasan Makna Pasal 1233

Sampai 1456 BW), Rajagarfindo Perdasa, Jakarta, hlm. 63. 18 Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, cetakan 20, Intermasa, Jakarta, hlm. 1. 19 Salim HS, 2014, Hukum Kontrak (Teori & Teknik Penyusunan Kontrak), Sinar

Grafika, Jakarta, hlm.

19

a. Asas kebebasan berkontrak.

Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal

1338 ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi: “Semua perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya”. Asas kebebasan berkontrak adalah salah satu asas yang

memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:

(1) Membuat atau tidak membuat perjanjian,

(2) Mengadakan perjanjian dengan siapapun,

(3) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan

(4) Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

b.Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat

1 BW. Dalam pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya

perjanjian yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak. Asas

konsensualisme merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian

pada umumnya tidak diadakan secara formal, tapi cukup dengan

adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan merupakan

persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua

belah pihak.

c. Asas Pacta Sunt Servanda

Asas pacta sunt servanda atau disebut juga dengan asas kepastian

hukum. Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt

servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus

20

menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana

layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan

intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak.20

Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338

ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi : “Perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang.”

d. Asas Itikad Baik (Goede Trouw)

Asas itikad baik dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (3)

KUHPerdata. Pasal 1338 ayat (3) berbunyi : “Perjanjian harus

dilaksanakan dengan itikad baik”. Asas itikad merupakan asas bahwa

para pihak, yaitu kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi

kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau

kemauan baik dari para pihak.

Asas itikad baik dibagi menjadi dua macam yaitu itikad baik nisbi

dan itikad baik mutlak. Pada itikad baik nisbi, orang memperhatikan

sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada itikad baik mutlak,

penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang

objektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak) menurut

norma-norma yang objektif.21

e. Asas Kepribadian (Personalitas)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa

seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk

20 Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, cetakan 20, Intermasa, Jakarta, hlm.10

21Ibid. hlm 12

21

kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315

KUHPerdata. Pasal 1315 KUHPerdata berbunyi: “Pada umumnya

seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk

dirinya sendiri.” Inti ketentuan ini bahwa seseorang yang mengadakan

perjanjian hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Pasal 1340

KUHPerdata berbunyi: “Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang

membuatnya”. Ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak

hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun ketentuan itu ada

pengecualiannya, sebagaimana yang diintrodusir dalam Pasal 1317

KUHPerdata, yang berbunyi: “Dapat pula perjanjian diadakan untuk

kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri

sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu

syarat semacam itu”.22

2. Syarat Sah dan Unsur Perjanjian Menurut Pasal 1320 KUHPerdata

Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, untuk sahnya suatu perjanjian

diperlukan empat syarat:Kesepakatan, Kecakapan, Mengenai suatu hal

tertentu , Suatu sebab yang halal.

Berikut ini penjelasan dari syarat sahnya suatu perjanjian:

a. Kesepakatan

Kesepakatan diperlukan dalam mengadakan perjanjian, ini berarti

bahwa kedua belah pihak haruslah mempunyai kebebasan kehendak,

22Ibid. hlm 12

22

artinya masing-masing pihak tidak mendapat suatu tekanan yang

mengakibatkan adanya cacat dalam melakukan kehendaknya.23

Pengertian sepakat dilukiskan sebagai pernyataan kehendak yang

disetujui antara para pihak. Pernyataan pihak yang menawarkan

dinamakan tawaran (offerte), sedangkan pihak yang menerima tawaran

dinamakan akseptasi (acceptatie).24 Tidak selamanya para pihak

berhadapan langsung untuk menyampaikan kesepakatannya.

b. Kecakapan

Seorang oleh hukum dianggap tidak cakap untuk melakukan

kontrak jika orang tersebut belum berumur 21 tahun, kecuali ia telah

kawin sebelum cukup 21 tahun. Sebaliknya setiap orang yang berumur

21 tahun keatas, oleh hukum dianggap cakap, kecuali karena suatu hal

dia ditaruh di bawah pengampuan seperti gelap mata, dungu, sakit

ingatan, atau pemboros.25

c.Mengenai suatu hal tertentu

Syarat ketiga ditentukan bahwa suatu perjanjian harus mengenai

suatu hal tertentu, artinya apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban

kedua belah pihak jika timbul suatu perselisihan.26 Hal tertentu ini dalam

23 I Ketut Oka setiawan, 2016, Hukum Perikatan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.61

24 Mariam Darus Badrulzaman, Sutan Remy Sjahdeini, Heru Supraptomo, Faturrahman Djamil dan Taryana Soenandar, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Jakarta, hlm.73

25 Ahmadi Miru, 2011, Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak, RajaGrafindo Persada,

Jakarta, hlm 23-24

26 Subekti, Op.Cit, hlm.19.

23

kontrak disebut prestasi yang dapat berwujud barang, keahlian atau

tenaga, dan tidak berbuat sesuatu.27

d.Suatu sebab yang halal

Syarat keempat untuk suatu perjanjian yang sah adanya suatu sebab

yang halal. Dengan sebab (bahasa Belanda oorzaak, Bahasa Latin causa)

ini dimaksudkan tiada lain dari pada isi perjanjian. Dorongan jiwauntuk

membuat suatu perjanjian pada asasnya tidak diperdulikan oleh undang-

undang.28

Hukum tidak memperhatikan apa yang ada dalam benak ataupun hati

seseorang. Yang diperhatikan oleh hukum adalah apa yang tertulis, yang

pada pokoknya menjadi perikatan yang harus atau wajib dilaksanakan oleh

debitor dalam perjanjian tersebut.29

Undang-undang hanya melihat pada apa yang tercantum dalam

perjanjian yang merupakan prestasi yang harus dilakukan oleh para pihak,

yang merupakan prestasi pokok, yang merupakan unsur esensialia atau yang

terkait erat dengan unsur esensialia dalam perjanjian tersebut, yang tanpa

adanya unsur esensialia tersebut, tidak mungkin perjanjian tersebut akan

dibuat oleh para pihak.30

27 Ahmadi Miru, Op.Cit, hlm.30.

28 Subekti, Op. Cit., hlm. 19. 29 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2010, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Raja Grafindo, Jakarta, hlm.161

30Ibid, hlm.163

24

Dalam perkembagan doktrin ilmu hukum, dalam suatu kontrak

dikenal adanya tiga unsur dalam perjanjian, yaitu:31

(a) Unsur Esensialia

Unsur esensialia merupakan unsur yang harus ada dalam suatu

kontrak karena tanpa adanya kesepakatan tentang unsur esensialia ini

maka tidak ada kontrak. Sebagai contoh, dalam kontrak jual beli harus

ada kesepakatan mengenai barang dan harga karena tanpa kesepakatan

mengenai barang dan harga dalam kontrak jual beli, kontrak tersebut

batal demi hukum karena tidak ada hal tertentu yang diperjanjikan.

(b) Unsur Naturalia

Unsur naturalia merupakan unsur yang telah diatur dalam

undang-undang sehingga apabila tidak diatur oleh para pihak dalam

kontrak, undang-undang yang mengaturnya. Dengan demikian, unsur

naturalia ini merupakan unsur yang selalu dianggap ada dalam

kontrak. Sebagai contoh, jika dalam kontrak tidak diperjanjikan

tentang cacat tersembunyi, secara otomatis berlaku ketentuan dalam

BW bahwa penjual yang harus menanggung cacat tersembunyi.

(c) Unsur Aksidentalia

Unsur aksidentalia merupakan unsur yang nanti ada atau

mengikat para pihak jika para pihak memperjanjikannya. Sebagai

contoh, dalam kontrak jual beli dengan angsuran diperjanjikan bahwa

apabila pihak debitur lalai membayar utangnya, dikenakan denda dua

31 Ahmadi Miru, Op.Cit., hlm.31

25

persen perbulan keterlambatan, dan apabila debitur lalai membayar

selama tiga bulan berturut-turut, barang yang sudah dibeli dapat

ditarik kembali oleh kreditor tanpa melalui pengadilan. Demikian pula

klausul-klausul lainnya yang sering ditentukan dalam suatu kontrak,

yang bukan merupakan unsur esensial dalam kontrak tersebut.

B. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kemitraan

A. Pengertian dan Unsur Perjanjian Kemitraan

Kemitraan memiliki banyak pengertian yang telah dikemukakan oleh

banyak sarjana. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata mitra memiliki

arti teman, pasangan kerja, rekan, kawan kerja, sedangkan kemitraan adalah

perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra.32

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil

pengertian kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kcil dengan

usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah

atau usaha besar dengan mempelihatkan prinsip saling memerlukan,saling

memperkuat, dan saling menguntungkan.

Selain dari KBBI dan UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM,

ada beberapa sarjana yang telah mengemukakan pendapatnya terkait

pengertian kemitraan. Menurut Hafsah, kemitraan adalah suatu strategi

32 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan,1990 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Ketiga. Jakarta. Balai

Pustaka, hlm.588

26

bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu

untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan

saling membesarkan.33 Selain itu ada Ian Linton yang mengemukakan

pengertian kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis dimana pemasok

dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis

bersama.34

Semua pengertian tentang kemitraan yang diuraikan diatas

menunjukkan bahwa satu sama lain memiliki titik penekanan yang sama

baik dari para sarjana maupun yang telah tertera dalam peraturan

perundang-undangan, yang pada intinya kemitraan adalah suatu suatu

kerjasama dalam melakukan kegiatan usaha yang merupakan strategi bisnis

dengan tujuan untuk mengembangkan usaha yang dilandasi prinsip saling

memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.

Merujuk pada pengertian kemitraan yang dicantumkan dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM, maka kemitraan

mengandung beberapa unsur pokok, sebagai berikut :

(a) Kemitraan adalah Kerjasama Usaha

Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini, jalinan

kerjasama yang dilakukan antara usaha besar atau menengah dengan

usaha kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau memiliki

33 Muhammad Jafar Hafsah,1999 Kemitraan Usaha. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.

hlm.43

34 Ian Linton,1997 Kemitraan Meraih Keuntungan Bersama. Jakarta . Halirang. hlm.10

27

derajat yang sama. Ini berarti bahwa dalam hubungan kerjasama

melalui kemitraan ini semua pihak yang terlibat memiliki hak dan

kewajiban yang setara, tidak ada yang saling mengeksploitasi, tidak ada

pihak yang dirugikan, serta tumbuh dan berkembangnya rasa saling

percaya diantara para pihak dalam mengembangkan usahanya

(b) Para pihak adalah Pengusaha Besar atau Menengah dan Pengusaha

Kecil

Dalam kerjasama kemitraan, pengusaha besar atau menengah

dapat menjalin hubungan kerjasama yang saling menguntungkan

dengan pengusaha kecil dalam menjalankan kegiatan bisnis demi

tercapainya kesejahteraan bersama.

(c) Kemitraan dilandasi prinsip-prinsip saling memerlukan, saling

memperkuat, dan saling menguntungkan.

Dimana antara prinsip satu dengan prinsip lainnya harus dapat

terpenuhi semua sehingga usaha yang menggunakan perjanjanjian

kemitraan tersebut dapat dikatakan berhasil.

Dalam sebuah perjanjian kemitraan selalu dilandasi dengan prinsip-

prinsip diantaranya yaitu :

(1) Prinsip saling memerlukan

Menurut Mariotti, kemitraan merupakan suatu rangkaian proses

yang dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi

keunggulan dan kelemahan usahanya. Pemahaman akan keunggulan

yang ada akan menghasilkan sinergi yang bedampak pada efisiensi,

28

turunnya biaya produksi, dan sebagainya. Penerapannya dalam

kemitraan, perusahaan besar dapat menghemat tenaga dalam mencapai

target tertentu dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh

perusahaan yang kecil. Sebaliknya, perusahaan yang lebih kecil, yang

umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi, permodalan,

dan sarana produksi, dapat menggunakan teknologi dan sarana produksi

yang dimiliki oleh perusahaan besar.35

(2) Prinsip saling memperkuat

Sebelum para pihak bekerja sama, masing-masing pihak

mempunyai keinginan untuk mendapatkan nilai tambah tertentu. Nilai

tambah ini selain diwujudkan dalam bentuk nilai ekonomi seperti

peningkatan modal dan keuntungan, perluasan pangsa pasar, tetapi juga

ada nilai tambah yang bersifat non-ekonomi, seperti peningkatan

kemampuan manajemen, penguasaan teknologi, dan kepuasan tertentu.

Keinginan ini merupakan konsekuensi logis kemitraan. Kemitraan juga

mengandung makna sebagai tanggung jawab moral, karena pengusaha

besar atau menengah dituntut untuk membimbing dan membina

pengusaha kecil mitranya agar mampu mengembangkan usahanya

sehingga menjadi mitra yang handal dan tangguh dalam meraih

keuntungan untuk kesejahteraan bersama. Hal ini harus disadari juga oleh

masing-masing pihak yang bermitra bahwa para pihak memiliki

perbedaan dan keterbatasan, baik yang berkaitan dengan manajemen,

35 John L. Mariotti, dalam Muhammad Jafar Hafsah, Op.cit., Hlm.51

29

penguasaan ilmu pengetahuan maupun penguasaan sumber daya. Dengan

bermitra nilai tambah yang diterima akan lebih besar. Oleh karena itu

prinsip kemitraan harus didasarkan pada unsur saling memperkuat.

(3) Prinsip saling menguntungkan

Salah satu maksud dan tujuan dari kemitraan usaha adalah “winwin

solution.” Dalam kemitraan tidak berarti para pihak harus memiliki

kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang esensial adalah adanya

posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Pada

kemitraan usaha hubungan bersifat timbal balik , bukan seperti

kedudukan antara buruh dengan majikan, atau antara atasan dengan

bawahan. Berpedoman dari kesetaraan kedudukan bagi masing masing

pihak yang bermitra, maka tidak ada pihak yang tereksploitasi tetapi

justru rasa saling percaya yang pada akhirnya dapat meningkatkan

keuntungan.

Kemitraan harus dilaksanakan secara terencana, terbuka, terpadu

professional dan bertanggung jawab dan dengan prinsip-prinsip dasar antara

lain, prinsip saling menguntungkan, saling menghargai, ketergantungan

antara perusahan dan masyarakat sekitar. Atas dasar perjanjian yang telah

disetujui oleh para pihak, secara yuridis para pihak akan terikat dengan hak

dan kewajiban masing-masing, selanjutnya isi perjanjian tersebut harus

dilaksanakan dengan iktikad baik atau good faith dan tidak dapat dibatalkan

secara sepihak. Kewajiban dari perusahaan yang memberikan persetujuan

perjanjian kerjasama adalah membina, mengawasi aktivitas. Sedangkan

30

kewajiban dari pihak perusahaan kecil adalah menaati peraturan, syarat dan

prosedur, serta pelaksanaan tugas sesuai dengan perjanjian. Perjanjian

kerjasama tersebut berupaya untuk mengembangkan usaha kecil yang

konsentrasi pada bidang perjasaan, di sisi lain telah memungkinkan untuk

lebih optimal melakukan persaingan diantara usaha-usaha kecil lainnya,

sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan antara pengusaha

besar dan pengusaha kecil, sehingga upaya dalam membangun kemitraan

adalah terciptanya suatu penghubung antar berbagai perusahaan untuk

meningkatan potensi usaha di Indonesia tidak hanya secara kuantitas,

kualitasnya pun terus meningkat seiring dengan perubahan ekonomi. Ada

hal yang sangat perlu diperhatikan dalam sebuah perjanjian kemitraan yakni

tentang syarat sahnya suatu perjanjian yang dituangkan dalam Pasal 1320

KUHPerdata. Hal tersebut adalah mengenai syarat subjektif dan syarat

objektif.

Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain,

khususnya yang besar atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian

pihak pihak yang bermitra. Kemitraan usaha yang kita inginkan bukanlah

kemitraan yang bebas nilai, melainkan kemitraan yang tetap dilandasi oleh

tanggung jawab moral dan etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan

demokrasi ekonomi. Adapun syarat-syarat kemitraan adalah sebagai

berikut:36

36 Direktorat Pengembangan Usaha, Peluang Usaha Kemitraan, Yogyakarta. Gajah Mada

Press. hlm 20-21

31

(a) Perusahaan mitra harus memenuhi syarat: mempunyai itikad baik

dalam membantu usaha kelompok mitra, memiliki teknologi dan

manajemen yang baik, menyusun rencana kemitraan dan berbadan

hukum.

(b) Kelompok mitra yang akan menjadi mitra usaha diutamakan telah

dibina oleh pemerintah daerah.

(c) Perusahaan mitra dan kelompok mitra terlebih dahulu menandatangani

perjanjiankemitraan.

Isi dari perjanjian kerjasama yaitu menyangkut jangka waktu, hak dan

kewajiban termasuk kewajiban melapor kemitraan kepada instansi pembina

teknis didaerah, pembagian resiko penyelesaian bila terjadi perselisihan dan

kepastian hukum bagi kedua belah pihak.

C. Tinjauan Tentang Bisnis Online dan Electronic Commerce (Transaksi

Elektronik)

Dalam perkembangan dunia usaha, saat ini internet mulai dimanfaatkan

dalam menjalankan suatu bisnis atau usaha. Sistem bisnis dengan

menggunakan sarana internet ( interconection network) saat ini telah

menghadirkan sistem baru dalam dunia bisnis yang selanjutnya disebut dengan

istilah electronic commerce (transaksi elektronik). Electronic commerce atau e-

commerce lahir atas tuntutan perkembangan teknologi informasi dan tuntutan

masyarakat terhadap layanan perdagangan dan bisnis yang serba cepat, praktis,

serta mudah, tentunya sesuai dengan kualitas dan kualitas yang diinginkan.

32

E-commerce merupakan sebuah kegiatan transaksi perdagangan baik

barang dan jasa melalui media elektronik yang bertujuan untuk memudahkan

konsumen dalam kegiatan transaksi di internet. E-commerce memiliki

keunggulan dari segi efisiensi dan kemudahan dalam kegiatan transaksi

perdagangan atau bisnis. E-commerce juga dapat diartikan sebagai suatuu

proses berbisnis dengan menggunakan teknologi elektronik yang

menghubungkan antara perusahaan, konsumen dan masyarakat dalam bentuk

transaksi elektronik dan pertukaran/penjualan barang, servis dan informasi

secara elektronik.37

Dalam bahasa Inggirs, electronic commerce memiliki makna yaitu

penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem

elektronik seperti internet atau televisi, www, atau jaringan komputer lainnya.

E-commerce dapat melibatkan transfer data elektronik, pertukaran data

elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data

otomatis. Industri teknologi informasi melihat kegiatan e-commerce ini sebagai

aplikasi dan penerapan dari e-bisnis (e-business) yang berkaitan dengan

transaksi komersial, seperti:38 transfer dana secara elekttronik, SCM (supply

chain management), pemasaran elektronik (e-marketing), pemrosesan transaksi

on-line, pertukaran data elektronik, dan lain-lain.

Berdasarkan ketentuan pasal I angka 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

37Tim KajianPustaka.com. 2013. Perdagangan Elektronik E-commerce.

http://www.kajianpustaka.com . Diakses pada tanggal 2 Mei 2018 Pukul 22.00 WIB

38 Wikipedia. 2018. Perdagangan Elektronik http://id.m.wikipedia.org/wiki/Perdagangan

elektronik/ . Diakses pada tanggal 2 Mei 2018 Pukul 22.15 WIB.

33

Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik ,Transaksi Elektronik adalah

perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan

komputer, dan/atau media elektronik lainnya.

Riyeke Ustadiyanto dalam bukunya Framework E-commerce

memberikan definisi tentang e-commerce yaitu merupakan suatu kontrak untuk

transaksi perdagangan antara penjual dan pembeli dengan menggunakan media

internet.39 Jadi proses pemesanan barang, pembayaran transaksi hingga

pengiriman barang dilakukan melalui internet.

Semua kontrak yang terjadi dalam kegiatan perdagangan atau bisnis baik

secara manual maupun melalui media internet yang biasa disebut dengan

transaksi e-coommerce harus memenuhi syarat dan ketentuan yang tertuang

dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang diakui sebagai perjanjian mengikat bagi

para pihak yang membuat suatu perjanjian atau perikatan.

Transaksi e-commerce merupakan perjanjian jual beli seperti yang

dimaksud oleh KUH Perdata, karena ia merupakan suatu perjanjian maka ia

melahirkan juga apa yang disebut sebagai prestasi, yaitu kewajiban suatu pihak

untuk melaksanakan hal-hal yang ada dalam suatu perjanjian. Dengan adanya

sebuah prestasi maka memungkinkan terjadinya wanprestasi atau tidak

dilaksanakannya prestasi sebagaimana mestinya yang dilaksanakan oleh

kontrak kepada pihak-pihak tertentu.

39Ryeke Ustadiyanto. 2001. Framework e-commerce, Yogyakarta:Andi Offcet, hal.1

34

Perjanjian atau kontrak dalam transaksi elektronik memiliki tipe dan

variasi yaitu :40

1) Kontrak melalui chatting dan video conference

Chatting dan video conference adalah sebuah alat komunikasi

yang disediakan oleh internet yang digunakan untuk melakukan

dialog interaktif secara langsung. Seseorang dapat berkomunikasi

dan berinteraksi secara langsung dengan orang lain melalui

Personal Computer (PC) nya masing-masing, dengan satu atau

beberapa pihak dengan melihat gambar rekan bisnnisnya secara

langsung dan interaktif.

2) Kontrak melalui email

Kontrak email adalah salah satu kontrak online yang sangat

populer, hal ini dikarenakan pengguna email saat ini sangat banyak

dan mendunia dan dapat menghemat waktu dan biaya yang sangat

murah. Alamat email itu sendiri diperoleh dengan berlangganan

secara cuma-cuma kepada penyedia layanan email gratis atau pada

server ISP tertentu. Kontrak email dapat berupa penawaran yang

dikirimkan kepada orang-orang yang tergabung dalam sebuah

mailing list dan penawaran barangnya dapat dilakukan dengan

memposting penawaran melalui web site untuk kemudian

penerimaannya dilakukan melalui email.

40M.Arsyid Sanusi. 2001. E-commerce(Hukum dan Solusinya), Jakarta:PT. Mitra Grafika

Sarana. hal.64

35

3) Kontrak melalui web site

Kontrak melalui website terjadi apabila pihak e-merchant

memiliki deskripsi produk atau jasa dalam suatu halaman web dan

dalam halaman tersebut ada terdapat form pemesanan, sehingga

dengan mengisi formnya konsumen dapat membeli barang atau jasa

yang ditawarkan.

Selain memiliki tipe dan variasi dalam bentuk perjanjiannya, Electronic

Commerce juga memiliki beberapa ruang lingkup yaitu terdiri dari :41

1) Bisnis ke bisnis (business to business atau B2B)

Bisnis ke bisnis merupakan sistem komunikasi yang

dilakukan antara pelaku bisnis ke pelaku bisnis lainnya yang

dilakukan secara rutin dan dalam kapasitas yang besar. Dengan

kata lain, aktivitas e-commerce dalam lingkup ini ditujukan untuk

menunjang kegiatan para pelaku bisnis itu sendiri. Karakteristik

yang umum dalam ruang lingkup B2B ini adalah :

a) Trading Partners yang sudah saling mengetahui dan antara

mereka sudah terjalin hubungan yang berlangsung cukup lama.

Pertukaran informasi terjadi karena mereka sudah saling

mengenal dan dilakukan atas dasar kebutuhan dan rasa

percaya.

41Onno w.purbo dan Aang Arif Wahyudi. 2001. Mengenal e-Commerce, Jakarta:Elex

Media Komputindo

36

b) Pertukaran dilakukan secara berulang-ulang dan berkala

format data yang telah disepakati. Service yang digunakan

kedua sistem tersebut sama dan menggunakan standart yang

sama.

c) Salah satu pelaku tidak harus menunggu partner mereka

yang lain untuk mengirimkan data

d) Model yang umumnya digunakan adalah peer to peer atau

dari satu titik ke titik lainnya, dimana processing

intelligence dapat di distribusikan oleh kedua pelaku bisnis.

2) Bisnis ke konsumen (business to consumer atau B2C)

Bisnis ke konsumen merupakan suatu transaksi yang

dilakukan oleh pelaku usaha dan pihak konsumen untuk memenuhi

suatu kebutuhan tertentu dan pada saat tertentu pula. Produk yang

diperjualbelikan dalam transaksi ini merupakan produk barang dan

jasa baik dalam bentuk berwujud maupun dalam bentuk elektronik

yang siap untuk digunakan. Perkembangan transaksi ini tidak

hanya membawa keuntungan pada pelaku usaha saja, melainkan

pihak konsumen juga mendapat keuntungan yang sama, meskipun

penyimpangan di dunia maya kemungkinan dapat terjadi.

Karakteristik dari transaksi B2C ini adalah :

a) Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan secara

umum

b) Service yang diberikan juga bersifat umum sehingga

mekanisme dapat digunakan oleh banyak orang

37

c) Service yang diberikan adalah berdasarkan permintaan.

Konsumen berinisiatif sedangkan produsen harus merespon

terhadap inisiatif konsumen tersebut.

d) Sering dilakukan pendekatan client-server dimana konsumen

berada di pihak client menggunakan sistem yang muncul

berbasis web site dan penyedia barang dan jasa (business

procedur) berada pada pihak server. Pelayanan yang diberikan

dalam transaksi ini berdasarkan pada permintaan konsumen.

Masalah perlindungan konsumen dalam lingkup ini adalah

produk yang diperjualbelikan merupakan barang dan jasa yang

siap dikonsumsi. Jenis perjanjian dalam metode ini pada

umumnya merupakan perjanjian online yang telah berbentuk

perjanjian dan ditawarkan kepada pihak umum dalam bentuk

take it or leave itcontract

3) Konsumen untuk konsumen (consumer to consumer atau C2C)

Consumer to consumer merupakan transaksi bisnis elektronik

yang dilakukan antar pihak konsumen dengan konsumen untuk

memenuhi suatu kebutuhan tertentu dan pada saat tertentu juga.

Ruang lingkup C2C ini bersifat lebih khusus karena transaksi

dilakukan oleh konsumen dengan konsumen yang memerlukan

transaksi melalui internet sebagai sarana tukar menukar informasi

tentang produk, harga maupun kualitas dan pelayanannya. Para

customer dapat membentuk komunitas sebagai pengguna atau

38

penggemar produk untuk memberikan penilaian terhadap

pelayanan suatu perusahaan sehingga customer memiliki

kedudukan/posisi tawar yang tinggi.

Pada prakteknya, model transaksi yang banyak dipakai oleh konsumen

sampai saat ini adalah model B2B dan B2C. Berbeda dengan B2C yang pada

umumnya menggunakan jaringan terbuka sehingga informasi dapat disebarkan

ke masyarakat umum. B2B memiliki ciri-ciri yang berbeda dimana informasi

hanya dipertukarkan melalui mitra bisnisnya saja, meskipun dilakukan

menggunakan media internet juga. Dengan melihat cirri dan karakteristik dari

model transaksi e-commerce, jika pelaku bisnis mampu mengoptimalkan

kemampuan dalamtransaksi akan mendapatkan keuntungan yang besar.

D. Tinjauan Umum Hubungan Hukum Dalam Penyelenggaraan

Pengangkutan Umum Konvensional

Pengangkutan adalah kegiatan pemuatan penumpang atau barang

kedalam alat pengangkut, pemindahan penumpang atau barang ketempat tujuan

denghan alat pengangkut, dan penurunan penumpang atau pembongkaran

barang dari alat pengangkut ketempat tujuan yang disepakati.42Sedangkan

hukum pengangkutan adalah sebuah perjanjian timbal-balik, yang mana pihak

pengangkut mengikat diri untuk untuk menyelenggarakan pengangkutan

barang dan/atau orang ketempat tujuan tertentu, sedangkan pihak lainnya

42 Abdulkadir Muhammad, 2008. Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung, Citra Aditya

Bakti. hlm.4

39

(pengirim atau penerima, penumpang) berkeharusan untuk menunaikan

pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut.43

Perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian di mana satu pihak

menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu

tempat ke lain tempat, sedangkan pihak yang lain menyanggupi akan

membayar ongkosnya.44 Dalam perjanjian pengangkutan menimbulkan akibat

dan hubungan hukum antara pelaku usaha dengan penumpang sebagai suatu

hal yang dikehendaki dan disepakati oleh kedua belah pihak.

Perjanjian pengangkutan dapat disebut sebagai perjanjian timbal balik,

yaitu konsumen mendapatkan hak atas layanan pengangkutan dengan

melakukan kewajiban membayar biaya pengangkutan, untuk penyelenggara

pengangkutan mendapatkan hak menerima pembayaran jasa pengangkutan

dengan melakukan kewajiban menyelenggarakan pelayanan pengangkutan.

Sehingga hubungan hukum yang tercipta hanya ada pada kedua belah

pihak yaitu antara penyelenggara pengangkutan umum konvensional dengan

penggunan layanan pengangkutan umum konvensional atau konsumen.

E. Tinjauan Umum Hubungan Hukum Dalam Penyelenggaraan

Pengangkutan Umum Online

Dalam pengangkutan transportasi umum online ada beberapa pihak yang

terlibat dalam penyelenggaran transportasi online dengan mengikatkan dirinya

pada sebuah perjanjian. Pihak-pihak tersebut adalah:

43 Sution Usman Adji, 1991, Hukum Pengangkutan Di Indonesia, Jakarta, Rinka

Cipta.hlm.6-7

44 R.Subekti, 1985, Hukum Perjanjian, Bandung, Mandar Maju, hlm.221

40

1) Perusahaan Penyedia Aplikasi Layanan Transportasi Online

Perusahaan merupakan pihak yang membuat, memiliki, dan

mengurus aplikasi layanan transportasi online yang dimanfaatkan oleh

konsumen yang telah terdaftar untuk memperoleh jasa layanan antar-jemput

barang dan/atau orang, layanan pesan antar barang ataupun jasa lainnya

dengan kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat atau jasa lainnya

sehubungan dengan aplikasi layanan transportasi online.

Dimana perusahaan dalam hal ini mempunyai hak sebagai pemilik

aplikasi layanan transportasi online sehingga dapat mengubah atau

menambahkan kebijakan seerta persyaratan dalam aplikasi layanan

transportasi online tersebut dari waktu ke waktu atas dasar pertimbangannya

sendiri. Selain itu perusahaan juga merupakan pihak yang mengelola

kerjasama dengan mitra dan menyediakan jasa manajemen operasional para

mitra sehubungan dengan penggunaan aplikasi layanan transportasi online.

2) Mitra atau Driver sekaligus pemilik kendaraan bermotor

Dalam hal ini mitra merupakan pihak yang melaksanakan antar-

jemput barang dan/atau orang, pesan-antar barang yang sebelumnya telah

dipesan oleh konsumen, atau jasa lainnya melalui aplikasi dengan

menggunakan kendaraan bermotor roda dua yang dimiliki oleh mitra

sendiri. Dalam perjanjian kemitraan penyelenggaraan transportasi online ini

pihak perusahaan penyedia aplikasi dengan mitra atau driver merupakan

subjek hukum yang berdiri sendiri dan independen. Sehingga perjanjian

kemitraan antara kedua belah pihak ini tidak menimbulkan hubungan

41

ketenagakerjaan, outsourcing, ataupun keagenan diantara masing-masing

pihak, kedudukan keduanya sejajar dalam perjanjian kemitraan.

3) Konsumen atau Pengguna Jasa Layanan Transportasi online

Yang dimaksud konsumen dalam hal ini adalah setiap orang yang

memanfaatkan aplikasi untuk memperoleh jasa layanan transportasi online.

Dimana konsumen adalah individu yang secara hukum cakap untuk

mengadakan perjanjian, memberikan informasi pribadi kepada pengelola

aplikasi berupa nama, alamat surat elektronik dan nomor telepon seluler

ketika mendaftar. Hubungan hukum yang muncul antara konsumen dengan

perusahaan penyedia aplikasi yaitu konsumen sebagai pemberi tugas kepada

penyedia aplikasi, dimana konsumen memiliki hak untuk mendapatkan

layananan transportasi online dengan kewajiban melakukan pembayaran

atas layanan transportasi online tersebut. Sedangkan perusahaan penyedia

aplikasi memiliki kewajiban memberikan layanan transportasi online kepada

konsumen dan memperoleh hak penerimaan pembayaran atas layanan

transportasi online yang telah diberikan kepada konsumen.

F. Tinjauan Umum Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian

Kemitraan Penyedia Jasa Transportasi Online

Dalam sebuah perjanjian kemitraan harus tercantum mengenai apa saja

yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing pihak yang terikat dalam

perjanjian kemitraan tersebut pun juga perjanjian kemitraan dalam

penyelenggaraan transportasi online.

42

Hak dan Kewajiban yang ada didalam perjanjian kemitraan penyedia jasa

transportasi online adalah sebagai berikut:

1) Kewajiban Perusahaan Penyedia Jasa Transportasi Online

a) Perusahaan berkewajiban untuk meminjamkan 2 (dua) buah jaket dan 2

(dua) buah helm kepada driver yang menjadi mitra kerja perusahaan;

b) Perusahaan berkewajiban untuk memberikan pinjaman alat kerja kepada

Mitra/Driver berupa handphone android yang kemudian dapat diangsur

oleh driver yang menjadi mitra kerja.

c) Perusahaan wajib melakukan pengembangan terhadap pelayanan yang

diberikan dari segi informasi dan teknologi.

d) Perusahaan wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan,

bimbingan operasional kepada driver yang menjadi mitra kerja.

e) Perusahaan wajib menjaga kerahasiaan segala bentuk dokumen resmi

yang telah diserahkan driver pada saat mendaftarkan diri kepada

perusahaan menjadi mitra.

f) Perusahaan wajib melakukan transparansi keuangan atas pembagian hasil

yang telah disepakati dengan mitra.

2) Hak Perusahaan

a) Perusahaan berhak atas kerahasiaan yang ada dalam perusahaan dan

mitra/driver wajib untuk menjaga kerahasiaan perusahaan tersebut

selama menjadi driver/mitra.

43

b) Perusahaan berhak mendapatkan bagian dalam pembagian keuntungan

pada setiap pembayaran yang dilakukan oleh pengguna jasa/konsumen

kepada mitra/driver sesuai kesepakatan yang disepakati bersama.

3) Kewajiban Mitra/Driver

a) Mitra/Driver berkewajiban untuk melaksanakan order yang telah

diberikan oleh Perusahaan dengan sebaik-baiknya

b) Mitra/Driver wajib untuk meletakan salah satu dokumen yang

disyaratkan sebagai jaminan pada Perusahaan

c) Mitra/Driver wajib memiliki kendaraan bermotor roda dua yang masih

baik dan layak serta memiliki surat ijin mengemudi yang masih berlaku;

d) Mitra/Driver wajib untuk menjaga kebersihan penampilannya, bersepatu,

menggunakan seragam dan atribut yang telah dipinjamkan oleh

Perusahaan.

4) Hak Mitra/Driver

a) Mitra/Driver berhak atas keuntungan dari setiap hasil pembayaran yang

dilakukan konsumen atau pengguna jasa saat menggunakan layanan

aplikasi yang disediakan Perusahaan, jumlah pembagian tergantung

kesepakatan yang dibuat para pihak;

b) Mitra/Driver berhak atas 2 (dua) buah jaket dan 2 (dua) buah helm dari

Perusahaan sebagai identitas kerja.

44

G. Tinjauan Umum Evenemen dan Kerugian

1. Konsep Umum Evenemen dan Kerugian

Dalam segala kegiatan sebagai manusia kita tidak bisa terhindar

dari resiko yang dapat mengakibatkan kerugian begitu juga dengan driver

ojek online akan selalu terbayang-bayang oleh risiko saat melakukan

pekerjaannya sebagai driver.Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

yang dimaksud Kerugian adalah kondisi di mana sesorang tidak

mendapatkan keuntungan dari apa yang telah mereka keluarkan

(modal).45

Kerugian dalam hukum dapat dipisahkan menjadi dua (2)

klasifikasi, yakni Kerugian Materil dan Kerugian Imateril:

(1) Kerugian Materil yaitu kerugian yang nyata-nyata ada yang diderita

oleh Pemohon.

(2) Kerugian Immateril yaitu kerugian atas manfaat yang kemungkinan

akan diterima oleh pemohon di kemudian hari atau kerugian dari

kehilangan keuntungan yang mungkin diterima oleh Pemohon di

kemudian hari.

Kerugian dalam KUHPerdata dapat bersumber dari Wanprestasi

sebagaimana diatur dalam Pasal 1238 Juncto Pasal 1243 dan Perbuatan

Melawan Hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1365.

45 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan,1990 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Ketiga. Jakarta. Balai

Pustaka

45

Risiko dapat diartikan juga sebagai beban kerugian yang

diakibatkan karena suatu peristiwa yang tidak diinginkan. Besarnya

risiko tersebut dapat diukur dengan nilai barang yang diserang dan

merugikan pemiliknya.46Kriteria atau ciri risiko dalam asuransi adalah

sebagai berikut:47

a) Bahaya yang mengancam benda atau obyekasuransi.

b) Berasal dari faktor ekonomi, alam atau manusia.

c) Diklarifikasikan menjadi risiko pribadi, kekayaan dan tanggungjawab.

d) Hanya berpeluang menimbulkankerugian.

Dalam konteks asuransi erat kaitannya dengan risiko, evenemen

dan ganti kerugian. Evenemen adalah istilah yang diadopsi dari bahasa

Belanda evenement yang berarti peristiwa tidak pasti. Evenemen atau

peristiwa tidak pasti adalah peristiwa terhadap mana asuransi diadakan

tidak dipastikan terjadi dan tidak diharapkan terjadi. Adapun pengertian

evenemen jika dirumuskan yaitu evenemen adalah menurut pengalaman

manusia normal tidak dapat dipastikan terjadi, atau walaupun sudah pasti

terjadi, saat terjadinya tidak dapat ditentukan dan juga tidak dapat

diharapkan akan terjadi, jika terjadi juga akan menyebabkankerugian.48

Kaitan antara risiko dengan evenemen yaitu apabila risiko itu

sungguh-sungguh menjadi kenyataan, maka risiko berubah menjadi

46 Emmy Pangarimbuan Simanjuntak, 1975, Hukum Pertanggungan dan

Perkembangannya, FH-UGM, Yogyakarta, E.P.S I, hal.79-81

47Ibid. hlm 82.

48 Abdulkadir, 1999, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya Bakti, Jakarta,

hal. 120

46

evenement, yaitu peristiwa yang menimbulkan kerugian. Dalam hal ini

risiko menjadi beban ancaman penanggung. Oleh karena itu dapat kita

pahami ciri- ciri evenemen adalah sebagaiberikut:49

(1) Peristiwa yang terjadi itu menimbulkan kerugian.

(2) Terjadinya itu tidak diketahui, tidakdapat diprediksi terlebih dahulu.

(3) Berasal dari faktor ekonomi, alam dan manusia.

(4) Kerugian terhadap diri, kekayaan dan tanggung jawabseseorang.

Evenemen erat sekali persoalannya dengan ganti kerugian. Akan

tetapi tidak setiap kerugian (loss) akibat evenemen harus mendapat ganti

kerugian. Antara evenemen yang terjadi dan kerugian yang timbul ada

hubungan kausal. Evenemen adalah sebab dan kerugian adalah akibat.

2. Jenis-jenis Evenemen Yang Dapat Mengakibatkan Kerugian Dalam

Pengangkutan Transportasi Online

Dalam penyelenggaran transportasi online tidak jarang driver sebagai

mitra kerja perusahaan penyedia jasa transpotasi online mengalami suatu

evenemen atau kejadian yang tidak dapat diduga sebelumnya yang dapat

mengakibatkan kerugian pihak driver.

Ada beberapa Evenemen atau kejadian-kejadian tidak terduga yang

dapat mengakibatkan kerugian pihak Driver yang sering dialami oleh

Driver diantaranya yaitu : Pembatalan pesanan secara mendadak dengan

memutus koneksi dari pihak konsumen atau pengguna jasa ojek online

tanpa alasan yang jelas, adanya order fiktif dari konsumen yang tidak

49 Abdulkadir, Op.Cit, hal. 121

47

bertanggung jawab yang memberikan alamat tidak benar dalam

pemesanan layanan antar, kecelakaan lalu lintas pada saat melakukan

pekerjaan sebagai Driver, dan banyaknya ancaman dari ojek pangkalan

atau tranportasi umum konvensional di kawasan-kawasan tertentu.

Semua kejadian yang diluar dugaan tersebut sangat berpotensi

mengakibatkan kerugian bagi pihak driver.

48