BAB II PLAGIAT DI LINGKUNGAN KAMPUS A. Pengertian, dan ...

31
17 BAB II PLAGIAT DI LINGKUNGAN KAMPUS A. Pengertian, dan Jenis-Jenis Karya Ilmiah Karya ilmiah membuktikan bahwa penulis mampu bekerja secara ilmiah. Hal ini mencakup pilihan tematik, persoalan maupun penggunaan peralatan dan metode ilmiah. Karya ilmiah umumnya terdiri dari penelitian dan ketertarikan atau penyelesaian yang baru. Semakin tinggi karangan ilmiah, mulai dari Skripsi S1, Tesis S2 maupun Disertasi S3, semakin penting kebutuhan atas kualitas. Hal ini terwujud pada persiapan karya ilmiah maupun pembahasan yang menurut tingkat ilmiah semakin banyak mengandung bobot penelitian ilmiah, melalui penelitian yang dapat disusun dalam konteks ilmiah aktual dan yang mencerminkan metode, peroses dan teknologi baru 1 . Karya ilmiah atau karya tulis ilmiah adalah karangan atau tulisan yang membahas masalah-masalah nyata. Masalah-masalah tersebut disusun dan dipecahkan dengan menggunakan berbagai sumber. Sumber- sumber itu bisa berupa penuturan orang secara langsung, media cetak, ataupun media elektronik. Sumber-sumber tersebut dapat memiliki banyak gagasan untuk dijadikan bahan penulisan karangan. Gagasan-gagasan tersebut tentu saja harus diseleksi kembali dan disesuaikan dengan tema karya tulis yang telah ditentukan sebelumnya 2 . 1 Heinz Frick, Pedoman Karya Ilmiah, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm.14 2 Asep Juanda, New Edition Pocket Book Bahasa Indonesia, (Jakarta: Cmedia, 2017), hlm.279

Transcript of BAB II PLAGIAT DI LINGKUNGAN KAMPUS A. Pengertian, dan ...

17

BAB II

PLAGIAT DI LINGKUNGAN KAMPUS

A. Pengertian, dan Jenis-Jenis Karya Ilmiah

Karya ilmiah membuktikan bahwa penulis mampu bekerja secara

ilmiah. Hal ini mencakup pilihan tematik, persoalan maupun penggunaan

peralatan dan metode ilmiah. Karya ilmiah umumnya terdiri dari

penelitian dan ketertarikan atau penyelesaian yang baru.

Semakin tinggi karangan ilmiah, mulai dari Skripsi S1, Tesis S2

maupun Disertasi S3, semakin penting kebutuhan atas kualitas. Hal ini

terwujud pada persiapan karya ilmiah maupun pembahasan yang menurut

tingkat ilmiah semakin banyak mengandung bobot penelitian ilmiah,

melalui penelitian yang dapat disusun dalam konteks ilmiah aktual dan

yang mencerminkan metode, peroses dan teknologi baru1.

Karya ilmiah atau karya tulis ilmiah adalah karangan atau tulisan

yang membahas masalah-masalah nyata. Masalah-masalah tersebut

disusun dan dipecahkan dengan menggunakan berbagai sumber. Sumber-

sumber itu bisa berupa penuturan orang secara langsung, media cetak,

ataupun media elektronik. Sumber-sumber tersebut dapat memiliki banyak

gagasan untuk dijadikan bahan penulisan karangan. Gagasan-gagasan

tersebut tentu saja harus diseleksi kembali dan disesuaikan dengan tema

karya tulis yang telah ditentukan sebelumnya2.

1 Heinz Frick, Pedoman Karya Ilmiah, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm.14 2 Asep Juanda, New Edition Pocket Book Bahasa Indonesia, (Jakarta: Cmedia,

2017), hlm.279

18

Karya tulis ilmiah adalah tulisan tentang ilmu pengetahuan yang

menyajikan fakta dan tulisan menurut meodelogi penulisan yang baik dan

benar. Fakta dapat berasal dari pengamatan, uji laboratorium, studi

pustaka, wawancara, angket, dan salah satu jenis karangan yang berisi

serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat

keilmuannya, suatu karangan yang disusun berdasarkan penelitian,

pengamatan ataupun peninjauan. Membahas secara objektif sesuai fakta

dengan menggunakan metode-metode ilmiah dengan bahasa yang benar,

jelas, ringkas dan kemungkinan kecil salah tafsir.Karya tulis ilmiah juga

merupakan karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis

berdasarkan pendekatan dan metode ilmiah yang ditujukan untuk

kelompok pembaca tertentu yang ditulis dan disusun secara sistematis

menurut aturan atau kaidah tertentu. Karya ilmiah harus didasarkan atas

proses dan hasil berpikir ilmiah menempuh langkah-langakah tertentu

yang disanggah oleh 3 unsur pokok yakni pengajuan masalah, perumusan

hipothesis dan verifikasi data dan hasilnya ditulis secara sistematis

menurut aturan-aturan dan hasilnya ditulis secara sistematis menurut

aturan-aturan metode ilmiah dan Karya ilmiah harus menggunakan bahasa

ragam resmi, sederhana dan lugas serta selalu digunakan untuk mengacu

hal yang dibicaraka secara objektif3.

Karya ilmiah dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: karya

ilmiah yang berupa laporan hasil pengkajian atau penelitian dan karya

ilmiah yang berupa tinjauan atau ulasan atau gagasan ilmiah. Kedua karya

3 Aziz dan Jufri, Buku Praktis Implementasi Aparatur dalam Bidang Kesehatan

untuk Pembinaan Karir Jabatan Fungsional Epidemiologi Kesehatan, (Jakarta: Pres,

2015), hlm.277

19

ilmiah tersebut berbeda namun memiliki beberapa kesamaan ciri sebagai

bagian dari suatu karya ilmiah. Berdasarkan klasifikasi tersebut maka

jenis-jenis karya ilmiah yang dijelaskan pada bagian ini meliputi : laporan

penelitian, artikel hasil penelitian, artikel gagasan konseptual dan

makalah4.

1. Laporan penelitian

Laporan adalah pemberitahuan atau penyampaian suatu hasil

kegiatan secara objektif sesuai kenyataan yang sebenarnya. Kalimat

yang digunakan dalam laporan pendek, singkat dan jelas. Bahasanya

sederhana dan mudah dipahami. Usahakan hindari penggunaan istilah-

istilah yang sulit dipahami5.

Laporan penelitian merupakan karya ilmiah yang ditulis setelah

penulis melakukan suatu penelitian ilmiah dengan tujuan tertentu.

Penelitian yang dilakukan harus didasarkan pada prosedur ilmiah.

Metode penelitian, hasil penelitian, maupun teori yang digunakan

sebagai landasan peneitian kemudian ditulis dalam bentuk karya

ilmiah dengan mengikuti sistematika penulisan ilmiah sesuai dengan

konvensi (Peraturan yang telah disepakati oleh masyarakat) yang

berlaku. Karya ilmiah hasil penelitian berupa:

a. Skripsi adalah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk

menyelesaikan jenjang studi S1 (Sarjana). Skripsi berisi tulisan

4 Suyono, RIzka Amaliah, Dewi Ariani, Ariva Luciandika, Cerdas Menulis

Karya Ilmiah, (Malang: Gunung Samudra, 2015), hlm.3 5 Muh Darisman, Ayo Belajar Berbahasa Indonesia,(Jakarta: Yudhistira, 2007),

hlm.78

20

sistematis yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan

pendapat teori orang lain.

b. Tesis adalah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan

jenjang studi S2 (Pasca Sarjana) yang bersifat lebih mendalam

dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan

pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.

c. Disertasi adalah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk

menyelesaikan jenjang studi S3 (meraih gelar Doktor/ Dr) yang

mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis

berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis

terperinci. Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri yang

berupa temuan orisinal.

d. Artikel ilmiah hasil penelitian.

e. Laporan penelitian tindakan kelas (PTK) oleh (laporan karya

ilmiah Remaja (KIR), laporan program kreativitas mahasiswa

(PKM) dan laporan karya ilmiah sebagai persyaratan beasiswa.

Sebagai pembeda antara laporan penelitian dengan jenis penelitian

lainnya terdapat beberapa komponen yang wajib hadir pada jenis karya

ilmiah pertama ini. Secara sistematis dan berurutan, komponen-komponen

yang wajib hadir dalam laporan ilmiah mencakup:

a. Sampul : berisi judul, identitas penulis, identitas lembaga

afiliasi penulis atau sponsor penelitian.

b. Halaman pengesahan.

c. Kata pengantar/ prakata/ ucapan terimakasih.

d. Daftar isi.

e. Pendahuluan.

f. Kajian pustaka.

g. Metode penelitia.

21

h. Hasil penelitian.

i. Pembahasan.

j. Penutup berisi kesimpulan dan saran.

k. Daftar rujukan.

l. Lampiran (bila diperlukan).

Kedua belas komponen tersebut menjadi ciri khas penyusunan laporan

penelitian.

2. Arikel Hasil penelitian

Artikel hasil penelitian adalah artikel yang ditulis dari hasil suatu

kegiatan penelitian. Hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel

untuk kemudian diterbitkan dalam jurnal ilmiah memiliki kelebihan

dibandingkan dengan ditulis dalam bentuk laporan teknis resmi6.

Sebuah laporan penelitian, umumya dipublikasikan kembali pada

masyarakat dalam wujud yang lebih ringkas yakni artikel. Sebuah

artikel ilmiah hasil penelitian ditulis dalam 12-20 halaman sesuai

dengan konvensi jurnal yang menjadi wadah publikasinya. Substansi

artikel ilmiah hasil penelitian dapat berupa seluruh ringkasan atau

sebagian informasi dari laporan penelitian.

Komponen-komponen yang wajib hadir dalam sebuah artikel hasil

penelitian meliputi:

a. Sampul: berisi judul, identitas penulis, identitas lembaga

afiliasipenulis atau sponsor penelitian.

b. Halaman pengesahan.

c. Kata pengantar/prakata/ucapan terima kasih.

d. Daftar isi.

e. Pendahuluan.

f. Kajian pustaka.

6 . Pena Ilmiah, Artikel Ilmiah Hasil Penelitian dalam http://pena-ilmiah.blogspot.com

diakses pada tanggal 13 Mei 2019 pukul 08.12 Wib.

22

g. Metode penelitian.

h. Hasil penelitian.

i. Pembahasan.

j. Penutup: berisi kesimpulan dan saran.

k. Daftar rujukan.

l. Lampiran (bila perlu).

Perbedaan spesifik anatara komponen pada artikel ilmiah dan

laporan penelitian adalah pada bagian abstrak, kata kunci, kelengkapan

datayang dilampirakan dan kepadatan sajian. Bahasa dalam artikel ilmiah

hasil penelitian juga dipilih berdasarkan prinsip kemudahan atau

kedekatan dengan pembaca.

3. Artikel Gagasan Konseptual

Artikel gagasan konseptual adalah artikel yang menghasilkan

persfektif teori yang baru, mengusulkan prosedur atau teknik

inovasi/baru, membahas isyu-isyu profesi yang sedang hangat,

menyampaikan posisi penulis terhadap suatu isyu bidang profesi

ataupun menyampaikan reaksi atau respon terhadap publikasi artikel

sebelumnya.

Artikel gagasan konseptual berbeda dengan artikel hasil penelitian.

Informasi yang disajikan melalui jenis karya ilmiah ini adalah hasil

telaah kepustakaan dan pengembangan gagasan ilmiah penulis.

Artinya, karya ilmiah jenis ini bukan berasal dari pengelolahan

kembali laporan penelitian, tetapi berupa gagasan konseptual yang

ditunjang dengan fakta dan teori berdasakan hasil kajian atau telaah

sumber-sumber informasi terpecaya.

Komponen-komponen yang wajib hadir di dalam artikel gagasan

konseptual meliputi :

23

a. Judul jelas, faktual dan menarik.

b. Identitas penulis.

c. Abstrak: gambaran umum subtansi, 50-75 kata bergantung

gaya selingkung.

d. Substansial.

e. Pendahuluan.

f. Pembahasan.

g. Penutup: berisi catatan akhir atau simpulan dan saran.

h. Daftar rujukan7.

Kedelapan kompoen tersebut pada dasarnya sama dengan

komponen-komponen artikel hasil penelitian. Perbedaannya terdapat

dalam pencantuman komponen metode. Pada gagasan artikel konseptual

tidak dicantumkan metode penelitian karena penulis tidak melakukan

penelitian dan pengambilan data secara langsung.

4. Makalah

Makalah adalah karya tulis ilmiah mengenai suatu topik tertentu

yang mencangkup dalam ruang lingkup pengetahuan. Makalah

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi8. Makalah

adalah kajian atau ulasan ilmiah hasil gagasan pribadi penulis yang

disajikan dalam bentuk tulisan. Makalah harus mengandung

permasalahan yang membutuhkan suatu solusi penyelesaiandidalam

makalah juga perlu disertakan prosedur atau metode pemecahan

masalah, pembahasan dan simpulan9. Contohnya seperti paper.

7 Suyono, RIzka Amaliah, Dewi Ariani, Ariva Luciandika, Cerdas Menulis

Karya Ilmiah, (Malang: Gunung Samudra, 2015), hlm.4-5 8 Ismail Kusmayadi, Think Smart Bahasa Indonesia, (Bandung : Grafindo Media

Pratama, 2007), hlm.32 9 Suryono, Rizka Amaliah, Dewi Ariva Luciandika, Cerdas Menulis Karya

Ilmiah, (Malang: Gunung Samudra, 2015), hlm.5

24

Komponen-komponen yang wajib hadir dalam sebuah makalah

meliputi:

a. Judul : Jelas, factual dan menarik.

b. Identitas penulis.

c. Pendahuluan berisi latar belakang penulis dan fokus

pembahasan.

d. Pembahasan.

e. Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

f. Daftar rujukan.

Perbedaan spesifik antara komonen pada arikel ilmiah dan laporan

penelitian adalah pada bagian abstrak, kata kunci, kelengkpan datayang

dilampirakn dan kepadatan sajian.Bahasa dalam artikel ilmiah hasil

penelitian juga dipilih berdasarkan prinsip kemudahan dan kedekatan

dengan pembaca. Meskipun demikian aturan kebakuan dan keefektifan

juga perlu tetap diperhatikan.

5. Artikel Ilmiah Populer

Artikel ilmiah popular adalah atikel ilmiah yang ditulis dengan

gaya bahasa popular (Bahasa media/bahasa jurnalistik) untuk dimuat di

media massa (Surat kabar, majalah, tabloid). Bedanya dengan artikel

ilmiah, artikel ilmiah popular tidak terikat secara ketat dengan peraturan

penulisan ilmiah. Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk

keperluan akademik tetapi untuk dikomunikasikan kepada public melalui

media massa10.

10. Dkampus, “Ciri dan Jenis Karya Tulis Ilmiah Populer”, dalam

http://www.dkampus.com, diakses tanggal 13 Mei 2019 pada pukul 04.40 Wib.

25

B. Plagiat di Indonesia

1. Pengertian Plagiat, Tipe, Sanksi dan Faktor Penyebab Plagiat

Salah satu bentuk pelanggaran kode etik dalam penulisan karya

ilmiah adalah plagiarisme atau plagiat. Plagiarisme berasal dari dua kata

Latin plagiaries yang berarti penculik, dan plagiare yang artinya mencuri.

Yang dimaksud dengan plagiarisme adalah mencuri gagasan, kata-kata,

kalimat, atau hasil penelitian orang lain dan menyajikanya seolah-olah

sebagai karya sendiri.

Dalam kamus Besar Indonesia (1997) istilah plagiarisme atau

sering disebut plagiat adalah menjiplak atau mengambil karangan,

pendapatan dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah

karangan dan pendapat sendiri11, sedangakan Pasal satu butir pertama

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi menyebutkan

plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh

atau mecoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah

dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak

lain yang diakui sebagai karya ilmianya tanpa menyatakan sumber secara

tepat dan memadai12.

Tindakan plagiat merupakan tindakan yang melanggar hak cipta

karena pelanggaran hak cipta terjadi apabila ciptaan yang diplagiat

merupakan karya yang dilindungi. Tindakan plagiat khususnya dengan

11 Hari Santoso, “Pencegahan dan Penanggulangan Plagiarisme dalam

Penulisan Karya Ilmiah di Lingkungan Perpustakaan Perguruan Tinggi”.No.3 (jurnal) 12 Syihaabul Huda, Estetika Berbahasa Mengapresiasi Bahasa Indoesia,

(Jakarta: CV Jejak, 2018), hlm.138

26

sengaja tidak mencantumkan identitas pengarang dalam tulisan yang

dikutip merupakan bentuk pelanggaran hak moral. Konsep hukum hak

cipta, hak moral mewajibkan pengutipan ciptaan orang lain dilengkapi

dengan catatan mengenai sumbernya. Bila seseorang mengingkari

kewajiban itu, ia melakukan tindakan yang oleh Undang-Undang Hak

Cipta dianggap sebagai pelanggaran hukum. Ancaman pidananya penjara

maksimum 2 tahun penjara dan denda paling banyak Rp. 150 juta13.

Plagiat mempunyai ruang lingkup yang luas, tidak hanya sekedar

plagiat dalam definisi saja, tetapi juga dalam bentuk, jenis, dan macamnya.

Penting sekali memahami plagiat secara menyeluruh dan mendalam.

Mengacu pada konsep plagiarisme selanjutnya penting untuk mengetahui

tipe-tipe palgiat. Berikut akan menguraikan tipe-tipe plagiat:

a. Plagiarisme ide (Plagiarisme of ideas)

Tipe plagiarisme ini relative sulit dibuktikan karena ide atau

gagasan itu bersifat abstrak dan kemungkinan memiliki persamaan

dengan ide orang lain atau ada kemungkinan terjadi adanya dua ide

yang sama pada dua orang pencipta yang berbeda. Oleh kerena itu

perlu bahan bukti yang cukup untuk memastikanadanya plagiarisme.

Namun demikian, salah satu kunci untuk memastikan apakah si plagiat

mendapatkan keuntungan dari pemikiran orang lain. Dalam Undang-

Undang Hak Cipta, karya tulis ilmiah termasuk dalam karya tafsir dan

terjemahan mendapatkan perlindugan tersendiri.

b. Plagiarisme kata demi kata (Word for word Plagiarisme)

13 Muhammad Agung Aprilian Widiantoko, Plagiat Pada Tugas Akhir Skripsi

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, hlm. 19

27

Tipe ini serupa dengan slavish copy, yaitu mengutip karya orang

lain secara kata demi kata tanpa menyebutkan sumbernya. Plagiarisme

dianggap terjadi karena skala pengutipannya sangat substansasi

sehingga seluruh ideatau gagasan penulinya benar-benar terampil.

c. Plagiarisme atas sumber (Plagiarisme of Source)

Plagiarisme tipe ini merupakan pelangaran hak cipta yang paling

besar karena tidak menyebutkan secara lengkap referensi yang dirujuk

dalam kutipan. Jika sumber itu merujuk seseorang sebagai sesuatu

yang terkait dengan kutipan, maka nama penulis tersebut harus turut

serta disebut. Ini tentu sikap yang fair dan tidak merugikan

kepentingan penulis tersebut serta kontributor lainnya14.

d. Plagiarisme kepengarangan (Plagiarism of Authorship)

Plagiarisme kepengarangan yaitu tindakan yang mengakui sebagai

pengarang dari karya yang disusun orang lain. Dalam tindakan plagiat

ini penulis mengakui sebagai pengarang atas karya yang telah disusun

oleh orang lain. Tindakan ini dilakukan atas dasar kesadaran dan motif

kesengajaan yangdilakukan orang lain15, misalnya mengganti cover

buku atau sampul karya tulis ilmiah lain dengan cover atas namanya

tanpa izin16.

Menjiplak karya orang lain merupakan tindak pidana menurut

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

14. Budi agus riswadi, Hak Cipta di Era Digital, (Bandung : PT Citra Aditya

Bakti, 2017), hlm.72-73 15Dwi Ratna Sari, Analisis Plagiat dalam Penulisan Laporan Ilmiah Kelas XI

SMK Gemolong Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2015/2016, hlm.3 (journal) 16Budi Agus Riswadi, Hak Cipta di Era Digital, (Bandung : PT Citra Aditya

Bakti, 2017), hlm, 73

28

Nasional. Dalam Undang-Undang tersebut menggunakan istilah

jiplakan:

1. lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk

memperoleh gelar akademik, propesi atau vokasi terbukti

merupakan jiplakan dicabut gelarnya.

2. lulusan yang karya ilmiahnya digunkannya untuk mendapatkan

gelar akademik, propesi atau vokasi sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 25 ayat 2 terbukti merupakan jiplakan dipidana

dengan pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus

juta rupiah).

Plagiarisme merupakan tugas dari perguruan tinggi tersebut. Di

lingkungan perguruan tinggi sanksi para plagiator diberikan oleh rektor

bukan oleh pengadilan dan sanksi tersebut adalah sanksi akademik bukan

sanksi hukum. Kementerian telah menerbitkan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Penanggulangan Pagiat di perguruan tinggi.

Dalam peraturan tersebut pencegahan atas kegiatan plagiarisme

merupakan tugas dari pemimpin perguruan tinggi tersebut17.

Sanksi plagiator terdapat dalam Pasal 12 Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Penanggulangan Plagiat bagi mahasiswa:

1. Teguran

2. Peringgatan Tertulis

3. Penundaan pemberian sebagai hak mahasiswa

4. Pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh

mahasiswa

5. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa

17 .Rianto Adi, “Aspek Hukum dalam Penelitian”, (Jakarta: Yayasan Pustaka

Obor Indonesia, 2015), hlm 24

29

6. Pemberhentian dengan tidak hormat dari status sebagai

mahasiswa

7. Pembatalan ijazah apabila telah lulus dari suatu program.

Bagi dosen:

1. Teguran

2. Peringatan tertulis

3. Penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan

4. Penurunan pangkat dan jabatan akademik / fungsional

5. Pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar / professor/

ahli peneliti utama bagi yang memenuhi syarat

6. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/

peneliti/ tenaga kependidikan

7. Pemberhentian dengan tidak hormat dari status sebagai dosen/

peneliti/ tenaga kependidikan, atau

8. Pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang

bersangkutan18.

Selain mendapatkan sanksi tersebut, tentunya malu pelaku

plagiator. Dan malu ini merupakan sanksi sosial.Untuk produktivitas

karangan, bahayanya kreativitas menulis seseorang menjadi mandek. Hasil

pemikiran yang dia tuangkan dalam karya ilmiah kalau sering diambil

orang lain tanpa menyebutkan namanya tentunya akan membuat orang

malas menulis ide-ide atau temuannya untuk diterbitkan agar orang lain

dapat memanfaatkannya tanpa menghilangkan nama pemilik ide atau

temuan. Apalagi jika ideatau temuannya itu mempunyai nilai ekonomis.

Jadi dengan adanya aturan larangan plagiat, para pengarang terlindung

dari pengambilan karangan orang lain dan menjadikannya seolah-olah

karangan sendiri.

18 . “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat”.

30

Seorang Kaum intlektual tentu sering mendengar atau membaca

kabar buruk tentang tindakan plagiat yang marak yang dilakukan oleh

oknum-oknum kaum intlektual itu sendiri. Tindakan yang tidak terpuji itu

sering mengundang respon dari berbagai kalangan, baik dari segi kalangan

akademis maupun dari kalangan praktisi dalam beragam temperamennya.

Kaum intlek yang interest terhadap pembangunan mutu SDM tentunya

lebih sensitif terhadap kabar buruk seperti ini bahkan bisa jadi

memberikan responya dengan mengutuk perbuatan yang dianggap

memalukan itu. Bagi kaum intlek yang bijaksana mungkin lebih bersikap

hati-hati, bahkan akan bersikap parsial terhadap para plagiat.

Seorang mahasiswa bisa saja melakukan tindakan plagiat karena

tiga alasan, yakni:

1. Karena ambisinya untuk menyelesaikan studinya.

2. Karena ia mempunyai peluang dan memiliki keberanian untuk

mengambil resiko.

3. Karena ia tidak memiliki referensi yang cukup banyak tentang

wilayah penelitian dan tidak mau bekerja keras.

Ketiga alasan diatas bisa memberikan kita ruang untuk melihat

tindakan plagiat dari beberapa sisi pandangan, seperti:

1. Dari sisi kesiapan kompetensi penelitian

Kalau melihat tindakkan plagiat ini dari sisi kompetensi penelitian,

kita bisa menemukan alasan mengapa seseorang peneliti bisa

melakukan tindakan plagiat. Apabila seorang skripsi belum memiliki

kesiapan kompetensi yang memadai untuk bisa menjadi seorang

peneliti maka ia akan memiliki kecenderungan untuk melakukan

31

tindakan plagiat. Hal ini berarti, kita bisa mengatasi tindakan plagiat

ini dengan meningkatkan kompetensi peneliti baik melalui belajar

mandiri maupun melalui pembelajaran formal reguler.

Melalui pembelajaran mandiri dan pembelajaran formal leguler ini,

penelitian akan memiliki wawasan keilmuan yang luas tentang apa

yang sedang ia teliti dan menguasai metodelogi penelitian serta

memiliki norma dan etika sebagai seseorang peneliti. Dengan memiliki

wawasan keilmuan yang luas dan menguasai metodelogi ini, seorang

peneliti bisa lebih percaya diri karena langsung menjadi motivasi bagi

dirinya untuk bekerja cerdas dan profesional. Masih ada aspek lain

yang tidak kalah pentingnya, yaitu pihak lembaga/perguruan tinggi

perlu mempersiapkan mental peneliti pemula (Mahasiswa S1) sampai

pada tingkat kesadaran yang tinggi berkaitan dengan etika keilmuan

(norma dan etika penelitian).

Dari uraian diatas, kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa

apabila kompetensi atau kualitas peneliti disiapkan dengan baik maka

ia akan bersikap jujur dan objektif, serta mau bekerja keras secara

mandiri dalam menyelesaikan skripsi atau penelitiannya tanpa harus

melakukan tindakan plagiat.

2. Dari sisi Pembimbing

Seorang peneliti di perguruan tingi biasanya ditetapka oleh sebuah

surat keputusan (SK). Hal ini berarti, seseorang pembimbing penelitian

merasa bahwa dirinya pasti telah memenuhi syarat-syarat tertentu dan

dipandang layak untuk menjadi seorang pembimbing. Namun tidak

dapat dipungkiri bahwa kesibukan seorang pembimbing sering

32

menjadi alasan untuk tidak menjadikan tugas bimbingan ini menjadi

prioritas sehingga dengan demikian dalam menjalankan tugas sebagai

pembimbing peneliti menjadi tidak fokus dan tidakprofesional.

Berbeda halnya dengan pembimbing yang kerjanya selalu berorientasi

pada kualitas. Bagi pembimbing seperti inikesibukan tidak menjadi

alasan dalam melaksanakan tugas bimbingan. Ia akan menganggap

bahwa membimbing adalah tugas yang teramat penting sehingga ia

selalu bersedia menjalankannya dengan senang hati dan penuh dengan

tanggung jawab.

Prilaku yang nampak dari pembimbing seperti ini adalah bahwa

dalam melaksanakan tugas bimbingannya, ia selalu dengan cermat

mengikuti kemajuan kerja penelitian, ia membaca secara teliti semua

tulisan dan memberikan arahan perbaikan dalam kaitan dengan sikap

menjunjung tinggi norma dan etika keilmuan yang berlaku. Apabila ia

menemukan pelanggaran yang dilakukan oleh peneliti/penulis skripsi

baik secara sengaja ataupun tidak sengaja maka ia merasa

berkewajiban untuk membimbing dan memperbaikinya sehingga

dengan demikian hasil karya dari orang yang dibimbingnya menjadi

orisial dan diterima oleh berbagai kalangan baik disaat publikasi

maupun setelah publikasi. Apabila hal demikian terjadi selama proses

penelitian berlangsung maka tindakan plagiat tidak akan mungkin

terjadi.

3. Dari sisi pemanfaatannya

Apabila kita ingin memahami secara sungguh-sungguh hal ikhwal

tentang riset itu sendiri maka riset dipahami sebagai sebuah kegiatan

33

yang panjang dimana setiap riset selalu bertujuan spesifik, seperti

untuk menemukan suatu pengetahuan baru, untuk memperoleh

jawaban atas pertanyaan-pertannyaan untuk memberikan solusi atau

cara pemecahan atas permasalahan yang sedang dihadapi.

Terlepas dari tujuan-tujuan spesifik di atas bahwa manusia (kaum

intelek) akan selalu tetap melakukan riset karena salah satu ciri khas

manusia adalah selalu memiliki sifat rasa ingin tahu. Dari sifat dasar

inilah manusia akan selalu melakukan penelitian untuk memperoleh

pengetahuan tentang sesuatu. Sifat dasar lain dari manusia adalah

selalu merasatidak puas. Hal ini tergambar bahwa setelah manusia

meperoleh pengetahuan baru melalui penelitian, kecenderungan

berikutnya adalah ingin mengetahui lebih mendalam lagi atau ingin

mengetahui lebih luas lagi tentang pengetahuan itu, sehingga kegiatan

penelitian tidak akan pernah berhenti bahkan para ilmuan terus

menerus mengembangkan tujuan maupun metode penelitian itu

sendiri. Manusia tidak pernah merasa bahwa ia telah sampai pada

suatu titik di mana kepuasan untuk memiliki ilmu pengetahuan itu

berhenti, atau dengan katalain manusiatidak akan pernah merasakan

bahwa kepuasan mutlak dan mapan dalam hal memilki ilmu

pengetahuan sudah tercapai dan berakhir sudah.

Seseorang penelitian harus benar-benar menyadari akan hakikat

dari tujuan-tujuan penelitian yang tergambar secara eksplisit di atas

dan menjadikannya pada dirinya, ia akan melaksanakan penelitian

secara procedural, jujur, beretika, bertanggung jawab dan objektif.

Selain itu, si peneliti harus memiliki sifat dasar seperti tergambar di

34

atas yakin memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, selalu tidak puas

dengan hasil yang sudah tercapai dan lainnya.

Bagi seorang peneliti professional, kepuasan yang paling utama

baginya adalah jika ia bisa berhasil merumuskan sebuah generalisasi

yang baru yang bermanfaat bagi masyarakat banyak dan kebenaran

dari generalisasinya itu dapat bertahan dari pengujinya. Penelitian

yang demikian ini tidak akan memiliki kecendrungan lain selain untuk

mencapai kepuasan dan kebahagiaan atas manfaat dari hasil karyanya

itu. Ia tidak akan mengotori proses dari hasil penelitiannya dengan

melakukan tindakan plagiat.

4. Dari sisi keterbatasan referensi

Seorang peneliti sering megalami kesulitan dalam hal mengetahui

secara persis posisinya. Ia tidak mengetahui bahwa ia sedang berada di

wilayah penelitian apa, dalam arti tidak menguasai secara persis

pemetaan wilayah penelitian secara baik. Kesulitan seperti ini biasanya

dialami oleh peneliti pemula yang memiliki referensi yang kurang

memadai serta orientasi penelitiaanya masih terbatas pada kepentingan

jangka pendek dan belum menyentuh pada aspek mutu. Hal inilah

yang bisa didefinasikan menjadi salah satu penyebab terjadinya

tindakan plagiat19.

Faktor-faktor lain yang menyebabkan Mahasiswa dapat melakukan

plagiat, antara lain:

1. Malas, mahasiswa menjadi jenuh dan malas karena selalu

dihadapkan dengan tugas yang menumpuk dan deadline tugas yang

19Ratu Ile Tokan, Manajemen Penelitian Guru untuk Pendidikan Bermutu,

(Jakarta: PT Grasindo, 2016), hlm,107-111

35

hampir bersamaan. Hal ini tentu saja membuat mahasiswa kurang

optimal mengerjakan tugasnya. Tidak jarang mahasiswa

mengerjakan tugas dengan jalan pintas, yaitu melakukan copypaste

atau plagiarisme dari hasil pekerjaan teman atau hasil browsing di

internet.

2. Tidak percaya diri, suatu hal yang mendasari seseorang untuk

dapat melakukan copy paste. ketidak siapan seseorang untuk

membuat tugas yang menyebabkan hal ini dapat terjadi. Maka dari

itu mahasiswa harus menanamkan rasa percaya diri didalam diri

mereka.

3. Penyalahgunaan teknologi, Kemajuan teknologi telah

memperkenalkan internet pada mahasiswa. Dengan menggunakan

internet, mahasiswa mendapatkan kemudahan untuk memperoleh

referensi. Tanpa berpikir panjang mahasiswa melakukan copy

paste tanpa mencantumkan sumber copyan dari referensi tersebut.

Bahkan tidak jarang mahasiswa mengumpulkan tugas dari hasil

copy paste tanpa adanya pengeditan terlebih dahulu20.

2. Plagiat dalam Pandangan Islam

Pengambilan hasil karya orang lain sebagai karya sendiri atau

plagiat berimplikasi besar. Dalam kasus karya tulis plagiat adalah

menggambil karangan orang lain dan menjadikannya seolah-olah

karangan sendiri. Dalam ketentuan Majelis Ulama Indonesia(MUI)

menerangkan bahwa plagiat termasuk dalam hak kekayaan intlektual yang

diberikan fatwa mencakup hasil olah pikir otak yang menghasilkan sebuah

produk yang berguna untuk manusia dan diakui oleh Negara.

MUI menegaskan segala bentuk pelanggaran atas hak kekayaan

intelektual merupakan kezaliman dan haram hukumnya larangan ini

mencakup menggunakan, membuat, memakai, menjual, dan menjiplak

20Faisetiawan, Faktor Penyebab Orang Melakukan Plagiat, dalam

http://faisetiawa.blogspot.coml, diakses pada tan ggal 24 Januari 2019, jam 15.38

36

tanpa izin. Beberapa kaidah yang menjadi dasar fatwa MUI tersebut

adalah firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah an-Nisa ayat 29:

أيهاٱلذين لكمبينكمي اأمو طلبءامنوالتأكلو رةعنٱلب أنتكونتج إل

إن اأنفسكم ولتقتلو نكم تراضم ٢٩كانبكمرحيماٱلل

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan cara

berniaga yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan

janganlah kamu bembunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha

penyayang kepadamu”

Karena hak kekayaan intelektual termasuk harta kekayaan maka

keberadaanya sangat dilindungi. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya darah(jiwa) dan hartamu adalah haram (dilindungi,

mulia).(HR.Tirmidzi).

Mayoritas ulama dari kalangan madzhab Maliki, Syafi’I dan

Hambali mengatakan hak cipta atas ciptaan yang asli tergolong harta

berhargasebagaimana harta tersebut boleh dimanfaatkan secara syarak.

Wahba al-Zuhaili dalam fiqh al-Islami wa Adillatuhu mengatakan

mencetak ulang atau mengcopy buku tanpa izindipandang sebagai

kejahatan terhadap hak pengarang. Hal tersebut dikategorikan pencurian

dan mengharuskan ganti rugi. Ulama NU juga menegaskan mencetak dan

menerbitkan karya tulis orang lain hukumnya haram kecuali ada izin21.

21.Agung Sasongko, Plagiat pada Pandangan Ulama, dalam

http://m.republika.co.id, diakses 31 Januari 2019, jam.23.24

37

C. Hak Cipta Di Indonesia

1. Pengertian dan Sanksi Hak Cipta Dalam Pandangan Hukum

Positif

Adapun yang di maksud pencipta menurut Undang-Unadang

Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Pencipta adalah seseorang

atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama

menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.Dari ketentuan

tersebut dapat dikatakan bahwa sejak suatu pencipta lahir atau terwujud

maka sejak itu pulah lahirnya hak dari pada penciptanya.Apabila diambil

perbandingan dengan “oktroot” kedua hal ini tentu berbeda. Menurut

peraturan hukum yang berlaku wujut dari hak cipta dengan oktrooi

adalah berlainan dimana masalah dengan hak oktrooi atau paten

merupakan hak yang diberikan oleh pemerintah terhadap seseorang yang

menentukan sesuatu. Oleh karena itu wujud hak oktrooi itu baru lahir

setelah terlebih dahulu ada pengakuan dari pemerintah22.

Hak cipta merupkan kekayaan intlektual di bidang ilmu

pengetahuan, seni, dan satra yang mempunyai peran strategi dalam

mendukung pembangunan bangsa dan menunjukan kesejahteraan umum

sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang dasar Negara Republik

Indonesia23.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju pesat ini

mengancam para pelaku seni dan hasilkeratifitas mereka, sehingga perlu

22 . Sophar Maru Hutagalung, “Hak Cipta Kedudukan dan Peran dalam

Pembangunan”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm, 14-15. 23Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta,

(Yogyakarta: Pustaka mahardika, 2015)

38

adanya perlindungan bagi berbagai produk intelektual dari upaya

pelanggaran hak atas produk yang dihasilkan baik oleh individu maupun

suatu korporasi dalam bidang industri dan perdagangan dalam upaya

menjaga pelanggaran hak atas keaslian karya cipta yang menyangkut hak

cipta, merek, paten, desain produk, rahasia dagang dan desain tata letak

sirkuit terpadu.

Mengenai hak cipta diatur dalam undang-undang nomor 28 tahun

2014. Hak cipta (Lembaga Negara Republik Indonesia tahun 2014 Nomor

266. Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5599).

Dengan berlakunya Undang-undang ini maka Undang-undang nomor 19

tahun 2002 tentang hak cipta dinyatakan tidak berlaku.

Dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta dikemukakan, bahwa yang dimaksudkan dengan:

1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara

otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan

diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Ciptaaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu

pengetahuan, seni,dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi,

kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau

keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.

3. Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta,

pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari pencipta atau

pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang

menerima hak tersebut sah24.

Apabila kita membaca ketentuan Pasal 14 Undang-Undang No.6

Tahun 1982, maka dikatakan bahwa tidak dianggap sebagai pelanggaran

24 Zani Asyhadie, Hukum Keperdataan, (Depok: Rajawali, 2018), hlm.206

39

hak cipta apabila mengutip hak cipta orang lain sampai sebanyak-

banyaknya 10% dari kesatuan yang bulat dengan syarat harus

menyebutkan sumber dari kutipan tersebut. Yang jadi pertanyaan,

bagaimana jika timbul suatu kasus perkara pelanggaran hak cipta di

pengadilan. Misalnya, kasus pengutipan sebagian dari hak cipta orang lain

tanpa izin dari penciptanya di mana pengutip karangan atau pencipta

tersebut sebanyak 20% berarti selisih 10% dari ketentuan yang terdapat

dari pada Pasal 14. Dengan selisih 10% itu, tolak ukur apakah yang

dipakai atau digunakan oleh hakimdi pengadilan dalam kasus seperti

diatas hubungannya dengan ancaman pidana yang akan dikenakan kepada

pelaku pengutipan itu.

Secara analog bunyi Pasal 14 penulisan tafsirkan, bahwa para

pembuat undang-undang dapat juga membuat suatu ketentuan tentang

tahapan jumlah persentase pengutipan itu.Misalnya, bagaimana apabila

pengutipan itu diambil sebanyak 20%, 30%, 40% dan seterusnya. Dengan

demikian hal ini akan menolong hakimdi dalam mempertimbangkan

ganjaran hukuman yang akan diambilnya bagi pelaku pelanggaran hak

cipta itu. Jadi, jika semata-mata atas dasar keyakinan yang diberikan oleh

Undang-Undang kepadanya (kepada hakim di pengadilan) di dalam

mengambil keputusan tentang suatu perkara, yang dalam hal ini

menyangkut tindak pidana hak cipta.

Sesuai arah pemkiran penulis kemukakan di atas, setidaknya

adalah penting membuat rumusan tentang pendoman pemindahan yang

berkenaan dengan maslah hak cipta. Kemudian ada peganggan atau

petunjuk bagi hakim dipengadilan maupun bagi petugas hukum kita, di

40

samping Peraturan Pemerintahan tentang pelaksanaan Undang-Undang

hak cipta tersebut. Pembatasan hak cipta perlu dilakukan karena ukuran

kuantitatif untuk menentukan pelanggaran Hak Cipta sulit diterapkan.

Akan tetapi tepat apabila penentuan pelanggaran hak cipta didasarkan

pada ukuran kualitatif. Misalnya, pengambilan bagian yang paling

substansial dan khas yang menjadi ciri dari ciptaan, meskipun pemakaian

itu kurang dari 10%.

Pemakainan itu secara subtansi merupakan pelanggaran hak

cipta.Pemakaian ciptaan tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta

apabila sumbernya disebut atau dicantumkan dengan jelas dan hal itu

dilakukan terbatas untuk kegiatan yang bersifat nonkemersial termasuk

untuk kegiatan sosial. Misalnya kegiatan dalam lingkup pendidikan dan

ilmu pengetahuan, kegiatan penelitian dan pengembangan dengan

ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari penciptanya.

Termasuk dalam pengertian ini adalah pengambilan ciptaan untuk

pertunjukan atau pementasan yang tidak dikenakan bayaran. Khusus untuk

pengutipan karya tulis, penyebutan atau pencantuman sumber ciptaan dan

nama penerbit jika ada. Sementara itu yang dimaksud dengan kepentingan

wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta adalah suatu kepentingan

yang didasarkan pada keseimbangan dalam menikmati manfaat ekonomi

atas suatu ciptaan25.

Sanksi bagi yang melanggar Hak cipta yang telah diatur dalam

Pasal 112 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang hak cipta:

25. Sophar Maru Hutagalung, “Hak Cipta Kedudukan dan Peranan dalam

Pembangunan”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 20-21

41

“setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 3 dan/atau pasal 52

untuk menggunakan secara komersial dipidana dengan penjara

paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)”.

Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang hak cipta:

1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak

ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 1 huruf I

untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana

penjara paling lama 1 tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta

atau pemegang hak cipta melakukan pelanggara hak ekonomi

pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 1 huruf c,

huruf d, huruf f dan /atau huruf h untuk penggunaan secara

komersial pidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun

penjara dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000

(lima ratus juta rupiah).

3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta

atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi

pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 1 huruf a,

huruf b, huruf e dan/atau huruf g untuk penggunaan secara

komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun

dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 ( satu

miliar rupiah).

4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana yang dimaksud

pada ayat 3 yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 10 tahun penjara dan/atau

pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000.00,00 ( empat miliar

rupiah )26.

26 . Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

42

2. Hak Cipta dan Sanksi dalam Pandangan Islam

Hak cipta menurut pandangan Islam Mengenai hak cipta seperti

karya tulis, menurut pandangan Islam tetap pada penulisnya, sebab karya

tulis itu merupakan hasil karya yang halal melalui kemampuan berpikir

dan menulis, sehingga karya tulis itu menjadi hak milik pribadi. Karena itu

karya tulis dilindungi hukum, sehingga bisa dikenakan sanksi hukuman

terhadap siapapun yang berani melanggar hak cipta seseorang. Misalnya,

dengan cara pencurian, penyerobotan, penggelapan, pembajakan, plagiat

dan sebagainya.

Islam sangat menghargai karya tulis yang bermanfaat untuk

kepentingan agama dan umat, sebab ia termasuk amal saleh yang

pahalanya terus-menerus bagi penulisnya, sekalipun ia telah meninggal

sebagaimana dalam Hadis Nabi riwayat Muslim:

ن ثلاث نسان اين قطع عمله ايلا مي عن ابي هري رة ان رسول اللهي .ص. قال : ايذا مات الايت فع بيهي، او ولد صاليح يدعو له لم ي ن )صدقة جاريية،او عي

Artinya : “Jika anak adam meninggal maka amalnya terputus

kecuali tiga perkara, yaitu ; sedekah jariyah (wakaf) ,ilmu yang

bermanfaat, dan anak sholeh yang berdoa kepadanya” (HR Muslim).

Karena hak cipta itu memiliki hak pribadi, maka agama melarang

orang yang tidak berhak (bukan pemilik hak cipta) memfotokopi baik

untuk kepentingan pibadi maupun untuk kepentingan bisnis. Demikian

pula menterjemahkannya kedalam bahasa lain dan sebagainya dilarang,

kecuali dengan izin penulis atau penerbit yang diberi hak untuk

menerbitkannya. Perbuatan memfotokopi, mencetak, menterjemahkan,

43

membaca dan sebagainya terhadap karya tulis seseorang tanpa izin penulis

sebagai pemilik hak cipta atau ahli warisnya yang sah atau penerbit yang

diberi wewenang oleh penulisnya adalah perbuatan tidak etis dan dilarang

oleh islam. Sebab perbuatan seperti itu bisa termasuk pencurian kalau

dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Adapun dalil-dalil syar’i yang

dapat dijadikan melarang pelanggaran hak cipta dengan perbuatan-

perbuatan tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 188:

لكمبينكمبول أمو ا طلتأكلو بٱلب فريقاٱلحكامهاإلىوتدلوا لتأكلوا

ل نأمو ثمبٱلناسم ١٨٨وأنتمتعلمونٱل

Artinya: “Janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang

lain dengan jalan yang batil”

2. Al-Qur’an surat As-Syu’ara’ ayat 183

ءهمولٱلناستبخسواول ١٨٣سدينمفٱلرضتعثوافيأشيا

Artinya: “dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-

haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat

kerusakan”.

3. Hadits Nabi:

نه يب ن فس مي لا ييل ما ل امريئي مسليم ايلا بيطي

Artinya; “tidak halal mengambil harta seorang muslim kecuali

dengan kerelaan dirinya (HR Abu dawud dan daruqutni, dishahih oleh

syaikh al-bani dalam shahilul jami’ no.7662)”

44

“Mayoritas Ulama’ dari kalangan madzhab Maliki, Syafi’I, dan

Hambali berpendapat bahwa hak cipta atas ciptaan yang orisinil dan

manfaat tergolong harta berharga sebagaimana jika boleh dimanfaatkan

secara syara’ (Hukum Islam).Ayat dan Hadits Nabi tersebut diatas

mengingatkan umat Islam agar tidak memakai atau menggunakan hak

orang lain, dan tidak pula memakan harta orang lain kecuali dengan

persetujuanya. Pelanggaran terhadap hak orang lain termasuk hak cipta

bisa termasuk kedalam kategori muflis, yaitu orang yang bangkrut

amalnya nanti di akhirat.

Islam menghormati hak milik pribadi tetapi hak milik pribadi itu

bersifat sosial karena hak milik pribadi pada hakikatnya adalah hak milik

Allah yang diamantkan kepada orang yang kebetulan memilikinya.

Karenanya karya tulis itu pun harus bisa dimanfaatkan oleh umat, tidak

boleh dirusak, dibakar atau disembunyikan oleh penulisnya.

Sanksi bagi pelanggar hak cipta yang telah dijelaskan sebelumnya

bahwa plagiat sama saja seperti melakukan pelanggaran hak cipta.

Pelanggaran hak cipta sama seperti mencuri karena plagiat merupakan

perbuat secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau

mencoba memperoleh keredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah dengan

mengutip sebagian atau seluruh karya ilmiah pihak lain untuk diakui

sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan

memadai27.

27Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat.

45

Hak Cipta merupakan hak eksklusif pencipta yang timbul secara

otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan

dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan28. Hukuman bagi orang yang

mencuri sudah jelas akan dikenakan hukuman hudud. Hudud bentuk

jamak dari had adalah sebuah istilah Islam yang mengacu pada hukuman

yang berdasarkan hukum islam yang diamanatkan dan ditetapkan oleh

Allah29.

Dalam pencurian ada dua cara seseorang mengambil hak milik

orang lain, yang pertama menggambil dengan cara terang-terangan dan

kedua mengambil dengan cara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh

pemiliknya. Dalam istilah fiqh yang pertama disebut dengan istilah

ghashab (merampas) dan yang kedua disebut dengan sirqah (mencuri).

Bagi pelaku pencurian harus dikenakan hukuman potong tangan. Para

ulama fiqh menjelaskan apabila pencuri melakukan tindakan pencurian

baru satu kali maka dikenakan hukuman potong tangan kanan, pencurian

dua kali hukumannya potong kaki kiri, pencurian ke tiga potong tangan

kiri dan pencurian ke empat potong kaki kanan30.

Mayoritas ulama baik dari kalangan ulama salaf maupun khalaf

menetapkan had pencurian (sariqoh) jika harta yang dicuri telah mencapai

nishab yaitu ¼ Dinar atau lebih. Pencurian harta yang tidak mencapai

nishab hanya dapat dijatuhkan hukuman ta’zir. Nishab harta curian itu

28Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta. 29 Wikipedia, Hudud, dalam http://id.m.wikipedia.org diakses pada tanggal 03

Febuari 2019 pukul 20.14 Wib. 30 M. Kadar Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam, (Jakarta: Amza, 2013), hlm. 333-334

46

dapat ditinjau kembali, disesuaikan dengan keadaan ekonomi, waktu dan

situasi pada masa Nabi Saw. Nishab harta curian senilai ¼ dinar sekarang

ini bisa jadi secara kuantitas jumlahnya kecil dan tidak seberapa. Batasan

Nisab harta yang dicuri seperti itu dimaksudkan untuk menghilangkan

kejahatan pencurian yang sangat merugikan dan menggaggu ketentraman

masyarakat, jangan sampai hak milik seseorang tidak dilindungi

keselamatannya31.

31Fuad Thohari, Hadis Ahkam Kajian Hadis-Hadis Hukum Pidana Islam

(Hudud, Qishash, dan Ta’zir). (Yogyakarta: Cv Budi Utama, 2018), hlm.72-73

47