Pengaruh Permainan Lego Konstruktif Terhadap Perkembangan ...

6
7 Pengaruh Permainan Lego Konstruktif Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Prasekolah Di TK-IT At Taqwa II Eko Winarti 1 , Putri Wahyu W. Dosen Program Studi DIV Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri Jalan Selomangleng No.1 Kota Kediri, Jawa Timur ABSTRAK Usia prasekolah merupakan periode atau masa keemasan dalam proses perkembangan. Salah satu parameter perkembangan adalah motorik halus. Kemampuan motorik halus dipengaruhi oleh intensitas belajar dan berlatih dari masing-masing anak, misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mewarnai, menyusun balok (salah satunya lego), menulis, menggambar dan sebagainya. Maka dari itu diperlukannya stimulasi seperti permainan lego yang berguna untuk merangsang perkembangan motorik anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan lego konstruktif terhadap perkembangan motorik halus anak prasekolah di TK IT AT-TAQWA II II kabupaten Tulungagung tahun 2015. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimental dengan rancangan one group pretest-postest. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 32 orang dengan menggunakan simple random sampling. Sampel akhir dalam penelitian sejumlah 22 orang. Variabel dalam penelitian ini yaitu pengaruh permainan lego konstruktif terhadap perkembangan motorik halus anak prasekolah. Data analisis dengan uji statistik wilcoxon sign rank test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motorik halus sebelum diberi permainan lego konstruktif yaitu sebanyak 4.5% anak mengalami penyimpangan, 50% anak meragukan, dan 45.5% sesuai, sedangkan setelah intervensi data menunjukkan 4.5% anak kategori motorik halus menyimpang, 22.7 % anak memiliki motorik halus meragukan dan 72.7 % anak kategori sesuai. Berdasarkan pengolahan data melalui SPSS didapatkan bahwa p value(0,014) < α(0,05) yang berarti H0 ditolak. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa ada pengaruh yang kuat antara motorik halus sebelum dan sesudah diberikan permainan lego pada anak prasekolah usia 4-6 tahun di TK IT AT-TAQWA II II Kabupaten Tulungagung Tahun 2015. Dari hasil diketahui Permainan lego konstruktif memengaruhi perkembangan motorik halus, sehingga perlu dilakukannya stimulasi-stimulasi seperti permainan lego untuk merangsang perkembangan motorik halus anak. Kata kunci : permainan lego konstruktif, perkembangan motorik halus, anak prasekolah

Transcript of Pengaruh Permainan Lego Konstruktif Terhadap Perkembangan ...

Page 1: Pengaruh Permainan Lego Konstruktif Terhadap Perkembangan ...

7

Pengaruh Permainan Lego Konstruktif Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada

Anak Prasekolah Di TK-IT At Taqwa II

Eko Winarti1, Putri Wahyu W.

Dosen Program Studi DIV Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri

Jalan Selomangleng No.1 Kota Kediri, Jawa Timur

ABSTRAK

Usia prasekolah merupakan periode atau masa keemasan dalam proses perkembangan.

Salah satu parameter perkembangan adalah motorik halus. Kemampuan motorik halus

dipengaruhi oleh intensitas belajar dan berlatih dari masing-masing anak, misalnya,

kemampuan memindahkan benda dari tangan, mewarnai, menyusun balok (salah satunya

lego), menulis, menggambar dan sebagainya. Maka dari itu diperlukannya stimulasi seperti

permainan lego yang berguna untuk merangsang perkembangan motorik anak. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan lego konstruktif terhadap

perkembangan motorik halus anak prasekolah di TK IT AT-TAQWA II II kabupaten

Tulungagung tahun 2015.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimental dengan

rancangan one group pretest-postest. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 32 orang

dengan menggunakan simple random sampling. Sampel akhir dalam penelitian sejumlah 22

orang. Variabel dalam penelitian ini yaitu pengaruh permainan lego konstruktif terhadap

perkembangan motorik halus anak prasekolah. Data analisis dengan uji statistik wilcoxon

sign rank test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motorik halus sebelum diberi permainan lego

konstruktif yaitu sebanyak 4.5% anak mengalami penyimpangan, 50% anak meragukan, dan

45.5% sesuai, sedangkan setelah intervensi data menunjukkan 4.5% anak kategori motorik

halus menyimpang, 22.7 % anak memiliki motorik halus meragukan dan 72.7 % anak

kategori sesuai.

Berdasarkan pengolahan data melalui SPSS didapatkan bahwa p value(0,014) < α(0,05)

yang berarti H0 ditolak. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa ada pengaruh yang

kuat antara motorik halus sebelum dan sesudah diberikan permainan lego pada anak

prasekolah usia 4-6 tahun di TK IT AT-TAQWA II II Kabupaten Tulungagung Tahun 2015.

Dari hasil diketahui Permainan lego konstruktif memengaruhi perkembangan motorik

halus, sehingga perlu dilakukannya stimulasi-stimulasi seperti permainan lego untuk

merangsang perkembangan motorik halus anak.

Kata kunci : permainan lego konstruktif, perkembangan motorik halus, anak prasekolah

Page 2: Pengaruh Permainan Lego Konstruktif Terhadap Perkembangan ...

8

PENDAHULUAN

Sesuai dengan Target Pembangunan

Milenium atau Millenium Development Goals

(MDGs), angka kejadian penyimpangan

pertumbuhan dan perkembangan anak adalah

5%. Perkembangan pada anak dapat terjadi

perubahan bentuk dan fungsi pematangan

organ, dalam hal ini menyangkut perkembangan

motorik halus, kasar, bahasa dan psikososial.

Menurut Hurlock (2010), menyebutkan bahwa

perkembangan merupakan hasil proses

kematangan dan belajar. Dalam perkembangan

anak terdapat suatu peristiwa yang dialaminya

yaitu masa percepatan dan perlambatan. Masa

tersebut akan berlainan dalam satu organ tubuh.

Percepatan dan perlambatan tersebut

merupakan suatu kejadian yang berbeda dalam

setiap organ tubuh akan tetapi saling

berhubungan satu dengan yang lain.

Perkembangan motorik merupakan salah

satu faktor yang sangat penting dalam

perkembangan individu secara keseluruhan.

Setiap periode usia akan menjadikan

keterampilan anak bertambah (Solehudin,

2008). Gerakan motorik halus merupakan aspek

yang berhubungan dengan kemampuan anak

untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan

yang melibatkan bagian tubuh tertentu saja dan

dilakukan oleh otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat (Soetjianingsih, 2007).

Proses tumbuh kembang kemampuan motorik

halus dapat terlihat melalui berbagai gerakan

dan permaian yang dapat dilakukan (Heineman,

2010).

Salah satu cara agar anak dapat tumbuh

dan berkembang dengan baik adalah anak perlu

memperoleh kesempatan untuk bermain.

Bermain merupakan kebutuhan anak yang harus

dilakukan untuk memperoleh kesenangan dan

pengalaman (Ngastiyah, 2009). Bagi anak

Korespondensi penulis.

Alamat E-mail: [email protected]

bermain merupakan seluruh aktifitas dan

metode bagaimana mereka mengenal dunia.

Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi

merupakan kebutuhan anak seperti halnya

makan, perawatan dan cinta kasih. Kebanyakan

orang tua mempunyai ide tertentu dalam

pengelolaan bermain, anak memerlukan

berbagai variasi permainan untuk kesehatan

fisik, mental dan perkembangan emosinya

(Soetjianingsih, 2007).

Berdasarkan dari hasil survei pendahuluan

yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari

2015 di TK-IT AT Taqwa dari 12 anak usia

prasekolah terdapat 6 anak (50%) memiliki

perkembangan motorik halus lebih, 4 anak

(33,3%) memiliki perkembangan motorik halus

peringatan, dan 2 anak (16,7%) lainnya

mengalami mengalami perkembagan motorik

halus keterlambatan. Hal ini menunjukkan

bahwa kurangnya antara koordinasi mata,

tangan dan kemampuan pengendalian gerak

yang bisa menyebabkan terjadinya

keterlambatan motorik halus (Hasil survei

lapangan, 2015).

Angka kejadian keterlambatan

perkembangan motorik halus pada anak dapat

disebabkan oleh berbagai faktor. Secara teoritis

dapat disebabkan oleh faktor genetik (berbagai

faktor bawaan normal dan patologik, jenis

kelamin, suku bangsa atau bangsa) maupun

faktor lingkungan (faktor prenatal dan faktor

postnatal). Faktor lingkungan merupakan faktor

yang memegang peranan penting dalam

menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang

sudah dimiliki. Hal ini diperlukan latihan yang

dilakukan secara terus menerus dan dilakukan

sejak dini. Latihan atau stimulasi dini

tergantung dari orang disekitarnya atau orang

tuanya (Soetjiningsih, 2007).

Upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan motorik halus anak

adalah dengan memberikan stimulasi dari luar

seperti memberikan permainan edukatif yang

dapat memicu peningkatan perkembangan

Page 3: Pengaruh Permainan Lego Konstruktif Terhadap Perkembangan ...

9

motorik halus dan kreatifitas anak seperti

memberikan permainan lego konstruktif.

Sehingga diharapkan anak dapat membuat

sesuatu hal yang baru yang memberikan nilai

seni sesuai dengan ide yang dimilikinya.

Permainan lego konstruktif merupakan

alat permainan yang dapat merangsang

perkembangan motorik halus, karena untuk

menjadi sebuah konstruksi anak harus

memasang setiap kepingan lego. Melalui

memasang setiap kepingan lego, anak dituntut

untuk dapat mengkoordinasikan berbagai unsur

yang menentukan seperti otot, syaraf dan otak.

Apabila dilatih secara intensif, unsur tersebut

akan melaksanakan peranannya secara interaksi

positif untuk mencapai koordinasi yang

sempurna (Andreiwongso, 2007).

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti

tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh

Permainan Lego Konstruktif Terhadap

Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Pra

Sekolah di TK-IT AT Taqwa II Kabupaten

Tulungagung Tahun 2015 ” .

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian pre

eksperimen dengan non randomized one group

pretest-postest design yang dilaksanakan di TK-

IT AT Taqwa II Kabupaten Tulungagung pada

April 2015, dengan sampel 22 anak yang dipilih

dengan teknik simple random sampling. Bahan

penelitian menggunakan permainan lego,

kemudian peneliti mengobservasi

perkembangan motorik halus kepada responden,

menilai satu per satu dengan KPSP,

menggunakan ceklist. Analisis data dilakukan

secara bivariat menggunakan uji Wilcoxon dan

taraf signifikansi (α) 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1

Distribusi Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

anak prasekolah di TK IT –AT TAQWA Tulungagung

Jenis kelamin Frekuensi Persentase

(%)

Laki-laki 12 54,5

Perempuan 10 45,5

Total 22 100 %

Tabel 2

Distribusi Frekuensi responden berdasarkan usia anak

prasekolah di TK IT –AT TAQWA Tulungagung

usia Frekuensi Persentase

(%)

42-47 bulan 1 4.5

48-53 bulan 2 9.1

54-59 bulan 6 27.3

60-65 bulan 7 31.8

66-71 bulan 4 18.2

72 bulan 2 9.1

Total 22 100 %

Tabel 3

Distribusi Frekuensi responden berdasarkan urutan anak di

TK IT –AT TAQWA Tulungagung

Anak ke Frekuensi Persentase

(%)

1 5 22.7

2 12 54.5

≥3 5 22.7

Total 22 100 %

Tabel 4

Distribusi Frekuensi responden berdasarkan usia ibu di TK

IT –AT TAQWA Tulungagung

Usia ibu Frekuensi Persentase

(%)

<20 tahun 0 0

20-35 tahun 14 63.6

>35 tahun 8 36.4

Total 22 100 %

Page 4: Pengaruh Permainan Lego Konstruktif Terhadap Perkembangan ...

10

Tabel 5

Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu

di TK IT –AT TAQWA Tulungagung

usia Frekuensi Persentase

(%)

42-47 bulan 1 4.5

48-53 bulan 2 9.1

54-59 bulan 6 27.3

60-65 bulan 7 31.8

66-71 bulan 4 18.2

72 bulan 2 9.1

Total 22 100 %

Tabel 6

Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pendidikan

terakhir ibu TK IT –AT TAQWA Tulungagung

Pendidikan ibu Frekuensi Persentase

(%)

SD/SMP 19 86.4

SMA 3 13.6

D3/SI 0 0

Total 22 100 %

Tabel 7

Distribusi Frekuensi perkembangan motorik halus anak

prasekolah sebelum diberikan permainan Lego Konstruktif

di TK IT –AT TAQWA Tulungagung

Perkembangan Frekuensi Persentase

(%)

Penyimpangan 1 4.5

Meragukan 11 50

sesuai 10 45.5

Total 22 100 %

Tabel 8

Distribusi Frekuensi perkembangan motorik halus anak

prasekolah sesudah diberikan permainan Lego Konstruktif

di TK IT –AT TAQWA Tulungagung

Perkembangan Frekuensi Persentase

(%)

Penyimpangan 1 4.5

Meragukan 5 22.7

sesuai 16 72.7

Total 22 100 %

Tabel 9

Tabulas silang perkembangan motorik halus anak sebelum

dan sesudah diberikan permainan Lego Konstruktif di TK

IT –AT TAQWA Tulungagung

Perkembangan Sebelum Sesudah

F % F %

Penyimpangan 1 4.5 1 4.5

Meragukan 11 50 5 22.7

sesuai 10 45.5 16 72.7

Total 22 100 % 22 100 %

Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 22

responden yang ada sebelum diberi permainan

lego didapatkan hasil yaitu 11 anak (50%)

memiliki perkembangan motorik halus

meragukan, 10 anak (45.5%) memiliki

perkembangan motorik halus yang sesuai dan 1

anak (4.5%) memiliki perkembangan motorik

halus menyimpang. Sedangkan sesudah diberi

permainan lego didapatkan hasil yaitu 16 anak

(72.7%) memiliki perkembangan motorik halus

sesuai, 5 anak (22.7%) memiliki perkembangan

motorik halus yang meragukan dan 1 anak

(4.5%) memiliki perkembangan motorik halus

menyimpang.

Rumini (2004). mengatakan

perkembangan motorik halus adalah

kemampuan untuk mengamati sesuatu dan

melakukan gerakan yang melibatkan bagian

tubuh tertentu dan otot – otot kecil yang

memerlukan koordinasi secara cermat serta

tidak memerlukan bvanyak tenaga. Sedangkan

menurut isbell (2010), menyusun karya seni

Lego akan banyak bermain kepekaan rasa dan

kreativitas dalam menentukan tema, mengatur

area penataan, memilih warna dan membentuk

potongan lego sesuai denfgan kreasi dan

imajinasi anak. Hal itulah yang sesungguhnya

mengasyikkan karena dapat dilakukan dengan

mencoba dan sangat mudah dilakukan karena

tidak memerlukan banyak tenaga.

Dalam hasil penelitian yang dilakukan

peneliti di TK IT AT-TAQWA menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh yang cukup baik dari

pemberian permainan lego konstruktif terhadap

Page 5: Pengaruh Permainan Lego Konstruktif Terhadap Perkembangan ...

11

perkembangan motorik halus anak prasekolah

sehingga terjadi peningkatan perkembangan

motorik halus. Karena permaianan lego adalah

permainan yang bersifat skill play maka

semakin sering permainan ini dilakukan akan

semakin baik pula untuk melatih imajinasi anak

dan juga melatih gerakan motorik halus anak.

KESIMPULAN

Pada penelitian ini didapatkan bahwa

ada pengaruh permainan lego konstruktif

terhadap perkembangan motorik halus anak

prasekolah

Di TK-IT AT Taqwa II Kabupaten

Tulungagung dengan hasil nilai ρ = 0.014 dan

kepercayaan 95% (ɑ=0.05) dapat dikatakan

bahwa ρ < ɑ , sehingga H0 ditolak H1 diterima.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada

TK-IT AT Taqwa II Kabupaten Tulungagung

yang menjadi tempat penelitian, serta para

responden yang telah berpartisipasi dalam

penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andriewongso. (2007). Tahukah Anda Lego.

[Internet] 17 Mei 2007. Bersumber dari:

http://www.Andriewongso.com/Lego.

[Diakses pada tanggal: 3 Januari 2015].

Arikunto, Suharsimi. (2008). Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Yogya: Rineka Cipta.

Aviati, E. (2003). Permainan yang Mengasah

Keterampilan. Bersumber dari: http://

www.psikologiforall.com. [Diakses pada

tanggal: 3 Januari 2015].

Baharudin. (2009). Perkembangan Anak Usia

Dini. Bandung: Pustaka Setia.

Depkes RI. (2009). Buku Deteksi Dini Tumbuh

Kembang Balita. Jakarta : Depkes RI.

. (2010). Pedoman Pelaksanaan

Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini

Tumbuh Kembang Anak di Tingkat

Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta :

DepKes RI Direktorat Jenderal PPM &

PLP.

Dinkes Jatim. (2010). Deteksi Dini Tanda dan

Gejala Penyimpangan Pertumbuhan dan

Perkembangan Anak. Surabaya: Dinkes

Jatim & Kalbe Nutritional.

Eveline dan Nanang, D. (2010). Panduan

Pintar Merawat Bayi dan Balita. Jakarta:

PT Wahyu Media.

Gunarsa. (2010). Psikologi Perawatan Praktis:

Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta:

Gunung Mulya.

Heineman. (2010). Kumpulan Pedoman

Pembelajaran Taman Kanak-Kanak.

Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

: PT Bina Pustaka.

Hurlock. (2010). Psikologi Perkembangan

Cetakan Kedelapan. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

IDAI. (2010). Deteksi Dini Tanda dan Gejala

Penyimpangan Pertumbuhan dan

Perkembangan Anak. Surabaya : Dinkes

Jatim & Kalbe Nutritional

Isbell, Christy. (2010). Everyday play: Fine

motor activities for young children.

Columbia Pike: Gryphon House.

Kelly James. (2007). Lego Mindstorms NXT-G

Programming Guide.APRES

Lau, Douglas. (2009). NXT_python,

http://home.comcast.net/~dplau/nxt_pytho

n. [Diakses pada tanggal: 3 Januari 2015].

Liana, Linda. (2012). Hubungan Antara Pola

Asuh dan Status Sosial Ekonomi Keluarga

dengan Perkembangan Sosial Pada Anak

Prasekolah di PAUD Aisyiyah Kecamatan

Panji Kabupaten Situbondo Tahun 2012.

Kediri: Perpustakaan FIK Unik.

Moersintowati. (2008). Perkembangan Anak

Usia Prasekolah. Bandung: PT. Refika

Aditama.

Ngastiyah. (2009). Perawatan Anak sakit. Edisi

2. Jakarta : EGC

Notoadjmojo, Soekidjo. (2010). Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:

Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika.

Potter, Patricia A., dan Perry, Anne Griffin.

(2009). Buku Ajar Fundamental

Page 6: Pengaruh Permainan Lego Konstruktif Terhadap Perkembangan ...

12

Keperawatan Buku 1 Volume 7. Jakarta:

EGC.

Pramudian, Dadan Gumbira. 2008. Bermain

Lego. Bersumber dari :

http://www.maribermainlego.co.id

[Diakses pada tanggal: 3 Januari 2015].

Rumini S, Sundari S. (2004). Perkembangan

Anak Dan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta

Rusmil dan Sudrajat. (2008). Pertumbuhan dan

Perkembangan. Jakarta: EGC.

Santrock, john. (2007). Perkembangan anak.

Jakarta : Erlangga

Siti Aisyah, dkk. (2010). Pendidikan Anak Usia

Dini. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Anak.

Jakarta : EGC.

Solehuddin, M. (2008). Konsep Dasar

Pendidikan Prasekolah. Bandung : UPI

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Sujiono, Bambang. (2008). Metode

Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas

Terbuka

Vieira. Mestre, (2009). nxt-python. USA :

Prentice Hall Inc

Yulianti, Dwi. (2010). Anak Usia Dini.

Yogyakarta: Andi Offset