BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter...

19
i BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork A.1. Pengertian Teamwork Penyelenggaraan teamwork dilakukan karena pada saat ini tekanan persaingan semakin meningkat, para ahli menyatakan bahwa keberhasilan organisasi akan semakin bergantung pada teamwork daripada bergantung pada individu-individu yang menonjol. Konsep tim maknanya terletak pada ekspresi yang menggambarkan munculnya sinergi pada orang-orang yang mengikatkan diri dalam kelompok yang disebut dengan tim. Tracy (2006) menyatakan bahwa teamwork merupakan kegiatan yang dikelola dan dilakukan sekelompok orang yang tergabung dalam satu organisasi. Teamwork dapat meningkatkan kerja sama dan komunikasi di dalam dan di antara bagian- bagian perusahaan. Biasanya teamwork beranggotakan orang-orang yang memiliki perbedaan keahlian sehingga dijadikan kekuatan dalam mencapai tujuan perusahaan. Pernyataan di atas diperkuat Dewi (2007) kerja tim (teamwork) adalah bentuk kerja dalam kelompok yang harus diorganisasi dan dikelola dengan baik. Tim beranggotakan orang-orang yang memiliki keahlian yang berbeda-beda dan dikoordinasikan untuk bekerja sama dengan pimpinan. Terjadi saling ketergantungan yang kuat satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan atau menyelesaikan sebuah tugas. Dengan melakukan teamwork diharapkan hasilnya melebihi jika dikerjakan secara perorangan. Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

i

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teamwork

A.1. Pengertian Teamwork

Penyelenggaraan teamwork dilakukan karena pada saat ini tekanan persaingan

semakin meningkat, para ahli menyatakan bahwa keberhasilan organisasi akan

semakin bergantung pada teamwork daripada bergantung pada individu-individu

yang menonjol. Konsep tim maknanya terletak pada ekspresi yang menggambarkan

munculnya sinergi pada orang-orang yang mengikatkan diri dalam kelompok yang

disebut dengan tim.

Tracy (2006) menyatakan bahwa teamwork merupakan kegiatan yang dikelola

dan dilakukan sekelompok orang yang tergabung dalam satu organisasi. Teamwork

dapat meningkatkan kerja sama dan komunikasi di dalam dan di antara bagian-

bagian perusahaan. Biasanya teamwork beranggotakan orang-orang yang memiliki

perbedaan keahlian sehingga dijadikan kekuatan dalam mencapai tujuan perusahaan.

Pernyataan di atas diperkuat Dewi (2007) kerja tim (teamwork) adalah bentuk

kerja dalam kelompok yang harus diorganisasi dan dikelola dengan baik. Tim

beranggotakan orang-orang yang memiliki keahlian yang berbeda-beda dan

dikoordinasikan untuk bekerja sama dengan pimpinan. Terjadi saling ketergantungan

yang kuat satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan atau menyelesaikan sebuah

tugas. Dengan melakukan teamwork diharapkan hasilnya melebihi jika dikerjakan

secara perorangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

i

Stephen dan Timothy (2008) menyatakan teamwork adalah kelompok yang

usaha-usaha individualnya menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah

masukan individual. Teamwork menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang

terkoordinasi. Hal ini memiliki pengertian bahwa kinerja yang dicapai oleh sebuah

tim lebih baik daripada kinerja perindividu di suatu organisasi ataupun suatu

perusahaan.

Teori yang dikemukakan oleh Stephen dan Timothy (2008) senada dengan

teori tim yang efektif yang dikemukakan oleh Smither, Houston, McIntire (1996).

Manurut Smither, Houston, McIntire (1996), tim yang efektif adalah sebuah tim yang

memungkinkan anggotanya untuk bisa menghasilkan penyelesaian tugas yang lebih

besar jumlahnya dibandingkan dengan hasil kerja perorangan karena hasil kerjanya

merupakan hasil dari kontribusi anggota-anggota tim secara bersama-sama.

Pernyataan tersebut juga didukung oleh Burn (2004), yang menyatakan bahwa

efektifitas tim atau tim yang efektif merupakan tim kerja yang anggota-anggotanya

saling berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama dan memiliki sikap yang saling

mendukung dalam kerjasama tim.

A.2. Jenis Teamwork

Menurut Daft (2000) jenis teamwork terdiri dari 6 (enam) jenis, yaitu:

1. Tim Formal

Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai bagian dari

struktur organisasi formal.

2. Tim Vertikal

Tim vertikal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari seorang manajer dan

beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

i

3. Tim Horizontal

Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari

tingkat hirarki yang hampir sama tapi berasal dari area keahlian yang berbeda.

4. Tim dengan Tugas Khusus

Tim dengan tugas khusus adalah sebuah tim yang dibentuk diluar organisasi

formal untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan atau kreativitas

khusus.

5. Tim Mandiri

Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari 5 hingga 20 orang pekerja

dengan beragam keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan untuk

menghasilkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya

diawasi oleh seorang annggota terpilih.

6. Tim Pemecahan Masalah

Tim pemecahan masalah adalah biasanya terdiri dari 5 hingga 12 karyawan yang

dibayar perjam dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk

mendiskusikan cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.

Sedangkan menurut Hariandja (2006) ada 3 (tiga) tipe tim, yaitu:

1. Problem solving team

Sebuah tim yang dibentuik untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul

dalam upaya memperbaiki produktivitas. Pada dasarnya, kegiatan tim ini adalah

mengidentifikasikan berbagai masalah, mendiskusikan bagaimana memecahkan

masalah tersebut dan melakukan tindakan untuk memperbaiki. Anggota tim

biasanya berasal dari satu departemen yang beranggotakan kurang lebih sepuluh

orang yang melakukan pertemuan rutin setiap minggu.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

i

2. Self managed team

Sebuah tim yang dimaksudkan untuk memperbaiki produktivitas dengan

memberikan kewenangan pada kelompok untuk mengatur kerja mereka, misalnya

menjadwal kerja, menentukan metode kerja, mengawasi anggota, memberi reward

dan hukuman bagi anggota dan merekrut anggota. Keanggotaan ini biasanya

berasal dari satu departemen yang melakukan tugas yang sama.

3. Cross functional team

Sebuah tim yang ditujukan untuk menyelesaikan tugas-tugas khusus, misalnya

pengembangan produk baru atau perencanaan dan perubahan sistem kompensasi.

Anggota tim ini berasal dari berbagai departemen yang memiliki keahlian dan

orientasi yang berbeda yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan.

A.3. Tahap Perkembangan Teamwork

Hal yang sangat mendasar dalam mewujudkan keutuhan sebuah tim agar dapat

berkinerja dan berdaya guna adalah dengan melakukan perancangan tim yang baik.

Pentingnya perancangan tim yang baik diuraikan Griffin (2004) dengan membagi ke

dalam 4 (empat) tahap perkembangan, yaitu:

1. Forming (pembentukan), adalah tahapan di mana para anggota setuju untuk

bergabung dalam suatu tim. Karena kelompok baru dibentuk maka setiap orang

membawa nilai-nilai, pendapat dan cara kerja sendiri-sendiri. Konflik sangat

jarang terjadi, setiap orang masih sungkan, malu-malu, bahkan seringkali ada

anggota yang merasa gugup. Kelompok cenderung belum dapat memilih

pemimpin (kecuali tim yang sudah dipilih ketua kelompoknya terlebih dahulu).

2. Storming (merebut hati), adalah tahapan di mana kekacauan mulai timbul di

dalam tim. Pemimpin yang telah dipilih seringkali dipertanyakan kemampuannya

dan anggota kelompok tidak ragu-ragu untuk mengganti pemimpin yang dinilai

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

i

tidak mampu. Faksi-faksi mulai terbentuk, terjadi pertentangan karena masalah-

masalah pribadi, semua bersikeras dengan pendapat masing-masing. Komunikasi

yang terjadi sangat sedikit karena masing-masing orang tidak mau lagi menjadi

pendengar.

3. Norming (pengaturan norma), adalah tahapan di mana individu-individu dan

subgroup yang ada dalam tim mulai merasakan keuntungan bekerja bersama dan

berjuang untuk menghindari team tersebut dari kehancuran (bubar). Karena

semangat kerjasama sudah mulai timbul, setiap anggota mulai merasa bebas untuk

mengungkapkan perasaan dan pendapatnya kepada seluruh anggota tim.

4. Performing (melaksanakan), adalah tahapan merupakan titik kulminasi di mana

team sudah berhasil membangun sistem yang memungkinkannya untuk dapat

bekerja secara produktif dan efisien. Pada tahap ini keberhasilan tim akan terlihat

dari prestasi yang ditunjukkan.

A.4. Peranan Anggota Tim

Selanjutnya Williams (2008) membagi ada 5 (lima) hal yang menunjukkan

peranan anggota dalam membangun kerja tim yang efektif, yaitu:

1. Para anggota mengerti dengan baik tujuan tim dan hanya dapat dicapai dengan

baik pula dengan dukungan bersama, dan oleh karena itu mempunyai rasa saling

ketergantungan, rasa saling memiliki tim dalam melaksanakan tugas.

2. Para anggota menyumbang keberhasilan tim dengan menerapkan bakat dan

pengetahuannya untuk sasaran tim, dapat bekerja dengan secara terbuka, dapat

mengekspresikan gagasan, opini dan ketidaksepakatan, peranan dan

pertanyaannya disambut dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

i

3. Para anggota berusaha mengerti sudut pandang satu sama lain, didorong untuk

mengembangkan keterampilannya dan menerapkan pada pekerjaan, untuk itu

mendapat dukungan dari tim.

4. Para anggota mengakui bahwa konflik adalah hal yang normal, atau hal yang

biasa, dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

(bersifat memperbaiki).

5. Para anggota berpartisipasi dalam keputusan tim, tetapi mengerti bahwa

pemimpin mereka harus membuat peraturan akhir setiap kali tim tidak berhasil

membuat suatu keputusan, dan peraturan akhir itu bukan merupakan persesuaian.

A.5. Dimensi Tim yang Efektif

Menurut Johnson dan Johnson (dalam Smither, Houston, dan Mclntire, 1996),

ada 9 dimensi dalam model efektifitas tim yang dapat digunakan untuk mengevaluasi

anggota tim dan mengidentifikasikan kekuatan serta kelemahan yang ada di dalam

tim, yaitu:

1. Pemahaman, relevansi, dan komitmen pada tujuan

Setiap anggota tim harus memahami tujuan tim secara jelas dan memiliki

kemauan untuk mewujudkan tujuan-tujuan tim karena tujuan tim adalah

merupakan hasil dari tujuan bersama dimana tujuan tim pada akhirnya akan

mendorong terwujudnya kerjasama dalam tim sehingga kerjasama dalam tim

mampu untuk meningkatkan prestasi, produktivitas, dan menciptakan hubungan

kerja yang positif diantara sesama anggotanya.

2. Komunikasi mengenai ide dan perasaan

Komunikasi di antara anggota tim harus melibatkan penyampaian dan

penerimaan informasi tentang ide-ide dan perasaan. Dalam tim yang tidak efektif,

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

i

komunikasi sering satu arah dan memfokuskan secara eksklusif hanya pada ide

saja. Dengan mengabaikan atau menekan perasaan, maka tim berisiko kehilangan

informasi yang berharga dan dapat melemahkan kohesivitas tim.

3. Kepemimpinan yang berpartisipasi

Kepemimpinan harus berpartisipasi dan mendistribusikan peran

kepemimpinannya kepada semua anggota tim.

4. Fleksibel dalam menggunakan prosedur pembuatan keputusan

Prosedur pengambilan keputusan harus sesuai dengan kebutuhan tim dan

sifat keputusannya. Keterbatasan waktu, keterampilan anggota dan implikasi dari

semua keputusan tim harus dinilai secara hati-hati. Sebagai contoh, ketika

keputusan-keputusan penting dibuat maka akan membutuhkan dukungan dari

anggota tim untuk mengimplementasikan dan melakukan strateginya dengan

efektif.

5. Manajemen konflik yang konstruktif

Tim yang tidak efektif sering mencoba untuk mengabaikan atau menekan

konflik, sedangkan tim yang efektif dapat menggunakan konflik dengan cara yang

konstruktif. Ketika dikelola dengan baik, konflik dapat menyebabkan

pengambilan keputusan yang baik pula yakni memecahkan masalah dengan lebih

kreatif, dan jumlah partisipasi anggota tim yang lebih tinggi.

6. Kekuasaan berdasarkan keahlian, kemampuan, dan informasi

Anggota tim harus mampu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain

untuk mengkoordinasikan kegiatan tim. Kekuasaan dan saling mempengaruhi ini

harus terwujudkan secara merata dalam tim. Apabila kekuasaan dan kegiatan

saling mempengaruhi ini hanya dipusatkan pada beberapa orang anggota tim saja

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

i

maka kemungkinan efektifitas tim, komunikasi dan kohesivitas tim akan menjadi

berkurang.

7. Kohesi tim

Dalam tim yang kohesif, setiap anggota merasa saling menyukai antara satu

sama lainnya dan merasa puas dengan keanggotaan tim mereka. Meskipun kohesi

tidak mengarah kepada efektifitas namun ia memiliki peranan yang penting dalam

mewujudkan tim yang efektif yaitu ketika ia dikombinasikan dengan dimensi lain

dari efektifitas tim maka sebuah tim yang memiliki kohesivitas yang tinggi

cenderung meningkatkan produktivitas.

8. Strategi pemecahan masalah

Tim harus mampu mengenali masalah dan menghasilkan solusi secara tepat.

Setelah solusinya diimplementasikan, tim harus mengevaluasi keefektifan dari

solusi tersebut. Ketika sebuah tim mampu untuk mengenali masalah-masalah yang

sering muncul dan menyelesaikannya dengan memberikan solusi yang tepat maka

sebuah tim yang efektif juga akan mampu untuk mengidentifikasikan

kemungkinan-kemungkinan masalah-masalah yang akan muncul dikemudian hari

serta mampu memberikan solusi yang inovatif.

9. Efektivitas interpersonal

Anggota tim harus mampu untuk berinteraksi dengan anggota tim lainnya

secara efektif sehingga membuat efektifitas interpersonal anggota tim menjadi

meningkat. Efektifitas interpersonal dapat diukur dengan menggabungkan

konsekuensi tindakan anggota kelompok dengan tujuan anggota tim. Kecocokan

antara tujuan anggota tim dan konsekuensi dari peningkatan perilaku mereka,

maka membuat interpersonal efektifitas anggota tim juga juga menjadi meningkat.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

i

A.6. Manfaat dan Fungsi Tim Kerja

Richard Y. Chang & Mark J. Curtin (1998) menyatakan manfaat tim bagi

individu dan tim bagi organisasi, yaitu:

a. Manfaat tim bagi individu

1) Pekerjaan lebih bervariasi

2) Lebih banyak kebebasan untuk membuat dan menindaklanjuti keputusan yang

benar

3) Meningkatkan kesempatan untuk mempelajari keahlian baru

b. Manfaat tim bagi organisasi

1) Meningkatkan komitmen terhadap keputusan yang diambil

2) Meningkatkan produktivitas tim kerja

3) Lebih fleksibel dalam operasional kerja

4) Meningkatkan rasa tanggungjawab

B. Deskripsi Rumah Sakit Umum Daerah X

B.1. Sejarah

Rumah Sakit Umum Daerah X adalah merupakan salah satu Rumah Sakit

Milik Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang didirikan pada tahun 1937.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Jakarta Tanggal 22 Februari

1979 No : 51/MENKES/SK/11/1979. Rumah Sakit Umum Daerah X ditetapkan

sebagai Rumah Sakit Berstatus Kelas “C”, dan dengan Struktur Hirarki Rumah Sakit

Milik Pemerintah Daerah telah ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I Sumatera Utara Tanggal 10 Maret 1983 No : 061-1-58/K/Tahun

1983 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum X, selanjutnya

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

i

dikembangkan dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara

tanggal 21 Juni 1996 No. 11 Tahun 1996.

Untuk memenuhi perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang terus

menerus meningkat disertai dengan keberhasilan pengelolaan dan pembangunan

yang dilaksanakan, Rumah Sakit Umum X dinaikkan kelasnya menjadi Rumah Sakit

Umum Kelas “B” Non Pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No : 316/MENKES/SK/IV/ 1999 Tanggal 23 April 1999.

Dengan Persetujuan Menteri Dalam Negeri No : 061/ 1732/ SJ/1999 Tanggal

23 Juli 1999, kemudian dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum X dengan

nomor Surat Keputusan No : 8 Tahun 1999.

Seiring dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 4 Tahun 2001 tentang

Pembentukan Kota X, maka Rumah Sakit Umum X menjadi Lembaga Teknis

Daerah berbentuk Badan milik Pemerintah Kota X, sesuai dengan Peraturan Daerah

Kota X No. 05 Tahun 2003.

Visi : Rumah Sakit Umum yang diminati oleh masyarakat

Misi :

a. Mewujudkan pelayanan kesehatan secara profesional

b. Mewujudkan pengelolaan Rumah Sakit Umum yang transparan dan akuntabel

B.2. Struktur Organisasi RSUD X

Struktur organisasi RSUD X dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

Gambar 1. Struktur Organisasi RSUD X

DIREKTUR

WADIR BIDANG ADM DAN

KEUANGAN

KA BAG UMUM DAN

KEPEGAWAIAN

KA SUB BAG UMUM

KA SUB BAG KEPEG

KA BAG KEUANGAN

PERENCANAAN DAN EVAUASI

KA SUB BAG KEUANGAN

KA SUB BAG PERENCANAAN DAN EVALUASI

WADIR BIDANG PELAYANAN

MEDIS

KA BID PELAYANAN

MEDIS

KA SI PELAYANAN MEDIS I

KA SI PELAYANAN MEDIS II

KA BID PELAYANAN

KEPERAWATAN

KA SI KEPERAWATAN I

KA SI KEPERAWATAN II

WADIR KOMITE KLINIK DAN DIKLAT

KA BID DIKLAT

KA SI PENGEMBANGAN

PROFESI

KA SI PELATIHAN/ PENGEMBANGAN

SDM

KA BID KOMITE

KA SI KOMITE MEDIK

KA SI KOMITE KEPERAWATAN

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

Gambar 1 di atas menunjukkan struktur organisasi Rumah Sakit Umum Daerah

X yang terdiri dari empat lapis yaitu lapis pertama diduduki oleh Direktur yang

merupakan pucuk pimpinan rumah sakit, lapis kedua diduduki oleh Wakil Direktur,

lapis ketiga diduduki oleh Kepala Bagian dan Kepala Bidang dan pada lapis ke

empat diduduki oleh Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi.

B.3. Daftar Ketenagakerjaan RSUD X sampai dengan Tahun 2011

Daftar ketenagakerjaan RSUD X sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada

Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1. Daftar Ketenagakerjaan RSUD X sampai dengan Tahun 2011

NO JENIS TENAGA PNS

1 2 3 I MEDIK

1 Dokter Umum 7

2 Dokter Gigi 3

3 Dokter Spesialis Bedah Umum 1

4 Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1

5 Dokter Spesialis Anak 1

6 Dokter Spesialis Kebidanan 2

7 Dokter Spesialis Patologi Klinik 1

8 Dokter Spesialis T. H. T 1

9 Dokter Spesialis Paru 1

10 Dokter Spesialis Mata 1

Jumlah

19

II PARAMEDIS PERAWATAN

1 D3 83

2 S1 3

3 SPRA 12

4 SPK 51

5 LCPK 1

6 SPRG 2

7 PPMU 11

BIDAN

1 D4 1

2 D3 38

3 D1 6

4 Sekolah Bidan 6

FARMASI

1 Apoteker 3

2 Analis Farmasi 5

3 Asisten Apoteker 8

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

Sumber: Profil RSUD X Tahun 2011

Tabel 2.1 di atas menunjukkan jumlah pegawai yang bekerja di Rumah Sakit

Umum Padangsidempuan sampai dengan tahun 2011 sebanyak 322 orang pegawai

yang terdiri dari pegawai bagian Medik dan Paramedis Perawatan. Bagian Medik

terdiri dari 19 orang dokter yaitu dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis.

Pegawai bagian Paramedis Perawatan sebanyak 303 orang pegawai yang terdiri dari

latar belakang pendidikan kesehatan yaitu Bidan, Farmasi, Ahli Gizi, Kese hatan

4 Aknes 1

AHLI GIZI

1 SPAG 4

2 D3 Gizi 4

KESEHATAN LINGKUNGAN

1 SPPH 1

2 D3 1

RONTGEN

1 APRO 3

MATA

1 ARO 1

KETERAPIAN FISIK

1 D3 Akfis 3

PEREKAM MEDIS

1 D3 2

KES. MASYARAKAT

1 S2 1

2 S1 1

SARJANA

1 Sospol 4

2 Sarjana Ekonomi 1

SLTA SEDERAJAT

1 SMU/SLTA 23

2 STM 6

3 MAN 2

4 SMEA/SMK 3

5 SPP 1

1 SMP/SLTP 7

2 SD 5

JUMLAH 322

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

Lingkungan, Rontgen, Mata, Keterapian Fisik, Perekam Medis, Kesehatan

Masyarakat dan non kesehatan yaitu Sarjana Sosial Politik dan Ekonomi. Pegawai

bagian Paramedis Perawatan juga memiliki jenjang pendidikan yang berbeda yaitu

Perguruan Tinggi (S2, S1, D4, D3, D1), SLTA Sederajat, SMP dan SD.

C. Teamwork Perawat Rumah Sakit Umum Daerah X

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran

yang sangat strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas

sebagai upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan secara menyeluruh,

merata, terjangkau dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Peran strategis ini

didapat karena rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang padat

modal, padat karya, dan padat teknologi. Fungsi utama rumah sakit adalah sebagai

wadah pelayanan kesehatan berupa pemenuhan kesehatan rawat inap, pelayanan

rawat jalan, gawat darurat, pelayanan medik dan non medik, maka pengelolaan

sumber daya manusia sangat diperlukan dan merupakan bagian terpenting dalam

manajemen rumah sakit terhadap peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan

(Depkes, 2005).

Kompleksnya sumber daya rumah sakit sebagai akibat meluasnya peran dan

cakupan kegiatan suatu rumah sakit, memerlukan perhatian besar, perbaikan dan

perubahan besar dalam sistem serta manajemennya. Jika dibandingkan dengan

sumber daya lainnya, sumber daya manusia merupakan aset yang bernilai tinggi

karena mempunyai potensi untuk terus tumbuh (Ilyas, 2002). Diantara sumber daya

manusia yang terlibat secara langsung dalam pemberian pelayanan kepada pasien

rumah sakit, sekitar 40% adalah tenaga perawat dan bidan (DepKes R.I, 2002).

Keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan, sehingga

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

kepentingan pelayanan keperawatan mempunyai arti penting bagi klien (pasien)

khususnya dalam proses penyembuhan maupun rehabilitasi di rumah sakit (Depkes

RI, 2008).

RSUD X merupakan salah satu rumah sakit umum yang berada di daerah X.

Dengan Visi menjadi Rumah Sakit Umum yang diminati oleh masyarakat, RSUD X

selalu berusaha untuk berbenah diri agar dapat bertahan di tengah persaingan

pertumbuhan rumah sakit di daerah tersebut. Berbagai cara telah dilakukan oleh

RSUD X untuk dapat mencapai visi yang telah ditetapkan, mulai dari melengkapi

sarana-sarana yang diperlukan dalam proses pelayanan kepada pasien, mengganti

alat-alat lama dengan alat-alat baru dan juga memberi kemudahan kepada pasien

dalam memenuhi persyaratan administrasi.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa usaha yang telah dilakukan oleh

pihak RSUD X belum menunjukkan hasil yang maksimal. Munculnya keluhan

masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan pihak RSUD X dan jumlah pasien

yang belum menunjukkan peningkatan adalah bukti yang mengindikasikan bahwa

pihak RSUD X belum mampu untuk mewujudkan visi tersebut.

Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan peneliti, diperoleh informasi

mengenai ketidakpuasan pasien terhadap kualitas pelayan yang diberikan oleh RSUD

X khususnya pada bagian keperawatan. DepKes RI (2000) mengemukakan bahwa

pada organisasi rumah sakit, perawat adalah salah satu pemegang peran utama dalam

penentuan keberhasilan organisasi. Keberhasilan pelayanan rumah sakit akan

ditentukan oleh kualitas pelayanan perawat yang merupakan faktor penentu

keberhasilan akhir dari pelayanan yang diterima oleh pasien.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

Menurut Nursalam (2002), perawat merupakan profesi yang berperan penting

di rumah sakit dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kualitas pelayanan

kesehatan. Salah satu faktor yang mendukung keyakinan ini adalah kenyataan yang

dilihat di unit pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit, bahwa tenaga keperawatan

bertugas selama 24 jam harus berada di sisi pasien. Oleh sebab itu pelayanan

keperawatan dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan faktor

penentu citra dan kualitas rumah sakit. Perawat adalah tumpuan semua kegiatan yang

ada dan salah satu sumber keberhasilan atau kegagalan pelayanan kesehatan di

rumah sakit. Dalam menyelenggarakan tugas keperawatan secara bersama para

perawat dituntut untuk saling bekerjasama dan saling mendukung antara yang satu

dengan yang lain. Kinerja tim perawat yang efektif akan berbuah pada pencapaian

kualitas pelayanan yang maksimal.

Kinerja tim perawat yang efektif ini belum dapat diwujudkan oleh perawat di

RSUD X. Melalui survei kepada beberapa perawat di RSUD X diperoleh data yang

menunjukkan bahwa perawat kurang merasakan adanya kerjasama dan komunikasi

yang baik, kurang memiliki rasa saling percaya dan saling mendukung, kurang

mengetahui visi dan misi organisasi dan merasakan teamwork yang kurang efektif di

RSUD X. Hasil wawancara dengan beberapa perawat, staf, pegawai dan pasien di

RSUD X memberikan informasi yang mengungkapkan bahwa sarana dan prasarana

bukanlah masalah yang menyebabkan kurang maksimalnya pelayanan yang

diberikan oleh pihak RSUD X. Sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar

perawat, kurang adanya keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik,

kurang adanya kesadaran para perawat akan pentingnya kerjasama dan komunikasi

sehingga sering menimbulkan konflik serta hubungan antar perawat yang dirasakan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

kurang harmonis yang menghambat terjalinnya kerjasama merupakan indikator

masalah yang sebenarnya dihadapi oleh pihak RSUD X.

Berbagai indikasi masalah yang telah ditemukan dan dipaparkan di atas,

mengindikasikan adanya permasalahan yang berkaitan dengan teamwork dalam

organisasi. Teamwork dalam organisasi merupakan sarana untuk dapat mencapai

target-target dan tujuan organisasi (West, 1994). Siagian (2004) menambahkan

bahwa dalam menjalankan roda organisasi penekanan diletakkan pada pendekatan

teamwork yang ternyata merupakan senjata yang ampuh dalam upaya meningkatkan

produktivitas dan efektivitas organisasi.

Teamwork sangat penting dalam organisasi karena akan menghasilkan kinerja

yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan secara individual.

Hal ini sesuai dengan pendapat Stephen P. Robbins (2003) yang menyatakan bahwa

tim adalah suatu kelompok dimana individu menghasilkan suatu tingkat kinerja yang

lebih besar daripada jumlah masukan individu tersebut. Suatu tim kerja

membangkitkan sinergi positif lewat upaya yang terkoordinasi. Upaya-upaya

individual mereka menghasilkan suatu tingkat kinerja yang lebih besar daripada

jumlah masukan individual tersebut. Pelaksanaan teamwork secara efektif akan

berdampak pada kesuksesan tim dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut

Smither, Houston, McIntire (1996), tim yang efektif memungkinkan anggotanya

untuk bisa menghasilkan penyelesaian tugas yang lebih besar jumlahnya

dibandingkan dengan hasil kerja perorangan karena hasil kerjanya merupakan hasil

dari kontribusi anggota-anggota tim secara bersama-sama.

Dalam upaya membangun teamwork yang efektif pada perawat di RSUD X,

idealnya semua perawat memiliki pemahaman yang sama mengenai karakteristik

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

utama yang menyebabkan teamwork menjadi efektif sehingga mampu mencapai

tujuan organisasi. Johnson dan Johnson (dalam Smither, Houston, dan Mclntire,

1996), menyatakan bahwa ada 9 dimensi dalam model efektifitas tim yang dapat

digunakan untuk mengevaluasi anggota tim dan mengidentifikasikan kekuatan serta

kelemahan yang ada di dalam tim, yaitu (1) pemahaman, relevansi, dan komitmen

pada tujuan, (2) komunikasi mengenai ide dan perasaan, (3) kepemimpinan yang

berpartisipasi, (4) fleksibel dalam menggunakan prosedur pembuatan keputusan, (5)

manajemen konflik yang konstruktif, (6) kekuasaan berdasarkan keahlian,

kemampuan, dan informasi, (7) kohesi tim, (8) strategi pemecahan masalah, dan (9)

efektivitas interpersonal.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Teamwork - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter II.pdf · ... dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif

D. Kerangka Konsep Permasalahan

“Bagaimana gambaran efektifitas teamwork perawat di Rumah Sakit Umum Daerah X” “”berdasarkan

kesembilan dimensi tersebut?

Penelitian awal (wawancara kepada pegawai, perawat dan pasien,

survei kepada perawat) menunjukkan permasalahan pada perawat. Hal

ini diindikasikan dengan:

sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar perawat kurang adanya keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik kurang adanya kesadaran para perawat akan pentingnya kerjasama dan

komunikasi sehingga sering menimbulkan konflik hubungan antar perawat yang dirasakan kurang harmonis perawat kurang merasakan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik,

kurang memiliki rasa saling percaya dan saling mendukung, kurang mengetahui visi dan misi organisasi dan merasakan teamwork yang

kurang efektif

Secara umum mengindikasikan teamwork perawat yang kurang efektif

Tujuan RSUD X belum tercapai, hal ini

diketahui dari munculnya berbagai keluhan

pasien terhadap pelayanan

Johnson dan Johnson (dalam Smither, Houston, dan Mclntire, 1996), efektifitas tim ditentukan oleh 9

dimensi yaitu (1) dimensi pemahaman, relevansi, dan komitmen pada tujuan, (2) dimensi komunikasi

mengenai ide dan perasaan, (3) dimensi kepemimpinan yang berpartisipasi, (4) dimensi fleksibel dalam

menggunakan prosedur pembuatan keputusan, (5) dimensi manajemen konflik yang konstruktif, (6) dimensi

kekuasaan berdasarkan keahlian, kemampuan, dan informasi, (7) dimensi kohesi tim, (8) dimensi strategi

pemecahan masalah, dan (9)dimensi efektivitas interpersonal.

Keterangan :

: menyebabkan

: temuan

: klarifikasi

Rumah Sakit Umum Daerah X:

Visi: Rumah Sakit Umum Daerah yang diminati oleh masyarakat

Misi: 1. Mewujudkan pelayanan kesehatan secara profesional

2. Mewujudkan Pengelolaan Rumah Sakit Umum yang transparan dan akuntabel

Tujuan RSUD X :

- Meningkatkan kualitas dan kuantitas

aparatur

- Meningkatkan kualitas dan kuantitas

sarana dan prasarana

- Meningkatkan akreditasi dan

tercapainya pengelolaan administrasi

dan keuangan yang akuntabel

DepKes RI, 2000 : Keberhasilan

pelayanan rumah sakit

ditentukan oleh kualitas

pelayanan perawat. Hal ini

dikarenakan perawat adalah:

1. jumlahnya yang dominan dari

seluruh jumlah tenaga kerja di

rumah sakit

2. adanya hubungan kontak

langsung yang intens dengan

pasien

Universitas Sumatera Utara