BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 -...

35
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran dan Tempat Tumbuh Tanaman Sukun Sukun merupakan salah satu jenis tanaman penghasil buah terpenting dari famili Moraceae yang merupakan salah satu jenis makanan pokok di Kepulauan Polinesia, Melanesia dan Mikronesia (Hamilton, 1987 : 13). Asal-usul tanaman tidak diketahui secara pasti, namun diyakini merupakan jenis asli dari daerah Polinesia dan tropis Asia (Hamilton, 1987 : 13). Dalam Wikipedia Indonesia dijelaskan bahwa asal-usul sukun diperkirakan dari Kepulauan Nusantara sampai Papua yang kemudian menyebar ke daerah lainnya melalui kegiatan migrasi penduduk atau misi perdagangan antara lain di Madagaskar, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, Karibia, Asia Tenggara, Srilanka, India, Indonesia, Australia. Sebaran tanaman sukun di Kepulauan Indonesia meliputi Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Nias, Lampung), Pulau Jawa (Kepulauan Seribu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Madura, P. Bawean, Kepulauan Kangean), Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi (Minahasa, Gorontalo, Bone, Makasar, Malino), Maluku (Seram, Buru Kai, Ambon,

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 -...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Sukun

1. Sebaran dan Tempat Tumbuh Tanaman Sukun

Sukun merupakan salah satu jenis tanaman penghasil buah

terpenting dari famili Moraceae yang merupakan salah satu jenis

makanan pokok di Kepulauan Polinesia, Melanesia dan Mikronesia

(Hamilton, 1987 : 13). Asal-usul tanaman tidak diketahui secara pasti,

namun diyakini merupakan jenis asli dari daerah Polinesia dan tropis

Asia (Hamilton, 1987 : 13). Dalam Wikipedia Indonesia dijelaskan

bahwa asal-usul sukun diperkirakan dari Kepulauan Nusantara sampai

Papua yang kemudian menyebar ke daerah lainnya melalui kegiatan

migrasi penduduk atau misi perdagangan antara lain di Madagaskar,

Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, Karibia, Asia Tenggara, Srilanka,

India, Indonesia, Australia.

Sebaran tanaman sukun di Kepulauan Indonesia meliputi

Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Nias,

Lampung), Pulau Jawa (Kepulauan Seribu, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur, Yogyakarta, Madura, P. Bawean, Kepulauan Kangean),

Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi (Minahasa,

Gorontalo, Bone, Makasar, Malino), Maluku (Seram, Buru Kai, Ambon,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

9

Halmahera Dan Ternate), dan Papua (Sorong, Manokwari, pulau-pulau

kecil di daerah “Kepala Burung” (Heyne, 1987 : 670; Pitojo, 1992 : 10).

Tanaman sukun yang terdapat di berbagai wilayah Indonesia

dikenal dengan nama seperti suune (Ambon); amo (Maluku Utara);

Kamandi, Urknem atau Beitu (Papua); Karara (Bima, Sumba, Flores);

susu aek (Rote); hotopul (Batak); baka atau bakara (Sulawesi Selatan)

dan lain-lain. Nama lain sukun di berbagai negara yaitu breadfruit

(Inggris); fruit a pain (French); fruto pao, paode massa (Portugoese);

broodvrucht, broodhoom (Holland) dan ulu (Hawai). Tanaman sukun

mempunyai beberapa nama ilmiah yang sering digunakan, yaitu

Artocarpus communis Forst, Artocarpus incisa Linn atau Artocarpus

altilis (Parkinson) Forsberg (Sari, N.I.V. 2008 : 12).

Menurut Rajendran (1992), (Adinugraha, 2011 : 15) tempat

tumbuh tanaman sukun tersebar mulai dari dataran rendah dengan

ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (dpl), namun kadang-

kadang terdapat juga pada tempat yang memiliki ketinggian 1.500 meter

dpl. Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah panas yang suhu rata-rata

sekitar 20-40oC yang beriklim basah dengan curah hujan 2.000-3.000

mm/tahun dan kelembaban relatif 70-90 %. Menurut Alrasjid (1993 : 5)

tanaman sukun menyukai lahan terbuka dan banyak menerima sinar

matahari. Keberadaan tanaman sukun di suatu tempat merupakan

indikator bahwa tanaman sukun bisa tumbuh dengan baik di daerah

tersebut asal tidak berkabut.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

10

Menurut Pitojo (1992 : 11); Alrasjid (1993 : 5); (Adinugraha,

2011 : 16) tanaman sukun dapat tumbuh pada semua jenis tanah seperti

tanah podsolik merah kuning, tanah berkapur dan tanah berpasir

(regosol), namun akan lebih baik apabila ditanam pada tanah alluvial

yang gembur, bersolum dalam, banyak mengandung humus, tersedia air

tanah yang cukup dangkal dan memiliki pH tanah sekitar 5-7. Umumnya

pertumbuhan tanaman sukun tidak baik apabila ditanam pada tanah yang

memiliki kadar garam (NaCl) tinggi. Demikian pula penanaman sukun di

daerah yang beriklim kering, di mana tanaman sering mengalami stress

karena kekurangan air (drought stress) dapat menyebabkan perontokan

buah.

2. Aspek Botani Tanaman Sukun

Tanaman sukun merupakan salah satu jenis yang sangat dikenal

di Indonesia dan banyak negara lainnya. Jenis ini memiliki banyak nama

lokal tergantung daerah persebarannya. Tanaman sukun termasuk famili

Moraceae, genus Artocarpus, dan spesies Artocarpus altilis (Parkinson)

Fosberg. Para ahli ada yang memberi nama Artocarpus incisa Linn dan

Artocarpus communis Forst. Beberapa sebutan lokal antara lain, di Siam

dikenal dengan nama sake, di Malaysia dikenal sebagai Bandarase, serta

dalam bahasa Inggris disebut dengan Breadfruit (Pitojo, 1992 : 12).

Kedudukan tanaman sukun (Artocarpus altilis) mempunyai

sistematika sebagai berikut :

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

11

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg

Menurut Rajendran (1992) dan Ragone (1997); (Adinugraha,

2011 : 7) tanaman sukun memiliki habitus pohon yang tingginya dapat

mencapai 30 meter, namun rata-rata tingginya hanya 12-15 meter. Jenis

sukun dapat tumbuh baik sepanjang tahun (evergreen) di daerah tropis

basah dan bersifat semi deciduous serta di daerah yang beriklim

monsoon. Batangnya memiliki kayu yang lunak, tajuknya rimbun dengan

percabangan melebar ke arah samping, kulit batang berwarna hijau

kecokelatan, berserat kasar dan pada semua bagian tanaman memiliki

getah encer. Akar tanaman sukun mempunyai akar tunggang yang dalam

dan akar samping yang dangkal. Apabila akar tersebut terluka atau

terpotong akan memacu tumbuhnya tunas alam atau root shoots tunas

yang sering digunakan untuk bibit (Heyne, 1987 : 672; Pitojo, 1992 : 11).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

12

Gambar 1. Bentuk percabangan tanaman sukun (Sumber foto :

Adinugraha, 2011)

Tanaman sukun berdaun tunggal yang bentuknya oval sampai

lonjong, ukurannya bervariasi walaupun pada satu pohon memiliki

ukuran panjang 20-60 cm dan lebar 20-40 cm dengan panjang tangkai

daun 3-7 cm. Bagian ujung daun meruncing, sedangkan bagian

pangkalnya membulat, tepi daun berlekuk menyirip dan kadang-kadang

siripnya bercabang. Permukaan daun bagian atas licin, warnanya hijau

mengkilap sedang bagian bawahnya kasar, berbulu dan berwarna kusam.

Posisi daun menyebar menghadap ke atas dengan jarak antardaun

bervariasi antara 2-10 cm (Pitojo, 1992 : 12). Berdasarkan bentuk

daunnya, menurut Alrasjid (1993); (Adinugraha, 2008 : 9) secara umum

dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu berlekuk dangkal atau sedikit, agak

dalam dan berlekuk dalam.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

13

Gambar 2. Variasi bentuk daun sukun (Sumber foto : Adinugraha, 2011)

Bunga sukun berkelamin tunggal (bunga betina dan bunga jantan

terpisah), tetapi berumah satu (monoceous). Bunganya keluar dari ketiak

daun pada ujung cabang dan ranting dengan bunga jantan berkembang

terlebih dahulu. Bunga jantan berbentuk pipih memanjang disebut ontel

yang panjangnya 10-20 cm berwarna kuning, sedangkan bunga betina

berbentuk bundar sejak keluar dari kelopak bunga dan bertangkai pendek

(babal) seperti pada nangka. Setelah serbuk sarinya keluar bunga jantan

ini akan berubah warna dari hijau menjadi kecokelatan, kemudian layu

dan berjatuhan di bawah tajuk pohon.

Buah sukun berasal dari pembengkakan bunga betina dan

termasuk jenis buah majemuk, namun karena tidak berbiji (partenocrpy)

maka segmen-segmenya terlihat menyatu dengan kandungan pati yang

relatif besar. Buah sukun berbentuk bulat sampai lonjong dengan ukuran

panjang ± 30 cm, lebar 9-20 cm. Berat buah dapat mencapai 4 kg dengan

daging buah berwarna putih, puting kekuningan atau kuning serta tangkai

buah yang panjangnya berkisar 2,5-12,5 cm tergantung varietasnya

(Widowati, 2003 : 5).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

14

Gambar 3. Perbedaan bentuk bunga betina (A) dan jantan (B)

pada tanaman sukun (Sumber foto : Utami, 2011)

Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan dan

terdapat segmen-segmen petak berbentuk poligonal pada kulitnya.

Segmen poligonal ini dapat menentukan tahap kematangan buah sukun.

Poligonal yang lebih besar menandakan buahnya telah matang sedangkan

buah yang belum matang mempunyai segmen-segmen poligonal yang

lebih kecil dan lebih padat.

Sebagai contoh buah sukun dari Cilacap, Bali dan Mataram

berbentuk bulat agak lonjong dan tidak berduri, sukun dari Yogyakarta

berukuran lebih kecil dan berduri, sedangkan dari Madura, Sulawesi

Selatan, Manokwari dan Sorong berbentuk lonjong serta berduri

(Adinugraha, 2011 : 7). Tanaman sukun mulai berbuah setelah berumur

4-7 tahun dan biasanya berbuah 2 kali dalam setahun, yaitu sekitar bulan

Januari-Februari dan bulan Juli-September. Tanaman sukun yang cukup

A

B

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

15

mendapatkan cahaya matahari penuh biasanya lebih cepat berbuah

daripada yang tumbuh di bawah naungan pohon lain.

Berdasarkam hasil pengamatan morfologi buah sukun di

Indonesia umumnya ukuran buah sukun dapat dikelompokkan menjadi 3

macam yaitu kecil, sedang dan besar. Bentuk buah bulat, agak lonjong

sampai lonjong. Buah memiliki duri atau tidak berduri (sukun gundul).

Buah sukun lonjong berduri terdapat di Madura, Sulawesi Selatan,

Ternate, Manokwari dan Sorong. Buah sukun lonjong terdapat di

Cilacap, Bawean, Banten dan Ternate. Buah sukun bulat berduri terdapat

di Yogyakarta dan Ternate sedangkan sukun bulat yang tidak berduri

terdapat di Yogyakarta dan Ternate sedangkan sukun bulat tidak berduri

terdapat di Cilacap, Banten, Sukabumi, pulau Bawean, Yogyakarta,

Kediri, Banyuwangi, Mataram dan Bali.

3. Aspek Ekologi Tanaman Sukun

Beberapa aspek lingkungan yang sangat berpengaruh bagi

kelangsungan hidup tanaman sukun, antara lain :

1. Tanah

Tanaman sukun dapat ditanam hampir di segala jenis tanah,

sehingga memiliki daerah penyebaran yang luas. Pada tanah podsolik

merah kuning, tanah berkapur dan tanah berpasir, tanaman sukun

mampu tumbuh dengan baik karena mempunyai toleransi yang

tinggi terhadap keadaan tanah.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

16

Sukun mampu tumbuh dengan baik di daratan rendah, daratan

sedang hingga mencapai ± 600 m di atas permukaan laut. Tanah

yang gembur dan banyak mengandung humus, kemudian air

tanahnya dangkal sangat menguntungkan bagi pertumbuhan sukun.

Sedangkan pada tanah-tanah yang kurang subur akan menghambat

pertumbuhan sukun sekaligus mempengaruhi produktivitasnya.

Sukun tidak tahan pada tanah yang airnya berkadar garam tinggi,

(Pitojo, 1992 : 25).

Sukun tergolong tanaman tropik sejati, tumbuh paling baik di

dataran rendah yang panas. Tanaman ini tumbuh baik di daerah

basah, tetapi juga dapat tumbuh di daerah yang sangat kering asalkan

ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Bahkan sukun dapat

tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering, pada

saat tanaman lain tidak dapat atau merosot produksinya, justru

sukun dapat tumbuh dan berbuah dengan lebat.

2. Suhu

Menurut Angkasa (1994); (Widyastuti, 2004 : 11) tanaman

sukun mampu tumbuh di daerah yang memiliki suhu harian rata-rata

20-40oC. Pertumbuhan optimal didapat di daerah dengan kisaran

suhu 21-33oC. Daerah yang dingin kurang mampu mendukung

pertumbuhan tanaman sukun. Walaupun mampu tumbuh sukun tidak

akan berbuah optimal, melainkan cenderung menghasilkan banyak

daun yang rimbun.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

17

3. Curah hujan dan kelembaban

Selain tumbuh di sembarang ketinggian, tanaman ini dapat

tumbuh di daerah kering seperti Madura, Nusa Tenggara Timur,

Lombok sampai daerah basah seperti Jawa Barat. Kisaran curah

hujannya 1.500-2.500 mm/tahun. Kelembaban udara yang

diinginkan sukun adalah 70-90 %. Kelembaban ini penting untuk

menunjang pertumbuhan, pembungaan dan pembesaran buah.

Namun daerah kering yang kelembabannya rendah masih ditolerir

sukun, hanya pertumbuhannya tidak optimal (Pitojo, 1992 : 25).

4. Sinar matahari

Menurut Angkasa (1994); (Widyastuti, 2004 : 11) tanaman

sukun memiliki kebutuhan sinar matahari yang sedikit rumit sewaktu

masih muda, tanaman lebih senang bila ternaungi. Untuk itu,

menanam sukun perlu di tempat yang sudah memiliki naungan

alami, misalnya di sekitar pepohonan lain. Jika belum ada, perlu

dibuat naungan sederhana. Setelah tanamannya dewasa, sukun

membutuhkan sinar matahari penuh. Jadi seandainya tanaman masih

dinaungi oleh pohon besar yang lain, sebaiknya pohon tersebut di

pangkas atau dikurangi pengaruh naungannya. Tanaman sukun

dewasa yang terlalu dinaungi akan cenderung berdaun rimbun, tetapi

produksi buahnya sedikit.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

18

B. Keadaan Alam Asal Kultivar Sukun

1. Bayuwangi (Jawa Timur)

Banyuwangi adalah kabupaten terluas di Jawa Timur. Luasnya

mencapai 5.782,50 km2. Secara umum keadaan iklim Banyuwangi

memiliki iklim tropis basah. Dibandingkan dengan wilayah pulau Jawa

bagian barat Jawa Timur memiliki curah hujan yang sedikit. Curah hujan

rata-rata 1.900 mm pertahun dengan musim hujan selama 100 hari. Suhu

rata-rata berkisar antara 21oC-34

oC. Untuk di daerah pegunungan,

suhunya bisa mencapai -4oC (http://www.wikipedia.org/Banyuwangi-

JawaTimur).

2. Cilacap (Jawa Tengah)

Cilacap merupakan sebuah kabupaten yang terletak di provinsi

Jawa Tengah. Cilacap memiliki iklim tropis, dengan curah hujan tahunan

rata-rata 2.000 meter dan suhu rata-rata antara 21oC-32

oC. Cilacap

merupakan kabupaten terluas di Jawa tengah yaitu mencapai 6,6 % dari

total wilayah Jawa Tengah. Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor

pada tahun 1969, jenis tanah di wilayah Jawa Tengah di dominasi oleh

tanah latosol, aluvial dan gromosol sehingga hamparan tanah di provinsi

ini termasuk tanah yang mempunyai tingkat kesuburan yang relatif subur

(http://www.wikipedia.org/Cilacap-JawaTengah).

3. Gunung Kidul (DIY)

Gunung Kidul merupakan kabupaten yang memiliki luas 1.485,36

km2. Secara garis besar uraian iklim di kabupaten Gunung Kidul

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

19

mencakup 3 komponen iklim yaitu curah hujan, suhu dan kelembaban

udara.

a. Curah hujan

Curah hujan rata-rata di wilayah ini mencapai 1.900 mm pertahun,

bulan kering berkisar antara 2-6 bulan dalam setahun dan jumlah

hari hujan rata-rata 80 hari pertahun. Musim hujan dimulai pada

bulan Oktober-April, curah hujan tertinggi dicapai pada bulan

Desember hingga Februari dengan curah hujan rata-rata lebih 200

mm perbulan serta jumlah hari hujan mencapai 10-24 hari.

b. Suhu udara

Suhu udara rata-rata di wilayah ini sebesar 27,7oC, dengan suhu

maksimum sebesar 32,4 o

C dan suhu minimum 23,2oC.

c. Kelembaban udara

d. Kelembaban nisbi di wilayah ini berkisar antara 80-85%, hal ini

tidak terpengaruh dengan ketinggian tempat dan kejauhan letaknya

dari laut. Kelembaban tertinggi dapat dicapai pada bulan Januari-

Maret, sedangkan kelembaban terendah pada bulan September. Dari

segi topografi, sebagian besar wilayahnya terletak pada ketinggian

antara 100-500 meter di atas permukaan laut. Mayoritas wilayah ini

adalah pegunungan dan perbukitan serta sebagian wilayahnya

merupakan wilayah yang tandus.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

20

4. Sleman (DIY)

Sleman merupakan kabupaten yang kondisi tanahnya sangat

subur, hal ini dikarenakan letaknya yang berada di dataran Gunung

Merapi yang secara garis besar tanahnya mengandung tanah regosol.

Curah hujan berkisar antara 2.012 mm pertahun, iklim daerah ini yaitu

iklim tropis sedang, suhu mencapai 27,2oC dan kelembaban 24,7%.

Wilayah kabupaten Sleman termasuk beriklim tropis basah dengan

musim hujan antara bulan Nopember-April dan musim kemarau antara

bulan Mei-Oktober (http://www.wikipedia.org/Sleman-Yogyakarta).

5. Lampung

Propinsi Lampung mempunyai luas 35.376,50 km2. Keadaan

wilayah ini sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit

sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di pulau Sumatera dan

tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai

sebelah timur sepanjang tepi laut Jawa merupakan perairan yang luas.

Provinsi Lampung merupakan daerah beriklim tropis, dengan ciri-

ciri cukup panas dan banyak turun hujan. Musim kemarau berlangsung

antara Mei-September dan musim hujan antara Nopember-Mei. Angka

hujan rata-rata tahunan mencapai 2.000-3.000 mm, bahkan di bagian

barat mencapai 3.000-4.000 mm/tahun sedangkan di bagian timur

Lampung 1.000-2.000 mm/tahun. Pada daerah ketinggian 30-60 meter

suhu rata-rata berkisar antara 26ºC-28ºC. Suhu maksimum 33ºC dan suhu

minimum 22ºC. Rata-rata kelembaban udara antara 80-88% dan pada

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

21

daerah yang lebih tinggi kelembaban juga akan lebih tinggi. Jenis tanah

di daerah ini yaitu podzolik, merah kuning, andosol, retosol

(http://www.wikipedia.org/Lampung).

6. Manokwari (Papua)

Manokwari merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

Papua. Kabupaten Manokwari sering disebut sebagai kota buah-buahan

karena di sini tanahnya sangat subur untuk berbagai macam tumbuh-

tumbuhan. Luas wilayah Manokwari mencapai 37.901 km2. Topografi

wilayah ini pada umumnya sekitar 80% daerah berbukit dan dataran

tinggi sedangkan 20% merupakan dataran rendah.

Secara umum struktur tanah di kabupaten Manokwari terdiri dari

jenis alluvial (18,70%), mediterania (2,44%), podzolik merah kuning

(10,41%), podzolik cokelat keabuan (7,57%), tanah utama/complex of

soil (49,21%), latosol (4,49%) dan organosol (7,17%). Sedangkan jenis

tanah yang ada secara umum terdiri dari tanah kapur kemerahan, tanah

endapan alluvial dan tanah alluvial muda. Kedalaman efektif tanah secara

umum di kabupaten Manokwari rata-rata di atas 25 cm.

Kabupaten Manokwari mempunyai iklim tropis basah dengan

suhu udara minimum 21,5°C dan suhu maksimum 33,1°C, kelembaban

udaranya mencapai 84,7% dengan intensitas panas matahari 54,3%. Suhu

maksimum terjadi pada bulan Januari dan Maret, sedangkan suhu

minimum terjadi pada bulan Agustus dan November. Curah hujan cukup

tinggi, yaitu 2.283 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

22

Maret dan terendah terjadi pada bulan Juli. Untuk jumlah hari hujan,

terbanyak terjadi pada bulan Juni dan Oktober, sedangkan hari hujan

terkecil terjadi pada bulan Desember

(http://www.wikipedia.org/Manokwari).

7. Bali

Luas wilayah kota Denpasar 127,98 km2 atau 127,98 ha. Dari luas

tersebut, tata guna tanahnya meliputi tanah sawah 5.547 ha dan lahan

kering 10.001 ha. Lahan Kering terdiri dari tanah pekarangan 7.714 ha,

tanah tegalan 396 ha, tanah tambak atau kolam 9 ha, Tanah sementara

tidak diusahakan 81 ha, Tanah Hutan 538 ha, tanah perkebunan 35 ha

dan tanah lainnya 1.162 ha. Kota Denpasar termasuk daerah beriklim

tropis yang dipengaruhi angin musim sehingga memiliki musim kemarau

dengan angin timur (Juni-Desember) dan musim hujan dengan angin

barat (September-Maret) dan diselingi oleh musim pancaroba. Suhu rata-

rata berkisar antara 25,4°C-28,5°C dengan suhu maksimum jatuh pada

bulan Januari, sedangkan suhu minimum pada bulan Agustus.

Jumlah curah hujan di Denpasar berkisar 0-406 mm dan rata-rata

97,1 mm. Bulan basah curah Hujan >100 mm/bulan selama 4 bulan dari

bulan November-Februari Sedangkan bulan kering curah Hujan <100

mm/bulan selama 8 bulan jatuh pada bulan Maret-Oktober. Curah hujan

tertinggi terjadi pada pada bulan Februari (406 mm) dan terendah terjadi

pada bulan Oktober (0 mm) (http://www.wikipedia.org/Bali).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

23

8. Mataram (NTB)

Kondisi kota Mataram adalah dataran. Kota Mataram berada

pada ketinggian kurang dari 50 meter di atas permukaan laut (dpl)

dengan rentang ketinggian sejauh 9 km. Jenis tanah yang ada di wilayah

kota Mataram sebagian besar dari jenis tanah liat, tanah liat berpasir dan

tufa. Ini akibat endapan kuarter yang berasal dari hasil pengikisan atas

lereng gunung atau sungai yang banyak terdapat di daerah ini, kemudian

diendapkan di wilayah yang letaknya relatif lebih rendah. Jenis tanah ini

mempunyai karakteristik daya penyerapan air yang lambat akibat kondisi

permeabilitas yang rendah. Kondisi ini sebenarnya baik bagi

pengembangan wilayah saluran pertanian atau irigasi, sehingga tanah di

kota Mataram berpotensi sebagai daerah pertanian. Tetapi apabila curah

hujan tinggi, kondisi tanah dan topografi kota Mataram mempunyai

potensi sebagai daerah banjir dan genangan air

(http://www.wikipedia.org/Mataram-NTB).

9. Kediri

Kondisi topografi wilayah ini terdiri dari dataran rendah dan

pegunungan yang dilalui aliran sungai Brantas yang membelah dari

selatan ke utara. Suhu udara berkisar antara 23oC-31

oC dengan tingkat

curah hujan rata-rata sekitar 1.652 mm per hari. Secara keseluruhan luas

wilayah ada sekitar 1.386.05 km2. Ditinjau dari jenis tanahnya, kabupaten

Kediri dapat dibagi menjadi 5 (lima) golongan yaitu: regosol cokelat

keabuan seluas 77.397 Ha atau 55,84 %, aluvial cokelat keabuan seluas

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

24

28,178 ha atau 20,33 %, andosol cokelat kuning, regosol cokelat kuning

dan litosol seluas 4.408 ha atau 3,18 %, mediteran cokelat merah,

grumosol kelabu seluas 13.556 ha atau 9,78 %, litosol cokelat kemerahan

seluas 15.066 ha atau 10.87% (http://www.wikipedia.org/Kediri).

10. Banten

Topografi wilayah provinsi Banten berkisar pada ketinggian 0-

1.000 m dpl. Secara umum kondisi topografi wilayah provinsi Banten

merupakan dataran rendah yang berkisar antara 0-200 meter di atas

permukaan laut yang terletak di daerah kota Cilegon, kota Tangerang,

kabupaten Pandeglang, dan sebagian besar kabupaten Serang. Adapun

daerah Lebak Tengah dan sebagian kecil kabupaten Pandeglang memiliki

ketinggian berkisar 201-2.000 meter dpl dan daerah Lebak Timur

memiliki ketinggian 501-2.000 meter dpl yang terdapat di Puncak

Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun. Sumber daya tanah wilayah

provinsi Banten secara geografis terbagi dua tipe tanah yaitu kelompok

tipe tanah sisa atau residu dan kelompok tipe tanah hasil angkutan

(http://www.wikipedia.org/Banten).

11. Sukabumi (Jawa Barat)

Kondisi wilayah kabupaten Sukabumi mempunyai potensi

wilayah lahan kering yang luas, saat ini sebagian besar merupakan

wilayah perkebunan, tegalan dan hutan. Kabupaten Sukabumi

mempunyai iklim tropik dengan tipe iklim B (oldeman) dengan curah

hujan rata-rata tahunan sebesar 2.805 mm dan hari hujan 144 hari. Suhu

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

25

udara berkisar antara 20-30oC

dengan kelembaban udara 85-89 %. Curah

hujan antara 3.000-4.000 mm pertahun terdapat di daerah utara.

Sedangkan curah hujan antara 2.000-3.000 mm pertahun terdapat di

bagian tengah sampai selatan kabupaten Sukabumi.

Jenis tanah yang tersebar di kabupaten Sukabumi sebagian besar

di dominasi oleh tanah latosan dan podsolik yang terutama tersebar pada

wilayah bagian selatan dengan tingkat kesuburan yang rendah.

Sedangkan jenis tahan andosol dan regosol umumnya terdapat di daerah

pegunungan terutama daerah Gunung Salak dan Gunung Gede dan pada

daerah pantai dan tahan alluvial umumnya terdapat di daerah lembah dan

daerah sungai (http://www.wikipedia.org/Sukabumi).

12. Sorong

Kabupaten Sorong merupakan daerah yang beriklim tropis yang

lembab dan panas. Rata-rata curah hujan pertahun berkisar 1.500-2.500

mm. Puncak musim hujan terjadi saat angin Barat Laut bertiup pada

bulan Oktober-Maret. Suhu dan kelembaban udara cenderung stabil

berkisar antara 29-32oC dan 75-80% (http://www.wikipedia.org/Sorong).

C. Rambut atau Trikomata

Trikoma terdiri atas sel tunggal atau banyak sel. Struktur yang

menyerupai trikoma, tetapi tidak besar dan terbentuk dari jaringan epidermis

atau di bawah epidermis disebut emergensia, sedangkan apabila terbentuk

dari jaringan stele disebut spina.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

26

1. Kegunaan trikoma

Peranan trikoma bagi tumbuhan, yaitu :

a. Trikoma yang terdapat pada epidermis daun berfungsi untuk

mengurangi penguapan

b. Menyerap air serta garam-garam mineral

c. Mengurangi gangguan hewan

2. Macam-macam trikoma

Menurut Hidayat (1995 : 73-75), trikoma dibedakan menjadi dua,

yaitu :

a. Trikoma glanduler

Trikoma glanduler merupakan trikoma yang dapat

menghasilkan sekret. Trikoma glanduler dapat bersel satu, bersel

banyak atau berupa sisik. Trikoma bersel banyak yang sederhana

terdiri dari tangkai dengan kepala bersel satu atau banyak, misalnya

pada daun tembakau.

Macam-macam trikoma glanduler antara lain :

1) Trikoma hidatoda atau koleter, terdiri atas sel tangkai, beberapa

sel kepala, menghasilkan sekret yang kental dan lengket serta

mengeluarkan larutan yang berisi asam organik. Trikoma seperti

ini ditemukan berkelompok pada tunas muda dan sekret yang

dihasilkannya menjaga tunas dari kekeringan.

2) Kelenjar madu, berupa rambut bersel satu atau lebih dengan

plasma yang kental dan mampu mengeluarkan madu ke

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

27

permukaan sel terdapat pada bunga atau di bagian lain di luar

bunga. Beberapa di antaranya tidak berkutikula dan madu

disekresikan secara difusi. Pada rambut lain, sel memiliki

kutikula. Dinding terluar dari sel kepala rambut yang

bersangkutan perlahan-lahan akan membengkak dan meluas

sehingga terbentuk lapisan lendir menyerupai kubah di bawah

kutikula. Lapisan tersebut terus meluas dan dengan demikian

menekan lapisan bagian dalam dari dinding luar ke arah lumen

sel yang hampir seluruhnya rusak. Akhirnya, kutikula pecah dan

zat lendir tempat terkumpulnya madu terbawa ke permukaan

organ, misalnya pada Hibiscus dan Abuliton.

3) Kelenjar garam terdiri atas sebuah sel kelenjar besar dengan

tangkai yang pendek.

4) Rambut gatal pada Urtica, berupa sel panjang yang memiliki

dasar yang lebar membengkak sedangkan bagian atasnya sempit

dan runcing. Dinding bagian ujung yang runcing mengandung

silika sedangkan bagian tepat di bawahnya mengandung

kalsium. Jika rambut tersentuh ujung runcing yang membulat itu

akan patah di daerah batas, sisanya yang berujung runcing

dengan mudah menembus kulit orang yang menyentuh

tumbuhan tersebut. Di saat itulah kandungan rambut (histamin

dan asetilkolin) masuk kulit sehingga menimbulkan rasa gatal

pada kulit.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

28

b. Trikoma non-glanduler

Trikoma ini tidak menghasilkan sekret. Macam-macam

trikoma non-glanduler, antara lain :

1) Rambut sisik yang memipih dan bersel banyak, ditemukan tanpa

tangkai misalnya pada daun durian atau bertangkai pada Olea.

2) Rambut bercabang dan bersel banyak. Bentuknya dapat seperti

bintang misalnya rambut di bagian bawah daun waru atau

seperti tempat lilin pada Verbascom.

3) Rambut akar merupakan perpanjangan sel epidermis dalam

bidang yang tegak lurus permukaan akar. Sel berbentuk bulat

panjang, mencapai panjang 80-1.500 µm dengan garis tengah 5-

17 µm. Rambut akar memiliki vakuola besar dan biasanya

berdinding tipis.

4) Rambut bersel satu atau banyak dan tidak pipih, misalnya pada

Lauraceae, Moraceae, Triticum, Pelargonium dan Gossypium.

Pada Gossypium serat kapas merupakan rambut epidermis bersel

satu dari kulit biji dan dapat mencapai panjang 6 cm.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

29

Macam-macam contok bentuk trikomata pada daun :

Gambar 4. Macam-macan bentuk trikomata (rambut). A, rambut sederhana

dari daun Cistus. Pada dasarnya terdapat bagian yang dibentuk karena dinding

dari silika. B, rambut berseri satu (uniseriat) pada daun Saintpaulia. C,D,

rambut bercabang dari daun Gossypium (kapas). E, rambut bintang dari daun

Sida. F, rambut dndroid dari daun Lacandula. G, rambut nekasel dari daun

kentang (Solanum). H, I, rambut sisik peltata dari daun Olea (Zaitun). J,

rambut bersel dua dari batang Pelargonium. K-M, Gossypium. Rambut

epidermis dari biji (K) pada stadium muda (L) dan pada stadium dewasa

berdinding sekunder (M). N, vesikula air pada Mesembryanthemum . O-Q,

rambut dalam tiga stadium perkembangan dari daun Glycine (kacang kedelai).

Sumber : dari Esau, 1976 (Hidayat, E.B, 1995).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

30

D. Klasifikasi Tumbuhan

Klasifikasi ini mempunyai tujuan untuk mencapai kemudahan

efisiensi dalam mengingat (economy of memory), sebagai alat untuk

membantu dalam identifikasi untuk menunjukkan jauh dekatnya hubungan

kekerabatan.

1. Tinjauan taksonomi

Ilmu taksonomi tumbuhan mempelajari tentang penggambaran

dan penggolongan tumbuhan menurut persamaan dan perbedaan sifat-

sifat tumbuhan yang kemudian diklasifikasikan dengan menggunakan

sifat-sifat yang dianggap mantap. Menurut Lawrence (1955), bahwa

identifikasi adalah cara mencari dan mencocokkan sesuatu yang tidak

diketahui ketika menentukan jenis tertentu suatu tumbuhan dengan

membandingkan tumbuhan itu dengan tumbuhan yang sudah diketahui

identifikasinya atau dengan deskripsi tumbuhan. Deskripsi adalah uraian

data sifat-sifat yang teratur dari suatu golongan tumbuhan. Klasifikasi

adalah penempatan tumbuhan tertentu ke dalam kategori menurut sistem

tata nama (Lawrence, 1955 : 1).

Keanekaragaman yang ada di dunia ini sangat besar baik dalam

bentuk, ukuran, struktur, fungsi dan sebagainya. Untuk memudahkan

mempelajari tumbuhan yang beraneka ragam dari sifat dan ciri yang ada

pada tumbuhan maka manusia menggolongkan atau mengklasifikasikan

tumbuhan tersebut menurut kepentingan masing-masing berdasarkan

sifat dan ciri tumbuhan itu sendiri (Sudarsono, dkk 2005 : 27). Menurut

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

31

Tjitrosoepomo (1993 : 5) klasifikasi didefinisikan sebagai pembentukan

takson-takson (golongan-golongan) berdasarkan keseragaman yang

dimiliki dengan tujuan menyederhanakan objek studi.

Perbedaan dasar yang digunakan dalam mengadakan klasifikasi

tumbuhan akan memberikan hasil klasifikasi yang berbeda-beda. Dalam

bukunya taksonomi tumbuhan (Tjitrosoepomo, 1993 : 9-10)

menguraikam ada beberapa sistem klasifikasi yang berbeda dalam hal

landasan utama atau tujuan yang ingin dicapai yang berkembang dari

masa ke masa yakni :

a. Sistem buatan atau artifisial

Sistem ini bertujuan praktis dengan tekanan utama pada tercapainya

tujuan penyederhanaan obyek studi dalam bentuk suatu ikhtiar

ringkas seluruh tumbuhan

b. Sintem alam

Sistem klasifikasi ini tidak hanya bertujuan untuk memperoleh

penyederhanaan obyek studi, tetapi juga dapat mencerminkan apa

yang dikehendaki oleh alam

c. Sistem filogenetik

Sistem ini lahir setelah munculnya teori evousi. Sistem ini ingin

menunjukkan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara golongan

tumbuhan yang satu dengan yang lainnya serta urutannya dalam

sejarah perkembangan filogenetik tumbuhan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

32

d. Kemotaksonomi

Sistem ini memanfaatkan kemajuan dalam ilmu kimia yang dapat

semakin baik mengungkap zat-zat apa saja yang terkandung dalam

tubuh tumbuhan. Didasarkan atas kesamaan atau kekerabatan zat-zat

kimia yang terkandung di dalamnya maka timbul sistem klasifikasi

kemotaksonomi

e. Taksonometri

Sistem ini berusaha untuk menentukan jauh dekatnya hubungan

kekerabatan antara dua takson melalui sistem pemberian nilai dan

melalui penerapan analisis kelompok.

2. Pengertian istilah kultivar

Dalam dunia pertanian sering digunakan istilah “varietas” tanpa

kejelasan maksud dari istilah tersebut, untuk membedakan pengertian

“varietas” para ahli taksonomi tumbuhan menyarankan agar

menggunakan istilah “kultivar” yang khusus diterapkan untuk tanaman

budidaya saja (Tjitrosoepomo, 1993 : 60).

Pasal 10 Kode Internasional Tatanama Tumbuhan Budidaya

tahun 1969 memberi batasan kultivar sebagai kumpulan atau unit

tumbuh-tumbuhan yang dibudidayakan dan dibedakan secara nyata oleh

beberapa sifat morfologis, fisiolagis, sitologis, kimia atau sifat yang lain.

Jika sifat tersebut direproduksi baik secara seksual mapun aseksual, sifat

tersebut masih dipertahankan keturunannya.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

33

Menurut Sokal dan Sneath (1969 : 290-295) dalam pasal lain

Kode Internasional Tatanama Tumbuhan Budidaya yang dinyatakan

bahwa :

a. Kultivar adalah satu atau beberapa klon yang sangat mirp, klon

merupakan kumpulan individu yang secara genetik seragam dan

diperoleh dari satu individu tunggal dengan perkembangbiakan

aseksual

b. Kultivar adalah satu atau lebih garis keturunan yang mirip hasil

pembuahan sendiri atau pembastaran normal

c. Kultivar adalah hasil perkawinan silang dari individu-individu yang

menunjukkan perbedaan genetik atau mempunyai satu atau lebih sifat

yang dapat dibedakan dari kultivar lain

d. Kultivar adalah kumpulan individu hasil persilangan

3. Sifat morfologi sebagai sumber bukti taksonomi

Sifat morfologi merupakan sesuatu yang melekat atau menjadi

sifat tumbuhan yang ditunjukkan oleh komponen struktural tumbuhan

dan berkaitan dengan organ-organ tumbuhan yang dapat dilihat langsung

dengan mata atau dengan bantuan lensa. Sifat-sifat morfologi meliputi

struktur vegetatif seperti warna, ukuran daun, batang, tunas dan struktur

generatif seperti bunga dan buah (Lawrence, 1955).

Bukti taksonomi menurut Singh (1999); (Pratiwi, 2010 : 7-8)

dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, yaitu morfologi, anatomi,

palinologi, embriologi, mikromorfologi, kromosom dan kemotaksonomi.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

34

Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari aspek struktur dan bentuk

tumbuhan yang menjadi dasar adanya persamaan dan perbedaan di antara

berbagai tumbuhan. Sifat morfologi tumbuhan merupakan sifat yang

melekat pada tumbuhan yang ditunjukkan oleh komponen struktur

tumbuhan dan berkaitan dengan organ tumbuhan yang dapat dilihat

langsung dengan mata maupun dengan bantuan lensa.

Sifat yaitu penanda atau candra yang mengacu pada bentuk,

susunan, tingkah laku yang digunakan untuk membandingkan,

mendeterminasi dan memisahkan antara organisme satu dengan

organisme lainnya. Ada beberapa sifat, yaitu :

a. Berdasarkan penggunaannya

Menurut Sudarsono dkk (2005 : 31) berdasarkan

penggunaannya dapat dibagi menjadi 2 sifat, yaitu :

1) Sifat analisis

Sifat analisis disebut juga dengan sifat diagnesis atau sifat kunci,

yaitu sifat yang digunakan untuk identifikasi, pencirian dan

pembatasan suatu takson

2) Sifat sintetis

Sifat sintesis digunakan untuk pengklasifikasian atau untuk

menyatukan kelompok-kelompok menjadi kelompok yang lebih

tinggi tingkatannya. Sifat sintesis adalah sifat yang terdapatnya

secara serba sama dan meluas pada seluruh anggota suatu

takson.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

35

b. Berdasarkan perwujudannya

Menurut Sudarsono, dkk (2005 : 31) berdasarkan

perwujudannya dapat dibagi menjadi 2 sifat, yaitu :

1) Sifat kualitatif

Merupakan sifat yang meliputi perwujudan bentuk, sering

digunakan pada takson tinggi misalnya suku

2) Sifat kuantitatif

Merupakan sifat yang meliputi perwujudan ukuran, panjang dan

lainnya, sering digunakan pada takson yang lebih rendah,

misalnya jenis. Walaupun demikian, beberapa sifat kualitatif

bisa diwujudkan secara kuantitatif, sehingga sifat-sifat bisa

dinilai langsung dengan menghitung, mengukur dan menilai

bentuk organ atau bagian organ tumbuhan

c. Berdasarkan bobotnya

Berdasarkan bobotnya dapat dibagi menjadi 2 sifat, yaitu :

1) Sifat baik

Sifat yang baik merupakan sifat yang memiliki kriteria sebagai

berikut, bukan sifat yang variasinya meluas, bukan varietas yang

memiliki viabilitas genetik, tidak mudah dipengaruhi oleh

lingkungannya menunjukkan keruntutan atau berhubungan

dengan sifat lain

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

36

2) Sifat buruk

Sifat buruk merupakan sifat yang tidak memliki kriteria sifat

yang baik

4. Mengukur Hubungan Kekerabatan

Menurut Weier (Riana W, 2007 : 29) hubungan kekerabatan

tumbuhan dapat diketahui melalui suatu pendekatan. Pendekatan dari

taksonomi berisi semua bentuk fakta-fakta secara bersama-sama dari

semua karakter baik morfologi, anatomi atau biokimia mempunyai

ukuran yang sama dalam proses pembuatan kepastian. Pendekatan ini

bertumpu pada sejumlah metode-metode statistik yang multivariasi.

Pendekatan ini disebut dengan taksonomi numerik.

Taksonomi numerik didefinisikan sebagati metode evaluasi

kuantitatif mengenai kesamaan atau kemiripan sifat antar golongan

organisme, dan penataan golongan-golongan itu melalui suatu analisis

yang dikenal sebagai “analisis kelompok” (cluster analysis) ke dalam

kategori takson yang lebih tinggi atas dasar kesamaan-kesamaan tadi.

Taksonomi numerik didasarkan atas bukti-bukti fenetik, artinya

didasarkan atas kemiripian yang diperlihatkan obyek studi yang diamati

dan dicatat serta bukan atas dasar kemungkinan-kemungkinan

perkembangan filogenetiknya. Kegiatan-kegiatan dalam taksonomi

numerik bersifat emperik dan data serta kesimpulannya selalu dapat diuji

kembali melalui observasi dan eksperimen (Tjitrosoepomo, 1993 : 53).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

37

Analisis taksonomi numerik harus diputuskan dari unit-unit

taksonomi tingkat terendah yang dikaji dalam OTU’s (Opertional

Taxonomic Unit). OTU’s dapat merupakan tumbuhan individual,

pemisahan populasi dari jenis yang sama, pemisahan jenis dalam satu

genus, pemisahan genus dan sebagainya. Selain hal tersebut, karakteristik

yang tepat harus diseleksi untuk menunjukkan perbandingan OTU’s.

Karakter-karakter tersebut diperoleh dari berbagai alat morfologis yang

ada.

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengetahui

hubungan kekerabatan di antara organisme, yaitu metode fenetik dan

metode filogenetik. Dan pada penelitian ini, penulis menggunakan

metode fenetik atau dikenal dengan taksonomi numerik. Taksonomi

numerik dikembangkan oleh Sokal dan Sneath (1963); (Pratiwi, 2010 : 9)

yang didasarkan pada prinsip Adansonian, prinsip-prinsip tersebut yaitu :

a. Semakin banyak informasi yang terdapat dalam taksa dan semakin

banyak karakter yang mendasarinya, maka semakin baik klasifikasi

yang dihasilkan

b. Bersifat apriori, artinya setiap karakter memiliki nilai atau bobot yang

sama dalam membentuk taksa alami

c. Semua persamaan antar dua taksa merupakan fungsi dari persamaan

individual pada semua karakter di mana keduanya dibandingkan

d. Taksa yang berbeda dapat terjadi karena korelasi karakter yang

berbeda-beda dalam kelompok yang dipelajari

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

38

e. Taksonomi merupakan ilmu empiris

f. Klasifikasi didasarkan pada persamaan fenetik

Menurut Tjitrosoepomo (1993:53) langkah-langkah

pengklasifikasian menggunakan metode taksonomi numerik meliputi :

a. Pemilihan obyek studi

Pemilihan obyek studi dapat berupa varietas, jenis dan seterusnya.

Yang penting untuk diperhatikan ialah bahwa unit-unit yang

dijadikan obyek-obyek studi harus benar mewakili golongan

organisme yang sedang diteliti. Unit terkecil sebagai obyek studi

disebut unit taksonomi operasional (OTU’s).

b. Pemilihan ciri-ciri yang akan diberi angka (skor)

Ciri atau karakter yang dipilih untuk pemberian angka masing-

mamsing diberi kode dan selanjutnya disusun dalam bentuk tabel

atau matriks.

c. Pengukuran kemiripan

Kemiripan ditentukan dengan membandingkan tiap ciri pada masing-

masing unit taksonomi operasional.

d. Analisis kelompok (cluster analysis)

Matriks dari sifat yang sama ditata kembali, sehingga OTU’s yang

mempunyai kemiripan dapat dikelompokkan menjadi satu.

Kelompok-kelompok itu disebut fenon dan dapat ditata secara

hierarki dalam suatu diagram yang disebut dendogram

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

39

e. Diskriminasi

Setelah klasifikasi dilakukan, ciri-ciri yang digunakan ditelaah

kembali untuk menentukan ciri yang paling konstan dan bernilai

untuk pembuatan kunci identifikasi

Menurut Weier (Riana W, 2007 : 31) diagram percabangan yang

sering disebut dengan dendogram yang dihasilkan oleh analisis kelompok

adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan hubungan

suatu analisis fenetik. Sedangkan analisis kelompok merupakan suatu

metode yang dikelompokkan atau klaster dari OTU’s yang mempunyai

koefisiensi similaritas yang tinggi untuk menggambarkan tingkat yang

dapat diterapkan dalam hierarki taksonomi, kemudian dapat dikemas

seperti genera dan lain-lain.

Pengelompokan OTU’s disusun berdasarkan kemiripan dalam

suatu metode yang disebut cluster analysis. Dunn dan Everitt (1980 : 78-

86) menyebutkan beberapa metode cluster analysis meliputi :

a. Single linkage clustering

Metode ini membandingkan antara dua klaster atau kelompok

berdasarkan koefisien similaritas maupun disimilaritasnya

b. Complete-linkage clustering

Metode ini tidak hanya dapat digunakan untuk membandingkan

koefisien similaritas atau disimilaritas antara dua klaster tetapi dapat

digunakan untuk membandingkan dengan kelompok similaritas atau

disimilaritas yang terbesar atau terkecil

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

40

c. Group average clustering

Metode ini membandingkan rata-rata koefisien similaritas atau

disimilaritas antara dua klaster dan juga dengan rata-rata koefisien

similaritas atau disimilaritas semua OTU’s

d. Centroid clustering

Metode analisis ini dengan mencari nilai tengah dan jarak antar

group OTU’s

Sukla dan Misra (1979), mengelompokkan hubungan kekerabatan

sebagai berikut :

a. Hubungan kekerabatan fenetik merupakan hubungan kekerabatan

yang berdasarkan pada kesamaan sifat-sifat fenotip (sifat-sifat yang

tampak) antara individu yang satu dengan yang lainnya

b. Hubungan kekerabatan kladistik merupakan hubungan kekerabatan

antara individu satu dengan lainnya dengan memperhatikan sejarah

evolusinya

c. Hubungan kekerabatan kronistik merupakan hubungan kekerabatan

antara bagian-bagian dari unit-unit taksonomi operasional yang

diukur berdasar skala waktu evolusi dikombinasikan dengan fenotip

d. Hubungan kekerabatan filogenetik merupakan hubungan

kekerabatan antara individu satu dengan lainnya berdasarkan pada

sejarah asal-usul nenek moyangnya

Analisis fenetik berdasarkan pada similaritas keseluruhan yaitu

pasangan OTU’s diperbandingkan dari keseluruhan fakta-fakta yang

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

41

tersedia dan suatu koefisien similaritas yang dideterminasi. Ada tiga

metode utama yang banyak digunakan dalam menghitung persamaan

fenetik di antara unit taksonomi yaitu :

a. Koefisien asosiasi

Koefisien ini merupakan metode yang paling sederhana dan

menunjukkan sifat yang diekspresikan sebagai pernyataan yang

bersifat positif atau negatif

b. Koefisien korelasi

Koefisien ini merupakan proporsionalitas dan independensi antara

pasangan vektor-vektor OTU’s

c. Pengukuran jarak di antara unit taksonomi

Pengukuran jarak ini menggunakan ruang multi dimensi dengan satu

dimensi untuk setiap sifat

E. Kerangka Berfikir

Indonesia memiliki aneka ragam tanaman yang cukup banyak, salah

satunya yaitu sukun. Hal ini didukung oleh adanya lahan yang masih luas dan

suhu serta iklim yang sesuai dengan pertumbuhan sukun. Tanah yang tidak

subur dan mengandung kadar garam yang cukup tinggi dapat menghambat

pertumbuhan sukun sehingga buahnya akan rontok sebelum waktunya.

Sukun merupakan salah satu jenis tanaman hutan rakyat yang memliki

nilai ekonomis untuk dikembangkan, baik itu buah, daun maupun kayunya

yang bersifat multiguna. Upaya untuk meningkatkan daya guna sukun dan

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Sebaran …eprints.uny.ac.id/9430/3/BAB 2 - 07308144035.pdf · (Sumber foto : Utami, 2011) Sukun mempunyai kulit yang berwarna hijau kekuningan

42

nilai ekonominya dapat dilakukan dengan memanfaatkannya secara langsung

maupun diolah menjadi tepung yang bisa digunakan sebagai bahan baku

untuk pembuatan beraneka macam makanan.

Hampir seluruh bagian tanaman sukun dapat dimanfaatkan untuk

keperluan hidup manusia. Daun sukun yang telah kuning dapat dibuat

minuman untuk obat penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis, karena

mengandung phenol, quercetin dan champorol dan juga dapat digunakan

sebagai bahan ramuan obat penyembuh kulit yang bengkak atau gatal. Kayu

sukun tidak terlalu keras tapi kuat, elastis dan tahan rayap, digunakan sebagai

bahan bangunan antara lain mebel, partisi interior, papan selancar dan

peralatan rumah tangga lainnya.

Selama ini pemanfaatan tanaman sukun terutama buahnya belum

optimal. Oleh karena itu melalui penelitiaan ini, diharapkan masyarakat dapat

mengenali berbagai macam kultivar tanaman sukun yang berasal dari

berbagai daerah di Indonesia.