Tesis Fahmi PSMIL

137
PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN PRINSIP 3R DI KOTA SOLOK (Studi tentang Perilaku dan Analisa Biaya dan Manfaat Pengomposan Skala Kawasan Pemukiman di Kelurahan IX Korong) Oleh : ELSA YOLARITA NPM. 2505-2009-0009 TESIS Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna memperoleh gelar Magister Ilmu Lingkungan Program Studi Magister Ilmu LingkunganProgram Pasca Sarjana Konsentrasi Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2011

description

tes

Transcript of Tesis Fahmi PSMIL

Page 1: Tesis Fahmi PSMIL

PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN PRINSIP 3R

DI KOTA SOLOK (Studi tentang Perilaku dan Analisa Biaya dan Manfaat Pengomposan Skala

Kawasan Pemukiman di Kelurahan IX Korong)

Oleh :

ELSA YOLARITA

NPM. 2505-2009-0009

TESIS

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian

Guna memperoleh gelar Magister Ilmu Lingkungan

Program Studi Magister Ilmu LingkunganProgram Pasca Sarjana

Konsentrasi Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2011

Page 2: Tesis Fahmi PSMIL

LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN (REVISI)

UJIAN TESIS

-------------------------------------------------------------------------------------------

TANGGAL UJIAN : 12 Januari 2011

NAMA : ELSA YOLARITA

NPM : 2505 2009 0009

PROGRAM STUDI : Magister Ilmu Lingkungan

KONSENTRASI : Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan Hidup

JUDUL : PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN PRINSIP 3R DI

KOTA SOLOK (Studi tentang Perilaku dan Analisa

Biaya dan Manfaat Pengomposan Skala Kawasan

Pemukiman di Kelurahan IX Korong)

TELAH DIREVISI, DISETUJUI OLEH TIM PENELAAH/ TIM PEMBIMBING

DAN DIPERKENANKAN UNTUK DIPERBANYAK/DICETAK

No. NAMA TANDA TANGAN

1. Dr.Ir.Tb. Benito A. Kurnani., Dip.EST

2. Prof. Johan Iskandar, MSc., Ph.D

3. Parikesit, MSc.,Ph.D

Bandung, Januari 2011

Mengetahui

Budhi Gunawan, MA.,Ph.D

Ketua Tim Pembimbing

Dr.rer.nat. M Fani Cahyandito

Anggota Tim Pembimbing

Page 3: Tesis Fahmi PSMIL

PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN PRINSIP 3R

DI KOTA SOLOK (Studi tentang Perilaku dan Analisa Biaya dan Manfaat Pengomposan

Skala Kawasan Pemukiman di Kelurahan IX Korong)

Oleh

ELSA YOLARITA

NPM : 2505 2009 0009

TESIS

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian

Guna Memperoleh Gelar Magister Ilmu Lingkungan

Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana

Konsentrasi Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal

seperti tertera di bawah ini

Bandung, Januari 2011

Budhi Gunawan, MA., Ph.D

Ketua Tim Pembimbing

Dr. rer.nat. M. Fani Cahyandito

Anggota Tim Pembimbing

Page 4: Tesis Fahmi PSMIL

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, tesis ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik magister, baik di Universitas Padjadjaran maupun di

perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan

dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di

perguruan tinggi ini.

Bandung, Januari 2011

Yang membuat pernyataan,

( Elsa Yolarita )

NPM. 2505 2009 0009

Page 5: Tesis Fahmi PSMIL

WASTE MANAGEMENT PRINCIPLES WITH 3R

IN SOLOK CITY

(Studies of Behavior and Analysis of Costs and Benefits of Composting in a

Resettlement Area Scale in Kelurahan IX Korong)

ABSTRACT

This study is based on the implementation of waste management program with

the 3R principle in the Village IX Korong Lubuk Sikarah Solok District. The purpose

of this study is to obtain a picture of the community about waste management with the

3R principle and the factors that influence it and to know the analysis of costs and

benefits of composting organic waste in a residential areas scale.

The research method is quantitative methods. The result shows that the

behavior of the community about waste management with the 3R principle in District

IX District Korong Lubuk Sikarah Solok is influenced by the knowledge, attitudes,

communication and the role of community leaders. Analysis of costs and benefits of

composting activity scale residential areas based on the NPV criterion, the ratio of

B/C, and PBP shows that composting activity scale residential areas not in proper

condition.

Keywords: 3R of waste management, conduct, analysis of costs and benefits.

Page 6: Tesis Fahmi PSMIL

PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN PRINSIP 3R

DI KOTA SOLOK

(Studi tentang Perilaku dan Analisa Biaya dan Manfaat Pengonposan Skala

Kawasan Pemukiman di Kelurahan IX Korong)

ABSTRAK

Penelitian ini didasarkan pada pelaksanaan program pengelolaan sampah

dengan prinsip 3R di Kelurahan IX Korong Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku

masyarakat tentang pengelolaan sampah dengan prinsip 3R dan faktor yang

mempengaruhinya serta untuk mengetahui analisa biaya dan manfaat pengomposan

sampah organik skala kawasan pemukiman.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Hasil penelitian

menunjukan bahwa perilaku masyarakat tentang pengelolaan sampah dengan prinsip

3R di Kelurahan IX Korong Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok dipengaruhi oleh

pengetahuan, sikap, komunikasi dan peran tokoh masyarakat. Analisa biaya dan

manfaat kegiatan pengomposan skala kawasan pemukiman berdasarkan kriteria NPV,

ratio B/C, dan PBP menunjukkan bahwa kegiatan pengomposan skala kawasan

pemukiman belum berada pada kondisi layak.

Kata kunci : Pengelolaan Sampah 3R, perilaku, analisa biaya dan

manfaat pengomposan

Page 7: Tesis Fahmi PSMIL

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT

atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Tesis dengan judul “Pengelolaan Sampah Dengan Prinsip 3R di Kota

Solok (Studi tentang Perilaku dan Analisa Biaya dan Manfaat Pengomposan

Skala Kawasan Pemukiman di Kelurahan IX Korong)

Tesis ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Magister Ilmu

Lingkungan pada Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana

Universitas Padjadjaran Bandung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung dalam

penyusunan tesis ini dan tanpa mengurangi rasa hormat tidak mungkin disebutkan satu

demi satu, maka secara khusus ucapan terima kasih disampaikan kepada :

1. Kepala Pusbindiklatren Bappenas Ir. Yahya Rachmana Hidayat, MSc., Ph.D

selaku kepala instansi pemberi beasiswa.

2. Walikota Solok beserta jajaran yang telah memberikan kesempatan dan izin

”Tugas Belajar” kepada penulis.

3. Prof. Dr. Ganjar Kurnia, Ir., DEA selaku Rektor Universitas Padjadjaran

Bandung.

4. Dr. Tb. Benito A Kurnani, Ir., Dip., EST selaku ketua Program Studi Magister

Ilmu Lingkungan Universitas Padjadjaran Bandung

5. Parikesit, MSc., Ph.D selaku sekretaris Program Studi Magister Ilmu

Lingkungan Universitas Padjadjaran Bandung.

6. Budhi Gunawan, MA., Ph.D. sebagai Ketua Tim Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan

sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Page 8: Tesis Fahmi PSMIL

7. Dr. rer.nat. M. Fani Cahyandito selaku Tim Komisi Pembimbing, yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

8. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Magister Ilmu Lingkungan

Universitas Padjadjaran Bandung atas ilmu dan pengetahuan yang diberikan,

semoga akan menjadi amal yang tak ternilai.

9. Kedua orang tuaku (Ibunda Nurjani dan (Alm) Ayahanda Noersa) atas doa dan

kasih sayangnya.

10. Teristimewa untuk suamiku tercinta ”Agus Teguh Prihartono” dan anakku

tersayang “Bintang Fazil Madani” sebagai sumber inspirasi dan semangat

hidup.

11. Keluarga besar Solok dan Bukittinggi atas doa dan dukungannya.

12. Karyawan/ti pada Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas

Padjadjaran Bandung, atas segala bantuannya.

13. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan pada PSMIL BAPPENAS Tahun

Akademik 2009/2010 atas bantuan, dukungan semangat dan kerjasamanya.

14. Para sahabat dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang

telah membantu penyelesaian tesis ini.

Semoga Allah SWT, senantiasa memberikan balasan atas segala bantuan,

kebaikan yang te lah diberikan kepada penulis. Akhir kata semoga Tesis ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pihak-pihak yang berkepentingan pada

umumnya, serta mengharapkan saran dan kritik untuk kemajuan yang akan datang.

Bandung, Januari 2011

Penulis

Page 9: Tesis Fahmi PSMIL

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN .................................................................................................... ii

PERNYATAAN ................................................................................................... iii

ABSTRACT ......................................................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ..................... 9

2.1 Kajian Pustaka ............................................................................... 9

2.1.1 Permasalahan Pengelolaan Sampah di Indonesia ................ 9

2.1.2 Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R .............................. 11

2.1.3 Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah ............ 14

2.1.4 Perilaku/Tindakan Manusia dan Faktor Yang

Mempengaruhi ....................................................................

18

2.1.5 Analisa Biaya dan Manfaat Pengelolaan Sampah dengan

Prinsip 3R ............................................................................ 23

2.2 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 26

2.3 Hipotesis ....................................................................................... 30

Page 10: Tesis Fahmi PSMIL

BAB III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 31

3.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 31

3.2 Data yang Diperlukan ................................................................... 31

3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 33

3.4 Penetapan Sampel ......................................................................... 34

3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ............................................. 35

3.6 Analisa Data .................................................................................. 38

3.7 Analisis Manfaat dan Biaya .......................................................... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 46

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 47

4.1.1 Gambaran Umum Kelurahan IX Korong ............................. 47

4.1.2 Pengelolaan Sampah Kelurahan IX Korong ........................ 49

4.1.3 Gambaran Karakterisitik Responden ................................... 54

4.2 Hasil Dan Pembahasan ................................................................. 56

4.2.1 Pengetahuan ...................................................................... 56

4.2.2 Sikap .................................................................................. 58

4.2.3 Komunikasi ....................................................................... 60

4.2.4 Peran Tokoh Masyarakat ................................................... 60

4.2.5 Perilaku/Tindakan Masyarakat .......................................... 62

4.2.6 Pengaruh Simultan Faktor Pengetahuan, Sikap,

Komunikasi dan Peran Tokoh Masyarakat terhadap

Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan

Prinsip 3R ..........................................................................

64

4.2.7 Pengaruh Parsial Pengetahuan terhadap Perilaku

Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip

3R ......................................................................................

72

4.2.8 Pengaruh Parsial Sikap terhadap Perilaku Masyarakat

dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R ................

74

Page 11: Tesis Fahmi PSMIL

4.2.9 Pengaruh Parsial Komunikasi terhadap Perilaku

Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip

3R ......................................................................................

77

4.2.10 Pengaruh Parsial Variabel Peran Tokoh Masyarakat

terhadap Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan

Sampah dengan Prinsip 3R ...............................................

80

4.2.11 Analisis Biaya dan Manfaat Usaha Pengolahan Sampah

Organik di Kelurahan IX Korong .....................................

83

A. Identifikasi Biaya dan Manfaat Usaha Pengolahan

Sampah Organik ...............................................

83

B. Analisis Skenario Pengembangan Usaha

Pengolahan Sampah Organik ................................

4.2.12 Faktor lain yang mempengaruhi Perilaku Masyarakat

dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R ................

86

92

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 98

5.1 Simpulan .......................................................................................... 98

5.2 Saran ................................................................................................ 99

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 101

LAMPIRAN .......................................................................................................... 106

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. 125

Page 12: Tesis Fahmi PSMIL

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Operasional Variabel, Sumber dan Sifat Data ................................ 32

Tabel 3.2 Penilaian Skala Sikap Likert............................................................ 34

Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan di Kelurahan IX Korong ........................ 48

Tabel 4.2 Cara Responden Mengelola Sampah............................................... 51

Tabel 4.3 Karakteristik Responden ................................................................ 54

Tabel 4.4 Kontribusi Variabel X1, X2, X3, dan X4 terhadap Y...................... 65

Tabel 4.5 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel Bebas terhadap

Vaiabel Terikat.................................................................................

68

Tabel 4.6 Pengujian Parsial Variabel Pengetahuan Terhadap Perilaku

Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R..........

72

Tabel 4.7 Pengaruh Parsial Variabel Pengetahuan Terhadap Perilaku

Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R..........

73

Tabel 4.8 Pengujian Parsial Variabel Sikap Terhadap Perilaku Masyarakat

dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R...............................

75

Tabel 4.9 Pengaruh Parsial Variabel Pengetahuan Terhadap Perilaku

Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R..........

75

Tabel 4.10 Pengujian Parsial Variabel Komunikasi Terhadap Perilaku

Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R..........

77

Tabel 4.11 Pengaruh Parsial Variabel Komunikasi Terhadap Perilaku

Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R..........

78

Tabel 4.12

Pengujian Parsial Variabel Peran Tokoh Masyarakat Terhadap

Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip

3R.....................................................................................................

80

Page 13: Tesis Fahmi PSMIL

Tabel 4.13 Pengaruh Parsial Variabel Peran Tokoh Masyarakat Terhadap

Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip

3R.....................................................................................................

81

Tabel 4.14 Rincian Biaya Investasi dan Biaya Operasional Usaha Pengolahan

Sampah Organik Skala Kawasan di Kelurahan IX Korong.............

84

Tabel 4.15 Hasil Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sampah pada

Skenario I (Riil)................................................................................

87

Tabel 4.16 Hasil Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sampah pada

Skenario II ......................................................................................

88

Tabel 4.17 Hasil Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sampah pada

Skenario III .....................................................................................

89

Page 14: Tesis Fahmi PSMIL

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ....................................................... 29

Gambar 3.1 Model Analisis Jalur..................................................................... 39

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Solok ..................................................... 47

Gambar 4.2 Tiang Gantungan Sampah ........................................................... 50

Gambar 4.3 Pewadahan Sampah dengan Pemisahan...................................... 50

Gambar 4.4 Pembakaran Sampah Oleh Masyarakat........................................ 51

Gambar 4.5 Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah oleh Petugas

Kebersihan................................................................................... 52

Gambar 4.6 Analisis Hubungan Kausal antar variabel X dan Y serta faktor

lain yang tidak diteliti................................................................... 64

Page 15: Tesis Fahmi PSMIL

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner

Lampiran II Daftar Panduan Wawancara

Lampiran III Rekapitulasi Kuesioner

Lampiran IV Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuisioner

Lampiran V Output SPSS

Lampiran VI Cashflow Pengomposan Skala Kawasan Pemukiman

Page 16: Tesis Fahmi PSMIL

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle)

sudah menjadi kebijakan secara nasional sejak disahkannya Undang-undang No. 18

tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dengan menerapkan prinsip ini, secara

umum diharapkan timbulan sampah akan berkurang dari sumbernya sehingga sampah

yang dibuang ke TPA juga berkurang. Di samping itu juga dapat menjadi alat dalam

mengoptimalkan pemanfaatan sampah sehingga sampah memiliki nilai ekonomis dan

dapat membuka lapangan pekerjaan.

Sistem pengelolaan sampah yang banyak digunakan di Indonesia pada saat ini

adalah sistem konvensional. Sampah rumah tangga dikumpulkan dari Tempat

Pembuangan Sementara (TPS) untuk selanjutnya dikirim ke Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) tanpa dilakukan pemilahan terlebih dahulu. Sistem pengelolaan sampah

seperti ini ternyata belum bisa mengatasi permasalahan sampah di Indonesia.

Berdasarkan Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2007, dari total

timbulan sampah harian di Indonesia, rata-rata prosentase sampah yang terangkut dan

dibuang ke TPA berjumlah 41,28%, dibakar 35,59%, dikubur 7,97%, dibuang

sembarangan (ke sungai, saluran, jalan, dsb) 14,01%, dan yang terolah (dikompos

dan didaur ulang) hanya 1,15%. Sedangkan Agenda 21 menyebutkan bahwa secara

nasional hanya 40% dari sampah penduduk perkotaan yang dapat terlayani oleh

Page 17: Tesis Fahmi PSMIL

fasilitas umum sedangkan sisanya dibakar atau dibuang ke badan-badan sungai.

Menurut Walhi (2007) dengan adanya perlakuan sampah yang demikian akan

menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, seperti penurunan kualitas air

sungai dan menyebabkan banjir.

Kondisi ini diperparah dengan pengelolaan TPA yang tidak sesuai dengan

kaidah-kaidah yang ramah lingkungan. Pemantauan yang dilaksanakan oleh

Kementrian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) dalam rangka Program Adipura

pada tahun 2007 memperlihatkan bahwa 99,7% dari kota-kota yang dipantau masih

menerapkan sistem pembuangan di TPA secara terbuka (open dumping), kurang dari

1% yang telah menerapkan sistem control landfill.

Sistem pengelolaan sampah seperti di atas akan menyebabkan sampah organik

dan anorganik akan tercampur dan bertumpuk di TPA secara terbuka. Kondisi seperti

ini dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan menghilangkan potensinya

sebagai sumber daya. Penumpukan sampah yang kemudian membusuk dapat

mengakibatkan terjadinya pencemaran air, tanah dan udara yang berdampak pada

kesehatan masyarakat di sekitar TPA (Tiwow et al., 2003). Bahan organik juga dapat

mengkontaminasi bahan-bahan yang dapat didaur ulang dan racun dapat

menghancurkan kegunaan keduanya sehingga menghilangkan nilai ekonominya

(Pahlano, 2005).

Di samping itu, implementasi kebijakan pengelolaan sampah yang

konvensional menyebabkan peningkatan jumlah sarana dan prasarana, terutama

tempat pembuangan akhir yang semakin sulit didapatkan karena keterbatasan lahan.

Page 18: Tesis Fahmi PSMIL

Permasalahan lahan menjadi suatu masalah yang sangat kompleks karena disamping

semakin sulit mencari lahan, juga mengandung konflik sosial karena resistensi

masyarakat terhadap keberadaan TPA, khususnya yang terletak di sekitar pemukiman

penduduk (SLHI, 2007).

Biaya pengelolaan sampah yang dibutuhkan juga akan semakin bertambah

seiring bertambahnya jumlah timbulan sampah. Dengan demikian perlu dilakukan

pengelolaan sampah dengan prinsip membuang sekaligus memanfaatkannya, artinya

mengelola sampah sekaligus mendapatkan manfaat ekonomi dari pengelolaan

tersebut (Soma, 2010).

Prinsip 3R merupakan suatu pendekatan dalam mengelola sampah dari

sumbernya dengan konsep minimasi. Pengelolaan sampah dengan prinsip 3R sudah

ditetapkan menjadi Strategi Nasional dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 21/PRT/M/2006. Prinsip yang pertama yaitu mengurangi timbulan sampah di

sumber (reduce), menggunakan kembali bahan/material agar tidak menjadi sampah

(reuse), dan mendaur ulang bahan yang sudah tidak berguna menjadi bahan lain yang

lebih berguna (recycle).

Beberapa negara maju yang telah menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan

sampah ternyata dapat menurunkan jumlah timbulan sampah dan bahkan mengurangi

jumlah TPA. Di Amerika Serikat pada tahun 1999, daur ulang dan pengomposan

mengurangi 64 juta ton sampah yang seharusnya dikirim ke TPA dan jumlah TPA

berkurang dari 8000 lokasi pada tahun 1998 menjadi 1858 lokasi pada tahun 2001

dengan kapasitas yang relatif sama (“Seputar Sampah”, 2004 dalam Noorkamilah,

Page 19: Tesis Fahmi PSMIL

2005). Sedangkan di Indonesia, menurut laporan Agenda 21 Indonesia : Strategi

Nasional Untuk Pembangunan Berkelanjutan, 1998 diperkirakan bahwa peluang

pendaurulangan sampah (anorganik) mencapai 15 – 25% dan untuk pengomposan 30

– 40%. Di samping itu penerapan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah juga dapat

memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, salah satunya adalah melalui usaha

pengomposan.

Usaha pengomposan sampah organik sangat potensial untuk dikembangkan

karena komposisi sampah organik di beberapa kota di Indonesia sangat besar

(Damanhuri, 2006). Selain mendapatkan manfaat ekonomi dari kompos yang

dihasilkan, usaha pengomposan juga membuka peluang kerja bagi masyarakat.

Menurut Rahardyan et, al,. (1996), karena sumber sampah paling besar adalah

domestik (pemukiman) maka usaha pengomposan sampah organik akan lebih efisien

apabila dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya dan skala kawasan misalnya

kawasan pemukiman (RT/RW) dan kelurahan. Pengomposan sampah organik skala

kawasan akan mengurangi biaya angkut dan biaya pembuangan sampah ke TPA.

Pengelolaan sampah dengan prinsip 3R membutuhkan partisipasi aktif individu

dan kelompok masyarakat selain pemerintah sebagai fasilitator. Menurut Damanhuri

(1996), pelaksanaan prinsip 3R memerlukan partisipasi dari pemerintah sebagai

pemegang regulasi kebijakan dan program pelaksanaan serta masyarakat/rumah

tangga sebagai konsumen dan pengguna produk yang menghasilkan sampah.

Selanjutnya ditegaskan oleh Tchobanoglous, et al., (1993) bahwa partisipasi

Page 20: Tesis Fahmi PSMIL

masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek terpenting untuk

diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu.

Bentuk partisipasi masyarakat sebagai pihak yang mengahasilkan sampah

dengan proporsi terbesar, dapat dilaksanakan dengan membudayakan perilaku

pengelolaan sampah semenjak dari rumah tangga sebagai struktur terendah dalam

pengelolaan sampah perkotaan (Nurdin, 2004). Menurut Oswari dkk (2006)

pengelolaan sampah berhubungan dengan perilaku masyarakat yang memproduksi

sampah. Menangani sampah mulai dari hulu akan membuat permasalahan sampah

menjadi sederhana. Menyadarkan masyarakat, sebagai produsen sampah untuk tidak

memproduksi sampah dalam jumlah banyak dan juga dengan tidak membuangnya

secara sembarangan, akan dapat mengurangi permasalahan sampah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Solok, laju pertumbuhan rata-rata

penduduk Kota Solok selama 18 tahun terakhir (periode 1990 – 2007) adalah sebesar

1,58% pertahun. Pertumbuhan jumlah penduduk ini berdampak langsung terhadap

peningkatan jumlah timbulan sampah di Kota Solok. Untuk menghindari

permasalahan yang muncul dengan adanya peningkatan volume sampah ini,

Pemerintah Kota Solok telah mulai menerapkan kebijakan pengelolaan sampah

dengan prinsip 3R sejak akhir tahun 2007 dengan melakukan sosialisasi kepada

masyarakat dan pengembangan kegiatan pengomposan sampah organik skala

kawasan pemukiman di 3 kelurahan. Dengan adanya sosialisasi kegiatan ini

Page 21: Tesis Fahmi PSMIL

diharapkan adanya perubahan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah

dengan menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah rumah tangga mereka.

Perubahan perilaku masyarakat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal

maupun eksternal. Penelitian yang dilakukan oleh Husodo (2004) tentang partisipasi

petani dalam kegiatan Eks DAFEP (Decentralized Agriculture and Forestry

Extention Project/Proyek Desentralisasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan)

menemukan bahwa perilaku partisipasi petani dipengaruhi oleh pengetahuan dan

peran tokoh masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2008) juga

menemukan bahwa ada hubungan yang kuat antara sikap dan perilaku masyarakat

terhadap pencegahan DBD di Kota Palembang Propinsi Sumatera Selatan.

Komunikasi juga sangat berperan dalam perubahan perilaku masyarakat. Menurut

Rogers (1985) dalam Mulyana (2004), komunikasi adalah proses dimana suatu ide

dialihkan dari sumber kepada penerima dengan maksud untuk mengubah perilaku

mereka.

Perilaku pemilahan sampah sejak dari sumber merupakan salah satu kegiatan

yang mendukung prinsip 3R dalam pengelolaan sampah. Namun perilaku pemilahan

sampah merupakan perilaku yang baru di masyarakat. Kegiatan pemilahan sampah

akan memudahkan proses daur ulang sampah terutama kegiatan pengomposan

sampah organik. Pengomposan merupakan salah satu aplikasi prinsip 3R yang

dikembangkan di Kota Solok. Pemilihan pengolahan sampah dengan cara

pengomposan untuk Kota Solok berdasarkan pada studi karakteristik sampah Kota

Solok, yaitu komposisi sampah domestik untuk jenis sampah organik adalah sebesar

Page 22: Tesis Fahmi PSMIL

89,83% dari total timbulan sampah Kota Solok dengan porsentase sampah terbanyak

adalah sisa makanan, sayuran dan daun. Kondisi Kota Solok yang sebagian besar

merupakan daerah pertanian juga merupakan potensi pasar yang besar untuk

pemasaran hasil pengomposan di Kota Solok.

Untuk mempermudah pengelolaan dan menghemat biaya transportasi, maka

kegiatan pengomposan dapat dilakukan pada skala kecil dan dekat dengan sumber

sampah. Menurut Wongso Atmojo (2007), proses pengomposan dapat dilakukan

dalam skala kecil yaitu ditingkat RW atau Desa, sehingga dapat mengatasi sampah

dilingkungannya sendiri tanpa transportasi.

Walaupun kegiatan pengomposan dapat dilakukan dalam skala kecil dan dekat

dengan sumber sampah, namun tetap membutuhkan dana untuk biaya investasi dan

biaya operasionalnya. Agar kegiatan pengomposan dapat berjalan secara

berkelanjutan tanpa ketergantungan kepada pihak lain (pemerintah) maka diharapkan

kegiatan ini dapat menghasilkan keuntungan ekonomis yang sebanding dengan biaya

yang telah dikeluarkan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai

berikut: “ Bagaimana perilaku/tindakan masyarakat dalam menerapkan prinsip 3R

dalam pengelolaan sampah dan faktor apa saja yang mempengaruhinya serta

bagaimana analisa biaya dan manfaat kegiatan pengomposan sampah skala kawasan

pemukiman di Kelurahan IX Korong Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok.

Page 23: Tesis Fahmi PSMIL

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan perilaku/tindakan masyarakat dalam menerapkan prinsip 3R

dalam pengelolaan sampah di Kelurahan IX Korong Kecamatan Lubuk Sikarah

Kota Solok dan menerangkan faktor – faktor yang mempengaruhinya.

2. Mengetahui analisa biaya dan manfaat kegiatan pengomposan sampah skala

kelurahan di Kelurahan IX Korong Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian penerapan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah di Kota Solok ini

memiliki manfaat secara teoritis dan praktis, yaitu :

1. Dari sudut akademis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

perbandingan dan bahan rujukan atau masukan bagi beberapa pihak yang

melakukan penelitian lanjutan, khususnya yang berhubungan dengan aspek sosial

dan ekonomi pengelolaan sampah rumah tangga dengan prinsip 3R.

2. Dari sudut praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan

sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang terlibat dalam pengelolaan

sampah rumah tangga di perkotaan untuk membangun peran aktif masyarakat

dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

3. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota Solok, khususnya dinas terkait

(Dinas Kebersihan dan Tata Ruang, Kantor Lingkungan Hidup dan Dinas

Page 24: Tesis Fahmi PSMIL

Pertanian) dalam penyusunan kebijakan pengelolaan sampah dan rekayasa

pengomposan skala kawasan pemukiman.

Page 25: Tesis Fahmi PSMIL

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. KAJIAN PUSTAKA

2.1.1. Permasalahan Pengelolaan Sampah di Indonesia

Pengelolaan sampah adalah sebuah upaya komprehensif menangani sampah-

sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia, dikelompokkan menjadi

enam elemen penting, yaitu: pengendalian timbulan sampah, penyimpanan,

pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan

(Tchobanoglous, 1977). Keenam elemen tersebut saling bergantung satu sama

lainnya, membentuk sebuah sistem pengelolaan sampah. Agar sistem pengelolaan

sampah dapat berlangsung efisien maka setiap elemen baik sendiri-sendiri maupun

bersama harus dikelola secara optimal dengan mempertimbangkan berbagai

keterbatasan seperti biaya, teknologi, pendidikan, dan perilaku masyarakat (Soma,

2010).

Sistem pengelolaan sampah yang selama ini diterapkan di Indonesia adalah

dikumpulkan, ditampung di Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan akhirnya

dibuang ke tempat penampungan akhir (TPA). Hal ini menyebabkan terjadinya

penumpukan sampah disetiap lini; rumah tangga, TPS dan TPA. Permasalahannya

menjadi semakin sulit dan kompleks karena berbagai tantangan yang harus dihadapi

karena jumlah timbulan yang meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, jenis sampah

juga meningkat seiring dengan kemajuan teknologi dan mengalami diversifikasi yang

Page 26: Tesis Fahmi PSMIL

cepat. Seperti dikemukakan oleh Soma (2006) permasalahan pengelolaan sampah di

Indonesia disebabkan oleh pertumbuhan penduduk perkotaan yang tetap tinggi yaitu

antara 3 – 7 % per tahun, sedangkan kuantitas dan kualitas pelayanan tidak

mengalami peningkatan. Peningkatan penduduk pada kenyataannya merupakan

kendala terbesar upaya peningkatan pelayanan persampahan kota karena memiliki

korelasi positif terhadap peningkatan timbulan sampah perkapita. Hal ini diperburuk

dengan semakin luasnya paket-paket makanan dan minuman skala kecil dalam

kemasan plastik yang dijajakan diseluruh penjuru kota dengan harga terjangkau

(Walhi, 2007).

Selain masalah kependudukan, pengelolaan sampah dengan cara yang

konvensional menyebabkan peningkatan jumlah sarana dan prasarana sehingga

menimbulkan biaya operasional yang tinggi yang harus ditanggung oleh Pemerintah

Daerah masing-masing (Soma, 2010). Dana yang berasal dari APBN, APBD,

bantuan, pinjaman dalam dan luar negeri, dana BUMN yang diperkirakan hanya

mampu membiayai kurang dari 20% kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan

(Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, 2002). Akibatnya kualitas

pelayanan pengangkutan sampah menjadi tidak maksimal. Berdasarkan data Status

Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2007, rata-rata jumlah timbulan sampah harian

yang terangkut dan dibuang ke TPA di beberapa kota di Indonesia berjumlah sekitar

41,28%.

Page 27: Tesis Fahmi PSMIL

2.1.2. Pengelolaan sampah dengan Prinsip 3R

Paradigma baru dalam pengelolaan sampah lebih menekankan pada

pengurangan sampah dari hulu/sumber untuk mengurangi jumlah timbulan sampah

serta mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah. Pengelolaan sampah

dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan

suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu fase produk

sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media

lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paragidma baru tersebut

dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Prinsip 3R sejalan

dengan paradigma baru pengelolaan sampah perkotaan yang menitik beratkan pada

pengurangan sampah dari sumbernya.

Uraian mengenai ketiga prinsip tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh

Departemen Pekerjaan Umum (2007) adalah sebagai berikut :

1. Prinsip pertama adalah reduce atau reduksi sampah, yaitu upaya untuk

mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan

sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya

reduksi sampah dengan cara mengubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan

kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi

hemat/efisien dan sedikit sampah.

2. Prinsip kedua adalah reuse yang berarti menggunakan kembali bahan atau

material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti

menggunakan kertas bolak balik, menggunakan kembali botol bekas minuman

Page 28: Tesis Fahmi PSMIL

untuk tempat air, dan lain-lain. Dengan demikian reuse akan memperpanjang

usia penggunaan barang melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang

secara langsung.

3. Prinsip ke tiga yaitu recycle yang berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah

tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain atau barang yang baru setelah

melalui proses pengolahan. Barang-barang seperti besi, kaca, ban dan beberapa

bahan lainnya memerlukan teknologi yang canggih, peralatan yang modern dan

campur tangan pihak lain. Selain itu beberapa sampah dapat didaur ulang secara

langsung oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi dan alat yang

sederhana, seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki

dan sebagainya; atau sampah dapur berupa sisa-sisa makanan menjadi kompos.

Kegiatan Recycle yang banyak dan berpotensi untuk dikembangkan di

Indonesia adalah kegiatan pengomposan. Hal ini dikarenakan potensi bahan organik

yang cukup besar dan kondisi iklim di Indonesia. Berdasarkan data BPS (2001),

porsentase sampah organik di Indonesia cukup tinggi yaitu 65%. Sedangkan

Damanhuri, et.al (2006) berpendapat, pengomposan sangat mungkin dilakukan di

Indonesia mengingat kondisi iklim yang ikut mempengaruhi karakteristik sampah

sehingga dapat mendukung berlangsungnya proses pengomposan.

Pengomposan merupakan suatu proses biologis oleh mikroorganisme yang

mengubah sampah padat menjadi bahan yang stabil menyerupai humus yang

kegunaan utamanya sebagai penggembur tanah. Proses dekomposisi (penguraian)

sampah padat organik dapat berlangsung secara anaerobik dan aerobik, tergantung

Page 29: Tesis Fahmi PSMIL

dari tersedianya oksigen. Proses anaerobik berlangsung lambat dan mengeluarkan bau

busuk yang sulit dikendalikan, sehingga hampir semua proses pembuatan kompos

secara modern dilakukan secara aerobik.

Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan

untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk

memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman

menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat

digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah

pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah

di TPA, reklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta

mengurangi penggunaan pupuk kimia (Isroi, 2008).

Menurut Kastaman dan Kramadibrata (2007), Djuarni (2004), dan Santoso

(2009), kegiatan pengomposan memiliki beberapa manfaat bagi lingkungan, antara

lain :

1. Proses berlangsung secara alami sehingga ramah lingkungan

2. Kompos dapat memperbaiki kondisi tanah dan dibutuhkan oleh tanaman.

3. Biaya proses sangat murah bila dibandingkan dengan proses pembuatan pupuk

anorganik (pupuk buatan).

4. Meningkatkan daya pegang air dan memperbaiki porositas tanah

5. Penggunaan pupuk anorganik dapat ditekan sehingga dapat meningkatkan

efisiensinya.

Page 30: Tesis Fahmi PSMIL

6. Mengurangi jumlah sampah sehingga akan mengurangi biaya operasional

pengangkutan dan pemusnahan sampah.

7. Memperpanjang umur dan memperkecil masalah TPA karena berkurangnya

jumlah timbulan sampah yang masuk ke TPA. Hasil Penelitian Irman (2005) di

Kota Padang menunjukkan bahwa dengan melakukan pengomposan berpotensi

untuk mereduksi sampah organik sampai 12% dan dapat mengurangi kebutuhan

truk pengangkut 23 rit/hari (1 rit = 7m3)

Keberhasilan kegiatan pengomposan terletak pada kegiatan pemilahan di

tingkat sumber seperti rumah tangga, sekolah, dan kantor. Adalah tidak efisien jika

pemilahan dilakukan di TPA, karena ini akan memerlukan sarana dan prasarana yang

mahal (Santoso, 2009). Pemilahan berarti upaya untuk memisahkan sekumpulan dari

“sesuatu” yang sifatnya heterogen menurut jenis atau sumbernya sehingga menjadi

beberapa golongan yang sifatnya homogen. Pemilahan sampah yang dilakukan

sebagai bagian dari penerapan 3R akan mempermudah teknik pengolahan sampah

selanjutnya. Pemilahan sampah berguna untuk mendapatkan keuntungan yang berupa

efisiensi sampah menjadi bentuk baru yang lebih bermanfaat. Keuntungan lain adalah

sistem ini dapat memangkas biaya petugas dan transportasi pengangkut sampah

menjadi lebih efisien serta mengurangi beban TPA dalam menampung sampah.

2.1.3. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah

Partisipasi merupakan konsep yang bervariasi tergantung dari disiplin ilmu apa

yang meninjaunya. Masing-masing disiplin ilmu tadi memiliki perspektif yang

Page 31: Tesis Fahmi PSMIL

berbeda-beda terhadap partisipatif sehingga akhirnya terminologi partisipasi menjadi

sangat komplek. Berdasarkan kamus sosisologi, partisipasi adalah setiap proses

komunikasi atau merupakan kegiatan bersama situasi sosial tertentu (Sukanto, 1986).

Sementara itu pengertian partisipasi masyarakat atau petani menurut Mubyarto dan

Kartodihardjo (1990) adalah kesediaan masyarakat untuk ikut ambil bagian dalam

kegiatan bersama untuk mendukung keberhasilan program pembangunan tanpa

mengorbankan kepentingan mereka.

Simanjuntak (1994) menyatakan bahwa bidang-bidang untuk partisipasi

masyarakat adalah dalam (a) proses pengambilan keputusan, (b) proses perencanaan,

(c) proses pelaksanaan program, (d) proses monitoring dan evaluasi. Adapun

partisipasi yang efektif adalah apabila diselenggarakan secara bersama-sama dalam

kelompok-kelompok. Bentuk dan cara partisipasi yang demikian akan menghasilkan

sinergi yang pada gilirannya akan menghasilkan manfaat ekonomi yang dapat

dinikmati oleh semua orang.

Dalam konteks pengelolaan sampah, partisipasi masyarakat merupakan salah

satu faktor yang berpengaruh dalam upaya pengelolaan sampah. Menurut Kurib

(2006), keberhasilan pengelolaan sampah tergantung dari partisipasi masyarakat

sebagai penghasil utama sampah. Partisipasi masyarakat ini dapat berupa pemilahan

antara sampah organik dan sampah anorganik dalam proses pewadahan, atau melalui

pembuatan kompos dalam skala keluarga dan mengurangi penggunaan barang yang

tidak mudah terurai.

Page 32: Tesis Fahmi PSMIL

Undang - undang No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah juga

menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Pendapat

yang sama dikemukakan oleh Damanhuri, et.al., (2006), bahwa pengelolaan sampah

tidak hanya mencakup aspek teknis, tetapi juga mencakup aspek non teknis seperti

cara mengorganisisr, mengatur, membiayai, dan melibatkan masyarakat penghasil

limbah sehingga dapat ikut berpartisipasi. Sebab masyarakat pada hakekatnya adalah

sumber awal penumpukan sampah. Untuk itu, masyarakat harus berperan untuk

menjalankan fungsi tertentu dalam konteks pengelolaan persampahan. Dalam hal ini,

salah satu peran penting yang dapat dijalankan oleh masyarakat adalah melakukan

pemisahan sampah sejak dari sumbernya.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan sampah rumah tangga, termasuk kegiatan pemilahan dan mendaur ulang

sampah. De Young (1993) dan Howenstine (1993) dikutip oleh Wardhani (2004)

menyampaikan bahwa informasi/komunikasi yang didukung oleh alasan-alasan

ekonomi dan lingkungan mampu mengubah perilaku seseorang pada sampah. Adanya

informasi tentang daur ulang mendorong orang untuk melakukan kegiatan daur ulang.

Yunizar (2008) yang melakukan penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan sampah di Kota Binjai menemukan bahwa faktor pendidikan, lamanya

tinggal, peraturan daerah dan bimbingan penyuluhan memberikan pengaruh yang

positif terhadap partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah,

sedangkan pendapatan menunjukan pengaruh yang negatif.

Page 33: Tesis Fahmi PSMIL

Tokoh masyarakat juga mempunyai peran penting dalam meningkatkan

partisipasi masyarakat. Gardner & Stem 1996) dikutip oleh Wardhani (2004)

menyatakan bahwa dukungan komunitas berupa kontak langsung dengan tokoh

masyarakat melalui kegiatan tatap muka secara langsung mempengaruhi partisipasi

masyarakat pada program pemilahan sampah domestik. Husodo (2006) yang

melakukan penelitian tentang partisipasi petani dalam kegiatan Eks DAFEP

(Decentraized Agriculture and Forestry Extention Project/Proyek Desentralisasi Penyuluhan

Pertanian dan Kehutanan) di Kabupaten Bantul menemukan bahwa usia dan

wawasan/pengetahuan, sikap dan tokoh masyarakat berpengaruh nyata terhadap

partisipasi petani.

Menurut Holil (1980) ada 4 poin yang dapat mempengaruhi partisipasi

masyarakat yang berasal dari luar/lingkungan, yaitu:

1. Komunikasi yang intensif antara sesama warga masyarakat, antara warga

masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem sosial di dalam masyarakat

dengan sistem di luarnya;

2. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan keluarga,

pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat dan bangsa yang

menguntungkan bagi serta mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi

masyarakat;

3. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses dan struktur

sosial, sistem nilai dan norma-norma yang memungkinkan dan mendorong

terjadinya partisipasi sosial;

Page 34: Tesis Fahmi PSMIL

4. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan di dalam keluarga

masyarakat atau lingkungan politik, sosial, budaya yang memungkinkan dan

mendorong timbul dan berkembangnya prakarsa, gagasan, perseorangan atau

kelompok.

2.1.4. Perilaku/Tindakan Manusia dan Faktor Yang Mempengaruhinya.

Perilaku adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk

kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan,

kepercayaan, nilai dan norma yang bersangkutan, serta merupakan konsekuensi logis

(ideal dan normatif) dari eksistensi pengetahuan, budaya, atau pola pikir yang

dimaksud (Wakolimaya, 2001).

Perilaku merupakan sesuatu yang bersifat tidak mutlak, artinya suatu waktu

perilaku dapat mengalami perubahan. Perubahan perilaku manusia dapat ditentukan

dan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Baron dan Byrne (1984)

dikutip oleh Walgito (1999) menyatakan bahwa menurut teori Frittz Heider perilaku

seseorang dipengaruhi oleh faktor internal seperti sikap dan motif serta faktor

eksternal seperti situasi atau lingkungan.

Green (1980) dikutip oleh Notoatmodjo (2007), menganalisa perilaku

terbentuk dari 3 Faktor, yakni : faktor predisposisi meliputi (pendidikan,

pengetahuan, sikap dan motivasi), faktor pendukung (Enabling) (ketersediaan sarana,

pendapatan, pekerjaan), dan faktor pendorong (Reinforcing), yaitu (penyuluhan dan

kebudayaan/kebiasaan). Maka dapat disimpulkan bahwa seseorang akan bertindak

Page 35: Tesis Fahmi PSMIL

ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kebiasaan/tradisi, kepercayaan yang

bersangkutan didukung dengan ketersediaan fasilitas dan faktor pendorong lainnya

seperti akses informasi.

Hasil penelitian dari James Martin. A (2006), menunjukkan bahwa perilaku

masyarakat dipengaruhi secara signifikan oleh pendidikan, tentunya bukan saja

pendidikan secara formal tetapi juga pengetahuan akan sampah, peran serta

masyarakat yang masih rendah, dan masih terdapat masyarakat yang memiliki

pemikiran yang belum benar akan sampah serta penanganannya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pengelolaan

sampah antara lain :

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk mengubah

perilaku (Notoatmodjo, 2007). Menurut Jujun (1984) dalam Notoatmodjo (2007),

pengetahuan adalah segenap apa yang diketahui manusia tentang sesuatu,

termasuk tentang ilmu. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng

(long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Tingkat

pendidikan juga mempengaruhi tingkat pengetahuan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Harihanto (2004), bahwa tingkat pendidikan memberikan pengaruh

langsung paling kuat terhadap perilaku masyarakat. Semakin tinggi jenjang

pendidikannya, semakin luas pengetahuan dan kesadaran terhadap

lingkungannya. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan dengan

mempergunakan panca inderanya sesuai dengan pengalaman, pelajaran, dan

Page 36: Tesis Fahmi PSMIL

pemahamannya. Seseorang akan bersikap positif apabila pengetahuan yang

diperolehnya baik. Sebaliknya seseorang akan bersikap negatif apabila

pengetahuan yang diperolehnya tidak sempurna

2. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu

obyek. Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan kesiapan atau

ketersediaan bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap

adalah suatu respon evaluatif yang merupakan bentuk reaksi yang timbul didasari

kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negatif,

menyenangkan atau tidak menyenangkan, proses selanjutnya diharapkan ia akan

bertindak atau melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya. Namun suatu

sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan (overt behavior). Hal yang

sama dikemukakan oleh Sarwono (1993), sikap tidak sama dengan perilaku dan

perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi

bahwa seseorang memperlihatkan perilaku yang bertentangan dengan sikapnya.

Sikap tersebut dapat berubah dengan diperolehnya informasi (pengetahuan)

tambahan melalui persuasi serta tekanan kelompok sosialnya. Sementara itu

Walgito (2003) menyatakan bahwa sikap yang ada pada seseorang akan

memberikan pengaruh pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan.

Dengan mengetahui sikap seseorang, orang dapat menduga respon atau perilaku

orang yang bersangkutan.

Page 37: Tesis Fahmi PSMIL

3. Peran Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam

memberikan informasi dan motivasi kepada masyarakat dalam memhami dan

bertindak dalam pengelolaan lingkungan hidup termasuk pengelolaan sampah.

Ajzen dan Fishbein (980) dikutip oleh Azwar (2009) mengatakan bahwa

perilaku tidak saja ditentukan oleh sikap individu akan tetapi juga oleh norma

subjektif yang ditentukan oleh pendapat tokoh atau orang yang berpengaruh

tentang apakah subyek itu perlu, harus atau dilarang melakukan perilaku yang

diteliti atau seberapa jauh subyek akan mengikuti pendapat orang tersebut.

Beberapa hasil penelitian tentang lingkungan hidup menemukan bahwa

tokoh masyarakat berperan dalam mempengaruhi perilaku masyarakat dalam

pengelolaan lingkungan hidup. Hasil penelitian Subagyo (2004) mendapatkan

bahwa sebagian besar (66,7%) petani memberikan penilaian yang tinggi terhadap

peran tokoh masyarakat dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Hal ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Putra (2008) yang mengatakan

bahwa “Tungku Tigo Sajarangan1” berperan sebagai lembaga yang dapat

melakukan penyadaran bagi masyarakat dan sebagai kontrol agar ikut

berpartisipasi dalam proses pembangunan lokal. Penelitian yang dilakukan oleh

1 Lembaga lokal yang merupakan kumpulan dari tokoh masyarakat seperti tokoh adat (ninik mamak

dan bundo kanduang), alim ulama, dan cerdik pandai . Ketiga unsur ini merupakan satu kesatuan yang

saling menunjang dan bekerja sama dalam pembangunan seperti pepatah minang yang berbunyi “Tali

tigo sapilin, tungku tigo sajarangan”.

Page 38: Tesis Fahmi PSMIL

Asrul (2002) juga mendapatkan bahwa peran serta tokoh agama dalam

pengelolaan lingkungan hidup adalah sebesar 50%.

4. Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu pendekatan yang dikembangkan untuk

pengembangan suatu program / kebijakan yang bertujuan untuk mengubah

perilaku masyarakat. Rogers (1985) dalam Mulyana (2004) mengatakan bahwa

komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber dialihkan

kepada penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

Beberapa indikator yang termasuk ke dalam dimensi komunikasi adalah

kejelasan dan ketepatan (Edwards III, 1980) serta komunikator, media,

komunikan/sasaran dan respon (Dunn, 2000). Seorang komunikator harus bisa

mengkomunikasikan informasi dengan jelas dan tepat kepada komunikan. Jelas,

memiliki pengertian bahwa pesan/informasi yang ingin disampaikan dapat

dimengerti oleh komunikan, sedangkan tepat mengandung makna tepat waktu

dan tepat sasaran. Selain itu seorang komunikator harus menguasai permasalahan

serta dapat menarik perhatian komunikan (Jones, 1984).

Menurut Mulyana (2007), komunikasi yang efektif adalah komunikasi

yang hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para pelakunya

(komunikator dan komunikan). Agar komunikasi dapat mencapai sasaran sesuai

dengan yang diharapkan, perlu diketahui tanda-tanda komunikasi yang efektif.

Tanda-tanda komunikasi yang efektif adalah apabila terjadi kesamaan persepsi

Page 39: Tesis Fahmi PSMIL

antara komunikator dan komunikan. Komunikasi dapat pula dilakukan melalui

media, baik langsung maupun tak langsung. Komunikasi melalui media langsung

seperti pendidikan dan pelatihan, sedangkan secara tak langsung adalah melalui

tulisan / bahan panduan. Komunikasi akan lebih efektif apabila dilakukan secara

langsung dan berhadapan.

2.1.5. Analisa Biaya dan Manfaat Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R

Untuk menentukan apakah suatu program dapat memberikan manfaat secara

ekonomi dan layak untuk dilaksanakan adalah dengan melakukan analisis biaya dan

manfaat. Mangkoesoebroto (1993) menyatakan analisis biaya dan manfaat digunakan

untuk mengadakan evaluasi mengenai penggunaan sumber-sumber ekonomi agar

penggunaan sumber-sumber ekonomi yang langka dapat dilakukan secara efisien.

Pada dasarnya evaluasi dari suatu proyek dilaksanakan dengan menimbang manfaat

dan biaya dari proyek tersebut. Apabila manfaat dari proyek lebih besar dari biaya

yang diperlukan maka proyek tersebut dipandang sebagai efisien, sebaliknya apabila

manfaat proyek tersebut lebih kecil dibandingkan biayanya maka proyek tersebut

dipandang tidak efisien.

Menurut Darmasetiawan (2004), suatu evaluasi investasi/proyek memiliki

tujuan sebagai berikut :

- Untuk menentukan apakah suatu investasi layak dilakukan.

- Untuk memilih alternatif yang dapat memaksimalkan keuntungan dengan

mempertimbangkan kendala yang ada.

Page 40: Tesis Fahmi PSMIL

Suparmoko (2009) mengatakan ada beberapa metode analisis biaya dan

manfaat yaitu :

1. Metode Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value)

Penilaian kelayakan suatu investasi dapat dilakukan dengan menggunakan

prinsip discounted cash flow, yaitu mempertimbangkan nilai waktu dari uang

pada aliran kas. Metode ini meliputi Net Present Value (NPV) dan Benefit Cost

Ratio (B/C).

Penggunaan NPV didasarkan pada adanya perbedaan antara nilai uang sekarang

dengan nilai uang pada masa yang akan datang. Metode ini akan membandingkan

pengeluaran uang sekarang dengan penerimaan uang pada masa datang yang

telah disesuaikan dengan nilai waktu dari uang, atau menggunakan faktor

diskonto (Kadariah, 2001). Keputusan bahwa investasi layak untuk diterima

apabila diperoleh nilai NPV > 0.

2. Kriteria Rasio Manfaat Terhadap Biaya (B/C Ratio)

Analisis rasio manfaat – biaya merupakan cara praktis untuk menaksir

kemanfaatan proyek dari berbagai aspek yang relevan terhadap biaya-biaya

maupun manfaat yang ditimbulkannya. Nilai B/C ratio menunjukkan besarnya

tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah.

Kriteria investasi B/C ratio merupakan indeks efisiensi yang perhitungannya

mempergunakan data yang sama seperti NPV. Ratio B/C sebagai indeks efisiensi

dalam penggunaan modal tidak terpengaruh skala proyek. Cara ini dilakukan

Page 41: Tesis Fahmi PSMIL

dengan membandingkan total manfaat proyek terhadap total biaya proyek, yang

semuanya dinyatakan dalam nilai sekarang. Apabila (B/C) › 1 maka proyek atau

kegiatan dinyatakan layak.

3. Payback Perid (Masa Pengembalian Investasi/MPI)

MPI merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk pembayaran

kembali seluruh investasi yang dikeluarkan. MPI terjadi pada saat nilai NPV

berubah dari negatif menjadi positif, dapat juga diartikan sebagai jangka waktu

pada saat NPV sama dengan nol

Beberapa penelitian tentang nilai ekonomi penerapan prinsip 3R yang

dilakukan di beberapa daerah di Indonesia terbukti memberikan manfaat ekonomi

bagi para pelakunya. Hasil penelitian Suryanto, dkk (2005) tentang kajian potensi

ekonomis dengan penerapan 3R pada pengelolaan sampah rumah tangga di Kota

Depok, menyatakan bahwa apabila program 3R dilakukan dengan baik dengan

pemilahan sampah bukan pada lokasi TPA akan tetapi dimulai dari hulu timbulan

sampah yaitu rumah tangga, industri, pertokoan dan lain sebagainya didapat nilai

ekonomis sampah sebesar Rp. 187.951.800 per hari.

Penelitian evaluasi ekonomi dan sosial Unit Pengolahan Sampah (UPS) di

Kota Depok oleh Sari Dewi (2008) juga mendapatkan, bahwa dengan pengoperasian

UPS dengan kapasitas 7,56 m3/hari, mampu menghasilkan potensi nilai olahan

sampah Rp. 51.634.264 per tahun dan Rp. 81.059.694.857 jika seluruh sampah

domestik Kota Depok diolah lebih lanjut. Penelitian lain yang dilakukan Afrianti

Page 42: Tesis Fahmi PSMIL

(2007), juga menemukan bahwa kegiatan daur ulang sampah anorganik oleh

pemulung di TPA Piyungan Yogyakarta dapat memberikan keuntungan Rp. 22.559,-

/hari dengan ratio B/C = 3,26. Secara teoritis dari penjualan sampah hasil

pemulungan, pendapatan yang diperoleh oleh para pemulung ternyata lebih besar dari

upah minimum regional (UMR) untuk kota Yogyakarta.

2.2. Kerangka Pemikiran

Meningkatnya jumlah penduduk dan perubahan perilaku konsumsi masyarakat

mengakibatkan bertambahnya jumlah timbulan sampah di Indonesia. Sistem

pengelolaan sampah kumpul – angkut – buang yang mengandalkan TPA sebagai

tempat penyelesaian masalah sampah mengakibatkan beban TPA menjadi sangat

berat. Apabila hal ini terus dipertahankan akan menyebabkan umur TPA semakin

pendek, sementara ketersediaan lahan untuk TPA yang baru semakin terbatas

terutama di kota-kota besar. Kondisi ini juga dapat menimbulkan masalah lingkungan

seperti pencemaran air, tanah dan udara, menyebabkan penyakit, dan yang terburuk

menimbulkan korban jiwa akibat longsornya timbulan sampah di TPA.

Oleh karena itu perlu perubahan paradigma dalam pengelolaan sampah melalui

pendekatan minimasi sampah di sumber atau rumah tangga sebagai penghasil sampah

terbanyak. Pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (yang terdiri dari mengurangi

(reduce), menggunakan kembali (reuse) dan mendaur ulang (recycle) diharapkan

mampu mereduksi jumlah timbulan sampah yang dibuang ke TPA. Disamping itu

Page 43: Tesis Fahmi PSMIL

juga dapat menjadi alat dalam mengoptimalkan pemanfaatan sampah sehingga

sampah memiliki nilai ekonomis dan dapat membuka lapangan pekerjaan.

Penerapan prinsip 3R akan berjalan secara efektif dan efisien apabila ada

respon yang positif dari masyarakat terhadap program tersebut. Respon tersebut

direalisasikan dalam bentuk perilaku. Perilaku yang dimaksud disini adalah

bagaimana tindakan masyarakat dalam menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse, dan

recycle) dalam pengelolaan sampah rumah tangganya. Apabila perilaku masyarakat

dalam pengelolaan sampah belum menerapkan prinsip 3R, maka dapat disimpulkan

bahwa kebijakan penerapan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah Kota Solok belum

berjalan dengan baik.

Perilaku masyarakat dalam menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah

dapat dipengaruhi oleh faktor, baik faktor internal (pengetahuan dan sikap) maupun

faktor eksternal (peran tokoh masyarakat dan komunikasi). Faktor pengetahuan dapat

berpengaruh sebagai motivasi awal seseorang dalam berperilaku. Pengetahuan

mempengaruhi seseorang untuk bersikap pada suatu masalah. Semakin ia yakini akan

suatu objek, maka ia akan bersikap dan bertindak sesuai dengan keyakinannya

tersebut. Faktor pengetahuan dapat berpengaruh sebagai motivasi awal seseorang

dalam berperilaku. Berbekal pengetahuan yang baik tentang permasalahan sampah

dan manfaat pengelolaan sampah dengan prinsip 3R, maka diharapkan seseorang

dapat berperilaku/bertindak dengan tepat dalam mengelolala sampah rumah

tangganya. Pengetahuan mempengaruhi seseorang untuk bersikap pada suatu

masalah.

Page 44: Tesis Fahmi PSMIL

Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan pengaruh pada perilaku atau

perbuatan orang yang bersangkutan. Semakin ia yakini akan suatu objek, maka ia

akan bersikap dan bertindak sesuai dengan keyakinannya tersebut. Sikap yang baik

dari seseorang dapat ditunjukkan dengan adanya komitmen dari mereka pelaksanaan

program melalui tindakan yang nyata dalam pengelolaan sampah.

Tokoh masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan

informasi dan motivasi kepada masyarakat dalam memahami dan bertindak dalam

pengelolaan lingkungan hidup termasuk pengelolaan sampah. Pendapat tokoh

masyarakat tentang apakah subyek itu perlu, harus atau dilarang melakukan perilaku

yang diteliti dapat mempengaruhi tindakan apa yang akan dilakukan oleh masyarakat.

Proses komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari sumber kepada

penerima melalui media. Pemilihan media dan cara menyampaikan informasi akan

berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat untuk menerapkan suatu kebijakan atau

inovasi baru. Keefektifan suatu komunikasi dipengaruhi oleh unsur-unsur komunikasi

yaitu : sumber, pesan, media dan penerima.

Salah satu pesan yang dapat disampaikan kepada masyarakat sebagai bahan

advokasi adalah adanya manfaat dari pengelolaan sampah dengan prinsip 3R, baik itu

manfaat lingkungan, sosial dan ekonomi. Salah satu kegiatan pengelolaan sampah

dengan prinsip 3R yang menjadi prioritas oleh Pemerintah Daerah Kota Solok adalah

program pengomposan sampah organik skala kawasan pemukiman. Kegiatan ini tidak

dapat berjalan dengan baik tanpa adanya partisipasi dari masyarakat, terutama dalam

melakukan kegiatan pemilahan sampah organik dan anorganik. Apabila masyarakat

Page 45: Tesis Fahmi PSMIL

merasa akan mendapatkan manfaat dari sutau program, maka mereka akan

memberikan respon yang positif dan bersedia untuk berpartisipasi dalam program

tersebut. Manfaat ekonomi yang diperoleh dapat diketahui dengan melakukan analisa

biaya dan manfaat kegiatan pengolahan sampah organik skala kawasan pemukiman

tersebut.

Skema kerangka pemikiran secara sederhana dapat ditampilkan pada Gambar

2.1 di bawah ini :

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran

Perilaku

masyarakat

Analisis Biaya

dan Manfaat

Kebijakan Pengelolaan

Sampah dengan Prinsip 3R

Rekomendasi untuk

Strategi Implementasi

Faktor internal :

- Pengetahuan

- Sikap

Faktor eksternal :

- Keberadaan

tokoh/lembaga

lokal

- Komunikasi

Page 46: Tesis Fahmi PSMIL

2.2. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R dipengaruhi

oleh pengetahuan, sikap, keberadaan tokoh/lembaga lokal, dan komunikasi.

2. Kegiatan pengomposan sampah organik skala kawasan pemukiman mempunyai

potensi ekonomi dan layak untuk diusahakan serta menguntungkan bagi

masyarakat.

Page 47: Tesis Fahmi PSMIL

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku/tindakan masyarakat

dalam pengelolaan sampah rumah tangga dengan prinsip 3R dan faktor – faktor yang

mempengaruhinya serta menganalisa biaya dan manfaat kegiatan pengomposan skala

kawasan pemukiman di Kelurahan IX Korong Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif. Metode kuantitatif yang digunakan untuk mendeskripsikan dan

menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku/tindakan masyarakat dalam

pengelolaan sampah dengan prinsip 3R. Sedangkan analisa biaya dan manfaat

dilakukan berdasarkan data primer dan data sekunder. Data yang digunakan

mencakup komponen pembiayaan pengomposan (biaya investasi awal, biaya operasi,

biaya pemeliharaan) dan keuntungan yang dapat diperoleh dari hasil penjualan

kompos.

3.2. Data yang Diperlukan

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data yang menjelaskan

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku/tindakan masyarakat dalam menerapkan

prinsip 3R dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Sedangkan untuk analisa

manfaat dan biaya, data yang dibutuhkan adalah data tentang biaya dan keuntungan

Page 48: Tesis Fahmi PSMIL

dalam pengolahan kompos skala kawasan pemukiman di Kelurahan IX Korong. Data

tersebut berupa data primer dan data sekunder. Kedua jenis data ini dikumpulkan

untuk memahami fenomena sesuai dengan permasalahan penelitian. Jenis dan sumber

data yang dikumpulkan sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Variabel Penelitian, Sumber dan Sifat Data

No. Variabel Indikator Sumber Data Sifat Data

1. Pengetahuan (X1) - Pengetahuan tentang

pengelolaan sampah

3R

Masyarakat Primer

2. Sikap (X2) - Sikap masyarakat

tentang pengelolaan

sampah 3R

Masyarakat Primer

3. Komunikasi (X3) - Sumber

- Pesan

- Media

- Penerima

Masyarakat Primer

4. Peran Tokoh

Masyarakat (X4)

- Peran dalam

memberikan

informasi

- Peran dalam

memberikan motivasi

Masyarakat Primer

5. Perilaku (Y) - Tindakan dalam

menerapkan prinsip

3R dalam pengelolaan

sampah

Masyarakat Primer

6. Biaya dan Manfaat kegiatan pengomposan

sampah organic

Masyarakat,

Pengelola,

DKTR

Primer

dan

Sekunder

Page 49: Tesis Fahmi PSMIL

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

(1) Kuisioner. Dalam kuisioner pertanyaan dihadirkan dalam bentuk format tertulis

dan peneliti menanyakan kepada responden (warga Kelurahan IX Korong yang

diambil secara acak sederhana) kemudian jawaban responden dituliskan oleh

peneliti pada lembar kuisioner tersebut. Instrumen Kuisioner secara lengkap

dapat dilihat pada lampiran 1.

(2) Wawancara dan observasi lapangan. Wawancara dilakukan guna memperoleh

data secara langsung melalui pertanyaan lisan yang dilakukan dengan instansi

terkait dan peninjauan dan pengamatan lapangan. Panduan wawancara untuk tiap

kelompok informan kunci berbeda – beda. Instrumen pedoman wawancara

secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 2.

(3) Pengumpulan Data Sekunder. Data sekunder diperlukan untuk mempercepat

pemahaman tentang kondisi lapangan, demografi penduduk, peraturan

perundang-undangan dan laporan lainnya. Data dikumpulkan dengan cara

mengumpulkan, mencatat ataupun mengutip dan mempelajari dari berbagai

dokumen yang diperoleh dari perpustakaan, Instansi Pemerintah terkait,

Lembaga Penelitian/Perguruan Tinggi dan juga dari publikasi dan laporan yang

relevan lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan.

Teknik pengumpulan data primer adalah dengan menggunakan instrumen

kuisioner kepada responeden (warga masyarakat yang diambil secara acak

sederhana). Data yang diambil merupakan data cerminan sikap, komunikasi, peran

Page 50: Tesis Fahmi PSMIL

tokoh masyarakat dan perilaku/tindakan dengan teknik pengukuran menggunakan

skala Likert (skala ordinal), dimana kategori jawaban terdiri dari 5 (lima) tingkatan

sebagaimana Tabel 3.2. berikut :

Tabel 3.2. Penilaian Skala Likert

Sikap, , komunikasi, peran tokoh masyarakat

dan tindakan

Nilai Pertanyaan

Positif Negatif

selalu/ sangat setuju 5 1

sering/setuju 4 2

kadang-kadang/ragu-ragu 3 3

hampir tidak pernah/tidak setuju 2 4

tidak pernah/sangat tidak setuju 1 5

Data variabel pengetahuan menggunakan skala Guttman untuk mendapatkan

jawaban yang tegas terhadap permasalahan yang ditanyakan. Data yang diperoleh

berupa data rasio dikotomi (dua alternatif) yaitu “ya” dan “tidak”. Data tentang biaya

dan manfaat pengolahan sampah organik diperoleh dengan melalukan wawancara

mendalam dengan pengelola dan instansi terkait.

3.4. Penetapan Sampel

Populai untuk data kuantitatif adalah rumah tangga di Kelurahan IX Korong

Kecamatan Lubuk Sikarah. Sampel yang dijadikan responden ditentukan secara acak

sederhana dengan menggunakan rumus Frank Lynch et al,. (1974) sebagai berikut :

ppZdN

ppZNn

1.

1..22

2

Page 51: Tesis Fahmi PSMIL

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

Z = Nilai variabel normal (1,96) untuk tingkat kepercayaan (0,95)

d = Kesalahan sampel (0,1)

p = Perbandingan peluang terbesar (0,5)

Berdasarkan rumus diatas diperoleh 79 responden dari 431 KK di Kelurahan IX

Korong. Penentuan sampel terpilih untuk dijadikan responden dilakukan secara acak

(simple random sampling), sehingga semua masyarakat di kelurahan tersebut

mempunyai peluang yang sama untuk menjadi responden.

3.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Uji validitas instrumen penelitian dilakukan untuk menguji derajat ketepatan

instrumen penelitian agar mendapatkan data yang valid. Sedangkan uji reliabilitas

bertujuan untuk mengetahui kesamaan data apabila didapatkan pada waktu yang

berbeda.

Pengujian validitas dilakukan melalui analisis item dapat dilakukan dengan

rumus :

2222

))((

YYnXXn

YXXYnryx

Page 52: Tesis Fahmi PSMIL

Keterangan :

r yx = koefisien korelasi Product Moment

X = skor item

Y = skor item total

n = jumlah responden

Jika koefisien korelasi bernilai positif dan signifikan, maka item yang

bersangkutan adalah valid, sebaliknya jika tidak signifikan atau bernilai negatif, maka

item tersebut tidak valid dan harus dikeluarkan dari kuesioner (Singarimbun, 1994).

Penentuan signifikansi dilihat dari tabel t, bila thitung > ttabel, maka korelasi bersifat

signifikan dan jika thitung < ttabel, berarti korelasi tidak signifikan. t hitung dapat

ditentukan dengan menggunakan rumus :

21

2

r

nrt

Pengujian diatas mengikuti sebaran t-student dengan db = n – 2, signifikansi untuk

= 5 % dengan uji dua pihak.

Reliabilitas merupakan tingkat konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur

gejala yang sama. Jika suatu alat ukur dipakai dua kali atau lebih untuk mengukur

gejala yang sama dan hasil pengukuran relatif konsisten maka alat ukur tersebut

reliabel. Ide pokok dalam konsep pengukuran Reliabilitas adalah sejauh mana hasil

pengukuran bersifat tetap, dapat terpercaya, dan bebas dari kesalahan pengukuran. Uji

reliabilitas dilakukan jika seluruh item telah valid atau setelah item yang tidak valid

Page 53: Tesis Fahmi PSMIL

disisihkan. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan internal consistency dengan

teknik belah dua (Split-half).

Skor item-item yang bernomor ganjil dijumlahkan sehingga diperoleh skor total

belahan ganjil. Demikian pula skor item-item yang bernomor genap dijumlahkan

sehingga diperoleh skor total belahan genap. Selanjutnya skor total belahan ganjil dan

belahan genap dikorelasikan melalui koefisien product moment dengan analisis

menggunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut :

b

bi

r

rr

1

2

dimana,

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi produk momen antara belahan pertama dan kedua

Variabel yang diuji reliabel jika koefisien reliabilitas bernilai positif dan

signifikan, sebaliknya jika koefisien reliabilitas bernilai negatif atau tidak signifikan,

berarti variabel yang bersangkutan tidak reliabel sehingga kuesioner perlu diperbaiki.

Untuk membantu memudahkan perhitungan, digunakan program SPSS 17.

3.6. Analisa Data

Page 54: Tesis Fahmi PSMIL

Hasil jawaban kuisioner yang diperoleh kemudian diolah dan didekripsikan

untuk memberikan gambaran karakteristik dari responden berkaitan dengan

permasalahan yang akan dibahas. Untuk mengetahui tanggapan responden, maka

dilakukan pengkategorian dengan cara menjumlahkan skor pertanyaan, kemudian

dicari panjang interval setiap kelas dengan rumus sebagai berikut :

Nilai indeks maksimum = jumlah item x skor maksimum x jumlah responden

Nilai indeks minimum = jumlah item x skor minimum x jumlah responden

Interval = Nilai indeks maksimum – nilai indeks minimum

Jarak = Interval : jenjang

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis jalur (Path

Analysis). Analisis jalur ini berfungsi untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak

langsung sekumpulan variabel bebas terhadap variabel terikat. Model yang dibentuk

berdasarkan hipotesis yang telah disusun yaitu model satu persamaan struktural ( a

single equation path model). Ini bisa dilihat pada Gambar 3.1 dibawah ini :

Y1

Page 55: Tesis Fahmi PSMIL

Gambar 3.1. Model Analisis Jalur ( Path Analysis )

Keterangan :

= Variabel Pengetahuan

= Variabel Sikap

= Variabel Komunikasi

= Variabel Peran Tokoh Masyarakat

Y = Tindakan Masyarakat

= Koefisien Korelasi Antara Pengetahuan dan Sikap

= Koefisien Korelasi Antara Pengetahuan dan Komunikasi

= Koefisien Korelasi Antara Pengetahuan dan Peran Tokoh Masyarakat

= Koefisien Korelasi Antara Sikap dan Komunikasi

= Koefisien Korelasi Antara Sikap dan Peran Tokoh Masyarakat

= Koefisien Korelasi Antara Komunikasi dan Peran Tokoh Masyarakat

= Koefisisen jalur yang menggambarkan pengaruh pengetahuan

terhadap tindakan masyarakat

= Koefisisen jalur yang menggambarkan pengaruh sikap terhadap

tindakan masyarakat

= Koefisisen jalur yang menggambarkan pengaruh komunikasi terhadap

tindakan masyarakat

Page 56: Tesis Fahmi PSMIL

= Koefisisen jalur yang menggambarkan pengaruh peran tokoh masyarkat

terhadap tindakan masyarakat

= Koefisisen Jalur Yang Menggambarkan Pengaruh t terhadap

Pengetahuan Masyarakat

έy = Variabel luar yang dapat mempengaruhi Pengetahuan masyarakat yang

tidak diteliti

Data yang diperoleh dari kuesioner merupakan data ordinal dan rasio,

sedangkan teknik analisis jalur mengisyaratkan data yang mempunyai skala

pengukuran sekurang – kurangnya interval, maka data ordinal diubah skala

pengukurannya menjadi skala interval dengan menggunakan method of succesive

interval. Adapun langkah – langkah untuk melakukan transformasi data sebagai

berikut :

1. Menghitung frekuensi setiap jawaban berdasarkan jawaban responden.

2. Menghitung proporsi setiap jawaban berdasarkan frekuensi yang diperoleh dari

setiap pertanyaan.

3. Berdasarkan proporsi tersebut untuk setiap pertanyaan, dihitung proporsi

kumulatif untuk setiap pilihan jawaban.

4. Untuk setiap pertanyaan, ditentukan nilai batas untuk z pada setiap pilihan

jawaban

5. Menghitung nilai numerik penskalaan (Scale value) untuk setiap pilihan jawaban

melalui rumus berikut :

Page 57: Tesis Fahmi PSMIL

Scale Value =

6. Menghitung Skor (nilai hasil transformasi) untuk setiap pilihan jawaban dengan

persamaan berikut :

Nilai Tranformasi = Nilai Skala + Nilai Minimum + 1

Selanjutnya disiapkan pasangan data dari variabel bebas dan variabel terikat

dari populasi penelitian untuk pengujian hipotesis dengan analisis jalur (Al Rasyid,

1994). Langkah – langkah untuk melakukan analisis jalur sebagai berikut :

1. Menentukan persamaan struktur :

a. =

b. =

2. Hitung matriks korelasi antara variabel eksogen :

....

1 ....

1 ....

1

Rumus Korelasi :

r =

3. Hitung matriks invers koefisien korelasi untuk variabel eksogennya

....

....

Page 58: Tesis Fahmi PSMIL

= ....

4. Hitung semua koefisien jalur , i = 1,2,.....,k dengan rumus :

....

= ....

5. Hitung yaitu koefisien yang menyatakan determinasi total

terhadap dalam analisis regresi terhadap y yang rumusnya :

=

6. Hitung berdasarkan rumus :

=

7. Hitung keberartian modelnya secara keseluruhan dengan menggunakan uji F.

Hipotesis pada pengujian ini misalnya sebagai berikut :

Ho : Pyx = 0 Tindakan masyarakat tidak dipengaruhi oleh pengetahuan,

sikap, komunikasi dan peran tokoh masyarakat.

Page 59: Tesis Fahmi PSMIL

: Pyx = 0 Tindakan masyarakat tidak dipengaruhi oleh pengetahuan,

sikap, komunikasi dan peran tokoh masyarakat.

Statistik ujinya :

F =

Statistik uji diatas mengikuti distribusi F- Snedecor dengan derajat bebas = k

dan = n – k – 1

Kriteria penolakan : tolak Ho bila >

8. Jika uji F signifikan maka selanjutnya kita uji masing – masing koefisien jalur

untuk menguji keberartiannya, dengan langkah – langkah pertama yaitu

menentukan hipotesis uji.

Digunakan uji statistik

t =

dimana i = 1,2,.....,k

k = banyaknya variabel penyebab dalam sub struktur

t = berdistrubusi t-student dengan derajat bebas ( n – k – 1 )

Tolak jika t hitung >

3.7. Analisis Manfaat dan Biaya

Page 60: Tesis Fahmi PSMIL

Analisa manfaat dan biaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net

Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), dan Payback Periode (PBP).

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan kalkulator dan aplikasi Microsoft

Excel 2007. Untuk mengelompokkan dan mempermudah analisis, data disajikan

dalam bentuk tabulasi. Pengolahan data yang dilakukan menghasilkan arus kas tunai

yang kemudian dilakukan analisis kelayakan investasi.

1. Metode Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value)

Rumus perhitungan NPV adalah sebagai berikut :

NPV = ∑ Bt - ∑

Ct

(1+r)t (1+r)

t

Keterangan :

NPV = nilai bersih sekarang r = tingkat diskonto

C = Biaya t = waktu

B = Manfaat

Berdasarkan nilai NPV, terdapat tiga kelayakan investasi, yaitu :

a. NPV > 0, maka usaha layak untuk dilaksanakan

b. NPV = 0, manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang

dikeluarkan.

c. NPV < 0, maka usaha tidak layak untuk dijalankan

2. Kriteria Rasio Manfaat Terhadap Biaya (B/C Ratio)

Page 61: Tesis Fahmi PSMIL

Rumus yang digunakan adalah :

B/C Ratio = Total manfaat

Total biaya

Apabila (B/C) › 1 maka proyek atau kegiatan dinyatakan layak.

3. Kriteria Masa Pengembalian Investasi (Payback Periode)

Rumus yang digunakan adalah :

PBP = Nilai Investasi Awal

Keuntungan per Tahun

Page 62: Tesis Fahmi PSMIL

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kelurahan IX Korong

Lokasi penelitian berada di Kelurahan IX Korong yang termasuk kedalam

wilayah Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok. Kelurahan IX Korong berada di

lokasi yang cukup strategis, karena dilalui oleh jalan lintas Sumatera dan

merupakan pusat pemerintahan Kota Solok.

Kel. IX Korong

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Solok

Sumber : Bappeda Kota Solok

Page 63: Tesis Fahmi PSMIL

Kelurahan IX Korong Kecamatan Lubuk Sikarah mempunyai batas wilayah

administratif sebagai berikut :

Bagian Utara berbatasan dengan Kelurahan Sinapa Piliang dan Kelurahan Tanah

Garam Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok.

Bagian Barat berbatasan dengan Nagari Selayo Kecamatan Kubung Kabupaten

Solok.

Bagian Timur berbatasan dengan Kelurahan Aro IV Korong Kecamatan Lubuk

Sikarah Kota Solok.

Bagian Selatan berbatasan dengan Kelurahan KTK Kecamatan Lubuk Sikarah

Kota Solok.

Secara topografi Kelurahan IX Korong terletak pada ketinggian tanah ± 100

meter di atas permukaan laut. Temperatur berkisar 28,9ºC - 26,1ºC dengan curah

hujan rata-rata 2211,70 mm (Profil Kelurahan IX Korong, 2009). Kelurahan IX

Korong memiliki luas 293,65 ha dengan berbagai penggunaan lahan seperti Tabel

berikut :

Tabel 4.1. Luas Penggunaan Lahan di Kelurahan IX Korong.

Keterangan Luas daerah

Luas pemukiman 1,5 ha

Luas kuburan 0,30 ha

Luas lahan pertanian 291,00 ha

Luas taman 0,13 ha

Perkantoran 0,65 ha

Luas prasarana umum lainnya 0,07 ha

Total Luas Kelurahan 293,65 ha

Page 64: Tesis Fahmi PSMIL

Jumlah Penduduk Kelurahan IX Korong Kota Solok berdasarkan

regristrasi penduduk akhir tahun 2009 sebesar 1.665 jiwa dengan 431 KK.

Sebanyak 11,11% penduduknya berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil

(PNS)/TNI, bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 11,47%, petani sebanyak

10,03%, wiraswasta sebanyak 8,40%, sopir sebanyak 1,38% pedagang sebanyak

5,17%, dan lain-lain (termasuk ibu rumah tangga, pelajar, mahasiswa, tidak

bekerja) sebanyak 47,61%. (Profil Kelurahan IX Korong, 2009).

4.1.2 Pengelolaan Sampah Kelurahan IX Korong

Pengelolaan persampahan di Kelurahan IX Korong dilaksanakan oleh Dinas

Kebersihan dan Tata Ruang (DKTR) Kota Solok. Proses pengelolaan sampah yang

dilakukan adalah meliputi kegiatan pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan

pengolahan. Masyarakat mengumpulkan sampah rumah tangga masing-masing

dengan menggunakan wadah antara lain : karung, keranjang, dan tong plastik/kaleng.

Wadah-wadah individual ini ditempatkan di depan rumah masing-masing atau

dikumpulkan dan digantung di tempat pengumpulan sementara berupa tiang-tiang

yang terletak dipinggir jalan.

Page 65: Tesis Fahmi PSMIL

Gambar 4.2. Tiang Gantungan Sampah

Gambar 4.3. Pewadahan Sampah dengan Pemisahan

Pewadahan sampah yang dilakukan belum disertai dengan proses pemilahan

oleh semua warga masyarakat, hanya sebagian kecil saja yang melakukan pemilahan

sampah organik dan anorganik., sehingga sampah organik masih tercampur dengan

sampah anorganik. Untuk mendukung kegiatan pemilahan sampah sejak dari

sumbernya, Pemerintah Daerah telah menyediakan sebanyak 5 buah tong sampah

terpisah untuk sampah organik dan anorganik yang diletakkan di tempat strategis

pinggir jalan, akan tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.

Berdasarkan data primer yang didapat di lapangan, di samping dikumpulkan

dan di diangkut oleh petugas kebersihan, juga ditemukan masyarakat yang membuang

sampah ke lahan kosong, dibuang ke sungai dan di bakar. Data tentang cara

responden mengelola sampah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Page 66: Tesis Fahmi PSMIL

Tabel 4.2. Cara Responden Mengelola Sampah

Cara Mengelola Sampah Frekuensi Persentase

Dibuang ke sungai 4 5%

Dibakar 1 1%

Diangkut oleh petugas kebersihan 48 61%

Dibuang ke sungai, dibakar dan diangkut oleh

petugas kebersihan 5 6%

Dibuang ke tanah kosong, dibakar dan diangkut oleh

petugas kebersihan 10 13%

Dibakar dan diangkut oleh petugas kebersihan 11 10%

79 100%

Gambar 4.4. Pembakaran Sampah oleh Masyarakat

Sampah yang telah dikumpulkan oleh masyarakat kemudian diangkut oleh

petugas kebersihan setiap 1 (satu) sampai 2 (dua) kali sehari, pada pagi hari mulai

pukul 05.30 WIB. Sampah yang telah dikumpulkan langsung di bawa ke Tempat

Pembuangan Akhir yang berjarak ± 7 km dari Kelurahan IX Korong.

Page 67: Tesis Fahmi PSMIL

Gambar 4.5. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah oleh Petugas Kebersihan

Di Kelurahan IX Korong juga terdapat kegiatan pengolahan sampah organik

menjadi kompos. Kegiatan ini telah berlangsung sejak tahun 2008 dan dikelola oleh

kelompok tani. Kegiatan pengolahan sampah organik menjadi kompos ini

menggunakan sistem open widrow dimana proses pengomposan dilakukan dengan

menumpuk bahan baku/materi sampah secara tradisional.

Kegiatan pengomposan skala pemukiman tersebut menggunakan sampah

domestik sebagai bahan baku utama prosesnya. Sampah rumah tangga tersebut

umumnya mengandung komponen organik yang besar. Sampah domestik yang

digunakan untuk kegiatan pengomposan sampah organik adalah sampah organik yang

telah dilakukan pemilahan oleh masyarakat sehingga pengelola tidak perlu melakukan

pemilahan sampah di lokasi pengomposan. Pada saat sekarang terdapat 28 KK

(22,6%) masyarakat Keluarahan IX Korong yang telah melakukan kegiatan

Page 68: Tesis Fahmi PSMIL

pemilahan sampah organik dan anorganik. Di samping dari sampah domestik, bahan

baku kegiatan pengomposan juga berasal dari sampah pekarangan dan sampah

pertanian seperti jerami padi yang banyak terdapat di Kelurahan IX Korong.

Sampah organik dan anorganik yang telah dipilah oleh masyarakat

ditempatkan pada wadah yang berbeda. Sampah organik dikumpulkan dan diangkut

setiap pagi hari oleh petugas pengomposan dengan menggunakan gerobak motor.

Sedangkan sampah anorganik diangkut oleh petugas kebersihan dari Dinas

Kebersihan dan Tata Ruang Kota Solok untuk selanjutnya diangkut dan dibuang ke

TPA.

Sampah organik yang telah dikumpulkan oleh pengelola pengomposan

kemudian dicacah dengan menggunakan mesin pencacah yang berkapasitas 200

kg/jam. Sampah yang telah dicacah selanjutnya didekomposisi dengan bantuan EM4

dan/atau kotoran sapi dengan cara menumpuk materi sampah secara dengan tinggi

tumpukan maksimal 1 m. Tumpukan sampah dipantau dan dibalikkan secara teratur

setiap 1 minggu sekali. Pemantauan dilakukan untuk menjaga kondisi ideal.

Parameter yang dipantau adalah kadar air dan suhu. Pembalikkan materi sampah

dilakukan untuk menjaga agar proses aerasi berlangsung baik. Waktu yang diperlukan

sampai kompos menjadi matang adalah selama 4 – 6 minggu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola, diketahui bahwa efektifitas

pengomposan (kompos yang dihasilkan dibanding dengan potensi bahan baku) adalah

25%, artinya setiap 1 kg sampah organik akan menghasilkan 0,25 kg kompos. Pada

saat sekarang, kegiatan pengomposan skala kawasan pemukiman di Kelurahan IX

Page 69: Tesis Fahmi PSMIL

Korong dapat memproduksi kompos rata-rata 3 ton/bulan dari bahan baku sampah

organik sebanyak 12 ton. Kompos yang dihasilkan dipasarkan langsung ke

masyarakat, anggota kelompok tani dan juga dibeli oleh Pemerintah Daerah Kota

Solok dengan harga jual Rp. 800/kg.

4.1.3. Gambaran Karakteristik Responden

Tabel 4.3 berikut ini menggambarkan karakteristik masyarakat yang menjadi

responden dalam penelitian ini.

Tabel 4.3. Karakteristik Responden

NO. KARAKTERISITIK JUMLAH (%)

1. Pendidikan Tidak Sekolah 1 1

SD 22 28

SLTP 12 15

SLTA 28 35

Perguruan Tinggi 16 20

2. Pendapatan < 600.000 15 19

600.000 – 2.000.000 51 65

>2.000.000 13 16

3. Pekerjaan Wiraswasta 17 22

PNS/TNI/POLRI 11 14

Peg. Swasta 13 16

Pensiunan 2 3

Petani 9 11

Ibu Rumah Tangga 27 34

4. Lama Tinggal >5 tahun 18 23

Page 70: Tesis Fahmi PSMIL

5 s.d 10 tahun 15 19

11 s.d 15 tahun 4 5

16 – 20 tahun 6 8

> 20 tahun 42 46

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasar pada Tabel 4.3 diketahui bahwa tingkat pendidikan responden

sebagian besar (50%) merupakan lulusan pendidikan menengah (SLTP/SLTA).

Responden dengan tingkat pendidikan tersebut dirasakan cukup memiliki

pengetahuan yang berhubungan dengan pengelolaan sampah. Seperti yang

dikemukakan oleh Walgito (1999) dan Notoatmodjo (2003) bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka tingkat pengetahuannya juga akan semakin baik karena

semakin banyak materi yang diserap dan pendidikan yang tinggi akan menambah

wawasan seseorang.

Berdasarkan tabel di atas juga diketahui bahwa sebanyak 34% responden

merupakan ibu rumah tangga dan 81% responden mempunyai pendapatan lebih dari

Rp 600.000,- setiap bulannya yang berarti tidak termasuk keluarga miskin

berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh BPS. Sebagian besar (54%) responden

telah tinggal selama >15 tahun di Kelurahan IX Korong. Kondisi sosial ekonomi

seperti ini akan berpengaruh terhadap pengetahuan dan kepedulian responden tentang

kondisi lingkungannya. Masyarakat dengan pendapatan yang lebih baik lebih

berpeluang untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak sehingga mereka

Page 71: Tesis Fahmi PSMIL

mempunyai pengetahuan yang lebih baik tentang lingkungannya, seperti yang

dikemukakan oleh Rogers dalam Sarwono (1993) bahwa golongan yang paling cepat

menerima informasi baru adalah golongan pelopor yang bianya terdiri dari kelompok

yang terpelajar, berpikir maju, penghasilan lebih baik, sehingga keinginan untuk

mencari informasi lebih tinggi.

4.2. Hasil dan Pembahasan

4.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan responden tentang prinsip 3R diukur berdasarkan pengetahuan

yang dimilikinya tentang prinsip 3R dan manfaatnya dalam pelaksanaan pengelolaan

sampah. Salah satu prinsip pengelolaan sampah dengan prinsip 3R adalah

mengurangi jumlah produksi sampah (reduce). Beberapa upaya yang dapat dilakukan

untuk mengurangi jumlah timbulan sampah adalah dengan mengurangi pemakaian

kantong plastik saat berbelanja ke pasar. Sebanyak 97% responden mengetahui

bahwa dengan mengurangi pemakaian kantong plastik dengan membawa

keranjang/kantong belanja sendiri ke pasar dapat membantu mengurangi jumlah

timbulan sampah.

Prinsip yang kedua adalah reuse, yaitu menggunakan kembali barang/benda

untuk keperluan/manfaat lain seperti botol, kaleng dan ban untuk keperluan/manfaat

lain sehingga dapat mengurangi jumlah produksi sampah. Pengetahuan masyarakat

tentang hal ini juga sudah baik, dimana sebanyak 81% mengetahui bahwa dengan

Page 72: Tesis Fahmi PSMIL

menggunakan kembali botol/kaleng untuk keperluan/manfaat lain dapat mengurangi

jumlah timbulan sampah.

Pemilahan sampah organik dan anorganik merupakan salah satu kegiatan

penting dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R. Dengan melakukan pemilahan

sampah dapat mengurangi dampak negatif sampah dan memudahkan proses daur

ulang sampah. Sebagian besar responden (81%) mengetahui tentang pentingnya

manfaat pemilahan sampah organik dan anorganik. Menurut mereka, dengan

melakukan pemilahan sampah maka dapat mempermudah proses daur ulang sampah

terutama proses pengomposan sampah organik. Tetapi hanya sebagian kecil dari

responden (35%) yang mengetahui tentang cara pengomposan sampah organik. Hal

ini disebabkan oleh karena sebagian masyarakat beranggapan bahwa kegiatan

pengomposan sampah organik di rumah tangga merupakan kegiatan yang agak sulit

dilakukan, merepotkan dan memakan waktu. Kondisi ini juga karena di Kelurahan IX

Korong terdapat kegiatan pengolahan sampah organik skala kawasan pemukiman

sehingga menyebabkan masyarakat kurang berminat untuk mengetahui cara

pengomposan sampah organik.

4.2.2 Sikap

Sikap responden tentang prinsip 3R diukur berdasarkan sikap yang

dimilikinya tentang prinsip 3R dalam pengelolaan sampah. Sebagian besar (63,3%)

responden setuju bahwa pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab pemerintah,

swasta dan masyarakat. Oleh karena itu mereka juga setuju bahwa mengurangi

Page 73: Tesis Fahmi PSMIL

produksi sampah dengan menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah

merupakan salah satu cara untuk mengurangi dampak negatif pengelolaan sampah

secara konvensional bagi kesehatan dan lingkungan.

Prinsip pertama dalam pegelolaan sampah 3R adalah reduce atau mengurangi

jumlah produksi sampah. Pelaksanaan reduce dalam kehidupan sehari-hari adalah

dengan mengurangi pemakaian kantong plastik dengan membawa keranjang belanja

sendiri ketika berbelanja ke pasar. Ketika ditanyakan kepada responden bagaimana

sikap mereka tentang hal tersebut, sebagian besar responden (60,7%) setuju bahwa

membawa keranjang belanja sendiri ketika belanja ke pasar dapat mengurangi jumlah

produksi sampah dan hal tersebut bukanlah sesuatu hal yang merepotkan.

Prinsip yang kedua adalah reuse, yaitu dengan menggunakan kembali barang-

barang yang masih dapat digunakan. Konsep reuse ini dapat menghemat pemakaian

energi dan sumberdaya yang digunakan untuk membuat produk baru (Kastaman,

2007). Sebagian besar responden (82,27%) juga menyetujui bahwa dengan

menggunakan kembali barang-barang yang masih bisa digunakan untuk keperluan

lain dapat mengurangi jumlah produksi sampah.

Prinsip ketiga yaitu recycle atau mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang

baru. Salah satu kegiatan daur ulang yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah

kegiatan pengomposan sampah organik. Kondisi ini didukung oleh potensi sampah

organik di Kota Solok yang melebihi 80%. Untuk memudahkan kegiatan daur ulang

sampah maka harus dilakukan pemilahan sampah pada saat proses pewadahan

Page 74: Tesis Fahmi PSMIL

sampah. Sebagian besar responden (62%) setuju bahwa kegiatan pemilahan sampah

dapat mengurangi dampak negatif sampah dan memudahkan dalam proses daur ulang

sampah.

Penerapan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah selain memberikan manfaat

bagi kesehatan lingkungan dan masyarakat, juga memberikan manfaat ekonomi bagi

masyarakat. Namun hal ini kurang mendapat respon positif dari masyarakat, dimana

hanya sebagian (25,32%) dari responden yang menyetujui bahwa penerapan prinsip

3R dalam pengelolaan sampah dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.

Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak merasa mendapatkan keuntungan

langsung secara ekonomi dari hal tersebut. Namun walaupun tidak mendapat manfaat

ekonomi secara langsung, sebanyak 65% responden menyetujui bahwa pengelolaan

sampah dengan prinsip 3R memberikan manfaat dari segi kesehatan lingkungan dan

masyarakat.

Secara keseluruhan, sikap masyarakat tentang prinsip 3R dalam pengelolaan

sampah rumah tangga dapat dikategorikan baik. Hal ini dapat dilihat dari tanggapan

mereka mengenai ketiga prinsip tersebut. Sikap masyarakat yang baik tersebut

merupakan modal awal bagi pemerintah untuk mengembangkan dan mendorong agar

masyarakat mau menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah rumah tangga

mereka.

4.2.3. Komunikasi

Page 75: Tesis Fahmi PSMIL

Unsur komunikasi yang diukur diukur adalah komunikasi yang terjadi sejak

awal dicanangkannya prinsip 3R dalam pengelolaan sampah di Kota Solok yaitu

sejak tahun 2008. Pada tahun 2008, Pemerintah Daerah melelui Dinas Kebersihan

dan Tata Ruang Kota Solok telah melakukan sosialisasi tentang prinsip 3R dalam

pengelolaan sampah. Hasil survey menunjukkan 45,45% responden mengetahui

adanya sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah, dan hanya 24,5% yang

mengatakan bahwa sosialisasi dilakukan secara berkala / lebih dari 1 (satu) kali.

Informasi yang disampaikan oleh pemerintah daerah cukup mudah

dimengerti/dipahami karena komunikator juga memberikan contoh/praktek dalam

penyampaian informasi tersebut. Informasi tentang prinsip 3R dalam pengelolaan

sampah juga didapat responden dari televisi dan brosur yang dibagikan oleh

Pemerintah Daerah serta instansi / lembaga lain seperti Tim Penggerak PKK Kota

Solok dan HKTI.

4.2.4. Peran Tokoh Masyarakat

Peran tokoh masyarakat diukur berdasarkan peran mereka dalam memberikan

informasi, motivasi dan berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah dengan

prinsip 3R. Berdasarkan hasil survey sebanyak 67% responden setuju bahwa tokoh

masyarakat ikut memberikan informasi tentang pengelolaan sampah dengan prinsip

3R, sedangkan 44% responden mengatakan bahwa tokoh masyarakat selain

memberikan informasi juga memberikan motivasi kepada masyarakat untuk

melakukan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R.

Page 76: Tesis Fahmi PSMIL

Informasi mengenai prinsip 3R dalam pengelolaan sampah disampaikan oleh

tokoh masyarakat melalui pertemuan-pertemuan informal. Dalam budaya suku

minangkabau di Sumatera Barat, ninik mamak, bundo kanduang, cadiak pandai dan

alim ulama mempunyai kewajiban untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada

anak kemenakan mereka. Sejak diberlakukannya Peraturan Daerah No. 9 tahun 1999

tentang Pemerintahan Nagari, maka selain berperan dalam kegiatan adat istiadat,

peran tokoh masyarakat ini juga lebih dikuatkan dan dilibatkan dalam kegiatan

kemasyarakatan dan pemerintahan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh pemerintah untuk

mendukung kegiatan pembangunan di Kota Solok.

Disamping itu, untuk memberikan motivasi kepada masyarakat, tokoh

masyarakat juga ikut mempraktekkan dan berpartisipasi dalam hal tersebut. Apabila

tokoh masyarakat telah menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah mereka,

maka hal ini mpraakan mendorong masyarakat untuk turut mempraktekkannya dalm

kehidupan sehari-hari. Hal ini diakui oleh sebagian masyarakat, dimana sebanyak

43,2% masyarakat bersedia untuk menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah

rumah tangga mereka, 48% mengatakan ragu-ragu dan hanya 8,8% menyatakan tidak

setuju menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah mereka walaupun tokoh

masyarakat juga menerapkan hal yang sama.

4.2.5. Perilaku/Tindakan Masyarakat

Tindakan tentang prinsip 3R diukur berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh

responden berkaitan dengan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R. Sebagian besar

Page 77: Tesis Fahmi PSMIL

responden belum menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah rumah tangga

terutama melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik serta melakukan

kegiatan daur ulang. Kegiatan yang berkaitan dengan prinsip 3R yang sudah

dilakukan responden yaitu membawa keranjang/kantong belanja sendiri ketika

berbelanja ke pasar serta menggunakan kembali botol/kaleng untuk keperluan lain.

Seperti telah dibahas sebelumnya, bahwa sikap masyarakat tentang membawa

keranjang belanja sendiri ketika berbelanja ke pasar dapat mengurangi jumlah

produksi sampah. Sikap yang baik tersebut sudah diikuti dengan tindakan yang nyata.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat diketahui bahwa sebagian besar

dari mereka (63%) telah melakukan hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Begitu

juga halnya dalam memanfaatkan barang-barang yang bisa dimanfaatkan kembali

untuk keperluan lain. Sebanyak 44,3% masyarakat telah memanfaatkan botol/kaleng

dan ban bekas sebagai wadah/tempat dengan manfaat lain seperti dijdikan tempat/pot

bunga.

Agar pelaksanaan prinsip 3R dapat terlaksana dengan baik perlu didahului

dengan kegiatan pemilahan. Thcobanoglous, et al,. (1993) mengatakan bahwa proses

pemilahan sampah sebenarnya merupakan cara yang efektif untuk membantu

meningkatkan kinerja fasilititas dalam suatu pengelolaan sampah. Sampah yang

dibuang secara terpisah akan memudahkan masyarakat untuk melakukan kegiatan

daur ulang atupun pemanfaatan ulang sampah. Selain itu juga akan memudahkan

pemulung untuk mencari barang yang masih bisa dijual.

Page 78: Tesis Fahmi PSMIL

Memisahkan sampah organik dan anorganik saat membuang sampah telah

dilakukan oleh sebagian masyarakat. Walaupun sikap masyarakat terhadap hal ini

cukup baik, namun baru 22,6% responden yang telah melakukan pemisahan sampah

organik dan anorganik dalam pengelolaan sampah rumah tangga mereka. Kondisi ini

terjadi karena masyarakat merasa keberatan jika harus menyediakan tempat sampah

lebih dari satu di rumahnya. Selain itu, sibuk dengan urusan rumah tangga dan

ketidakpraktisan juga menjadi alasan keberatan masyarakat untuk melakukan

pemilahan sampah, sehingga mereka membuang sampah organik dan aorganik secara

bersama-sama untuk selanjutnya diangkut oleh petugas kebersihan.

Masih sedikitnya masyarakat yang melakukan pemilahan sampah tentunya

akan menghambat program pengomposan sampah organik pemerintah di Kelurahan

IX Korong. Oleh karena itu perlu usaha yang lebih keras dari pemerintah daerah

untuk terus mendorong masyarakat melakukan kegiatan pemilahan sampah dengan

memanfatkan semua sumberdaya yang ada dan mengajak pihak/lembaga lain yang

konsen terhadap masalah sampah dan pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan pengomposan sampah organik di rumah tangga juga masih jarang

dilakukan oleh masyarakat. Hanya sebanyak 1 orang (1,26%) responden yang rutin

melakukan kegiatan pengomposan sampah organik di rumahnya, 17,72%

pernah/jarang melakukan pengomposan, dan sisanya tidak pernah melakukan

kegiatan pengomposan sampah organik. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan

responden tentang tata cara pengomposan juga masih rendah, dimana hanya 35%

responden yang mengtahui tentang tata cara pengomposan sampah organik.

Page 79: Tesis Fahmi PSMIL

4.2.6. Pengaruh Simultan Faktor Pengetahuan, Sikap, Komunikasi dan Peran

Tokoh Masyarakat terhadap Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan

sampah dengan Prinsip 3R

Hasil perhitungan path analisis (analisis jalur) variabel pengetahuan (X1), sikap

(X2), komunikasi (X3) dan peran tokoh masyarakat (X4) terhadap perilaku masyarakat

dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (Y) serta pengaruh faktor lain yang

tidak diteliti (ε) dapat dilihat pada Gambar 4.6.

X1 ε

r = 0.611

Pyx1 = 0.1754

P = 0.2452

r = 0.528 X2 Pyx2 = 0.1341

r = 0.368

r = 0.555

Y

R2 = 0.7548

r = 0.328 X3 Pyx3 = 0.3444

r = 0.552

Pyx4 = 0.1009

X4

Gambar 4.6 Analisis hubungan kausal antar variabel X dan Y serta faktor lain

yang tidak diteliti (ε).

Page 80: Tesis Fahmi PSMIL

Keterangan :

X1 = Pengetahuan

X2 = Sikap

X3 = Komunikasi

X4 = Peran Tokoh Masyarakat

Y = Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R

Ɛ = Faktor lain yang tidak diteliti

Berdasarkan hasil analisis pada Gambar 4.6 di atas dapat pula ditentukan

kontribusi masing-masing variabel X terhadap Y dengan rumus :

Pengaruh langsung X1 terhadap Y = PYXI . PYXI

Pengaruh tidak langsung variabel X1 terhadap Y melalui X2 = PYXI . rX2XI . PYX2

Pengaruh tidak langsung variabel X1 terhadap Y melalui X3 = PYXI . rX3XI . PYX3

Pengaruh tidak langsung variabel X1 terhadap Y melalui X4 = PYXI . rX4XI . PYX4

Pengaruh total X1 terhadap Y = pengaruh langsung + tidak langsung

Rumus yang sama juga diberlakukan terhadap variabel X2, X3 dan X4 untuk

mengetahui pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari masing-masing

variabel tersebut sehingga didapatkan hasil sebagaimana disajikan pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Kontribusi variabel X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y

Variabel Bebas Koefisien Determinasi Faktor Luar (Ɛ)

Page 81: Tesis Fahmi PSMIL

(R2)

Pengetahuan (X1)

75,48% 24,52% Sikap (X2)

Komunikasi (X3)

Peran Tokoh Masyarakat (X4)

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pengaruh bersama pengetahuan (X1), sikap

(X2), komunikasi (X3) dan peran tokoh masyarakat (X4) terhadap perilaku masyarakat

dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (Y) adalah sebesar 75,48%, sedangkan

pengaruh faktor lain yang tidak diteliti adalah sebesar 24,52%. Adapun

faktor/variabel lain yang ikut mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pengelolaan

sampah dengan prinsip 3R adalah faktor karakterisitik orang yang bersangkutan yang

bersifat bawaan (misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin) dan

faktor lingkungan (ekonomi, politik) (Notoatmojdo, 2007).

Setelah diketahui besarnya pengaruh variabel bebas mempengaruhi variabel

terikat secara simultan seperti pada Tabel 4.4, selanjutnya dilakukan uji kecocokan

model secara simultan (bersama-sama), dengan menguji hipotesis terhadap pasangan

hipotesis nol dan alternatifnya (uji F). Adapun hipotesis yang dirumuskan sebagai

berikut :

Page 82: Tesis Fahmi PSMIL

H0 yx Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R

tidak dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, komunikasi dan peran

tokoh masyarakat.

H1 yx Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R

dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, komunikasi dan peran tokoh

masyarakat.

Kriteria Uji : Tolak H0 jika Fhitung tabel

Berdasarkan uji simultan (keseluruhan) terhadap variabel X mengikuti

distribusi F-Snodecor dengan α = 5 %, dengan formulasi sebagai berikut :

n

i

YXYXi

n

i

YXYXi

rPk

rPkn

F

1

1

1

1

1

)1(

dimana :

n = Jumlah responden

k = Jumlah variabel bebas

maka,

7548,014

7548,0)1479(

xF = 56,95 sedangkan F-tabel = 2,338

Page 83: Tesis Fahmi PSMIL

Dari hasil tersebut diketahui bahwa F-hitung > F-tabel (56,95 > 2,338) sehingga

sesuai dengan kriteria uji simultan, maka H0 ditolak, artinya variabel bebas secara

bersama-sama mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah

dengan prinsip 3R. Selanjutnya total pengaruh langsung dan tidak langsung variabel

X1, X2, X3 dan X4 dan variabel lain terhadap variabel Y serta persentasenya dapat

dilihat pada Tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5. Pengaruh langsung dan tidak langsung variabel bebas terhadap variabel

terikat

Variabe

l

Bebas

Koefisien

Jalur

Pengaruh

Langsung

Pengaruh tidak langsung (melalui)

% Total

(%)

X1 X2 X3 X4

X1 0,258 6,68 - 3,20 6,00 1,66 17,54

X2 0,203 4,11 3,20 - 4,94 1,16 13,41

X3 0,439 19,28 6,00 4,94 - 4,22 34,44

X4 0,174 3,04 1,66 1,16 4,22 - 10,09

Total Pengaruh 75,48

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keempat variabel bebas penelitian

saling mendukung dan memberikan pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam

pengelolaan sampah dengan prinsip 3R. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa

variabel yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perilaku masyarakat dalam

Page 84: Tesis Fahmi PSMIL

pengelolaan sampah dengan prinsip 3R adalah variabel komunikasi yaitu sebesar

34,44%. Secara langsung variabel ini berpengaruh sebesar 19,28% dan berpengaruh

tidak langsung melalui vaiabel pengetahun (X1), variabel sikap (X2), dan variabel

peran tokoh masyarakat (X4) sebesar 15,16%.

Faktor komunikasi merupakan bagian penting dalam proses perubahan

perilaku seseorang. Dengan komunikasi seseorang dapat menyampaikan informasi,

ide ataupun pemikiran, pengetahuan, konsep dan lain-lain kepada orang lain secara

timbal balik. Komunikasi dapat menyadarkan masyarakat apabila disampaikan secara

jelas, tepat, adanya komunikator yang handal, media yang tepat, komunikan/sasaran

yang tepat dan mendapat respon yang positif dari masyarakat.

Seseorang komunikator yang handal mempunyai kemampuan untuk

melakukan perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku apabila di dalam dirinya

terdapat faktor-faktor kredibilitas dan attractiveness. Rogers (1983) mengatakan

kredibilitas adalah tingkat di mana komunikator dipersepsi sebagai suatu kepercayaan

dan kemampuan oleh penerima. Hovland (dalam Krech, 1982) dalam penelitiannya

mengatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh komunikator yang tingkat

kredibilitasnya tinggi akan lebih benyak memberi pengaruh kepada perubahan sikap

dalam penerimaan pesan daripada jika disampaikan oleh komunikator yang tingkat

kredibilitasnya rendah. Rakhmat (1989) mengatakan dalam berkomunikasi yang

berpengaruh terhadap komunikan bukan hanya apa yang disampaikan, tetapi juga

keadaan komunikator secara keseluruhan. Jadi ketika suatu pesan disampaikan,

Page 85: Tesis Fahmi PSMIL

komunikan tidak hanya mendengarkan apa yang dikatakan tetapi ia juga

memperhatikan siapa yang mengatakan.

Berkaitan dengan siapa yang mengatakan, komunikan akan lebih mudah

menerima informasi yang disampaikan apabila komunikator adalah orang yang

dipercayai, misalnya tokoh masyarakat. Di Sumatera Barat, tokoh masyarakat

mempunyai peranan yang cukup penting kehidupan sosial mayarakat. Tokoh

masyarakat di Sumatera Barat terdiri dari tokoh adat (ninik mamak), tokoh agama

(Alim Ulama) dan ilmuwan Cadiak Pandai. Ketiga tokoh ini dikenal dengan istilah

“Tungku Tigo Sajarangan, Tali Tigo Sapilin“ . Disamping itu juga terdapat tokoh

perempuan yang dikenal dengan istilah Bundo Kanduang. Ninik mamak adalah

penghulu adat di dalam kaumnya atau seorang laki-laki dari suatu kaum telah

dituakan dan jadi “tampek baiyo dan bamolah” (bermusyawarah). Alim ulama adalah

orang yang memiliki ilmu agama yang akan membimbing masyarakat mengenai

agama. Cadiak pandai adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan dapat

menyelesaikan masalah dengan cerdik serta menguasai undang-undang, sehingga

sebagai tempat bertanya bagi masyarakat dan pendamping bagi Niniak mamak dan

Alim ulama.

Tokoh masyarakat tersebut mempunyai peran untuk memberikan bimbingan,

arahan dan pengawasan kepada anggota masyarakat (anak kemenakan) mereka. Hal

ini sesuai dengan pepatah minangkabau yang berbunyi :

Page 86: Tesis Fahmi PSMIL

Kusuik akan manyalasaikan

Karuah akan manjaniahkan

Mambalah taampuluo

Manimbang samo barek

Bakato bana bajalan luruih

Biang nan akan manabuakkan

Gantiang akan mamutuihkan

Kato putuih hokum bajalan

Kaluak paku kacang balimbiang

Tampuruang lenggang lenggokkan

Anak dipangku kamanakan dibimbiang

Urang kampuang dipatenggangkan

Dari pepatah diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan tokoh masyarakat di

Sumatera Barat sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial dan pelaksanaan kontrol

sosial di masyarakat. Tidak salah kalau ketimpangan dan langkah sumbang anak

kemenakan dialamatkan pada “ketidakawasan” (awareless)ninik mamak.

Ninik Mamak adalah salah satu unsur tepenting dalam pengambilan kebijakan

pembangunan masyarakat Minangkabau. Dengan demikian segala perubahan yang

terjadi berada di bawah kendali ninik mamak. Dengan posisi dan perannya yang

sangat strategis ini ninik mamak bisa menjadi pilar yang kokoh dalam membangun

masyarakat Minangkabau termasuk menyampaikan informasi yang mendukung

kegiatan pembangunan.

Dari uraian diatas terlihat bahwa tokoh masyarakat di masyarakat mempunyai

peran penting dalam mensukseskan pembangunan. Salah satu peran yang dimainkan

oleh tokoh masyarakat di sumatera barat adalah berperan sebagai komunikator dalam

menyampaikan program pembangunan dan informasi/ide baru termasuk informasi

Page 87: Tesis Fahmi PSMIL

tentang pengelolaan sampah dengan prinsip 3R. Dengan kedudukannya sebagai tokoh

masyarakat maka informasi yang disampaikan akan lebih mudah diterima oleh

masyarakat.

Dengan adanya pengetahuan yang baik tentang prinsip 3R dalam pengelolaan

sampah ditambah dengan dorongan dari tokoh masyarakat maka akan mendorong

masyarakat untuk bersikap lebih baik terhadap pengelolaan sampah dengan prinsip

3R. Sikap yang baik dari masyarakat dan adanya kontrol serta pengawasan dari tokoh

masyarakat akan mendorong masyarakat untuk menerapkan prinsip 3R dalam

pengelolaan sampah rumah tangga mereka. Selain itu adanya tokoh masyarakat yang

berpartisipasi dan menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah akan

memberikan motivasi tersendiri bagi masyarakat untuk ikut menerapkan prinsip 3R

dalam pengelolaan sampah mereka.

4.2.7. Pengaruh Parsial Pengetahuan terhadap Perilaku Masyarakat dalam

Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R

Untuk mengetahui pengaruh parsial variabel pengetahuan terhadap perilaku

masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R, dilakukan uji parsial

(individu) terhadap variabel pengetahuan (X1) dengan membandingkan nilai t-hitung

terhadap t-tabel sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4.6 berikut.

Page 88: Tesis Fahmi PSMIL

Tabel 4.6 Pengujian Parsial Variabel Pengetahuan terhadap Perilaku Masyarakat

dalam Penglolaan Sampah dengan Prinsip 3R

Variabel t hitung t tabel Hasil Kesimpulan

Pengetahuan 3,383 1,99 t hitung > t tabel

Pengetahuan masyarakat

berpengaruh signifikan terhadap

perilaku masyarakat dalam

pengelolaan sampah dengan prinsip

3R

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur pada Tabel 4.6, diketahui bahwa

pengaruh pengetahuan terhadap perilaku massyarakat dalam pengelolaan sampah

dengan prinsip 3R adalah sebesar 17,54 %. Pengaruh tersebut meliputi pengaruh

langsung sebesar 6,68 % dan pengaruh tidak langsung bersama-sama dengan variabel

sikap (X2), variabel komunikasi (X3), dan variabel peran tokoh masyarakat (X4)

sebesar 10,86%.

Tabel 4.7 Pengaruh Parsial Variabel Pengetahuan terhadap Perilaku Masyarakat

dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R

Pengaruh langsung dan tidak langsung

variabel X1 terhadap Y Kontribusi Persentase

Langsung PYXI . PYXI 0,0668 6,68 %

Melalui X2 PYXI . rX2XI . PYX2 0,0320 3,20 %

Melalui X3 PYXI . rX3XI . PYX3 0,0600 6,00 %

Melalui X4 PYXI.rX4XI .PYX4 0,0167 1,67 %

Total Pengaruh 0,1754 17,54 %

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa pengetahuan merupakan variabel yang

berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip

3R. Pengaruh tidak langsung variabel pengetahuan terhadap perilaku masyarakat

Page 89: Tesis Fahmi PSMIL

dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R terdiri dari 3,20 % melalui variabel

sikap (X2), 6,00 % melalui variabel komunikasi (X3) dan 1,67 % melalui variabel

peran tokoh masyarakat (X4). Hubungan korelasi yang positif mengindikasikan

bahwa jika terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah

dengan prinsip 3R, maka akan berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam

pengelolaan sampah dengan prinsip 3R. Hasil yang sama juga ditemukan dari

penelitian yang dilakukan oleh Husodo (2004) tentang Partisipasi Petani dalam

Kegiatan Eks DAFEP (Decentraized Agriculture and Forestry Extention

Project/Proyek Desentralisasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan) di Kabupaten

Bantul, bahwa pengetahuan petani berpengaruh terhadap perilaku partisipasi petani.

Rohadi (2009) dalam penelitiannya tentang perilaku preventif terhadap penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Pangkalan Bun juga mendapatkan bahwa ada

hubungan yang kuat (r=0,772) antara pengetahuan dengan perilaku preventif

masyarakat terhadap pennyakit DBD. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo

(2007), bahwa pengetahuan memegang peranan penting dalam pembentukan tindakan

seseorang. Faktor pengetahuan dapat berpengaruh sebagai motivasi awal seseorang

dalam berperilaku/bertindak.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan masyarakat

tentang pengelolaan sampah dengan prinsip 3R sebagian besar (65%) termasuk pada

kategori baik. Keadaan ini dapat dikaitkan dengan tingkat pendidikan responden yang

sebagian besar berpendidikan menengah (SMP/SMA). Hal ini sejalan dengan

Page 90: Tesis Fahmi PSMIL

pendapat Harihanto (2004), bahwa tingkat pendidikan memberikan pengaruh

langsung paling kuat terhadap perilaku masyarakat. Semakin tinggi jenjang

pendidikannya, semakin luas pengetahuan dan kesadarannya terhadap lingkungan.

4.2.8. Pengaruh Parsial Sikap terhadap Perilaku Masyarakat dalam

Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R

Untuk mengetahui pengaruh parsial variabel sikap terhadap perilaku

masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R, dilakukan uji parsial

(individu) terhadap variabel sikap (X2) dengan membandingkan nilai t-hitung terhadap

t-tabel sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Pengujian parsial Variabel Sikap terhadap Perilaku Masyarakat dalam

Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R

Variabel t hitung t tabel Hasil Kesimpulan

Sikap 2,615 1,99 t hitung > t tabel

Sikap masyarakat berpengaruh

signifikan terhadap perilaku

masyarakat dalam pengelolaan

sampah dengan prinsip 3R

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pengaruh sikap terhadap perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah

dengan prinsip 3R berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur dalam penelitian ini

adalah sebesar 13,41 %. Pengaruh tersebut meliputi pengaruh langsung sebesar

4,11% dan pengaruh tidak langsung sebesar 9,30 % sebagaimana dapat dilihat pada

Tabel 4.9.

Page 91: Tesis Fahmi PSMIL

Tabel 4.9. Pengaruh parsial variabel Sikap terhadap Perilaku Masyarakat dalam

Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R

Pengaruh langsung dan tidak langsung

variabel X2 terhadap Y Kontribusi Persentase

Langsung PYXI . PYXI 0,0411 4,11 %

Melalui X1 PYXI . rX2XI . PYX2 0,0320 3,20 %

Melalui X3 PYXI . rX3XI . PYX3 0,0494 4,94 %

Melalui X4 PYXI.rX4XI .PYX4 0,0116 1,16 %

Total Pengaruh 0,1341 13,41 %

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa sikap berpengaruh terhadap perilaku

masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R. Pengaruh tidak langsung

variabel sikap terhadap perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan

prinsip 3R terdiri dari 3,21 % melalui variabel pengetahuan (X1), 4,94% melalui

variabel komunikasi (X3) dan 1,16 % melalui variabel peran tokoh masyarakat (X4).

Hasil yang sama ditemukan oleh Rohadi (2009) yang menemukan bahwa ada

hubungan antara sikap dan tindakan preventif masyarakat dalam mengatasi masalah

penyakit DBD di Desa Pasir Panjang Kecamatan Arut Selatan Pangkalan Bun.

Penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2008) tentang perilaku masyarakat terhadap

vektor DBD di Propinsi Sumatera Selatan juga menemukan bahwa ada hubungan

yang kuat antara sikap dan perilaku masyarakat terhadap pencegahan DBD. Hal ini

didukung oleh pernyataan Walgito (2003) yang menyatakan bahwa sikap yang ada

pada seseorang akan memberikan pengaruh pada perilaku atau perbuatan orang yang

bersangkutan. Dengan mengetahui sikap seseorang, orang dapat menduga respon atau

perilaku orang yang bersangkutan terhadap suatu masalah. Green (1980) dalam

Page 92: Tesis Fahmi PSMIL

Notoatmojdo (2007) juga menyatakan bahwa sikap, tradisi dan pengetahuan

mempengaruhi tindakan seseorang.

Sikap yang baik akan memunculkan perilaku yang baik pula. Hal ini sesuai

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wrightsman dan Deaux (1981) yang

menyatakan bahwa adanya indikasi saling keterkaitan yang kuat antara sikap dan

tindakan/perilaku karena sikap seseorang terhadap sesuatu, biasanya akan ditunjukan

melalui responnya dalam bentuk tindakan. Hal ini didukung oleh teori tindakan

beralasan Ajzen dan Fishbein yang mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku

seseorang.

Sikap masyarakat terhadap program pengelolaan sampah dengan prinsip 3R di

Kelurahan IX Korong juga cukup baik. Sebanyak 56% responden memiliki sikap

dalam kategori sedang sampai dengan baik terhadap pengelolaan sampah dengan

prinsip 3R. Sikap masyarakat ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang mereka

miliki tentang prinsip 3R dalam pengelolaan sampah. Dimana dalam bahasan

sebelumnya juga diketahui bahwa tingkat pengetahuan sebagian masyarakat (65%)

tentang pengelolaan sampah dengan prinsip 3R juga cukup baik. Di samping itu

informasi yang didapatkan masyarakat, baik dari pemerintah, media masa dan tokoh

masyarakat juga turut mempengaruhi sikap masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang

disampaikan oleh Azwar (2009) bahwa diantara berbagai faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap adalah orang lain yang dianggap penting dan media massa.

Page 93: Tesis Fahmi PSMIL

4.2.9. Pengaruh Parsial Komunikasi terhadap Perilaku Masyarakat dalam

Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R

Untuk mengetahui pengaruh parsial variabel komunikasi terhadap perilaku

masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R, dilakukan uji parsial

(individu) terhadap variabel komunikasi (X3) dengan membandingkan nilai t-hitung

terhadap t-tabel sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4.10

Tabel 4.10. Pengujian Parsial Variabel Komunikasi terhadap Perilaku Masyarakat

dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R

Variabel t hitung t tabel Hasil Kesimpulan

Komunikasi 5,439 1,99 t hitung > t tabel

Komunikasi berpengaruh signifikan

terhadap perilaku masyarakat

dalam pengelolaan sampah dengan

prinsip 3R

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pengaruh komunikasi terhadap perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah

dengan prinsip 3R berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur dalam penelitian ini

adalah sebesar 31,76 %. Pengaruh tersebut meliputi pengaruh langsung sebesar

16,63% dan pengaruh tidak langsung sebesar 15,13% sebagaimana dapat dilihat pada

Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Pengaruh Parsial Variabel Komunikasi terhadap Perilaku Masyarakat

dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R

Pengaruh langsung dan tidak langsung

variabel X1 terhadap Y Kontribusi Persentase

Langsung PYXI . PYXI 0,1928 19,28 %

Melalui X1 PYXI . rX2XI . PYX2 0,0600 6,00 %

Melalui X2 PYXI . rX3XI . PYX3 0.0494 4,94 %

Page 94: Tesis Fahmi PSMIL

Melalui X4 PYXI.rX4XI .PYX4 0,0422 4,22 %

Total Pengaruh 0,3444 34,44%

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa pengaruh langsung variabel komunikasi

terhadap perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R adalah

sebesar 19,28%. Sedangkan pengaruh tidak langsung variabel komunikasi terhadap

perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R terdiri dari 6,00%

melalui variabel pengetahuan (X1), 4,94% melalui variabel sikap (X2) dan 4,22 %

melalui variabel peran tokoh masyarakat (X4).

Data tersebut membuktikan bahwa komunikasi yang telah terjadi selama ini

antara pemerintah dengan masyarakat telah berjalan dengan efektif dan berhasil

mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R

kearah yang lebih baik. Hal ini terbukti dari hasil penelitian bahwa sebagian besar

(65%) masyarakat cukup mengerti dan memahami informasi tentang prinsip 3R

dalam pengelolaan sampah yang disampaikan oleh pemerintah. Pemahaman

masyarakat yang cukup baik ini disebabkan karena selain melakukan sosialisasi

melalui pertemuan, pemerintah juga menyebarkan informasi melalui leaflet/brosur

serta melakukan pelatihan/praktek langsung di lapangan. Ini berarti bahwa sosialisasi

kebijakan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Kota Solok telah berjalan dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh

Steers (1985), bahwa suatu kegiatan sosialisasi akan memberikan hasil yang

maksimal jika ditunjang oleh (1) penggunaan bahasa yang mudah dimengerti dan

Page 95: Tesis Fahmi PSMIL

dipahami, (2) adanya interaksi antara komunikator dan komunikan, (3) menggunakan

alat bantu, (4) diikuti dengan praktek lapangan.

Di samping itu, penyebaran informasi tentang pengelolaan sampah dengan

prinsip 3R tidak hanya dilakukan Dinas Kebersihan dan Tata Ruang Kota Solok

selaku dinas yang bertanggung jawab dalam masalah persampahan di Kota Solok,

tetapi juga dilakukan oleh lembaga/instansi terkait lainnya seperti Tim Penggerak

PKK, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, Serta Dinas Pertanian Perikanan dan

Kehutanan Kota Solok. Koordinasi antar lembaga ini turut mempercepat penyebaran

informasi tentang pengelolaan sampah dengan prinsip 3R kepada konstituennya

masing-masing.

4.2.10. Pengaruh Parsial Variabel Peran Tokoh Masyarakat terhadap Perilaku

Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R

Untuk mengetahui pengaruh parsial variabel peran tokoh masyarakat terhadap

perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R, dilakukan uji

parsial (individu) terhadap variabel peran tokoh masyarakat (X4) dengan

membandingkan nilai t-hitung terhadap t-tabel sebagaimana ditampilkan pada Tabel

4.12.

Tabel 4.12 Pengujian parsial variabel tokoh masyarakat terhadap Perilaku

Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R

Page 96: Tesis Fahmi PSMIL

Variabel t hitung t tabel Hasil Kesimpulan

Peran

Tokoh

Masyarakat

2,511 1,99 t hitung > t tabel

Peran tokoh masyarakat

berpengaruh signifikan terhadap

perilaku masyarakat dalam

pengelolaan sampah dengan prinsip

3R

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pengaruh peran tokoh masyarakat terhadap perilaku masyarakat dalam

pengelolaan sampah dengan prinsip 3R berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur

dalam penelitian ini adalah sebesar 10,75 %. Pengaruh tersebut meliputi pengaruh

langsung sebesar 3,26 % dan pengaruh tidak langsung sebesar 7,49 % sebagaimana

dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Pengaruh Parsial Variabel Peran Tokoh Masyarakat terhadap Perilaku

Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R

Pengaruh langsung dan tidak langsung

variabel X1 terhadap Y Kontribusi Persentase

Langsung PYXI . PYXI 0,0304 3,04%

Melalui X1 PYXI . rX2XI . PYX2 0,0167 1,67 %

Melalui X2 PYXI . rX3XI . PYX3 0,0116 1,16 %

Melalui X3 PYXI.rX4XI .PYX4 0,0422 4,22 %

Total Pengaruh 0,1009 10,09s %

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa variabel peran tokoh masyarakat

berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip

3R. Pengaruh tidak langsung variabel peran tokoh masyarakat terhadap perilaku

masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R terdiri dari 1,67% melalui

Page 97: Tesis Fahmi PSMIL

variabel pengetahuan (X1), 1,16% melalui variabel sikap (X2) dan 4,22% melalui

variabel komunikasi (X4).

Hasil yang sama juga didapatkan oleh Subagyo (2004) yang menemukan

bahwa sebagian besar (66,7%) petani memberikan penilaian tinggi terhadap peran

tokoh masyarakat dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Hasil penelitian Wardhani

(2004) juga mendapatkan bahwa tokoh masyarakat mempengaruhi partisipasi

masyarakat dalam kegiatan pemilahan sampah rumah tangga di Kampung Banjarsari

Jakarta Selatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Husodo (2004) tentang Partisipasi Petani

dalam Kegiatan Eks DAFEP (Decentralized Agriculture and Forestry Extention

Project/Proyek Desentralisasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan) di Kabupaten

Bantul, juga mendapatkan bahwa pengetahuan petani berpengaruh terhadap perilaku

partisipasi petani.. Petani dengan klasifikasi penilaian tinggi, menyatakan bahwa

tokoh masyarakat telah melaksanakan fungsi partisipasi, memberikan informasi

mengenai Sistem Usaha Pertanian (SUP) padi serta manfaat yang diperoleh dengan

menerapkan komponen SUP padi.

Hal ini didukung oleh pendapat Ajzen dan Fishbein (1980) dalam Azwar

(2009) yang mengatakan bahwa perilaku ditentukan oleh norma subjektif yang

ditentukan oleh pendapat tokoh atau orang yang berpengaruh tentang apakah subyek

Page 98: Tesis Fahmi PSMIL

itu perlu, harus atau dilarang melakukan perilaku yang diteliti atau seberapa jauh

subyek akan mengikuti pendapat orang tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di Kelurahan IX Korong

sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa tokoh masyarakat baik tokoh adat

(ninik mamak), tokoh agama dan tokoh perempuan (bundo kanduang), berperan

dalam memberikan informasi dan motivasi dalam menerapkan prinsip 3R dalam

pengelolaan sampah. Beberapa orang tokoh masyarakat juga ikut berpartisipasi dan

mempraktekkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah sehingga memberikan

motivasi kepada masyarakat untuk ikut menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan

sampahnya .

4.2.11. Analisis Biaya dan Manfaat Usaha Pengolahan Sampah Organik di

Kelurahan IX Korong

A. Identifikasi Biaya dan Manfaat Usaha Pengolahan Sampah Organik

Biaya yang dikeluarkan dalam usaha pengolahan sampah organik menjadi

kompos terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya yang termasuk ke

dalam biaya investasi adalah biaya untuk pembelian seperangkat mesin kompos, bak

fermentasi, hanggar, ayakan, gerobak motor dan gerobak sampah. Selain itu ada juga

pembelian alat-alat perlengkapan pengolahan sampah dan pemasangan instalasi

listrik. Pada kondisi riil, seperangkat mesin kompos merupakan bantuan yang

Page 99: Tesis Fahmi PSMIL

diberikan oleh Dinas Kebersihan dan Tata Ruang Kota Solok. Akan tetapi pada

perhitungan kelayakan ekonomi usaha pengolahan sampah organik, biaya tersebut

tetap dimasukkan untuk mengetahui kelayakan dari usaha pengolahan sampah

organik yang saat ini dilakukan oleh pengelola.

Perhitungan biaya operasional pada penelitian ini digunakan dengan basis

tahun. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap

merupakan biaya produksi yang diperkirakan relatif tetap dari tahun ke tahun dan

tidak dipengaruhi oleh rencana produksi yaitu biaya. Biaya variabel adalah biaya-

biaya yang dapat mengalami perubahan sesuai dengan rencana produksi. Biaya tetap

pada usaha pengolahan sampah organik yaitu biaya sewa tanah, biaya tenaga kerja

dan biaya pemeliharaan mesin. Biaya sewa tanah sesungguhnya tidak dibayarkan

karena tanah yang digunakan sebagai tempat pengolahan sampah merupakan tanah

milik ketua pengelola yaitu Bapak Jamalus. Akan tetapi, biaya sewa tanah tersebut

harus tetap dimasukkan ke dalam analisis untuk mengetahui biaya yang

sesungguhnya. Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha pengolahan sampah

organik di Kelurahan IX Korong sebanyak dua orang. Tenaga kerja tersebut bekerja

selama enam hari seminggu dari pukul 8 pagi sampai pukul 12 siang. Biaya

pemeliharaan mesin, yaitu biaya penggantian oli mesin kompos dan gerobak motor.

Biaya variabel usaha pengolahan kompos di Kelurahan IX adalah sampah

organik, solar untuk untuk menjalankan mesin penggiling sampah, bensin untuk

gerobak motor, EM4 untuk mempercepat proses fermentasi sampah, pupuk kandang

Page 100: Tesis Fahmi PSMIL

untuk campuran kompos, plastik pembungkus kompos yang telah matang, serta biaya

pemakaian listrik. Akan tetapi, biaya bahan baku sampah organik adalah nol. Hal ini

disebabkan sampah organik tidak dihargai oleh warga sehingga diberikan secara

cuma-cuma kepada tenaga kerja yang bertugas mengambil sampah. Biaya investasi

dan biaya operasional pada analisis usaha pengolahan sampah organik skala kawasan

pemukiman yang dilakukan oleh pengelola di IX Korong secara lengkap dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.14. Rincian Biaya Investasi dan Biaya Operasional Usaha Pengolahan

Sampah Organik Skala Kawasan di Kelurahan IX Korong

Jenis Investasi Jumlah Harga Satuan

(Rp)

Harga Total

(Rp)

I. Biaya Investasi

a. Mesin kompos 1 6,000,000 6,000,000

b. Bak inkubasi 2 450,000 900,000

c. Hanggar 1 7,500,000 7,500,000

d. Gerobak motor 1 17,000,000 17,000,000

e. Gerobak sampah 1 450,000 450,000

f. Ayakan 1 550,000 550,000

g. Mesin Penjahit Karung 1 600,000 600,000

g. Pemasangan Instalasi Listrik 1 1,800,000 1,800,000

h. Timbangan 1 825,000 825,000

i. Peralatan Pendukung

(parang, garpu, cangkul,

sekop, selang, ember, pompa

air)

1 585,000 585,000

Total 36,210,000

Page 101: Tesis Fahmi PSMIL

Asumsi yang digunakan dalam perhitungan analisa biaya dan manfaat ini

adalah sebagai berikut :

1. Produksi adalah 36 ton/tahun

2. Lama proyek 5 tahun

3. Jenis produk yang dihasilkan kompos asli (tanpa tambahan hara)

4. Harga jual kompos Rp. 800/kg

5. Lokasi pemasaran Kota Solok dan sekitarnya.

B. Analisis Skenario Pengembangan Usaha Pengolahan Sampah Organik

Skenario I merupakan analisis analisis kelayakan usaha kegiatan

pengomposan sampah organik skala kawasan pemukiman di Kelurahan IX Korong

pada kondisi riil dengan hipotesanya sebagai berikut :

H0 yx Kegiatan pengomposan sampah organik skala kawasan pemukiman

di Kelurahan IX Korong tidak layak secara ekonomi.

H1 yx Kegiatan pengomposan sampah organik skala kawasan pemukiman

di Kelurahan IX Korong layak secara ekonomi.

Kegiatan usaha pengolahan kompos yang terjadi pada saat ini berawal dari

pertengahan tahun 2008 dengan produksi kompos rata-rata per bulan sebanyak 3 ton.

Setelah dilakukan analisa kelayakan usaha pengolahan sampah organik pada

konditersebut diakibatkan nilai investasi riil (skenario I) didapatkan nilai NPV usaha

Page 102: Tesis Fahmi PSMIL

tersebut adalah negatif 49,568,750. Nilai negatif tersebut diakibatkan nilai investasi

yang besar yaitu Rp. 36,210,000 (Tabel 4.14).

Kriteria kedua yaitu nilai ratio B/C menunjukkan bahwa setiap pengeluaran

sebesar Rp. 1,000,000 akan mendapatkan manfaat yang lebih kecil dari biaya yang

telah dikeluarkan, yaitu sebesar Rp. 720,000. Berdasarkan hasil tersebut dapat

dikatakan bahwa usaha pengolahan sampah organik yang dilakukan oleh pengelola

dikatakan tidak layak karena manfaat yang didapat jauh lebih kecil daripada biaya

yang dikeluarkan. Hasil analisis kelayakan usaha pengolahan sampah organik yang

dilakukan oleh pengelola pada kondisi riil dirangkum pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan sampah pada Skenario I

(Kondisi Riil)

Kriteria Kelayakan Skenario I (Kondisi Riil)

NPV Rp. (49.568.750)*

Ratio B/C 0,72

Payback Periode -

*) negatif

Sumber : data sekunder (diolah)

Berdasarkan kriteria kelayakan usaha diatas, diketahui bahwa kegiatan

pengomposan skala pemukiman di Kelurahan IX Korong tidak layak secara ekonomi,

dengan demikian H0 ditolak. Namun demikian, fakta di lapangan memperlihatkan

bahwa usaha pengolahan sampah organik yang dilakukan oleh pengelola. Ada

beberapa hal yang menyebabkan usaha tersebut tetap dilakukan. Alasan pertama

Page 103: Tesis Fahmi PSMIL

karena barang-barang investasi yaitu seperangkat mesin kompos, gerobak motor,

hanggar serta bak fermentasi merupakan hibah dari beberapa instansi yaitu Dinas

Kebersihan dan tata Ruang Kota Solok serta Kantor Lingkungan Hidup Kota Solok.

Selain itu seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa biaya sewa tanah sebesar Rp.

10,000,000/tahun sesungguhnya tidak dibayarkan karena tanah yang digunakan

sebagai tempat pengolahan sampah merupakan tanah milik ketua pengelola. Biaya

operasional untuk tahun ke-1 juga dibantu oleh Dinas Kebersihan dan tata Ruang

Kota Solok.

Penyebab ketidaklayakan usaha pengolahan sampah pada kondisi riil adalah

sedikitnya keluarga yang memilah sampah sehingga kompos yang dihasilkan pun

masih sedikit. Dari hasil penelitian hanya 22,6% responden yang melakukan

pemilahan sampah. Karenanya harus dilakukan pengembangan usaha pengolahan

sampah dengan meningkatkan jumlah pemilah sampah. Perlu usaha yang lebih aktif

dari pemerintah dan lembaga terkait lainnya untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah.

Pada Skenario II, produksi kompos ditingkatkan menjadi dua kali lipat pada

tahun ketiga dengan meningkatkan jumlah pemilah sampah menjadi dua kali lipat

atau sekitar 45,2%. Hasil analisis kelayakan Skenario II ditampilkan pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16. Hasil Analisis Kelayakan Skenario II

Kriteria Kelayakan Skenario II

(Peningkatan jumlah pemilah menjadi dua kali lipat

pada tahun ketiga, keempat dan kelima)

Page 104: Tesis Fahmi PSMIL

NPV Rp. (13.143.600)*

Net B/C 0,97

Payback Periode -

Ket : *) negatif

Sumber : data primer (diolah)

Dengan melakukan Skenario II, usaha pengolahan sampah yang dilakukan

pengelola masih belum mencapai kondisi layak. Hal tersebut terlihat dari NPV yang

masih negatif yaitu sebesar negatif Rp. 13,143,600, Ratio B/C lebih kecil dari satu

yaitu sebesar 0,97 yang artinya setiap penambahan biaya sebesar Rp. 1.000.000 hanya

menghasilkan tambahan penerimaan sebesar Rp. 970,000, akan tetapi usaha

pengolahan sampah organik yang dilakukan oleh pengelola akan semakin baik

apabila pengelola melakukan Skenario II. Meskipun NPV pada Skenario II masih

negatif, tetapi telah terjadi peningkatan penerimaan dari hasil penjualan kompos

sebesar Rp. 35,814,150 yang didapatkan dari selisih antara NPV II dan NPV I.

Penerimaan pengelola pengomposan dapat ditingkatkan lagi dengan

menambah jumlah pemilah sampah hingga mancapai maksimum. Karena itu,

skenario pengembangan usaha pengolahan sampah organik selanjutnya ditargetkan

agar seluruh keluarga yang berada di wilayah penelitian bersedia melakukan

pemilahan sampah.

Page 105: Tesis Fahmi PSMIL

Pada Skenario III, jumlah pemilah ditingkatkan hingga mencapai maksimum

serta dilakukan perpanjangan umur ekonomis kegiatan/usaha menjadi sepuluh tahun,

tentunya dengan reinvestasi pada tahun keenam. Tabel 4.16 menunjukkan hasil

analisis kelayakan Skenario III.

Tabel 4.16. Hasil Analisis Kelayakan Skenario III

Kriteria Kelayakan Skenario III

(Memperpanjang umur ekonomis menjadi 10 tahun dan

meningkatkan jumlah pemilah menjadi maksimum pada

tahun keenam)

NPV Rp. 54.498.350

Net B/C 1,20

Payback Periode 5 tahun 5 bulan

Sumber : data primer (diolah)

Tabel 4.16 menunjukkan nilai NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp.

54.498.350. Ratio B/C skenario III bernilai 1,20 yang artinya setiap penambahan

biaya sebesar Rp. 1.000.000 akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar Rp.

1.200.000. Periode pengembalian biaya-biaya yang dikeluarkan pada Skenario III

kurang dari umur proyek yaitu selama 5 tahun 5 bulan.

Berdasarkan tiga kriteria kalayakan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan

melakukan skenario III, usaha pengolahan sampah organik yang dilakukan oleh

pengelola akan mencapai kondisi layak. Selain itu bila semua warga telah memilah

sampah, akan membantu memperbaiki lingkungan karena tidak tejadi lagi

Page 106: Tesis Fahmi PSMIL

penumpukan sampah organik yang menjadi sumber penyakit bahkan akan

mneghasilkan manfaat dari pengolahan sampah organik berupa rupiah yang cukup

besar.

Dengan merujuk pada kondisi dari unit-unit dengan nilai NPV dan B/C R

yang relatif lebih baik tersebut, tampak bahwa terdapat kondisi tertentu yang

memungkinkan unit tersebut menghindari kerugian yang berlebihan. Salah satunya

adalah memproduksi kompos secara konsisten dengan kuantitas yang banyak.

Walaupun pada skenario I dan skenario II, kegiatan pengomposan tidak

menghasilkan keuntungan finansial secara langsung terhadap investasi yang telah

ditanamkan, akan tetapi tidak dapat langsung disimpulkan sebaiknya kegiatan

pengomposan dihentikan karena kerugian finansial yang dialami. Hal ini disebabkan

karena di samping manfaat langsung berupa keuntungan ekonomi, sesungguhnya

kegiatan pengomposan sampah organik juga menghasilkan keuntungan/manfaat tidak

langsung.

Manfaat tidak langsung dari kegiatan pengomposan skala kawasan

pemukiman antara adalah nilai kualitas lingkungan yang dihasilkan dengan adanya

usaha tersebut, yaitu lingkungan yang bersih dan nyaman, mengurangi dampak

negatif sampah terhadap lingkungan (pencemaran air, udara dan tanah), mengurangi

tumpukan sampah sebagai sumber penyakit sehingga meningkatkan derajat kesehatan

manusia, serta berkurangnya jumlah timbulan sampah. Poerba (1989) mengatakan

Page 107: Tesis Fahmi PSMIL

bahwa penerapan pengelolaan sampah skala kawasan dapat mengatasi masalah

lingkungan yang disebabkan sampah kota, mengurangi beban pemerintah daerah

dalam menangani sampah kota dan mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke

TPA. Hasil penelitian Seri Rezeki (2003) tentang pengolahan sampah terpadu skala

kawasan di TPS Rawa Kerbau Jakarta Pusat menemukan bahwa dengan usaha

kegiatan pengolahan sampah terpadu skala kawasan dapat mengurangi beban sampah

ke TPA sebanyak 2.716,39 kg/hari atau 87,71%/hari dari total sampah di TPS Rawa

Kerbau.

Dengan berkurangnya jumlah timbulan sampah yang dibuang ke TPA, maka

dapat menghemat kebutuhan lahan untuk penimbunan sampah, menurunkan biaya

transportasi dan penimbunan sampah oleh pemeintah sehingga dapat mengrangi

beban pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Disamping itu,

dengan adanya kegiatan pengomposan/daur ulang sampah akan membuka lapangan

kerja baru bagi masyarakat sekitar yang ikut dalam kegiatan pengomposan tersebut.

4.2.12. Faktor lain yang mempengaruhi Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan

Sampah dengan Prinsip 3R

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor pengetahuan, sikap,

komunikasi dan peran tokoh masyarakat berpengaruh secara signifikan terhadap

perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R. Di samping

Page 108: Tesis Fahmi PSMIL

faktor-faktor tersebut, terdapat beberapa faktor lain yang ikut mempengaruhi perilaku

masyarakat antara lain: peraturan/hukum, motivasi, sarana dan inovasi.

a. Peraturan/hukum

Peraturan perundang-undangan pemerintah baik pusat maupun daerah

barkaitan dengan pengelolaan lingkungan merupakan aspek yang penting dalam

mengarahkan program penanganan sampah. Peraturan tersebut selain bersifat

mengarahkan juga bersifat memaksa masyarakat untuk mematuhinya karena ada

sanksi bagi warga yang tidak mematuhinya. Karena sifat inilah maka hukum dan

peraturan menjadi aspek vital.

Pada saat ini peraturan/hukum berlaku yang berkaitan dengan pengelolaan

sampah di Kota Solok adalah Peraturan Daerah No. 18 Tahun 2001 tentang Retribusi

Sampah dan Keputusan Walikota Solok No. 188.45/48/KPTS/WSL-2002 tentang

Penetapan Lokasi Pelayanan dan Rute Truk Angkutan Sampah dalam Kota Solok.

Sedangkan peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah 3R belum ada sama

sekali, walaupun pemerintah daerah Kota Solok sudah menerapkan kebijakan

Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R sejak tahun 2007.

Soekanto (1993) menjelaskan bahwa perilaku manusia pada umumnya adalah

sesuai dengan hukum, oleh karena manusia mempunyai hasrat yang kuat untuk hidup

teratur dan konsisten. Tanpa adanya aturan yang jelas tentang pelaksanaan

pengelolaan sampah dengan prinsip 3R maka program/kebijakan tentang hal tersebut

Page 109: Tesis Fahmi PSMIL

tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini karena tidak adanya

acuan yang jelas bagi masyarakat tentang teknis dan mekanisme pelaksanaan prinsip

3R dalam pengelolaan sampah rumah tangga mereka, sehingga pengetahuan, sikap

dan perilaku mereka belum sesuai dengan yang diharapkan.

Dengan adanya peraturan yang jelas, maka masyarakat akan lebih memahami

makna pengelolaan sampah dengan prinsip 3R. Hal ini tentu akan lebih mudah dan

sangat membantu dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat berkaitan

dengan pengelolaan sampah 3R. Diharapkan dengan adanya pengetahuan dan sikap

yang baik dari masyarakat maka masyarakat akan bersedia untuk terlibat secara

langsung dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R di Kelurahan IX Korong

khususnya dan di Kota Solok umumnya.

b. Sarana

Keberadaan sarana persampahan memiliki peran penting untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat dalam melaksanakan pengelolaan

sampah dengan prinsip 3R. Sarana persampahan yang dimiliki oleh Pemerintah

daerah Kota Solok dalam rangka melaksanakan pelayanan persamapahan di Kota

Solok adalah truk sampah sebagai sarana pengumpulan dan pengangkutan, serta

sarana TPS seperti bak semen dan kontainer. Khusus di Kelurahan IX Korong hanya

terdapat 1 (satu) TPS bak semen dan 5 buah tiang utnuk menggantungkan kantong

sampah. Sedangkan tong sampah yang disediakan untuk mendukung kegiatan

pengolahan sampah dengan prinsip 3R yaitu tong sampah yang memisahkan sampah

Page 110: Tesis Fahmi PSMIL

organik dan anorganik hanya ada 5 (lima) buah. Tong sampah disediakan dalam 2

(dua) warna berbeda, yaitu warna hijau untuk sampah organik dan warna jingga untuk

sampah anorganik.

Minimnya sarana persampahan yang mendukung program pengelolaan

sampah dengan prinsip 3R ini dapat menurunkan minat masyarakat untuk

menerapkannya walaupun mereka memiliki pengetahuan dan sikap yang baik

berkaitan dengan prinsip 3R. Oleh karena itu pemerintah daerah perlu melakukan

penambahan sarana persampahan dan mendorong serta membantu masyarakat untuk

menyediakan sarana persampahan yang berkaitan dengan prinsip 3R dengan

memanfaatkan bahan – bahan diskeitar mereka yang bisa dimanfaatkan, seperti drum

dan kaleng bekas.

c. Motivasi

Menurut Uno (2008), motivasi merupakan dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Oleh karena itu motivasi

sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendorong/menggerakkan mereka untuk

melakukan sesuatu, terutam ide/teknologi baru. Gagalnya suatu ide atau kebijakan

baru dilaksanakan bisa disebabkan karena rendahnya motivasi masyarkat.

Berdasarkan wawancara dengan masyarakat Kelurahan IX Korong pada

dasarnya masyarakat bersedia untuk melakukan pengelolaan sampah dengan prinsip

Page 111: Tesis Fahmi PSMIL

3R namun mereka belum melakukannya karena mereka berpendapat bahwa

melakukan pemilahan sampah dan pengomposan agak sulit untuk dilakukan. Hal ini

disebabkan karena selama ini masyarakat sudah terbiasa dan dimudahkan dalam

pengelolaan sampah dengan cara konvensional. Setiap pagi mobil pengangkut

sampah selalu mengumpulkan dan mengangkut sampah rumah tangga mereka yang

diletakkan di pinggir jalan di depan rumah.

Disamping itu, tidak adanya kepastian tentang pemasaran produk daur ulang

seperti kompos sampah rumah tangga juga menurunkan minat masyarakat untuk

melakukannya, karena mereka merasa tidak mendapat keuntungan dari apa yang

mereka lakukan.

Motifasi (dorongan) dapat dilakukan dengan menerapkan konsep insentif dan

disinsentif. Insentif dan disinsentif diartikan sebagai pemberian dorongan (motivasi)

yang berupa pemberian reward serta pembetasan dalam bertindak yang dapat berupa

punishment. Insentif dapat diberikan kepada pihak yang melakukan pengurangan dan

pemilahan sampah, sedangkan disinsentif diberikan kepada pihak yang tidak

melakukan pengurangan dan pemilahan sampah. Konsep insentif dan disinsentif yang

dimaksud diharapkan dapat memberikan efek jangka panjang kepada masyarakat

dalam memandang masalah sampah.

d. Inovasi

Page 112: Tesis Fahmi PSMIL

Inovasi adalah suatu gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh

seseorang (Rogers dan Shoemaker, 1987). Kebaruan inovasi diukur secara subyektif,

yaitu menurut pandangan individu yang yang menangkapnya. Jika suatu ide

dianggap baru oleh seseorang maka dapat disebut sebagai inovasi (bagi orang

tersebut). Maka baru dalam ide yang inovatif tidak berarti harus baru sama sekali.

Setiap ide/gagasan pernah menjadi inovasi. Setiap inovasi pasti berubah seiring

dengan berlalunya waktu.

Agar suatu inovasi dapat lebih mudah dan cepat diterima oleh masyarakat

menurut Rogers dan Shoemaker (1987) adalah inovasi tersebut harus memiliki lima

sifat. Kelima sifat tersebut adalah :

1. Keuntungan relatif, yaitu tingkatan dimana suatu ide baru dianggap suatu yang

lebih baik daripada ide-ide yang sebelumnya.

2. Kompatibilitas, yaitu sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-

nilai yang ada pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima.

3. Kompleksitas (kerumitan inovasi), yaitu tingkat dimana suatu inovasi dianggap

relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan.

4. Triabilitas, yaitu suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala

kecil.

5. Observabilitas, yaitu suati tingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapat dilihat

dan dikomunikasikan kepada orang lain.

Page 113: Tesis Fahmi PSMIL

Oleh karena itu pada penyampaiannya, pemerintah daerah harus dapat

mengemas inovasi mengenai prinsip 3R ini secara sebih sederhana dengan

menyesuaikan kelima sifat di atas, sehingga mudah diterima oleh masyarakat. Seperti

yang diutarakan oleh Nurhaida, dkk. (2001) bahwa sifat materi pesan sangat

mempengaruhi peningkatan pengetahuan, sedangkan pengetahuan itu sendiri

merupakan salah satu unsur pembentuk persepsi seseorang.

Pada dasarnya, prinsip 3R ini merupakan suatu hal yang sehari-hari telah

dilakukan oleh masyarakat. Berdasarkan hasil survey dan wawancara dengan

masyarakat dan beberapa tokoh masyarakat, diketahui bahwa sebagian masyarakat

telah terbiasa membawa keranjang belanja ketika berbelanja ke pasar, menggunakan

kembali barang-barang yang masih dapat dimanfaatkan, baik itu berupa kaleng dan

botol bekas maupun barang-barang lainnya.

Dengan demikian pemerintah daerah harus lebih jeli dan memperhatikan

kebiasaan masyarakat dalam memanfaatkan sampahnya sehari-hari. Hal ini sesuai

dengan tugas pemerintah daerah yang telah diatur dalam Undang-undang nomor 18

tahun 2008 yaitu memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal berkembang pada

massyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah.

Page 114: Tesis Fahmi PSMIL

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3R sebagian

besar (98,8%) berada pada kategori sedang – kurang. Faktor pengetahuan, sikap,

komunikasi dan peran tokoh masyarakat berpengaruh secara signifikan terhadap

perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah.

2. Usaha pengolahan sampah organik skala kawasan pemukiman yang ada pada saat

ini tidak layak secara ekonomi karena hanya sebagian kecil dari masyarakat yang

melakukan pemilahan sampah, namun usaha pengolahan sampah masih tetap

berjalan karena biaya investasi merupakan hibah/bantuan dari Pemerintah Kota

Solok Disamping itu kegiatan pengomposan skala pemukiman juga

menghasilkan manfaat lain yang sifatnya tidak langsung seperti manfaat

kebersihan dan kesehatan lingkungan serta penghematan biaya pengangkutan

sampah ke TPA.

Page 115: Tesis Fahmi PSMIL

5.2. Saran

1. Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi

perilaku masyarakat berkaitan dengan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R,

maka disarankan untuk lebih mengoptimalkan komunikasi antara pemerintah dan

masyarakat dengan memaksimalkan pemanfaatan sarana dan media komunikasi

yang ada di Kota Solok serta melibatkan tokoh masyarakat dan lembaga/instansi

terkait.

2. Pemerintah wajib mendorong, mendukung dan menfasilitasi segala kegiatan yang

berkaitan dengan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah dengan menerbitkan

peraturan, menyediakan sarana dan prasarana, insentif, permodalan dan jaminan

pasar bagi produk daur ulang.

3. Pemerintah perlu melakukan pendampingan secara rutin dan berkala kepada

masyarakat untuk meningkatkan minat dan motivasi masyarakat dalam

menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah rumah tangga dengan

bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat atau lembaga lain yang

konsen terhadap permasalahan persampahan dan pemberdayaan masyarakat.

4. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut perihal komponen eksternalitas dari

kegiatan pengomposan, baik dari segi manfaat maupun biaya yang mungkin

ditimbulkan.

5. Dengan tujuan memperoleh manfaat tidak langsung, sebaiknya unit-unit

pengomposan baru dibuka, terlepas dari merugi atau tidaknya unit tersebut kelak.

Orientasi kegiatan pengomposan tidak lagi menjadi suatu unit bisnis, tetapi lebih

Page 116: Tesis Fahmi PSMIL

tepat sebagai suatu bentuk kegiatan pelayanan masyarakat dalam bidang

persampahan.

Page 117: Tesis Fahmi PSMIL

DAFTAR PUSTAKA

Asrul. 2003. Peran Serta Tokoh Agama Islam dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

di Kot Medan (Studi terhadap Tokoh Agama Islam Menurut Data

Departemen Agama Kota Medan). Tesis Program Pasca sarjana Universitas

Sumatera Utara. Medan

Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta

Creswell. J. W. 2003. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches

alih bahasa Angkatan III dan IV KIK-UI. Penerbit KIK Press. Jakarta.

Damanhuri, E dan Padmi. T. 2006. Pengelolaan Sampah. Diktat Kuliah Dep.

Teknik Lingkungan ITB. Bandung.

Darmasetiawan, Martin. 2004. Panduan Praktis Penerapan Eknomi Lingkungan.

Ekamitra Engineering. Jakarta

Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat

Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. 2007. Pedoman

Umum 3 R Berbasis Masyarakat di Kawasan Pemukiman. Jakarta.

Dinas Kebersihan, Lingkungan Hidup dan Tata Ruang Kota. 2007. Laporan

Penelitian Penentuan Timbulan, Komposisi dan Karakterisitik Sampah Kota

Solok. Solok

Djuarni dkk. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka Jakarta.

Dunn, W. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Terjemahan Samodra

Wibawa, dkk. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Edward III, G.C. 1980. Implementing Public Policy. Washinthon DC : Congressional

Quartely Press.

Hanafi, Abdullah. 1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Usaha Nasional.Surabaya

Handayani, R. D. 2008. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Perkotaan Berbasis

Masyarakat Di Banjarsari Jakarta Selatan. Tesis ITB – Bandung.

Harihanto, 2004. Persepsi Masyarakat terhadap Air Sungai. Lingkungan &

Pembangunan 24 (3).

Page 118: Tesis Fahmi PSMIL

Holil Soelaiman. (1980). Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial.

Bandung.

Husodo, Sapto. 2004. Patisipasi Petani dalam Kegiatan Eks DAFEP di Kabupaten

Bantul. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Vol 2 Nomor 1 Juli 2006.

Irman. 2005. Evaluasi Peran Serta Masyarakat dalam Pelaksanaan Sistem Teknik

Operasional Pengelolaan Sampah di Kota Padang. Tesis Pasca Sarjana

Universitas Diponegoro. Semarang

Isroi. 2006. Pengomposan Lmbah Padat Organik Perkebunan Indonesia. Balai

Penelitian Bioteknologi. Bogor.

Jones, C.O. 1984. Pengantar Kebijakan Publik. Terjemahan Ricky Istamto. Jakarta :

Penerbit CV. Rajawali.

Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek: Analisis Ekonomi. Lembaga Penerbit. Universitas

Indonesia. Jakarta.

KNLH. 2007. Status Lingkungan Hidup Indonesia Kementrian Lingkungan Hidup.

Jakarta

Kastaman R. 2004. Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat. Jurusan

Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung

(Disampaikan pada Harian Umum Pikiran Rakyat, Edisi 13 Mei 2004)

Kastaman A dan Kramadibrata A.M. 2007. Sistem Pengelolaan Reaktor Sampah

Terpadu Silarsitu. Humaniora. Bandung

Kurib, Abas. 2006. Model Pengelolaan Sampah Domestik Permukiman Penduduk di

Pinggir sungai Musi Kota Palembang dengan Pendekatan Reduce, Reuse,

Recycle dan Partisipasi. Tesis Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Lynch SJ. F. Dkk, 1974. Data Gathering By Social Survey, Trial Edition. Institute Of

Philippine Social Science Council Inc. Quezon City.

Mangkoesoebroto, G. 1998. Ekonomi Publik. BPFE. Yogyakarta

Page 119: Tesis Fahmi PSMIL

Martin A, James. 2006. Analisa Perilaku Masyarakat terhadap Sampah. Tesis Institut

Teknologi Bandung. Bandung.

Mulyana, D. 2007. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung : Penerbit PT.

Remaja Rosdakarya.

Nitikesari P. E. 2005. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Penanganan

Sampah Secara Mandiri Di Kota Denpasar. Tesis Universitas Udayana.

Denpasar.

Noorkamilah. 2005. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Padat

Berbasis Masyarakat (Studi di Kampung Sukunan Kab. Sleman DI. Yogyakarta.

Tesis Program Pasca Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia.

Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. : Rineka Cipta

O’Leary P.R. and Walsh P.H. 1995. Decision Makers Guide to Solid Waste

Management. Volume II. Office of Solid Waste Municipal & Industrial

Solid Waste Division. US-EPA. Washington DC.

Oswari, Teddy. Doddy AS. Diana Susilowati. 2006. Potensi Nilai Ekonomis

Pengelolaan Sampah Kota Depok. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 2 Jilid 11

Tahun 2006.

Pahlano. 2005. Sampah, Pengelolaan Gaya Hidup. http://pahlano.multiply.com/review/item/12

Rahardiyan B. dan Murdeani. D. A. 2006. Sikap Masyarakat Terhadap Pemilahan

Sampah Berbasis Pengumpulan Terjadwal. Jurnal Infrastruktur dan

Lingkungan Binaan Vol. II. No. 2 Desember 2006.

Riyanto, Slamet dkk. 2009. Korelasi Antara Pengetahuan dan Sikap Masyarakat

Terhadap Pemilahan Samapah Kering dan Basah di Desa Pendem

Kecamatan junrejo Kota Batu. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Universitas Muhammadiyah Malang. Malang

Rohadi. 2009. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Preventif

Terhadap Demam Berdarah Dengue di Wilayah Rt VIII Desa Pasir

Panjang Kecamatan Arut Selatan Pangkalan Bun. Undergraduate thesis,

Universitas Diponegoro. Semarang

Page 120: Tesis Fahmi PSMIL

Santoso, Arif Budiyanto. 2008. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku (PSP)

Masyarakat terhadap Vektor di Kota Palembang Provinsi Sumatera

Selatan. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 7 No. 2. Agustus 2008

Sari Dewi. Rahmi. 2008. Evaluasi Ekonomi dan Sosial Unit Pengolahan Sampah

(UPS) Kota Depok. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sarwono S.W. 1995. Psikologi Lingkungan. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia. Jakarta.

Seri Rezeki Kusumastuti, Dian. 2003. Kajian Manfaat dan Biaya Pengolahan

Sampah Terpadu Skala Kawasan (Studi Kasus TPS Rawa Kerbau Jakarta

Pusat). Tesis. Program Studi Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas

Indonesia. Jakarta.

Simon, W.A. 2007. Pemrosesan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Sampah Piyungan Melalui Usaha Daur Ulang dan Pengomposan. Tesis

Institut Teknologi Bandung. Bandung

Singarimbun, M. dan Effendi, S. 1994. Metode Penelitian Survai. Jakarta : Penerbit

LP3ES.

Skripsianti. Arie. 2007. Kajian Implementasi Konsep Inovasi dalam Praktek 3R.

Tesis Magister Studi Pembangunan ITB. Bandung

Soma, Soekmana. 2006. Penanganan Sampah Perkotaan Sentralisasi Versus

Desentralisasi. Seminar Nasional Pembangunan Lingkungan Perkotaan di

Indonesia. Jakarta

Soma, Soekmana. 2010. Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan Seri : Pengelolaan

Sampah Perkotaan. IPB Press. Bogor

Steers, R. M. 1985. Efektivitas Organisasi, Terjemahan Magdalena Jamin. Jakarta :

Erlangga.

Subiyanto. 1988. Evaluasi Pendidikan dan Pengetahuan Alam. DEKDIKBUD

Subagyo, Sri Budhi Lestari. 2004. Studi Dampak Pengkajian Sistem Usaha

Pertanian (SUP) Padi di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

Balai Pengkajian teknologi Pertanian Yogyakarta

Page 121: Tesis Fahmi PSMIL

Suryanto. DA, Diana Susilowati. Kajian Potensi Ekonomis Dengan Penerapan 3R

(Reduce, Reuse dan Recycle)Pada Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di

Kota Depok. Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005. Universitas

Gunadarma, Jakarta, 23-24 Agustus 2005.

Tandipangan. F.B. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Masyarakat

Terhadap Efektifitas Pengelolaan Sampah (Penelitian Ksus Di RW 11

Cibangkong Bandung Jawa Barat). Jurnal Komunitas Vol 4. No. 1

Tchobanoglous G, Theisen H, Rolf Eliassen, 1977. Solid Waste : Engineering

principles and management issues. Tokyo. By McGraw-Hill Kogakusha,

LTD

Tchobanoglous G, Theisen H, Vigil S. A., 1993. Integrated Solid Waste

Management Engineering principles and management issues International

Editions. Singapore By McGraw-Hill Inc.

Tim Ad Hoc Nasional. 2006. Rencana Penanggulangan Sampah Metrpolitan

Bandung. Jakarta

Tiwow, Clara et.al., 2003. Pengelolaan Sampah Terpadu sebagai Salah Satu Upaya

Mengatasi Problem Sampah di Perkotaan. Makalah Penganar Falsafah

Sains. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Walgito. B. 2003. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Penerbit Andi Offset.

Yogyakarta.

Wardhani, Citra. 2004. Partisipasi Masyarakat Pada Kegiatan Pemilahan Sampah

Rumah Tangga (Studi Kasus di Kampung Banjarsari Kec. Cilandak Barat

Jakarta Selatan). Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Jakarta

Wongso Atmojo, Sunturo. 2007. Mewujudkan Solo Berseri Lewat Kompos. Suara

Merdeka 23 Januari 2007.

Wrightsman, L.S. and Deaux, K. 1981. Social Psychology in The 80s. Monterey :

Brooks Cole Publishing.

Yunizar. 2008. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Pengelolaan Sampah di

Kota Binjai. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan

http : //www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/peng_sampah_info/ tanggal 28

Maret 2009.

Page 122: Tesis Fahmi PSMIL

Lampiran 1.

KUESIONER

PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN PRINSIP 3R DI KOTA SOLOK

(Studi tentang Perilaku dan Analisa Biaya dan Manfaat Pengomposan Skala

Kawasan Pemukian di Kelurahan IX Korong)

A. Identitas Responden

1. Nama : …………………………………………..

2. Umur : …………………………………………..

3. Alamat : …………………………………………..

4. Jenis Kelamin : Laki-laki/perempuan*)

5. Status Perkawinan : Kawin/Tidak Kawin/Janda/Duda*)

6. Jumlah Anggota Keluarga : ………….. orang

7. Pekerjaan : ……………………………………

8. Pendapatan : ……………………………………

8. Pendidikan : a. Tidak sekolah

b. SD

c. SMP / sederajat

d. SLTA / sederajat

e. Perguruan Tinggi

9. Lama tinggal di Kelurahan IX Korong :

10. Kemana Bapak/Ibu membuang sampah rumah tangga?

a. Dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS)

b. DIbuang ke tong sampah di depan rumah

c. Dibuang ke sungai

d. Dibuang ke tanah kosong

e. Dibakar

f. Ditimbun dalam tanah

g. Diangkut oleh petugas kebersihan

Nomor Kuisioner :

Tanggal :

Page 123: Tesis Fahmi PSMIL

B. VARIABEL PENGETAHUAN

1. Menurut Ibu/Bapak, sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan dan penyakit

A. Ya,...................................................

B. Tidak

2. Menurut Ibu/Bapak, membawa kantong belanja sendiri dari rumah saat

belanja ke pasar dapat membantu mengurangi sampah kantong plastik

A. Ya,...................................................

B. Tidak

3. Menurut Ibu/Bapak, menggunakan kembali kaleng/botol untuk keperluan yang

sama/lain dapat mengurangi jumlah sampah di rumah.

A. Ya,...................................................

B. Tidak

4. Menurut Ibu/Bapak, apakah sampah dapat dimanfaatkan kembali dan

mempunyai nilai ekonomi?

A. Ya,...................................................

B. Tidak

5. Apakah Ibu/Bapak mengetahui apa yang dimaksud sampah organik dan

anorganik? Sebutkan contohnya!

A. Ya

B. Tidak

6. Menurut Ibu/Bapak, apakah sampah organik dan anorganik harus dipilah?

A. Ya,...................

B. Tidak

7. Apakah Ibu/Bapak mengetahui cara melakukan pengomposan di rumah?

A. Ya,...................

B. Tidak

Page 124: Tesis Fahmi PSMIL

C. VARIBEL SIKAP

1. Pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,

swasta dan masyarakat.

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

2. Membawa keranjang belanja sendiri dapat mengurangi jumlah produksi

sampah

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

3. Menggunakan kembali botol/kaleng untuk keperluan lain dapat mengurangi

jumlah produksi sampah

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

4. Melakukan pemilahan sampah di rumah tangga dapat mengurangi dampak

negatif sampah dan memudahkan dalam proses daur ulang

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

5. Pengelolaan sampah dengan prinsip 3R memberikan manfaat dari segi

kesehatan lingkungakan dan masyarakat.

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

Page 125: Tesis Fahmi PSMIL

6. Pengelolaan sampah dengan prinsip 3R memberikan manfaat dari ekonomi.

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

7. Menggunakan barang isi ulang dapat mengurangi produksi sampah

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

D. VARIABEL KOMUNIKASI

1. Pemerintah telah melakukan sosialisasi tentang pengelolaan sampah dengan

prinsip 3R di kawasan tempat tinggal Ibu/Bapak?

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

2. Pemerintah melakukan sosialisasi tentang pengelolaan sampah 3R secara rutin

dan berkala

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

3. Informasi yang disampaikan oleh Pemerintah Daerah tentang prinsip 3R dalam

pengelolaan sampah mudah untuk dimengerti/dipahami?

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

Page 126: Tesis Fahmi PSMIL

4 Komunikator selain menyampaiakn teori juga memberikan praktek

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

5. Saya mendapatkan informasi tentang prinsip 3R dalam pengelolaan sampah

selain dari Pemerintah Daerah juga dari media lain dengan jelas dan mudah

dipahami.

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

6.. Komunikator (penyaji) dari Pemerintah Daerah menyampaikan program

dengan menarik dan handal.

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

E. VARIABEL PERAN TOKOH MASYARAKAT

1. Tokoh masyarakat memberikan informasi tentang prinsip 3R dalam

pengelolaan sampah rumah tangga

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

2. Tokoh masyarakat memberikan motivasi / dorongan kepada saya untuk

melakukan pengelolaan sampah rumah tangga dengan prinsip 3R

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

Page 127: Tesis Fahmi PSMIL

3. Tokoh masyarakat ikut berpartisipasi menerapkan prinsip 3R dalam

pengelolaan sampah rumah tangga.

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

4. Tokoh Masyarakat lokal ikut mengawasi dan memberikan teguran kepada

masyarakat yang tidak menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah

rumah tangga.

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

5. Tokoh masyarakat ikut berperan aktif dalam kegiatan pengomposan sampah

rumah tangga

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

6. Saya bersedia menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah rumah

tangga karena tokoh masyarakat juga melakukan hal yang sama.

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

F. TINDAKAN MASYARAKAT

1. Apakah Bapak/Ibu membawa keranjang/tempat belanja sendiri saat berbelanja

ke pasar?

A. Sangat Sering

B. Sering

C. Kadang-kadang

D. Jarang

E. Tidak Pernah

Page 128: Tesis Fahmi PSMIL

2. Apakah Bapak/Ibu menggunakan kembali botol/kaleng untuk keperluan yang

sama/lain ?

A. Sangat Sering

B. Sering

C. Kadang-kadang

D. Jarang

E. Tidak Pernah

3. Apakah Bapak/Ibu melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik di

rumah?

A. Sangat Sering

B. Sering

C. Kadang-kadang

D. Jarang

E. Tidak Pernah

4. Apakah Bapak/Ibu melakukan kegiatan daur ulang sampah organik (plastik,

kaleng, ban) menjadi kerajinan.

A. Sangat Sering

B. Sering

C. Kadang-kadang

D. Jarang

E. Tidak Pernah

5. Apakah Bapak/Ibu melakukan kegiatan pengomposan sampah rumah tangga?

A. Sangat Sering

B. Sering

C. Kadang-kadang

D. Jarang

E. Tidak Pernah

6. Apakah Bapak/Ibu menggunakan bahan/alat yang bisa didaur ulang (baterai)?

A. Sangat Sering

B. Sering

C. Kadang-kadang

D. Jarang

E. Tidak Pernah

Page 129: Tesis Fahmi PSMIL

Lampiran 2. PEDOMAN WAWANCARA

A. Daftar pertanyaan kepada Kepala Dinas Kebersihan dan Tata Ruang Kota

Solok dan Staf

1. Bagaimana program pengelolaan sampah di Kota Solok ?

2. Apakah ada peraturan daerah yang mengatur tentang pengelolaan sampah dengan

prinsip 3R?

3. Apakah pemerintah telah melakukan sosialisasi tentang prinsip 3R kepada

masyarakat? Bagaimana bentuk sosialisasinya?

4. Apakah pemerintah telah memberikan pelatihan entang pelaksanaan prinsip 3R

dalam pengelolaan sampah rumah tangga? Pelatihan apa saja?

5. Bagaimana respon masyarakat terhadap pengelolaan sampah dengan prinsip 3R?

Apa faktor yang mempengaruhinya?

6. Apa langkah yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk

mendorong/memotivasi masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah

dengan prinsip 3R?

Page 130: Tesis Fahmi PSMIL

B. Daftar pertanyaan kepada Tokoh Masyarakat/Lembaga Lokal

1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang situasi pengelolaan sampah saat ini ?

2. Apa yang Bapak / Ibu ketahui tentang pengelolaan sampah dengan prinsip 3R?

3. Apakah Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan sosialisasi dan pembinaan

pengelolaan sampah dengan prinsip 3R? Bagaimana bentuknya?

4. Bagaimana respon masyarakat tentang pengelolaan sampah 3R? Apakah sudah

ada masyarakat yang melaksanakannya ?

5. Menurut Bapak/Ibu, apa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk

menerapkan pengelolaan sampah 3R?

6. Peran apa yang bisa dilakukan oleh tokoh adat/tokoh agama/tokoh masyarakat

untuk mendorong peran masyarakat dalam pengelolaan sampah 3R?

7. Apakah tokoh masyarakat ikut dalam mensosialisasikan kegiatan pengelolaan

sampah dengan prinsip 3R ini? Bagaimana bentuk dan caranya?

Page 131: Tesis Fahmi PSMIL

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Sebelum angket digunakan untuk pengumpulan data, maka terlebih dahulu

diuji melalui Construc Validity dan reabilitas melalui Internal Consistency-test.

Berikut disajikan hasil uji validitas dan reliabilitas untuk seluruh pertanyaan.

Variabel Item

Pertanyaan

Validitas Reliabilitas

R

kritis

Titik

Kritis Kesimpulan

R

kritis

Titik

Kritis Kesimpulan

X1

1 0.30 0.37 Valid

0.91 0.70 Reliabel

2 0.30 0.37 Valid

3 0.30 0.45 Valid

4 0.30 0.45 Valid

5 0.30 0.59 Valid

6 0.30 0.65 Valid

7 0.30 0.43 Valid

X2

1 0.30 0.43 Valid

0.93 0.70 Reliabel

2 0.30 0.49 Valid

3 0.30 0.40 Valid

4 0.30 0.32 Valid

5 0.30 0.39 Valid

6 0.30 0.53 Valid

7 0.30 0.52 Valid

X3

1 0.30 0.87 Valid

0.89 0.70 Reliabel

2 0.30 0.82 Valid

3 0.30 0.85 Valid

4 0.30 0.83 Valid

5 0.30 0.86 Valid

6 0.30 0.83 Valid

X4

1 0.30 0.39 Valid

0.70 0.70 Reliabel

2 0.30 0.69 Valid

3 0.30 0.57 Valid

4 0.30 0.45 Valid

5 0.30 0.50 Valid

6 0.30 0.39 Valid

Y 1 0.30 0.65 Valid 0.72 0.70 Reliabel

Page 132: Tesis Fahmi PSMIL

2 0.30 0.85 Valid

3 0.30 0.69 Valid

4 0.30 0.59 Valid

5 0.30 0.58 Valid

6 0.30 0.59 Valid

Dari tabel diatas terlihat bahwa seluruh butir pernyataan variabel Pengetahuan

(X1), Sikap (X2), Komunikasi (X3), Peran Tokoh Masyarakat (X4), dan Tindakan (Y)

menunjukkan hasil yang valid pada titik kritis sebesar 0,30 dan uji reliabilitas

menunjukkan hasil yang reliabel pada titik kritis 0,70. Dengan demikian seluruh butir

pertanyaan tersebut di atas dapat digunakan dalam analisis berikutnya.

Page 133: Tesis Fahmi PSMIL

Lampiran 5. Output SPSS

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Y 10.7848 2.84051 79

X1 5.6835 1.21470 79

X2 19.8481 2.73200 79

X3 15.6076 4.39819 79

X4 19.6329 3.08918 79

Correlations

Y X1 X2 X3 X4

Pearson Correlation Y 1.000 .679 .662 .784 .578

X1 .679 1.000 .611 .528 .368

X2 .662 .611 1.000 .555 .328

X3 .784 .528 .555 1.000 .552

X4 .578 .368 .328 .552 1.000

Sig. (1-tailed) Y . .000 .000 .000 .000

X1 .000 . .000 .000 .000

X2 .000 .000 . .000 .002

X3 .000 .000 .000 . .000

X4 .000 .000 .002 .000 .

N Y 79 79 79 79 79

X1 79 79 79 79 79

X2 79 79 79 79 79

X3 79 79 79 79 79

X4 79 79 79 79 79

Page 134: Tesis Fahmi PSMIL

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 X4, X2, X1, X3a . Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .869a .755 .741 1.44439 .755 56.915 4 74 .000

a. Predictors: (Constant), X4, X2, X1, X3

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 474.958 4 118.740 56.915 .000a

Residual 154.383 74 2.086

Total 629.342 78

a. Predictors: (Constant), X4, X2, X1, X3

b. Dependent Variable: Y

Page 135: Tesis Fahmi PSMIL

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

95,0% Confidence

Interval for B Correlations

B Std. Error Beta

Lower

Bound

Upper

Bound Zero-order Partial Part

1 (Constant) -4.408 1.462 -3.015 .004 -7.321 -1.495

X1 .604 .179 .258 3.383 .001 .248 .960 .679 .366 .195

X2 .211 .081 .203 2.615 .011 .050 .371 .662 .291 .151

X3 .284 .052 .439 5.470 .000 .180 .387 .784 .537 .315

X4 .160 .064 .174 2.511 .014 .033 .288 .578 .280 .145

a. Dependent Variable: Y

Page 136: Tesis Fahmi PSMIL

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Elsa Yolarita

Tempat / Tanggal Lahir : Bukittinggi / 2 Agustus 1976

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

NIP : 19760802 200604 2 005

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Alamat Rumah : Jln. Yos Sudarso No. 499 Solok - Sumatera Barat

Alamat Kantor : Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kota Solok

Jln. Imam Bonjol No. 366 Solok – Sumatera Barat

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 11 Solok, Lulus Tahun 1988.

2. SMP Negeri 1 Solok, Lulus Tahun 1991.

3. SMA Negeri 1 Solok, Lulus Tahun 1994.

4. Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang, Lulus Tahun 1994.

5. Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas

Padjadjaran Bandung, Lulus Tahun 2011.

II. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Staf pada Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Tahun 2006 – sekarang.

Page 137: Tesis Fahmi PSMIL