BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Anak...

22
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Anak Balita 1. Pengertian Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpangan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002). Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan keadaan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Saat ini, selain berkaitan dengan kesehatan, gizi juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena berhubungan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002). Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa, 2002). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi tubuh, umumnya membawa ke status gizi memuaskan. Sebaiknya jika kekurangan atau kelebihan zat gizi esensial dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut gizi salah. Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa, 2002).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Anak...

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi Anak Balita

1. Pengertian

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

penyimpangan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak

digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi

normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002).

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi. Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan

dengan keadaan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi,

membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses

kehidupan dalam tubuh. Saat ini, selain berkaitan dengan kesehatan, gizi

juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena berhubungan

dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja

(Almatsier, 2002).

Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi

dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan

fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa,

2002). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,

penyerapan dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi

tubuh, umumnya membawa ke status gizi memuaskan. Sebaiknya jika

kekurangan atau kelebihan zat gizi esensial dalam makanan untuk jangka

waktu yang lama disebut gizi salah. Manifestasi gizi salah dapat berupa

gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa, 2002).

9

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk

anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status

gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh

keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck dalam

creasoft, 2008). Zat gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat dalam

makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan. Sampai saat ini dikenal kurang lebih 45 jenis zat gizi dan sejak

akhir tahun 1980an dikelompokkan keadaan zat gizi makro yaitu zat gizi

sumber energi berupa karbohidrat, lemak, dan protein dan zat gizi mikro

yaitu vitamin dan mineral (Supariasa, 2002).

Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal, jika jaringan tubuh

jenuh oleh semua zat gizi maka disebut status gizi optimal. Kondisi ini

memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan

yang tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak

seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan gizi yang

mencakup kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, 2002).

Bentuk dan jenis makanan bergizi bagi balita berdasarkan Depkes RI

(2009) yang menyebutkan untuk anak usia 0-6 bulan makanan yang

terbaik bagi bayi adalah ASI eksklusif. Usia 6-9 bulan ASI tetap diberikan

dan mulai ditambahkan makanan pendamping seperti bubur susu dan

bubur tim yang dilumat. Balita ketika suda berusia 9-12 bulan ASI masih

bisa diberikan dan ditambahkan MP ASI yang lebih padat seperti bubur

nasi dan nasi lembek. Anak yang sudah berusia 1-2 tahun dapat diberikan

makanan orang dewasa seperti nasi, lauk pauk dan sayur yang diberikan 3

kali sehari dengan porsi 1/3 piring orang dewasa, pada usia in ASI juga

masih dapat diberikan. Anak ketika sudah berusia 2 tahun ke atas, dapat

diberikan makanan orang dewasa dengan porsi yang diperbesar serta

ditambahkan buah dan sayur.

10

Berikut cara memberi makan anak

Umur Contoh MP ASI

6 bulan Pagi : Bubur susu 3 sendok makan

Sore : Bubur susu 3 sendok makan

7 bulan Pagi : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc

Siang : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc

Malam : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc

8 bulan Pagi : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc

Siang : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc

Malam : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc

9 bulan Pagi : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc

Siang : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc

Malam : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc

Ditambah 1 kali makanan kecil

10 bulan Pagi : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc

Siang : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc

Malam : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc

Ditambah 1 kali makanan kecil

11 bulan Pagi : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc

Siang : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc

Malam : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc

Ditambah 1 kali makanan kecil

Anak yang berumur lebih dari 1 tahun dapat dilakukan dengan

memberikan makanan orang dewasa dengan kombinasi antara nasi, lauk

pauk dan sayuran dengan porsi makan 1/3 piring sebanyak 3 kali sehari,

berikan makanan buah atau perasan buah dan ajari makan sendiri. Setelah

anak usia diatas 2 tahun ditambahkan porsinya menjadi ½ piring dengan

tidak memberi makanan manis sebelum waktu makan (Dekpes RI, 2009).

11

2. Pengukuran Status Gizi Balita

Beberapa cara mengukur status gizi balita yaitu dengan pengukuran

antropometri, klinik dan laboratorik. Diantara ketiga cara pengukuran

satatus gizi balita, pengukuran antropometri adalah yang relatif sering dan

banyak digunakan (Soegiyanto dan Wiyono, 2007). Pengukuran

antropometri dapat digunakan untuk mengenali status gizi seseorang.

Antropometri dapat dilakukan beberapa macam pengukuran yaitu

pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan sebagaimya.

Dari beberapa pengukuran tersebut, berat badan (BB), tinggi badan (TB),

dan panjang badan (PB) adalah yang paling dikenal.

Ilmu status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB / TB sesuai

dengan umur secara sendiri-sendiri, tetapi dalam bentuk indikator yang

dapat merupakan kombinasi diantara ketiganya. Masing-masing indikator

mempunyai makna sendiri, misalnya kombinasi antara BB (berat badan)

dan U (umur) membentuk indikator BB menurut U yang disimbolkan

dengan BB / U. Indikator BB / U Dapat normal lebih rendah atau lebih

tinggi setelah dibandingkan dengan standar WHO. Apabila BB / U normal

maka digolongkan pada status gizi baik, dan BB / U rendah dapat berarti

berstatus gizi kurang / buruk, serta bila BB / U tinggi dapat digolongkan

berstatus gizi lebih. Baik satus gizi kurang ataupun status gizi lebih,

kedua-duanya mengandung resiko yang tidak baik bagi kesehatan balita.

Sedangkan pegukuran klinik biasanya dilakukan oleh dokter di klinik

untuk melihat adanya kelainan-kelainan organ tubuh akibat KEP, misalnya

adanya pembegkakan (oedem), perubahan warna, dan sifat rambut,

kelainan kulit dan sebagainya.

Berdasarkan WHO – NHCS (Soegiyanto & Wiyono, 2007)

menyatakan bahwa kriteria keberhasilan nutrisi ditentukan oleh status gizi:

12

Tabel 1. Klasifikasi KEP menurut Gomes Kategori (Derajat KEP) BB/U (% BAKU) 0 = Normal Lebih dari 90% 1 = Ringan 89-75% 2 = Sedang 74-60% 3 = Berat < 60%

Tabel 2. Penggolongan KEP menurut Jellife

KATEGORI BB / U ( % BAKU) KEP I 90-80 KEP II 80-70 KEP III 70-60 KEP IV < 60

Tabel 3 Klasifikasi Status Gizi menurut WHO NCHS

BB / TB BB / U TB / U STATUS GIZI

Normal Rendah Rendah Baik, pernah kurang gizi Normal Normal Normal Baik Normal Tinggi Tinggi Baik, jangkung Rendah Rendah Tinggi Buruk Rendah Rendah Normal Buruk / kurang Rendah Normal Tinggi Kurang Tinggi Tinggi Rendah Lebih, kemungkinan obese Tinggi Normal Rendah Lebih, pernah kurang gizi Tinggi Tinggi Normal Lebih tetapi tidak obese

Berdasarkan penilaian Z-skor adalah sebagai berikut :

a. BB/ U ( Berat bada menurut Umur berdasarkan Z-Score )

1). Gizi buruk ; <- 3 SD

2) Gizi kurang : -3 SD sampai -2 SD

3) Gizi baik : -2 SD sampai +2 SD

4) Gizi lebih ; > +3 SD

Rumus Z skor = LowSD

median nilai - riil nilai

Penilaian status gizi berdasarkan KMS (Depkes RI, 2000).

Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil

penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil

penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan

dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut

membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat

13

badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan

umurnya (Depkes RI, 2000).

a. Balita naik berat badannya bila :

1) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau

2) Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.

b) Balita tidak naik berat badannya bila :

Garis pertumbuhannya turun, atau garis pertumbuhannya mendatar,

atau garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna

dibawahnya.

c) Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita

mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus,

sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya

balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung

dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

d) Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

f) Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita

warna atau pindah ke pita warna diatasnya.

Penilaian Status Gizi balita dapat dibagi 2 (dua) (Soegiyanto & Wiyono,

2007):

1) Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian Status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat

penilaian yaitu :

a) Antropometri

Pengertian :

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau

dari sudut pandangan gizi, maka antropometri gizi berhubungan

dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi

tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Penggunaan :

14

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Keterseimbangan

ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan

tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

b) Klinis

Pengertian :

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat.

Penggunaan:

Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat

(rapid clinical surveys). Survey ini dirancang untuk mendeteksi

secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu

atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui

tingkat status untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang

dengan melakukan pemeriksaan. Fisi yaitu tanda (sign) dan gejala

(symptom) atau riwayat hidup.

c) Biokimia

Pengertian:

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secra laboratories yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh.

Penggunaan :

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan

dapat terjadi keadaan malnutrisi iyang lebih parah lagi. Banyak

gejala yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat

lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang

spesifik.

d) Biofisik

Pengertian :

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan

status gizi dengan cara melihat kemampuan fungsi (khususnya

15

jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

Penggunaan :

Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian

buta senja (epidemic of nigh blindnees). Cara yang digunakan

adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2002).

2) Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian Status gizi secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi 3

(tiga) yaitu :

a) Survey Konsumsi Makan

Pengertian :

Survey konsumsi makana nadalah metode penentuan khusus gizi

secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi

yang dikonsumsi.

Penggunaan :

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan

gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat

keluarga dan individu. Survey ini dapat mengidentifikasi

kelebihan dan kekurangan zat gizi.

b) Statistik Vital

Pengertian :

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan

menganalisis data beberata statistik kesehatan seperti angka

kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat

penyebab tertentu dan data lainnnya yang berhubungan dengan

gizi.

Penggunaan :

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator

tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

16

c) Faktor Ekologi

Pengertian :

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi masalah ekologi

sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan

lingkungan budaya.

Penggunaan :

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk

mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai

dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita terbagi menjadi

(Supariasa, 2002) :

a. Faktor langsung

1) Keadaan infeksi

Scrimshaw, et.al (1989 dalam Supariasa, 2002) menyatakan bahwa

ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit)

dengan kejadian malnutrisi. Ditekankan bahwa terjadi interaksi

yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi.

Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara

sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu penurunan asupan zat

gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan

kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit, peningkatan

kehilangan cairan/zat gizi akibat penyakit diare, mual/muntah dan

perdarahan terus menerus serta meningkatnya kebutuhan baik dari

peningkatan kebutuhan akibat sakit dan parasit yang terdapat

dalam tubuh.

2) Konsumsi makan

Pengukuran konsumsi makan sangat penting untuk mengetahui

kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat

17

berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet

yang dapat menyebabkan malnutrisi.

b. Faktor tidak langsung

1) Pengaruh budaya

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara

lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak,

dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih

terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang

menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah. Konsumsi

makanan yang rendah juga disebabkan oleh adanya penyakit,

terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Jarak kelahiran anak

yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan

mempengaruhi asupan gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi

keluarga yang rendah, juga dipengaruhi oleh produksi pangan.

Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para petani masih

menggunakan teknologi yang bersifat tradisional.

2) Pola pemberiaan makanan

Program pemberian makanan tambahan juga merupakan factor

langsung yang merupakan program untuk menambah nutrisi pada

balita ini biasanua diperoleh saat mengikuti posyandu. Adapun

pemberin tambahan makanan tersebut berupa makanan pengganti

ASI yang biasa didapat dari puskesmas setempat (Almatsier,

2002).

3) Faktor sosial ekonomi

Faktor sposial ekonomi dibedakan berdasarkan :

a) Data sosial

Data sosial ini meliputi keadaan penduduk di suatu

masyarakat, keadaan keluarga, pendidikan, perumahan,

penyimpanan makanan, air dan kakus

18

b) Data ekonomi

Data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga,

kekayaan yang terlihat seperti tanah, jumlah ternak, perahu,

mesin jahit, kendaraan dan sebagainya serta harga makanan

yang tergantung pada pasar dan n variasi musim.

Dinegara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk

sebagian rendah adalah golongan rendah dan menengah akan

berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama

makanan yang bergizi (Almatsier, 2002).

4) Pola Asuh Keluarga

Pola asuh adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua kepada

anak-anaknya. Setiap anak membutuhkan cinta, perhatian, kasih

sayang yang akan berdampak terhadap perkembangan fisik,

mental dan emosional.

5) Produksi pangan

Data yang relevan untuk produksi pangan adalah penyediaan

makanan keluarga, sistem pertanian, tanah, peternakan dan

perikanan serta keuangan.

6) Pelayanan kesehatan dan pendidikan

Pelayanan kesehatan meliputi ketercukupan jumlah pusat-pusat

pelayanan kesehatan yang terdiri dari kecukupan jumlah rumah

sakit, jumlah tenaga kesehatan, jumlah staf dan lain-lain. Fasilitas

pendidikan meliputi jumlah anak sekolah, remaja dan organisasi

karang tarunanya serta media masa seperti radio, televisi dan lain-

lain.

Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan

kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan

19

makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya termasuk juga

perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) yang

merupakan respon untuk melakukan pencegahan penyakit

(Almatsier, 2002).

4. Cara penanganan masalah gizi pada balita

a. Penanganan farmakologis

Perawat merupakan posisi yang bagus untuk mengenal tanda-tanda

nutrisi buruk dan mengambil langkah-langkah untuk mengawali

perubahan. Kontak sehari-hari yang dekat dengan keluarganya

memungkinkan perawatan untuk mengobservasi status fisik, asupan

makanan, penambahan dan kehilangan berat badan, dan respon terapi

klien. Perawat dapat mengidentifikasi masalah aktual atau potensial

dalam status nutrisi dan mengimplementasikan terapi perawatan,

medis dan nutrisi yang tepat untuk mengurangi atau membalikkan

perubahan nutrisi (Perry & Potter, 2006)..

Perawat berkolaborasi dengan ahli diet dalam memimpin pengkajian

nutrisi yang komprehensif, karena makanan dan cairan adalah

kebutuhan dasar biologis semua makhluk hidup, maka pengkajian

nutrisi penting khususnya bagi klien yang beresiko masalah mutrisi

yang berhubungan dengan stress, penyakit, hospitalisasi, kebiasaan

hidup dan faktor-faktor lain. Pengkajian nutrisi meliputi 4 area pokok

yaitu :

1) Pengukuran fisik (tinggi dan berat) dan antropometri

2) Tes laboratorium

3) Riwayat diet dan kesehatan

4) Observasi klinik

b. Penanganan non farmakologis

Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan

dan kesejahteraan manusia. Permasalahan gizi terjadi karena faktor

20

budaya, sosial ekonomi dam faktor ketidaktahuan. Berbagai

kebijaksanaan dan startegi telah dilibatkan untuk mengurangi

terjadinya kekurangan gizi anak-anak terutama yang tinggal di

pedesaan dan daerah-daerah pingiran kota. Berbagai startegi yang

paling tepat adalah menganjurkan pada masyarakat untuk

mengkonsumsi semaksimal mungkin makanan yang ada disekitarnya.

Berkaitan dengan hal itu masyarakat perlu diberi petunjuk dan ilmu

pengetahuan tentang membuat makanan dengan bahan yang ada

disekitar untuk bayi, balita, ibu hamil dan menyusui. Petunjuk tersebut

harus dissosialisasikan dengan baik kepada masyarakat (Wiryo, 2002).

B. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan

proses pembelajaran dan dipengaruhi faktor dari dalam seperti motivasi

dan faktor dari luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan

sosian budaya (Poerwadarminta, 2002). Sementara itu menurut

Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

dipengaruhi dari mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran).

Sedangkan yang dimaksudkan dengan pengetahuan ibu tentang gizi itu

sendiri dimaksudkan sebagai sesuatu atau beberapa hal yang diketahui

oleh ibu sebagai pengasuh, diantaranya mengenai cara menyiapkan

ataupun menyajikan makanan untuk memenuhi gizi anak, serta bagaimana

cara memodifikasi penyediaan makanan tanpa mengurangi gizinya

walaupun dengan harga murah dan mudah didapat atau sudah tersedia

dilingkkugan rumahnya. Tingginya tingkat pengetahuan ibu akan gizi

membentuk sikap positif terhadap masalah gizi yang pada gilirannya dari

21

pengetahuan dan sikap tersebut, mendorong ibu untuk menyediakan

makanan sehari-hari dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan zat gizi

anak. Kondisi zat gizi sendiri dipengaruhi oleh pengtahuan dan kebiasaan

ibu terhadap gizi dan kesehatan, daya beli keluarga, makanan tambahan

dan nilai makanan yang dimakan.

Pengetahuan tentang gizi merupakan sesuatu yang diketahui tentang zat

gizi (nutrients) yang berkaitan dengan zat yang diperlukan tubuh untuk

melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan

memelihara jaringfan serta mengatur proses-proses kehidupan.

Pengetahuan tentang gizi ini juga berkaitan dengan zat-zat yang

diperlukan tubuh yang meliputi hidrat arang atau karbohidrat, lemak,

protein, mineral dan garam-garam, vitamin-vitamin dan air.

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan ada 2 yaitu dengan cara tradisional dan

dengan cara modern. Cara tradisional terbagi dalami beberapa macam

diantaranya cara coba dan salah, dimana cara ini telah dipakai orang

sebelum adanya kebudayaan. Cara kekerasan atau otoriter pengetahuan

diperoleh berdasarkan pada otoriter atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas

pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli pengetahuan.

Pengetahuan tersebut diperoleh tanpa terlebih dahulu menguji /

membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris /

penalarannya sendiri. Berdasarkan pengalaman pribadi, hal ini dilakukan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Melalui jalan

pikiran dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah

menggunakan jalan pikirannya melalui induksi maupun deduksi. Cara

modern yaitu dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap

gejala-gejala alam atau kemasyarakatan, kemudian hasil pengamatan

22

tersebut dikumpulkan dan diklasifikasi kemudian akhirnya diambil

kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2010).

3. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan meliputi tahu, memahami, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi.

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

karena itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

apaa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: Dapat

menyebabkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak

balita.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya

dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau

situasi lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam

23

perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-

prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam

pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata

kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesisi)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,

dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau

rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat

membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi, dapat menanggapi

terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menfsirkan sebab-sebab

ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat

24

tersebut di atas. (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan seseorang

dibedakan menjadi pengetahuan kurang (< 65%), sedang (65-79%),

dan baik (80-100%).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan dalam masyarakat di

pengaruhi beberapa faktor meliputi :

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi

respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang

berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional

terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana

keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.

Suami yang berpendidikan tentu akan lebih banyak memberikan

respon emosi, karena ada tanggapan bahwa hal yang baru akan

memberikan perubahan terhadap apa yang mereka lakukan di masa

lalu. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita – cita tertentu.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap berperan

serta dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat

kesehatan, sesorang makin menerima informasi sehingga makin

banyak pola pengetahuan yang yang dimiliki.

b. Paparan media massa

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai

informasi dapat diterima masyarkat, sehingga seseorang yang lebih

sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain -

lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan

dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti

paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang.

25

c. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan

sekunder. Keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah

tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal

ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat

disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang tentang berbagai hal.

d. Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling

berinterkasi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat

berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi.

Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan

individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model

komunikasi media dengan demikian hubungan sosial dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal.

e. Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa di peroleh

dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya

sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar

organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari

berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

C. Pendapatan Perkapita

1. Pengertian

Tingkat pendapatan keluarga dipengaruhi oleh pekerjaan. Semakin rendah

pendapatan keluarga semakin tidak mampu lagi ibu dalam membelanjakan

bahan makanan yang lebih baik dalam kualitas maupun kuantitasnya,

sebagai ketersediaan pangan di tingkat keluarga tidak mencukupi

(Syamsul, 1999).

26

Pendapatan per kapita (per capita income) keluarga adalah pendapatan

rata-rata dalam suatu keluarga pada suatu periode tertentu, yang biasanya

satu tahun. Pendapatan per kapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari

nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu

keluarga pada suatu periode tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dari

pendapatan keseluruhan anggota keluarga pada periode tertentu dibagi

dengan jumlah anggota keluarga pada periode tersebut. Ternyata tingginya

pendapatan keluarga, tidak menjamin pendapatan per kapitanya juga

tinggi. Hal ini terjadi karena faktor jumlah anggota keluarga juga sangat

menentukan tinggi rendahnya pendapatan per kapita (Budiono, 2004).

D. Hubungan pendapatan perkapita dengan status gizi balita

Pendapatan perkapita sangat mempengaruhi perbaikan pendidikan dan

perbaikan pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat. Ratarata

keluarga dengan pendapatan yang cukup baik akan memilih tingkat

pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu (Notoatmodjo,

2007). Penghasilan perkapita perbulan yang dihitung dari jumlah rata-rata

pendapatan yang diterima keluarga baik tetap maupun tidak tetap setiap bulan

dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang dinyatakan dalam rupiah.

Keluarga dengan pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan untuk

memperoleh atau menyediakan jenis makanan yang lebih bervariasi baik dari

aneka macam makanan maupun kualitasnya.

Pendapatan mempunyai pengaruh dalam penyediaan konsumsi makanan

keluarga. Bertambahnya tingkat pendapatan perkapita, diharapkan keluarga

dapat menyajikan makanan yang dianggap baik. Sebagian besar kejadian gizi

buruk terjadi oleh penyediaan konsumsi yang kurang. Keluarga miskin tidak

mampu menyediakan makanan yang bergizi bagi seluruh anggotanya, juga

tidak mampu merawat dan membina anaknya dengan baik shingga mudah

terkena penyakit infeksi. Akibatnya status gizi keluarga menjadi rendah

27

terutama pada usia anak balita dan pada giliranya sulit terwujud Sumber Daya

Manusia generasi selanjutnya yang berkualitas

Penelitian Atiq Supriatin (2009) menyebutkan bahwa salah stu faktor yang

mempengaruhi status gizi balita adalah terletak pada pola asuh makan.

Sementara pola asuh makan yang diberikan ibu kepada anak balitanya adalah

salah satunya berkaitan dengan pendapatan keluarga. Tinggi rendahnya

pendapatan keluarga memberi dampak terhadap baik buruknya pola asuh

makan yang pada akhrnya berpengaruh pada status gizi balita.

E. Hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita

Peningkatan gizi keluarga, perlu dukungan seluruh anggota keluarga. Namun

demikian, di dalam masyarakat penanganan makanan masih didominasi oleh

ibu. Oleh karena itu ibu dituntut untuk memahami seluk beluk makanan yang

berkaitan dengan gizi. Praktek ibu dalam menyediakan makanan sangat

dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan gizi, pengetahuan gizi ibu yang cukup

diharapkan dapat memilih dan menyediakan makanan yang bergizi, serta

menyusun menu seimbang dengan baik yang secara tidak langsung akan

meningkatkan status gizi balita (Almatsier, 2002).

Pemilihan pengolahan dan penyajian makanan dipengaruhi oleh pengetahuan

gizi. Semakin tinggi pengetahuan gizi semakin diperhitungkan jumlah dan jenis

makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Ibu yang tidak cukup pengetahuan

gizi akan memilih makanan yang paling menarik panca indra dan tidak

mengadakan pemilihan berdasarkan penilaian gizi makanan. Sebaliknya ibu yang

memiliki pengetahuan gizi lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan

pengetahuan gizinya tentang nilai gizi makanan tersebut (Supariasa, 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2009) menemukan bahwa adanya

hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan status gizi balita di Desa

Dukuhlo Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes. Purwanti memberikan

28

penjelasan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan orang tua mengenai

status gizi balita maka semakin baik pula dalam memberikan asupan makanan

yang bergizi kepada balitanya

F. Kerangka teori

Bagan 2.1 Kerangka teori

Sumber : Almatsier (2002) dan Supariasa (2002)

G. Kerangka konsep

Bagan 2.2 Kerangka konsep

Pengetahuan ibu tentang gizi balita

Status gizi balita

Pendapatan perkapita keluarga

Pengetahuan gizi ibu

Pelayanan kesehatan

Faktor langsung

Sosial Budaya

Pola pemberian makan

Pendapatan

Asupan zat gizi

Status gizi balita

Penyakit infeksi

Pendidikan

Faktor tidak langsung

29

H. Variabel penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang gizi dan

pendapatan perkapita

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status gizi anak

I. Hipotesis penelitian

1. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak di

Posyandu Melati Kecamatan Sulang Rembang.

2. Ada hubungan pendapatan perkapita dengan status gizi anak di Posyandu

Melati Kecamatan Sulang Rembang.