asas asas pemerintahan

25
C. AZAS-AZAS KEPEMERINTAHAN YANG SUDAH ADA A) TIM PENGEMBANGAN KEBIJAKAN NASIONAL TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK KEMENTRIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN/BAPPENAS (2005) 1. Wawasan ke Depan ( Visionary) Semua kegiatan pemerintahan berupa pelayanan publik dan pembangunan di berbagai bidang seharusnya didasarkan visi dan misi yang jelas disertai strategi pelaksanaan yang tepat sasaran. Lembaga-lembaga pemerintahan pusat dan daerah perlu memiliki rencana strategis sesuai dengan bidang tugas masingmasing sebagai pegangan dan arah pemerintahan di masa mendatang. Rencana Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Daerah, Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Strategis Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah merupakan wujud prinsip wawasan ke depan. Tidak adanya visi akan menyebabkan pelaksanaan pemerintahan berjalan tanpa arah yang jelas. 2. Keterbukaan dan Transparansi ( Openness and Transparency) Keterbukaan merujuk pada ketersediaan informasi dan kejelasan bagi masyarakat umum untuk mengetahui proses penyusunan, pelaksanaan, serta hasil yang telah dicapai melalui sebuah kebijakan publik. Semua urusan tata kepemerintahan berupa kebijakan-kebijakan publik, baik yang berkenaan dengan pelayanan public maupun

description

sistem pemerintahan indonesia

Transcript of asas asas pemerintahan

Page 1: asas asas pemerintahan

C. AZAS-AZAS KEPEMERINTAHAN YANG SUDAH ADA

A) TIM PENGEMBANGAN KEBIJAKAN NASIONAL TATA

KEPEMERINTAHAN YANG BAIK KEMENTRIAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN/BAPPENAS (2005)

1. Wawasan ke Depan ( Visionary)

Semua kegiatan pemerintahan berupa pelayanan publik dan pembangunan di

berbagai bidang seharusnya didasarkan visi dan misi yang jelas disertai strategi

pelaksanaan yang tepat sasaran. Lembaga-lembaga pemerintahan pusat dan daerah

perlu memiliki rencana strategis sesuai dengan bidang tugas masingmasing

sebagai pegangan dan arah pemerintahan di masa mendatang. Rencana

Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Daerah, Rencana Kerja

Pemerintah, Rencana Strategis Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

Daerah merupakan wujud prinsip wawasan ke depan. Tidak adanya visi akan

menyebabkan pelaksanaan pemerintahan berjalan tanpa arah yang jelas.

2. Keterbukaan dan Transparansi ( Openness and Transparency)

Keterbukaan merujuk pada ketersediaan informasi dan kejelasan bagi masyarakat

umum untuk mengetahui proses penyusunan, pelaksanaan, serta hasil yang telah

dicapai melalui sebuah kebijakan publik. Semua urusan tata kepemerintahan

berupa kebijakan-kebijakan publik, baik yang berkenaan dengan pelayanan public

maupun pembangunan di daerah harus diketahui publik. Isi keputusan dan alas an

pengambilan kebijakan publik harus dapat diakses oleh publik. Demikian pula

informasi tentang kegiatan pelaksanaan kebijakan tersebut beserta hasil-hasilnya

harus terbuka dan dapat diakses public. Tidak adanya keterbukaan dan

transparansi dalam urusan pemerintahan akan menyebabkan kesalahpahaman

terhadap berbagai kebijakan publik yang dibuat.

3. Partisipasi Masyarakat ( Participation)

Partisipasi masyarakat merujuk pada keterlibatan aktif masyarakat dalam

pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penyelenggaraan

pemerintahan. Partisipasi masyarakat mutlak diperlukan agar penyelenggara

pemerintahan dapat lebih mengenal warganya berikut cara pikir dan kebiasaan

hidupnya, masalah yang dihadapinya, cara atau jalan keluar yang disarankannya,

Page 2: asas asas pemerintahan

apa yang dapat disumbangkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi, dan

sebagainya. Dengan demikian kepentingan masyarakat dapat tersalurkan di dalam

penyusunan kebijakan sehingga dapat mengakomodasi sebanyak mungkin aspirasi

dan kepentingan masyarakat, serta mendapat dukungan masyarakat luas.

Kehadiran dan keikutsertaan warga masyarakat dalam forum pertemuan publik,

serta keaktifan mereka dalam menyumbangkan pikiran dan saran menunjukkan

bahwa urusan pemerintahan juga menjadi urusan mereka dan bukan semata

urusan birokrat. Kurangnya partisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan akan

menyebabkan kebijakan publik yang diputuskan tidak mampu mengakomodasi

berbagai aspirasi dan kepentingan masyarakat, yang dapat mengakibatkan

kegagalan dalam pencapaian tujuan kebijakan tersebut.

4. Tanggung Gugat (Akuntabilitas atau Accountability)

Akuntabilitas publik adalah suatu ukuran atau standar yang menunjukkan

seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan penyusunan kebijakan public

dengan peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku untuk organisasi

publik yang bersangkutan. Oleh karena itu, penyusun kebijakan publik harus

dapat mempertanggungjawabkan setiap kebijakan yang diambilnya kepada publik.

Penerapan prinsip akuntabilitas atau tanggung jawab/tanggung gugat dalam

penyelenggaraan pemerintahan diawali pada saat penyusunan program pelayanan

publik dan pembangunan, pembiayaannya, serta pelaksanaan, pemantauan, dan

penilaiannya sehingga program tersebut dapat memberikan hasil atau dampak

optimal sesuai dengan sasaran atau tujuan yang ditetapkan. Dengan penerapan

prinsip akuntabilitas tersebut, diharapkan pertanggungjawaban penyelenggaraan

pemerintah/institusi/unit kerja tidak lagi sekedar laporan kesan-kesan dan

pesanpesan, tetapi menjadi laporan pertanggungjawaban kinerja selama yang

bersangkutan menjabat. Hal ini sejalan dengan kebijakan Anggaran Berbasis

Kinerja.

5. Supremasi Hukum ( Rule of Law)

Dalam pemberian pelayanan publik dan pelaksanaan pembangunan seringkali

terjadi pelanggaran hukum, seperti yang paling populer saat ini yaitu terjadinya

penyalahgunaan kekuasaan dalam bentuk KKN, serta pelanggaran hak

asasimanusia (HAM). Dalam hal ini, siapa saja yang melanggarnya harus diproses

Page 3: asas asas pemerintahan

dan ditindak secara hukum atau sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan yang berlaku. Wujud nyata prinsip ini mencakup upaya

pemberdayaan lembaga-lembaga penegak hukum, penuntasan kasus KKN dan

pelanggaran HAM, peningkatan kesadaran HAM, peningkatan kesadaran hukum,

serta pengembangan budaya hukum. Tidak diterapkannya prinsip supremasi

hokum akan menimbulkan ketidakpastian dalam penyelenggaraan pemerintahan.

6. Demokrasi ( Democracy)

Perumusan kebijakan publik dan pembangunan di pusat dan daerah dilakukan

melalui mekanisme demokrasi. Dalam demokrasi, rakyat dapat secara aktif

menyuarakan aspirasinya. Keputusan-keputusan yang diambil, baik oleh lembaga

eksekutif maupun legislatif, dan keputusan kedua lembaga tersebut harus

didasarkan pada konsensus. Kebijakan publik yang diambil sebaiknya benar-benar

merupakan hasil keputusan bersama. Apabila prinsip demokrasi tidak diterapkan

dalam penyelenggaraan pemerintahan, rakyat akan mempunyai rasa memiliki

yang rendah atas berbagai kebijakan publik yang dihasilkan.

7. Profesionalisme dan Kompetensi ( Profesionalism and competency)

Dalam pengelolaan pelayanan publik dan pembangunan dibutuhkan aparatur

pemerintahan yang memiliki kualifikasi dan kemampuan tertentu. Oleh karenanya

dibutuhkan upaya untuk menempatkan aparat secara tepat, dengan memperhatikan

kecocokan antara tuntutan pekerjaan dan kualifikasi atau kemampuan. Tingkat

kemampuan dan profesionalisme aparatur pemerintahan yang ada perlu selalu

dinilai kembali. Berdasarkan penilaian tersebut, dilakukan peningkatan kualitas

sumber daya manusia sesuai tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab melalui

pendidikan, pelatihan, lokakarya, dan sebagainya. Tanpa diterapkannya prinsip

profesionalisme dan kompetensi akan menyebabkan pemborosan dalam

penyelengaaraan pemerintahan.

8. Daya Tanggap ( Responsiveness)

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat atau sekelompok masyarakat tertentu

menghadapi berbagai masalah dan krisis sebagai akibat dari perubahan situasi dan

kondisi. Dalam situasi seperti ini, aparatur pemerintahan tidak sepantasnya

memiliki sikap “masa bodoh”, tetapi harus cepat tanggap dengan mengambil

prakarsa untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Aparat juga

Page 4: asas asas pemerintahan

harusmengakomodasi aspirasi masyarakat sekaligus menindaklanjutinya dalam

bentuk peraturan/kebijakan, kegiatan, proyek atau program. Tanpa diterapkannya

prinsip daya tanggap, penyelenggaraan pemerintahan akan berjalan lamban.

9. Keefisienan dan Keefektifan ( Efficiency and Effectiveness)

Agar dapat meningkatkan kinerjanya, tata kepemerintahan membutuhkan

dukungan struktur yang tepat. Oleh karena itu, pemerintahan baik pusat maupun

daerah dari waktu ke waktu harus selalu menilai dukungan struktur yang ada,

melakukan perubahan struktural sesuai dengan tuntutan perubahan seperti

menyusun kembali struktur kelembagaan secara keseluruhan serta menyusun

jabatan dan fungsi yang lebih tepat. Di samping itu, pemerintahan yang ada juga

harus selalu berupaya mencapai hasil yang optimal dengan memanfaatkan dana

dan sumber daya lainnya yang tersedia secara efisien. Tidak diterapkannya prinsip

keefisienan dan keefektifan akan menyebabkan pemborosan keuangan dan sumber

daya negara lainnya.

10. Desentralisasi ( Decentralization)

Wujud nyata dari prinsip desentralisasi dalam tata kepemerintahan adalah

pendelegasian urusan pemerintahan disertai sumber daya pendukung kepada

lembaga dan aparat yang ada di bawahnya untuk mengambil keputusan dan

menyelesaikan masalah yang dihadapi. Penerapan prinsip desentralisasi akan

dapat mengurangi beban dan penggunaan sumber daya pada lembaga dan aparat

di tingkat yang lebih atas, serta dapat mendayagunakan sumber daya lembaga dan

aparat pada tataran yang lebih bawah sekaligus dapat mempercepat proses

pengambilan keputusan. Dengan demikian, sumber daya yang ada dapat

digunakan secara proporsional. Sebaliknya tanpa diterapkannya prinsip

desentralisasi akan menyebabkan tidak adanya proporsionalitas dalampenggunaan

sumber daya penyelenggaraan pemerintahan.

11. Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta dan Masyarakat ( Private and

Civil Society Partnership)

Untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik dan pembangunanmasyarakat

madani, serta khususnya dalam rangka otonomi daerah, peranan swasta dan

masyarakat sangatlah penting. Karena itu, masyarakat dan sektor swasta harus

diberdayakan melalui pembentukan kerjasama atau kemitraan antara pemerintah

Page 5: asas asas pemerintahan

dengan dunia usaha swasta, pemerintah dengan masyarakat, dan antara dunia

usaha swasta dengan masyarakat. Kemitraan harus didasarkan pada kebutuhan

yang riil. Sektor swasta seringkali sulit tumbuh karena mengalami hambatan

birokratis seperti sulitnya memperoleh berbagai bentuk izin dan kemudahan-

kemudahan lainnya. Hambatan birokratis seperti ini harus segera diakhiri antara

lain dengan pembentukan pelayanan satu atap, pelayanan terpadu, dan sebagainya.

12. Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan ( Commitment to Reduce

Inequality)

Kesenjangan ekonomi yang juga menunjukkan adanya kesenjangan tingkat

kesejahteraan, merupakan isu dan permasalahan penting saat ini. Kesenjangan

ekonomi baik yang meliputi kesenjangan antara pusat dan daerah, antar daerah,

maupun antar golongan pendapatan merupakan salah satu penyebab lambatnya

proses pemulihan ekonomi dewasa ini. Kesenjangan lain adalah kesenjangan

“perlakuan” antara laki-laki dan perempuan, dimana perempuan sering

mendapatkan perlakuan yang berbeda/diskriminatif dalam kehidupan

bermasyarakat. Hal penting untuk diperhatikan adalah kesenjangan dapat memicu

konflik dalam masyarakat yang pada akhirnya dapat menyebabkan disintegrasi

bangsa. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi berbagai kesenjangan tersebut

merupakan wujud nyata prinsip komitmen padapengurangan kesenjangan.

13. Komitmen pada Lingkungan Hidup ( Commitment to Environmental

Protection)

Masalah lingkungan dewasa ini telah berkembang menjadi isu yang sangat

penting, baik pada tataran nasional maupun internasional. Hal ini berakar pada

kenyataan bahwa daya dukung lingkungan semakin lama semakin menurun akibat

pemanfaatan yang tidak terkendali. Kewajiban penyusunan analisis mengenai

dampak lingkungan secara konsisten, penegakan hukum lingkungan secara

konsekuen, pengaktifan lembaga-lembaga pengendali dampak lingkungan hidup

serta pengelolaan sumber daya alam secara lestari merupakan contoh untuk

mewujudkan prinsip komitmen pada lingkungan yang berkelanjutan.

14. Komitmen pada Pasar yang Fair ( Commitment to Fair Market)

Pengalaman kebijakan yang tidak berkomitmen pada pasar telah membuktikan

bahwa campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi seringkali berlebihan

Page 6: asas asas pemerintahan

sehingga akhirnya membebani anggaran belanja dan bahkan merusak pasar.

Bantuan pemerintah untuk mengembangkan perekonomian masyarakat seringkali

tidak diikuti oleh pembangunan atau pemantapan mekanisme pasar. Upaya

pengaitan kegiatan ekonomi masyarakat dengan pasar, baik di dalam daerah

maupun antardaerah merupakan contoh wujud nyata penerapan prinsip komitmen

pada pasar yang fair. Pengembangan perekonomian masyarakat tanpa didukung

oleh kebijakan publik yang tidak mencerminkan komitmen pada pasar akan

menyebabkan rendahnya daya saing perekonomian.

B) KARAKTERISTIK KEPEMERINTAHAN YANG BAIK MENURUT

UNDP (1997)

UNDP mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip-prinsipnya yang harus

dianut dan dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan kepemerintahan yang

baik, mencakup:

1. Partisipasi (Participation)

Keikutsertaan amsyarakat dalam proses pembuatan keputusan, kebebasan

berserikatdan berpendapat, serta kebebasan untuk berpartisipasi secara konstruktif

2. Aturan Hukum (rule of law)

Hukum harus adil tanpa pandang bulu, ditegakkan dan dipatuhi secara utuh

(impartially) terutama aturan hukum tentang hak-hak manusia

3. Transparan (Transparency)

adanya kebebasan aliran informasi dalam berbagai proses kelembagaan sehingga

mudah diakses oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus disediakan

secara memadai dan mudah dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai alat

monitoring dan evaluasi

4. Daya Tanggap (Responsiveness)

Setiap institusi prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai

pihak yang berkepentingan (stakeholders)

5. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation)

Bertindak sebagai mediator bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk

mencapai kesepakatan. Jika dimungkinkan, dapat diberlakukan terhadap berbagai

kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan pemerintah

Page 7: asas asas pemerintahan

6. Berkeadilan (equity)

Memberikan kesempatan yang sama baik terhadap laki-laki maupun perempuan

dalam upaya meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya

7. Efektivitas dan efisiensi (effectiveness and efficience)

Segala proses dan kelembagaan dirahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-

benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya

berbagai sumber yang tersedia

8. Akuntabilitas (accountability)

Para pengambil keputusan (pemerintah, swasta dan masyarakat madani) memilik

pertanggung jawaban kepada public sesuai dengan keputusan baik internal

maupun eksternal

9. Bervsisi Strategis (Strategic Vision)

Para pemimpin masyarakat dan memiliki perspektif yang luas dan jangka panjang

dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan manusia dengan

memahami aspek-aspek histories, cultural, dan kompleksitas social yang

mendasari perspektif mereka.

10. Saling Keterkaitan (interrelated)

Adanya saling memperkuat dan terkait (mutually reinforching) dan tidak bisa

berdiri sendiri.

C) UNDANG-UNDANG N0.28 TAHUN 1999 TENTANG

PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS

DARI KORUPSI KOLUSI DAN NEPOTISME (PASAL 3)

1. Asas Kepastian Hukum

Yaitu asas dalam Negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan

perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan

penyelenggaraan Negara.

2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara

Adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan

dalam pengendalian penyelenggaraan Negara

3. Asas Kepentingan Umum

Page 8: asas asas pemerintahan

Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif,

akomodatif, dan selektif

4. Asas Keterbukaan

Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh

informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan

Negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,

golongan dan rahasia Negara

5. Asas Proporsionalitas

Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban

penyelenggaraan Negara

6. Asas Profesionalitas

Yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan

ketentuan peraturan perundnag-undangan yang berlaku

7. Asas Akuntabilitas

Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan

penyelenggaraan Negara harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau

rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Negara sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D) KETETAPAN MPR NOMOR IV/MPR/2001 TENTANG ETIKA

KEHIDUPAN BERBANGSA DAN UU NOMOR 43 TAHUN 1999

SEBAGAI PERUBAHAN UU NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG

KEPEGAWAIAN

Di dalam Ketetapan MPR Nomor VI Tahun 2001 tentang Etika

Kehidupan Berbangsa dirumuskan bahwa Etika Kehidupan Berbangsa adalah

rumusan yang besumber dari ajaran agama, khususnya yang bersifat univesal dan

nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasil sebagai acuan

dasar dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa.

Pokok-pokok etika kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah,

keteladanan, sportivitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa

malu, tanggungjawab, menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai warga

bangsa, beretika sosial dan budaya, beretika politik dan pemerintahan, beretika

Page 9: asas asas pemerintahan

ekonomi dan bisnis, beretika penegakan hukum yang berkeadilan, beretika

keilmuan, dan beretika lingkungan. Etika ini dapat dijabarkan secara rinci sebagai

berikut:

1. Etika sosial dan budaya (jujur, peduli, saling memahami, menghargai,

mencintai, menolong, dan keteladanan).

2. Etika politik dan pemerintahan (menuju pemerintahan yang bersih, efisien

dan efektif ditandai keterbukaan, tanggungjawab, tanggap, aspiratif,

menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, kesediaan menerima pendapat

orang lain, menjunjung tinggi hak asasi manusia, peduli, siap mundur apabila

dirinya melanggar kaidah dan sistem nilai atau tidak mampu melaksanakan

tugas, mendahulukan kepentingan umum, harus bersikap jujur, amanah,

sportif, siap melayani, berjiwa besar, rendah hati, dan menjadi teladan,

toleransi tinggi, tidak pura-pura, tidak arogan, jauh dari munafik, tidak

melakukan kebohongan publik, tidak manipulatif dan menghindari tindakan

tidak terpuji).

3. Etika ekonomi dan bisnis (berjiwa wirausaha, mendorong berkembangnya

etos kerja ekonomi, mendorong pemberdayaan ekonomi, menghindari KKN,

tidak diskriminasi, dan berusaha mengentaskan kemiskinan, berpandangan

global).

4. Etika penegakan hukum yang berkeadilan (tenang, teratur, taat dan tertib

hukum, kepastian hukum, berusaha bertindak adil dan tidak diskriminatif),

5. Etika keilmuan (menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, berimtaq dan beriptek,

berbudauya kerja produktif, mewujudkan karsa, cipta dan karya yang

tercermin dalam perilaku kreatif, inovatif, inventif, komunikatif, mendorong

budaya baca-tulis-teliti-karya dan berpandangan global).

6. Etika lingkungan (kesadaran menghargai dan melestarikan lingkungn hidup,

penataan ruang, berkelanjutan, berkesinambungan, dan berwawasan

lingkungan (sustainable development).

UU nomor 43 tahun 1999 yang merupakan perubahan UU 8 tahun 1974

tentang Pokok-pokok Kepegawaian, mengatur tentang profesionalitas dan

netralitas PNS serta membangun manajemen kepegawaian berbasis kinerja. Di

dalam manajemen ini dikenal kedudukan, kewajiban, hak, manajemen PNS,

Page 10: asas asas pemerintahan

kebijaksanaan manajemen, formasi, penilaian prestasi kerja, perpindahan jabatan,

pengangkatan pemindahan, pemberhentian PNS, jiwa korps, kode etik, pendidikan

dan pelatihan, kompetensi, produktivitas, netralitas, dan kesejahteraan. Unsur-

unsur ini terkandung dalam nilai-nilai dasar budaya kerja aparat negara yang

dikenal sebagai 17 (tujuhbelas) pasang nilai-nilai dasar budaya kerja aparat

negara.

E) DASAR ETIKA: TUJUH BELAS PASANG NILAI-NILAI DASAR

BUDAYA KERJA APARATUR NRGARA (KEPMENPAN NOMOR

25 TAHUN 2002)

1. Komitmen dan Konsisten terhadap Visi, Misi, dan Tujuan Organisasi,

dalam Pelaksanaan Kegiatan Pemerintahan dan Pembangunan:

Keteguhan hati, tekad yang mantap untuk melakukan dan mewujudkan sesuatu

yang diyakini. Ketetapan, kesesuaian, ketaatan, kemantapan dalam bertindak

sesuai visi dan misi.

2. Wewenang dan Tanggungjawab

Hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu dan tanggungjawab:kesediaan

menanggung sesuatu. Jika salah, wajib memperbaiki atau dapat dituntut/

diperkarakan.

3. Keikhlasan dan Kejujuran

Rela sepenuh hati, dating dari lubuk hati, tidak mengharapkan imbalan atau balas

jasa, semata-mata karena menjalankan tugas/amanah demi Tuhan dan benar dalam

kata dan perbuatan, berani menolak/melawan kebatilan.

4. Integritas dan Profesionalisme/Profesionalitas

Menyatu dengan unit kerja/system yang ada, terampil, andal, kompeten, dan

bertanggungjawab.

5. Kreativitas dan Kepekaan (Sensitivitas) terhadap lingkungan tugas

Ide spontan, iovasi, adopsi, dan difusi, responsif dan proaktif/reaktif.

6. Kepemimpinan dan Keteladanan

Mengarahkan, membimbing, memotivasi, konsisten, dan komunikatif. Tindakan

yang segera memicu/mendorong pihak lain, berbuat/bertindak agar ditiru, antara

lain:iman, taqwa, beriptek, budaya baca-tulis, belajar terus, integritas, adil, arif,

Page 11: asas asas pemerintahan

tegas, bertanggungjawab, ramah, rendah hati, toleran, gembira, silih asah-asih-

asuh, sabar, periang dan tersenyum.

7. Kebersamaan dan Dinamika Kelompok Kerja

Suasana hati bersama, untuk kepentingan bersama. Tidak bekerja sendiri, tidak

egois, dan bekerja terintegrasi.

8. Ketepatan (Keakurasian) dan Kecepatan

Mengenai sasaran, mencapai tujuan, teliti, dan bebas kesalahan. Penggunaan

waktu lebih singkat dan pendek.

9. Rasionalitas dan Kecerdasan Emosi

Berpikir cerdas, obyektif, logis, sistematik, ilmiah, dan intelektual. Kecerdasan

Emosi: Spontan, kreatif, inovatif, holistik, integratif, dan kooperatif.

10. Keteguhan dan Ketegasan

Kuat dalam berpegang pada aturan, nilai moral, dan prinsip manajemen. Sifat,

watak, dan tindakan yang jelas dan tidak ragu-ragu.

11. Disiplin dan Keteraturan Bekerja

Taat aturan, norma, dan prinsip. Perilaku konsisten mengikuti ketentuan/prosedur.

12. Keberanian dan Kearifan dalam mengambil Keputusan dan Menangani

Konflik

Berani menanggung resiko atas perbuatan yang dilakuka, menuju pada hal-hal

yang benar/baik.

13. Dedikasi dan Loyalitas

Rela berkorban, mau menyatu dengan lingkungan.Mau dan patuh pada

tindakan/anjuran atasan.

14. Semangat dan Motivasi

Daya/energi yang mendorong perilaku ke tingkat tertingi. Merujuk pada tujuan

untuk memenuhi kebutuhan.

15. Ketekunan dan Kesabaran

Teliti, rajin, konsisten, berkelanjutan, dan tidak cepat ke tingkat tertinggi.

Merujuk pada tujuan untuk memenuhi kebutuhan.

16. Keadilan dan Keterbukaan

Page 12: asas asas pemerintahan

Bekerja sesuai tugas, fungsi, dan wewenang, dapat membedakan hak dan

kewajiban, dan tidak memihak. Tidak ada yan ditutupi (pada norma tertentu),

bebas memeroleh informasi dan menyampaikan pendapat.

17. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ilmu murni/terapan yang mengajak berbuat obyektif, tidak tahyul, dan menuju

keteraturan.Cara melaksanakan pekerjaan yang efisien dan efektif, cepat-tepat-

pasti, baik dengan cara sederhana maupun canggih.

F) PP NOMOR 1 TAHUN 2000 MENETAPKAN PRINSIP-PRINSIP

KEPEM’ERINTAHAN YG BAIK :

1. Provesionalisme

2. Akuntabilitas

3. Transparansi

4. Pelayanan prima

5. Demokrasi

6. Efisiensi

7. Efektivitas

8. Supremasi hukum

9. Diterima oleh publik

D). KERANGKA MENGENAI ASAS PEMIKIRAN YANG BAIK

Dari apa yang telah diulas pada sub Bab sebelumnya dapat diketahui

bahwa sebenarnya terdapat banyak sekali azas-azas yang perlu menjadi pedoman

bagi pemerintah dalam rangka mewujudkan pemerintah yang baik dan

semestinya. Azas dapat dikatakan adalah sebagai pandangan hidup bagi

pemerintah yang pada hakikatnya merupakan pemegang kekuasaan tertinggi

dalam masyarakat sekaligus sebagai pelayan masyarakat itu sendiri.

Berdasarkan konsep negara hukum kesejahteraan, fungsi utama

pemerintah atau eksekutif adalah untuk menjamin dan mewujudkan kesejahteraan

bagi warga negara. Pemerintah mulai dari presiden, menteri, gubernur, camat

sampai tingkat desa melakukan tugas negara untuk kesejahteraan. Namun seiring

Page 13: asas asas pemerintahan

dengan pemberian tugas dan tanggung jawab yang besar itu kepada administrasi

negara, kepadanya juga diberikan wewenang berupa  freies

ernessen atau discretionare, yaitu kebebasan untuk bertindak atas inisiatif sendiri

menyelesaikan persoalan-persoalan penting dan mendesak yang muncul secara

tiba-tiba, di mana hukum tidak mengaturnya, serta dapat dipertanggungjawabkan

baik secara hukum maupun secara moral.

Karena dengan freies ernessen memungkinkan munculnya peluang

benturan kepentingan antara pemerintah dan rakyat, yang merupakan bentuk

penyimpangan tindakan pemerintah yang bisa mengakibatkan terampasnya hak

asasi warga negara, maka diperlukan suatu asas-asas sebagai tolak ukur kebenaran

pemerintah dalam bertindak. Asas-asas tersebut biasa dinamakan asas-asas umum

pemerintahan yang baik, asas-asas ini dipertama kali diusulkan oleh Komisi De

Monchy di Belanda pada tahun 1950.

Arti penting dan fungsi asas-asas umum pemerintahan yang layak bagi

administrasi negara adalah sebagai pedoman dalam penafsirkan dan penerapan

terhadap ketentuan perundang-undangan yang sumir, samar atau tidak jelas, juga

untuk membatasi dan menghindari kemungkinan administrasi negara

mempergunakan freies ermessen yang jauh menyimpang dari ketentuan Undang-

Undang. Bagi masyarakat, sebagai pencari keadilan, asas-asas umum

pemerintahan yang layak dapat digunakan sebagai dasar gugatan. Bagi hakim Tata

Usaha Negara, dapat digunakan segabai alat menguji dan membatalkan keputusan

yang dikeluarkan pejabat Tata Usaha Negara dan asas-asas umum pemerintahan

yang layak juga berguna bagi badan legislatif dalam merancang Undang-Undang.

Pelaksanaan sistem pemerintahan di negara kita tentu didasarkan pada asas-asas

umum pemerintahan yang layak. Maka dari itu apabila terjadi akibat hukum yang

merugikan dari adanya penetapan tertulis dari Badan atau Pejabat Tata Usaha

Negara, lebih-lebih bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang

baik, orang atau badan hukum perdata yang kepentingannya dirugikan dapat

mengajukan gugatan ke pengadilan untuk mendapat keputusan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang

menjadi Permasalahan dalam tulisan ini akan adalah bagaimana arti penting Asas-

Page 14: asas asas pemerintahan

asas Umum Pemeritahan yang Baik dalam penyelesaian sengketa Tata Usaha

Negara?

Dengan adanya azas-azas yang telah disepakati, hal tersebut sekaligus akan

menjadi filter bagi pemerintah agar tidak menjadi pemerintah yang super power

dan bertindak di luar kapasitasnya sebagai penentu kebijakan dan pelayan publik.

Dari beberapa sumber penetapan azas-azas diatas, dapat diambil beberapa azas

yang merupakan poin-poin yang dianggap sebagai azas-azas yang baik dan telah

disepakati, yakni:

Azas visionary

Azas transparansi

Azas partisipasi masyarakat

Azas akuntabilitas

Azas supremasi hukum

Azas demokrasi

Azas professionalisme

Azas daya tanggap

Azas efisiensi dan efektivitas

Azas desentralisasi

Azas kepastian hukum

Azas penyelenggaraan negara

Azas kemitraan dengan dunia usaha

Azas pengurangan kesenjangan

Azas kepentingan umum

Azas komitmen pada lingkungan hidup dll.

Selain dari apa yang tertuang pada beberapa asas- asas pemerintahan yang

baik yang sudah ada tersebut, penulis juga memiliki argumen atau saran atas asas

yang perlu diperhitungkan kembali atau di perhatikan guna agar dapat

mewujudkan jalannya pemerintahan yang lebih baik.

Asas-asas tersebut ialah, asas non-kekerabatan, asas normatif, dan asas kebebasan

bertanggung jawab.

Asas non- kekerabatan

Page 15: asas asas pemerintahan

Asas ini dapat diartikan sebagai adanya suatu kebijakan dari pemerintah

dimana dalam melakukan suatu kinerja dalam pemerintahan bersifat obyektif atau

tidak memperhitungkan apakah pihak yang menjalani kerjasama dalam

pemerintahan haruslah orang lain, bukan orang dalam ataupun kerabat dari dalam

pemerintahan itu sendiri. Misalnya saja pada penentuan kontraktor proyek

pembangunan negara, dalam hal perekrutan tenaga kerja dalam dinas

pemerintahan serta penempatan jabatan. Dengan diberlakukannya asas non-

kekerabatan dalam pelaksanaan program pemerintah, diharapkan akan

meminimalisir tingkat kecurangan, penyelewengan dana atau KKN.

Asas normatif

Asas ini adalah asas yang perlu diperhitungkan dalam hal realisasi kinerja

pemerintah agar tidak bertolak belakang dengan norma-norma yang sudah

berkembang di dalam masyarakat, baik pada norma agama, kesusilaan,

kesopanan, kebiasaan, dan hukum. Dengan begitu, masyarakat tentu akan

mendukung kebijakan yang fleksibel dan menyesuaikan dalam lingkungan

masyarakat.

Asas kebebasan bertanggung jawab (freis ernessen)

Asas ini adalah asas bagi pemerintah dimana dalam pelaksanaan tugasnya

berhak untuk mengambil keputusan sendiri demi mewujudkan masyarakat yang

sejahtera, adil dan makmur. Hierarkis dalam pemerintahan berhak untuk

menentukan kebijakan apa yang perlu diambil dalam menyesuaikan kondisi yang

ada pada masyarakat, sehingga mempunyai hak tersendiri tanpa perlu

pertimbangan secara mutlak dari lapisan yang lebih tinggi selama keputusan yang

diambil demi kemanfaatan bagi masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dari apa yang sudah dikemukakan dari azas-azas tersebut, maka perlu

adanya keterkaitan antara azas yang satu dengan azas lainnya, dengan kata lain

pelaksanaan harus sejalan, dan tidak bertentangan agar tidak timbul adanya

pembiasan dalam pelaksanaan azas yang sudah ditetapkan tersebut. Misalnya saja

pada azas partisipasi masyarakat, dimana masyarakat merujuk pada keterlibatan

aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan

penyelenggaraan pemerintahan. Partisipasi masyarakat mutlak diperlukan agar

penyelenggara pemerintahan dapat lebih mengenal warganya berikut cara pikir

Page 16: asas asas pemerintahan

dan kebiasaan hidupnya, masalah yang dihadapinya, cara atau jalan keluar yang

disarankannya, apa yang dapat disumbangkan dalam memecahkan masalah yang

dihadapi, dan sebagainya. Dengan demikian kepentingan masyarakat dapat

tersalurkan di dalam penyusunan kebijakan sehingga dapat mengakomodasi

sebanyak mungkin aspirasi dan kepentingan masyarakat, serta mendapat

dukungan masyarakat luas. Kehadiran dan keikutsertaan warga masyarakat dalam

forum pertemuan publik, serta keaktifan mereka dalam menyumbangkan pikiran

dan saran menunjukkan bahwa urusan pemerintahan juga menjadi urusan mereka

dan bukan semata urusan birokrat. Kurangnya partisipasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan akan menyebabkan kebijakan publik yang diputuskan tidak mampu

mengakomodasi berbagai aspirasi dan kepentingan masyarakat, yang dapat

mengakibatkan kegagalan dalam pencapaian tujuan kebijakan tersebut. Pada azas

ini, pemerintah juga perlu mempertimbangkan pada aspek asas lainnya,

akuntabiltas misalnya. Partisipasi masyarakat yang terlalu melebihi batas, tentu

akan berdampak pada kisruhnya pelaksaan pemerintahan yang baik karena banyak

pihak yang memanfaatkan keadaan untuk kepentingan golongannya sendiri.

Selain itu asas-asas yang menjadi pedoman pemerintah tesebut haruslah

bersifat implementatif atau dapat dilaksanakan. Asas pemerintahan yang baik juga

harus memperhitungkan aspek sosial yang ada di masyarakat agar dapat diterima

dan sesuai dengan harapan