BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN...

15
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga muncul perubahan tingkah laku. Winkel (2004:53) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Menurut Sunhaji, belajar adalah perubahan perilaku yang direncanakan guru dengan seperangkat tujuan yang direncanakan. Jadi, definisi belajar disini lebih luas (pandangan modern), yakni bahwa perolehan belajarnya tidak hanya sekedar pengetahuan saja, melainkan dapat bermacam-macam : berupa fakta, konsep keterampilan, intelektual, maupun keterampilan motorik lainnya. Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, 8

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN...

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. KAJIAN TEORI

1. Belajar

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi

belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga

muncul perubahan tingkah laku. Winkel (2004:53) mengemukakan bahwa

belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

Menurut Sunhaji, belajar adalah perubahan perilaku yang

direncanakan guru dengan seperangkat tujuan yang direncanakan. Jadi,

definisi belajar disini lebih luas (pandangan modern), yakni bahwa

perolehan belajarnya tidak hanya sekedar pengetahuan saja, melainkan

dapat bermacam-macam : berupa fakta, konsep keterampilan, intelektual,

maupun keterampilan motorik lainnya.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada

diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,

8

penalaran, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan serta

perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar

(Nana Sudjana, 1989: 5)

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa pada dasarnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku,

karena pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku itu tidak hanya

mengenai jumlah pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, kebiasaan,

sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, atau secara

singkat perubahan mengenai segala aspek organisme atau pribadi

seseorang. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti

menjadi mengerti.

2. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan

(PAIKEM)

Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya

bukanlah sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan berkah yang

perlu disyukuri. Dengan demikian PAIKEM adalah pembelajaran yang

dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun

keterkaitan antara informasi baru dengan pengalaman yang telah dimiliki

dan dikuasai peserta didik. (Agus Suprijono,2011: 10-11).

PAIKEM adalah singkatan dari pembelajaran aktif, inovatif,

kreatif, efektif, dan menyenangkan.

9

Aktif yang dimaksudkan adalah pembelajaran harus

menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif

bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.

Inovasi adalah proses pemaknaan atas realitas kehidupan yang

dipelajari, makna itu bisa dicapai apabila pembelajaran itu dapat

memfasilitasi kegiatan belajar yang memberi kesempatan kepada peserta

didik menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang dijalankan.

Kreatif juga dimaksudkan menumbuhkan pemikiran kritis, karena dengan

pemikiran seperti itulah kreativitas dapat dikembangkan.

Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif yang

melibatkan evaluasi bukti. Efektif adalah jantungnya sekolah efektif.

Efektivitas pembelajaran merujuk pada berdaya dan berhasil guna seluruh

komponen pembelajaran yang diorganisir untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana socio

emotional climate positif.

3. Model pembelajaran kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori

konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky yaitu

penekanan sosiokultural dari pembelajaran Vygotsky, bahwa interaksi

sosial dengan orang lain penting, terlebih yang mempunyai pengetahuan

yang lebih baik dan sistem yang secara kultural telah berkembang dengan

baik.

10

Implikasi dari teori Vygotsky dikehendakinya suasana kelas

berbentuk kooperatif (Slamet Soewardi, dkk. 2005:79)

Metode pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam

menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan

keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam

kelompok kooperatif belajar diskusi, saling membantu dan mengajak

teman satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran

kooperatif mengkondisikan siswa aktif dan saling memberi dukungan

dalam kerja kelompok untuk menuntaskan masalah dalam materi belajar.

4. Model Pembelajaran Make a Match

Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan

untuk meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas adalah

model pembelajaran make a match. Hal ini merupakan suatu ciri dari

pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukakan oleh Lie (2002:30)

bahwa pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitik beratkan

pada gotong royong dan kerja sama kelompok.

Penerapan model pembelajaran ini, siswa harus mencari pasangan

atau mencocokan kartu yang merupakan jawaban atau soal dengan batas

waktu yang telah ditentukan, dan siswa yang dapat mencocokan kartunya

diberi poin. Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan

dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan model ini

11

adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau

topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan

model make a match sebagai berikut:

1) Tahap awal

a. Guru menyiapkan beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi

review

b. Guru menyiapkan kertas karton yang berbeda warna untuk membuat

kartu soal dan kartu jawaban

c. Kartu soal dan kartu jawaban dipotong berbentuk segi empat (seukuran

kartu remi)

d. Guru menulis pertanyaan pada kartu soal dan jawaban pertanyaan pada

kartu jawaban

e. Kartu soal dan kartu jawaban dibuat dalam jumlah yang sama, agar

dapat dipasangkan.

2) Tahap inti

a. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, satu kelompok mendapat kartu

soal dan kelompok lainnya mendapar kartu jawaban.

b. Setiap siswa dibagikan sebuah kartu soal dan kartu jawaban

c. Setiap siswa yang sudah mendapat sebuah kartu yang bertuliskan

soal atau jawaban, memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang

dipegang.

12

d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.

e. Pasangan siswa yang sudah dapat mencocokan, kemudian saling

duduk berdekatan.

f. Siswa yang belum dapat mencocokkan kartunya dengan kartu

temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban),

berkumpul dalam satu kelompok sendiri.

g. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan kartu-

kartu tersebut.

h. Pasangan siswa mempresentasikan topik yang diperolehnya, yang

ditanggapi oleh kelompok lain.

i. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat

kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

3) Tahap akhir

a. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan

terhadap materi pelajaran.

b. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang

kurang memahami materi pelajaran.

Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan,

karena tidak ada metode pembelajaran yang terbaik. Suatu metode

pembelajaran cocok untuk materi dan tujuan tertentu, tetapi belum tentu

cocok untuk materi atau tujuan lainnya. Demikian juga dengan model

make a match yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun

13

kelebihan model make a match adalah sebagai berikut:

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara

kognitif maupun fisik.

b. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.

c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang

dipelajari.

d. Dapat meningkatkan motivasi belajar

e. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil

presentasi.

f. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk

belajar.

(http:www.model make a match.html)

Kekurangan dari model make a match antara lain:

a. Jika tidak dirancang dengan baik, maka banyak waktu

terbuang.

b. Pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu

bila berpasangan dengan lawan jenisnya.

c. Jika tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi

banyak siswa yang kurang memperhatikan.

d. Harus berhati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada

siswa yang tidak mendapat pasangan (bisa saja karena malu).

14

e. Menggunakan metode ini secara terus menerus akan

menimbulkan kebosanan.

f. Guru perlu persiapan alat yang memadai.

Berdasarkan proses belajar mengajar, siswa nampak lebih aktif

mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode mencari

kartu ini, siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di

dalam kartu yang ditemukan dan menceritakannya dengan sederhana dan

jelas secara bersama-sama.

5. Hasil Belajar

Dalam suatu proses pembelajaran diinginkan suatu pencapaian

hasil dari suatu proses pembelajaran. Gagne (Hamzah, 2008:137)

menyebutkan bahwa hasil belajar merupakan kapasitas terukur dari

perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel

bawaanya melalui perlakuan pengajaran tertentu.

Nana Sudjana (1989:22) mendefinisikan hasil belajar sebagai

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Menurut Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar,

yakni: a. Keterampilan dan kebiasaan; b. Pengetahuan dan pengertian; c.

Sikap dan cita-cita. Dalam sistem pendidikan nasional, menggunakan hasil

belajar dari Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga

ranah, yakni:

15

1. Ranah Kognitif

2. Ranah Afektif

3. Ranah Psikomotrik

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran

yang berkenaan dengan proses mental (intelektual) yang berawal dari

tingkat paling rendah (pengetahuan) sampai tingkat paling tinggi

(evaluasi). Adapun urutan tingkatan dalam ranah kognitif adalah

sebagai berikut:

1) Tingkat pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan

seseorang dalam menghafal, mengingat kembali,

mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya.

2) Tingkat pemahaman (compeherension) diartikan sebagai

kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan,

menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya

sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.

3) Tingkat penerapan (application), diartikan sebagai

kemampuan seseorang dalam pengetahuan untuk

memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam

kehidupan sehari-hari.

4) Tingkat analisis (analysis), yaitu sebagai kemampuan

seseorang dalam merinci dan membandingkan data yang

16

5) rumit serta mengklasifikasi menjadi beberapa kategori

dengan tujuan agar dapat menghubungkan dengan data-data

yang lain.

6) Tingkat sintesis (synthesis), yaitu kemampuan seseorang

dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan

unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru

yang lebih menyeluruh.

7) Tingkat evaluasi (evaluation), yaitu sebagai kemampuan

seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang

tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimiliki.

6. Aktifitas Belajar

a. Pengertian Aktifitas Belajar

Aktifitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam

interaksi belajar mengajar. Dalam aktifitas belajar ada beberapa prinsip

yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa

modern. Aktifitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi

siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bersentuhan dengan objek yang sedang dipelajari seluas mungkin,

karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi

akan lebih baik. Aktifitas belajar diperlukan aktifitas, sebab pada

prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkat laku, jadi

melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktifitas.

17

Dari uraian diatas dapat diambil pengertian aktifitas belajar adalah

keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam

kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar

dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

7. Ilmu Pengetahuan Sosial

IPS ialah mata pelajaran yang diajarkan di jenjang sekolah dasar

hingga menengah. IPS mengkaji tentang manusia dan segala sesuatu di

sekitarnya. Menurut Kosasih IPS membantu memecahkan permasalahan

antara manusia dan lingkungannya, sehingga manusia memahami

lingkungannya. Menurut Slamet Soewardi, dkk (2008:1) ilmu pengetahuan

sosial adalah program pendidikan yang mengintegrasikan secara

interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Selanjutnya Nasution

mengemukakan IPS adalah suatu program pendidikan yang

mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam

lingkungan sosialnya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa IPS

adalah mata pelajaran yang merupakan kombinasi dari disiplin-disiplin

ilmu seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan

psikologi sosial, dimana pokok bahasannya adalah hubungan manusia dan

fenomena yang terjadi di lingkungannya, baik fisik maupun sosial.

18

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Henny Ambarwati (2012), dalam penelitian yang dilakukan di SMA

Kristen Satya Wacana Salatiga mengkaji tentang pembelajaran Sejarah siswa

kelas X-5 SMA Kristen Satya Wacana. Pembelajaran Sejarah dengan metode

make a match ternyata dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa

sehingga memperoleh nilai rata-rata kelas hasil pretes 67,5 meningkat menjadi

77,5 pada siklus I dan 95,09 pada siklus II. Perubahan perilaku melalui proses

pembelajaran sejarah dengan model make a match, siswa menjadi lebih serius

dan aktif mengikuti proses pembelajaran.

Penulis juga menemukan skripsi online yang berjudul Penerapan Model

Pembelajaran Make a Match untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa

kelas II MI MA’ARIF Sambeng Borobudur Magelang Tahun Pelajaran 2013-

2014 yang ditulis oleh Wiwik Sulisti (Program Studi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta) dari hasil penelitiannya menunjukan proses

pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar yang sangat

baik, pada Pra Siklus nilai rata-rata siswa 57,03 sedangkan pada siklus I

meningkat menjadi 76,56, dan siklus II meningkat menjadi 85,83.

C. KERANGKA BERPIKIR

Gagne (Hamzah, 2008:137) menyebutkan bahwa hasil belajar merupakan

19

kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan

ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan pengajaran tertentu.

Oleh sebab itu, guru harus mampu meningkatkan prestasi belajar siswa,

salah satunya dengan menggunakan metode belajar yang disukai siswa.

Penelitian sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, menyajikan

kerangka berpikir sebagai berikut: Gambar 1

.

20

Siklus I

Guru mengajar dengan

metode Make a Match

KONDISI AWAL Belum menggunakan

Model Make a Match

Hasil Belajar IPS

masih rendah

Tindakan

Kondisi Akhir

Siklus II

Guru mengajar dengan

Make a Match yang sudah

diperbaiki

Siswa lebih aktif, berani

berpendapat, dan

merasa senang sehingga

prestasi belajar di duga

meningkat

Prestasi belajar

meningkat

Prestasi Belajar dengan model

Make a Match Meningkat

D. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui penerapan

model pembelajaran Make a Match diduga hasil dan aktifitas belajar siswa

Kelas VIII D SMP N 2 SURUH pada Semester II Tahun Ajaran 2015/2016

dalam mata pelajaran IPS dapat meningkat.

21