BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf ·...

23
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretching 1. Definisi Stratic Stretching Stretching merupakan proses yang dilakukan untuk menggerakkan atau memanjangkan otot agar bekerja secara optimal dan menunjang aktivitas tubuh ketika berolahraga atu menjalankan aktivitas sehari-hari (Tollison, 2011). Dalam praktiknya sendiri terdapat beberapa teknik dalam melakukan stretching diantaranya static stretching, ballistic stretching, passive stretching, dan propioseptive stretching. Static stretching sendiri merupakan teknik stretching yang dilakukan dengan mengulur otot secara perlahan menuju titik tidak nyaman akan tetapi tidak nyeri (Anderson dan Burke, 1991). 2. Manfaat Static Stretching Respon otot terhadap static stretching bergantung pada struktur muscle spindle dan golgi tendon organ, ketika otot diregang dengan sangat cepat maka serabut afferent primer merangsang alpha motor neuron pada medulla spinalis dan memfasilitasi kontraksi serabut ekstrafusal yaitu meningkatkan ketegangan pada otot. Tetapi jika peregangan ini dilakukan secara lambat pada otot, maka golgi tendon organ terstimulasi dan menginhibisi ketegangan otot sehingga terjadi pemanjangan pada komponen elastis otot (Wismanto, 2011).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Static Stretching

1. Definisi Stratic Stretching

Stretching merupakan proses yang dilakukan untuk menggerakkan atau

memanjangkan otot agar bekerja secara optimal dan menunjang aktivitas

tubuh ketika berolahraga atu menjalankan aktivitas sehari-hari (Tollison,

2011). Dalam praktiknya sendiri terdapat beberapa teknik dalam melakukan

stretching diantaranya static stretching, ballistic stretching, passive

stretching, dan propioseptive stretching. Static stretching sendiri merupakan

teknik stretching yang dilakukan dengan mengulur otot secara perlahan

menuju titik tidak nyaman akan tetapi tidak nyeri (Anderson dan Burke,

1991).

2. Manfaat Static Stretching

Respon otot terhadap static stretching bergantung pada struktur muscle

spindle dan golgi tendon organ, ketika otot diregang dengan sangat cepat

maka serabut afferent primer merangsang alpha motor neuron pada medulla

spinalis dan memfasilitasi kontraksi serabut ekstrafusal yaitu meningkatkan

ketegangan pada otot. Tetapi jika peregangan ini dilakukan secara lambat

pada otot, maka golgi tendon organ terstimulasi dan menginhibisi ketegangan

otot sehingga terjadi pemanjangan pada komponen elastis otot (Wismanto,

2011).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

9

Pada saat otot diulur pada jangka waktu yang sedikit lebih lama maka

muscle spindle akan terbiasa dengan panjang otot yang baru (Wismanto,

2011). Davis dkk. pada tahun 2005 juga membandingkan keefektifan pada

tiga metode stretching pada fleksibilitas otot hamstring. Pada kelompok static

stretching sebanyak lima orang yang terdiri atas tiga orang laki-laki dan dua

orang permpuan, dengan durasi strtching selama 30 detik dan dilakukan

selama tiga kali seminggu memberikan hasil yang signifikan disbanding

dengan metode stretching yang lain dalam meningkatkan fleksibilitas otot

hamstring pada responden. Fleksibilitas pada otot hamstring memiliki

peranan yang sangat penting mengingat otot hamstring bekerja dalam

keadaan consentric. Ketika bergerak maupun berolahraga otot hamstring akan

tertarik dan terulur sesuai kegiatan, sehingga fleksibilitas otot sangat

diperlukan.

3. Indikasi dan Kontraindikasi Static Stretching

Indikasi merupakan suatu kondisi yang bisa diaplikasikan Static

Stretching. Sedangkan kontraindikasi merupakan suatu kondisi yang tidak

boleh diaplikasikan Static Stretching. Adapun indikasi dan kontraindikasi

menurut Colby dkk. (2012).

Tabel 2.1 Indikasi dan Kontraindikasi Static Stretching

Static Stretching

Indikasi Kontraindikasi

1. Memperbaiki range of motion

(ROM) yang terhambat akibat

adanya adhesi, kontraktur, dan

perlukaan pada formasi jaringan

yang menyebabkan pembatasan

aktivitas

1. Keterbatasan sendi akibat

adanya blockade oleh

tulang.

2. Terdapat tanda infeksi dan

inflamasi

3. Terdapat riwayat patah

tulang dan proses

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

10

2. gerakan terhambat yang mungkin

dapat memengaruhi kelainana

structural yaitu sebagai upaya

preventif

3. Kelemahan dan pemendekan

jaringan yang menyebabkan

keterbatasan range of motion

4. Merupakan komponen conditioning

pada sport-spesific yang merupakan

sebagai pencegahan cidera

muskulloskeletal

5. Dialakukan sebelum atau sesudah

olahraga berat guna mencegah

terjadinya nyeri otot

penyembuhan tulang yang

belum menyatu sepenuhnya

4. Nyeri berlebih ketika

dilakukan peregangan

5. Terdapat hematoma atau

indikasi trauma jaringan

lainnya

6. Hypermobility

7. Pemendekan jaringan lunak

pada orang paralysys atau

pada orang yang yang

mengalami kelemahan otot

yang parah untuk

melakukan kemampuan

fungsional atau bahkan

tidak dapat mekakukannya

4. Metode Static Stretching

Dalam bukunya yang berjudul “Ultimate Guide to Stretching &

Flexibility” Brad Walker (2011) cara untuk melakukan static stretching

sebagai berikut:

a. Posisikan badan dimana otot atau grup otot yang ingin di stretch dalam

keadaan dalam keadaan terulur. Posisi untuk membiarkan otot

hamstring terulur adalah dengan duduk tegak dan meletakkan kaki

kearah depan.

b. Pastikan kedua otot baik agonis maupun antagonis dalam posisi terulur

dengan rileks.

c. Secara perlahan dan hati-hati turunkan badan menuju kedepan utnuk

meningkatkan tension pada otot hamstring menuju titik tidak nyaman

akan tetapi tidak nyeri.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

11

d. Tahan posisi maksimal tersebut selama 30 detik dengan tiga

repetisi dengan jeda interval 30 detik, dilakukan secara

bergantian kaki kanan dan kiri.

Gambar 2.1 Stretching muscle group hamstring

(Sumber: Lubis, 2011)

5. Dosis Static Stretching

Pada latihan static stretching dilakukan penguluran otot setidaknya tujuh

detik, hal ini dikarenakan ketikan muscle propioseptor pada muscle spindle

ter-strech maka akan menghasilkan sinyal impuls yang membuat otot

berkontraksi untuk melawan rahanan dari stretch. Dengan menahan gerkan

selama tujuh detik akan mengaktivasi golgy tendon organ yang selanjutnya

akan menghambat reaksi dari muscle spindle tersebut dan memberikan efek

relaksasi sehingga otot dapat ter-stretch lebih jauh (Boreham dkk., 2006).

Dalam penelitiannya Chan dkk. (2001) menghasilkan kesimpulan

mengenai dosis latihan static stretching pada otot hamstring efektif dalam

peningkatan fleksibilitas jika dilakukan selama empat atau delapan minggu.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dosis untuk static stretching diberikan

selama selama 30 detik tiga kali repetisi dengan jeda interval 30 detik

latihannya dan dilakukan seminggu sebanyak tiga kali dengan jangka waktu

selama empat minggu.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

12

B. Konsep Nordic Hamstring Excercise

1. Definisi Nordic Hamstring

Nordic hastring exercise merupakan latihan yang bersifat eccentric yaitu

latihan dimana meningkatnya tnsion atau tegangan otot agonis disertai

dengan bertambahnya panjangnya otot. Pada latihan nordic hamstring otot

hamstring merupakan agonis sebagai target latihan. Latihan ini juga bersifat

mengulur dan juga penguatan yang dilakukan secara bersamaan. Tegangan

pada serabut otot yang terulur atau eccentric sangat kuat dibandingkan

dengan saat otot memendek atau consentric (Lorenz, 2011).

2. Manfaat Nordic Hamstring Excercise

Dalam kontraksi otot normal, kecepatan gerakan dan besar tegangan

berbanding terbalik. Semakin cepat kontraksi otot maka semakin kecil

tegangan dari otot tersebut. Selama latihan eccentric selain memiliki durasi

kontraksi otot yang lebih panjang, selain itu konsumsi oxygen pada latihan ini

juga memiliki kadar yang rendah lebih dari dua kali dari saat istirahat. Dalam

penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa latihan eccentric membutuhkan

energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan kontraksi yang bersifat

concentric karena kecilnya jumlah oxygen yang dibutuhkan sehingga

pemecahan ATP dan produksi panas melambat (Lorenz, 2011). Sehingga

latihan eccentric merupakan latihan dengan bahan bakar rendah dengan gaya

yang besar. Dalam penelitiannya Aktug dkk. Pada tahun 2018 mendapatkan

bahwa terjadi peningkatan kekuatan otot hamstring setelah dilakukan latihan

nordic hamstring.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

13

Latihan nordic hamstring merupakan latihan yang menggunakan konsep

eksentrik pada otot hamstring. Secara fisiologis ketika mengaplikasikan

latihan nordic, respon serabut otot akan terulur secara maksimal. Stimulus

dari golgi tendon menyebabkan tendon otot hamstring juga ikut memanjang,

sehingga otot hamstring akan mengulur secara optimal karena tidak ada

tahanan dari otot agonisnya, yaitu otot quadriceps. Nordic hamstring juga

menghasilkan gaya yang besar dengan konsumsi oksigen yang sedikit serta

adanya gerakan melawan tahanan dari latihan nordic hamstring yang

mengulur otot melawan arah gravitasi dengan waktu yang sedikit lebih lama

membuat otot terulur sehingga terjadi pemanjangn otot yang nantinya akan

menambah fleksibilitas otot hamstring dan menigkatkan lingkup gerak sendi

(Nabil, 2017).

3. Indikasi Dan Kontraindikasi Nordic Hamstring

Indikasi merupakan suatu kondisi yang bisa diaplikasikan nordic

hamstring. Sedangkan kontraindikasi merupakan suatu kondisi yang tidak

boleh diaplikasikan nordic hamstring. Adapun indikasi dan kontraindikasi

Nordic Hamstring menurut Colby dkk. (2007).

Tabel 2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Nordic Hamstring

Contract Relax Stretching

Indikasi Kontraindikasi

1. Latihan dalam rangka meningkatkan

tegangan dan fleksibilitas otot.

2. Injury preventive

3. Latihan rehabilitasi pasca cidera

hamstring

1. Adanya nyeri gerak

free active

2. Masih ada tanda-tanda

inflamasi

3. Keadaan adanya

masalah

kardiopulmonal yang

parah seperti penderita

jantung coroner parah,

penderita penyakit

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

14

jantung bawaan,

hipertensi yang tidak

terkontrol, dan

dysrhythmia.

4. Metode Nordic Hamstring

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sayers dkk. (2008), latihan nordic

hamstring merupakan latihan yang membutuhkan bantuan partner agar

latihan nordic hamstring bisa optimal. Berikut teknik latihan nordic

hamstring yang dikemukakan oleh (Sayers dkk., 2008).

a. Posisi awal atlet berdiri menggunakan lutut ditekuk 90o (kneeling).

Asisten menahan ankle pasien agar tidak terangkat.

Gambar 2.2 Posisi Awal Nordic Hamstring

(Sumber: Sayers dkk., 2008).

b. Kemudian dari posisi kneeling, minta atlet untuk menjatuhkan tubuhnya

secara perlahan dan menahannya sebisa mungkin dengan kedua

hamstringnya. Sembari menjatuhkan tubuhnya, minta atlet untuk

mengkontraksikan otot perutnya agar tidak terjadi posisi khyposis atau

bungkuk.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

15

Gambar 2.3 Posisi Kedua Nordic Hamstring Exercise

(Sumber: Sayers dkk., 2008)

c. Diakhir gerakan, atlet mempersiapkan tangannya untuk menyangga

ketika jatuh dan membiarkan dadanya menyentuh lantai. Dan

menjatuhkan tubuh secara perlahan hingga dada pasien menyentuh

lantai.

Gambar 2.4 Posisi terakhir nordic hamstring excercise

(Sumber: Sayers dkk., 2008)

5. Dosis Nordic Hamstring

Dalam penerapannya latihan memiliki prinsip overload diamana dalam

setiap latihannya atlet dituntut untuk meningkatkan bebean latihan. Ketika

diberikan beban latihan yang lebih berat, otot akan meningkatkan kapasitas

metabolisme yang diiringi dengan peningkatan kemampuan dari

sebelumnya. Adaptasi system tubuh terhadap latihan bersifat sementara

kecuali latihan tersebut dilakukan secara berkala. Penurunan kemampuan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

16

setelah latihan akan dirasakan dalam seminggu atau lebih setelah berhenti

dari latihan (Colby dkk., 2007). Latihan diberikan dengan jeda interval 10

detik tiap exercise dan dua menit untuk tiap set (Ditroilo dkk., 2013).

Berikut merupaka dosis latihan nordic hamstring menurut Mjolsnes (2004)

dalam Seymore (2017).

Tabel 2.3 Dosis Latihan Nordic Hamstring

Minggu Sesi/minggu Set x repetisi

1 1 2 x 5

2 2 2 x 6

3 3 3 x 6-8

4 3 3 x 8-10

C. Fleksibilitas Otot Hamstring

1. Anatomi dan Biomekanik

Hamstring merupakan group otot besar pada tungkai yang

berfungsi sebagai stabilisasi dan penggerak anggota tubuh bagian bawah

(Nabil, 2017). Hamstring melintang dari sendi panggul menuju sendi

lutut. Fungsi utama dari otot hamstring untuk melakukan gerakan fleksi

pada sendi lutut, selain itu otot hamstring juga membantu gerakan

ekstensi, internal rotasi, dan eksternal rotasi pada sendi panggul (Putra,

2017). Otot hamstring terdiri dari otot biceps femoris, semimembranosus,

dan semitendinosus (Irfan, 2008).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

17

Gambar 2.5 Anatomi otot hamstring

(Sumber: Paulsen dan Waschke, 2011).

a. Otot Biceps Femoris

Otot biceps femoris memiliki dua caput yaitu biceps femoris

caput longum (BFCL) dan biceps femoris caput brevis (BFCB).

Origo dari BFCL terletak di tuberositas ischii sedangkan pada BFCB

terletak di linea aspera sisi lateral. Kedua otot ini bersatu dan

membentuk otot biceps femoris dan berinsersio di caput fibule. Otot

biceos femoris berfungsi untuk melakukan gerakan fleksi serta

gerakan rotasi lateral pada sendi lutut (Irfan, 2008).

b. Otot semitendinosus

Otot semimembranosus memiliki origo pada tuberositas ischii

dan terletak di belakang otot semimembranosus. Otot semitendinosus

memiliki tendon otot yang lebih panjang pada bagian proksimal.

Otot semitendinosus memiliki fungsi untuk melakukan gerakan

ekstensi pada sendi panggul, selain itu otot ini juga berfungsi untuk

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

18

melakukan gerakan fleksi dan rotasi medial pada sendi lutut (Irfan,

2008).

c. Otot semimembranosus

Otot semimembranosus merupakan otot yang memiliki origo

di tuberositas ischii dan berinsertio pada condyles medial tulang

tibia. Lokasi insetio otot ini mengarah pada tiga lokasi yaitu pada

condyles medial tulang tibia, facia poplitea, dan capsule ligamentum

popliteal oblique. Pembagian tiga lokasi ini sering disebut dengan

istilah pes anserius profunda. Otot semimembranosus memliki

fungsi untuk gerakan ekstensi pada panggul serta gerakan fleksi dan

rotasi medial sendi lutut (Irfan, 2008).

Otot hamstring merupakan salah satu otot gerak tungkai bawah yang

berperan dalam kelincahan pemain basket (Mutohir dan Maksum, 2007).

Menurut Putra (2017), secara fisiologi otot hamstring akan terjadi kontraksi

maksimal ketika sendi panggul melakukan gerakan fleksi maksimal dan

sendi lutut melakukan gerakan ekstensi maksimal. Jika ditunjau dari

kegiatan kita sehari - hari otot hamstring cenderung selalu bekerja secara

consentric, sehingga ketika kita melakukan kegiatan olahraga yang

memerlukan otot hamstring memanjang secara maksimal maka akan rawan

terjadi cidera pada otot hamstring ketika tidak melakukan pemanasan yang

adekuat sebelumnya (Mujahidin, 2018).

Latihan fleksibilitas yang adekuat dapat meningkatkan luas dari

lingkup gerak sendi dan fleksibilitas dari otot hamstring sehingga cidera

otot dapat terhindar. Otot hamstring merupakan salah satu otot gerak

tungkai bawah yang berperan dalam kelincahan pemain basket sehingga

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

19

fleksibilitas otot hamstring merupakan faktor yang sangat penting yang

pemain perlu miliki (Mutohir dan Maksum, 2007). Sesuai dengan pendapat

Harsono (1988) dalam Putra (2017) bahwa risiko cidera otot akan berkurang

pada otot hamstring yang memiliki fleksibilitas yang baik, sehingga dapat

meningkatkan koordinasi, kelincahan, kecepatan, dan memperbaiki posisi

tubuh.

D. Konsep Agility / Kelincahan

1. Definisi Agility

Agility atau kelincahan merupakan kemampuan untuk merubah arah

atau posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan bersamaan dengan gerak

tubuh lainnya (Widiastuti, 2011). Basket merupakan olahraga yang

mengharuskan pemainnya bergerak kesegala arah dengan cepat dan terarah

sehingga kelincahan atau agility merupakan kemampuan dasar yang harus

dimiliki pemain basket.

2. Komponen Agility

Kelincahan sendiri memiliki karakteristik yang unik dalam

memainkan perannya terkait mobilitas fisik atlet. Kelincahan bukan

merupakan kemampuan tunggal, akan tetapi kelincahan merupakan

gabungan dari beberapa kemampuan koordinasi, speed, dan power.

Komponen tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain secara

bersamaan (Bompa, 1994 dalam Utama, 2013). Komponen utama agility

terbagi menjadi dua yaitu persepsi dan pengambilan keputusan dan merubah

arah gerak dan kecepatan (Tim, 2013). Agility merupakan kemampuanyang

kompleks dimana power, koordinasi, dan fleksibilitas berperan sangat

penting didalamnya.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

20

3. Faktor yang Mempengaruhi Agility

Menurut Kuswendi, 2012, terdapat beberapa faktor yang

memengaruhi kelincahan yaitu:

a. Tipe tubuh

Tipe tubuh merupakan kapasitas fisik umum dan hanya sebagai

indikasi kecocokan seorang atlet. Orang yang memiliki bentuk tubuh

tinggi dan ramping atau ectomorph dan orang yang memiliki bentuk

tubuh bulat atau endomorph cenderung memiliki kelincahan yang buruk

disbanding orang yang memiliki bentuk tubuh sedang dengan perototan

yang baik atau mesomorph yang memiliki kelincahan yang baik.

b. Usia

Kelincahan meningkat sampai usia 12 tahun pada saat memasuki

periode pertumbuhan cepat atau rapid grow. Setelah melalui fase

tersebut kelincahan dapat ditingkatkan hingga dewasa. Kelincahan

mulai mengalami penurunan menjelang usia lanjut.

Penelitian yang dilakukan oleh Zemkova dan Hamar (2014) tentang

hubungan usia terhadap kelincahan didapatkan kesimpulan bahwa

kelincahan akan menurun seiring bertambahnya usia dimana penurunan

pertama terjadi pada usia 7 – 10 tahun, pernuruanan kedua pada usia 10

– 14 tahun, dan terjadi perlambatan penurunan pada usia remaja yaitu

14 – 18 tahun sehingga rentang usia dimana seseorang memiliki tingkat

kelincahan paling baik yaitu pada rentang usia 14 – 18 tahun.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

21

c. Jenis Kelamin

Pada laki-laki kelincahan terlihat sangat mencolok sebelum masa

pubertas. Setelah pubertas, kelincahan laki-laki akan terlihat sangat

mencolok dibandingkan dengan kelincahan yang dimiliki perempuan.

d. Berat Badan

Berat badan sangat berpengaruh terhadap kelincahan. Seorang atlet

yang mengalami kelebihan gizi akan sangat berpengaruh dengan berat

badan yang nantinya akan mengurangi dari kelincahan atlet. Pada

penelitiannya Dhapola dan Verma tahun 2017 mengatakan bahwa

semakin besar BB atlet maka semakin besar pula beban yang dibawa

atlet pada saat bergerak sehingga hal ini dapat menyebabkan penurunan

peforma dan sangat mempengaruhi kelincahan atlet. Seseorang dengan

berat badan berlebih juga dapat meningkatkan tahanan pergerakan dan

penghambatan keluasan gerak dari sendi akibat kontak dengan bagian

tubuh lain (Kisner & Colby, 2012).

e. Kelelahan

Kelelahan dapat mengurangi kelincahan dengan sangat signifikan.

Selain memelihara daya tahan jantung dan daya tahan otot, mengatur

porsi latihan dan istirahat juga sangat penting dalam rangka menjaga

stamina guna meningkatkan kalincahan

f. Indeks Massa Tubuh

Menurut NHLBI Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan hasil hitung

dari berat badan dalam kilogram dibagi dengan berat badan pangkat dua

dalam meter (kg/m2). Dalam penelitian yang dilakukan Taghinejad pada

tahun 2013 mendapatkan hasil bahwa terdapat korelasi yang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

22

berkebalikan antara indeks massa tubuh dengan kelincahan. Pada hasil

penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa peningkatan

endomorph dan berat badan pada responden menurunkan peforma pada

subjek tertentu seperti kemampuan dribbling dan kelincahan. Sejalan

pula dengan hasil penelitian Sharma pada tahun 2011 yang

mendapatkan kesimpulan bahwa grup subjek yang memiliki IMT

sedang memiliki kecepatan dan kelincahan lebih disbanding dengan

grup subjek yang memiliki IMT tinggi. Berikut merupakan klasifikasi

dari IMT berdasarkan WHO Asian-BMI classification yang di

publikasikan pada tahun 2000 dalam Girdhar tahun 2016.

Tabel 2.4 WHO Asian-BMI Classification

Status nutrisi IMT (kg/m2)

Underweight < 18,5

Normal 18,5 – 22,9

Overweight 23 – 24,9

Obese I 25 – 29,9

Obese II > 30

4. Metode Pengukuran Agility

Dalam penelitiannya Hachana dkk (2013) yang membandingkan tiga alat

ukur kelincahan yaitu illinois agility test, edgreen step test, dan t-test

mendapati bahwa Illinois agility test memiliki reliabilitas interrater yang

sangat baik dan test-retest yang cukup baik. Dalam test ini diperlukan

delapan cone, stopwatch, dan area lapangan yang luasnya 10 x 5 meter,

empat cone digunakan untuk menandai start dan finish, empat cone yang

lainnya diletakkan di tengah dengan jarak yang sama asntar cone. Setiap

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

23

cone dibagian tengah diberi jarak sebesar 3,3 meter (Fitriani, 2016 dalam

Sholihah 2018).

Gambar 2.6 Illinois Agility Run Test

(sumber: Fitriani, 2016)

Prosedur pelaksanaan:

a. Peneliti Peneliti meletakkan 4 cone sebagai penanda berbentuk

persegi panjang dengan ukuran 10 x 5 meter. Peneliti memberikan

penanda start pada cone yang terletak di sebelah kiri dan

selanjutnya peneliti juga memberikan penanda finish pada cone yang

berada sebelah kanan lapangan.

b. Peneliti meletakkan 4 cone lainnya di tengah area uji dengan jarak

3,3-meter pada setiap cone.

c. Peneliti menjelaskan jalur lari yang harus dilewati responden sampai

finish.

a. Asisten bersiap untuk memberikan aba-aba, ketika asisten

mengatakan “go” responden diminta untuk berlari mengikuti jalur

yang telah ditentukan hingga finish tanpa menyentuh cone sementara

asisten yang lain menghitung waktu sesuai responden dimulai dari aba

– aba hingga responden tiba di finish menggunakan stopwatch.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

24

b. Selanjutnya peneliti mencatat waktu tempuh responden yang

selanjutnya di sesuaikan dengan nilai kelincahan sesuai tabel Illinois

Agility Run Rratings dalam satuan detik menurut Roozen (2004).

Tabel 2.5 Norma kualitas kelincahan (Roozen, 2004)

E. Konsep Bola Basket

1. Permainan Bola Basket

Bola basket adalah olahraga yang dimainkan oleh 2 (dua) team yang

masing-masing terdiri 5 (lima) pemain. Tujuan dari masing-masing tim

adalah untuk mencetak angka ke keranjang lawan dan berusaha mencegah tim

lawan mencetak angka (Perbasi, 2010). Bola basket berasal dari Amerika

Serikat diciptakan oleh James A Naismith pada tahun 1891. Atas prakasa Dr.

Elmer Beny pada tanggal 21 zjuni 1932 diadakan konferensi internasional

bola basket di Jenewa. Dalam konferensi tersebut terbentuklah federasi bola

basket internasional yang diberi nama Federation Internationale De

Basketball Amateur (FIBA). Menurut persatuan bola basket seluruh Indonesia

(2012), bola basket masuk dan berkembang melalui perantara perantau-

perantau dari China sejak tahun 1920-an. Para perantau membentuk

komunitas dan sekolah-sekolah Tionghoa yang selanjutnya berkembang

dengan sangat cepat di Indonesia (Hapsatio 2018).

Rating Laki-laki (detik) Perempuan (detik)

Sangat baik <15,2 <17

Baik 15,2-16,1 17-17,9

Rata-rata 16,2-18,1 18-21,7

Cukup 18,2-18,3 21,8-23

Kurang >18,3 >23

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

25

2. Teknik Permainan Bola Basket

Agar pemain basket dapat melakukan permainan yang baik, maka

pemain basket perlu memperhatikan beberapa teknik dasar dari permainan

bola basket. Teknik dasar dari permainan bola basket yang harus di kuasai

oleh pemain ialah sebagai berikut:

a. Passing and Catching

Untuk mengoper bola kepada rekan satu tim dapat dilakukan

dengan cara passing sedangkan gerakan catching dilakukan ketika

melakukan gerakan menagkap bola dari rekan satu tim (Mirdyanti, 2012

dalam Prasetyo, 2018). Gerakan passing terdiri dari beberapa macam

teknik yaitu:

1. Chest Pass

Passing jenis ini digunakan untuk melakukan umpan pada jarak

yang pendek dan cepat. Passing ini dilakukan dengan melakukan

lemparan kea rah dada rekan satu tim. Mengumpan dengan

menggunakan cara ini memerlukan power otot lengan yang baik agar

umpan dapat bergerak dengan cepat kepada rekan satu tim (Dedi,

2013).

Gambar 2.7 Chest pass

(Sumber: Prasetyo, 2018)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

26

2. Over Head Pass

Passing jenis ini biasanya digunakan ketika melakukan umpan

dengan posisi yang lebih tinggi dari lawan. Passing jenis ini sangat

menguntungkan ketia postur lawan yang lebih rendah sehingga lawan

susah untuk menggapai bola (Dedi, 2013).

Gambar 2.8 Over head pass

(Sumber: Prasetyo, 2018)

3. Bounce Pass

Passing jenis ini biasa digunakan untuk menerobos pertahanan

lawan. Bounce pass dilakukan dengan menggunakan chest pass

yang selanjutnya dipantulkan ke lantai terlebuh dahulu (Dedi,

2013)

Gambar 2.9 Bounce pass

(Sumber: Prasetyo, 2018).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

27

b. Dribbling

Dribbling merupakan gerakan yang dilakukan untuk menggiring bola

selama pertandingan. Gerakan menggiring bola ini bertujuan agar bisa

membawa bola ke daerah lawan yang dilanjutkan dengan mencetak

point di ring lawan (Pratiwi, 2014). Gerakan drible dapat dilakukan

dengan dua cara, yang pertama dribble dengan posisi rendah sehingga

menghasilkan pantulan bola basket yang sedikit cepat. Cara kedua

dapat dilakukan dengan melakukan dribble dengan posisi yang sedikit

lebih tinggi dengan memantulkan bola secara santai (Dedi, 2013).

Gambar 2.10 Dribbling

(Sumber: Prasetyo, 2018)

c. Shooting

Gerakan ini merupakan gerakan terakhir yang hendak dilakukan

ketika akan memasukkan bola ke ring lawan untuk mencetak point.

Shooting dapat dilakukan dengan du acara yaitu menggunakan satu

tangan ataupun menggunakan kedua tangan. (Dedi, 2013 dalam

Prasetyo, 2018).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

28

Gambar 2.11 Shooting

(Sumber: Prasetyo, 2018)

d. Pivot

Pivot merupakan gerakan menumpu pada satu kaki dan berputar

menggunakan kaki lainnya. Teknik ini biasa digunakan untuk

menghindari lawan dengan cara berputar (Mirdayanti, 2012)

Gambar 2.12 Pola kaki ketika melakukan gerakan pivot

(Prasetyo, 2018)

e. Lay Up

Lay up atau tembakan melayang merupakan rangkaian gerakan untuk

memasukkan bola ke keranjang lawan untuk mencetak poin. Gerakan ini

dilakukan dengan cara melangkah sebanyak dua kali yang kemudian

dilanjutkan dengan memasukkan bola ke dalam ring lawan. Lay up

dapat dilakukan dari sisi kanan maupun kiri (Pratiwi, 2014).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

29

Gambar 2.13 Lay up

(sumber: Prasetyo, 2018)

3. Komponen Fisik Bola Basket

Bola basket merupakan olahraga yang unik dimana pemain dituntut agar

dapat bergerak secara dinamis dan terkontrol sehingga semua komponen

kebugaran sangat dibutuhkan didalamnya. Dalam penelitiannya Omprakash

(2016) mendapatkan adanya hubungan yang signifikan mengenai kondisi

physical fitness dari atlet terhadap kemampuan atlet. Hasil penelitian

tersebut menyatakan bahwa speed, Agility, fleksibilitas, dan strength

memiliki hubungan yang sangat signifikan terhadap kemampuan pemain

dilapangan.

4. Karakter Latihan Basket Pada Usia 15 – 18 Tahun

Pada Usia Pada usia 15 – 18 tahun merupakan fase train to compete

dimana pemain basket dilatih mempersiapkan diri untuk terjun dalam

kompetisi. Latihan pada fase ini bertujuan untuk memperkenalkan berbagai

teknik bermain basket level lanjut dan komponen strategi dalam bermain

basket dimana para pemain dapat memilih spesialisasi di lapangan.

Pada fase latihan ini latihan dibagi menjadi beberapa proporsi latihan

yaitu taktik spesifik dalam pertandingan sebanyak 25%, strategi dimana

pemain mulai dikenalkan pada taktik dan penguatan sebanyak 40% perbaikan

dan peningkatan teknik 20%, dan latihan dasar dan pemanasan sebanyak

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Static Stretchingeprints.umm.ac.id/48664/3/BAB II .pdf · perlukaan pada formasi jaringan yang menyebabkan pembatasan aktivitas 1. Keterbatasan sendi

30

15%. Tujuan latihan pada fase ini adalah mengajak pemain untuk belajar

bagaimana berkompetisi dalam segala kondisi (Canada Basketball, 2008).

Jika dikaitkan dengan jumlah proporsi latihan nordic hamstring dan static

stretching termasuk pada latihan dasar dengan prosentase sebesar 15% dan

merupakan latihan pendukung kemampuan fisik bagi pemain.