Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

22
BAB II PEMBAHASAN / LAPORAN KEGIATAN STUDY LAPANGAN KE DI YOGYAKARTA TANGGAL 1-3 JANUARI 2010 2.1. Candi Borobudur Gambar 1 : Candi Borobudur 2.1.1. Letak Geografis Candi Borobudur terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah. Candi ini dari kota Magelang terletak di sebelah selatan ± 15 km dalam jarak lurus. Dataran kedu yang berbukit, hampir seluruhnya dilingkari pegunungan. Gunung yang melingkari Candi Borobudur antara lain : Sebelah timur terdapat gunung merbabu dan gunung merapi, sebelah barat laut gunung sumbing dan 1

Transcript of Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

Page 1: Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

BAB II

PEMBAHASAN / LAPORAN

KEGIATAN STUDY LAPANGAN KE DI YOGYAKARTA

TANGGAL 1-3 JANUARI 2010

2.1. Candi Borobudur

Gambar 1 : Candi Borobudur

2.1.1. Letak Geografis

Candi Borobudur terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten

Magelang Propinsi Jawa Tengah. Candi ini dari kota Magelang terletak

di sebelah selatan ± 15 km dalam jarak lurus. Dataran kedu yang

berbukit, hampir seluruhnya dilingkari pegunungan. Gunung yang

melingkari Candi Borobudur antara lain :

Sebelah timur terdapat gunung merbabu dan gunung merapi, sebelah

barat laut gunung sumbing dan gunung sindoro, dari keempat gunung

tersebut hanya gunung merapi yang masih aktif sebagai gunung berapi.

Di sebelah utara terdapat gunung todar, walapun tidak sebesar gunung

tersebut di atas namun gunung ini terkenal dengan sebutan “pakuning

tanah jowo”.

1

Page 2: Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

Sedang sebelah selatan terdapat pegunungan menoreh, bila dilihat dari

Candi Borobudur, puncak-puncak yang menjulang tinggi, nampak

serupa dengan seseorang yang sedang tidur terlentang membujur dari

timur ke barat. Lekukan-lekukan pegunungan itu seolah

menggambarkan kepala lengkap dengan hidung, bibir dan dagu juga

bagian perut sampai kaki. Karena keadaan seperti itulah maka cerita

rakyat berkembang bahwa yang sedang terlentang tidur itu adalah

Gunadharma, yaitu ahli bangunan yang menurut kepercayaan telah

berhasil menciptakan candi borobudur dan menjaganya sambil

mengawasi ciptaannya dari masa ke masa.

2.1.2. Sejarah Berdirinya Candi Borobudur

Banyak sudah buu-buku yang menuliskan tentang candi borobudur akan

tetapi kapan candi borobudur didirikan tidaklah dapat diketahui dengan

pasti. Namun demikian suatu perkiraan dapat diperoleh dengan tulisan-

tulisan singkat yang dipahatkan di atas pigura-piguran relief kaki asli

candi borobudur (karmawibhangga) menunjukkan huruf yang sejenis

dengan yang didapatkan pada prasasti-prasasti dari akhir abad ke 8

sampai awal abad ke 9. dari bukti-bukti tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa candi borobudur dibuat atau didirikan sekitar tahun

800 masehi.

Kesimpulan tersebut di atas ternyata sesuai dengan kerangka sejarah

Indonesia pada umumny dan juga sejarah yang berada di daerah Jawa

Tengah pada khususnya. Periode antara abad ke 8 dan pertengahan abad

ke 9 terkenal sebagai “abad emas wangsa Syailendra”.

Kejayaan ini ditandai dengan dibangunnya sejumlah besar candi-candi

yang menggambarkan adanya semangat membangun yang luar biasa.

Candi-candi yang berada di lereng gunung kebanyakan berciri khas

bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di dataran-dataran adalah

khas bangunan budha, tetapi ada juga sebagian khas hindu.

2

Page 3: Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

Candi borobudur dibangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam

sejaran karena usahanya untuk menjunjung tinggi dan mengagungkan

agama budha mahayana.

2.1.3. Keadaan Umum

a) Uraian bangunan candi

Candi borobudur dibuat atau dibangun menggunakan batu andesit

sebanyak 55.000 m3. Bangunan candi biribudur berbentuk limas

yang berundak-undak dengan tanda naik pada keempat sisinya. Pada

candi borobudur tidak ada ruangan di mana orang bisa masuk

melainkan hanya bisa naik sampai terasnya. Lebar bangunan candi

bobudur adalah 123 meter, panjang bangunan candi borobudur

adalah 123 meter, pada sudut yang membelok 113 meter, tinggi

bangunan candi 34,5 meter. Pada kaki candi ditutup dengan batu

sebanyak 12.750 m3, sebagai selasar dan undaknya. Candi borobudur

merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta, yang terbagi

dalam tiga bagian besar yaitu kamadhatu, rupadhatu, dan

arupadhatu.

b) Patung budha

Patung budha di candi borobudur berjumlah 504 buah, yakni patung

budha yang berada pada relung-relung sebanyak 432 buah dan pada

teras I, II, III berjumlah sebanyak 72 buah.

c) Patung singa

Pada candi borobudur selain patung budha juga terdapat patung

singa, jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 patung

akan tetapi biladihitung sekarang mungkin jumlahnya kurang dari

yang seharusnya ada karena berbagai sebab. Satu-satunya patung

singa besar berada pada halaman sisi barat yang juga menghadap ke

barat, seolah-olah sedang menjaga bangunan candi yang megah dan

anggun.

3

Page 4: Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

d) Stupa

Stupa induk

Stupa induk berukuran lebih besar dari stupa-stupa lainnya dan

terletak di tengah-tengan (paling atas) yang merupakan mahkota

dari seluruh monumen bangunan candi borobudur. Garis tengah

stupa induk ± 9,90 meter.

Stupa berlubang atau terawang

Stupa berlubang atau terawang adalah stupa yang terdapat pada

teras I, II, dan III di mana di dalamnya terdapat patung budha. Di

candi borobudur seluruh stupa berlubang jumlahnya 72 buah.

Stupa kecil

Stupa kecil bentuknya hampir sama dengan stupa yang lainnya,

hanya saja perbedaannya yang menonjol adalah dalam ukurannya

yang memang lebih kecil dari stupa yang lainnya. Stupa ini

seolah menjadi hiasan dari seluruh bangunan candi. Keberadaan

stupa ini menempati puncak dari relung-relung pada langkan II

sampai langkan V, sedangkan pada langkan I sebagian berupa

keben dan sebagian berupa stupa kecil. Jumlah stupa kecil

sebanyak 1472 buah.

e) Relief

Jumlah relief di candi borobudur berjumlah 1.460 pigura. Relief

pada dinding yang menghadap ke luar harus dibaca atau dilihat dari

kanan ke kiri, sedangkan relief pada langkan yaitu yang menghadap

ke dalam harus dibaca dari kiri kekanan. Hal demikian disebabkan

oleh karena harus menelusuri lorong-lorong pada candi borobudur

menurut pradaksina yaitu berjalan mengitari bangunan candi

borobudur menurut searah jarum jam dan membuat posisi agar

bangunan dan stupa maupun dinding-dinding temboknya berada di

sebelah kanan.

4

Page 5: Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

2.2. Kraton Kesultanan Yogyakarta

Gambar 2 : Kraton Kesultanan Yogyakarta

Lebih dari 200 tahun yang lalu, tempat dimana kraton sekarang berada,

merupakan daerah rawa yang dikenal dengan nama Umbul Pacethokan, yang

kemudian dibangun jadi pesanggarahan yang bernama Ayodya.

Kraton Yogyakarta menghadap ke arah Utara, pada arah poros Selatan

antara Gunung Merapi dan Laut Selatan.

Dalam balairung kraton,dapat disaksikan adegan pisowanan

(persidangan) agung, di mana Sri Sultan duduk di singgasana di hadap para

pemangku jabatan istana.

Regol Donopratopo yang menghubungkan halaman Sri Manganti

dengan halaman inti Kraton, dijaga oleh patung Drawapala dan Gupala, yang

diberi nama Cingkarabala dan Balaupata, yang melambangkan kepribadian baik

dari manusia, yang selalu menggemakan suara hati-nya, agar selalu berbuat baik

dan melarang perbuatan yang jahat.

Di dalam halaman inti Kraton, antara lain dapat dilihat bangunan tempat

tinggal Sri Sultan sehari-hari, tempat Sri Sultan menerima tamu kehormatan,

tempat untuk berpesta, tempat para tamu beristirahat atau merapikan pakaian,

dan gedung-gedung serta bangunan yang lain. Di tempat ini juga terdapat

5

Page 6: Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

Kaputren, atau tempat tinggal putri-putri Sultan yang belum menikah. Tempat

yang terakhir ini terlarang bagi kunjungan wisatawan.

Selama berkunjung di lingkungan Kraton ini, para wisatawan dapat

menyaksikan kemegahan dan keagungan Kesultanan yogyakarta sebagi sumber

kebudayaan di daerah Jawa, sekaligus sebagai pusat pemerintahan Kesultanan

Yogyakarta.

a. Letak Geografis

Kompleks Kraton Yogyakarta terletak di tengah-tengah, tetapi daerah

Kraton membentang antara Sungai Code dan Sungai Wianga, dari arah Utara ke

Selatan, dari tugu ke karapyak. Nama kampung-kampung jelas memberi bukti

kepada kita bahwa ada hubungannya antara penduduk kampung itu dengan

tugasnya di Kraton pada zaman dulu. Misalnya, tempat tinggal gandek-gandek

(Kocrier) dari Sri Sultan, Wirobrajan tempat tinggal prajurit-prajurit Wirobraja,

Pasidenan tempat tinggal Pasiden (penyanyi) Kraton.

Daerah Kraton terletak di hutan Garjitawati, dekat desa beringin dan

desa pacetokan karena daerah ini dianggap kurang memadai untuk membangun

sebuah Kraton dengan bentengnya, maka aliran sungai Code dibelokan sedikit

ke Timur dan aliran sungai Wianga sedikit ke Barat. Sebuah pantun mijil

menggambarkan letak geografis Kraton Yogyakarta secara populer seperti di

bawah ini:

Kalinangan pancingkok king putriGunung gamping kulonHardi marapi terwetan prenaheCandi jenggrang mengungkanging kaliPalered magiriGirilaya kidul

Artinya: Sungai Wianga membelok (ke kanan) waktu mendekat Kraton (puri), Gunung gamping terletak disebelah Barat sedangkan gunung merapi letaknya disebelah Timur. Candi jonggrang dibangun terlalu dekat dipinggir kali (opak), palered (ibu negeri mataram dahulu), magiri (tempat makam raja-raja mataram) dan Giri jaya (gunung kidul) terletak disebelah Selatan (Kraton)

b. Sejarah Berdirinya

6

Page 7: Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

Kraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 atau tahun jawa 1682,

diperingati dengan sebuah Condrosengkolo memet dipintu gerbang melati,

berupa dua ekor naga berlilitan satu sama lainnya. Dalam bahasa jawa: “Dwi

Naga Rasa Tunggal” artinya: Dwi=2, naga=8, Rasa=6, tunggal=1, dibaca dari

belakang 1682. warna naga hijau. Hijau adalah simbol dari pengharapan.

Disebelah luar dari pintu gerbang itu, diatastebing tembok kanan kiri ada hiasan

juga terdiri dari dua ekor naga bersiap-siap untuk mempertahankan diri.

Luas Kraton Yogyakarta adalah 14.000 m2. di dalamnya terdapat banyak

bangunan-bangunan, halaman-halaman dan lapangan-lapangan. Kita mulai dari

halaman karaton ke Utara : Kedaton/prabayeksa, Bangsal kencana, Regol

danapratapa (pintu gerbang), Sri Manganti, Regol Sri manganti (pintu gerbang),

Bangsal poncowati (dengan halaman kemandungan), Regol brajanala (pintu

gerbang), Siti Inggil, Tarub Agung, Pagelaran (ada 64 tiang), Alun-alun utara

(dihias dengan pohon beringin 62 batang), Pasar (beringharja), Kepatihan, Tugu

Angka 64 itu menggambarkan usia Nabi Muhammad 64 tahun (jawa)

atau 62 tahun Masehi. Kita mulai dari halaman karaton pergi ke Selatan maka

kita lihat: Jika kita dari krat Regol kemagangan (pintu gerbang), Bangsal

kemagangan, Regol gandung melati (pintu gerbang), Bangsa kemandungan,

Regol kemandungan (pintu gerbang), Siti Inggil, Alun-alun selatan, Krapyak.

Ditengah-tengah halaman kemadung Kidul berdirilah sebuah bangsal,

namanya bangsal kemadungan. Bangsal ini bekas pesanggrahan Sri Sultan

Hamengku Buwono I di desa pandak karang nangka waktu perang Giyanti

(1746-1755)

Krapyak ialah sebuah podium tinggi dari batu bata untuk Sri Sultan,

kalau baginda sehingga memperhatikan tentara atau kerabatnya memperlihatkan

ketangkasannya mengepung, memburu atau mengejar rusa. Kompleks Kraton

itu dikelilingi oleh sebuah tembok lebar, benteng namanya. Panjangnya 1 km,

berbentuk empat persegi. Tingginya 3,5 meter, lebarnya 3-4 meter. Di beberapa

tempat di benteng itu ada gang atau jalan untuk menyimpan senjata dan

amunisi, ke empat sudutnya terdapat empat bastion-bastion dengan lobang-

lobang kecil di dindingnya untuk mengintai musuh. Tiga dari bastion-bastion itu

sekarang masih dapat di lihat. Benteng itu disebelah luar di kelilingi oleh parit

7

Page 8: Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

lebar dan dalam. Lima buah pangkung atau pintu gerbang dalam benteng

menghubungkan kompleks Kraton dengan dunia luar. Plengkung-plengkung itu

adalah:

a. Plengkung taruna sura atau plengkung wijalan disebelah timur laut.

b. Plengkung jogo suro atau plengkung ngasem di sebelah barat daya.

c. Plengkung jogo boyo atau plengkung taman sari disebelah barat.

d. Plengkung nirboyo atau plengkung gading disebelah selatan.

e. Plengkung tambak boyo atau plengkung gondomanan disebelah timur.

Di muka setiapplengkung ada jembatannya yang menghubungkan

daerah-daerah Kraton dengan daerah luar. Kalau ada bahaya, maka jembatannya

itu dapat ditarik ke atas, menutup jalan masuk ke daerah dalam benteng.

Sementara itu pintu plengkungan di tutup rapat.

Plengkung-plengkung itu di tutup pada jam 18.00 WIB malam, di buka

pada jam 05.00 WIB dengan tanda bunyi gendering dan terompet dari prajuri-

prajurit di kemagangan.

Plengkung tambak boyo ini dahulu tertutup, tetapi pada tahun 1923

dibuka kembali oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Hanya 2 dari 5

plengkung ini yang masih mempunyai bentuk asli. Lainnya sudah berubah sama

sekali bentuknya. Tanduk kepada zaman modern, kedua plengkung itu adalah

plengkung nirboyo (gading) dan plengkung taruna sura (wijilan).

c. Keadaan Umum

Bahwa Kraton Yogyakarta mempunyai arsitektur sedemikian rupa.

Membujur begitu panjang, jumlah jalan keluar masuk ada 9 buah, 5 buah jalan

yang bertemu di alun-alun selatan, kalau ada pohon yang mati di ganti dengan

pohon yang semacam itu juga, menunjukkan kepada kita bahwa segala sesuatu

di dalamnya mengandung arti dan maksud tujuan tertentu.marilah kita selidiki

lebih lanjut, kita mulai dari sebelah selatan. Disana terdapat Krapyak. Krapyak

adalah sebuah tempat tinggi (podium) untuk melihat pemburuan rusa. Di

dekatnya terletak kampung wijen (wiji).

8

Page 9: Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

Jalan besar membujur lurus ke utara. Sepanjang jalan di tanami pohon

asam dan tanjung. Masukmelaluiplengkung gading ke daerah kompleks Kraton

yang sesungguhnya. Di pinggar alun-alun selatan. Kita lihat dua batang pohon

beringin, diberi nama “wok” keliling alun-alun ditanami pohon-pohon pakel dan

kuweni.

Alun-alun diberi pagar tembok kelilingnya, terletak dalam kompleks

dalam Kraton. Terlihat agak jauh plengkung nirboyo (gading), beringin

bernama “wok” sedikit kelihatan. Kedua beringin di tangah bersama supit

urang. Pagernya mempinyai “design” busur atau sifat pemuda-pemudi.

Disebelah utara alun-alun terdapat sebuah trateg, sebuah tempat teduh,

betapa anyaman-anyaman bambu dari kanan kirinya di tanami pohon-pohon

gayam. Kanan kirinya siti hinggal ada 2 buah jalan yang bertemu satu sama

lainnya di regol kemandungan. Sebelah uatara siti hinggal, jalan ini disebut

“pamengkang”. Di siti hinggal ini dahulu terdapat sebuah bangunan berbentuk

pendopo, ditengah-tengah ada selogilangnya, tempat duduk Sri Sultan. Halaman

siti Hinggal ditanami pohon “soka” dan pohon “palem cempora”. Bunga pohon-

pohon ini rupanya bagus sekali, berambut halus, berkumpul dalam satu tangkai

bunga. Rupanya merah dan putih. Jika Sri Sultan duduk diatas selogilang

tengah-tengah pendopo Siti Hinggalini, baginda selalu dihadap krabat Kraton

dan abadi-abadi dalam lainnya, pri wanita, banyak sekali, kanan kirinya Siti

hinggal ada kamar mandinya.

Kemudian kita sampai di halaman kemandungan melalui regol

kemendungan. Halaman ini ditanami dengan pohon-pohon kepel cengkir gading

dan palem. Dua buah jalan ke kanan dan ke kiri menghubungkan halaman ini

dengan dunia luar.

Jika kita melanjutkan perjalanan kita ke utara, maka kita melalui regol

kerabat menuju “dapur Kraton” gebulen dan jalan lain ke timur, ke “dapur

Kraton” sekullanggen.

Kami masuk regol kemagangan dan sampailah kita ke pelataran Kraton.

Sampai disini, berhentilah kita dahulu untuk kembali lagi ke selatan,

menyelidiki arti batiniah bagian itu.

9

Page 10: Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

2.3. Pantai Parangtritis

Gambar 3 : Pantai Parangtritis

Parangtritis adalah salah satu pantai yang mesti dikunjungi. Bukan

karena pantai yang paling populer di Yogyakarta. Tetapi juga memiliki

keterkaitan erat dengan beragam objek wisata lainnya seperti Krato Yogyakarta,

pantai parang Kusuma dan kawasan Merapi. Pantai yang terletak 27 km dari

pusat kota Yogyakarta ini juga merupakan bagian kekuasaan dari Ratu kidul.

Penanaman Parangtritis memiliki kesejarahan tersendiri konon. Seorang

yang bernama Dipokusuma yang merupakan pelarian dari kerajaan majapahit

datang ke daerah ini beratus-ratus tahun yang lalu untuk melakukan semedi.

Ketika melihat tetesan-tetesan iir yang mengalir dari celah batu karang. Ia pun

menanami daerah ini sehingga menjadi Parangtritis dari kata parang yaitu batu

dan tumaritis yaitu tetesan air, pantai yang terletak di daerah itu pun akhirnya

dinamai serupa.

Parangtritis merupakan pantai yang penuh mitos, di yakini merupakan

perwujudan dari kesatuan Trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Kraton

Yogyakarta, dan Parangtritis. Pantai ini juga di yakini sebagai tempat

bertemunya panambahan senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah selesai

menjalani pertapaan. Dalam pertemuan itu, Senopati di ingatkan agar tetap

rendah hati sebagai penguasa, meskipun memiliki kesaktian.

10

Page 11: Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

Sejumlah pengalaman wisata dapat dirasakan di pantai ini, menikmati

pemandangan alam tentu menjadi yang paling uatama. Pesona alam itu bisa di

intip dari berbagai lokasi disana dan cara. Sehingga pamandangan yang di lihat

lebih bervariasi dan adapun memiliki pengalaman yang berbeda bila anda

berdiri di tepian pantai-nya. Pesona alam yang tampak adalah pamandangan laut

lepas yang maha luas dengan deburan ombak yang keras seta tebing-tebing

tinggi disebelah timurnya.

2.4. Pusat Perbelanjaan Malioboro

Ujung jalan Malioboro yang satu terhubung dengan jalan mangkubumi

dan dibatasi oleh statsiun kereta api tugu dan ujung satunya lagi terhubung

dengan jalan jend. Ahmad Yani dalam kawasan areal Malioboro dan sekitarnya.

Banyak lokasi lain yang dapat dikunjungi, misalnya Siti inggil Kraton

Yogykarta. Pasar Bering hardjo, benteng Vredeburg, gedung senisono, museim

Sonobudoyo, dan lainnya. Sejarah saat ini malioboro dapat dikatakan sebagai

jantung keramaian Kota Yogyakarta karena banyaknya pengunjung yang berlalu

lalang. Kawasan yang sangat ramai baik di dua sisi jalan yang berkoridor,

maupun pada jalan kendaraan, walau satu arah dari jalan mangkubumi, akan

tetapi berbagai jenis kendaraan melaju dan memenuhi di jalan tersebut. Dan

tidak heran jika terjadi kemacetan dari kendaraan tradisional seperti becak,

dokar, sepeda, gerobak maupun kendaraan bermesin.

Sejarah jalan ini terbentuk dari lokalitas perdgangan merupakan setelah

Sri Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui

sebuah pasar tradisianal pada tahun 1758 setelah berlalu 248 tahun, tempat itu

masih bertahan sebagai suatu kawasan perdagangan bahkan menjadi salah satu

lakon Yogyakarta yang dikenal dengan malioboro.

Terletak sekitar 800 m dari Kraton Yogyakarta, tempat ini dulu nya di

penuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan peragaan

malioboro yang dalam bahasa sansakerta berarti “karangan bunga” menjadi

dasar penanaman jalan tersebut.

11

Page 12: Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari

banyaknya pedagang yang berjajar di sepanjang jalan Malioboro menjalankan

dagangannya terdpat banyak cindera mata yang terlihat cantik, indah, dan harga

yang relatif murah. Dan barang-barang khas Yogyakarta, yang terlihat menawan

serta pakaian khas yaitu batik. Terdapat disana yaitu Malioboro. Para perajin

yang ulet, sehingga Yogya batik dan barang antik khas Yogyakarta.

12

Page 13: Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Setelah kami gali, kaji, dan paparkan maka kami dapat menyimpulkan bahwa :

1. Candi Borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang

terletak di Kecamatan Borobudur Kabupoaten Magelang Propinsi Jawa

Tengah, Indonesia. Candi ini dari kota Magelang terletak di sebelah selatan

± 15 km dalam jarak lurus. Dataran kedu yang berbukit, hampir seluruhnya

dilingkari pegunungan. Candi borobudur dibangun oleh wangsa Syailendra

yang terkenal dalam sejaran karena usahanya untuk menjunjung tinggi dan

mengagungkan agama budha mahayana.

2. Kraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 atau tahun jawa 1682,

diperingati dengan sebuah Condrosengkolo memet dipintu gerbang melati,

berupa dua ekor naga berlilitan satu sama lainnya. Dalam bahasa jawa:

“Dwi Naga Rasa Tunggal” artinya: Dwi=2, naga=8, Rasa=6, tunggal=1,

dibaca dari belakang 1682. warna naga hijau. Hijau adalah simbol dari

pengharapan. Disebelah luar dari pintu gerbang itu, diatastebing tembok

kanan kiri ada hiasan juga terdiri dari dua ekor naga bersiap-siap untuk

mempertahankan diri.

3. Parangtritis adalah salah satu pantai yang mesti dikunjungi. Bukan karena

pantai yang paling populer di Yogyakarta. Tetapi juga memiliki keterkaitan

erat dengan beragam objek wisata lainnya seperti Krato Yogyakarta, pantai

parang Kusuma dan kawasan Merapi. Pantai yang terletak 27 km dari pusat

kota Yogyakarta ini juga merupakan bagian kekuasaan dari Ratu kidul.

4. Sejarah saat ini malioboro dapat dikatakan sebagai jantung keramaian Kota

Yogyakarta karena banyaknya pengunjung yang berlalu lalang. Kawasan

yang sangat ramai baik di dua sisi jalan yang berkoridor, maupun pada jalan

kendaraan, walau satu arah dari jalan mangkubumi, akan tetapi berbagai

jenis kendaraan melaju dan memenuhi di jalan tersebut. Dan tidak heran jika

13

Page 14: Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

terjadi kemacetan dari kendaraan tradisional seperti becak, dokar, sepeda,

gerobak maupun kendaraan bermesin

3.2. Saran

Setelah kami gali, kaji, paparkan dan simpulkan maka kami dapat

memberikan saran bahwa kita tidak perlu berwisata ke luar negeri karena di

Indonesia pun masih banyak daerah wisata yang belum tentu kita tahu dan hal

ini dapat menumbuhkan rasa kebanggaan kita terhadap budaya dan sejarah

Indonesia.

Demikian laporan kegiatan study lapangan ini kami buat, semoga

bermanfaat bagi kita. Amien.

14

Page 15: Bab II Pembahasan / Laporan Kegiatan Study

DAFTAR PUSTAKA

Madhori. _ _ _ _ Candi Borobudur Sepanjang Masa. _ _ _ _ : _ _ _ _

Sostrohadiningrat, KRT, Drs. 1993. Petunjuk Wisata Yoyakarta. Yogyakarta : Dinas

Pariwisata

Sutanto. 2005. Selayang Pandang Candi Borobudur. Borobudur : _ _ _ _

15