BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11....

33
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji tentang Manajemen Perkreditan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek Gorontalo Utara. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah bahwa pemberian kredit dilakukan dengan melewati beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut antara lain, permohonan kredit oleh nasabah, pengumpulan data dan verifikasi berkas oleh Costumer Service, disposisi ke Mantri, BI Checking, putusan kredit oleh Kaunit, proses pencairan, dan pengarsipan. Kelemahannya adalah susahnya dalam memperoleh data nasabah dikarenakan alternatif dalam melakukan komunikasi terbatas sehingga data yang diperlukan oleh pihak bank tidak mudah di dapat dan dampaknya adalah proses pencairan kredit menjadi terhambat. Siswanto Sutujo (2000) mengkaji tentang Strategi Manajemen Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek Gorontalo Utara. Dalam kajian tersebut disimpulkan bahwa dalam pemberian kredit yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek tidak terlepas dari banyaknya resiko yang timbul akibat kelalaian nasabah dalam mempergunakan kredit yang diberikan. Untuk mencegah resiko kredit bermasalah atau kredit macet, PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek melakukan Restrukturisasi kredit bagi nasabah yang kurang mampu dalam membayar angsuran kredit. Agus Zainul Arifin (2018) mengkaji tentang Manajemen Keuangan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek Gorontalo Utara. Dalam kajiannya menggambarkan bahwa pemberian kredit dilakukan dengan melihat karakteristik dari suatu nasabah atau perusahaan apakah layak untuk dibiayai atau tidak.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11....

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Irham Fahmi (2014) mengkaji tentang Manajemen Perkreditan pada

PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek Gorontalo Utara.

Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur

pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit

Pelabuhan Anggrek. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah bahwa

pemberian kredit dilakukan dengan melewati beberapa tahap. Tahap-tahap

tersebut antara lain, permohonan kredit oleh nasabah, pengumpulan data dan

verifikasi berkas oleh Costumer Service, disposisi ke Mantri, BI Checking,

putusan kredit oleh Kaunit, proses pencairan, dan pengarsipan.

Kelemahannya adalah susahnya dalam memperoleh data nasabah

dikarenakan alternatif dalam melakukan komunikasi terbatas sehingga data

yang diperlukan oleh pihak bank tidak mudah di dapat dan dampaknya adalah

proses pencairan kredit menjadi terhambat.

Siswanto Sutujo (2000) mengkaji tentang Strategi Manajemen Kredit

pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek Gorontalo Utara.

Dalam kajian tersebut disimpulkan bahwa dalam pemberian kredit yang

dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek tidak

terlepas dari banyaknya resiko yang timbul akibat kelalaian nasabah dalam

mempergunakan kredit yang diberikan.

Untuk mencegah resiko kredit bermasalah atau kredit macet, PT. Bank

Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek melakukan Restrukturisasi kredit

bagi nasabah yang kurang mampu dalam membayar angsuran kredit.

Agus Zainul Arifin (2018) mengkaji tentang Manajemen Keuangan

pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek Gorontalo Utara.

Dalam kajiannya menggambarkan bahwa pemberian kredit dilakukan dengan

melihat karakteristik dari suatu nasabah atau perusahaan apakah layak untuk

dibiayai atau tidak.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

7

Dari hasil kajian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bank menggunakan

prinsip kehati-hatian, sehingga untuk memberikan kredit kepada suatu

nasabah harus berdasar pada data yang akurat.

Andrianto, Didin Fatihuddin, Anang Firmansyah (2019) mengkaji

tentang Manajemen Bank pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan

Anggrek Gorontalo Utara. Dalam kajiannya menjelaskan tentang bank

sebagai lembaga kepercayaan. Dipercaya oleh masyarakat sebagai lembaga

kepercayaan dikarenakan PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan

Anggrek dapat mengelola dana dalam menghimpun juga menyalurkannya

dalam bentuk kredit. Semakin tinggi volume kredit yang disalurkan atau

diberikan maka semakin tinggi juga pertumbuhan ekonomi.

Ikatan Bankir Indonesia (2015) mengkaji tentang Bisnis Kredit

Perbankan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek

Gorontalo Utara. Dalam kajiannya menjelaskan tentang menjaga kesehatan

bank dengan lebih teliti dalam memberikan putusan suatu kredit dengan

membatasi pemberian kredit sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh

Undang-Undang Perbankan. Di dalam usaha mengidentifikasi kesulitan-

kesulitan yang dihadapi nasabah dan usaha penanggulangan yang perlu

dilakukan pihak bank dapat melaksanakan sendiri sebagai suatu Corporate

Financial Service sebatas kemampuan bank. Apabila diperlukan, maka bank

boleh meminta bantuan konsultan.agar biayanya dapat dirundingkan, apakah

akan dibebankan kepada nasabah atau atas tanggungan bank.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Kredit

Irham Fahmi (2014), menguti bahwa “kata kredit berasal dari

Bahasa latin yaitu credere, yang diterjemahkan sebagai kepercayaan

atau credo yang berarti saya percaya. Kredit dan kepercayaan (trust)

adalah ibarat sekeping mata uang logam yang tidak dapat di pisahkan.

Karena tidak mungkin adanya pemberian pinjaman tanpa adanya

kepercayaan dan kepercayaan itu merupakan sesuatu yang mahal

harganya. Mungkin di kalangan perbankan dikenal istilah adalah sangat

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

8

tidak sulit bagi kita untuk menyalurkan atau merealisasikan pemberian

suatu pinjaman (loan) namun sangat sulit bagi kita untuk bisa menarik

kembali dana tersebut, atau dibutuhkan seni untuk bisa menarik

kembali dana tersebut”.

Pengertian kredit menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang

perubahan UU No. 7 Tahun 1992 mengutip, “Kredit adalah penyediaan

uang atau tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”

Adapun menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia

(PAPI) (2008) mengutip dari UU No. 10 Tahun 1998 Tentang

Perbankan, Pasal 1 angka 11, mendefinisikan kredit adalah penyediaan

uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak

lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga.

2. Penggolongan Jenis Kredit

(Rachmadi Usman, 2001:238-243) mengutip dari (Munir Fuady

1996:14-21) menjelaskan tentang penggolongan jenis kredit adalah :

a. Penggolongan Berdasakan Jangka Waktu

Apabila jangka waktu digunakan sebagai kriteria, maka

suatu kredit dapat dibagi ke dalam :

1) Kredit Jangka Pendek; yakni kredit yang jangka waktunya

tidak melebihi 1 tahun.

2) Kredit Jangka Menengah; yaitu kredit yang mempunyai

jangka waktu antara 1 sampai 3 tahun.

3) Kredit Jangka Panjang; dalam hal ini merupakan kredit

yang mempunyai jangka waktu di atas 3 tahun

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

6

b. Penggolongan Berdasarkan Dokumentasi

Yaitu:

1) Kredit dengan perjanjian kredit tertulis.

2) Kredit tanpa surat perjanjian kredit. Untuk itu dapat dibagi

ke dalam:

a) Kredit lisan.

b) Tetapi ini sangat jarang dilakukan.

c) Kredit dengan instrument surat berharga. Misalnya

kredit yang hanya lewat dokumen promes

(promissory note), Obligasi (bonds), kartu kredit, dan

sebagainya.

d) Kredit Cerukan (overdraft).

e) Kredit seperti ini timbul karena:

- Penarikan/pembebanan giro yang melampaui

saldonya.

- Penarikan/pembebanan R/C yang melampaui

plafonnya.

c. Penggolongan Berdasarkan Bidang Ekonomi

Dalam hal ini suatu kredit dapat dibagi ke dalam:

1) Kredit pada sektor pertanian, perburuhan dan sarana

pertanian.

2) Kredit untuk sektor pertambangan.

3) Kredit untuk sektor perindustrian.

4) Kredit untuk sektor listrik, gas, dan air.

5) Kredit untuk sektor konstruksi.

6) Kredit untuk sektor perdagangan, restaurant dan hotel.

7) Kredit pengangkutan, perdagangan, dan komunikasi.

8) Kredit untuk sektor jasa.

9) Kredit untuk sektor lain-lain.

d. Penggolongan Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaannya

Kredit dibagi ke dalam:

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

7

1) Kredit Konsumtif ini adalah jenis kredit yang diberikan

kepada nasabah (debitur) untuk keperluan konsumsi seperti

kredit profesi, kredit perumahan, kredit kendaraan

bermotor, pembelian alat-alat rumah tangga, dan lain-lain.

2) Kredit Produktif, terdiri dari:

a) Kredit Investasi; yaitu kredit yang dipergunakan

untuk membeli barang modal atau barang-barang

tahan lama, seperti tanah, mesin, dan sebagainya.

Akan tetapi, sering juga kredit ini digolongkan ke

dalam kredit investasi atau yang disebut sebagai

Kredit Bantuan Proyek.

b) Kredit Modal Kerja (Working Capital Credit/Kredit

Eksploitasi); adalah untuk membiayai modal lancar

yang dipakai habis, seperti untuk barang dagangan,

bahan baku, overhead produksi, dan lain sebagainya.

c) Kredit Likuiditas; diberikan dengan tujuan untuk

membantu suatu perusahaan yang sedang kesulitan

likuiditas. Misalnya kredit likuiditas dari Bank

Indonesia yang diberikan untuk bank-bank yang

memiliki likuiditas di bawah bentuk uang.

e. Penggolongan Kredit Berdasarkan Objek yang Ditransfer

Dapat dibagi ke dalam:

1) Kredit Uang (Money Credit), dimana pemberian kredit dan

pengembalian kredit diberikan dalam bentuk uang.

2) Kredit Bukan Uang (Non Money Credit, Mercantile Credit,

Merchant Credit), yang mana pemberian kredit dalam

bentuk barang atau jasa dan pengembalian kredit dalam

bentuk uang.

f. Penggolongan Kredit Berdasarkan Waktu Pencairannya.

Dalam hal ini, kredit dapat dibagi lagi ke dalam beberapa

jenis, yaitu:

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

8

1) Kredit Tunai (Cash Credit), di mana pencairan kredit

dilakukan secara tunai atau pemindahbukuan ke dalam

rekening debitur.

2) Kredit Tidak Tunai (Non Cash Credit), di mana kredit tidak

dicairkan pada saat pinjaman dibuat. Termasuk ke dalam

penggolongan:

a) Garansi Bank atau Stand By L/C. dalam hal ini bank

akan membayar apabila terjadi masalah tertentu yang

terjadi pada nasabah, misalnya jika pihak pemohon

garansi tidak melaksanakan kewajibannya kepada

pihak lain, maka banklah yang akan membayarnya.

b) Letter of Credit, merupakan jaminan kepada penjual

atau pengirim barang yang mana bank akan

membayar sejumlah uang jika dokumen-dokumen

tertentu dipenuhi oleh penjual/pengirim barang.

g. Penggolongan Kredit Menurut Cara Penarikannya.

Apabila dilihat dari segi penarikannya, suatu kredit dapat

dibagi menjadi:

1) Kredit Sekali Jadi (Alfopend). Yaitu kredit yang pencairan

dananya dilakukan hanya dengan satu kali proses, misalnya

secara tunai ataupun secara pemindahbukuan.

2) Kredit Rekening Koran. Dalam hal ini, baik penyediaan

dana ataupun penarikan dana tidak dilakukan dengan satu

kali proses, melainkan secara tidak teratur kapan saja dan

berulang kali. Penarikan dana oleh nasabah dilakukan

selama plafon kredit masih tersedia, dilakukan dengan

melalui pemindahbukuan, penarikan cek, bilyet, giro, atau

perintah pemindahbukuan lainnya.

3) Kredit Berulang-ulang (Revolving Loan). Kredit ini

biasanya diberikan kepada nasabah (debitur) yang tidak

memerlukan kredit sekaligus, melaikan secara berulang-

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

9

ulang sesuai kebutuhan nasabah, asalkan masih dalam batas

maksimum dan masih dalam jangka waktu yang

diperjanjikan antara debitur dan kreditur. Berbeda dengan

kredit rekening koran, maka kredit berulang-ulang ini lebih

dibatasi, terutama dalam hal penarikan dan penyetoran.

4) Kredit Bertahap. Kredit bertahap ini merupakan kredit yang

pencairan dananya dilakukan secara bertahap dalam

beberapa termin, misalnya tanche I, II, III, dan IV.

5) Kredit Tiap Transaksi (self-liquidating atau eenmalige

transactie crediet). Merupakan kredit yang diberikan hanya

untuk satu transaksi tertentu, di mana pengembalian jumlah

kredit diambil dari hasil transaksi yang bersangkutan.

Berbeda dengan revolving credit (kredit bergulir), maka

kredit eenmalige ini tidak ditarik dananya secara berulang-

ulang, melainkan sekali saja, yakni untuk tiap melakukan

transaksi.

h. Penggolongan Kredit dilihat dari Pihak Kreditornya.

Apabila dilihat dari segi pihak pemberi kredit, maka suatu

kredit dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Kredit Terorganisasi (Organized Credit), yakni kredit yang

diberikan oleh badan-badan yang terorganisir secara legal

atau sah dan memiliki wewenang untuk memberikan kredit.

Misalnya bank, koperasi, dan lain sebagainya.

2) Kredit Tidak Terorganisasi (Unorganized Credit).

Merupakan kredit yang diberikan oleh seseorang atau

sekelompok orang ataupun badan yang tidak resmi untuk

memberikan kredit.

Kredit tidak terorganisasi ini dapat dibagi menjadi :

a) Kredit Rentenir, yakni kredit yang diberikan oleh

perorangan atau badan tidak resmi untuk memberikan

kredit.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

10

b) Kredit Penjual, merupakan kredit yang diberikan oleh

penjual kepada pembeli dalam proses terjadinya jual-

beli, di mana barang yang dibeli langsung diserahkan

sementara harga barang yang dibeli akan dibayar

kemudian secara kredit.

c) Kredit Pembeli adalah kredit yang terbit dari proses

jual-beli, dimana uang dari hasil pembelian segera

diserahkan sementara barang yang dibeli diserahkan

di kemudian hari. Misalnya seperti yang sering

dipraktekkan dalam pembelian bahan bangunan.

i. Penggolongan Kredit Berdasarkan Negara Asal Kreditor.

Apabila dilihat dari asal negara dari mana kreditor berada,

maka suatu kredit dapat digolongkan menjadi:

1) Kredit Domestik (Domestic/Onshore Credit)

Merupakan kredit yang debiturnya atau kreditur utamanya

berasal dari dalam negeri.

2) Kredit Luar Negeri (Foreign/Offshore Credit)

Merupakan kredit yang kreditur utamanya berasal dari luar

negeri.

j. Penggolongan Kreditor Berdasarkan Jumlah Kreditor

Berdasarkan dari banyaknya jumlah kreditor, maka suatu

kredit dapat dibagi menjadi:

1) Kredit dengan Kreditor Tunggal

Yaitu kredit yang kreditornya hanya terdiri atas satu

orang/satu badan hukum. Ini yang sering disebut dengan

Singel Loan.

2) Kredit Sindikasi (Syndicated Credit)

Ini merupakan kredit di mana pihak kreditornya terdiri dari

beberapa badan hukum, di mana biasanya salah satu di

antara kreditor tersebut bertindak sebagai Lead

Creditor/Lead Bank.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

11

3. Unsur-Unsur Kredit

Unsur-unsur kredit adalah sebagai berikut (Irham Fahmi,2014:6-

8):

a. Kepercayaan. Kepercayaan (trust) adalah sesuatu yang paling

utama dari unsur kredit yang harus ada karena tanpa ada rasa

saling percaya antara kreditur dan debitur maka akan sangat sulit

terwujud suatu sinergi kerja yang baik. Karena dalam konsep

sekarang ini kreditur dan debitur adalah mitra bisnis.

b. Waktu. Waktu (time) adalah bagian yang sering dijadikan kajian

oleh pihak analisi finance khususnya oleh analisis kredit. Ini

dapat dimengerti karena bagi pihak kreditur saat ia menyerahkan

uang kepada debitur maka juga harus diperhitungkan juga saat

pembayaran kembali yang akan dilakukan oleh debitur itu sendiri,

yaitu limit waktu yang tersepakati dalam perjanjian yang telah

ditandatangani kedua belah pihak. Analisi waktu bagu pihak

kreditur menyangkut dengan analisis dalam bentuk calculation of

time value of money (hitungan nilai waktu dari uang) yaitu nilai

uang pada saat sekarang adalah berbeda dengan nilai uang pada

saat yang akan datang.

c. Risiko, yang menyatakan adanya risiko yang mungkin timbul

selama jangka waktu tertentu antara pemberian dan pelunasan

suatau kredit.

d. Perstasi. Prestasi yang dimaksud adalah prestasi yang dimiliki

oleh kreditur untuk diberikan kepada debitur. Pada dasarnya

objek dari kredit itu sendiri adalah tidak selalu dalam bentuk uang

tetapi juga boleh dalam bentuk barang dan jasa (goods and

service).

e. Adanya kreditur. Kreditur yang dimaksud di sini adalah pihak

yang memiliki uang (money), barang (goods), atau jasa (service)

untuk dipinjamkan kepada pihak lain, dengan harapan dari hasil

peminjam itu akan diperoleh keuntungan dalam bentuk interest

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

12

(bunga) sebagai balas jasa dari uang, barang, atau jasa yang telah

dipinjam tersebut.

f. Adanya debitur. Debitur yang dimaksud di sini adalag pihak

yang memerlukan uang (money), barang (goods), atau jasa

(service) dan berkomitmen untuk mampu mengembalikannya

tepat sesuai dnegan waktu yang disepakati serta bersedia

menanggung berbagai risiko jika melakukan keterlambatan

sesuai dengan ketentuan administrasi dalam kesepakatan

perjanjian yang tertera di sana.

4. Prinsip Dasar Pemberian Kredit (Ismail, 2011)

a. Prinsip 5 C

1) Chararter

Character menggambarkan watak dan kepribadian calon

debitur. Bank perlu melakukan analisi terhadap karakter

calon debitur, tujuannya adalah untuk mengetahui bahwa

calon debitur mempunyai keinginan untuk memenuhi

kewajiban membayar pinjamannya sampai dengan lunas.

2) Capacity

Analisis terhadap capacity ini ditunjukan untuk mengetahui

kemampuan calon debitur dalam memenuhi kewajibannya

sesuai jangka waktu kredit. Bank perlu mengetahui dengan

pasti kemampuan calon debitur tersebut. Kemampuan calon

debitur sangat penting karena merupakan sumber utama

pembayaran kembali kredit yang diberikan oleh bank.

3) Capital

Capital atau modal yang perlu disetarakan dalam objek

kredit perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam. Modal

merupakan jumlah modal yang dimilik oleh calon debitur

atau berapa banyak dana yang akan diikutsertakan dalam

proyek yang dibiayai oleh calon debitur. Semakin besar

modal yang dimiliki oleh calon debitur maka semakin

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

13

meyakinkan bagi bank akan keseriusan calon debitur dalam

mengajukan permohonan kredit.

4) Collateral

Collateral merupakan jaminan/agunan yang diberikan oleh

calon debitur atas kredit yang diajukan. Agunan merupakan

sumber pembayaran kedua atau cadangan, artinya apabila

nasabah atau debitur tersebut tidak dapat membayar

angsurannya dan termasuk dalam kredit macet, maka bank

dapat melakukan eksekusi terhadap agunan tersebut. Hasil

penjualan agunan digunakan sebagai sumber pembayaran

kedua.

Bank tidak akan memberikan kredit yang melebihi

dari nilai jaminan, kecuali untuk kredit program atau kredit

khusus yang kadang-kadang juga tidak ditutup dengan

agunan yang memadai.

Secara terperinci pertimbangan atas collateral antara

lain dikenal dengan MAST:

a) Marketability

Jaminan atau agunan yang diberikan kepada bank

haruslah jaminan yang mudah untuk diperjualbelikan

dengan harga yang menarik dan daya jual yang

meningkat dari waktu ke waktu, sehingga apabila

terjadi masalah terhadap pembayaran kreditnya,

maka bank akan mudah menjual jaminan atau

agunannya.

b) Ascertainability of value

Agunan yang diberikan pada bank memiliki standar

harga yang lebih pasti, karena agunannya merupakan

barang yang mudah di cari atai ditemui, sehingga

tidak perlu meminta bantuan lembaga appraisal

dalam menaksir harga barang agunannya.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

14

c) Stability of value

Agunan yang diberikan kepada bank memiliki harga

yang sesuai dengan jumlah kredit yang diterima oleh

nasabah, sehingga ketika agunan dijual maka hasil

penjualan bisa menutupi kewajiban kredit debitur.

d) Transferability

Agunan yang diserahkan bank mudah dipindahkan

baik secara fisik maupun yuridis. Setiap orang mudah

untuk dapat membeli barang agunan, tidak perlu

harus melakukan izin yang berbelit-belit.

5) Condition of Economy

Condition of economy merupakan analisis terhadap kondisi

ekonomi. Bank perlu menilai sektor usaha calon nasabah

(debitur) kemudian mempertimbangkannya dan dikaitkan

dengan kondisi ekonomi, apakah kondisi ekonomi tersebut

akan mempengaruhi usaha calon debitur di masa yang akan

datang.

Di dalam prinsip 5 C, setiap permohonan kredit calon

debitur telah di analisis secara mendalam sehingga hasil

analisis sudah cukup memadai. Sebagai contoh,

permohonan kredit untuk kredit konsumtif, maka bank

hanya melakukan analisis terhadap 5 C. Dari analisis

tersebut, akan diperoleh gambaran tentang debitur dan

kemungkinan kreditnya.

b. Prinsip 7 P

1) Personality

Personality yaitu menilai nasabah dari segi

kepribadiannya atau tingkah laku sehari-hari maupun

kepribadiannya masa lalu, penilaian personality mencakup

emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam

menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

15

2) Party

Party yaitu mengklasifikasikan nsabah ke dalam

klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu,

berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.

3) Purpose

Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah

dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang

diinginkan nasabah.

4) Prospect

Prospect yaitu untuk menilai usaha calon nasabah di

masa yang akan datang menguntungkan atau tidak atau

dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya, hal

ini penting mengingat jika fasilitas kredit yang dibiayai

tanpa mempunyai prospek, bukan hanya kreditur yang rugi

akan tetapi juga nasabah.

5) Payment

Payment merupakan ukuran bagaimana nasabah

mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber

mana kredit dikembalikan.

6) Profitability

Profitability yaitu untuk menganalisi bagaimana

kemampuan nasabah dalam mencari laba, profitability

diukur dari periode akan tetap sama atau semakin

meningkat, dengan tambahan kredit yang akan

diperolehnya.

7) Protection

Protection tujuannya adalah bagaimana menjaga

kredit yang diberikan mendapat jaminan perlindungan,

sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman,

perlindungan yang diberikan nasabah dapat berupa jaminan

barang atau jaminan asuransi.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

16

c. Prinsip 3 R

Konsep lain yang perlu mendapat perhatian dalam

pengambilan keputusan pemberian kredit adalah prinsip 3 R.

1) Return

Return dapat diartikan sebagai hasil usaha yang dicapai

oleh perusahaan calon debitur. Bank perlu melakukan

analisis terhadap hasil yang akan dicapai oleh calon debitur.

Analisis tersebut dilakukan dengan melihat hasil yang telah

dicapai sebelum mendapat kredit dari bank, kemudian

melakukan estimasi tershadap usaha yang mungkin akan

dicapai setelah mendapat kredit.

Di samping itu, return juga dapat diartikan sebagai hasil

usaha yang akan diperoleh oleh bank dalam memberikan

kredit kepada calon debitur.

2) Repayment

Repayment diartikan sebagai kemampuan perusahaan calon

debitur untuk melakukan pembayaran kembali kredit yang

telah dinikmati. Bank perlu melakukan analisis terhadap

kemampuan calon debitur dalam mengelola usahanya. Hal

ini dapat dilihat dari kemampuan perusahaan dalam

menciptakan keuntungan.

3) Risk Bearing Ability

Risk bearing ability merupakan kemampuan calon nasabah

(debitur) untuk menanggung risiko apabila terjadi

kegagalan dalam usahanya. Salah satu pertimbangan untuk

meyakini bahwa calon nasabah (debitur) akan mampu

menghadapi risiko ketidakpastian, yaitu dengan melihat

struktur permodalan usahanya. Semakin besar modal yang

dimiliki oleh calon debitur maka akan semakin besar

kemampuan calon debitur dalam menutup risiko kegagalan

usahanya. Bank juga perlu mendapat jaminan atas kredit

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

17

yang diberikan, kemudian jaminan tersebut perlu ditutup

dengan asuransi yang memadai.

Konsep 5P dan 3R merupakan pengembangan dari konsep

sebelumnya yaitu konsep 5C. Apabila diteliti mengenai

konsep tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konsep 5P

dan 3R sudah terdapat dalam konsep 5C, sehingga sulit

untuk mencari perbedaannya. Bagaimanapun juga prinsip

5C lebih popular dibanding konsep 5P dan 3R. Dalam

praktik bank, bank menerapkan prinsip 5C dalam

memutuskan permohonan kredit calon debitur, karena

prinsip 5C ini sudah mencakup beberapa konsep 5P

maupun konsep 3R.

Di dalam prinsip 5C, setiap permohonan kredit caon debitur

telah di analisis secara mendalam sehingga hasil analisis

sudah cukup memadai. Sebagai contoh, permohonan kredit

untuk kredit konsumtif, maka bank hanya melakukan

analisis terhadap 5C. Dari analisis tersebut akan diperoleh

gambaran tentang debitur dan kemungkinan kreditnya.

5. Tujuan Kredit

Andrianto (2020) menjelaskan bahwa kredit memiliki beberapa

tujuan yang baik bagi kreditur (bank) dan debitur (nasabah), tujuan-

tujuan kredit antara lain :

a. Mendapatkan keuntungan

Bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa biaya

administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah menjadi

sektor keuntungan yang menjadi prioritas bagi bank untuk

mendapatkan laba yang sebesar-besarnya. Keuntungan dari

bunga ini adalah dana yang digunakan untuk kelangsungan atau

operasinya kegiatan usaha suatu bank. Jika bank mengalami

kerugian dalam jangka panjang, maka tidak menutup

kemungkinan bahwa kegiatan bank akan dilikuidasi atau ditutup.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

18

b. Membantu Usaha Nasabah

Kredit yang diberikan oleh kreditur kepada debitur, baik dalam

bentuk dana investasi maupun modal kerja, sesungguhnya dapat

membantu usaha nasabah (debitur) sehingga debitur (nasabah)

dapat mengembangkan usahanya serta memperluas usahanya.

Disamping itu, bank juga dapat membantu meningkatkan usaha

masyarakat dengan memberikan fasilitas berupa kredit. Kredit

yang ditawarkan dapat berupa kredit untuk dana investasi

maupun kredit untuk modal kerja.

c. Membantu Pemerintah

Dengan adanya kredit dari kreditur (bank) dapat membantu

pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan. Karena

dengan adanya kredit dari bank perkembangan baik Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM) meupun sektor Usaha Kredit

Menengah (UKM) dapat mengembangkan serta memperluas

usahanya sehingga dari langkah ini akan tercipta perputaran arus

barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan hidup

masyarakat luas.

6. Fungsi Kredit

Selain tujuan-tujuan diatas, kredit juga memiliki fungsi-fungsi

sebagai berikut :

a. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang.

b. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang.

c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

d. Kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi.

e. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha bagi masyarakat.

f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan

nasional.

g. Kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

19

Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1) Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) daru uang.

Penyaluran kredit merupakan pengalihan status uang tidak

bergerak atau pasif menjadi uang bergerak atau aktif. Artinya,

uang di bank tidak menghasilkan sesuatu barang atau jasa yang

berguna atau bermanfaat bagi masyarakat, di sini uang bersifat

pasif.

Ketika uang disalurkan melalui kredit, maka uang tersebut

menjadi bersifat aktif. Uang dari kredit dapat digunakan untuk

menghasilkan barang dan jasa. Penggunaan barang dan jasa

dilakukan melalui transaksi jual beli yang melibatkan uang.

Pada saat terjadi transaksi, uang bergerak dan berpindah secara

aktif dari satu orang ke orang yang lain, uang akan berpindah dari

satu rekening ke rekening lain, uang bergerak dari satu wilayah

ke wilayah lainnya.

2) Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang.

Kredit yang diberikan oleh bank dapat digunakan untuk

mengolah suatu barang menjadi memiliki daya guna yang lebih

tinggi, sehingga barang sehingga memiliki nilai jual dan lebih

bermanfaat. Para penerima kredit usaha kecil dapat

memanfaatkan uangnya untuk usaha peningkatan nilai tambah

barang. Contohnya seperti memanfaatkan limbah organik

menjadi pupuk.

3) Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Uang yang berasal dari penyaluran atau pemberian kredit akan

beredar dari satu tempat ke tempat yang lain. Uang berpindah dari

satu wilayah ke wilayah lain. Uang dari kredit dapat

meningkatkan penyebaran uang pada daerah yang kekurangan

uang.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

20

4) Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan

nasional.

Kredit yang disalurkan kepada masyarakat industry, atau sektor

produksi atau investasi akan mampu untuk meningkatkan

kebutuhan tenaga kerja. Secara keseluruhan penyerapan tenaga

kerja ini akan meningkatkan pendapatan nasional secara umum.

5) Kredit adalah salah satu alat untuk stabilitasi ekonomi.

Kredit dapat berfungsi sebagai alat stabilitasi ekonomi karena

dengan adanya sistem kredit maka tidak menutup kemungkinan

masyarakat yang ingin memulai usaha atau membeli sesuatu

dapat mewujudkannya, sehingga perekonomian tetap akan

berjalan sebagaimana mestinya, hal ini mendukung stabilitas

ekonomi suatu daerah. Dengan tetap berjalannya ekonomi

seseorang, maka itu menyebabkan ekonomi secara umum tetap

stabil.

6) Kredit menimbulkan kegairahan berusaha bagi masyarakat.

Bahwa bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat

mengatasi kekurangmampuan para pengusaha di bidang

permodalan tersebut sehingga para pengusaha akan dapat

meningkatkan usahanya.

7) Kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

Bahwa bank-bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan

usaha dapat memberikan bantuan kredit baik secara langsung

maupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan di luar

negeri.

7. Manfaat Kredit

Selain itu, kredit juga memiliki manfaat, yaitu sebagai berikut :

a. Bagi Debitur

1) Meningkatkan usahanya dengan pengadaan berbagai faktor

produksi.

2) Kredit bank relatif mudah bila usaha debitur layak biayai.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

21

3) Dengan jumlah yang banyak, maka memudahkan calon

debitur memilih bank yang cocok dengan usahanya.

4) Bermacam-macam jenis kredit dapat disesuaikan dengan

calon debitur.

5) Rahasia keuangan debitur terlindungi.

b. Bagi Bank (Kreditur)

1) Bank memperoleh pendapatan dari bunga yang diperoleh

dari debitur.

2) Dengan adanya bunga kredit, diharapkan rentabilitas bank

akan membaik dan perolehan laba juga meningkat.

3) Dengan pemberian kredit akan membantu dalam

memasarkan produk atau jasa perbankan lainnya.

4) Pemberian kredit untuk mempertahankan dan

mengembangkan usaha bank.

5) Pemberian kredit untuk merebut pangsa pasar dalam

industri perbankan.

c. Bagi Pemerintah

1) Alat untuk memacu pertumbuhan secara umum.

2) Alat untuk mengendalikan kegiatan moneter.

3) Alat untuk menciptakan lapangan usaha.

4) Meningkatkan pendapatan negara.

5) Menciptakan dan memperluas pasar.

d. Bagi Masyarakat

1) Mendorong pertumbuhan dan perluasan ekonomi.

2) Mengurangi tingkat pengangguran.

3) Memberikan rasa aman bagi masyarakat.

4) Memberikan rasa aman bagi masyarakat yang menyimpan

uangnnya di bank.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

22

8. Aspek-Aspek Analisa Kredit

a. Aspek Yuridis

Aspek yuridis ini merupakan aspek yang lebih banyak diliputi

oleh legalitas berbagai hal dokumen data, seperti diantaranya :

1) Legalitas pendirian perusahaan.

2) Legalitas usaha.

3) Legalitas pengajuan permohonan kredit.

4) Legalitas barang jaminan.

b. Aspek Pemasaran

Didalam aspek ini, hal yang perlu diketahui adalah seberapa besar

kemampuan nasabah dalam memasarkan produk barang/jasa

yang dihasilkan dari kegiatan usahanya baik yang sekarang

maupun yang direncanakan.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada aspek pemasaran

adalah:

1) Produk atau jasa yang akan dipasarkan.

2) Penentuan volume atau rencana pemasaran produk.

3) Menentukan penilaian tentang kebijakan dan strategi

Pemasaran Nasabah.

4) Melakukan penilaian terhadap Manajemen Pemasaran

Perusahaan Nasabah.

5) Keadaan pemasaran saat ini.

6) Prospek pemasaran.

7) Target pemasaran.

c. Aspek Manajemen dan Organisasi

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, tentunya dibutuhkan

pimpinan/manajer yang bertugas mengelola usaha. Persyaratan

yang diperlukan bagi seorang manajer berbeda-beda kendatipun

pada dasarnya sama, yakni memiliki pengetahuan dan

pengalaman yang memadai. Pengetahuan dapat diperoleh dari

pendidikan formal dan non-formal, sedangkan pengalaman dapat

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

23

diperoleh dari praktik. Kombinasi yang baik antara pengetahuan

dan keterampilan tersebut menjadikan kompetensi yang

memadai.

Sedangkan tentang organisasi, seorang pemilik usaha tentunya

tidak bisa berdiri sendiri untuk mencukupi semua kebutuhan yang

terkait dengan pengelolaan usahanya. Maka, secara naluri

manusia memerlukan kerjasama dengan orang lain. Kerjasama

dengan orang lain dengan cara demikian dinamakan dengan ber-

Organisasi. Perkembangan organisasi sejalan dengan tingkat

perkembangan kemajuan manusia, sistem dan teknologi. Dengan

demikian, organisasi dapat bersifat kompleks.

d. Aspek Teknis

Ruang lingkup dalam aspek teknis ini adalah menilai apakah

barang yang diproduksi nasabah dapat dibuat dengan kualitas

yang baik dan dengan biaya produksi yang rendah sehingga laku

dijual dan menguntungkan. Secara umum penilaian aspek teknis

harus mencakup hal-hal sebagai berikut :

1) Lokasi usaha.

2) Sumber daya manusia.

3) Pengalaman Usaha.

4) Kapasitas Perusahaan, Mesin, dan Proses Produksi yang

Sesuai.

5) Pemilihan Mesin dan Peralatan.

6) Fasilitas Pemeliharaan.

7) Sarana dan Prasana.

e. Aspek Keuangan

Penelitian pada aspek keuangan ini lebih menitikberatkan pada

batasan-batasan keuangan nasabah, kemampuan penyediaan dana

sendiri oleh nasabah, dan kebutuhan pembiayaannya. Disamping

itu perhitungan kredit juga masuk di dalam aspek keuangan

mengingat kaitannya sangat erat dengan aspek keuangan.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

24

Didalam analisis aspek keuangan ini, perlu dibedakan untuk

perusahaan yang lebih lama berdiri/beroperasi dengan

perusahaan baru. Sumber dana utama untuk menganalisis aspek

keuangan ini adalah neraga dan laba/rugi. Oleh karena itu,

sebelum menganalisis laporan keuangan tersebut, perlu diteliti

apakah neraca dan laba/rugi tersebut telah disusun sesuai dengan

prinsip-prinsip Akintansi Indonesia (PAI).

f. Aspek Jaminan

Salah satu yang digambarkan dalam rangka pemberian kredit

perbankan adalah penyerahan jaminan oleh calon nasabah.

Jaminan tersebut beraneka ragam jenisnya. Jaminan yang

diberikan oleh calon nasabah, biasanya berupa jaminan bergerak

(sepeda motor, mobil, mesin, dll) dan jaminan tak bergerak

(tanah, rumah, ruko, dll). Jaminan yang diberikan oleh calon

nasabah tersebut haruslah diteliti dan dinilai secara baik untuk

mendapatkan nilai pasar yang wajar. Nilai pasar wajar yang

ditetapkan untuk suatu suatu jaminan merupakan pedoman untuk

mengukur kewajarannya terhadap pemberian kredit yang sedang

dipertimbangkan apakah sudah cukup memadai atau belum

memenuhi persyaratan nilai jaminan yang diterapkan oleh bank.

g. Aspek Sosial Ekonomi dan Analisis Dampak Lingkungan

(AMDAL).

Pada aspek ini, yang perlu menjadi penilaian dalam analisis kredit

adalah bagaimana pengaruh perusahaan terhadap sosial ekonomi

masyarakat setempat. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian

dalam aspek ini antara lain :

1) Kemungkinan penyerapan tenaga kerja.

2) Apakah proyek tersebut dapat menumbuhkan kehidupan

perekonomian masyarakat setempat atau sebaliknya akan

mematikan sektor-sektor usaha masyarakat setempat yang

sudah ada saat ini.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

25

3) Apakah proyek tersebut tidak bertentangan dengan adat

istiadat dan agama masyarakat setempat.

4) Dalam hal analisis dampak lingkungan hendaknya harus

memperhatikan peraturan/ketentuan pemerintah yang

berlaku.

9. Penggolongan Kualitas Kredit

Andrianto (2020) Dalam peraturan BI no. 7/2/PBI/2005 dan Surat

Edaran BI No. 7/3/DNP/ tanggal 31 Januari 2005 tentang Penilaian

Kualitas Aktiva Bank Umum, dan PBI No. 14/15/PBI/2012 tentang

Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, serta Peraturan OJK No.

29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan

Pembiayaan, dijelaskan mengenai faktor-faktor dalam

penetapan/penilaian kualitas kredit dan penggolongan kualitas kredit.

Ada beberapa faktor dalam menentukan kualitas kredit atau

kualitas piutang pembiayaan, seperti faktor kemampuan bayar nasabah,

ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga, kinerja keuangan

nasabah serta prospek usaha nasabah.

Berikut Rincian Penggolongan Kualitas Kredit (Kolektibilitas

Kredit)

a. Kredit Lancar

Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu,

2) Memiliki mutase rekening yang aktif,

3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai.

Dengan indikator sebagai berikut :

1. Industri

a) Diterima/umum.

b) Permintaan cukup.

c) Profitabilitas cukup.

d) Persaingan minimal.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

26

2. Perusahaan

a) Di atas rata-rata sektor.

b) Daya saing kuat.

c) Produk dan pasar yang baik.

3. Keuangan

a) Menguntungkan.

b) Likuid.

c) Cash flow meningkat.

d) Rasio utang rendah.

e) Dua sumber pembayaran kembali.

f) Sedikit ketergantungan terhadap foreign exchange

dan stabilisasi bunga.

4. Manajemen

a) Memiliki kemampuan.

b) Memiliki integritas.

c) Memiliki visi strategis yang jelas.

d) Kontrol yang baik.

e) Eksternal audit yang baik.

b. Kredit Dalam Perhatian Khusus (DPK)

Kredit digolongkan dalam perhatian khusus apabila memenuhi

kriteria sebagai berikut :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang

belum melampaui 90 hari, atau

2) Kadang-kadang terjadi perpanjangan kredit, atau

3) Mutasi rekening relatif aktif, atau

4) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang

diperjanjikan, atau

5) Didukung oleh pinjaman baru.

Dengan beberapa indikator diantaranya

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

27

1. Industri

a) Dipertanyakan.

b) Pendapatan rendah.

c) Kompetisi meningkat.

d) Kompetisi harga semakin tinggi.

e) Biaya operasional meningkat.

2. Perusahaan

a) Di dalam rata-rata sektor.

b) Beberapa kelemahan dalam persaingan.

3. Keuangan

a) Keuntungan rendah.

b) Likuiditas dapat diterima.

c) Rasio utang moderat.

d) Dua sumber pembayaran kembali.

e) Aliran kas lebih rendah daripada pembayaran pokok

dan bunga pinjaman.

f) Dapat menopang perubahan kecil foreign exchange

dan suku bunga.

4. Manajemen

a) Mampu memenuhi syarat.

b) Memiliki integritas.

c) Beberapa permasalah strategi.

d) Perbaikan dalam kontrol.

e) Komite pemilik dan manajemen.

f) Eksternal audit dapat diterima.

c. Kurang Lancar

Kredit digolongkan ke dalam kredit kurang lancar apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui lebih dari 90 hari.

2) Sering terjadi cerukan,

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

28

3) Frekuensi mutase rekening relatif rendah,

4) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapai oleh

debitur.

Dengan indikator sebagai berikut :

1. Industri

a) Bergejolak

b) Pendapatan menurun

c) Permintaan menurun

d) Risiko bahan mentah

e) Risiko devaluasi

f) Regulasi harga

2. Perusahaan

a) Di bawah rata-rata sektor

b) Tingkat kompetisi tinggi

c) Aspek teknologi rendah

3. Keuangan

a) Pendapatan menurun mendekati 0 (nol)

b) Likuiditas rendah

c) Rasio utang meningkat

d) Satu sumber pembayaran kembali

e) Pembayaran pokok dan bunga pinjaman lebih besar

daripada aliran kas.

f) Meningkatnya masalah modal kerja.

4. Manajemen

a) Kepastian rendah

b) Kurang pengalaman

c) Integritas diragukan

d) Tidak ada visi strategis

e) Kontrol yang lemah

f) Konflik kepemimpinan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

29

d. Diragukan

Kredit dapat dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria

sebagai berikut :

1) Terdapat tunggakan agunan pokok dan/atau angsuran

bunga yang telah melampaui 180 hari.

2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen

3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari

4) Terjadi kapitalisasi bunga

5) Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian

kredit maupun pengikatan jaminan.

Dengan beberapa indikator diantaranya :

1. Industri

a) Tidak baik

b) Pendapatan 0 (nol) atau negative

c) Kompetisi harga sangat tajam

d) Harga menurun

e) Memerlukan reksturisasi operasional

f) Harga politis

2. Perusahaan

a) Jauh dibawah rata-rata sektor

b) Tingkat kompetisi yang meningkat cepat

c) Masalah teknologi yang semakin parah

d) Membutuhkan modernisasi yang mendesak

e) Kehilangan loyalitas konsumen

f) Masalah produk

g) Ekspansi yang terlalu cepat

3. Keuangan

a) Kerugian operasional

b) Tidak likuid

c) Menjual asset untuk mempertahankan usaha

d) Aliran kas lebih besar dari pembayaran bunga

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

30

e) Risiko utang meningkat

f) Sumber pembayaran tidak mencukupi

g) Meningkatnya modal kerja menyembunyikan

kerugian operasional.

4. Operasional

a) Parah

b) Tidak kompeten

c) Tidak bisa bekerja sama

d) Kontrol sangat lemah

e) Masalah kepemilikan

f) Tidak ada sumber permodalan baru

g) Eksternal audit yang parah.

e. Macet

Kredit digolongkan ke dalam kredit macet apabila memenuhi

kriteria diantaranya :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau angsuran

bunga yang telah melampaui 270 hari,

2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru

3) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat

dicairkan pada nilai wajar.

Dengan indikator sebagai berikut :

1. Industri

a) Hampir mati

b) Struktur industri lemah

2. Perusahaan

a) Tidak dapat berkompetisi

b) Ketinggalan teknologi

c) Produk yang lemah

d) Risiko negara

e) Peran yang sangat terbatas

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

31

3. Keuangan

a) Kerugian yang besar

b) Penjualan asset saat merugi

c) Masalah kas dan utang yang parah

d) Aliran kas < biaya produksi

e) Tidak ada sumber pembiayaan kembali

4. Manajemen

a) Sangat parah

b) Tidak bisa dipercaya

c) Sangat tidak kompeten

d) Kemungkinan terjadi fraud

e) Tidak ada kepemimpinan.

10. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

a. Pengertian KUR

KUR (Kredit Usaha Rakyat) merupakan program pemerintah

yang berupa pinjaman mudal usaha untuk masyarakat yang

produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan.

b. Jenis-Jenis KUR BRI

Jenis KUR terbagi menjadi tiga macam, yaitu KUR Mikro, KUR

Ritel, dan KUR TKI.

1) KUR Mikro BRI

Merupakan pinjaman kredit dengan nilai maksimum RP.

25.000.000., per debitur. Jenis pinjamannya terbagi

menjadi dua yaitu KMK (kredit Modal Kerja) dengan

jangka waktu yang ditetapkan oleh bank yaitu 3 (tiga)

tahun, dan KI (Kredit Investasi) dengan jangka waktu 5

(lima) tahun. suku bunga efektif untuk kredit jenis ini yaitu

7% per tahun atau setara dengan 0,41% per bulan.

2) KUR Ritel BRI

Merupakan pinjaman kredit dengan plafon RP.

25.000.000., sampai RP. 500.000.000., per debitur. Jenis

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

32

pinjamannya terbagi menjadi dua yaitu KMK (kredit Modal

Kerja) dengan jangka waktu yang ditetapkan oleh bank

yaitu 3 (tiga) tahun, dan KI (Kredit Investasi) dengan

jangka waktu 5 (lima) tahun. suku bunga efektif untuk

kredit jenis ini yaitu 7% per tahun. Jaminannya sesuai

dengan peraturan Bank.

3) KUR TKI BRI

Merupakan pinjaman kredit dengan plafon sebesar RP.

25.000.000., atau berdasarkan struktur biaya yang

ditetapkan oleh pemerintah. Suku bunga efektif untuk

kredit jenis ini yaitu 7% per tahun atau setara dengan 0,41%

per bulan. Untuk jangka waktu pinjaman maksimum 3

(tiga) tahun berdasarkan kontrak kerja dengan penempatan

nasabah pada beberapa negara saja diantaranya : Singapura,

Hong Kong, Taiwan, Brunei, Jepang, Korea Selatan, dan

Malaysia.

c. Syarat-Syarat Pengajuan KUR

1) KUR Mikro BRI

a) Individu (perorangan) yang melakukan usaha

produktif dan layak untuk dibiayai.

b) Usaha yang dijalani sudah berjalan minimal 6 bulan.

c) Tidak sedang menerima kredit dari bank lain kecuali

kredit konsumtif seperti KPR dan lain-lain.

d) Persyaratan administrasi berupa : Identitas (KTP),

Kartu Keluarga (KK), dan Surat Ijin Usaha.

2) KUR Ritel BRI

a) Mempunyai usaha produktif dan layak untuk

dibiayai.

b) Tidak sedang menerima kredit dari bank lain kecuali

kredit konsumtif seperti KPR dan lain-lain.

c) Usaha yang dijalani sudah berjalan minimal 6 bulan.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

33

d) Memiliki Surat Ijin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK)

atau surat ijin usaha lainnya.

3) KUR TKI BRI

a) Individu (perorangan) nasabah calon TKI yang akan

berangkat bekerja ke beberapa negara yang

ditetapkan oleh BRI.

b) Persyaratan administrasi diantaranya : identitas

(KTP), Kartu Keluarga (KK), Perjanjian kerja dengan

pengguna jasa, perjanjian penempatan, passport,

Visa, serta pesyaratan lainnya sesuai dengan

ketentuan.

C. Manajemen Risiko Perbankan

Andrianto, dkk (2019) menjelaskan bahwa ada 8 (delapan) jenis risiko

yang berhubungan dengan operasional perbankan, diantaranya :

1. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang menyebabkan terjadinya

kerugian yang merupakan akibat dari adanya kesenjangan antara

sumber pendanaan yang pada umumnya berjangka pendek dan aktiva

yang pada umumnya berjangka panjang. Besar kecilnya risiko likuditas

ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya :

a. Melaksanakan monitoring setiap harinya atas besarnya penarikan

dana yang dilakukan oleh nasabah, baik penarikan melalui

mengkliring maupun penarikan tunai nasabah.

b. Melaksanakan monitoring setiap harinya atas semua dana yang

masuk baik melalui income transfer maupun setoran tunai oleh

nasabah.

c. Membuat analisa sensitivitas likuiditas terhadap alur penarikan

dana berdasarkan pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya

atas penarikan dana bersih terbesar yang pernah terjadi dan

membandingkannya dengan penarikan dana bersih rata-rata saat

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

34

ini. Dari analisa tersebut maka dapat diketahui tingkat ketahanan

likuiditas suatu bank.

d. Selanjutnya Bank menetapkan secondary reserve untuk menjaga

posisi likuiditas bank, antara lain menempatkan kelebihan dana

ke dalam instrument keuangan yang likuid.

e. Menetapkan kebijakan Cash Holding Limit pada kantor-kantor

cabang Bank. Melaksanakan fungsi ALCO (Asset & Liability

Committee) untuk mengatur tingkat bunga dalam usahanya dan

meningkatkan/menurunkan sumber dana tertentu.

2. Risiko Kredit

Risiko kredit merupakan suatu proses dimana risiko kredit

diidentifikasi, diukur, dan dikelola (termasuk monitoring, controlling

dan communication). Proses dimaksud sifatnya cyclical, dan dimulai

sejak aplikasi kredit diterima oleh Bank, dianalisa, persetujuan,

pemantauan, dan penyelamatan. Agar proses pengelolaan risiko kredit

tersebut dapat berjalan secara efisien diperlukan infrastruktur

pendukung, yaitu : Kebijakan, Organisasi, Sistem Informasi, dan Risk

Modelling.

3. Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening

administrative termasuk transaksi derivative, akibat perubahan harga

pasar. Perubahan harga pasar terjadi karena adanya pergerakan faktor

pasar, dan berpotensi merugikan portofolio bank. Yang dimaksud

dengan faktor pasar adalah tingkat suku bunga, nilai tukar, harga saham,

dan harga komoditas. Faktor pasar berubah diluar control bank. Bank

hanya dapat bereaksi sesuai apabila faktor pasar berubah, agar dampak

kerugian dapat ditekan sampai level minimal.

4. Risiko Operasional

Risiko operasional dihadapi oleh semua bank karena dalam

menjalankan bisnis bank tidak dapat dipisahkan dari faktor yang

melekat pada diri manusia, prosedur pelayanan, proses administrasi dan

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 14. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Irham Fahmi (2014) mengkaji

35

sebagainya. Secara umum, menurut definisi basel, penyebab risiko

operasional adalah faktor manusia, prosedur internal, kegagalan sistem

dan faktor eksternal.

5. Risiko Kepatuhan

Adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang

berlaku.

6. Risiko Hukum

Adalah risiko yang dihadapi oleh bank akibat tuntutan hukum

dan/atau kelemahan aspek yuridis.

7. Risiko Stratejik

Adalah risiko bank akibat ketidaktepatan dalam pengambilan

dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik, serta kegagalan dalam

mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

8. Risiko Reputasi

Adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan

stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.