BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11....
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/69634/3/BAB II.pdf · 2020. 11....
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Irham Fahmi (2014) mengkaji tentang Manajemen Perkreditan pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek Gorontalo Utara.
Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur
pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit
Pelabuhan Anggrek. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah bahwa
pemberian kredit dilakukan dengan melewati beberapa tahap. Tahap-tahap
tersebut antara lain, permohonan kredit oleh nasabah, pengumpulan data dan
verifikasi berkas oleh Costumer Service, disposisi ke Mantri, BI Checking,
putusan kredit oleh Kaunit, proses pencairan, dan pengarsipan.
Kelemahannya adalah susahnya dalam memperoleh data nasabah
dikarenakan alternatif dalam melakukan komunikasi terbatas sehingga data
yang diperlukan oleh pihak bank tidak mudah di dapat dan dampaknya adalah
proses pencairan kredit menjadi terhambat.
Siswanto Sutujo (2000) mengkaji tentang Strategi Manajemen Kredit
pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek Gorontalo Utara.
Dalam kajian tersebut disimpulkan bahwa dalam pemberian kredit yang
dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek tidak
terlepas dari banyaknya resiko yang timbul akibat kelalaian nasabah dalam
mempergunakan kredit yang diberikan.
Untuk mencegah resiko kredit bermasalah atau kredit macet, PT. Bank
Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek melakukan Restrukturisasi kredit
bagi nasabah yang kurang mampu dalam membayar angsuran kredit.
Agus Zainul Arifin (2018) mengkaji tentang Manajemen Keuangan
pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek Gorontalo Utara.
Dalam kajiannya menggambarkan bahwa pemberian kredit dilakukan dengan
melihat karakteristik dari suatu nasabah atau perusahaan apakah layak untuk
dibiayai atau tidak.
7
Dari hasil kajian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bank menggunakan
prinsip kehati-hatian, sehingga untuk memberikan kredit kepada suatu
nasabah harus berdasar pada data yang akurat.
Andrianto, Didin Fatihuddin, Anang Firmansyah (2019) mengkaji
tentang Manajemen Bank pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan
Anggrek Gorontalo Utara. Dalam kajiannya menjelaskan tentang bank
sebagai lembaga kepercayaan. Dipercaya oleh masyarakat sebagai lembaga
kepercayaan dikarenakan PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan
Anggrek dapat mengelola dana dalam menghimpun juga menyalurkannya
dalam bentuk kredit. Semakin tinggi volume kredit yang disalurkan atau
diberikan maka semakin tinggi juga pertumbuhan ekonomi.
Ikatan Bankir Indonesia (2015) mengkaji tentang Bisnis Kredit
Perbankan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pelabuhan Anggrek
Gorontalo Utara. Dalam kajiannya menjelaskan tentang menjaga kesehatan
bank dengan lebih teliti dalam memberikan putusan suatu kredit dengan
membatasi pemberian kredit sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh
Undang-Undang Perbankan. Di dalam usaha mengidentifikasi kesulitan-
kesulitan yang dihadapi nasabah dan usaha penanggulangan yang perlu
dilakukan pihak bank dapat melaksanakan sendiri sebagai suatu Corporate
Financial Service sebatas kemampuan bank. Apabila diperlukan, maka bank
boleh meminta bantuan konsultan.agar biayanya dapat dirundingkan, apakah
akan dibebankan kepada nasabah atau atas tanggungan bank.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Kredit
Irham Fahmi (2014), menguti bahwa “kata kredit berasal dari
Bahasa latin yaitu credere, yang diterjemahkan sebagai kepercayaan
atau credo yang berarti saya percaya. Kredit dan kepercayaan (trust)
adalah ibarat sekeping mata uang logam yang tidak dapat di pisahkan.
Karena tidak mungkin adanya pemberian pinjaman tanpa adanya
kepercayaan dan kepercayaan itu merupakan sesuatu yang mahal
harganya. Mungkin di kalangan perbankan dikenal istilah adalah sangat
8
tidak sulit bagi kita untuk menyalurkan atau merealisasikan pemberian
suatu pinjaman (loan) namun sangat sulit bagi kita untuk bisa menarik
kembali dana tersebut, atau dibutuhkan seni untuk bisa menarik
kembali dana tersebut”.
Pengertian kredit menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang
perubahan UU No. 7 Tahun 1992 mengutip, “Kredit adalah penyediaan
uang atau tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”
Adapun menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
(PAPI) (2008) mengutip dari UU No. 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan, Pasal 1 angka 11, mendefinisikan kredit adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga.
2. Penggolongan Jenis Kredit
(Rachmadi Usman, 2001:238-243) mengutip dari (Munir Fuady
1996:14-21) menjelaskan tentang penggolongan jenis kredit adalah :
a. Penggolongan Berdasakan Jangka Waktu
Apabila jangka waktu digunakan sebagai kriteria, maka
suatu kredit dapat dibagi ke dalam :
1) Kredit Jangka Pendek; yakni kredit yang jangka waktunya
tidak melebihi 1 tahun.
2) Kredit Jangka Menengah; yaitu kredit yang mempunyai
jangka waktu antara 1 sampai 3 tahun.
3) Kredit Jangka Panjang; dalam hal ini merupakan kredit
yang mempunyai jangka waktu di atas 3 tahun
6
b. Penggolongan Berdasarkan Dokumentasi
Yaitu:
1) Kredit dengan perjanjian kredit tertulis.
2) Kredit tanpa surat perjanjian kredit. Untuk itu dapat dibagi
ke dalam:
a) Kredit lisan.
b) Tetapi ini sangat jarang dilakukan.
c) Kredit dengan instrument surat berharga. Misalnya
kredit yang hanya lewat dokumen promes
(promissory note), Obligasi (bonds), kartu kredit, dan
sebagainya.
d) Kredit Cerukan (overdraft).
e) Kredit seperti ini timbul karena:
- Penarikan/pembebanan giro yang melampaui
saldonya.
- Penarikan/pembebanan R/C yang melampaui
plafonnya.
c. Penggolongan Berdasarkan Bidang Ekonomi
Dalam hal ini suatu kredit dapat dibagi ke dalam:
1) Kredit pada sektor pertanian, perburuhan dan sarana
pertanian.
2) Kredit untuk sektor pertambangan.
3) Kredit untuk sektor perindustrian.
4) Kredit untuk sektor listrik, gas, dan air.
5) Kredit untuk sektor konstruksi.
6) Kredit untuk sektor perdagangan, restaurant dan hotel.
7) Kredit pengangkutan, perdagangan, dan komunikasi.
8) Kredit untuk sektor jasa.
9) Kredit untuk sektor lain-lain.
d. Penggolongan Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaannya
Kredit dibagi ke dalam:
7
1) Kredit Konsumtif ini adalah jenis kredit yang diberikan
kepada nasabah (debitur) untuk keperluan konsumsi seperti
kredit profesi, kredit perumahan, kredit kendaraan
bermotor, pembelian alat-alat rumah tangga, dan lain-lain.
2) Kredit Produktif, terdiri dari:
a) Kredit Investasi; yaitu kredit yang dipergunakan
untuk membeli barang modal atau barang-barang
tahan lama, seperti tanah, mesin, dan sebagainya.
Akan tetapi, sering juga kredit ini digolongkan ke
dalam kredit investasi atau yang disebut sebagai
Kredit Bantuan Proyek.
b) Kredit Modal Kerja (Working Capital Credit/Kredit
Eksploitasi); adalah untuk membiayai modal lancar
yang dipakai habis, seperti untuk barang dagangan,
bahan baku, overhead produksi, dan lain sebagainya.
c) Kredit Likuiditas; diberikan dengan tujuan untuk
membantu suatu perusahaan yang sedang kesulitan
likuiditas. Misalnya kredit likuiditas dari Bank
Indonesia yang diberikan untuk bank-bank yang
memiliki likuiditas di bawah bentuk uang.
e. Penggolongan Kredit Berdasarkan Objek yang Ditransfer
Dapat dibagi ke dalam:
1) Kredit Uang (Money Credit), dimana pemberian kredit dan
pengembalian kredit diberikan dalam bentuk uang.
2) Kredit Bukan Uang (Non Money Credit, Mercantile Credit,
Merchant Credit), yang mana pemberian kredit dalam
bentuk barang atau jasa dan pengembalian kredit dalam
bentuk uang.
f. Penggolongan Kredit Berdasarkan Waktu Pencairannya.
Dalam hal ini, kredit dapat dibagi lagi ke dalam beberapa
jenis, yaitu:
8
1) Kredit Tunai (Cash Credit), di mana pencairan kredit
dilakukan secara tunai atau pemindahbukuan ke dalam
rekening debitur.
2) Kredit Tidak Tunai (Non Cash Credit), di mana kredit tidak
dicairkan pada saat pinjaman dibuat. Termasuk ke dalam
penggolongan:
a) Garansi Bank atau Stand By L/C. dalam hal ini bank
akan membayar apabila terjadi masalah tertentu yang
terjadi pada nasabah, misalnya jika pihak pemohon
garansi tidak melaksanakan kewajibannya kepada
pihak lain, maka banklah yang akan membayarnya.
b) Letter of Credit, merupakan jaminan kepada penjual
atau pengirim barang yang mana bank akan
membayar sejumlah uang jika dokumen-dokumen
tertentu dipenuhi oleh penjual/pengirim barang.
g. Penggolongan Kredit Menurut Cara Penarikannya.
Apabila dilihat dari segi penarikannya, suatu kredit dapat
dibagi menjadi:
1) Kredit Sekali Jadi (Alfopend). Yaitu kredit yang pencairan
dananya dilakukan hanya dengan satu kali proses, misalnya
secara tunai ataupun secara pemindahbukuan.
2) Kredit Rekening Koran. Dalam hal ini, baik penyediaan
dana ataupun penarikan dana tidak dilakukan dengan satu
kali proses, melainkan secara tidak teratur kapan saja dan
berulang kali. Penarikan dana oleh nasabah dilakukan
selama plafon kredit masih tersedia, dilakukan dengan
melalui pemindahbukuan, penarikan cek, bilyet, giro, atau
perintah pemindahbukuan lainnya.
3) Kredit Berulang-ulang (Revolving Loan). Kredit ini
biasanya diberikan kepada nasabah (debitur) yang tidak
memerlukan kredit sekaligus, melaikan secara berulang-
9
ulang sesuai kebutuhan nasabah, asalkan masih dalam batas
maksimum dan masih dalam jangka waktu yang
diperjanjikan antara debitur dan kreditur. Berbeda dengan
kredit rekening koran, maka kredit berulang-ulang ini lebih
dibatasi, terutama dalam hal penarikan dan penyetoran.
4) Kredit Bertahap. Kredit bertahap ini merupakan kredit yang
pencairan dananya dilakukan secara bertahap dalam
beberapa termin, misalnya tanche I, II, III, dan IV.
5) Kredit Tiap Transaksi (self-liquidating atau eenmalige
transactie crediet). Merupakan kredit yang diberikan hanya
untuk satu transaksi tertentu, di mana pengembalian jumlah
kredit diambil dari hasil transaksi yang bersangkutan.
Berbeda dengan revolving credit (kredit bergulir), maka
kredit eenmalige ini tidak ditarik dananya secara berulang-
ulang, melainkan sekali saja, yakni untuk tiap melakukan
transaksi.
h. Penggolongan Kredit dilihat dari Pihak Kreditornya.
Apabila dilihat dari segi pihak pemberi kredit, maka suatu
kredit dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Kredit Terorganisasi (Organized Credit), yakni kredit yang
diberikan oleh badan-badan yang terorganisir secara legal
atau sah dan memiliki wewenang untuk memberikan kredit.
Misalnya bank, koperasi, dan lain sebagainya.
2) Kredit Tidak Terorganisasi (Unorganized Credit).
Merupakan kredit yang diberikan oleh seseorang atau
sekelompok orang ataupun badan yang tidak resmi untuk
memberikan kredit.
Kredit tidak terorganisasi ini dapat dibagi menjadi :
a) Kredit Rentenir, yakni kredit yang diberikan oleh
perorangan atau badan tidak resmi untuk memberikan
kredit.
10
b) Kredit Penjual, merupakan kredit yang diberikan oleh
penjual kepada pembeli dalam proses terjadinya jual-
beli, di mana barang yang dibeli langsung diserahkan
sementara harga barang yang dibeli akan dibayar
kemudian secara kredit.
c) Kredit Pembeli adalah kredit yang terbit dari proses
jual-beli, dimana uang dari hasil pembelian segera
diserahkan sementara barang yang dibeli diserahkan
di kemudian hari. Misalnya seperti yang sering
dipraktekkan dalam pembelian bahan bangunan.
i. Penggolongan Kredit Berdasarkan Negara Asal Kreditor.
Apabila dilihat dari asal negara dari mana kreditor berada,
maka suatu kredit dapat digolongkan menjadi:
1) Kredit Domestik (Domestic/Onshore Credit)
Merupakan kredit yang debiturnya atau kreditur utamanya
berasal dari dalam negeri.
2) Kredit Luar Negeri (Foreign/Offshore Credit)
Merupakan kredit yang kreditur utamanya berasal dari luar
negeri.
j. Penggolongan Kreditor Berdasarkan Jumlah Kreditor
Berdasarkan dari banyaknya jumlah kreditor, maka suatu
kredit dapat dibagi menjadi:
1) Kredit dengan Kreditor Tunggal
Yaitu kredit yang kreditornya hanya terdiri atas satu
orang/satu badan hukum. Ini yang sering disebut dengan
Singel Loan.
2) Kredit Sindikasi (Syndicated Credit)
Ini merupakan kredit di mana pihak kreditornya terdiri dari
beberapa badan hukum, di mana biasanya salah satu di
antara kreditor tersebut bertindak sebagai Lead
Creditor/Lead Bank.
11
3. Unsur-Unsur Kredit
Unsur-unsur kredit adalah sebagai berikut (Irham Fahmi,2014:6-
8):
a. Kepercayaan. Kepercayaan (trust) adalah sesuatu yang paling
utama dari unsur kredit yang harus ada karena tanpa ada rasa
saling percaya antara kreditur dan debitur maka akan sangat sulit
terwujud suatu sinergi kerja yang baik. Karena dalam konsep
sekarang ini kreditur dan debitur adalah mitra bisnis.
b. Waktu. Waktu (time) adalah bagian yang sering dijadikan kajian
oleh pihak analisi finance khususnya oleh analisis kredit. Ini
dapat dimengerti karena bagi pihak kreditur saat ia menyerahkan
uang kepada debitur maka juga harus diperhitungkan juga saat
pembayaran kembali yang akan dilakukan oleh debitur itu sendiri,
yaitu limit waktu yang tersepakati dalam perjanjian yang telah
ditandatangani kedua belah pihak. Analisi waktu bagu pihak
kreditur menyangkut dengan analisis dalam bentuk calculation of
time value of money (hitungan nilai waktu dari uang) yaitu nilai
uang pada saat sekarang adalah berbeda dengan nilai uang pada
saat yang akan datang.
c. Risiko, yang menyatakan adanya risiko yang mungkin timbul
selama jangka waktu tertentu antara pemberian dan pelunasan
suatau kredit.
d. Perstasi. Prestasi yang dimaksud adalah prestasi yang dimiliki
oleh kreditur untuk diberikan kepada debitur. Pada dasarnya
objek dari kredit itu sendiri adalah tidak selalu dalam bentuk uang
tetapi juga boleh dalam bentuk barang dan jasa (goods and
service).
e. Adanya kreditur. Kreditur yang dimaksud di sini adalah pihak
yang memiliki uang (money), barang (goods), atau jasa (service)
untuk dipinjamkan kepada pihak lain, dengan harapan dari hasil
peminjam itu akan diperoleh keuntungan dalam bentuk interest
12
(bunga) sebagai balas jasa dari uang, barang, atau jasa yang telah
dipinjam tersebut.
f. Adanya debitur. Debitur yang dimaksud di sini adalag pihak
yang memerlukan uang (money), barang (goods), atau jasa
(service) dan berkomitmen untuk mampu mengembalikannya
tepat sesuai dnegan waktu yang disepakati serta bersedia
menanggung berbagai risiko jika melakukan keterlambatan
sesuai dengan ketentuan administrasi dalam kesepakatan
perjanjian yang tertera di sana.
4. Prinsip Dasar Pemberian Kredit (Ismail, 2011)
a. Prinsip 5 C
1) Chararter
Character menggambarkan watak dan kepribadian calon
debitur. Bank perlu melakukan analisi terhadap karakter
calon debitur, tujuannya adalah untuk mengetahui bahwa
calon debitur mempunyai keinginan untuk memenuhi
kewajiban membayar pinjamannya sampai dengan lunas.
2) Capacity
Analisis terhadap capacity ini ditunjukan untuk mengetahui
kemampuan calon debitur dalam memenuhi kewajibannya
sesuai jangka waktu kredit. Bank perlu mengetahui dengan
pasti kemampuan calon debitur tersebut. Kemampuan calon
debitur sangat penting karena merupakan sumber utama
pembayaran kembali kredit yang diberikan oleh bank.
3) Capital
Capital atau modal yang perlu disetarakan dalam objek
kredit perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam. Modal
merupakan jumlah modal yang dimilik oleh calon debitur
atau berapa banyak dana yang akan diikutsertakan dalam
proyek yang dibiayai oleh calon debitur. Semakin besar
modal yang dimiliki oleh calon debitur maka semakin
13
meyakinkan bagi bank akan keseriusan calon debitur dalam
mengajukan permohonan kredit.
4) Collateral
Collateral merupakan jaminan/agunan yang diberikan oleh
calon debitur atas kredit yang diajukan. Agunan merupakan
sumber pembayaran kedua atau cadangan, artinya apabila
nasabah atau debitur tersebut tidak dapat membayar
angsurannya dan termasuk dalam kredit macet, maka bank
dapat melakukan eksekusi terhadap agunan tersebut. Hasil
penjualan agunan digunakan sebagai sumber pembayaran
kedua.
Bank tidak akan memberikan kredit yang melebihi
dari nilai jaminan, kecuali untuk kredit program atau kredit
khusus yang kadang-kadang juga tidak ditutup dengan
agunan yang memadai.
Secara terperinci pertimbangan atas collateral antara
lain dikenal dengan MAST:
a) Marketability
Jaminan atau agunan yang diberikan kepada bank
haruslah jaminan yang mudah untuk diperjualbelikan
dengan harga yang menarik dan daya jual yang
meningkat dari waktu ke waktu, sehingga apabila
terjadi masalah terhadap pembayaran kreditnya,
maka bank akan mudah menjual jaminan atau
agunannya.
b) Ascertainability of value
Agunan yang diberikan pada bank memiliki standar
harga yang lebih pasti, karena agunannya merupakan
barang yang mudah di cari atai ditemui, sehingga
tidak perlu meminta bantuan lembaga appraisal
dalam menaksir harga barang agunannya.
14
c) Stability of value
Agunan yang diberikan kepada bank memiliki harga
yang sesuai dengan jumlah kredit yang diterima oleh
nasabah, sehingga ketika agunan dijual maka hasil
penjualan bisa menutupi kewajiban kredit debitur.
d) Transferability
Agunan yang diserahkan bank mudah dipindahkan
baik secara fisik maupun yuridis. Setiap orang mudah
untuk dapat membeli barang agunan, tidak perlu
harus melakukan izin yang berbelit-belit.
5) Condition of Economy
Condition of economy merupakan analisis terhadap kondisi
ekonomi. Bank perlu menilai sektor usaha calon nasabah
(debitur) kemudian mempertimbangkannya dan dikaitkan
dengan kondisi ekonomi, apakah kondisi ekonomi tersebut
akan mempengaruhi usaha calon debitur di masa yang akan
datang.
Di dalam prinsip 5 C, setiap permohonan kredit calon
debitur telah di analisis secara mendalam sehingga hasil
analisis sudah cukup memadai. Sebagai contoh,
permohonan kredit untuk kredit konsumtif, maka bank
hanya melakukan analisis terhadap 5 C. Dari analisis
tersebut, akan diperoleh gambaran tentang debitur dan
kemungkinan kreditnya.
b. Prinsip 7 P
1) Personality
Personality yaitu menilai nasabah dari segi
kepribadiannya atau tingkah laku sehari-hari maupun
kepribadiannya masa lalu, penilaian personality mencakup
emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam
menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.
15
2) Party
Party yaitu mengklasifikasikan nsabah ke dalam
klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu,
berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
3) Purpose
Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah
dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang
diinginkan nasabah.
4) Prospect
Prospect yaitu untuk menilai usaha calon nasabah di
masa yang akan datang menguntungkan atau tidak atau
dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya, hal
ini penting mengingat jika fasilitas kredit yang dibiayai
tanpa mempunyai prospek, bukan hanya kreditur yang rugi
akan tetapi juga nasabah.
5) Payment
Payment merupakan ukuran bagaimana nasabah
mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber
mana kredit dikembalikan.
6) Profitability
Profitability yaitu untuk menganalisi bagaimana
kemampuan nasabah dalam mencari laba, profitability
diukur dari periode akan tetap sama atau semakin
meningkat, dengan tambahan kredit yang akan
diperolehnya.
7) Protection
Protection tujuannya adalah bagaimana menjaga
kredit yang diberikan mendapat jaminan perlindungan,
sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman,
perlindungan yang diberikan nasabah dapat berupa jaminan
barang atau jaminan asuransi.
16
c. Prinsip 3 R
Konsep lain yang perlu mendapat perhatian dalam
pengambilan keputusan pemberian kredit adalah prinsip 3 R.
1) Return
Return dapat diartikan sebagai hasil usaha yang dicapai
oleh perusahaan calon debitur. Bank perlu melakukan
analisis terhadap hasil yang akan dicapai oleh calon debitur.
Analisis tersebut dilakukan dengan melihat hasil yang telah
dicapai sebelum mendapat kredit dari bank, kemudian
melakukan estimasi tershadap usaha yang mungkin akan
dicapai setelah mendapat kredit.
Di samping itu, return juga dapat diartikan sebagai hasil
usaha yang akan diperoleh oleh bank dalam memberikan
kredit kepada calon debitur.
2) Repayment
Repayment diartikan sebagai kemampuan perusahaan calon
debitur untuk melakukan pembayaran kembali kredit yang
telah dinikmati. Bank perlu melakukan analisis terhadap
kemampuan calon debitur dalam mengelola usahanya. Hal
ini dapat dilihat dari kemampuan perusahaan dalam
menciptakan keuntungan.
3) Risk Bearing Ability
Risk bearing ability merupakan kemampuan calon nasabah
(debitur) untuk menanggung risiko apabila terjadi
kegagalan dalam usahanya. Salah satu pertimbangan untuk
meyakini bahwa calon nasabah (debitur) akan mampu
menghadapi risiko ketidakpastian, yaitu dengan melihat
struktur permodalan usahanya. Semakin besar modal yang
dimiliki oleh calon debitur maka akan semakin besar
kemampuan calon debitur dalam menutup risiko kegagalan
usahanya. Bank juga perlu mendapat jaminan atas kredit
17
yang diberikan, kemudian jaminan tersebut perlu ditutup
dengan asuransi yang memadai.
Konsep 5P dan 3R merupakan pengembangan dari konsep
sebelumnya yaitu konsep 5C. Apabila diteliti mengenai
konsep tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konsep 5P
dan 3R sudah terdapat dalam konsep 5C, sehingga sulit
untuk mencari perbedaannya. Bagaimanapun juga prinsip
5C lebih popular dibanding konsep 5P dan 3R. Dalam
praktik bank, bank menerapkan prinsip 5C dalam
memutuskan permohonan kredit calon debitur, karena
prinsip 5C ini sudah mencakup beberapa konsep 5P
maupun konsep 3R.
Di dalam prinsip 5C, setiap permohonan kredit caon debitur
telah di analisis secara mendalam sehingga hasil analisis
sudah cukup memadai. Sebagai contoh, permohonan kredit
untuk kredit konsumtif, maka bank hanya melakukan
analisis terhadap 5C. Dari analisis tersebut akan diperoleh
gambaran tentang debitur dan kemungkinan kreditnya.
5. Tujuan Kredit
Andrianto (2020) menjelaskan bahwa kredit memiliki beberapa
tujuan yang baik bagi kreditur (bank) dan debitur (nasabah), tujuan-
tujuan kredit antara lain :
a. Mendapatkan keuntungan
Bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa biaya
administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah menjadi
sektor keuntungan yang menjadi prioritas bagi bank untuk
mendapatkan laba yang sebesar-besarnya. Keuntungan dari
bunga ini adalah dana yang digunakan untuk kelangsungan atau
operasinya kegiatan usaha suatu bank. Jika bank mengalami
kerugian dalam jangka panjang, maka tidak menutup
kemungkinan bahwa kegiatan bank akan dilikuidasi atau ditutup.
18
b. Membantu Usaha Nasabah
Kredit yang diberikan oleh kreditur kepada debitur, baik dalam
bentuk dana investasi maupun modal kerja, sesungguhnya dapat
membantu usaha nasabah (debitur) sehingga debitur (nasabah)
dapat mengembangkan usahanya serta memperluas usahanya.
Disamping itu, bank juga dapat membantu meningkatkan usaha
masyarakat dengan memberikan fasilitas berupa kredit. Kredit
yang ditawarkan dapat berupa kredit untuk dana investasi
maupun kredit untuk modal kerja.
c. Membantu Pemerintah
Dengan adanya kredit dari kreditur (bank) dapat membantu
pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan. Karena
dengan adanya kredit dari bank perkembangan baik Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) meupun sektor Usaha Kredit
Menengah (UKM) dapat mengembangkan serta memperluas
usahanya sehingga dari langkah ini akan tercipta perputaran arus
barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat luas.
6. Fungsi Kredit
Selain tujuan-tujuan diatas, kredit juga memiliki fungsi-fungsi
sebagai berikut :
a. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang.
b. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang.
c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
d. Kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi.
e. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha bagi masyarakat.
f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan
nasional.
g. Kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional
19
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1) Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) daru uang.
Penyaluran kredit merupakan pengalihan status uang tidak
bergerak atau pasif menjadi uang bergerak atau aktif. Artinya,
uang di bank tidak menghasilkan sesuatu barang atau jasa yang
berguna atau bermanfaat bagi masyarakat, di sini uang bersifat
pasif.
Ketika uang disalurkan melalui kredit, maka uang tersebut
menjadi bersifat aktif. Uang dari kredit dapat digunakan untuk
menghasilkan barang dan jasa. Penggunaan barang dan jasa
dilakukan melalui transaksi jual beli yang melibatkan uang.
Pada saat terjadi transaksi, uang bergerak dan berpindah secara
aktif dari satu orang ke orang yang lain, uang akan berpindah dari
satu rekening ke rekening lain, uang bergerak dari satu wilayah
ke wilayah lainnya.
2) Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang.
Kredit yang diberikan oleh bank dapat digunakan untuk
mengolah suatu barang menjadi memiliki daya guna yang lebih
tinggi, sehingga barang sehingga memiliki nilai jual dan lebih
bermanfaat. Para penerima kredit usaha kecil dapat
memanfaatkan uangnya untuk usaha peningkatan nilai tambah
barang. Contohnya seperti memanfaatkan limbah organik
menjadi pupuk.
3) Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Uang yang berasal dari penyaluran atau pemberian kredit akan
beredar dari satu tempat ke tempat yang lain. Uang berpindah dari
satu wilayah ke wilayah lain. Uang dari kredit dapat
meningkatkan penyebaran uang pada daerah yang kekurangan
uang.
20
4) Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan
nasional.
Kredit yang disalurkan kepada masyarakat industry, atau sektor
produksi atau investasi akan mampu untuk meningkatkan
kebutuhan tenaga kerja. Secara keseluruhan penyerapan tenaga
kerja ini akan meningkatkan pendapatan nasional secara umum.
5) Kredit adalah salah satu alat untuk stabilitasi ekonomi.
Kredit dapat berfungsi sebagai alat stabilitasi ekonomi karena
dengan adanya sistem kredit maka tidak menutup kemungkinan
masyarakat yang ingin memulai usaha atau membeli sesuatu
dapat mewujudkannya, sehingga perekonomian tetap akan
berjalan sebagaimana mestinya, hal ini mendukung stabilitas
ekonomi suatu daerah. Dengan tetap berjalannya ekonomi
seseorang, maka itu menyebabkan ekonomi secara umum tetap
stabil.
6) Kredit menimbulkan kegairahan berusaha bagi masyarakat.
Bahwa bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat
mengatasi kekurangmampuan para pengusaha di bidang
permodalan tersebut sehingga para pengusaha akan dapat
meningkatkan usahanya.
7) Kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
Bahwa bank-bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan
usaha dapat memberikan bantuan kredit baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan di luar
negeri.
7. Manfaat Kredit
Selain itu, kredit juga memiliki manfaat, yaitu sebagai berikut :
a. Bagi Debitur
1) Meningkatkan usahanya dengan pengadaan berbagai faktor
produksi.
2) Kredit bank relatif mudah bila usaha debitur layak biayai.
21
3) Dengan jumlah yang banyak, maka memudahkan calon
debitur memilih bank yang cocok dengan usahanya.
4) Bermacam-macam jenis kredit dapat disesuaikan dengan
calon debitur.
5) Rahasia keuangan debitur terlindungi.
b. Bagi Bank (Kreditur)
1) Bank memperoleh pendapatan dari bunga yang diperoleh
dari debitur.
2) Dengan adanya bunga kredit, diharapkan rentabilitas bank
akan membaik dan perolehan laba juga meningkat.
3) Dengan pemberian kredit akan membantu dalam
memasarkan produk atau jasa perbankan lainnya.
4) Pemberian kredit untuk mempertahankan dan
mengembangkan usaha bank.
5) Pemberian kredit untuk merebut pangsa pasar dalam
industri perbankan.
c. Bagi Pemerintah
1) Alat untuk memacu pertumbuhan secara umum.
2) Alat untuk mengendalikan kegiatan moneter.
3) Alat untuk menciptakan lapangan usaha.
4) Meningkatkan pendapatan negara.
5) Menciptakan dan memperluas pasar.
d. Bagi Masyarakat
1) Mendorong pertumbuhan dan perluasan ekonomi.
2) Mengurangi tingkat pengangguran.
3) Memberikan rasa aman bagi masyarakat.
4) Memberikan rasa aman bagi masyarakat yang menyimpan
uangnnya di bank.
22
8. Aspek-Aspek Analisa Kredit
a. Aspek Yuridis
Aspek yuridis ini merupakan aspek yang lebih banyak diliputi
oleh legalitas berbagai hal dokumen data, seperti diantaranya :
1) Legalitas pendirian perusahaan.
2) Legalitas usaha.
3) Legalitas pengajuan permohonan kredit.
4) Legalitas barang jaminan.
b. Aspek Pemasaran
Didalam aspek ini, hal yang perlu diketahui adalah seberapa besar
kemampuan nasabah dalam memasarkan produk barang/jasa
yang dihasilkan dari kegiatan usahanya baik yang sekarang
maupun yang direncanakan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada aspek pemasaran
adalah:
1) Produk atau jasa yang akan dipasarkan.
2) Penentuan volume atau rencana pemasaran produk.
3) Menentukan penilaian tentang kebijakan dan strategi
Pemasaran Nasabah.
4) Melakukan penilaian terhadap Manajemen Pemasaran
Perusahaan Nasabah.
5) Keadaan pemasaran saat ini.
6) Prospek pemasaran.
7) Target pemasaran.
c. Aspek Manajemen dan Organisasi
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, tentunya dibutuhkan
pimpinan/manajer yang bertugas mengelola usaha. Persyaratan
yang diperlukan bagi seorang manajer berbeda-beda kendatipun
pada dasarnya sama, yakni memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai. Pengetahuan dapat diperoleh dari
pendidikan formal dan non-formal, sedangkan pengalaman dapat
23
diperoleh dari praktik. Kombinasi yang baik antara pengetahuan
dan keterampilan tersebut menjadikan kompetensi yang
memadai.
Sedangkan tentang organisasi, seorang pemilik usaha tentunya
tidak bisa berdiri sendiri untuk mencukupi semua kebutuhan yang
terkait dengan pengelolaan usahanya. Maka, secara naluri
manusia memerlukan kerjasama dengan orang lain. Kerjasama
dengan orang lain dengan cara demikian dinamakan dengan ber-
Organisasi. Perkembangan organisasi sejalan dengan tingkat
perkembangan kemajuan manusia, sistem dan teknologi. Dengan
demikian, organisasi dapat bersifat kompleks.
d. Aspek Teknis
Ruang lingkup dalam aspek teknis ini adalah menilai apakah
barang yang diproduksi nasabah dapat dibuat dengan kualitas
yang baik dan dengan biaya produksi yang rendah sehingga laku
dijual dan menguntungkan. Secara umum penilaian aspek teknis
harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Lokasi usaha.
2) Sumber daya manusia.
3) Pengalaman Usaha.
4) Kapasitas Perusahaan, Mesin, dan Proses Produksi yang
Sesuai.
5) Pemilihan Mesin dan Peralatan.
6) Fasilitas Pemeliharaan.
7) Sarana dan Prasana.
e. Aspek Keuangan
Penelitian pada aspek keuangan ini lebih menitikberatkan pada
batasan-batasan keuangan nasabah, kemampuan penyediaan dana
sendiri oleh nasabah, dan kebutuhan pembiayaannya. Disamping
itu perhitungan kredit juga masuk di dalam aspek keuangan
mengingat kaitannya sangat erat dengan aspek keuangan.
24
Didalam analisis aspek keuangan ini, perlu dibedakan untuk
perusahaan yang lebih lama berdiri/beroperasi dengan
perusahaan baru. Sumber dana utama untuk menganalisis aspek
keuangan ini adalah neraga dan laba/rugi. Oleh karena itu,
sebelum menganalisis laporan keuangan tersebut, perlu diteliti
apakah neraca dan laba/rugi tersebut telah disusun sesuai dengan
prinsip-prinsip Akintansi Indonesia (PAI).
f. Aspek Jaminan
Salah satu yang digambarkan dalam rangka pemberian kredit
perbankan adalah penyerahan jaminan oleh calon nasabah.
Jaminan tersebut beraneka ragam jenisnya. Jaminan yang
diberikan oleh calon nasabah, biasanya berupa jaminan bergerak
(sepeda motor, mobil, mesin, dll) dan jaminan tak bergerak
(tanah, rumah, ruko, dll). Jaminan yang diberikan oleh calon
nasabah tersebut haruslah diteliti dan dinilai secara baik untuk
mendapatkan nilai pasar yang wajar. Nilai pasar wajar yang
ditetapkan untuk suatu suatu jaminan merupakan pedoman untuk
mengukur kewajarannya terhadap pemberian kredit yang sedang
dipertimbangkan apakah sudah cukup memadai atau belum
memenuhi persyaratan nilai jaminan yang diterapkan oleh bank.
g. Aspek Sosial Ekonomi dan Analisis Dampak Lingkungan
(AMDAL).
Pada aspek ini, yang perlu menjadi penilaian dalam analisis kredit
adalah bagaimana pengaruh perusahaan terhadap sosial ekonomi
masyarakat setempat. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian
dalam aspek ini antara lain :
1) Kemungkinan penyerapan tenaga kerja.
2) Apakah proyek tersebut dapat menumbuhkan kehidupan
perekonomian masyarakat setempat atau sebaliknya akan
mematikan sektor-sektor usaha masyarakat setempat yang
sudah ada saat ini.
25
3) Apakah proyek tersebut tidak bertentangan dengan adat
istiadat dan agama masyarakat setempat.
4) Dalam hal analisis dampak lingkungan hendaknya harus
memperhatikan peraturan/ketentuan pemerintah yang
berlaku.
9. Penggolongan Kualitas Kredit
Andrianto (2020) Dalam peraturan BI no. 7/2/PBI/2005 dan Surat
Edaran BI No. 7/3/DNP/ tanggal 31 Januari 2005 tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum, dan PBI No. 14/15/PBI/2012 tentang
Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, serta Peraturan OJK No.
29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Pembiayaan, dijelaskan mengenai faktor-faktor dalam
penetapan/penilaian kualitas kredit dan penggolongan kualitas kredit.
Ada beberapa faktor dalam menentukan kualitas kredit atau
kualitas piutang pembiayaan, seperti faktor kemampuan bayar nasabah,
ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga, kinerja keuangan
nasabah serta prospek usaha nasabah.
Berikut Rincian Penggolongan Kualitas Kredit (Kolektibilitas
Kredit)
a. Kredit Lancar
Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1) Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu,
2) Memiliki mutase rekening yang aktif,
3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai.
Dengan indikator sebagai berikut :
1. Industri
a) Diterima/umum.
b) Permintaan cukup.
c) Profitabilitas cukup.
d) Persaingan minimal.
26
2. Perusahaan
a) Di atas rata-rata sektor.
b) Daya saing kuat.
c) Produk dan pasar yang baik.
3. Keuangan
a) Menguntungkan.
b) Likuid.
c) Cash flow meningkat.
d) Rasio utang rendah.
e) Dua sumber pembayaran kembali.
f) Sedikit ketergantungan terhadap foreign exchange
dan stabilisasi bunga.
4. Manajemen
a) Memiliki kemampuan.
b) Memiliki integritas.
c) Memiliki visi strategis yang jelas.
d) Kontrol yang baik.
e) Eksternal audit yang baik.
b. Kredit Dalam Perhatian Khusus (DPK)
Kredit digolongkan dalam perhatian khusus apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang
belum melampaui 90 hari, atau
2) Kadang-kadang terjadi perpanjangan kredit, atau
3) Mutasi rekening relatif aktif, atau
4) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang
diperjanjikan, atau
5) Didukung oleh pinjaman baru.
Dengan beberapa indikator diantaranya
27
1. Industri
a) Dipertanyakan.
b) Pendapatan rendah.
c) Kompetisi meningkat.
d) Kompetisi harga semakin tinggi.
e) Biaya operasional meningkat.
2. Perusahaan
a) Di dalam rata-rata sektor.
b) Beberapa kelemahan dalam persaingan.
3. Keuangan
a) Keuntungan rendah.
b) Likuiditas dapat diterima.
c) Rasio utang moderat.
d) Dua sumber pembayaran kembali.
e) Aliran kas lebih rendah daripada pembayaran pokok
dan bunga pinjaman.
f) Dapat menopang perubahan kecil foreign exchange
dan suku bunga.
4. Manajemen
a) Mampu memenuhi syarat.
b) Memiliki integritas.
c) Beberapa permasalah strategi.
d) Perbaikan dalam kontrol.
e) Komite pemilik dan manajemen.
f) Eksternal audit dapat diterima.
c. Kurang Lancar
Kredit digolongkan ke dalam kredit kurang lancar apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui lebih dari 90 hari.
2) Sering terjadi cerukan,
28
3) Frekuensi mutase rekening relatif rendah,
4) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapai oleh
debitur.
Dengan indikator sebagai berikut :
1. Industri
a) Bergejolak
b) Pendapatan menurun
c) Permintaan menurun
d) Risiko bahan mentah
e) Risiko devaluasi
f) Regulasi harga
2. Perusahaan
a) Di bawah rata-rata sektor
b) Tingkat kompetisi tinggi
c) Aspek teknologi rendah
3. Keuangan
a) Pendapatan menurun mendekati 0 (nol)
b) Likuiditas rendah
c) Rasio utang meningkat
d) Satu sumber pembayaran kembali
e) Pembayaran pokok dan bunga pinjaman lebih besar
daripada aliran kas.
f) Meningkatnya masalah modal kerja.
4. Manajemen
a) Kepastian rendah
b) Kurang pengalaman
c) Integritas diragukan
d) Tidak ada visi strategis
e) Kontrol yang lemah
f) Konflik kepemimpinan
29
d. Diragukan
Kredit dapat dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1) Terdapat tunggakan agunan pokok dan/atau angsuran
bunga yang telah melampaui 180 hari.
2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen
3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
4) Terjadi kapitalisasi bunga
5) Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian
kredit maupun pengikatan jaminan.
Dengan beberapa indikator diantaranya :
1. Industri
a) Tidak baik
b) Pendapatan 0 (nol) atau negative
c) Kompetisi harga sangat tajam
d) Harga menurun
e) Memerlukan reksturisasi operasional
f) Harga politis
2. Perusahaan
a) Jauh dibawah rata-rata sektor
b) Tingkat kompetisi yang meningkat cepat
c) Masalah teknologi yang semakin parah
d) Membutuhkan modernisasi yang mendesak
e) Kehilangan loyalitas konsumen
f) Masalah produk
g) Ekspansi yang terlalu cepat
3. Keuangan
a) Kerugian operasional
b) Tidak likuid
c) Menjual asset untuk mempertahankan usaha
d) Aliran kas lebih besar dari pembayaran bunga
30
e) Risiko utang meningkat
f) Sumber pembayaran tidak mencukupi
g) Meningkatnya modal kerja menyembunyikan
kerugian operasional.
4. Operasional
a) Parah
b) Tidak kompeten
c) Tidak bisa bekerja sama
d) Kontrol sangat lemah
e) Masalah kepemilikan
f) Tidak ada sumber permodalan baru
g) Eksternal audit yang parah.
e. Macet
Kredit digolongkan ke dalam kredit macet apabila memenuhi
kriteria diantaranya :
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau angsuran
bunga yang telah melampaui 270 hari,
2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru
3) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar.
Dengan indikator sebagai berikut :
1. Industri
a) Hampir mati
b) Struktur industri lemah
2. Perusahaan
a) Tidak dapat berkompetisi
b) Ketinggalan teknologi
c) Produk yang lemah
d) Risiko negara
e) Peran yang sangat terbatas
31
3. Keuangan
a) Kerugian yang besar
b) Penjualan asset saat merugi
c) Masalah kas dan utang yang parah
d) Aliran kas < biaya produksi
e) Tidak ada sumber pembiayaan kembali
4. Manajemen
a) Sangat parah
b) Tidak bisa dipercaya
c) Sangat tidak kompeten
d) Kemungkinan terjadi fraud
e) Tidak ada kepemimpinan.
10. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
a. Pengertian KUR
KUR (Kredit Usaha Rakyat) merupakan program pemerintah
yang berupa pinjaman mudal usaha untuk masyarakat yang
produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan.
b. Jenis-Jenis KUR BRI
Jenis KUR terbagi menjadi tiga macam, yaitu KUR Mikro, KUR
Ritel, dan KUR TKI.
1) KUR Mikro BRI
Merupakan pinjaman kredit dengan nilai maksimum RP.
25.000.000., per debitur. Jenis pinjamannya terbagi
menjadi dua yaitu KMK (kredit Modal Kerja) dengan
jangka waktu yang ditetapkan oleh bank yaitu 3 (tiga)
tahun, dan KI (Kredit Investasi) dengan jangka waktu 5
(lima) tahun. suku bunga efektif untuk kredit jenis ini yaitu
7% per tahun atau setara dengan 0,41% per bulan.
2) KUR Ritel BRI
Merupakan pinjaman kredit dengan plafon RP.
25.000.000., sampai RP. 500.000.000., per debitur. Jenis
32
pinjamannya terbagi menjadi dua yaitu KMK (kredit Modal
Kerja) dengan jangka waktu yang ditetapkan oleh bank
yaitu 3 (tiga) tahun, dan KI (Kredit Investasi) dengan
jangka waktu 5 (lima) tahun. suku bunga efektif untuk
kredit jenis ini yaitu 7% per tahun. Jaminannya sesuai
dengan peraturan Bank.
3) KUR TKI BRI
Merupakan pinjaman kredit dengan plafon sebesar RP.
25.000.000., atau berdasarkan struktur biaya yang
ditetapkan oleh pemerintah. Suku bunga efektif untuk
kredit jenis ini yaitu 7% per tahun atau setara dengan 0,41%
per bulan. Untuk jangka waktu pinjaman maksimum 3
(tiga) tahun berdasarkan kontrak kerja dengan penempatan
nasabah pada beberapa negara saja diantaranya : Singapura,
Hong Kong, Taiwan, Brunei, Jepang, Korea Selatan, dan
Malaysia.
c. Syarat-Syarat Pengajuan KUR
1) KUR Mikro BRI
a) Individu (perorangan) yang melakukan usaha
produktif dan layak untuk dibiayai.
b) Usaha yang dijalani sudah berjalan minimal 6 bulan.
c) Tidak sedang menerima kredit dari bank lain kecuali
kredit konsumtif seperti KPR dan lain-lain.
d) Persyaratan administrasi berupa : Identitas (KTP),
Kartu Keluarga (KK), dan Surat Ijin Usaha.
2) KUR Ritel BRI
a) Mempunyai usaha produktif dan layak untuk
dibiayai.
b) Tidak sedang menerima kredit dari bank lain kecuali
kredit konsumtif seperti KPR dan lain-lain.
c) Usaha yang dijalani sudah berjalan minimal 6 bulan.
33
d) Memiliki Surat Ijin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK)
atau surat ijin usaha lainnya.
3) KUR TKI BRI
a) Individu (perorangan) nasabah calon TKI yang akan
berangkat bekerja ke beberapa negara yang
ditetapkan oleh BRI.
b) Persyaratan administrasi diantaranya : identitas
(KTP), Kartu Keluarga (KK), Perjanjian kerja dengan
pengguna jasa, perjanjian penempatan, passport,
Visa, serta pesyaratan lainnya sesuai dengan
ketentuan.
C. Manajemen Risiko Perbankan
Andrianto, dkk (2019) menjelaskan bahwa ada 8 (delapan) jenis risiko
yang berhubungan dengan operasional perbankan, diantaranya :
1. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang menyebabkan terjadinya
kerugian yang merupakan akibat dari adanya kesenjangan antara
sumber pendanaan yang pada umumnya berjangka pendek dan aktiva
yang pada umumnya berjangka panjang. Besar kecilnya risiko likuditas
ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya :
a. Melaksanakan monitoring setiap harinya atas besarnya penarikan
dana yang dilakukan oleh nasabah, baik penarikan melalui
mengkliring maupun penarikan tunai nasabah.
b. Melaksanakan monitoring setiap harinya atas semua dana yang
masuk baik melalui income transfer maupun setoran tunai oleh
nasabah.
c. Membuat analisa sensitivitas likuiditas terhadap alur penarikan
dana berdasarkan pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya
atas penarikan dana bersih terbesar yang pernah terjadi dan
membandingkannya dengan penarikan dana bersih rata-rata saat
34
ini. Dari analisa tersebut maka dapat diketahui tingkat ketahanan
likuiditas suatu bank.
d. Selanjutnya Bank menetapkan secondary reserve untuk menjaga
posisi likuiditas bank, antara lain menempatkan kelebihan dana
ke dalam instrument keuangan yang likuid.
e. Menetapkan kebijakan Cash Holding Limit pada kantor-kantor
cabang Bank. Melaksanakan fungsi ALCO (Asset & Liability
Committee) untuk mengatur tingkat bunga dalam usahanya dan
meningkatkan/menurunkan sumber dana tertentu.
2. Risiko Kredit
Risiko kredit merupakan suatu proses dimana risiko kredit
diidentifikasi, diukur, dan dikelola (termasuk monitoring, controlling
dan communication). Proses dimaksud sifatnya cyclical, dan dimulai
sejak aplikasi kredit diterima oleh Bank, dianalisa, persetujuan,
pemantauan, dan penyelamatan. Agar proses pengelolaan risiko kredit
tersebut dapat berjalan secara efisien diperlukan infrastruktur
pendukung, yaitu : Kebijakan, Organisasi, Sistem Informasi, dan Risk
Modelling.
3. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening
administrative termasuk transaksi derivative, akibat perubahan harga
pasar. Perubahan harga pasar terjadi karena adanya pergerakan faktor
pasar, dan berpotensi merugikan portofolio bank. Yang dimaksud
dengan faktor pasar adalah tingkat suku bunga, nilai tukar, harga saham,
dan harga komoditas. Faktor pasar berubah diluar control bank. Bank
hanya dapat bereaksi sesuai apabila faktor pasar berubah, agar dampak
kerugian dapat ditekan sampai level minimal.
4. Risiko Operasional
Risiko operasional dihadapi oleh semua bank karena dalam
menjalankan bisnis bank tidak dapat dipisahkan dari faktor yang
melekat pada diri manusia, prosedur pelayanan, proses administrasi dan
35
sebagainya. Secara umum, menurut definisi basel, penyebab risiko
operasional adalah faktor manusia, prosedur internal, kegagalan sistem
dan faktor eksternal.
5. Risiko Kepatuhan
Adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku.
6. Risiko Hukum
Adalah risiko yang dihadapi oleh bank akibat tuntutan hukum
dan/atau kelemahan aspek yuridis.
7. Risiko Stratejik
Adalah risiko bank akibat ketidaktepatan dalam pengambilan
dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik, serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
8. Risiko Reputasi
Adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan
stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.