Sosiologi Antropologi
description
Transcript of Sosiologi Antropologi
SOSIOLOGI ANTROPOLOGI GIZI( MATERI PERTEMUAN 7 )
Materi Silabus Pertemuan 7Untuk Memenuhi Salah Satu Standar Kompetensi Lulusan
Mata Kuliah Sosiologi Antropologi GiziDiploma IV
Oleh :
NURHAYATI
P07131214107
POLI TEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN GIZI
Maret 2015
MATERI
1. Teknologi & Kebiasaan Makan2. Pengolahan & Penyimpanan Pangan3. Teknologi & Perilaku Makan
1. Teknologi &Kebiasaan Makan
Kebiasan Makan
Pada umumnya penduduk Indonesia yang sebagian besar terdiri atas petani masih
mengandalkan sebagian besar konsumsi makanannya pada makanan pokok. Makanan pokok
yang digunakan adalah beras, jagung, dan umbi-umbian ( terutama singkong dan ubi jalar ).
Penggunaan makanan pokok didasarkan atas ketersediaannya di daerah bersangkutan yang pada
umumnya berasal dari hasil usaha tani keluarga dan kemudian berkembang menjadi pola makan
di daerah tersebut. Jenis bahan makanan pokok yang ditanam di suatu daerah banyak bergantung
dari iklim dan keadaan tanah (Almatsier, 2002)
Menurut Khumaidi (1989) kebiasaan ( habit ) adalah pola prilaku yang diperoleh dari
pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaaan makan adalah berupa apa,, oleh siapa,
untuk siapa, kapan, dan bagaimana makanan siap diatas meja untuk disantap. Oleh karena itu
kebiasaan makan dapat dipelajari dan diukur menurut prinsip-prinsip ilmu gizi melalui
pendidikan, latihan dan penyuluhan sejak manusia mulai mengenal makanan untuk kelangsungan
hidupnya. Dalam program-program perbaikan gizi harus dapat dicarikan upaya agar kebiasaan
makan yang baik dapat dapat dilestarikan dan kebiasaan makan yang jelek dapat diganti dengan
ide-ide baru untuk menunjang tercapainya kecukupan gizi.
Kebiasaan makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang memilih pangan dan
memakannya sebagai reaksi terhadap pengaruh–pengaruh fisiologik, psikologi, budaya dan
sosial. (Suhardjo, dkk,1989). Menurut Soedikarjati, kebiasaan makan adalah berhubungan
dengan tindakan untuk mengkonsumsi pangan, bilamana dan berapa banyaknya dengan
mempertimbangkan dasar yang lebih terbuka dalam hubungannya dengan apa yang orang biasa
makan juga berkaitan dengan kemungkinan kondisi perubahan kebiasaan pola makan yang
timbul dari dalam dan luar dirinya. Faktor-faktor Kebiasaan makan yang akan diukur meliputi
konsumsi pangan, frekuensi makan, preferensi pangan, ideologi pangan dan sosial budaya
pangan.
Pola makan suatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa
faktor ataupun kondisi setempat, yang dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu pertama adalah
faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan pangan. Kedua, adalah
faktor-faktor dan adat kebiasaan yang berhubungan dengan konsumen. Ketiga, hal yang dapat
berpengaruh disini adalah bantuan atau subsidi terhadap bahan tertentu. Selain itu, pola makan
setempat juga dapat diperkaya dengan pengaruh budaya asing yang datang dari India, Arab,
Cina, dan Eropa (Santoso dan Ranti, 2009).
Kebiasaan makan sehat merupakan cara yang paling baik dalam memelihara
kesehatan, kebiasaan makan yang teratur meliput mulai sarapan pagi, makan siang, dan makan
malam dapat membawa masukan sebagai zat gizi untuk jangka waktu yang relative lama
(Moehji, 2003).
Perkembangan teknologi diantaranya teknologi pengolahan dan teknologi
informasi telah mengakibatkan perubahan pola makan, terutama di negara maju dan masyarakat
kota besar di negara berkembang. Mereka mulai menyadari pentingnya makanan sehat, aman,
bergizi dan halal. Pakar Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya,
Prof. Ir. Hari Purnomo, MSc, PhD mengemukakan hal ini saat dirinya menjadi pembicara pada
seminar Keamanan Pangan. Kegiatan yang diselenggarakan berbarengan dengan Kongres Ikatan
Mahasiswa Teknologi Pertanian Indonesia (IMTPI) ini dipusatkan di kampus Universitas
Tribuana Tungga Dewi Malang, Selasa (27/7). Lebih jauh ia mengungkapkan, Trend perubahan
pola makan ini berpengaruh pula pada teknologi pengolahan makanan di negara berkembang.
"Produsen termasuk Usaha Kecil Menengah (UKM) akhirnya berlomba-lomba untuk memenuhi
harapan konsumen", terangnya kepada PRASETYA Online.
Dengan jumlah penduduk mencapai 230 juta jiwa, maka Indonesia merupakan
market besar berbagai produk makanan tersebut. "Konsumen kelas menengah keatas umumnya
memiliki pilihan, diantaranya membeli produk impor yang aturan keamanan pangannya sangat
ketat", kata dia. Celakanya, bagi kalangan menengah kebawah yang daya belinya terbatas, tidak
memiliki kesempatan untuk memilih sama sekali. Sehingga menurut Prof. Hari, mereka
dihadapkan pada produk makanan murah meriah yang banyak mengandung bahan kimia sintetis.
Untuk menimbulkan rasa gurih misalnya, produsen menggunakan Mono Sodium Glutamat
(MSG) dengan dosis berlebihan. "Padahal penggunaan MSG yang berlebihan dapat
mengakibatkan Chinese Syndrome dengan beberapa gejala seperti kaku pada leher dan bahu",
terangnya. Contoh lainnya adalah penggunaan sakarin dan aspartame pada hampir semua
permen yang beredar di Indonesia. Walaupun menurutnya, bahaya aspartame masih dalam
perdebatan para ahli, namun pihaknya menyarankan untuk menghindarinya.
Maraknya pemanfaatan bahan kimia, menjadi hal yang sangat dimaklumi di
Indonesia sehingga Prof. Hari pun menyebut "tiada hari tanpa bahan kimia di Indonesia".
Pemanfaatan bahan kimia ini pun, menurutnya tidak menyisakan keuntungan sama sekali bagi
konsumen terutama yang berdaya beli rendah. "Mereka biasanya menggunakan bahan kimia
yang tidak diijinkan seperti boraks, pewarna tekstil serta formalin (pengawet mayat). Jika bahan
kimia tersebut diijinkan, pemakaiannya pun dengan dosis berlebihan", kata dia. Terhadap
konsumen pangan, Prof. Hari membagi menjadi tiga golongan yakni masyarakat pedesaan,
masyarakat urban dan masyarakat modern. "Rantai penyediaan makanan masyarakat perdesaan
umumnya sangat pendek sehingga pemakaian bahan kimia sangat jarang. Mereka biasanya
memasak makanan yang diambil langsung dari kebun", terangnya. Golongan masyarakat ini
memiliki resiko kecil terhadap bahan kimia berbahaya. Yang mulai celaka adalah masyarakat
urban yang memang tidak memiliki waktu untuk memasak, sehingga selalu beli makanan jadi.
"Apalagi konsumen yang berdaya beli rendah, mereka akan mencari makanan yang rentan bahan
kimia sintetis berbahaya", katanya. Untuk kalangan masyarakat modern, Prof. Hari menilai
mereka sebagai kaum berpendidikan dengan daya beli tinggi sehingga telah memiliki kesadaran
untuk mengakses makanan sehat dan bergizi tinggi.
Di kalangan masyarakat luas di Indonesia, kesadaran ini menurutnya terjadi secara
gethok tular, dari mulut ke mulut. Karena itu pihaknya sangat menghimbau agar pemerintah
melalui institusi terkait melakukan sosialisasi keamanan pangan. Hal lainnya yang juga ia
tekankan adalah akses teknologi tepat guna bagi UKM hingga mereka mampu memperhatikan
cara dan tahapan pengolahan yang baik dan benar.
Tingkat Konsumsi
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik
atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara
efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh
memperoleh zat gizi dalam jumlah berlebih, sehingga menimbulkan efek toksik atau
membehayakan. Baik pada status gizi kurang maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi.
Gangguan gizi disebabkan oleh factor primer atau sekunder. Factor primer adalah apabila
susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan oleh
kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan,
kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang
menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi (Almatsier,
2005).
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi, yang ditentukan oleh
kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang
diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain.
Kuantitas menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Jika
susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya,
maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya (Sediaoetama, 2000).
Tingkat kesehatan gizi sesuai dengan tingkat konsumsi yang menyebabkan
tercapainya kesehatan tersebut. Tingkat kesehatan gizi terbaik ialah gizi optimum ( eunutritional
state ). Dalam kondisi ini jaringan jenuh oleh semua zat gizi tersebut. Tubuh terbebas dari dari
penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya. Tubuh juga mempunyai
daya tahan yang setinggi-tingginya (Soediaotema, 2000).
Metode pengukuran tingkat konsumsi makanan yang digunakan dengan metode
recall 24 jam, yang dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Untuk klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi
empat dengan cut of points masing-masing sebagai berikut :
Baik : ≥ 100% AKG
Sedang : 80 – 99 % AKG
Kurang : 70 -80 % AKG
Defisit : < 70 % AKG
(Supriasa, 2002).
Konsumsi yang menghasilkan kesehatan gizi yang sebaik-baiknya disebut
konsumsi adekuat. Kalau konsumsi baik kualitasnya dan dalam jumlah melebihi kebutuhan
tubuh, dinamakan konsumsi berlebih, maka akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. Sebaliknya,
konsumsi yang kurang baik kualitas maupun kuantitasnya tidak cukup akan memberikan kondisi
kesehatan gizi kurang atau kondisi defisiensi (Sediaoetama, 2000).
2. Pengolahan & Penyimpanan Pangan
Pengolahan makanan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk
mengubah bahan mentah menjadi makanan atau mengubah makanan menjadi bentuk lain
untuk konsumsi oleh manusia atau hewan di rumah atau oleh industri pengolahan makanan.
Pengolahan makanan membutuhkan ladang bersih dan telah panen atau produk hewan yang
disembelih dan penjual daging danmenggunakannya untuk memproduksi produk makanan
menarik, dapat dipasarkan dan tahan lama. Proses yang sama digunakan untuk membuat pakan
hewan. Contoh ekstrem pengolahan makanan meliputi penyiapan ikan fugu mati atau konsumsi
dibawah gravitasi nol.
Pengolahan makanan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk
mengubahbahanba mentah menjadi makanan atau mengubah makanan menjadi bentuk lain untuk
konsumsi oleh manusia atau oleh industri pengolahan makanan (Winarno,1993). Pengolahan
makanan membutuhkan ladang bersih dan telah panen atau produk hewan yang disembelih dan
penjual daging danmenggunakannya untuk memproduksi produk makanan menarik, dapat
dipasarkan dan tahan lama. Proses yang sama digunakan untuk membuat pakan hewan.
Mekanisme pengolahan bahan makanan:
1. Persiapan Bahan Makanan
Persiapan bahan makanan yaitu menyiapkan semua bahan makanan yang diperlukan sebelum
dilakukan pengolahan, proses persiapan bahan makanan yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu suatu kegiatan yang spesifik dalam rangka mempersiapkan bahan makanan dan bumbu -
bumbu sebelum dilakukan kegiatan pemasakan.
2. Pengolahan Bahan Makanan
Pengolahan bahan makanan merupakan suatu rangkaian/kegiatan mengubah (memasak)
bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan.Proses pengolahan bahan makanan
dilakukan oleh juru masak mulai dari membersihkan bahan makanan seperti mencuci,
memotong, sampai pada proses memasak.
3. Distribusi dan Penyajian Makanan
Proses pendistribusian dan penyajian makanan dilakukan setelah semua proses dalam
pengolahan selesai, dan makanan pun siap disajikan.
Prinsip Penyimpanan Makanan
Penyimpanan bahan makanan merupakan satu dari 6 prinsip higiene dan sanitasi
makanan. Penyimpanan bahan makanan yang tidak baik, terutama dalam jumlah yang banyak
(untuk katering dan jasa boga) dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan tersebut. Adapun
tata cara penyimpanan bahan makanan yang baik menurut higiene dan sanitasi makanan adalah
sebagai berikut:
I. Suhu penyimpanan yang baik
Setiap bahan makanan mempunyai spesifikasi dalam penyimpanan tergantung kepada
besar dan banyaknya makanan dan tempat penyimpanannya. Sebagian besar dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya
Menyimpan sampai 3 hari : -50 sampai 00 C
Penyimpanan untuk 1 minggu : -190 sampai -50 C
Penyimpanan lebih dari 1minggu : dibawah -100 C
2. Makanan jenis telor, susu dan olahannya
Penyimpanan sampai 3 hari : -50 sampai 70 C
Penyimpanan untuk 1 minggu : dibawah -50 C
Penyimpanan paling lama untuk 1 minggu : dibawah -50 C
3. Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling lama 1 minggu yaitu 70
sampai 100 C
4. Tepung, biji-bijian dan umbi kering pada suhu kamar (250C).
II. Tata cara Penyimpanan
1. Peralatan penyimpanan
a. Penyimpanan suhu rendah dapat berupa:
Lemari pendingin yang mampu mencapai suhu 100 – 150 C untu penyimpanan sayuran, minuman
dan buah serta untuk display penjualan makanan da minuman dingin.
Lemari es (kulkas) yang mampu mencapai suhu 10 - 40 C dalam keadaanisi bisa digunakan untuk
minuma, makanan siap santap dan telor.
Lemari es (Freezer) yang dapat mencapai suhu -50 C, dapat digunakan untuk penyimpanan
daging, unggas, ikan, dengan waktu tidak lebih dari 3 hari.
Kamar beku yang merupakan ruangan khusus untuk menyimpan makanan beku (frozen food)
dengan suhu mencapai -200 C untuk menyimpan daging dan makanan beku dalam jangka waktu
lama.
b. Penyimpanan suhu kamar
Untuk makanan kering dan makanan terolahan yang disimpan dalam suhu kamar, maka
rangka penyimpanan harus diatur sebagai berikut:
Makanan diletakkan dalam rak-rak yang tidak menempel pada dinding, lantai dan langit-langit,
maksudnya adalah:
o untuk sirkulasi udara agar udara segar dapat segera masuk keseluruh ruangan
o mencegah kemungkinan jamahan dan tempat persembunyian tikus
o untuk memudahkan pembersihan lantai
o untuk mempermudah dilakukan stok opname
Setiap makanan ditempatkan dalam kelompoknya dan tidak bercampur baur
Untuk bahan yang mudah tercecer seperti gula pasir, tepung, ditempatkan dalam wadah
penampungan sehigga tidak mengotori lantai
III. Cara penyimpanan
1. Setiap bahan makanan yan disimpan diatur ketebalannya, maksudnya agar suhu dapat merata
keselutuh bagian
2. Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya, dalam wadah (container)
masing-masing. Wadah dapat berupa bak, kantong plastik atau lemari yang berbeda.
3. Makanan disimpan didalam ruangan penyimpanan sedemikian hingga terjadi sirkulasi udara
dengan baik agar suhu merata keseluruh bagian. Pengisian lemari yang terlalu padat akan
mengurangi manfaat penyimpanan karena suhunya tidak sesuai dengan kebutuhan.
4. Penyimpanan didalam lemari es:
Bahan mentah harus terpisah dari makanan siap santap
Makanan yang berbau tajam harus ditutup dalam kantong plastik yang rapat dan dipisahkan dari
makanan lain, kalau mungin dalam lemari yang berbeda, kalau tidak letaknya harus berjauhan.
Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3 hari harus sudah dipergunakan
Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka dianjurkn lemari untuk keperluan sehari-hari
dipisahkan dengan lemari untuk keperluan penyimpanan makanan
5. Penyimpanan makanan kering:
Suhu cukup sejuk, udara kering dengan ventilasi yang baik
Ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak lembab
Rak-rak berjarak minimal 15 cmdari dinding lantai dan 60cm dari langit-langit
Rak mudah dibersihkan dan dipindahkan
Penempanan dan pengambilan barang diatur dengan sistem FIFO (firs in first out) artinya
makanan yang masuk terlebih dahulu harus dikeluarkan lebih dulu
3. Teknologi dan Perilaku Makan
Perilaku masyarakat adalah kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat.
Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh anggota masyarakat mulai berubah karena adanya
globalisasi.
Makanan
Pada era global, masyarakat cenderung mengonsumsi makanan yang lebih praktis, seperti
makanan cepat saji (fast food). Makanan cepat saji umumnya berasal dari Negara maju. Negara-
negara maju memasarkan produknya ke seluruh dunia. Masyarakat semakin mudah mendapatkan
makanan dari luar negeri, asalkan mereka memiliki banyak uang. Dengan mengonsumsi
makanan dari luar negeri, maka masyarakat merasa lebih modern.
Salah Satu Contoh Teknologi Mempengaruhi Pola Perilaku Manusia
Penggunaan Microwave dalam Kehidupan Sehari-Hari
Kehadiran teknologi dalam kehidupan manusia sangat berdampak besar terhadap tata
cara hidup manusia baik itu dari segi positif maupun negatif. Salah satu dampak teknologi yaitu
kepada perubahan sikap dan karakter manusia yang menggunakan teknologi tersebut. Ternyata
teknologi juga dapat mempengaruhi perubahan pola perilaku setiap individu yang
melakukannya. Contohnya saja penggunaan microwave.
Filosofi dibuatnya microwave memang bertujuan untuk meringankan pekerjaan manusia.
Sosok fisiknya juga sangat menarik. Cara penggunaannya pun mudah. Belum lagi fungsinya
yang serba guna.
Pada prinsipnya microwave mempunyai cara kerja yang tak jauh berbeda dengan oven
biasa. Bedanya, bila oven biasa menggunakan api,microwave menggunakan gelombang mikro
sebagai sumber panas. Gelombang mikro adalah gelombang radio frekuensi tinggi yang
dihasilkan dari tabung elektronik yang disebut magnetron.
Dari magnetron ini gelombang mikro akan memasuki area pemasakan melalui celah
terbuka pada bagian atas oven. Alat ini dilengkapi baling-baling yang berfungsi untuk
menyebarkan gelombang mikro secara merata, hingga terjadi keseragaman pemasakan.
Gelombang mikro mempunyai dua karakteristik utama yang sebaiknya kita pahami.
Karakteristik pertama, gelombang akan dipantulkan oleh metal atau logam, dan tidak dapat
melalui wadah yang terbuat dari logam untuk memanaskan makanan. Karena itu, akan lebih baik
bila saat menghangatkan makanan tidak menggunakan bahan yang terbuat dari logam. Wadah
kertas, plastik, gelas, dan kayu sangat ideal dimasukkan ke dalam oven gelombang mikro
ini.Karakteristik kedua, gelombang mikro mudah diserap oleh air. Untuk mempercepat proses
pemasakan dengan microwave, sebaiknya digunakan air sebagai media.
Microwave tentu saja member dampak positif dan negatif kepada para penggunanya.
Dampak positif atau kelebihan penggunaan microwave antara lain :
1. Memasak menjadi lebih muda karena membutuhkan waktu yang lebih singkat dibanding
memasak secara manual.
2. Dapat memanaskan makanan tanpa harus menggunakan kompor lagi
3. Hemat tanpa penggunaan gas elpiji dan kompor
4. Makanan yang dihasilkan tidak menambah lemak karena dengan microwave kita dapat memasak
tanpa menggunakan minyak.
5. Tidak menggunakan api sehingga kemungkinan untuk terjadi kebakaran sangat kecil.
6. Dilengkapi dengan waktu sehingga aman untuk ditinggal tanpa ada rasa ketakutan untuk hangus.
7. Proses memasak menjadi lebih muda sehingga semua orang lebih tertarik untuk memasak.
8. Mampu mengolah makanan sekaligus mengurangi kadar garam yang berlebih dan membuang
lemak tanpa mengurangi rasa dari makanan.
9. Praktis dan ukurannya lumayan kecil sehingga tidak membutuhkan tempat yang luas di dapur.
10. Pengguna microwave dapat lebih santai dan mengerjakan banyak hal sambil memasak tanpa
harus menunggu masakan sampai matang di dapur katrena microwave aman untuk
ditinggal.
11. Pengguna microwave dapat memasak sekaligus dalam porsi yang besar karena gampang
dihangatkan dengan microwave.
Tetapi terlepas dari semua kelebihan-kelebihan atau kemudahan yang diberikan microwave
kepada para penggunanya.Ternyata microwave juga memberi dampak positif kepada
penggunanya antara lain :
1. Pengguna microwave menjadi pemalas karena lebih memilih untuk memasak dalam porsi yang
besar karena gampang dihangatkan kembali dengan microwave tanpa harus memasak lagi setiap
mau makan
2. Makanan yang berkali-kali dihangatkan akan mengurangi kandungan gizi yang terdapat dalam
makanan tersebut.
3. Harga microwave tergolong mahal sehingga kadang-kadang penggunanya hanya mereka dari
kalangan menengah keatas.
4. Penggunaan microwave dapat menyebabkan kerusakan otak jangka panjang sampai permanen
karena “kebocoran” impuls elektrik di dalam otak (depolarisasi atau demagnetisasi jaringan otak)
5. Mengkonsumsi makanan microwave menyebabkan hilang daya ingat, konsentrasi,
ketidakstabilan emosi dan penurunan kecerdasan.
6. Mengkonsumsi makanan dari microwave dapat menyebabkan beberapa penyakit yaitu kanker
dan gangguan pencernaan.
7. Walaupun mengetahui dampak negatif dari penggunaan microwave, pengguna masih saja
menggunakannya karena bermasa bodoh terhadap dampak negatifnya berhubung microwave
dapat menyajikan makanan secara instant.
8. Microwave mengubah sifat manusia yang tadinya rajin memasak secara manual, dengan adanya
microwave ia mulai merasa nyaman dengan hidup yang serba instant.