BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar...

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihan 1. Definisi Keputihan Keputihan yang istilah medisnya disebut leukore (leucorrehoea) atau flour albus (aliran putih) merupakan salah satu bentuk dari vaginal discharge yaitu cairan yang keluar dari vagina. Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun patologis. Disebut keputihan bila pengeluaran cairan yang berlebihan namun bukan darah dari vagina. Keputihan bisa terjadi tidak hanya pada perempuan dewasa. Tetapi juga pada bayi, anak- anak, maupun setelah usia lanjut (Dalimartha, 2002, p.1). Pada vagina wanita dewasa terdapat bakteri yang baik yang disebut dengan basil Doderlein. Dalam keadaan normal, jumlah basil ini cukup dominan dan membuat lingkungan vagina bersifat asam sehingga vagina mempunyai daya proteksi yang cukup kuat. Selain itu vagina juga mengeluarkan sejumlah cairan yang berfungsi untuk melindungi dari infeksi (Indarti, 2005, p.34). Keputihan merupakan istilah yang lazim digunakan oleh masyarakat untuk menyebut penyakit kandidiasis vaginal yang terjadi pada daerah kewanitaan. Penyakit keputihan merupakan masalah kesehatan yang spesifik pada wanita. Keputihan paling umum disebabkan oleh jamur

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keputihan

1. Definisi Keputihan

Keputihan yang istilah medisnya disebut leukore (leucorrehoea)

atau flour albus (aliran putih) merupakan salah satu bentuk dari vaginal

discharge yaitu cairan yang keluar dari vagina. Keputihan bukan merupakan

penyakit melainkan suatu gejala. Gejala tersebut dapat disebabkan oleh

faktor fisiologis maupun patologis. Disebut keputihan bila pengeluaran

cairan yang berlebihan namun bukan darah dari vagina. Keputihan bisa

terjadi tidak hanya pada perempuan dewasa. Tetapi juga pada bayi, anak-

anak, maupun setelah usia lanjut (Dalimartha, 2002, p.1).

Pada vagina wanita dewasa terdapat bakteri yang baik yang

disebut dengan basil Doderlein. Dalam keadaan normal, jumlah basil ini

cukup dominan dan membuat lingkungan vagina bersifat asam sehingga

vagina mempunyai daya proteksi yang cukup kuat. Selain itu vagina juga

mengeluarkan sejumlah cairan yang berfungsi untuk melindungi dari infeksi

(Indarti, 2005, p.34).

Keputihan merupakan istilah yang lazim digunakan oleh

masyarakat untuk menyebut penyakit kandidiasis vaginal yang terjadi pada

daerah kewanitaan. Penyakit keputihan merupakan masalah kesehatan yang

spesifik pada wanita. Keputihan paling umum disebabkan oleh jamur

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

Candida, terutama Candida Albicans yang menginfeksi secara superfisial

atau terlokalisasi. Penyakit ini dalam istilah medis sering kali disebut

kandidiasis vaginal, vulvovaginal candidiasis, atau vaginitis candida

albicans (Manan, 2011, p.70-71).

2. Klasifikasi Keputihan

Menurut Kasdu (2008, p.37), keputihan dibedakan menjadi

keputihan fisiolgis dan patologis. Adapun perbedaannya adalah sebagai

berikut:

a. Keputihan fisologis

Pada daerah sekitar vagina, vagina, dan mulut rahim

dilengkapi dengan sel-sel dan kelenjar yang menghasilkan lendir. Lendir

ini secara alamiah diperlukan sebagai pelumas. Dalam keadaan normal,

lendir ini berwarna jernih, tidak berbau, dan tidak gatal atau pedih.

Produksinya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor

hormonal, rangsangan birahi, kelelahan fisik dan kejiwaan serta adanya

benda asing dalam organ reproduksi. Oleh karena itu lendir ini akan

meningkat saat-saat menjelang dan sesudah haid, pada rangsangan birahi

dan ibu-ibu yang menggunakan kontrasepsi IUD. Keputihan fisiologis

juga dapat ditemukan pada bayi perempuan yang baru lahir sampai umur

kira-kira 10 hari.

b. Keputihan patologis

Keputihan patologis disebut keputihan dengan ciri-ciri

jumlahnya banyak, warnanya putih seperti susu basi, kuning atau

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

kehijauan, disertai dengan rasa gatal atau pedih, terkadang berbau busuk

atau amis. Keputihan menjadi salah satu tanda atau gejala adanya

kelainan pada organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat berupa

infeksi, polip leher rahim, keganasan (tumor dan kanker), serta adanya

benda asing. Namun tidak semua infeksi pada saluran reproduksi wanita

memberikan gejala keputihan.

3. Ciri-ciri Keputihan Fisiologis dan Patologis

Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

adalah sebagai berikut :

Tabel 2 Ciri-ciri Keputihan Berdasarkan Infeksinya

Tanpa

Infeksi

Infeksi Jamur Haemophilus

Vaginalis

Infeksi Trikomonas Infeksi

Flora Campuran

Jumlah Normal Normal/ meningkat

Meningkat Meningkat Meningkat

Warna Putih/

bening

Putih Putih keabu-

abuan

Hijau kekuningan

dengan gelembung

Kekuninga

n dengan purulen

Bisa berwarna kecokelatan atau terwarnai dengan darah

Sifat

khas

Seperti

krim

Kental dengan

plak

Sangat banyak Berbusa Purulen

atau

lengket

Bau Tidak

ada

Tidak ada Sering sangat

menusuk

Agak menusuk Sangat

menusuk

Gejala Tidak

ada

Pruritas yang

nyata

Tidak ada Nyeri dan kadang-

kadang pruritas

Nyeri dan

pruritas

Sumber : Manuaba (2002, p.184). Buku Saku Ilmu Kandungan.

4. Penyebab Keputihan

Menurut Ayuningsih, Teviningrum dan Krisnawati (2010, p.28-

29), ada sejumlah penyebab keputihan patologis :

a. Perilaku tidak hygienis : air cebok tidak bersih, celana dalam tidak

menyerap keringat, penggunaan pembalut yang kurang baik.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

b. Stres sehingga daya tahan tubuh rendah. Terdapat kuman pelindung di

dalam vagina yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem

vagina. Jika wanita mengalami kondisi yang stress, daya tahan tubuh

rendah biasanya menyebabkan cairan ini keluar sedikit lebih banyak.

c. Keputihan karena kelelahan dapat terjadi karena karena kuman-kuman

penyebab infeksi yang menyebabkan keasaman daerah sekitar vagina

terganggu.

d. Diabetes tidak terkontrol sehingga kadar gula yang tinggi menyebabkan

adanya gula dalam urin dan darah dan mengakibatkan bakteri tumbuh

subur.

e. Pada saat hamil karena terjadi perubahan hormonal yang salah satu

dampaknya adalah peningkatan jumlah produksi cairan dan penurunan

keasaman vagina.

f. Pemakaian pil KB karena keseimbangan hormon terpengaruh dan terjadi

ketidakseimbangan pH.

g. Alergi pada benda-benda yang dimasukkan secara sengaja atau tidak ke

dalam vagina misalnya tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut

kemaluan, serta benang dari selimut, celana dan lainnya.

h. Luka, misalnya : tusukan, benturan, tekanan atau iritasi yang berlangsung

lama.

i. Infeksi yang dipicu oleh bakteri, kuman, atau parasit.

j. Penggunaan antibiotik yang berlebihan : ini menyebabkan populasi

bakteri di daerah vagina ikut mati. Bila bakteri mati, jamur akan tumbuh

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

subur. Kebiasaan menggunakan produk pencuci kewanitaan yang

umumnya bersifat alkalis juga menurunkan keasaman daerah vagina.

Sedangkan menurut Dalimartha (2002, p.3-10), penyebab

keputihan sangat bervariasi. Berikut ini beberapa penyebab yang bisa

menimbulkan gejala keputihan :

a. Infeksi

Keputihan karena infeksi dapat disebabkan oleh beberapa jenis

jasad renik yaitu bakteri, jamur, parasit, dan virus.

1) Bakteri (kuman)

a) Gonococcus

Ada beberapa macam bakteri golongan coccus. Salah

satunya Neisseria Gonorrhea, suatu bakteri yang dilihat dengan

mikroskop tampak diplokok (berbentuk biji) intraseluler dan

ekstraseluler, bersifat tahan asam dan bersifat “gram negatif”.

Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual

(PHS/PMS/STD) yang paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada

laki-laki, penyakit ini menyebabkan kencing nanah. Sedangkan

pada perempuan menyababkan keputihan (Dalimartha, 2002, p.4).

b) Chlamydia Trachomatis

Bakteri ini sudah lebih dahulu dikenal sebagai penyebab

penyakit mata yang disebut trakoma, namun ternyata bisa juga

ditemukan dalam cairan vagina yang menyebabkan penyakit

uretritis non-spesifik (non-gonore). Keputihan yang ditimbulkan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

bakteri ini tidak begitu banyak dan lebih encer bila dibandingkan

dengan gonore. Namun, bila infeksinya terjadi bersamaan dengan

bakteri gonococcus, bisa menyebabkan peradangan panggul yang

berat, kemandulan, hingga kehamilan diluar kandungan

(Dalimartha, 2002, p.4-5).

c) Gardnerella Vaginalis

Bakteri ini sering ditemukan dalam vagina, maka kerap

dianggap sebagai bagian dari jasad renik normal. Peradangan yang

ditimbulkan oleh bakteri ini disebut vaginosis bakterial.

Keputihan yang timbul warnanya putih keruh keabu-abuan, agak

lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan panas

pada vagina. Sering kali infeksi ini tanpa gejala (Dalimartha, 2002,

p.5).

2) Jamur Candida

Candida merupakan penghuni normal rongga mulut. Usus

besar dan vagina. Bila jamur Candida di vagina terdapat dalam jumlah

banyak, dapat menyebabkan keputihan yang dinamakan kandidosis

vaginalis. Kira-kira 40% keputihan disebabkan oleh jamur Candida,

paling sering spesies albicans. Jamur ini bisa menyerang semua umur,

mulai dari bayi, dewasa, hingga usia lanjut. Namun perempuan di usia

subur lebih sering terkena jamur ini. Suasana asam vagina yang

berubah menjadi basa memudahkan terjadinya infeksi dengan jamur

candida karena pertumbuhannya menjadi lebih cepat. Beberapa faktor

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

juga dapat mempermudah seseorang terinfeksi jamur ini, seperti saat

haid, hamil, minum antibiotika dalam jangka waktu lama, kontrasepsi

oral (pil KB), obat kortikosteroid, dan penyakit kencing manis

(diabetes mellitus) (Dalimartha, 2002, p.5).

3) Parasit

Banyak parasit yang bisa hidup ditubuh manusia. Satu

diantaranya protozoa dari kelas Mastigophora yang bernama

Trichomonas Vaginalis. Parasit ini hidup dalam vagina dan uretra baik

pada laki-laki maupun perempuan. Penyakit ini menimbulkan

penyakit yang dinamakan Trichomoniasis. Kira-kira 15% keluhan

keputihan disebabkan oleh parasit ini. Penularannya sebagian besar

melalui senggama. Infeksi akut akibat parasit ini meyebabkan

keputihan yang ditandai oleh banyaknya keluar cairan yang encer,

berwarna kuning kehijauan, berbuih menyerupai air sabun, dan

baunya apek. Meskipun sudah dibilas air cairan ini tetap keluar.

Keputihan akibat parasit ini tidak begitu gatal, namun vagina tampak

merah, nyeri bila kencing. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik

perdarahan seperti buah stroberi. Bila keputihan sangat banyak bisa

timbul iritasi di lipat paha dan sekitar bibir kemaluan. Pada infeksi

yang telah menjadi kronis, cairan yang keluar biasanya telah

berkurang dan warnanya menjadi abu-abu atau hijau muda sampai

kuning (Dalimartha, 2002, p.6-7).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

4) Virus

Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus

Herpes Simplex (VHS) tipe-2 dan Human Papilloma Virus (HPV).

Infeksi HPV telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker

serviks, penis, dan vulva. Sedangkan HPV tipe-2 dapat menjadi faktor

pendamping. HPV dapat menimbulkan penyakit kondiloma akuminata

yang disebut juga genital warts, kutil kelamin, veneral warts, atau

jengger ayam (Dalimartha, 2002, p.7-8).

b. Benda Asing dalam Vagina

Benda asing dalam vagina akan merangsang produksi cairan

berlebihan. Pada anak-anak benda asing dalam vagina dapat berupa biji-

bijian atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada wanita dewasa benda

asing bisa berupa tampon, kondom yang berada di dalam akibat lepas

saat melakukan senggama, cincin pesarium yang dipasang pada penderita

hernia organ kandungan (prolaps uteri), atau adanya alat kontrsepsi

dalam rahim (IUD) pada perempuan yang ber-KB spiral (Dalimartha,

2002, p.8).

c. Penyakit Organ Kandungan

Keputihan juga bisa timbul bila ada penyakit di organ

kandungan, misalnya peradangan, tumor, atau pun kanker. Pada tumor

misalnya papilloma, sering menyebabkan keluarnya cairan encer, jernih

dan tidak berbau. Pada kanker rahim atau kanker leher rahim (serviks),

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

cairan yang keluar bisa banyak dan disertai bau busuk dan kadang

disertai darah (Dalimartha, 2002, p.9).

d. Penyakit Menahun atau Kelelahan Kronis

Kelelahan, kurang darah (anemia), sakit yang telah

berlangsung lama, perasaan cemas, kurang gizi, usia lanjut, terlalu lama

berdiri di lingkungan yang panas, peranakan turun (prolaps uteri), dan

dorongan seks yang tidak terpuaskan, dapat menimbulkan keputihan.

Keputihan juga berhubungan dengan keadaan lain seperti penyakit

kencing manis (diabetes mellitus), kehamilan, memakai kontrasepsi yang

mengandung estrogen-progesteron seperti pil KB atau memakai obat

steroid jangka panjang (Dalimartha, 2002, p.9).

e. Gangguan Keseimbangan Hormon

Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina.

Kehidupan Lactobacilli Doderlein, dan ketebalan (proliferasi) sel epitel

skuamosa vagina sehingga membran mukosa vagina membentuk barier

terhadap invasi bakteri. Dengan demikian tidak mudah terkena infeksi.

Hal-hal di atas bisa terjadi karena sel epitel vagina yang menebal banyak

mengandung glikogen. Lactobacilli doderlein yang dalam keadaan

normal hidup di vagina akan memanfaatkan glikogen tadi selama

pertumbuhannya dan hasil metabolismenya akan menghasilkan asam

laktat. Timbulnya suasana asam akibat asam laktat, akan menyuburkan

pertumbuhan Lactobacilli dan Corrinebacteria acidogenetic, tetapi

mencegah pertumbuhan bakteri lainnya. Proses ini akan mempertahankan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

vagina yang dalam keadaan normal memang bersifat asam yaitu sekitar

3,5 - 4,5. Keluarnya cairan lendir rahim (mukus seviks) sehingga vagina

tidak terasa kering juga dipengaruhi oleh stimulasi estrogen (Dalimartha,

2002, p.9).

f. Fistel di Vagina

Terbentuknya fistel (saluran patologis) yang menghubungkan

vagina dengan kandung kencing atau usus, bisa terjadi akibat cacat

bawaan, cidera persalinan, kanker, atau akibat penyinaran pada

pengobatan kanker serviks. Kelainan ini akan menyebabkan timbulnya

cairan di vagina yang bercampur feses atau air kencing. Biasanya bisa

dikenali karena bau dan warnanya (Dalimartha, 2002, p.10).

5. Pencegahan

Pencegahan keputihan tergantung penyebabnya. Di bawah ini

beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya terhindar dari keputihan

(Ayuningsih, Teviningrum dan Krisnawati, 2010, p.31-32) :

a. Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin.

Bersihkan rambut vagina atau pubis yang terlampau tebal, karena dapat

menjadi tempat sembunyi kuman.

b. Cara membilas harus dilakukan dengan benar, yaitu dengan gerakan dari

depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air dan mandi.

Selalu jaga vagina dalam keadaan kering.

c. Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan. Ini bisa karena

memakai celana dalam yang basah, jarang diganti dan tidak menyerap

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

keringat. Kenakan celana dalam dari bahan katun yang menyerap

keringat. Pemakaian celana jeans terlalu ketat juga meningkatkan

kelembapan daerah vagina. Ganti tampon atau panty liner pada

waktunya.

d. Tidak membiasakan memakai bedak/talk di sekitar vagina, tisu harum,

atau tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.

e. Perhatikan kebersihan lingkungan. Bersihkan bak mandi, ember, gayung,

tangki air, dan bibir kloset dengan antiseptik untuk menghindari

menjamurnya kuman.

f. Setia kepada pasangan merupakan langkah awal menghindari keputihan

akibat infeksi yang menular melalui hubungan seks.

g. Keputihan dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan

olahraga.

h. Hindari makanan yang terlalu banyak mengandung tepung dan gula.

6. Pengobatan

Menurut Ayuningsih, Teviningrum dan Krisnawati (2010, p.26),

pengobatan untuk keputihan meliputi :

a. Jika keputihan masih ringan, bisa menggunakan sabun atau larutan

antiseptik khusus pembilas vagina seperlunya. Penggunaan berlebihan

justru akan mematikan flora normal dan mengganggu keasaman vagina.

Konsultasi ke dokter, sehingga akan diperoleh cara pengobatan paling

tepat untuk mengatasi gangguan keputihan patologis dan infeksi sesuai

dengan penyebabnya. Jenis obat dapat berupa sediaan oral berupa tablet

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

atau kapsul, topical seperti krim yang dioleskan, dan uvula yang

dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang

ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada

pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual

selama pengobatan.

b. Bagi yang sudah berkeluarga, lakukan pemeriksaan bersama pasangan.

Jika masih belum sembuh juga, lakukan uji resistensi obat dan mengganti

dengan obat yang lain. Ada kemungkinan bahwa kuman ternyata resisten

terhadap obat yang diberikan.

c. Bagi penderita yang sudah menikah, apalagi berusia lebih dari 5 tahun,

lakukan pap smear. Idealnya pap smear dilakukan setahun sekali.

d. Jika positif terkena virus, bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan mulut

rahim. Sebagai penunjang dilakukan pula tes urin dan tes darah.

B. Konsep Dasar Remaja

1. Pengertian

Istilah remaja atau adolescence berasal dari kata lain yaitu

adolescere (kata bendanya), adolescentia yang berarti remaja atau dimana

mempunyai arti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Bangsa primitif,

demikian pula orang-orang jaman purbakala, memandang masa puber dan

masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang

kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan

reproduksi. Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini,

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional,

sosial dan fisik (Hurlock, nd, p.206).

Dalam islam, secara etimologi, kalimat remaja berasal dari

murahaqoh, kata kerjanya adalah raahaqo yang berarti al-iqrirab (dekat).

Secara terminologi, berarti mendekati kematangan baik secara fisik, akal,

dan jiwa serta sosial. Permulaan adolescence tidak berarti telah

sempurnanya kematangan, karena di hadapan adolescence, dari 7-10 ada

tahun-tahun untuk menyempurnakan kematangan (Al-Mighwar, 2006, p.

55-56).

Remaja adalah individu antara umur 10-19 tahun. Istilah yang

lebih luas “kaum remaja” meliputi umur 15-24 tahun (Prawirohardjo, 2005,

p.318).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya

perubahan fisik, emosi, psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun,

adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan

sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah masa peralihan dan masa

anak ke masa dewasa (Widyastuti, dkk, 2009, p.11).

2. Batasan Usia

Menurut Soetjiningsih (2004, p.2), batasan usia remaja awal

adalah 11-13 tahun, masa remaja pertengahan adalah 14-16 tahun,

sedangkan masa remaja lanjut adalah 17-20 tahun.

Rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21

tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi laki-laki. Jika dibagi

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

atas remaja awal dan akhir, remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun

sampai 17/18 tahun, dan remaja akhir dalam rentangan usia 17/18 tahun

sampai 21/22 tahun. Adapun periode sebelum masa remaja ini disebut

sebagai ambang pintu masa remaja atau sering disebut sebagai periode

pubertas (Al-Mighwar, 2006, p.62).

Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.

Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan

BKKBN adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum menikah (Widyastuti,

dkk, 2009, p.11).

3. Karakteristik Remaja

Menurut Arya (2003), karakteristik pertumbuhan dan

perkembangan remaja terbagi menjadi 3 macam, antara lain :

a. Transisi biologis, yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik.

b. Transisi kognitif, yaitu perkembangan kognitif remaja pada lingkungan

sosial dan juga proses sosio emosional.

c. Transisi sosial, yaitu hubungan dengan orang tua, teman sebaya serta

masyarakat sekitar.

C. Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan

1. Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer

materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran

dari dalam diri individu, kelompok, atau masyarakat sendiri (Mubarak dan

Chayatin, 2009, p.358).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama pendidikan kesehatan (Mubarak dan Chayatin,

2009, p.358) adalah :

a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.

b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan

sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar.

c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf

hidup sehat dan sejahtera masyarakat.

Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-

Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 maupun WHO dalam Mubarak

(2009, p.358) adalah meningkatkan kemampuan masyarakat; baik fisik,

mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara

sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan; baik

pemberantasan penyakit menular, sanitasi, lingkungan, gizi masyarakat,

pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Menurut Mubarak dan Chayatin (2009, p.359), ruang lingkup

pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, yaitu :

a. Dimensi sasaran

1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.

3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.

b. Dimensi Pelaksana

Pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat,

dengan sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya :

1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dengan sasaran murid.

2) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan

lainnya, dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.

3) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau

karyawan.

c. Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima

tingkat pencegahan (five levels of prevention) menurut Leavel dan Clark,

yaitu sebagai berikut :

1) Peningkatan kesehatan (Health Promontion)

Peningkatan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan

melalui beberapa kegiatan seperti pendidikan kesehatan (health

education), penyuluhan kesehatan, pengadaan rumah sakit, konsultasi

perkawinan, pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan lain-lain.

2) Perlindungan umum dan khusus (General and Specific Protection)

Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha

kesehatan untuk memberikan perlindungan secara khusus atau umum

kepada seseorang atau masyarakat. Bentuk perlindungan tersebut

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

seperti imunisasi dan hygiene perseorangan, perlindungan diri dari

kecelakaan, kesehatan kerja, pengendalian sumber-sumber

pencemaran, dan lain-lain.

3) Pembatasan kecacatan (Disability Limitation)

Kekurangan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang

kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak melanjutkan

pengobatannya sampai tuntas. Pengobatan yang tidak layak dan

sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat atau

ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga

diperlukan pada tahap ini dalam bentuk penyempurnaan dan

intensifikasi terapi lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan

fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain.

4) Rahabilitasi (rehabilitation)

Setelah sembuh dari penyakit tertentu, kadang-kadang

orang menjadi cacat. Untuk memulihkan cacatnya tersebut diperlukan

latihan-latihan tertentu. Oleh karena itu, kurangnya pengertian dan

kesadaran membuat masyarakat tidak mau atau segan melakukan

latihan-latihan yang dianjurkan. Di samping itu, orang cacat karena

penyakit kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat.

Masyarakat sering tidak mau menerima mereka sebagai anggota

masyarakat yang normal. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan tidak

hanya diperlukan untuk orang yang cacat tetapi juga untuk

masyarakat.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

D. Konsep Dasar Perilaku

1. Definisi perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau

suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi

dan tujuan baik disadarai maupun tidak (Wawan dan Dewi, 2010, p.48).

Menurut Notoatmodjo (2010, p.43) perilaku adalah suatu kegiatan

atau aktivitas organisme atau mahluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab

itu, dari segi biologis semua mahluk hidup termasuk binatang dan manusia,

mempunyai aktivitas masing-masing. Manusia adalah sebagai salah satu

mahluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang

kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain : berjalan-jalan, berbicara,

bekerja, menulis, membaca, berpikir dan seterusnya. Secara singkat

aktivitas manusia tersebut dikelompokkan menjadi 2, yakni : aktivitas-

aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain dan aktivitas yang tidak diamati

oleh orang lain (dari luar).

Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi dalam Notoatmodjo

(2010, p.43) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian,

perilaku manusia terjadi melalui proses : Stimulus Organisme

Respons, sehingga teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” (stimulus-

organisme-respons). Selanjutnya, teori Skiner menjelaskan adanya dua jenis

respons, yaitu :

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli,

karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Respon-dent

respons juga mencakup perilaku emosional.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul

dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang

lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau

reinforce, karena berfungsi untuk memperkuat respons.

Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut maka perilaku manusia dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup (Corvert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut

masih belum dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas.

Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,

persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

Bentuk “unobservable behavior” atau “convert behavior” yang dapat

diukur dari pengetahuan dan sikap.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus

tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain

dari luar atau “observable behavior”.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

2. Faktor-faktor perilaku

Menurut Notoatmodjo (2010, p.45) perilaku itu terbentuk di

dalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni : stimulus merupakan

faktor dari luar diri seseorang tersebut (faktor eksternal), dan respons

merupakan faktor dari diri dalam diri orang yang bersangkutan (faktor

internal). Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik

lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi,

politik, dan sebagainya. Sedangkan faktor internal yang menentukan

seseorang itu merespons stimulus dari luar adalah : perhatian, pengamatan,

persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya.

3. Perilaku kesehatan

Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2010, p.46) perilaku

kesehatan (health behavior) adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang,

baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati

(unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau

melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan

kesehatan, dan mencari penyembuhan bila sakit atau terkena masalah

kesehatan.

Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007, p.139)

perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

4. Determinan perilaku kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003, p.13-18) dalam bidang perilaku

kesehatan, ada 3 teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-

penelitian kesehatan masyarakat. Ketiga teori tersebut adalah :

a. Teori Lawrence Green

Green membedakan adanya dua determinan masalah

kesehatan, yakni behavior factors (faktor perilaku), dan non-behavior

factors atau faktor non-perilaku. Faktor perilaku tersebut telah ditentukan

oleh 3 faktor utama, yaitu:

1) Faktor-faktor predisposisi (pre disposing faktors), yaitu faktor-faktor

yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

seseorang, antara lain, pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,

nilai-nilai, tradisi dan sebagainya. Dalam hal ini pendidikan kesehatan

ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun

masyarakat. Bentuk pendidikan ini antara lain : penyuluhan kesehatan,

pameran kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, spanduk, billboard,

dan sebagainya.

2) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) adalah faktor yang

memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor

pemungkin merupakan sarana dan prasarana atau fasilitas untuk

terjadinya perilaku kesehatan. Pemberian fasilitas ini dimungkinkan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

hanya sebagai percontohan (pilot project). Prinsip pendidikan

kesehatan dalam kondisi ini adalah give a man to fish, but not give a

man a fish (memberikan pancingnya untuk memperoleh ikan, bukan

memberikan ikannya). Bentuk pendidikan yang sesuai dengan prinsip

ini antara lain : Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat

(PPM), upaya peningkatan pendapatan keluarga (incoming

generating), bimbingan koperasi, dan sebagainya, yang

memungkinkan tersedianya polindes, pos obat desa, dana sehat, dan

sebagainya.

3) Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Karena faktor ini

menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma) dan tokoh

agama (toga), serta petugas termasuk petugas kesehatan, maka

pendidikan kesehatan yang paling tepat adalah dalam bentuk

pelatihan-pelatihan bagi toga, toma, dan petugas kesehatan sendiri

b. Teori Snehandu B. Karr

Karr mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu:

1) Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan

objek atau stimulus dari luar dirinya.

2) Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support).

3) Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah

tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan

diambil oleh seseorang.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

4) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk

mengambil keputusan.

5) Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation).

c. Teori WHO

WHO merumuskan determinan perilaku sangat sederhana.

Seseorang berperilaku karena adanya 4 alasan pokok (determinan), yaitu:

1) Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling). Hasil pemikiran-

pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan

pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus,

merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku.

2) Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang

dipercayai (personal reference).

3) Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk

terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.

4) Sosio budaya (culture) biasanya sangat berpengaruh terhadap

terbentuknya perilaku seseorang.

E. Konsep Dasar Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007, p.143-144) pengetahuan adalah

hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan, dan orang yang

mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses

sebagai berikut :

a. Kesadaran (Awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap obyek (stimulus).

b. Merasa Tertarik (Interest) terhadap stimulus atau obyek tertentu. Disini

sikap obyek sudah mulai timbul.

c. Menimbang-nimbang (Evaluation) terhadap baik dan tidaknya terhadap

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah tidak

baik lagi.

d. Trial, dimana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

e. Adopsi (Adoption), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2010, p.60) pengetahuan yang dicakup di

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana

dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham

terhadap obyek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu

obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi apapun kondisi

riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prisip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti

dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan

untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005, p.10-18), terdapat 2 cara untuk

memperoleh suatu pengetahuan, antara lain :

a. Cara tradisional

1) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan

tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila

kemungkinan kedua ini tidak berhasil, maka dicoba lagi dengan

kemungkinan yang ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal,

dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah

tersebut dapat terpecahkan.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

2) Cara kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang,

tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau

tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun

dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan seperti ini tidak hanya

terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada

masyarakat modern. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini seolah-olah

diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber

pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat

baik formal maupun informal, ahli agama pemegang pemerintahan,

dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh

berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas

pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau

merupakan salah satu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai

upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila dengan cara

yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang

dihadapi, maka untuk memecahkan masalah orang lain sama, orang

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila gagal

menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan

berusaha mencari cara yang lain, sehingga dapat berhasi

memecahkannya.

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan berkembangnya kebudayaan manusia cara

berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya dengan kata lain dalam memperoleh pengetahuan

manusia telah menggunakan jalan pikirannya

b. Cara Modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah atau metodelogi penelitian.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2010, p.16-18) faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah :

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita – cita tertentu

yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan

untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

untuk mendapat informasi misalnya hal – hal yang menunjang

kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB

Mantra yang dikutip Notoadmodjo (2003), pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola

hidup terutama dalan memotivasi untuk sikap berperan serta dalam

pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),

pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan

bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita

waktu, sehingga pengetahuan mereka tidak bertambah padahal ilmu

semakin berkembang. Bekerja bagi ibu – ibu juga akan mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan keluarganya.

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Daris segi kepercayaan masyarakat

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hali ini akan sebagai dari pengalaman dan

kematangan jiwa.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam : 3

lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

5. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

kuesioner yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari

subyek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat

pengetahuan yang diukur (Notoadmodjo, 2003, p.124).

6. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Adapun kriteria yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

mengacu pada teori Nursalam (2008, p.123-124) yaitu:

a. Baik : bila pertanyaan dijawab benar oleh responden 76% - 100% (skor

pengetahuan ≥ 19).

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

b. Cukup : bila pertanyaan dijawab benar oleh responden 56%-75% (skor

pengetahuan 14-18).

c. Kurang : bila pertanyaan dijawab benar oleh responden ≤ 56% (skor

pengetahuan <14)

F. Konsep Dasar Sikap

1. Definisi Sikap

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus

atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (Notoatmodjo, 2010, p.52).

Menurut Campbell (1950) dalam Notoatmodjo (2010, p. 52)

dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam

merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran,

perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.

2. Komponen Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2010, p.53) sikap itu

terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya

bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap

objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya

bagaimana penilaian orang tersebut terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

3. Tingkatan Sikap

Menurut (Notoadmodjo, 2005, p.54) sikap mempunyai tingkat –

tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau

menerima stimulus yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi disini diaartikan memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai

yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya

dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau

menganjurkan orang lain merespons.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung

jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah

mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia haru berani

mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya

resiko lain.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

G. Kerangka Teori

Gambar 1 Faktor-faktor Peningkatan Pengetahuan

Sumber : Modifikasi Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003, p.164).

Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.

H. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Penyuluhan tentang

keputihan

Pengetahuan tentang

keputihan

Proses Perubahan

Faktor Penguat

Dukungan keluarga,

pengetahuan, sikap

dari keluarga , petugas

kesehatan dan tokoh

masyarakat

Faktor Pemungkin

Ketersediaan sarana

dan prasarana/fasilitas

Faktor Predisposisi

1. Pengetahuan dasar

2. Kepercayaan pada

pengajar

3. Sikap

Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan sosial

Komunikasi

penyuluhan

Training

Pendidikan kesehatan

(promosi kesehatan)

Perilaku

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keputihandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ekapermata... · Ciri-ciri keputihan fisiologis dan patologis berdasarkan infeksinya

I. Hipotesis

1. Ada perbedaan pengetahuan tentang keputihan sebelum dan sesudah

penyuluhan.

2. Ada perbedaan pengetahuan kelompok yang diberi penyuluhan dengan

kelompok kontrol yang tidak diberi penyuluhan.