Bab ii pembahasan

13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya, yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara laki- laki dan perempuan secara anarki, dan tidak ada satu aturan, tetapi demi menjaga kehormatan dan martabat kemulyaan manusia, Allah adakan hukum sesuai dengan martabatnya. Sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan saling ridho-meridhoi, dengan ucapan ijab qobul sebagai lambang dari adanya rasa ridho–meridhoi, dan dengan dihadiri para saksi yang menyaksikan kalau kedua pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat. Oleh karenanya kami anggap perlu untuk membahas sedikit dari ilmu Masa’il Fiqih, dalam hal ini akan kami bahas tentang “Pernikahan Beda Agama Dan Pernikahan Campuran”. Untuk penjelasan yang lebih lanjut akan kami bahas dalam bab selanjutnya. B. Rumusan Masalah Apa Pengertian Pernikahan Beda Agama Dan Pernikahan Campuran Itu ? Apakah Hukum Pernikahan Beda Agama Itu ? Apakah Hukum Pernikahan Campuran Di Indonesia Itu? Bagaimanakah Pendapat Para Ulama’ Tentang Pernikahan Beda Agama Dan Pernikahan Campuran Itu ? 1

Transcript of Bab ii pembahasan

Page 1: Bab ii pembahasan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya, yang hidup bebas mengikuti

nalurinya dan berhubungan antara laki-laki dan perempuan secara anarki, dan tidak ada

satu aturan, tetapi demi menjaga kehormatan dan martabat kemulyaan manusia, Allah

adakan hukum sesuai dengan martabatnya.

Sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan

berdasarkan saling ridho-meridhoi, dengan ucapan ijab qobul sebagai lambang dari

adanya rasa ridho–meridhoi, dan dengan dihadiri para saksi yang menyaksikan kalau

kedua pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat.

Oleh karenanya kami anggap perlu untuk membahas sedikit dari ilmu Masa’il Fiqih,

dalam hal ini akan kami bahas tentang “Pernikahan Beda Agama Dan Pernikahan

Campuran”. Untuk penjelasan yang lebih lanjut akan kami bahas dalam bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

Apa Pengertian Pernikahan Beda Agama Dan Pernikahan Campuran Itu ?

Apakah Hukum Pernikahan Beda Agama Itu ?

Apakah Hukum Pernikahan Campuran Di Indonesia Itu?

Bagaimanakah Pendapat Para Ulama’ Tentang Pernikahan Beda Agama Dan

Pernikahan Campuran Itu ?

Apa Sajakah Dampak Dari Pernikahan Beda Agama Dan Pernikahan Campuran Itu ?

C.Tujuan

Untuk Menjelaskan Pengertian Pernikahan Beda Agama Dan Pernikahan Campuran !

Untuk Menjelaskan Apa Sajakah Hukum Pernikahan Beda Agama !

Untuk Menjelaskan Apa Sajakah Hukum Pernikahan Campuran !

Untuk Menjelaskan Apa Pendapat Para Ulama’ Tentang Pernikahan Beda Agama Dan

Pernikahan Campuran !

Untuk Menjelaskan Apa Sajakah Dampak Dari Pernikahan Beda Agama Dan

Pernikahan Campuran !

1

Page 2: Bab ii pembahasan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernikahan Beda Agama Dan Pernikahan Campuran

Pernikahan yang dalam istilah agama disebut “Nikah”  ialah : melakukan suatu aqad

atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dengan seorang wanita

untuk menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah pihak, dengan dasar sukarela

dan keridhoan kedua belah pihak untuk mewujudkan suatu kebahagiaan hidup

berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman dengan cara yang di ridhoi

Allah.1 nikah merupakan suatu perjanjian perikatan antara seorang laki-laki dan seorang

wanita. perjanjian di sini bukan sembarang perjanjian seperti perjanjian jual-beli atau

sewa-menyewa, tetapi perjanjian dalam nikah adalah merupakan perjanjian suci untuk

membentuk keluarga antara seorang laki-laki dan seorang wanita. suci di sini dilihat

dari segi keagamaannya dari suatu pernikahan.

Pernikahan Beda Agama

Pernikahan beda agama atau pernikahan antar agama, dapat diartikan sebagai

perkawianan dua insan yang berbeda agama, kepercayaan atau faham.

Pernikahan Campuran

Pengertian Pernikahan campuran, dapat diartikan sebagai pernikahan antara dua orang

yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan

kewarganegaraan dan salah satu pihak lewarganegaraan Indonesia.

Jadi perbedaan antara pernikahan beda agama dengan pernikahan campuran adalah

kalau pernikahan beda agama yaitu pernikahan antara seorang laki-laki dengan wanita

yang berbeda agama satu sama lain, sedangkan pernikahan campuran yaitu pernikahan

yang antara seorang laki-laki dengan wanita yang satu sama lain berbeda

kewarganegaraan atau berbeda paham hukumnya.

B. Hukum Pernikahan Beda Agama

Seringkali kita jumpai pertanyaan “apa hukumnya bila seorang muslim baik laki-laki

maupun wanita menikah dengan orang yang berbeda agama dengannya (Islam), apakah

pernikahan mereka sah atau tidak menurut Islam?”. Pertanyaan ini sering muncul

terutama ketika kita berada di sebuah negara yang mayoritas penduduknya non muslim.

1 Ny.Soemiyati,Hukum Perkawinan Islam dan UU perkawinan.  Hlm.8

2

Page 3: Bab ii pembahasan

Menurut hukum Islam seorang Muslim, baik pria maupun wanita menikah dengan orang

yang berbeda agama? Masalah perkawinan beda agama telah mendapat perhatian serius

para ulama di Tanah Air. Hukum nikah demikian tidak sah, sebagaimana telah

diputuskan dalam Muktamar NU tahun 1962 dan Muktamar Thariqah Mu’tabarah tahun

1968. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional II pada tahun 1980

juga telah menetapkan fatwa tentang pernikahan beda agama. MUI menetapkan dua

keputusan terkait pernikahan beda agama ini.2 Antara lain :

1.  Perempuan beragama Islam menikah dengan laki-laki non-Islam.

Hukum mengenai perempuan beragama Islam menikah dengan laki-laki non-Islam

adalah jelas-jelas dilarang (haram). Dalil yang digunakan untuk larangan menikahnya

muslimah dengan laki-laki non Islam adalah Surat Al Baqarah (2) : 221.

Yang artinya : “Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,

walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang

musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya

budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu.

Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan

izin-Nya.”

Jadi, wanita muslimah dilarang atau diharamkan menikah dengan non muslim, apapun

alasannya. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Alquran di atas. Bisa dikatakan, jika

seorang muslimah memaksakan dirinya menikah dengan laki-laki non Islam, maka

akan dianggap berzina.3

2.  Laki-laki beragama Islam menikah dengan perempuan non-Islam.

Pernikahan seorang lelaki Muslim dengan perempuan non muslim terbagi atas 2

macam:

a. Lelaki Muslim dengan perempuan Ahli Kitab Hukumnya

boleh, dengan dasar Surat Al Maidah (5) : 5.

Yang artinya : “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan

(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan

kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita

yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-

wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab

2Http://alhijrah.cidensw.net/index.php?options.com-content&task:view &id:111 3Ibid.

3

Page 4: Bab ii pembahasan

sebelum kamu, bila kamu telah membayar maskawin mereka dengan maksud

menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya

gundik-gundik.”

Makruhnya Nikah dengan perempuan Ahli Kitab:

Nikah dengan perempuan Ahli kitab sekalipun boleh tetapi dianggap makruh,

karena adanya rasa tidak aman dari gangguan-gangguan keagamaan bagi

suaminya atau bisa saja ia menjadi alat golongan agama. Jika perempuan dari

golongan Ahli kitab yang bermusuhan dengan kita, maka dianggap lebih makruh

lagi sebab berarti akan memperbanyak jumlah orang yang akan menjadi musuh

kita.

Bahkan segolongan ulama memandang haram nikah dengan perempuan Ahli

kitab yang memusuhi kita ini. 4

b. Lelaki Muslim dengan perempuan non Ahli Kitab. Untuk kasus ini, banyak ulama

yang melarang, dengan dasar Al Baqarah (2) : 221.

Yang artinya : “Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum

mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita

musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-

orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.

Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia

menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan

ampunan dengan izin-Nya.”

Sementara itu, para jumhur shahabat membolehkan laki-laki muslim menikahi

wanita kitabiyah, diantaranya adalah Umar bin Al-Khattab, Ustman bin Affan,

Jabir, Thalhah, Huzaifah. Bersama dengan para shahabat Nabi juga ada para

tabi`Insya Allah seperti Atho`, Ibnul Musayib, al-Hasan, Thawus, Ibnu Jabir Az-

Zuhri. Pada generasi berikutnya ada Imam Asy-Syafi`i, juga ahli Madinah dan

Kufah.

Yang sedikit berbeda pendapatnya hanyalah Imam Malik dan Imam Ahmad bin

Hanbal, dimana mereka berdua tidak melarang hanya memakruhkan menikahi

wanita kitabiyah selama ada wanita muslimah.5

4 Dr.KH.MA.Sahal Mahfudh.Ahkamul Fuqaha, solusi problematika Aktual Hukum Islam, keputusan Muktamar, Munas dan Konbes Nahdatul Ulama (1926-2004M).Surabaya:Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU Jawa Timur.2004.Hal:4155Http://alhijrah.cidensw.net/index.php?options.com-content&task:view &id:111

4

Page 5: Bab ii pembahasan

C. Hukum Pernikahan Campuran Di Indonesia

Perkawinan campuran di Indonesia hukumnya diperbolehkan, dengan memenuhi beberapa

syarat. Antara lain :

1. Dilaksanakan menurut Undang-Undang perkawinan  pasal 59 ayat : 2.

2. harus memenuhi ketentuan perkawinan menurut hukum masing-masing pihak.

3. Mengajukan surat permohonan kepada pengadilan.

4. Setelah surat keterangan pengadilan atau keputusan pengadilan diperoleh, maka

perkawinan segera dilangsungkan menurut hukum masing-masing agama bagi yang

beragama islam menurut hukum islam, sedangkan bagi agama yang bukan islam di

lakukan menurut hukum agamanya dengan kata lain supaya dapat dilakukan akad nikah 

menurut agama masing-masing.

Ada kemungkinan setelah mereka memperoleh keterangan atau putusan pengadilan,

perkawinan tidak dilangsungkan dalam masa enam bulan sesudah keterangan atau

putusan itu diberikan, maka surat keterangan atau putusan pengadilan tersebut tidak

mempunyai kekuatan hukum lagi.6

D. Pendapat Ulama Tentang Pernikahan Beda Agama

Pertama, para ulama di Tanah Air memutuskan bahwa pernikahan wanita Muslim dengan

laki-laki non-Muslim hukumnya haram. Kedua, seorang laki-laki Muslim diharamkan

mengawini wanita bukan Muslim. Perkawinan antara laki-laki Muslim dengan wanita

ahlul kitab memang terdapat perbedaan pendapat. "Setelah mempertimbangkan bahwa

mafsadatnya lebih besar dari maslahatnya, MUI memfatwakan perkawinan tersebut

hukumnya haram," ungkap Dewan Pimpinan Munas II MUI, Prof Hamka, dalam fatwa

itu.

Dalam memutuskan fatwanya, MUI menggunakan Alquran dan Hadis sebagai dasar

hukum. "Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik hingga mereka ber iman

(masuk Islam). Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,

walaupun ia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan wanita orangorang

musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) hingga mereka beriman. Sesungguhnya budak

yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, meskipun ia menarik hatimu..." (QS: al-

Baqarah:221).

6 www.lbhmawarsaron.com

5

Page 6: Bab ii pembahasan

Selain itu, MUI juga menggunakan Alquran surat al-Maidah ayat 5 serta at Tahrim ayat 6

sebagai dalil. Sedangkan, hadis yang dijadikan dalil adalah Sabda Rasulullah SAW yang

diriwayatkan Tabrani: "Barang siapa telah kawin, ia telah memelihara setengah bagian

dari imannya, karena itu, hendaklah ia takwa (takut) kepada Allah dalam bagian yang

lain."

Ulama Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait nikah beda agama.

Fatwa itu ditetapkan dalam Muktamar ke-28 di Yogyakarta pada akhir November 1989.

Ulama NU dalam fatwanya menegaskan bahwa nikah antara dua orang yang berlainan

agama di Indonesia hukumnya tidak sah.

Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga telah menetapkan fatwa tentang

penikahan beda agama. Secara tegas, ulama Muhammadiyah menyatakan bahwa seorang

wanita Muslim dilarang menikah dengan pria non-Muslim. Hal itu sesuai dengan surat al-

Baqarah ayat 221, seperti yang telah disebutkan di atas. "Berdasarkan ayat tersebut, laki-

laki Mukmin juga dilarang nikah dengan wanita non-Muslim dan wanita Muslim dilarang

walinya untuk menikahkan dengan laki-laki non-Muslim," ungkap ulama

Muhammadiyah dalam fatwanya.

Ulama Muhammadiyah memang mengakui adanya perbedaan pendapat tentang bolehnya

pria Muslim menikahi wanita nonMuslim berdasarkan surat al-Maidah ayat 5. "Namun,

hendaknya pula dilihat surat Ali Imran ayat 113, sehingga dapat direnungkan ahli kitab

yang bagaimana yang dapat dinikahi laki-laki Muslim," tutur ulama Muhammadiyah.

Dalam banyak hal, kata ulama Muhammadiyah, pernikahan wanita ahli kitab dengan pria

Muslim banyak membawa kemadharatan. "Maka, pernikahan yang demikian juga

dilarang." Abdullah ibnu Umar RA pun melarang pria Muslim menikahi wanita non-

Muslim.7

E. Dampak Dari Pernikahan Beda Agama Dan Pernikahan Campuran

1. Bagi orang-orang yang berlainan kewarganegaraan yang melakukan perkawinan

campuran, dapat memperoleh kewarganegaraan dari suami/istri dapat pula kehilangan

kewarganegaraannya menurut cara-cara yang ditentukan oleh Undang-Undang No. 62

tahun 1958 yang diubah dengan undang-undang No.3 tahun 1976.7http://www.republika.co.id/berita/ensikopledia-islam/fatwa/10/05/01/113862-hukum-nikah-beda- agama-dalam-islam-dan-kristen.

6

Page 7: Bab ii pembahasan

2. Bagi anak yang dilahirkan dari perkawinan campuran apakah ayahnya warga Negara

asing atau ibunya salah satunya berkewarganegaraan Indonesia, berdasarkan Undang-

Undang No. 12 tahun 2006 menurt pasal 4, bahwa anak yang dilahirkan dari

perkawinan yang sah  dari seorang warga Negara Indonesia dan ibunya warga Negara

asing “ adalah warga Negara Indonesia.” Sedangkan berdasarkan pasal 6 ayat (1)

dalam hal status kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana

dimaksud dalam pasal 4 dan pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda.

Setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus

memilih salah satu kewarganegaraannya.

3. Menurut Menteri Agama RI. Muhammad M. Basyuni pada acara sosialisasi

perkawinan campuran di Jakarta  yang di hadiri 22 perwakilan Negara sahabat ,

mengungkapkan bahwa pelaksanaan perkawinan campuran masih menimbulkan

beberapa kendala, seperti menyangkut masalah persyaratan yang diatur oleh hukum

Negara masing-masing, masih adanya masalah teknis yang perlu disosialisasikan dan

di carikan solusinya secara bersama dalam uapaya memberikan pelayanan terbaik

kepada masyarakat.

4. Adanya sebahagian masyarakat Indonesia menganggap bahwa perkawinan antar

agama masih barlaku dan masuk dalam pengertian perkawinan campuran, sehingga

masih ada yang melakukan perkawinan antar agama, dan jika tidak bisa dilaksanakan

di dalam negri mereka melakukan perkawinannya di luar negri.

5. Fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI)  menyebutkan :  (1) Perkawinan beda agama

adalah haram dan tidak sah. (2). Perkawinan laki-laki muslim dengan wanita ahlul

kitab menurut qoul mu’tamad adalah haram dan tidak sah.

6. Pekawinan campuran karena sesuatu dan lain hal tidak bisa dipertahankan lagi (cerai),

mengakibatkan persoalan khusus bagi wanita Indonesia, tidak tersedianya jaminan

hidup, pendidikan bagi anak-anaknya pada masa yang akan datang.

BAB III

PENUTUP

A.Simpulan

7

Page 8: Bab ii pembahasan

Pernikahan merupakan suatu cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk

beranak, berkembang biak dan kelestarian hidupnya, setelah masing-masing pasangan

siap melakukan peranannya yang positif dalam mewujudkan tujuan pernikahan.

Secara ringkas hukum nikah beda agama bisa kita bagi menjadi demikian :

1. Suami Islam, istri ahli kitab = boleh.

2. Suami Islam, istri kafir bukan ahli kitab = haram.

3. Suami ahli kitab, istri Islam = haram.

4. Suami kafir bukan ahli kitab, istri Islam = haram.

Jenis- Jenis Nikah Beda Agama:

1. Perempuan beragama Islam menikah dengan laki-laki non-Islam.

2. Laki-laki beragama Islam menikah dengan perempuan non-Islam,

a. Laki-laki Muslim dengan perempuan Ahli Kitab.

b. Laki-laki Muslim dengan perempuan non Ahli Kitab.

Bagi anak yang dilahirkan dari perkawinan campuran apakah ayahnya warga Negara

asing atau ibunya salah satunya berkewarganegaraan Indonesia, berdasarkan Undang-

Undang No. 12 tahun 2006 menurt pasal 4, bahwa anak yang dilahirkan dari

perkawinan yang sah  dari seorang warga Negara Indonesia dan ibunya warga Negara

asing “ adalah warga Negara Indonesia.” Dan diumur 18 tahun anak tersebut harus

memilih ingin menjadi warga negara yang mana.

B. Saran

Penulis menyadari akan kekurangan makalah ini, maka dari itu diharapkan kepada

pembaca untuk memberi kritik atau saran yang bersifat menbangun, agar makalah ini

menjadi lebih sempurna dan baik. Sehingga dapat di pergunakan selayak mungkin.

Akhirnya kepada Allah lah kita kembali. Mudah-mudahan makalah ini berguna bagi

pembaca dan pendengar. Amiiin…….

8