BAB II Kontrasepsi
-
Upload
wulan-ulan-dari -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
description
Transcript of BAB II Kontrasepsi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Program Keluarga Berencana (KB)
Menurut WHO (1970) dikutip Hartanto (2004) dikutip Purba (2009), keluarga
berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami
istri untuk mendapatkan objek tertentu, yaitu:
1. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
2. Mendapatkan kelahiran yang memeng diinginkan
3. Mengatur interval diantara kehamilan
4. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Sedangkan mochtar (1995) disitasi oleh Purba (2009) mengatakan keluarga
berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan
jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS).
Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami-istri yang istrinya berumur antara
15–49 tahun, dan secara operasional pula pasangan suami-istri yang istri berumur
kurang dari 15 tahun dan telah kawin atau istri berumur lebih dari 49 tahun tapi
belum menopause (BKKBN, 2007). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit
pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat
kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain
adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan
bidan desa (Imbarwati, 2009)
2.2 KONTRASEPSI
Definisi
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan.
Sedangkan Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang
dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah
upaya mencegah pertemuan sel telur matang dan sperma untuk mencegah
kehamilan (Kusumaningrum, 2009). Upaya ini dapat bersifat sementara, dapat
juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita
tubektomi dan pada pria vasektomi (Sarwono, 2009).
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal itu belum ada. Kontrasepsi
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (Sarwono, 2009)
1. Dapat dipercaya
2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
5. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus
6. Mudah pelaksanaannya
7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.
Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai
perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan
dalam tiga kategori, yaitu menunda atau mencegah kehamilan, menjarangkan
kehamilan, serta menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan
(Imbarwati, 2009).
Cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi pada umumnya yaitu :
a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi
b. Melumpuhkan sperma
c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.
Jenis-Jenis Metode Kontrasepsi (Manuaba, 1998 dalam Purba, 2009; Sarwono,
2009; KKB, 2011)
1. Metode sederhana tanpa alat atau obat
a. Metode Amenore Laktasi (MAL)
b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
Macam-macam KBA (KKB, 2011)
Metode lender serviks atau metode Ovulasi Billings (MOB)
Metode simtomtermal
Sistem kalender atau pantang berkala
Metode suhu basal
c. Sanggama terputus
2. Metode Barier
a. Kondom
b. Diafragma
c. Spermisida
3. Metode efektif
a. Pil
b. Suntikan
c. Implant
d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra-Uterine Device
(IUD)
4. Metode kontrasepsi mantap dengan operasi
a. Pada wanita: Metode Operasi Wanita (MOW atau Tubektomi)
b. Pada pria: Metode Operasi Pria (MOP atau Vasektomi)
Cara-cara kontrasepsi tersebut mempunyai tingkat efektifitas yang
berbeda-beda dalam memberikan pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya kehamilan. Namun perlu diingat adanya aksioma atau azas
kontrasepsi, yaitu : (1) cara apapun yang dipakai adalah lebih baik daripada
tidak memakai sama sekali, (2) cara yang terbaik hasilnya (efektif) adalah
cara yang digunakan oleh pasangan dengan teguh secara terus menerus, (3)
penerimaan pasangan terhadap suatu cara adalah unsur yang penting untuk
berhasilnya suatu cara kontrasepsi (Purba, 2009).
2.3 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra-Uterine Device (IUD)
1. Definisi
Alat kontrasepsi dalam rahim atau yang dikenal dengan IUD (Intra-
Uterine Devices) merupakan kontrasepi non hormonal yang dipasang dalam rahim
yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan
kondom. Efektifitas metode IUD antara lain ditunjukkan dengan angka
kelangsungan pemakaian yang tertinggi bila dibandingkan dengan metode
tersebut diatas (Asih et al, 2009; Imbarwati, 2009).
Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga
atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti
fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode
kerja mencegah masuknya sprematozoa / sel mani ke dalam saluran tuba.
Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga
medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi
menular seksual (Imbarwati, 2009).
2. Jenis- jenis IUD ( KKB, 2011)
AKDR CuT-380A
Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
AKDR NOVA T (Schering).
3. Cara kerja (Asih et al, 2009; KKB, 2011)
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu
Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
4. Keuntungan (KKB, 2011)
Memilki efektivitas tinggi (6 kegagalan dalam 1000 kehamilan)
AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan
tidak perlu diganti)
Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan meningkatkan
kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
Kesuburan segera kembali setelah IUD diangkat
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi)
Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah
haid terakhir )
Tidak ada interaksi dengan obat-obat
Membantu mencegah kehamilan ektopik
5. Kerugian (KKB, 2011)
Efek samping yang umum terjadi adalah sebagai berikut :
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan
berkurang setelah tiga bulan )
Haid lebih lama dan banyak
Perdarahan antar menstruasi
Saat haid lebih sakit
Komplikasi lain :
Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
Perdarahan berat pada waktu haid
Perforasi dinding uterus
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan
Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR atau IUD
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan AKDR atau IUD
Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR atau IUD
Klien tidak dapat melepas AKDR atau IUD oleh dirinya sendiri
Mungkin AKDR atau IUD keluar dari uterus tanpa diketahui
Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi
AKDR atau IUD untuk mencegah kehamilan normal
Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR atau IUD dari
waktu ke waktu.
Pengetahuan
Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
(Notoatmodjo, 2003:123). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior)
(Notoadmodjo, 2007: 144).
Dari pengalaman penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku baru
(berprilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
d. Trial, dimana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan prilaku bau atau adopsi melalui proses seperti ini, dimana
didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka prilaku tersebut
akan bersifat langgeng, sebaliknya apabila prilaku tidak didasari oleh pengetahuan
dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi pentingnya pengetahuan disini
adalah dapat menjadi dasar dalam merubah prilaku sehingga prilaku itu langgeng
(Notoadmodjo, 2007: 144).
Tingkat pengetahuan
Notoatmodjo (2007) mengatakan pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk mengingat kembali (recall)terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahuai, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi ( application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam kompenen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusus
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden (Notoatmodjo,2007; hal 146).
Minat
Menurut Slameto (2010), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar
minat. Sedangkan Hurlock (1995) disitasi Purwanti (2011) mengatakan, minat
merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang
mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu
akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan
kepuasan.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,
dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Seseoarang
yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut (Slameto, 2010).
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatiakn dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian,
karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum
tentu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan (Slameto,
2010).
Asfek minat
Minat terbagi dalam tiga aspek, yaitu: (1) aspek kognitif, berdasarkan atas
pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari baik di rumah, sekolah dan
masyarakat serta berbagai jenis media massa, (2) aspek afektif, konsep yang
membangun aspek kofnitif, minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang
ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang
penting, yaitu orang tua, guru, dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan
dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai
bentuk media massa terhadap kegiatan tersebut, (3) aspek psikomotor, berjalan
dengan lancer tanpa perlu pemikiran lagi urutannya tepat. Namun kemajuan tetap
memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan meningkat meskipun ini
semua berjalan lambat (Hurlock, 1999).
Kriteria minat
Menurut Nursalam (2008), kriteria minat dibagi tiga yaitu:
1. Rendah, jika seseorang tidak menginginkan obyek minat
2. Sedang, jika seseorang menginginkan obyek minat tetapi tidak dalam
waktu segera
3. Tinggi, jika seseorang menginginkan obyek minat dalam waktu segera.