MAKALAH SOSIOLOGI ANTROPOLOGI

download MAKALAH SOSIOLOGI ANTROPOLOGI

of 12

description

Pengamatan Adat Istiadat Daerah dan Kaitannya dengan Pola Makan

Transcript of MAKALAH SOSIOLOGI ANTROPOLOGI

MAKALAH SOSIOLOGI ANTROPOLOGIAdat-istiadat dan Kebiasaan Makan Suku Jawa di Pekik Nyaring

Disusun Oleh :Nama Kelompok : 1. Intan SetyaHandayani2. Liza Apriani3. Lydia Sona4. Mahmut Jaelani5. Mery Dwi Heriani6. Milla Destania7. Nike Julita8.Pria Setiado Limbong

Dosen pembimbing: Anang wahyuni, S, Gz., MPH

PRODI D-IV GIZIJURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BENGKULU2014

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan semua manusia. Dalam era globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem pada masa ini menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu nifas yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu. Kebudayaan tersebut tidak dapat dihilangkan, salah satu alasan yang kuat dikarenakan pembuktian terhadap beberapa mitos hingga kepercayaan Ibu Nifas benar adanya. Namun di sisi lain, terdapat beberapa kepercayaan/mitos yang sama sekali tidak membawa dampak positif bagi Ibu Nifas hingga bayi baru lahir.

1.2 Rumuan masalah1. Bagaimana kebiasaan makan suku jawa didalam ruang lingkup keluarga maupun pada acara-acara besar2. Apa saja jenis makanan khusus yang dihidangkan saat acara-acara besar seperti pernikahan,khitanan,dll? Jelaskan makna dari setiap makanan tersebut.3. Jenis makanan apa yang identik dengan suku jawa karena adat-istiadat dan kebiasaan mengkonsumsi bahan makanan tersebut?4. Apa saja jenis makanan yang pantang untuk dikonsumsi secara umum dalam kepercayaan masyarakat jawa?5. Apakah ada ritual-ritual khusus saat merayakan hari-hari islam?6. Apakah ada kepercayaan terhadap suatu jenis makanan tertentu yang jika dikonsumsi dapat memberikan khasiat khusus bagi kesehatan,dll?7. Menurut anda makanan sehat gizi seimbang itu seperti apa?8. Adakah aturan khusus atau pantangan yang berkaitan dengan makanan untuk ibu-ibu yang sedang hamil?9. Adakah aturan khusus jenis-jenis makanan yang wajib dikonsumsi serta makanan yang menjadi pantangan bagi anak-anak menurut kepercayaan suku jawa?10. Adakah dalam kepercayaan jawa pantangan mengkonsumsi makanan tertentu khusus remaja putri?1.3 Tujuan1. Mengenal kebiasaan makan suku jawa dan lingkuan keluarga2. Ingin mengetahui makan yang khusus dihidangkan pada saat acara-acara besar3. Mengetahui jenis makanan yang identik dengan adat istiadat suku jawa dipekik nyaring4. Mengetahui jenis makan yang dianggap tabu dan pantangan untuk dikonsumsi dalam kebiasan suku jawa di pekik nyaring5. Mengenal animism dan dinamisme masyarakat suku jawa di pekik nyaring6. Mengenal jenis-jenis makan yang dapat dikonsumsi menurut kepercayaan suku jawa di pekik nyaring7. Mengetahui batas pengetahuan masyarakat jawa di pekik nyaring tentang gizi seimbang8. Mengetahuai aturan adat makan suku jawa di pekik nyaring untuk ibuk hamil9. Mengethaui jenis makanan yang wajib dan pantang dikonsumsi anak-anak dan remaja putra/putri menurut kepercayaan disuku jawa

BAB IITinjauan Pustaka

1. Suku Jawa

Suku jawa, adalah suatu suku yang unsur budayanya sangat kuat dan mampu bertahan hingga saat ini. Budaya-budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat jawapun sangat banyak dan beragam. Mulai dari bahasa sehari-hari, ritual-ritual keagamaan hingga hiburan semua menjadi budaya yang mempunyai sisi positif bagi masyarakat jawa. Bahasa jawa termasuk salah satu bahasa paling sulit didunia, karena bahasa jawa mempunyai tingkatan-tingkatan yang berbeda beda dalam penggunaanya. Kesemuaan budaya jawa mengajak masyarakaatnya untuk saling menghormati, saling membantu/ tolong-menolong, sopan santun dan tauhid. Jika dipandang sekilas budaya jawa sangatlah humanis. Budaya jawa tidak hanya berimbas pada satu orang pribadi tetapi semua orang yang ada didalamnya akan ikut terkena efekpositifnya. Dapatdilihat orang-orang jawa yang masih mepertahankan tradisi-tradisi jawa. Orang itu akan terlihat begitu santun, sangat sosialis dan religius. Karena budaya jawa dapat mencakup kesemua aspek itu.Masyarakat jawa mempunyai elastisitas yang tinggi untuk memepertahankan budayanya. Elastisitas mempunyai makna kefleksibelan dan kemampuan sesuatu atas adanya gangguan atau input dari luar. Untuk lebih jelas kita bisa lihat pada contoh orang jawa yang mengikuti program transmigrasi ke luar jawa, dengan segala keterbatasan dan lingkungan yang masih asing, mereka telah menunjukan suatu prestasi kemampuan yang luar biasa. Mereka berhasil membaur dan beradaptasi dengan lingkungan serta penduduksekitar.Apayang dapat kita tarik sebagai kesimpulan dari cerita di atas adalah suatu fenomena yang realitasnya adalah bahwa orang Jawa dengan kebudayaannya dapat terus hidup (survival) meskipun jauh di perantauan dan dapat berdampingan serta melebur dengan masyarakat dan kebudayaan lain yang sama sekali berlainan karakternya. Hal ini membuktikan bahwa orang Jawa dan kebudayaan Jawa memiliki kemampuan untuk terus menerus hidup menyesuaikan diri dengan tantangan dan perubahan zaman. . Tapi yang selalu harus menjadi catatan dan patut dibanggakan, bahwa mereka selalu dapat hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dan lingkungan sosial-budaya tempatan. Dalam konteks pengembaraan budaya Jawa ke seluruh Indonesia maupun ke manca negara itu, akulturasi pun dengan demikian terus selalu terjadi antara budaya tempatan dengan budaya Jawa sebagai pendatang. Akan tetapi selalu saja dapat kita amati, bahwa nilai-nilai kejawaan tampaknya masih cukup jelas terlihat bahkan mendominasi. sistem pengendalian yang paling utama pada masyarakat Jawa adalah menempatkan masyarakat beserta adat istiadatnya secara dominan yang menentukan arah perilaku individu-individu warganya. Otonomi individu beserta penampilan kepribadian nya memainkan peran agak sekunder. Kepentingan individu diserasikan secara harmonis dengan kepentingan kolektif atau masyarakat keseluruhan. Masyarakat Jawa dikategorikan dalam sistem budaya yang mengutamakan nilai keserasian hidup kolektif. Institusi sosial ada atau diadakan agar berfungsi untuk memainkan peran yang mengkontribusi kepada kepaduan formasi keseluruhan masyarakat yang utuh. Kebutuhan-kebutuhan individu dengan sendirinya akan terpenuhi langsung terkait dengan berfungsinya lembaga-lembaga sosial itu. Perwujudan dari nilai keserasian hidup dapat dilihat dalam praktek kerja bersama yang disebut gotong royong. Kerukunan semacam ini didasari oleh empat sifat dasar manusia yakni simpati, keramahan, rasa keadilan dan kepentingan pribadi yang selaras dengan tatanan sosial menurut adat istiadat. Berdasarkan cara berfikir tertentu, manusia jawa memandang nilai hormat dan rukun memiliki makna amat penting dan berharga dalam hubungan interaksi dengansesamanya.Keduanilai tersebut bukan saja merupakan petunjuk moral yang mendasari tindak-tanduk kekeluargaan Jawa, melainkan malah merupakan pusat pengertian baginya. Yang pertama ialah sekelompok nilai yang berkenaan dengan pandangan.Kejawententang tata krama penghormatan, dan yang kedua adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan pengutamaan orang Jawa terhadap terpeliharanya penampilan sosial yang harmonis. Hal-hal ini yang mendorong masyarakat Jawa untuk merealisasikan nilai sosial yang dibawanya sehingga dapat terwujud keserasian dan keharmonisan masyarakat.

2. Ritual dalam kepercayaan suku Jawa yang berhubungan dengan makananSelamatan adalah suatu upacara makan bersama atas makanan yang telah diberi doa sebelum dibagi-bagikan. Sesuai dengan peristiwa atau kejadian dalam kehidupan sehari-hari upacara selamatan dapat digolongkan ke dalam empat macam seperti berikut.a. Selamatan dalam rangka lingkaran hidup seseorang. Jenis selamatan ini meliputi : hamil tujuh bulan, kelahiran, potongrambut pertama, menyentuh tanah untuk pertama kali, menusuk telinga, sunat,kematian, peringatan serta saat-saat kematian. b. Selamatan yang bertalian dengan bersihdesa. Jenis selamatan ini meliputi upacara sebelum penggarapan tanah pertanian, dan setelah panen padic. Selamatan yang berhubungan dengan hari-hari serta bulan-bulan besar Islam.d. Selamatan yang berkaitan dengan peristiwa khusus. Jenis selamatan ini meliputi : perjalanan jauh, menempati rumah baru, menolak bahaya (ngruwat), janji kalau sembuh dari sakit (kaul), dan lain-lain.Di antara jenis-jenis selamatan tersebut, selamatan yang berhubungan dengan kematian sangat diperhatikan dan selalu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghormati arwah orang yang meninggal. jenis selamatan untuk menolong arwah orang di alam baka ini, berupa :1. Surtanah atau geblak, yaitu selamatanpada saat meninggalnya seseorang2. Nelung dina, yaitu selamatan hari ketiga sesudah meninggalnya seseorang.3. Mitung dina, yaitu selamatan hari ketujuh sesudah meninggalnya seseorang.4. Matang puluh dina, yaitu selamatan hari ke 40 sesudah meninggalnya seseorang.5. Nyatus, yaitu selamatan hari ke 100meninggalnya seseorang.6. Mendak sepisan, yaitu selamatan satutahun meninggalnya seseorang.7. Mendak pindo, yaitu selamatan dua tahunmeninggalnya seseorang.8. Nyewu, yaitu selamatan genap 1000 harimeninggalnya seseorang. Selamatan ini kadang-kadang disebut juga nguwis-nguwisi, artinya yang terakhir kali.

BAB IIIMetode Penelitian

1. Narasumbera. Nama: Ibu IndartiUmur: 32 tahun Pekerjaan: Gurub. Nama: Ibu HartiUmur: 30 tahunPekerjaan: Ibu rumah tanggac. Nama: Ibu RumiatiUmur : 27 tahunPekerjaan: Ibu rumah tanggad. Nama: Ibu SudarmiUmur: 35 tahunPekerjaan: Ibu rumah tanggae. Nama: Ibu EkaUmur: 28 tahunPekerjaan: Ibu rumah tanggaf. Nama: Ibu DewiUmur: 27 tahunPekerjaan: Ibu rumah tanggag. Nama: Ibu EvaUmur : 25 tahunPekerjaan: Ibu rumah tangga

2. WaktuFokus diskusi kelompok dilaksanakan pada:Hari: KamisTanggal: 03 Juni 2014Waktu: 17.00 WIB s/d selesai

3. TempatFokus diskusi kelompok dilaksanakan di rumah Ibu Iin di daerah Pekik nyaring, Blok 4, Bengkulu tengah

4. Peserta Focus Group Discussiona. Intan setya handayanib. Liza aprianic. Lidya sonad. Mahmut jaelani e. Mery dwi herianif. Milla destaniag. Nike julitah. Pria setiado limbong

BAB IVHasil dan Pembahasan

4.1 Hasil dan PembahasanHasil yang kami peroleh dari focus diskusi kelompok yang dilaksanakan di daerah Pekik nyaring, Bengkulu tengah tidak sesuai dengan literature budaya dan adat-istiadat suku jawa pada umumnya. Hal ini dikarenakan masyarakat jawa di daerah pekik nyaring sudah lama tinggal di Sumatra (Bengkulu tengah) sehingga nilai-nilai budaya jawa telah banyak ditinggalkan dan tidak dilestarikan ke keturunan mereka. Pola makan masyarakat jawa di pekik nyaring telah terpengaruh oleh kebiasaan atau pola makan masyarakat di daerah pekik nyaring, Bengkulu. Keluarga di Pekik nyaring tidak terbiasa makan bersama dalam satu meja. Beberapa dari mereka makan dalam waktu yang bersamaan, namun tidak dalam satu meja melainkan terpisah satu sama lain. Hal ini dikarenakan masyarakat jawa di daerah Pekik nyaring tidak lagi menganut budaya Jawa asli karena sudah lama tinggal di daerah Sumatra sehingga budaya-budaya jawa mulai hilang. Jenis masakan yang dihidangkan pada acara pesta dalam masyarakat jawa di pekik nyaring sudah bercampur dengan adat-istiadat di Sumatra. Jenis-jenis makanan yang identik dengan suku jawa sudah tidak terlihat lagi dikehidupan masyarakat jawa di daerah pekik nyaring. Namun, jenis bahan makanan yang selalu ada disetiap pesta masyarakat jawa di pekik nyaring adalah bihun, tempe, tahu, sayur nangka.Biasanya dalam suku jawa terdapat aturan-aturan atau pantangan untuk berbagai kelompok usia baik dari segi perilaku kebiasaan makan maupun jenis makanan yang dimakan. Sebagai contoh, Ibu hamil tidak boleh memotong hewan karena diyakini akan berakibat pada cacat fisik bayi yang dilahirkan. Namun pada masyarakat jawa di pekik nyaring tidak ditemukan lagi kepercayaan-kepercayaan yang demikian.

BAB VPenutup

5.1 Kesimpulan Nilai-nilai budaya dan adat-istiadat yang berkaitan dengan pola makan masyarakat jawa di daerah pekik nyaring sudah mulai hilang. Hal ini dikarenakan pencampuran kultur budaya antara kebudayaan jawa yang dibawa dengan budaya Bengkulu yang lebih dominan di daerah tempat tinggal mereka.

5.2 SaranSeharusnya masyarakat jawa di daerah pekik nyaring mempertahankan budaya dan adat-istiadat jawa untuk menjaga identitas kelompok masyarakat. Terkait dengan pengetahuan tentang gizi yang masih minim di kalangan masyarakat pekik nyaring dan sekitarnya, Dinas kesehatan terkait harus memberikan perhatian khusus seperti penyuluhan guna meningkatkan kualitas dan derajat kesehatan masyarakat di daerah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Habibi, Rifan. 2013. Memandang suku jawa dalam hubungan kebudayaan dengan kepribadian. http:// worldeducations.wordpress.com/2013/09/10/5/ (diakses tanggal 11 juni 2014)

Haifa. 2013. Contoh Laporan Wawancara yang Sistematis, Baik, dan Benar "Sebuah Cerita dari Sudut Kantin Sekolah.. http://negerisekolahpunyahaifa.blogspot.com/2013/08/contoh-laporan-wawancara-yang.html (diakses tanggal 11 juni 2014)

LAMPIRAN