Tugas Antropologi

38
Tugas Antropologi Pembimbing : Bapak Kasim Sembiring., SH., M.Si. “Antropologi Kebudayaan” Kelompok Tutorial : 1. Shinta Novadela Widiyanto (121610101028) 2. Farah Alvira (121610101029) 3. Putri Rahmawati Yusuf (121610101030) 4. Bestarika Yuri Rachmaniar (121610101031) 5. Ika Ayu Fatimah (121610101032) 6. Citra Ayu Mawaddah (121610101033) 7. Cintya Rizki Novianti (121610101034) i

Transcript of Tugas Antropologi

Page 1: Tugas Antropologi

Tugas Antropologi

Pembimbing : Bapak Kasim Sembiring., SH., M.Si.

“Antropologi Kebudayaan”

Kelompok Tutorial :

1. Shinta Novadela Widiyanto (121610101028)

2. Farah Alvira (121610101029)

3. Putri Rahmawati Yusuf (121610101030)

4. Bestarika Yuri Rachmaniar (121610101031)

5. Ika Ayu Fatimah (121610101032)

6. Citra Ayu Mawaddah (121610101033)

7. Cintya Rizki Novianti (121610101034)

8. Balqis Fildzah Badzlina (121610101035)

9. Ilonavia Satiti (121610101036)

10. Dwi Riski Saputra (121610101037)

11. Fadhillah Kurniasari (121610101041)

12. Anggun Octaviearly P. (121610101042)

13. Arum Kartika Dewi (121610101043)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS JEMBER

2012

i

Page 2: Tugas Antropologi

DAFTAR ISI

1. Cover.................…….……………………………....……… i

2. Daftar isi................................................................................. ii

3. Kata Pengantar....…………………………………………... iii

4. Gambar................................................................................... 1

5. Kajian Teori........…………………………………………… 2

6. Penutup......…….…………………………………………… 20

7. Daftar Pustaka…....……………………………………….… 22

ii

Page 3: Tugas Antropologi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya. Penulis

sampaikan terima kasih atas terselesaikannya makalah “Antropologi

Kebudayaan”. Makalah antropologi ini penulis susun guna memenuhi tugas mata

kuliah Antropologi.

Dalam makalah ini penulis menampilkan pengertian dan penjabaran diri

manusia, dengan maksud agar para pembaca dapat memahami dan mengerti arti

dari seorang manusia, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan

masyarakat. Penulis sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu atas terselesaikannya makalah ini. Terutama kepada bapak Kasim

SH.,M.Si atas bimbingan guna terselesaikannya makalah ini. Semoga makalah

antropologi ini dapat bermanfaat bagi semua orang, khususnya kepada pembaca

yang ingin mengenal dirinya sendiri.

Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya

makalah Antropologi ini.

Jember, 7 September 2012

Penyusun

iii

Page 4: Tugas Antropologi

GAMBAR

1

Page 5: Tugas Antropologi

KAJIAN TEORI

Antropologi adalah ilmu yang memahami sifat-sifat semua jenis manusia

baik tingkah laku individu atau tingkah laku kelompok. Tingkah -laku yang

dipelajari disini bukan hanya kegiatan yang bisa diamati dengan mata saja, tetapi

juga apa yang ada dalam pikiran mereka. Pada manusia, tingkah laku ini

tergantung pada proses pembelajaran. Apa yang mereka lakukan adalah hasil dari

proses belajar

Ada 6 pemahaman pokok mengenai budaya yaitu :

1. Definisi deskriptif

Cenderung melihat budaya sebagai totalitas komprehensif yang menyusun

keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan sejumlah ranah (bilang

kajian) yang membentuk budaya.

2. Definis historis

Cenderungmelihat budaya sebagai warisan yang di alih turunkan dari

generasi satu ke generasi berikutnya.

3. Definisi normatif

Bisa mengambil 2 bentuk. Yang pertama, budaya adalah aturan/jalan

hidup yang membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkrit.

Yang kedua, menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku.

4. Definis psikologis

Cenderung memberi tekanan pada peran budaya sebagai piranti

pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi, belajar,

atau memenuhi kebutuhan material maupun emosionalnya.

5. Definisi struktural

Mau menunjuk pada hubungan atau keterkaitan antar aspek-aspek yang

terpisah dari budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah

abstraksi yang berbeda dari perilaku konkrit.

2

Page 6: Tugas Antropologi

6. Definisi genetis

Cenderung melihat budaya lain dan interaksi antar manusia dan tetap bisa

bertahan karena ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Definisi kebudayaan dalam Antropologi menurut Ralph Linton :

“Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan

tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih

tinggi dan lebih diinginkan”.

1. KOGNITIF, AFEKTIF, PSIKOMOTOR

Menurut Taksonomi yang dibuat oleh benjamin s. Bloom tujuan pendidikan

dibagi menjadi tiga yaitu:

- Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan

keterampilan berpikir.

- Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi,

dan cara penyesuaian diri.

- Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku

yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,

mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan

subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku

yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks.

1.1 KOGNITIF

1.1.1 DOMAIN KOGNITIF

Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat

susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris,

3

Page 7: Tugas Antropologi

2006). Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah

pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah

perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976).

Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini

menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu

konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi

setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman,

memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan

informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan,

membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk

kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi

(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para

ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan

pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana

tingkah laku itu terjadi.

Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang

proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang

yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud

adalah:

Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat

kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama,

istilah, ide, rumus-rumus, dsb. Hasil belajar dari

pengetahuan tingkat rendah

Pemahaman (comprehension)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau

memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan

diingat. Hasil belajarnya lebih maju dibandingkan dengan

pengetahuan.

Penerapan (application)

4

Page 8: Tugas Antropologi

Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau

menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-

metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan

sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Hasil

belajarnya lebih tinggi dibanding pemahaman

Analisis (analysis)

Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-

bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan

di antara faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor

lainnya. Hasil belajarnya lebih tinggi dari pemahaman dan

penerapan.

Sintesis (syntesis)

Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-

bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma

menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk

pola baru. Hasil belajarnya menekankan pada perilaku

kreatif

Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

Penilaiann/evaluasi disini merupakan kemampuan

seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu

kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan

pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu

pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau

kriteria yang ada. Hasil belajarnya merupakan tingkatan

kognitif paling tinggi karena berisi unsur dari semua

kategori

1.1.2 TUJUAN

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir

yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu

mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang

5

Page 9: Tugas Antropologi

menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan

beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk

memecahkan masalah tersebut.

1.1.3 CIRI-CIRI RANAH PENILAIAN KOGNITIF

Berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya

kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis,

mensistesis dan kemampuan mengevaluasi.

1.2 AFEKTIF

1.2.1 DOMAIN AFEKTIF

Domain afektif dibagi menjadi empat bagian yakni :

Penerimaan (Receiving/Attending)

Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di

lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa

mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan

mengarahkannya. Hasil belajarnya adalah kemampuan untuk

membedakan atau menerima perbedaan.

Tanggapan (Responding)

Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di

lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan

kepuasan dalam memberikan tanggapan. Hasil belajarnya

berupa suatu komitmen untuk berperan serta berdasarkan

penerimaan

Penghargaan (Valuing)

Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada

suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar

pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang

diekspresikan ke dalam tingkah laku. Hasil belajarnya

keinginan untuk diterima,diperhatikan dan dinilai orang lain

Pengorganisasian (Organization)

Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik

di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang

konsisten. Hasil belajarnya kemampuan mengatur dan

6

Page 10: Tugas Antropologi

mengelola sesuatu secara harmonis dan konsisten

berdasarkan pemilikan filosofi yang dihayati.

Bermuatan Nilai (Characterisation by Value)

Merupakan tindakan puncak dalam perwujudan perilaku

seseorang yang secara sejalan dengan nilai atau seperangkat

nilai nilai yang dihayati secara mendalam. Hasil belajarnya

merupakan perilaku seimbang harmonis dan bertanggung

jawab dengan standar nilai yang tinggi.

1.2.2 CIRI-CIRI

- perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang

- perilaku harus tipikal perilaku seseorang. (Andersen, 1981:4)

1.3 PSIKOMOTOR

1.3.1 DOMAIN PSIKOMOTOR

Adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik.

Menurut Dave (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi

lima kategori yaitu:

Gerakan refleks

Merupakan tindakan yang ditunjukan tanoa belajar dalam

menanggapi stimulus.

Gerakan Dasar

Merupakan pola yang diwarisi yang terbentuk berdasarkan

campuran gerakan refleks dan gerakan yang lebih komplek

Gerakan Tanggap (perceptual)

Penafsiran terhadap segala rangsangan yang membuat

seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Hasil belajarnya berupa kewaspadaan berdasarkan

perhitungan dan kecermatan.

7

Page 11: Tugas Antropologi

Kegiatan fisik

Merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan

otot,kekuatan mental,ketahanan,kecerdasan,kegesitan,dan

kekuatan suara.

Komunikasi tidak berwacana

Merupakan kominikasi melalui gerakan tubuh. Gerakan

tubuh merentang dari ekspresi mimik muka,sampai

gerakan koreografi yang rumit.

Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi

hasil belajar apabila peserta didik telah menunjukkan

perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang

terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan

materi kedisiplinan menurut agama Islam sebagaimana

telah dikemukakan pada pembiraan terdahulu, maka wujud

nyata dari hasil psikomotor yang  merupakan kelanjutan

dari hasil belajar kognitif afektif itu adalah:

1. Peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama

Islam tentang contoh-contoh kedisiplinan yang telah

ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para

ulama dan lain-lain; 

2. Peseta didik mencari dan membaca buku-buku,

majalah-majalah atau brosur-brosur, surat kabar dan

lain-lain yang membahas tentang kedisiplinan; 

3. Peserta didik dapat memberikan penejelasan kepada

teman-teman sekelasnya di sekolah, atau kepada adik-

adiknya di rumah atau kepada anggota masyarakat

lainnya, tentang kedisiplinan diterapkan, baik di

8

Page 12: Tugas Antropologi

sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah

kehidupan masyarakat; 

4. Peserta didik menganjurkan kepada teman-teman

sekolah atau adik-adiknya, agar berlaku disiplin baik

di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah

kehidupan masyarakat; 

5. Peserta didik dapat memberikan contoh-contoh

kedisiplinan di sekolah, seperti datang ke sekolah

sebelum pelajaran di mulai, tertib dalam mengenakan

seragam sekolah, tertib dan tenag dalam mengikuti

pelajaran, di siplin dalam mengikuti tata tertib yang

telah ditentukan oleh sekolah, dan lain-lain; 

6. Peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan

di rumah, seperti disiplin dalam belajar, disiplin

dalam mennjalannkan ibadah shalat, ibadah puasa, di

siplin dalam menjaga kebersihan rumah, pekarangan,

saluran air, dan lain-lain; 

7. Peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan

di tengah-tengah kehidupan masyarakat, seperti

menaati rambu-rambu lalu lintas, tidak kebut-kebutan,

dengan suka rela mau antri waktu membeli karcis, dan

lain-lain, dan Peserta didik mengamalkan dengan

konsekuen kedisiplinan dalam belajar, kedisiplinan

dalam beribadah, kedisiplinan dalam menaati

peraturan lalu lintas, dan sebagainya.

2. IQ, ES, & SQ

Kecerdasan yang dimiliki manusia merupakan sejumlah potensi insani yang

bisa membawa kita pada puncak keberhasilan. hingga saat ini kecerdasan yang

9

Page 13: Tugas Antropologi

masih dianggap berpengaruh penting dalam keberhasilan berupa Intellegent

Quotient, Emotional Quotient dan Spiritual Quotient, atau kecerdasan otak,

kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual.Antara kecerdasan emosi (EQ),

kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan intelektual (IQ) sangat berkaitan erat

satu dengan yang lain.

IQ, EQ, SQ dan ESQ adalah penggambaran dari potensi manusia sebagai

makhluk paling cerdas dan kompleks di muka bumi. Pembagian ini mewakilkan

dari banyak potensi kecerdasan manusia yang didefinisikan secara umum.

2.1 INTELLIGENCE QUOTIENT

2.1.1 PENGERTIAN IQ

Menurut buku Mengatasi Kesulitan Kesulitan dalam Pendidikan

Anak oleh Oleh Suhartin IQ adalah umur kecerdasan dibagi umur

tahun dikalikan seratus. Menurut Pelatihan Nasional Guru Se-

Indonesia Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ

merupakanistilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang

pertama kalidiperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari

Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari

Universitas Stanford berusaha membakukantest IQ yang

dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma

populasi,sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test

Stanford-Binet. Padamasanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan

kecerdasan tunggal dari setiapindividu yang pada dasarnya hanya

bertautan dengan aspek kognitif dari setiapmasing-masing individu

tersebut. Kecerdasan intelektual (IQ) diyakini menjadi sebuah

ukuran standar kecerdasan selama bertahun-tahun

2.1.2 MENGOPTIMALISASIKAN IQ

Selain dengan asupan gizi yang cukup dan seimbang ke dalam

tubuh, untukmengoptimalisasikan kecerdasan intelektual atau IQ

10

Page 14: Tugas Antropologi

dapat diupayakan dengan melatih 7 kemampuan primer dari

inteligensi umum, yaitu :

a. Pemahaman verbal,

b. Kefasihan menggunakan kata-kata,

c. Kemampuan bilangan,

d. Kemampuan ruang,

e. Kemampuan mengingat,

f. Kecepatan pengamatan,

g. Kemampuan penalaran

2.2 EMOTIONAL QUOTIENT

2.2.1 PENGERTIAN EQ (EMOTIONAL QUOTIENT)

Emotional (emosi) adalah letupan perasaan seseorang.

Sedangkan untuk pengertian secara umum dari Emotional Quotient

adalah kecerdasan emosi. Kecerdasan emosional atau EQ bukan

didasarkan pada kepintaran seseorang melainkan pada sesuatu yang

dahulu disebut karakteristik pribadi. Beberapa ahli juga mengatakan

bahwa pengertian dari EQ adalah :

a. Menurut DANIEL GOLEMAN , EQ adalah Kemampuan

untuk mengenali perasaan sendiri, perasaan orang lain,

memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dengan baik dan

berhubungan dengan orang lain.

b. Menuru PETER SALOVELY & JOHN MAYER , EQ adalah

Kemampuan mengerti dan mengendalikan emosi.

c. Menurut SEAGEL , EQ adalah Bertanggung jawab atas harga

diri, kesadaran diri, kepekaan sosial dan adaptasi sosial.

d. Menurut RAUVEN BARON , menyatakan bahwa kecerdasan

emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan

kecakapan nonkognitif yang mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan

lingkungan. 

11

Page 15: Tugas Antropologi

e. Menurut MAYER, SALOVEY DAN DAVID CARUSA , EQ

adalah Kemampuan untuk memproses informasi emosional,

yang secara khusus melibatkan persepsi, perpaduan,

pengertian, dan mengolah emosi”. (Mayer and Cobb,2000).

Dalam pengertian ini mengandung empat cabang dari

kemampuan mental, yakni:

- identifikasi emosional, persepsi, dan ekspresi

(kemampuan mengenali emosi wajah/mimik muka, musik

dan ceritera-ceritera)

- fasilitas/kemudahan pemikiran emosional (kemampuan

yang menghubungkan emosi dengan sensasi mental lain

seperti rasa dan warna) dan penggunaan emosi dalam

pemikiran dan pemecahan masalah (memadukan emosi

dalam berfikir),

- pemahaman emosi (melibatkan pemecahan masalah-

masalah emosi seperti mengetahui emosi yang sama atau

kebalikannya dan hubungan yang ada di dalamnya, (4)

pengolahan emosi (implikasi aksi sosial dalam emosi dan

aturan dari emosi itu sendiri).

2.2.2 MENINGKATKAN EQ

EQ memiliki beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebagai

langkah awal guna meningkatkan kecerdasan emosi. Para ahli

mengungkapkan aspek-aspek yang termasuk dalam kemampuan diri

untuk meningkatkan kecerdasan emosi. Menurut SALOVELY &

GOLEMAN , aspek-aspek tersebut adalah :

- Kemampuan mengenal diri (kesadarandiri).

- Kemampuan mengelola emosi (penguasaandiri).

- Kemampuanmemotivasidiri.

- Kemampuanmengendalikanemosi orang lain.

- Kemampuanberhubungandengan orang lain (empati).

12

Page 16: Tugas Antropologi

Yang kemudian di dukung oleh PETER dan menambahkan

1buah aspek untuk meningkatkan kecerdasan emosi yaitu

Ketrampilan Sosial. Dalam buku “The Emotionally Intelligent

Workplace” karya GOLEMAN bahwa perilaku EQ tidak bisa hanya

dilihat dari sisi setiap kompetensi EQ melainkan harus dari satu

dimensi atau setiap clusternya. Dikatan pula bahwa ada kaitan antara

dimensi EQ yang satu dengan lainnya. Jadi tidak mungkin memilik

ketrampilan sosial tanpa memiliki kesadaran diri, pengaturan diri

maupun kesadaran sosial.

2.2.3 MENINGKATKAN KETRAMPILAN SOSIAL

Menurut Dr. Patricia Patton , membangun benteng untuk

mencapai keterampilan Emosional sangatlah penting. Cara-cara

untuk meningkatkan khususnya ketrampilan sosial yaitu :

1. Paham pentingnya peran emosi dan pemahaman yang

memungkinkan anda merasakan perbedaan besar dalam

bagaimana kita mengendalikan emosi.

2. Mengekspresikan kenyataan bahwa tidak seorang pun

memiliki perasaan yang sama tentang persoalan yang

serupa.

3. Mengekang emosi adalah tindakan yang tidak sehat yang

dapat mengarahkan kita kepada hal-hal yang negative.

4. Mempertajam intuisi pemecahan masalah.

5. Mengetahui keterbatasan diri sendiri.

6. Memungkinkan orang lain menjadi diri sendiri.

7. Mengetahui diri sendiri dan menghargai potensi yang kita

miliki.

8. Mengetahui pentingnya kasih sayang, perhatian, dan

berbagi bersama.

2.2.4 Kriteria EQ

Menurut MAYER , kriteria EQ adalah :

13

Page 17: Tugas Antropologi

Empati

Mengungkapkan dan memahami perasaan

Mengendalikan amarah

Kemandirian

Kemampuan menyesuaikan diri

Disukai

Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi

Ketekunan

Kesetia kawanan

Keramahan

Sikap hormat

2.3 SPIRITUAL QUOTIENT

2.3.1 PENGERTIAN SQ

SQ adalah kemampuan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai

perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan

dalam melihat makna yang ada dibalik kenyataan.

2.3.2 INDIKASI SQ

Indikasi untuk spiritual quontient menurut Danah Zohar & Ian

Marshal meliputi :

a. Kemampuan untuk menghayati nilai dan makna

b. Memiliki kesadaran diri

c. Fleksibel dan adaptif

d. Cenderung untuk memandang sesuatu secara holistic

e. Cenderung untuk mencari jawaban-jawaban fundamental

atas situasi-situasi hidupnya

Spiritual adalah inti dari pusat diri sendiri. Kecerdasan spiritual

adalah sumber yang ilhami, menyemangati dan mengikat diri

14

Page 18: Tugas Antropologi

seseorang kepada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu (Agus N.

Germanto, 2001)

2.3.3 CIRI – CIRI SQ TINGGI

a. Memiliki prinsip dan visi yang kuat.

b. Mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman.

c. Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan

penderitaan.

d. Mampu memaknai setiap sisi kehidupan.

e. Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan

penderitaan.

2.3.4 3 PRINSIP UTAMA BAGI ORANG YANG

SPIRITUALNYA TINGGI :

Prinsip kebenaran.

Prinsip Keadilan.

Prinsip Kebaikan.

Suatu ungkapan seorang pakar :

“NO RELIGION WITHOUT MORAL, NOMORAL

WITHOUT LAW”

Oleh karena itu SDM sebagai pelaksana suatu profesi

haruslah yang beraga dalam arti beriman dan bertakwa,

bermoral dalam arti taat pada hukum.

2.4 FUNGSI IQ, EQ DAN SQ

- Fungsi IQ

IQ adalah "What I think think" (apa yang saya pikirkan)

untuk mengelola kekayaan fisik atau materi (Physical

Capital);

- Fungsi EQ

EQ adalah"What I feel feel" (apa yang saya rasakan) untuk

mengelola kekayaan social (Social Capital)

15

Page 19: Tugas Antropologi

- Fungsi SQ

SQ adalah "Who am I I“ (siapa saya) untuk mengelola

kekayaan spiritual (Spiritual Capital)

2.5 PENERAPAN IQ-EQ-SQ DALAM KEHIDUPAN

IQ, EQ, dan SQ bisa digunakan dalam mengambil keputusan tentang

hidup kita. Seperti yang kita alami setiap hari, keputusan yang kita buat,

berasal dari proses :

1. merumuskan keputusan,

2. menjalankan keputusan atau eksekusi,

3. menyikapi hasil pelaksanaan keputusan.

16

Page 20: Tugas Antropologi

3. CIPTA, RASA, KARSACipta berarti keinginan menciptakan sesuatu (tahap awal berada dalam

pikiran). Dibutuhkan kekuatan visualisasi atau daya cipta terhadap keinginan itu.

Tahap berikutnya adalah rasa atau merasakan sesuatu yang tercipta dalam pikiran.

Sesuatu yang kita ciptakan dalam pikiran seolah-olah sudah maujud dan kita dapat

merasakan kehadirannya.

Setelah sesuatu tercipta dalam pikiran yang disusul dengan merasakan

hasil ciptaannya, maka timbullah keinginan apa yang disebut dalam bahasa jawa

yaitu , Karsa. Karsa adalah berupaya mewujudkan keinginan tersebut secara

nyata, sehingga dapat dilihat, disentuh dan dimanfaatkan (berdaya guna). Inilah

kekuatan yang menggerakkan segala Cipta dan Rasa itu menjadi terlaksana.

Secara Fisik, kita bisa menempatkan unsur-unsur tersebut dalam tubuh

manusia. Untuk Cipta berada di Kepala manusia, Rasa di Dada Manusia, dan

Karsa terletak di perut manusia. Makanya tidak heran Hati biasa dikatakan di

dada, karena Rasa merupakan manifestasi dari Hati.

Bagi orang-orang yang telah mengenal diri pribadinya, seharusnya sudah

bisa mengatur Tridaya ini sehingga menjadi suatu kekuatan yang

manunggal/menyatu. Dalam bukunya Karya Agung, Ki Ageng Nitiprana

menjelaskan bahwa sangat sulit untuk menentukan dari ketiga daya ini yang

bergerak lebih dahulu. Memang ada kalanya Cipta, adakalanya Rasa, tapi ada

kalanya juga Karsa/tekad yang menggerakkan kekuatan-kekuatan yang

menimbulkan pekerti dalam diri kita.

Sebagai contoh ada seseorang bernama si fulan yang sudah mengenal diri

pribadinya,mencoba mendapatkan apa yang ia cita-citakan. Ia mencita-citakan

ingin mendirikan sebuah penerbitan. Si fulan yang saat itu tidak mengetahui sama

sekali tentang penerbitan kemudian menggunakan Ciptanya. Ia mulai

menggambarkan dalam batinnya sebuah buku yang bisa ia cetak dan terbitkan

sendiri, ia menggambar detail dari proses membuat buku tersebut. Tetapi karena

tidak didukung dua kekuatan tridaya yang lainnya maka cita-citanya tersebut agak

tersendat. Kemudian ia memperbaiki caranya. Pada saat menggambar kembali

terhadap cita-citanya tersebut, ia mengikutsertakan kekuatan Karsa/kehendak

17

Page 21: Tugas Antropologi

yang menggebu-gebu, sehingga muncullah perasaan yang menyelimutinya atas

cita-cita itu. Jadi setelah Tridaya itu menyatu, antara gambar yang ia buat,

kemudian tekad yang membaja, serta persaan yang membuat yakin atas cita-

citanya maka seketika itu pintu terbuka dan dihadapan terbuka jalan untuk

mewujudkan cita-citanya, seakan dimudahkan proses terwujudnya mendirikan

penerbitan, ia melaluinya dengan mudah. Sehingga cita-citanya terwujud dan

menjadi kenyataan.

Jadi setiap orang dan setiap kasus berbeda-beda dalam menggunakan

Tridaya ini. Hampir setiap hari, setiap detik kita menggunakan kekuatan tridaya,

tapi sayangnya kita tidak pernah memperhatikan prosesnya dan menyadarinya.

Apabila kita mampu mengelolanya dengan baik sehingga mampu

memanunggalkan tridaya tersebut, maka tidak ada yang tidak mungkin dalam

hidup ini. Bila sempurna Gambarnya (Cipta), Sempurna Rasanya (Rasa) dan

Sempurna tekadnya (karsa) maka akan terwujudlah apa yang dicita-citakan.

3.1 CARA MENERAPKAN CIPTA, RASA, DAN KARSA

3.1.1 CIPTA

Proses penerapan cipta ini menggunakan kekuatan pikiran dan

imajinasi. Pada saat berdoa atau memohon kepada Tuhan, maka kita

harus mengetahui apa yang kita minta atau mohonkan itu. Sehingga

kita harus memahami arti dan makna dari doa-doa yang kita

panjatkan. Agar daya cipta terhadap apa yang kita inginkan menjadi

jelas, tulislah apa yang diinginkan tersebut dengan jelas. Kemudian

lakukanlah visualisasi terhadap keinginan itu. Untuk mempermudah

visualisasi, gunakanlah gambar atau foto. Katakanlah kita

menginginkan rumah, maka ambillah gambar rumah, lalu letakkan di

manapun kita dapat melihatnya setiap saat. Gambar tersebut akan

membantu kekuatan daya cipta terhadap apa saja yang kita inginkan.

Visualisasi adalah salah satu daya cipta yang sangat kuat dalam

benak kita. Ketika memvisualisasikan sesuatu, seolah-olah kita

sedang membentuknya.

18

Page 22: Tugas Antropologi

3.1.2 RASA

Cara menerapkannya menggunakan kekuatan perasaan batin

atau emosi jiwa. Setelah kita menggunakan daya cipta terhadap

keinginan, maka dilanjutkan dengan merasakan dalam batin bahwa

keinginan tersebut telah hadir dan dirasakan. Inilah sebenarnya yang

dimaksud agar dalam berdoa harus dilakukan dengan sungguh-

sungguh dan yakin doanya pasti dikabulkan.

3.1.3 KARSA

Karsa bermakna keinginan atau kemauan yang kuat. Apabila

dalam tahap cipta dan rasa, keinginan-keinginan itu masih tak kasat

mata, maka dalam tahap selanjutnya keinginan itu harus diupayakan

maujud sehingga dapat dilihat, disentuh dan dimanfaatkan sesuai

kebutuhan. Karsa berarti kekuatan untuk mewujudkan keinginan

tersebut menjadi nyata.

19

Page 23: Tugas Antropologi

PENUTUP

Simpulan

Di dalam diri manusia terdapat kecerdasan dasar yang berupa IQ, EQ, dan

SQ, yang ketiganya saling berkaitan dan mempengaruhi. Dari potensi tersebut

terciptalah kognitif, afektif, dan psikomotor yang merupakan perwujudan dari IQ,

EQ, dan SQ. Keseluruhan potensi tersebut dapat menghasilkan cipta, rasa dan

karsa, sehingga tercipta sebuah budaya. Dari banyak budaya itu, maka

terbentuklah sebuah kebudayaan.

20

Page 24: Tugas Antropologi

Kata Penutup

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunian-Nya, atas terselesaikannya makalah ini.

Kami sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan

bantuan, baik berupa materi, tenaga, pikiran maupunnasehat.

Demi sempurnanya makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca. Akhirnya penu sampaikan terimakasih, semoga bermanfaat.

Jember, 7 September 2012

Kelompok 3

21

Page 25: Tugas Antropologi

DAFTAR PUSTAKA

http: repisitory.upi.edu/op.com jurnal tentang kecerdasan kognitif pada anakdictionary of psicology karya drever (kuper dan kuper) desmita. 2009 psikologi perkembangan peserta didik. Bandung : pt remaja holil, a.2008. teory perkembangan kognitif piaget.

Mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pendidikan anak oleh suhartin halaman 23 tahun 1999. Menurut pelatihan nasional guru 2008 oleh ifa hanifah misbach.

http://phaysybbil . Files.wordpress.com/2010/05/bab-4-kecerdasan-iq-eq-sq.ppt

http://smkbp.files.wordpress.com/2008/09/iq-eq-sq.doc http:otakkacau.net/2011/07/20/pengertian-potensi-diri-iq-eq-sq/ quantum- ma’”rifat.blogspot.com-TRYDAYA (CIPTA, RASA, KARSA)-

masrid rani wijaya kusuma manajement harmoni.com-CIPTA RASA, dan KARSA-erwin susetyagus7.wordpress.com-mengungkap rahasiakekuatan cipta rasa karsa- agus siswanto.

22