BAB-II Laporan ilmu usaha tani
-
Upload
niken-ambarwati -
Category
Documents
-
view
218 -
download
2
description
Transcript of BAB-II Laporan ilmu usaha tani
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Tanaman
Caisim (Brassica juncea L.) merupakan tanaman sayuran dengan iklim
sub-tropis, namun mampu beradaptasi dengan baik pada iklim tropis. Caisim pada
umumnya banyak ditanam dataran rendah, namun dapat pula didataran tinggi.
Caisim tergolong tanaman yang toleran terhadap suhu tinggi (panas). Saat ini,
kebutuhan akan caisim semakin lama semakin meningkat seiring dengan
peningkatan populasi manusia dan manfaat mengkonsumsi bagi kesehatan
(Zaliza, 2011).
Sebagai sayuran, caisim atau dikenal dengan sawi hijau mengandung
berbagai khasiat bagi kesehatan. Kandungan yang terdapat pada caisim adalah
protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.
Manfaat caisim atau sawi bakso sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di
tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, bahan pembersih
darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar
pencernaan (Syafri, 2009).
Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Hal ini
dikarenakan Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya
sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di
tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan
dari dataran rendah maupun dataran tinggi (Karida, 2007).
Daerah penanaman sawi yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter
sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya
dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500
meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam
sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah
penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini
3
4
membutuhkan hawa yang sejuk, lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam
suasana lembab (Nurbaity et al, 2011).
Permintaan masyarakat terhadap caisim semakin lama semakin meningkat.
Dengan permintaan caisim yang semakin meningkat, maka untuk memenuhi
kebutuhan konsumen, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas, perlu dilakukan
peningkatan produksi. Salah satu upaya peningkatan hasil yang dapat dilakukan
adalah melalui pemupukan (Fahrudin, 2009).
2.2 Landasan Teori
Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil.
Menurut kerangka waktu, biaya dapat dibedakan menjadi biaya jangka pendek
dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek terdiri dari biaya tetap (fixed
cost) dan biaya variabel (variable cost), sedangkan dalam jangka panjang semua
biaya dianggap/diperhitungkan sebagai biaya variabel (Antasari, 2010).
Biaya usahatani akan dipengaruhi oleh jumlah pemakaian input
(pemasukan), harga dari input, tenaga kerja, upah tenaga kerja, dan intensitas
pengelolaan usaha tani. Menurut kerangka waktu, biaya dapat dibedakan menjadi
biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek terdiri dari
biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) (Cahyono, 2004).
Penerimaan usahatani dapat diartikan sebagai keuntungan material yang
diperoleh seorang petani atau bentuk imbalan jasa petani maupun keluarganya
sebagai pengelola usahatani maupun akibat pemakaian barang modal yang
dimilikinya. Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
penerimaan bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani (gross income).
Penerimaan bersih usahatani adalah merupakan selisih antara penerimaan kotor
usahatani dengan pengeluaran total usahatani (Samadi, 2002).
Penerimaan bersih usahatani adalah merupakan selisih antara penerimaan
kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pengeluaran total usahatani
adalah nilai semua masukan yang habis terpakai dalam proses produksi, tidak
5
termasuk tenaga kerja dalam keluarga petani. Sedangkan penerimaan kotor
usahatani adalah nilai total produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik
yang dijual maupun total nilai produksi yang tidak dijual (Hermanto, 2003).
R/C adalah besaran nilai yang menunjukan perbandingan antara
Penerimaan usaha (Revenue = R) dengan Total Biaya (Cost = C). Dalam batasan
besaran nilai R/C dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak
menguntungkan. Secara garis besar dapat dimengerti bahwa suatu usaha akan
mendapatkan keuntungan apabila penerimaan lebih besar dibandingkan dengan
biaya usaha (Amstrong, 2004).
R/C menunjukkan perbandingan antara penerimaan usaha dengan total
biaya. Terdapat 3 (tiga) kemungkinan yang diperoleh dari perbandingan antara
Penerimaan (R) dengan Biaya (C), yaitu : R/C = 1; R/C > 1 dan R/C < 1. Namun
demikian oleh karena adanya unsur keuntungan sebesar 0,3 maka analisis
kelayakan dari R/C adalah R/C > 1,3 = Layak / Untung, R/C = 1,3 = BEP , R/C
< 1,3 = Tidak Layak / Rugi (Arifin, 2011).
B/C adalah besaran nilai yang menunjukan perbandingan antara Laba
Bersih (Benefit =B) dengan Total Biaya (Cost = C). Dalam batasan besaran nilai
B/C dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak
menguntungkan. Oleh karena adanya unsur keuntungan sebesar 0,3 maka analisis
kelayakan dari B/C adalah B/C > 0,3 = Layak / Untung, B/C = 0,3 = BEP, B/C <
0,3 = Tidak Layak / Rugi (Kotler, 2008).
B/C menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang
diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka proyek
atau gagasan usaha yang akan didirikan layak untuk dilaksanakan. Demikian pula
sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan
didirikan tidak layak untuk dilaksanakan. Net B/C merupakan manfaat bersih
tambahan yang diterima proyek dari setiap 1 satuan biaya yang dikeluarkan
(Suharyanto, 2010).
6
Jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan
dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Pertumbuhan pendapatan
merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa
perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten, dianggap penting
bagi perusahaan yang dijual ke publik melalui saham untuk menarik investor
(Saltveit, 2002).
Usahatani merupakan upaya petani untuk menggunakan atau
memanfaatkan seluruh sumberdaya (tanah, pupuk, air, obat-obatan, uang, tenaga
dan lain-lain) dalam suatu usaha pertanian secara efisien sehingga dapat
diperoleh hasil berupa produksi maupun keuntungan finansial secara optimal.
Satu kata yang mengandung arti ‘bisnisnya petani’ dengan lahan garapan yang
dikelola dengan tanaman dan hewan/ternaknya. Usahatani dekat dengan
pengertian farm dalam bahasa Inggris yang bisa sebagai kata benda maupun kata
kerja yang diberi arti sebidang lahan dengan bisnis tanaman dan hewannya. Jadi
pada hakikatnya, usaha tani adalah proses industri. Memberdayakan usahatani
tidak ubahnya dengan memberdayakan industri (Tjakrawiralaksana, 2002).