BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kejadian Carpal Tunnel...

18
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) 1. Pengertian CTS Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah gangguan pada anggota tubuh bagian tangan yang menyebabkan rasa sakit dan mati rasa terutama pada ibu jari dan tiga jari utama yaitu jari telunjuk, jari tengah, dan sebagian jari manis. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) muncul ketika syaraf Medianus mengalami kompresi pada saluran dalam pergelangan tangan. Kejadian ini sering pula dikenal sebagai “Nerve-Entrapment Syndrome” atau “Median Nerve Disfunction16 . CTS secara khas menyebabkan rasa nyeri dan parestesi pada tangan pada malam hari atau bengkak yang menyebabkan ketidakmampuan kondisi pergelangan tangan, karena tekanan yang terlalu berat pada syaraf medianus yang melalui pergelangan tangan (Carpal Tunnel) yang sempit, di bawah ligamentum karpal transversal 17 . 2. Anatomi Carpal Tunnel Terowong Carpal terletak di pergelangan tangan. Pada permukaan telapak pergelangan tangan terdapat penebalan fasia yang disebut Flexsor Reticulum dan terdiri dari 2 lapisan fasia, yaitu Ligamen Karpi Palmaris (Volaris) dan Ligamen Karpi Transversum. Ligamen karpi transversum menutupi lengkungan tulang-tulang karpal pada permukaan palmar sehingga membentuk terowongan karpal. Terowongan ini terdapat 10 alat yaitu : syaraf medianus, flexor polisis longus dan 8 tendon flexor digitorum 18 . Tulang-tulang carpal tangan susunannya membusur dengan bagian konkaf menghadap ke arah telapak tangan. Ruangan ini tertutup oleh

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kejadian Carpal Tunnel...

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

1. Pengertian CTS

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah gangguan pada anggota tubuh

bagian tangan yang menyebabkan rasa sakit dan mati rasa terutama pada

ibu jari dan tiga jari utama yaitu jari telunjuk, jari tengah, dan sebagian jari

manis. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) muncul ketika syaraf Medianus

mengalami kompresi pada saluran dalam pergelangan tangan. Kejadian ini

sering pula dikenal sebagai “Nerve-Entrapment Syndrome” atau “Median

Nerve Disfunction” 16

.

CTS secara khas menyebabkan rasa nyeri dan parestesi pada tangan

pada malam hari atau bengkak yang menyebabkan ketidakmampuan

kondisi pergelangan tangan, karena tekanan yang terlalu berat pada syaraf

medianus yang melalui pergelangan tangan (Carpal Tunnel) yang sempit,

di bawah ligamentum karpal transversal17

.

2. Anatomi Carpal Tunnel

Terowong Carpal terletak di pergelangan tangan. Pada permukaan

telapak pergelangan tangan terdapat penebalan fasia yang disebut Flexsor

Reticulum dan terdiri dari 2 lapisan fasia, yaitu Ligamen Karpi Palmaris

(Volaris) dan Ligamen Karpi Transversum. Ligamen karpi transversum

menutupi lengkungan tulang-tulang karpal pada permukaan palmar

sehingga membentuk terowongan karpal. Terowongan ini terdapat 10 alat

yaitu : syaraf medianus, flexor polisis longus dan 8 tendon flexor

digitorum18

.

Tulang-tulang carpal tangan susunannya membusur dengan bagian

konkaf menghadap ke arah telapak tangan. Ruangan ini tertutup oleh

8

Ligamentum Carpi Trans Versum sehingga terbentuk suatu terusan yang

sempit yang disebut Terowongan Carpal19

.

Gambar 1.1 Anatomi Carpal Tunnel19

Terowongan carpal ini mengandung banyak struktur, yaitu :

1. Empat tendo dari musculus flexor digitorum superfisialis

2. Empat dari musculus flexor digitorum profundus

3. Tendo dari musculus flexor pollicis longus

4. Nervus medianus

Bila keadaan dengan sedikit subluxasi dari salah satu tulang karpal

atau oleh karena sedikit pembengkakan pada salah satu tendon otot akan

memperbesar tekanan didalam Carpal Tunnel. Adanya kenaikan tekanan

tersebut bisa mengganggu nervus medianus dan dapat melukai saraf

median sehingga terjadi Carpal Tunnel Syndrome19

.

3. Mekanisme Terjadinya Carpal Tunnel Syndrome

Carpal Tunnel Syndrome adalah suatu kondisi yang mempengaruhi

tangan dan pergelangan tangan. Carpal Tunnel adalah ruang di

pergelangan tangan yang dikelilingi oleh tulang-tulang pergelangan tangan

yang dihubungkan oleh ligamentum kaku antara tulang satu dan lainnya.

Melalui terowongan kecil melewati tendon meregangkan jari-jari dan

jempol serta saraf median. Melekatkan otot tendon pada tulang di tangan

9

dan transfer gerakan jari-jari dari otot ke tulang. Saraf median membawa

sinyal dari otak untuk mengendalikan segala tindakan jari dan tangan.

Pembengkakan tendon mengurangi ruang di terowong dan menjepit

saraf median yang teksturnya lebih lembut daripada tendon. Sehingga

tekanan pada saraf median dapat melukai saraf median. Cedera tersebut

menghasilkan sensasi nyeri, kesemutan dan tangan menjadi kaku. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Carpal Tunnel Syndrome

adalah20

:

3.1 Faktor Individu

a. Usia

Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 200321

, usia

kerja produktif di Indonesia adalah minimal 15 tahun dan

maksimal 64 tahun. Rata-rata kelompok umur yang banyak

bekerja adalah 29-62 tahun. Menurut Ronald E Pakasi, Carpal

Tunnel Syndrome umumnya terjadi pada usia antara 29-62 tahun.

Pertambahan usia dapat memperbesar risiko CTS22

.

Dalam penelitian Darno mengenai hubungan karakteristik

pekerja dan gerakan berulang dengan kejadian CTS pada wanita

pemetik melati, dengan hasil ada hubungan antara usia dengan

kejadian, dimana 42 orang yang berusia lebih atau sama dengan

30 tahun memiliki risiko terkena CTS23

. CTS merupakan masalah

kesehatan yang muncul dalam jangka waktu yang lama, yang

akan terjadi pada usia pertengahan dan masa tua. Dengan

bertambahnya umur dapat dipastikan bahwa paparan dengan alat

kerja tangan pada waktu bekerja semakin lama pula, kemampuan

elastisitas tulang, otot ataupun urat semakin berkurang24

.

b. Jenis Kelamin

Barton et al dalam literaturnya menyimpulkan bahwa

sebagian besar kasus CTS tidak disebabkan oleh pekerjaan.

Prevalensinya CTS lebih besar terjadi pada wanita sebesar 3 :1

10

daripada pria. Hal ini disebabkan ukuran Carpal Tunnel pada

wanita lebih kecil daripada pria. Keadaan tertentu, misalnya pada

kehamilan, penggunaan pil kontrasepsi, dan pada masa menopause,

prevalensinya sedikit bertambah25

.

National Women’s Health Information Centre (2008) dalam

Tirsa Iriani (2010) menyebutkan bahwa tulang pergelangan tangan

pada wanita secara alami lebih kecil, sehingga menciptakan ruang

yang lebih ketat untuk dilalui saraf dan tendon. Wanita juga

menghadapi perubahan hormonal yang kuat selama kehamilan dan

menopause yang membuat wanita lebih mungkin untuk menderita

CTS12

.

c. Masa kerja

Wieslander et al dalam studi case control membagi masa

kerja dengan paparan gerakan tangan berulang menjadi 3 kategori

yaitu untuk masa kerja < 1 tahun, 1-20 tahun dan > 20 tahun.

Namun, diperoleh bahwa gerakan repetitif merupakan faktor

risiko yang signifikan hanya setelah masa kerja 20 tahun. Paparan

tersebut dapat bersifat kumulatif. Menurut Darno dalam penelitian

pada pekerja pemetik daun teh pada tahun 2011 menjelaskan

adanya hubungan antara masa kerja dengan CTS dimana masa

kerja pekerja ≥ 20 tahun, dapat berisiko tinggi terkena CTS23

.

d. Lama kerja21

Lamanya seorang bekerja sehari menurut UU No.13/2003

Pasal 77 ayat 1 pada umumnya 6-8 jam. Memperpanjang waktu

kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai

efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan

produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan,

penyakit akibat kerja dan kecelakaan. Pekerjaan yang biasa, tidak

terlalu ringan atau berat, produktivitas mulai menurun sesudah 4

11

jam bekerja. Keadaan ini terutama sejalan dengan menurunnya

kadar gula di dalam darah. Maka dari itu, istirahat setengah jam

sesudah 4 jam kerja terus-menerus sangat penting artinya.

e. Riwayat Penyakit

Carpal Tunnel Syndrome yang berhubungan dengan kondisi

penyakit seperti Rhematoid Arthritis, Diabetes Melitus. Kondisi ini

lebih sering terjadi pada wanita yang berusia 26-62 tahun karena

pada wanita terjadi perubahan hormon yang menyebabkan

penyerapan cairan dan pembengkakan jaringan lebih sering terjadi

pada saat pregnancy26

.

Kelainan tyroid pada pasien yang menderita CTS biasanya

pengobatan akan difokuskan ke penyakit yang mendasarinya

terlebih dahulu, baru CTS-nya27

.

1) Pregnancy (kehamilan)26

Carpal tunnel syndrome banyak diterima oleh ibu hamil

karena perubahan hormonal dan peningkatan volume darah

sehingga menyebabkan peningkatan volume cairan

ekstraseluler dalam tubuh. Peningkatan cairan ekstraseluler

tersebut dapat meningkatkan tekanan pada carpal tunnel dan

menimbulkan berbagai gejala CTS. Carpal tunnel syndrome

yang terjadi selama kehamilan biasanya hilang seiring dengan

lahirnya bayi.

2) Diabetes melitus

CTS ini juga sering terjadi berkaitan dengan kelainan yang

menimbulkan demielinasi atau kelainan saraf iskemik seperti

diabetes melitus22

. Timbulnya neuropati pada penderita

diabetes tidak tergantung pada kadar gula darah, tetapi pada

lamanya penderita mengidap diabetes. Semakin lama menderita

diabetes maka semakin tinggi pula rasa kesemutan itu

muncul21

.

12

3) Arthritis rheumatoid

Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit dimana

persendian secara sistematis mengalami peradangan, sehingga

terjadi pembengkakan dan nyeri yang mengakibatkan

kerusakan pada bagian dalam sendi. Dalam hal ini, saraf

terjepit bukan akibat pembesaran otot melainkan sendi di

pergelangan tangan berubah bentuk. Reumatik juga

menimbulkan kesemutan, biasanya gejala terjadi pada pagi hari

dan menghilang pada siang hari. Gejala kesemutan karena

reumatik hilang sendiri bila reumatiknya sembuh28

.

Gejala yang ditimbulkan antara lain kaku pada persendian

dan sekitarnya pada pagi hari yang berlangsung lebih dari 1

jam, pembengkakan pada sendi (minimal 3 sendi secara

bersamaan) misalnya pada sendi jari tangan atau kaki, sendi

pergelangan tangan atau kaki, sendi siku, sendi pinggul, atau

sendi lutut26

.

4) Obesitas26

Berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT), dan

obesitas telah diidentifikasi sebagai faktor risiko potensial

terjadinya muskuloskeletal terutama CTS. Obesitas dapat

menjadi penyebab pembengkakan dan penebalan

tenosynovium. Ini akan mempersempit ruangan pada syaraf

median dalam terowongan karpal.

3.2 Faktor Pekerja yang Mempengaruhi Terjadinya CTS

Pekerjaan yang berisiko besar terancam CTS adalah pekerjaan

yang banyak menggunakan anggota tubuh bagian tangan dan

pergelangan tangan dan dalam jangka waktu panjang. Pekerjaan yang

dimaksud umumnya seperti : pekerjaan yang memakai komputer,

olahragawan, dokter gigi, musisi, guru, ibu rumah tangga dan

pekerjaan lapangan yang mengoperasikan alat bervibrasi seperti bor.

13

Bernard et al mengemukakan sembilan belas studi menyatakan bahwa

pekerjaan repetitif berpengaruh pada cidera tangan dan pergelangan

tangan seperti CTS 27, 29

.

a. Postur tangan

Posisi kerja statis dan postur tangan tidak ergonomis pada bahu,

lengan, dan pergelangan tangan dalam jangka waktu yang lama

akan menyebabkan peradangan pada jaringan otot, syaraf, maupun

keduanya. Pembengkakan tersebut akan menekan saraf medianus

tangan sehingga bisa menimbulkan CTS30

.

Fleksi dan Ekstensi, fleksi yaitu posisi pergelangan tangan

yang menekuk ke arah dalam dan membentuk sudut ≥ 45o.

Gambar 1.3 Posisi Fleksi dan Ekstensi29

Postur kerja kaku menimbulkan tekanan mekanik muskuler,

menyebabkan kontraksi muskuler dosis rendah (low level)

berkepanjangan, meningkatkan tekanan intramuskuler, dapat

menghambat aliran darah ke dalam sel muskuler. Hal ini memicu

nyeri lokal kronik. Postur pergelangan tangan yang menyimpang

menyebabkan kompresi pada tendon fleksor jari yang berlawanan

dengan struktur pergelangan tangan dan dinding carpal tunnel, dan

akan menurunkan kemampuan dan kekuatan untuk menjepit30

.

b. Gerakan Berulang (Repetitive Motion)

Gerakan repetitif merupakan gerakan yang memiliki sedikit

variasi dan dilakukan setiap beberapa detik, sehingga dapat

mengakibatkan kelelahan dan ketegangan otot tendon. Jika waktu

yang digunakan untuk istirahat tidak dapat mengurangi efek

14

tersebut, risiko kerusakan jaringan adalah masalah muskuloskeletal

lainnya mungkin akan meningkat. Pengulangan dengan waktu

kurang dari 30 detik telah dianggap sebagai “repetitif motion”31

.

Adapun untuk menentukan tingkat risiko pengulangan tinggi

pada bagian tubuh yang berbeda dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1.2 Pengulangan Risiko Tinggi oleh Bagian Tubuh

Bagian Tubuh Pengulangan Per Menit

Bahu Lebih dari 2,5

Lengan atas/ siku Lebih dari 10

Lengan/ Pergelangan tangan Lebih dari 10

Jari Lebih dari 200

Sumber : Kilbom, A: Repetitif Work of the Upper Extremity Part II : The

Scientific Basic for the Guide. 1994 dalam Salvatore R Dinardi 1997

4. Tanda Dan Gejala Klinis

Gejala awal berupa kesemutan (parestesia), mati rasa (numbness), dan

rasa terbakar yang dirasakan di jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis.

Sensasi rasa tersebut dapat menjalar sampai ke daerah lengan dan bahu.

Apabila berlangsung lama maka keluhan numbess akan bertambah hebat,

dan kemampuan untuk membedakan panas dan dingin, serta daya

genggam tangan menurun. Gejala klinis umumnya bersifat progresif dalam

kurun waktu minggu, bulan ataupun tahun dan keluhan seringkali muncul

di waktu malam hari saat pasien beristirahat. Pembengkakan dan kekakuan

pada jari tangan dan pergelangan tangan dapat terjadi pula pada waktu

pagi hari11

.

5. Patofisiologi CTS

Menurut Habes D.J (1996) yang dikutip oleh Arief Budiono (2005)

mengatakan bahwa patofisiologi Carpal Tunnel Syndrome adalah ischemia

(sumbatan pada suplai darah) atau demyelination (kerusakan pada muskosa

syaraf) akibat trauma mekanik. Cidera seperti ini dapat terjadi jika nervus

medianus mengalami penekanan dan melakukan gerakan secara berulang-

15

ulang yang terjadi pada tangan, pergelangan tangan, dan siku yang sering

digunakan dalam melakukan pekerjaannya31

.

6. Diagnosa CTS

1) Pemeriksaan fisik

Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala juga

didukung oleh beberapa pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan

menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada fungsi,

motorik, sensorik dan otonom tangan32

.

Pada pemeriksaan tangan oleh dokter atau ahli fisioterapi biasanya

hanya menggunakan tes phalen’s dan tes tinnel karena sudah dapat

mendeteksi keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien pada daerah

telapak tangan. Hasil pemeriksaan fisik berupa tes tinnel dan tes

phallen positif pada salah satu atau keduanya mengindikasikan bahwa

terjadi CTS. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat

membantu menegakkan diagnosa CTS adalah :

a. Tes Phalen`s33

Test phalen dilaksanakan dengan menekuk kedua tangan pada

kedudukan fleksi maksimal pergelangan tangan selama 30 detik – 2

menit (rata-rata 1 menit) bila timbul rasa sakit atau parasthesia di

daerah syaraf medianus dinyatakan positif.

Gambar 1. 4 Tes Phalen’s33

16

b. Tes Tinel

Test tinel dilakukan dengan cara mengetuk syaraf medianus

diatas pergelangan tangan pada arah telapak tangan. Dinyatakan

positif bila timbul rasa nyeri yang menjalar ke ujung jari (distribusi

syaraf median).

Gambar 1. 5 Tes Tinel33

c. Flick's sign.

Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-

gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang

akan menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa ini juga

dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.

d. Thenar wasting.

Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot

thenar.

e. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara

manual maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk

melakukan abduksi maksimal palmar lalu ujung jari 1

dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan

jepitan pada ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai

dengan meminta penderita melakukan gerakan yang rumit seperti

menulis atau menyulam.

17

f. Wrist extension test.

Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya

dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat

dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti

CTS, maka tes ini menyokong diagnosa CTS.

g. Torniquet test.

Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan tensimeter

di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila

dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong

diagnosa.

h. Pressure test.

Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan

menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik

timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.

i. Luthy's sign (bottle's sign).

Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada

botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh

dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung

diagnosa.

j. Pemeriksaan Sensibilitas.

Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point

discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus

medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa.

18

k. Pemeriksaan fungsi otonom.

Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau

licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada

akan mendukung diagnosa CTS.

2) Pemeriksaan Neurofisiologi

a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik,

gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-

otot thenar. Beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot

lumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus CTS.

b. Kecepatan hantar syaraf (KHS)

Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada yang lainnya KHS

akan menurun dan masa laten distal (distal latency) memanjang,

menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di

pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa

laten motorik.

3) Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan sinar X pada pergelangan tangan dapat membantu

melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau arthritis. Foto

palos leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada

vertebra. USG, CT Scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif

terutama yang akan dioperasi.

4) Pemeriksaan Laboratorium

Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda

tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif dapat dilakukan beberapa

pemerikaan seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun

darah lengkap.

19

7. Pencegahan dan Penanganan Carpal Tunnel Syndrome

a. Pencegahan CTS34

Gambar 1.6 Carpal Tunnel Rehabilitation Exercises

a) Latihan Area Pergelangan Tangan

1. Fleksi, menekuk lembut pergelangan tangan ke depan.

2. Extension, lembut menekuk pergelangan tangan ke belakang.

3. Sisi ke sisi, dengan lembut pindahkan pergelangan tangan dari

sisi ke sisi (gerakan jabat tangan).

b) Peregangan Pergelangan Tangan

Satu tangan dapat membantu untuk menekuk pergelangan

tangan ke bawah berlawanan dengan menekan bagian belakang

tangan dan tekan selama 15 sampai 30 detik. Selanjutnya,

meregangkan tangan kembali dengan menekan jari ke arah

belakang dan menahan selama 15 sampai 30 detik. Jaga siku lurus

selama latihan ini.

20

c) Tendon meluncur

Mulailah dengan jari-jari tangan mengulurkan lurus. Dengan

lembut menekuk sendi tengah jari-jari ke arah telapak bagian atas.

d) Pemerasan Scapular

Saat duduk atau berdiri dengan lengan di samping tubuh,

peras tulang belikat bersama-sama.

e) Extensi Pergelangan tangan

Tahan benda berat di tangan dengan telapak tangan

menghadap ke bawah. Perlahan-lahan tekuk pergelangan tangan

ke atas. Perlahan-lahan turunkan beban ke posisi awal.

f) Penguatan Grip

Remas bola karet

Gambar 1.7 Step Penguat Grip

b. Penanganan CTS35

1) Kurangi beban Tangan

Apabila keluhan terjadi, dan berhubungan dengan pekerjaan

atau aktivitas sehari-hari, maka penanggulangan terpenting adalah

mengurangi beban penggunaan tangan. Istirahatkan tangan atau

pergelangan tangan, sekurang-kurangnya 2 minggu. Jika dilakukan

rutin maka proses peradangan akan mereda, dan mengurangi

21

penekanan pada syaraf medianus. Bila memungkinkan, bahkan

sangat dianjurkan untuk mengganti jenis pekerjaan atau aktivitas

yang dilakukan. Hal ini sangat penting, karena dengan meneruskan

aktivitas, Sindroma Terowongan Karpal akan menjadi semakin

berat dan semakin sulit diobati. Lebih lanjut, bila suatu pekerjaan

atau aktivitas telah diketahui dapat memicu penyakit ini, bukan

mustahil Sindroma Terowongan Karpal akan berulang kembali

bila aktivitas/pekerjaan tersebut dilanjutkan.

2) Hidroterapi dan Splint

Hidroterapi cukup efisien dalam meningkatkan sirkulasi darah

pada daerah yang sakit. Selain itu teknik ini cukup mudah.

Caranya, rendamlah tangan dalam air panas selama 3 menit,

kemudian lanjutkan dengan merendam dalam air dingin selama 30

detik. Ulangi cara ini sebanyak 3 hingga 5 kali. Metode ini akan

meningkatkan sirkulasi lokal, dan dapat meningkatkan pasokan

nutrisi serta oksigen, membuang berbagai sisa metabolisme,

mengurangi konsentrasi zat-zat mediator inflamasi (peradangan),

dan akhirnya meredakan nyeri.

Pergelangan tangan sebaiknya diimobilisasi dengan

menggunakan belat pergelangan tangan (wrist splints). Kegunaan

belat pergelangan tangan adalah untuk mensuport dan membatasi

gerakan pergelangan tangan. Penggunaan belat umumnya pada saat

olahraga untuk mencegah cedera, namun pada Sindroma

Terowongan Karpal, belat pergelangan tangan sebaiknya

digunakan sepanjang hari. Belat digunakan selama beberapa

minggu atau bulan, bergantung kepada derajat beratnya masalah.

22

B. Home Industri Pembuatan Jenang

Kota Kudus memiliki banyak potensi, salah satunya adalah home

industri pembuatan jenang. Daerah yang banyak memproduksi jenang

yaitu Desa Kaliputu. Jenang terbuat dari adonan tepung beras, santan, dan

gula jawa, dan gula pasir36

.

Dalam proses pembuatan jenang, hal pertama yang dilakukan pekerja

adalah memarut kelapa menggunakan mesin pemarut, selanjutnya

pemerasan kelapa dilakukan untuk mendapatkan santan sebagai

pencampur adonan. Tepung beras, santan, gula jawa, dan gula pasir diaduk

jadi satu supaya menjadi adonan jenang.

Produsen mempertahankan keaslian rasa dengan cara

mempertahankan proses memasaknya. Adonan jenang dimasak di atas

tungku dengan api dari kayu bakar, diaduk secara berulang selama empat

jam dan berada pada suhu ruang yang panas. Setelah masak, adonan

jenang dituang ke dalam loyang, dibiarkan sampai dingin. Kemudian

pekerja memotong jenang menjadi kecil dan melinting potongan jenang

secara repetitif37

.

Kegiatan yang memiliki faktor risiko terkena kejadian CTS adalah

saat melakukan pelintingan jenang. Frekuensi gerakan repetitif yang

dilakukan saat melinting jenang pada pekerja akan menimbulkan gangguan

pada pergelangan tangan seperti kesemutan (parestesia), mati rasa

(numbness), dan rasa terbakar yang dirasakan di jari telunjuk, jari tengah,

dan jari manis. Bila pekerja melakukan pekerjaan melinting jenang dalam

jangka waktu yang lama akan berisiko CTS.

23

C. Kerangka Teori

Gambar 1.8 Gambar Kerangka Teori

Sumber modifikasi dari pustaka 13, 15

Peradangan pada bagian

sendi pergelangan tangan

yang menekan nervus

medianus

Faktor pekerja

Postur tangan

Gerakan repetitif

pada pergelangan

tangan

Faktor Individu

Usia

Jenis kelamin

Masa kerja

Lama kerja

Riwayat Penyakit

Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

Tanda dan gejala :

Nyeri di pergelangan tangan

Kesemutan

Mati rasa

Rasa terbakar pada jari

telunjuk, tengah dan manis

24

D. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Keterangan (*) : variabel pengganggu terkendali

Gambar 1.9 Gambar Kerangka Konsep

E. Hipotesis

1. Ada hubungan antara usia dengan kejadian CTS pada wanita pelinting

jenang.

2. Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian CTS pada wanita

pelinting jenang.

3. Ada hubungan antara lama kerja dengan kejadian CTS pada wanita

pelinting jenang.

4. Ada hubungan antara frekuensi gerakan repetitif pergelangan tangan

dengan kejadian CTS pada wanita pelinting jenang.

- Usia

- Masa kerja

- Lama kerja

- Frekuensi Gerakan Repetitif

pada pergelangan tangan

Carpal Tunnel Syndrome

(CTS)

- Jenis Kelamin*

- Riwayat Penyakit*

(Kehamilan, Diabetes melitus,

Arthritis rheumatoid, obesitas)