BAB II Kontrasepsi

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO (1970) dikutip Hartanto (2004) dikutip Purba (2009), keluarga berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek tertentu, yaitu: 1. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan 2. Mendapatkan kelahiran yang memeng diinginkan 3. Mengatur interval diantara kehamilan 4. Menentukan jumlah anak dalam keluarga. Sedangkan mochtar (1995) disitasi oleh Purba (2009) mengatakan keluarga berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pasangan Usia Subur adalah pasangan

description

bab 2 kontrasepsi

Transcript of BAB II Kontrasepsi

Page 1: BAB II Kontrasepsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Keluarga Berencana (KB)

Menurut WHO (1970) dikutip Hartanto (2004) dikutip Purba (2009), keluarga

berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami

istri untuk mendapatkan objek tertentu, yaitu:

1. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

2. Mendapatkan kelahiran yang memeng diinginkan

3. Mengatur interval diantara kehamilan

4. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Sedangkan mochtar (1995) disitasi oleh Purba (2009) mengatakan keluarga

berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan

jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.

Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS).

Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami-istri yang istrinya berumur antara

15–49 tahun, dan secara operasional pula pasangan suami-istri yang istri berumur

kurang dari 15 tahun dan telah kawin atau istri berumur lebih dari 49 tahun tapi

belum menopause (BKKBN, 2007). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit

pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat

kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain

Page 2: BAB II Kontrasepsi

adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan

bidan desa (Imbarwati, 2009)

2.2 KONTRASEPSI

Definisi

Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan.

Sedangkan Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang

dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah

upaya mencegah pertemuan sel telur matang dan sperma untuk mencegah

kehamilan (Kusumaningrum, 2009). Upaya ini dapat bersifat sementara, dapat

juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita

tubektomi dan pada pria vasektomi (Sarwono, 2009).

Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal itu belum ada. Kontrasepsi

harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (Sarwono, 2009)

1. Dapat dipercaya

2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan

3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan

4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus

5. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus

6. Mudah pelaksanaannya

7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.

Page 3: BAB II Kontrasepsi

Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai

perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan

dalam tiga kategori, yaitu menunda atau mencegah kehamilan, menjarangkan

kehamilan, serta menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan

(Imbarwati, 2009).

Cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi pada umumnya yaitu :

a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi

b. Melumpuhkan sperma

c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.

Jenis-Jenis Metode Kontrasepsi (Manuaba, 1998 dalam Purba, 2009; Sarwono,

2009; KKB, 2011)

1. Metode sederhana tanpa alat atau obat

a. Metode Amenore Laktasi (MAL)

b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

Macam-macam KBA (KKB, 2011)

Metode lender serviks atau metode Ovulasi Billings (MOB)

Metode simtomtermal

Sistem kalender atau pantang berkala

Metode suhu basal

c. Sanggama terputus

2. Metode Barier

a. Kondom

b. Diafragma

Page 4: BAB II Kontrasepsi

c. Spermisida

3. Metode efektif

a. Pil

b. Suntikan

c. Implant

d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra-Uterine Device

(IUD)

4. Metode kontrasepsi mantap dengan operasi

a. Pada wanita: Metode Operasi Wanita (MOW atau Tubektomi)

b. Pada pria: Metode Operasi Pria (MOP atau Vasektomi)

Cara-cara kontrasepsi tersebut mempunyai tingkat efektifitas yang

berbeda-beda dalam memberikan pencegahan terhadap kemungkinan

terjadinya kehamilan. Namun perlu diingat adanya aksioma atau azas

kontrasepsi, yaitu : (1) cara apapun yang dipakai adalah lebih baik daripada

tidak memakai sama sekali, (2) cara yang terbaik hasilnya (efektif) adalah

cara yang digunakan oleh pasangan dengan teguh secara terus menerus, (3)

penerimaan pasangan terhadap suatu cara adalah unsur yang penting untuk

berhasilnya suatu cara kontrasepsi (Purba, 2009).

2.3 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra-Uterine Device (IUD)

1. Definisi

Alat kontrasepsi dalam rahim atau yang dikenal dengan IUD (Intra-

Uterine Devices) merupakan kontrasepi non hormonal yang dipasang dalam rahim

Page 5: BAB II Kontrasepsi

yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan

kondom. Efektifitas metode IUD antara lain ditunjukkan dengan angka

kelangsungan pemakaian yang tertinggi bila dibandingkan dengan metode

tersebut diatas (Asih et al, 2009; Imbarwati, 2009).

Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga

atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti

fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode

kerja mencegah masuknya sprematozoa / sel mani ke dalam saluran tuba.

Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga

medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia

reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi

menular seksual (Imbarwati, 2009).

2. Jenis- jenis IUD ( KKB, 2011)

AKDR CuT-380A

Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T

diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).

AKDR NOVA T (Schering).

3. Cara kerja (Asih et al, 2009; KKB, 2011)

Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii

Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu

Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

4. Keuntungan (KKB, 2011)

Page 6: BAB II Kontrasepsi

Memilki efektivitas tinggi (6 kegagalan dalam 1000 kehamilan)

AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan

tidak perlu diganti)

Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat

Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan meningkatkan

kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil

Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)

Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

Kesuburan segera kembali setelah IUD diangkat

Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi)

Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah

haid terakhir )

Tidak ada interaksi dengan obat-obat

Membantu mencegah kehamilan ektopik

5. Kerugian (KKB, 2011)

Efek samping yang umum terjadi adalah sebagai berikut :

Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan

berkurang setelah tiga bulan )

Haid lebih lama dan banyak

Perdarahan antar menstruasi

Saat haid lebih sakit

Page 7: BAB II Kontrasepsi

Komplikasi lain :

Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah

pemasangan

Perdarahan berat pada waktu haid

Perforasi dinding uterus

Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang sering berganti pasangan

Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS

memakai AKDR atau IUD

Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam

pemasangan AKDR atau IUD

Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah

pemasangan AKDR atau IUD

Klien tidak dapat melepas AKDR atau IUD oleh dirinya sendiri

Mungkin AKDR atau IUD keluar dari uterus tanpa diketahui

Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi

AKDR atau IUD untuk mencegah kehamilan normal

Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR atau IUD dari

waktu ke waktu.

Pengetahuan

Definisi

Page 8: BAB II Kontrasepsi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra

manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

(Notoatmodjo, 2003:123). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior)

(Notoadmodjo, 2007: 144).

Dari pengalaman penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan

lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku baru

(berprilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini

sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan prilaku bau atau adopsi melalui proses seperti ini, dimana

didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka prilaku tersebut

akan bersifat langgeng, sebaliknya apabila prilaku tidak didasari oleh pengetahuan

Page 9: BAB II Kontrasepsi

dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi pentingnya pengetahuan disini

adalah dapat menjadi dasar dalam merubah prilaku sehingga prilaku itu langgeng

(Notoadmodjo, 2007: 144).

Tingkat pengetahuan

Notoatmodjo (2007) mengatakan pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk mengingat kembali (recall)terhadap sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahuai, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi ( application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Page 10: BAB II Kontrasepsi

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam kompenen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusus

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan

yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden (Notoatmodjo,2007; hal 146).

Page 11: BAB II Kontrasepsi

Minat

Menurut Slameto (2010), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada

dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan

sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar

minat. Sedangkan Hurlock (1995) disitasi Purwanti (2011) mengatakan, minat

merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang

mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu

akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan

kepuasan.

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang

menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,

dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Seseoarang

yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan

perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut (Slameto, 2010).

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatiakn dan

mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan

terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian,

karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum

tentu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan (Slameto,

2010).

Asfek minat

Page 12: BAB II Kontrasepsi

Minat terbagi dalam tiga aspek, yaitu: (1) aspek kognitif, berdasarkan atas

pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari baik di rumah, sekolah dan

masyarakat serta berbagai jenis media massa, (2) aspek afektif, konsep yang

membangun aspek kofnitif, minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang

ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang

penting, yaitu orang tua, guru, dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan

dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai

bentuk media massa terhadap kegiatan tersebut, (3) aspek psikomotor, berjalan

dengan lancer tanpa perlu pemikiran lagi urutannya tepat. Namun kemajuan tetap

memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan meningkat meskipun ini

semua berjalan lambat (Hurlock, 1999).

Kriteria minat

Menurut Nursalam (2008), kriteria minat dibagi tiga yaitu:

1. Rendah, jika seseorang tidak menginginkan obyek minat

2. Sedang, jika seseorang menginginkan obyek minat tetapi tidak dalam

waktu segera

3. Tinggi, jika seseorang menginginkan obyek minat dalam waktu segera.