antropologi bebas

38
KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN KESEHATAN ANTROPOLOGI BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Pendidikan dilingkungan TNI AD memiliki peran dalam menyiapkan sumber daya manusia agar memiliki kriteria sebagai Prajurit Angkatan Darat yang profesional. Untuk dapat membentuk Prajurit Profesional maka diperlukan adanya pengetahuan tentang masyarakat dan budaya Indonesia yang dapat mempengaruhi secara langsung terhadap pola pikir personel dan dibutuhkan untuk melaksanakan tugas pokoknya yaitu menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta membina potensi matra darat untuk kekuatan pertahanan negara. b. Pengetahuan tentang Antropologi perlu dimiliki oleh segenap personel TNI-AD, terutama Perwira agar mampu bertugas dan melaksanakan salah satu tugas TNI –AD yaitu membina potensi matra darat, dimana ruang lingkupnya adalah manusia atau masyarakat yang menempati suatu wilayah di darat. c. Mencermati maksud tersebut di atas, untuk memenuhi tuntutan tujuan pendidikan di lingkungan TNI AD, khususnya Pendidikan Dasar Kecabangan Kesehatan maka disusun bahan RAHASIA

description

antropologi bebas

Transcript of antropologi bebas

Page 1: antropologi bebas

KODIKLAT TNI ANGKATAN DARATPUSAT PENDIDIKAN KESEHATAN

ANTROPOLOGI

BAB IPENDAHULUAN

1. Umum.

a. Pendidikan dilingkungan TNI AD memiliki peran dalam menyiapkan sumber

daya manusia agar memiliki kriteria sebagai Prajurit Angkatan Darat yang

profesional. Untuk dapat membentuk Prajurit Profesional maka diperlukan adanya

pengetahuan tentang masyarakat dan budaya Indonesia yang dapat

mempengaruhi secara langsung terhadap pola pikir personel dan dibutuhkan

untuk melaksanakan tugas pokoknya yaitu menegakkan Negara Kesatuan

Republik Indonesia serta membina potensi matra darat untuk kekuatan pertahanan

negara.

b. Pengetahuan tentang Antropologi perlu dimiliki oleh segenap personel TNI-

AD, terutama Perwira agar mampu bertugas dan melaksanakan salah satu tugas

TNI –AD yaitu membina potensi matra darat, dimana ruang lingkupnya adalah

manusia atau masyarakat yang menempati suatu wilayah di darat.

c. Mencermati maksud tersebut di atas, untuk memenuhi tuntutan tujuan

pendidikan di lingkungan TNI AD, khususnya Pendidikan Dasar Kecabangan

Kesehatan maka disusun bahan ajaran ( Hanjar ) tentang Antropologi yang

digunakan sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar guna mendukung

tercapainya tujuan pendidikan secara berdaya dan berhasil guna.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah Departemen ini disusun dengan maksud untuk

dijadikan pedoman oleh tenaga pengajar dan siswa Diksarcab Kes dalam Proses

Belajar Mengajar tentang Antropologi.

RAHASIA

RAHASIA

Page 2: antropologi bebas

2

b. Tujuan. Tujuan dari penyusunan bahan ajaran ini untuk memberikan

bekal pengetahuan bagi para siswa Diksarcab Kes agar lebih mengerti tentang

Antropologi.

3. Ruang lingkup dan Tata Urut. Naskah ini meliputi penjelasan tentang

Antropologi dengan tata urut sebagai berikut:

a. Pendahuluan.

b. Antropologi sebagai ilmu.

c. Hubungan Antropologi dengan ilmu lain.

d. Sistem Kekerabatan.

e. Faktor Sosial Budaya Yang Mempengaruhi masyarakat.

f. Evaluasi

g. Penutup

4. Referensi.

a. Haviland A,William, Anthropology 4th Edition, New York, CBS College

Publishing, 1985.

b. Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Jakarta, Penerbit Rineka

Cipta,Jakarta, 2005

5. Pengertian. Istilah Antropologi berasal dari bahasa Yunani, dari kata antropos

yang berarti manusia dan logos yang berarti ilmu atau studi. Secara harafiah Antropologi

berarti ilmu atau studi tentang manusia. Antropologi mempelajari manusia sebagai

mahkluk biologis, dan sebagai makhluk sosial. Ada beberapa pendapat para ahli tentang

pengertian Antropologi antara lain:

a. Keesing (1981) , Antropologi adalah kajian tentang manusia

b. Haviland (1985), Antropologi adalah studi tentang manusia dan

perilakunya, melaluinya diperoleh pengertian lengkap tentang keanekaragaman

manusia

Page 3: antropologi bebas

3

c. Kamus Antropologi dan Ariyono Suyono (1985), Antropologi adalah suatu

ilmu yang berusaha mencapai pengertian tentang makhluk manusia dengan

mempelajari aneka warna, bentuk fisik, kepribadian, masyarakat serta

kebudayaannya

d. Koentjaraningrat (1990), Ilmu antropologi memperhatikan lima masalah

mengenai makhluk hidup yaitu :

1) Masalah Perkembangan manusia sebagai makhluk biologis

2) Masalah sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia,

dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya.

3) Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai

macam bahasa di seluruh dunia.

4) Masalah persebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan

manusia di seluruh dunia.

5) Masalah dasar-dasar dan aneka warna kebudayaan manusia dalam

kehidupan masyarakat-masyarakat dan suku bangsa yang tersebar di

seluruh bumi pada zaman sekarang ini.

Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, subjek dari

antropologi adalah manusia. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk

mempelajari manusia dalam bermasyarakat, bersuku bangsa, berperilaku dan

berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.

BAB II

ANTROPOLOGI SEBAGAI ILMU

6. Umum. Selama manusia hidup di dunia, mereka bertanya-tanya siapa

mereka sebenarnya, dari mana asalnya, dan mengapa mereka berperilaku seperti itu.

Akan tetapi, disebagian besar perjalanan sejarahnya, manusia tidak mampu

mengumpulkan kelompok data yang luas dan dapat dipercaya mengenai perilaku dan

latar belakang mereka sendiri. Oleh karena itu mereka berpegang pada sekumpulan mitos

dan cerita untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dalam 200 (dua ratus) tahun terakhir,

Antropologi telah menjadi pendekatan yang lebih ilmiah untuk menjawab pertanyaan yang

telah dikemukakan orang tentang dirinya sendiri. Secara sederhana Antropologi telah

menjadi ilmu untuk mempelajari atau studi tentang umat manusia. Dengan menggunakan

pendekatan ilmiah, antropologi berusaha menyusun sejumlah generalisasi yang

Page 4: antropologi bebas

4

bermakna tentang makhluk manusia dan perilakunya, dan untuk mendapatkan pengertian

yang tidak berprasangka terhadap keanekaragaman manusia.

7. Metode Ilmiah Antropologi. Metode ilmiah dari suatu cabang ilmu pengetahuan

adalah semua cara yang dapat digunakan dalam ilmu tersebut untuk mencapai suatu

kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah, suatu pengetahuan bukanlah ilmu,

melainkan hanya suatu himpunan pengetahuan saja mengenai berbagai gejala alam atau

masyarakat, tanpa adanya kesadaran mengenai hubungan antara gejala-gejala yang ada.

Kesatuan pengetahuan itu dapat dicapai para ahli dalam ilmu yang bersangkutan melalui

3 (tiga) tingkat yaitu :

a. Pengumpulan Data/Fakta. Dalam ilmu Antropologi kegiatan ditingkat ini

adalah pengumpulan data mengenai kejadian dan gejala masyarakat serta

kebudayaan untuk diolah secara ilmiah. Dalam kenyataan, aktifitas pengumpulan

fakta disini terdiri dari berbagai metode, yaitu observasi, mencatat, mengolah, dan

mendeskripsikan fakta-fakta yang terjadi dalam suatu masyarakat. Pada

umumnya metode-metode pengumplan fakta dalam ilmu pengetahuan dapat

dibagi dalam 3 (tiga) golongan yang masing-masing mempunyai perbedaan

yaitu:

1) Penelitian di lapangan. Dalam penelitian lapangan seorang

peneliti harus menunggu saat terjadinya gejala yang menjadi obyek

pengamatannya. Seorang peneliti harus secara langsung melibatkan diri

dengan obyeknya

2) Penelitian di laboratorium. Dalam penelitian laboratorium gejala itu

dapat dibuat atau disengaja oleh peneliti.

3) Penelitian di perpustakaan. , Dalam penelitian perpustakaan gejala

itu harus dicari dari bahan yang ada beratus ribu buku yang beraneka

ragam. Dalam penelitian di perpustakaan dan laboratorium peneliti tetap

berada diluar, tidak melibatkan dirinya secara langsung dengan obyek yang

di telitinya.

Untuk Antropologi Budaya penelitian di lapangan merupakan cara yang

terpenting untuk mengumpulkan fakta-fakta, yang juga perlu ditunjang dengan

penelitian perpustakaan. Metode-metode penelitian di laboratorium untuk ilmu-ilmu

alam dan teknologi, merupakan metode pengumpulan fakta yang umum, hampir

Page 5: antropologi bebas

5

tidak berarti dalam Antropologi Budaya, tetapi merupakan metode yang penting

bagi Antropologi Biologi/Fisik.

Dalam penelitian di lapangan seorang peneliti secara langsung berhadapan

dengan masyarakat yang ditelitinya untuk mendapatkan keterangan mengenai

suatu gejala kehidupan dalam masyarakat yang bersangkutan. Selain dengan cara

mengamati obyeknya, sebagian besar bahan keterangan diperlolehnya dari

masyarakat yang menjadi informannya. Para peneliti Antropologi Budaya umumnya

sangat tertarik pada tindakan dan tingkah laku manusia, berhubungan dengan

kelompok-kelompok kecil yang biasanya tidak melebihi 3000 (tiga ribu) orang, yang

dipilihnya agar mereka sedapat mungkin diteliti secara khusus dan mendalam

mengenai segala aspeknya. Peneliti menggunakan metode-metode pengumpulan

fakta yang bersifat kualitatif, terutama metode-metode wawancara dan catatan-

catatan hasil wawancara. Catatan-catatan hasil wawancara yang terkumpul

kemudian harus disusun sedemikian rupa sehingga orang lain dapat menggunakan

dan mengolahnya menjadi teori-teori tentang suatu kebudayaan, atau untuk

menambah pengetahuan peneliti lain yang juga bermaksud mengunjungi daerah

yang bersangkutan. Contoh seorang peneliti mengamati dan mencatat semua

keterangan dalam masyarakat X yang ditelitinya, melihat orang sedang memarahi

saudaranya yang lebih muda, dimana orang yang lebih muda hanya

mendengarkan dan tidak berani membantah. Dari seorang informan, si peneliti

mengetahui bahwa orang dalam masyarakat tersebut harus patuh dan menghargai

orang yang lebih tua, dan apabila sedang berjalan atau berpapasan dengan

seseorang yang lebih tua maka yang lebih muda harus terlebih dahulu memberi

hormat. Dari peristiwa yang diamatinya, dan dari keterangan-keterangan yang

diperolehnya, akan dicatat dan dihimpun, kemudian peneliti membuat suatu

pernyataan deskriptif sebagai berikut ; ” Dalam masyarakat X, orang lebih tua

berkedudukan lebih tinggi daripada saudaranya yang lebih muda”.

Semua metode yang digunakan yaitu sejak melakukan pengumpulan bahan

tentang suatu masyarakat yang hidup, sampai metode untuk mengolah bahan yang

akhirnya menjadi karangan yang dapat dibaca orang lain, merupakan bidang

deskriptif dari Antropologi yang disebut Etnografi. Istilah yang berarti “deskripsi

tentang Ethnos (suku bangsa), selain mengandung arti seluruh metode Antropologi

deskriptif, juga berarti bahan tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan suatu

pelukisan tentang kehidupan suatu masyarakat dan kebudayaan di suatu daerah.

Buku pedoman yang dipakai sebagai pegangan oleh seorang peneliti etnografi

Page 6: antropologi bebas

6

adalah “ A Handbook Of Methods In Cultural Anthropology (1970) karya R. Naroll

dan R. Cohen.

b. Penentuan Ciri-Ciri Umum dan Sistem. Penentuan ciri-ciri umum serta

sistem merupakan suatu tahap dalam cara berpikir ilmiah, yang bertujuan untuk

menentukan ciri-ciri umum dan sistem yang digunakan dalam menganalisa fakta-

fakta yang telah terkumpul dalam suatu penelitian. Pada tahap ini digunakan

metode-metode untuk mencari ciri-ciri yang sama dan umum diantara beragam

fakta yang terdapat dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan umat manusia.

Proses berpikir pada tahap ini berlangsung secara induktif, yaitu dari pengetahuan

tentang peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta yang nyata, kepada konsep-konsep

mengenai ciri-ciri umum yang lebih abstrak. Dalam Antropologi, yang menggunakan

bahan berupa fakta-fakta dari sebanyak mungkin masyarakat dan kebudayaan yang

sangat berbeda-beda, harus menggunakan metode komparatif/perbandingan untuk

mendapatkan suatu ciri umum yang biasanya dimulai dari metode klasifikasi. Dalam

menghadapi suatu obyek yang beraneka ragam, terlebih dahulu harus berusaha

menguasai keaneka ragaman itu, lalu ia harus menciutkannya sedemikian rupa

sehingga hanya ada beberapa perbedaan pokok saja. Dalam ilmu-ilmu alam, ciri-ciri

umum dan sistem fakta-fakta alam, akan ditentukan dengan cara mencari

perumusan yang menyatakan berbagai hubungan yang mantap antara fakta-fakta

tersebut. Hubungan itu biasanya adalah hubungan kovariabel (apabila suatu fakta

berubah dengan cara tertentu, maka fakta-fakta lain yang berhubungan dengan

fakta tersebut juga akan berubah) atau hubungan sebab-akibat (apabila suatu fakta

dapat meyebabkan terjadinya, berubahnya, atau hilangnya fakta lain). Perumusan

yang menyatakan hubungan-hubungan yang mantap antara berbagai fakta alam

disebut kaidah alam. Mengenai kemungkinan adanya kaidah-kaidah tentang tingkah

laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat masih ada pendapat atau anggapan

yang bertentangan, ada yang mengatakan bahwa fakta-fakta tingkah laku manusia

tidak mungkin dirumuskan dalam kaidah-kaidah yang mantap, tetapi ada pula yang

mengatakan bahwa sampai suatu batas tertentu hal itu mungkin terjadi.

merumuskan kaidah-kaidah tentang hubungan antara fakta dan kekuatan yang

mendorong kehidupan suatu masyarakat dan kebudayaan. Antropologi hanya dapat

mencapai suatu pengertian tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan.

Page 7: antropologi bebas

7

c. Verifikasi. Metode-metode yang digunakan untuk melakukan verifikasi

dilakukan dalam kenyataan alam atau dalam masyarakat yang hidup, terhadap

kaidah-kaidah yang telah dirumuskan atau kaidah-kaidah yang dimaksudkan untuk

memperkuat pengertian yang telah ada. Proses berpikir dalam melakukan pengujian

dilakukan secara deduktif, yaitu perumusan umum ke fakta-fakta yang ada.

Pengetahuan dalam Antropologi yang lebih banyak berdasarkan pengertian

daripada kaidah, menggunakan metode-metode verifikasi yang bersifat kualitatif,

yang dimaksudkan untuk memperkuat pengertian dengan cara menerapkannya

secara rinci pada kenyataan yang ada di masyarakat. Pada metode-metode

kuantitatif, verifikasi dilakukan dengan cara mengumpulkan sebanyak mungkin fakta

dari kejadian-kejadian dan gejala-gejala sosial budaya yang sama atau

menunjukkan persamaan yang mendasar, yang disebut metode statistik. Metode

statistik merupakan metode yang sangat penting bagi Antropologi, meskipun pada

era terdahulu memang jarang digunakan.

8. Tenaga Ahli, Lembaga, Majalah dan Prasarana Antropologi. Kehidupan ilmiah

suatu cabang ilmu pengetahuan dapat dikatakan”hidup” apabila para ahli ilmu

pengetahuan tersebut melakukan kegiatan-kegiatan penelitian untuk memecahkan

berbagai macam masalah dibidang tersebut. Karena suatu penelitian memerlukan

pendanaan yang besar, maka untuk menyokong kegiatan-kegiatan penelitian diperlukan

kehadiran lembaga atau badan-badan yang dapat menopang kegiatan tersebut. Tugas

lembaga ilmiah yang utama pada umumnya adalah menyelenggarakan pertemuan-

pertemuan atau kongres-kongres ilmiah dan menerbitkan majalah ilmiah. Dalam suatu

pertemuan konggres para peneliti berkesempatan bertukar pikiran. Selain metode ilmiah,

suatu cabang ilmu pengetahuan dilengkapi dengan :

a. Tenaga Ahli. Para ahli Antropologi bermunculan sesuai perkembangan zaman

atau situasi kehidupan masyarakat.

1) Fase Pertama. Pada mulanya Antropologi belum memiliki tokoh-tokoh

ahli, pengetahuan mengenai masyarakat merupakan kisah pengalaman

atau perjalanan para musafir, pelaut, para penyiar agama nasrani atau

pegawai pemerintah penjajah, ketika mereka berkunjung ke daerah-daerah

tersebut.Seorang pengarang etnografi golongan musafir adalah A, Bastian

seorang dokter kapal yang menuliskan etnografi masyarakat di Afrika

Page 8: antropologi bebas

8

Barat, India, Cina, Australia, Kepulauan Oseania, Meksiko dan Amerika

Lattin. Bastian juga menulis etnografi mengenai kebudayaan berbagai

suku bangsa di Indonesia dalam 3(tiga) Jilid.

Pengarang etnografi kuno golongan penyiar agama Nasrani

sangat banyak jumlahnya antara lain Pendeta Katolik Perancis, J.F.Lafitau.

Ia menulis buku etnografi klasik (1724 M) tentang kebudayaan suku-

suku bangsa Indian penduduk daerah sungai St. Lawrence di Amerika

Utara dan Kanada Timur. Pengarang etnografi dari kalangan pejabat

pemerintah penjajah banyak jumlah ,diantaranya adalah Thomas S.

Rafless yang pernah menjabat Letnan Jenderal Gubernur di Indonesia

antara tahun 1811 sampai dengan1815. Rafless menulis 2(dua) jilid buku

etnografi tentang kebudayaan Jawa yang terbit dalam tahun 1817 M.

2) Fase Kedua. Para ahli Antropologi pada fase ini sangat dipengaruhi

oleh teori evolusi dari Darwin. L.H. Morgan adalah salah satu ahli

Antropologi yang tertarik pada adat-istiadat dan kebudayaan suku bangsa

Indian. Ia kemudian menulis sebuah etnografi dan sebuah karangan

teoritis mengenai evolusi dalam masyarakat manusia berdasarkan data

yang dikumpulkannya dengan susunan masyarakat dari berpuluh-puluh

suku bangsa lain di dunia, dalam buku berjudul Ancient Society (1877).

Teori mengenai tingkat-tingkat evolusi masyarakat manusia kemudian

sangat mempengaruhi teori Karl Marx mengenai evolusi masyarakat dan

tingkat-tingkat perkembangan ekonomi dan sistem kelas sosial.

3) Fase Ketiga. Para ahli Antropologi pada fase ini, terutama berasal dari

negara-negara yang memliki daerah jajahan. Para Ahli meneliti tentang

suku bangsa dan kebudayaan di luar negara-negara Eropa, guna

kepentingan negara penjajah. B. Malinowski, telah menulis sejumlah buku

antropologi tentang penduduk kepulauan Trobriand, dan M.Fortes banyak

menulis kebudayaan suku-suku bangsa Afrika Barat, khususnya Ghana

Utara.

4) Fase Keempat. Para Ahli Antropologi pada fase ini diawali kehadiran

F.Boas (1858-1942 M) dari Amerika Serikat. Boas dianggap sebagai ahli

Antropologi yang baru/berbeda dengan ahli sebelumnya yakni mempelajari

Page 9: antropologi bebas

9

manusia dari beragam bentuk fisiknya, masyarakatnya, serta

kebudayaannya. Tokoh lain adalah AL.Koeber. Para ahli yang

menggunakan pendekatan psikologi (etnopsikologi) adalah Ruth Benedict,

Margaret Mead, dan R .Linton. Penelitian antropologi dalam menganalisa

proses-proses ekonomi pada masyarakat Polynesia dan Malaysia adalah

Antropolog Inggris, R.Firth. Dari fase ini berkembang Antropologi terapan

yang mempunyai tokoh-tokohnya sendiri-sendiri.

b. Lembaga-lembaga dan Majalah Antropologi. Salah satu majalah

Antropologi yang terpenting dan diperlukan oleh setiap ahli Antropologi adalah

Current Anthropology yang diterbitkan oleh University of Chicago Press, yang

memuat berita mengenai perkembangan Antropologi hampir seluruh universitas

atau pusat ilmiah terpeting di seluruh dunia. Dalam edisi tahun 1970 jilid II/3,

mencantumkan nama dan alamat dari beribu-ribu ahli antropologi dari seluruh

dunia, lengkap dengan sub-ilmu dan keahlian khusus mereka, sehingga kita dapat

berhubungan dengan para ahli itu secara langsung. Dalam edisi tahun 1965 jilid

6/5, tercantum daftar dari kurang lebih 600 lembaga, museum, organisasi atau

perkumpulan antropologi yang tersebar di 30 negara, termasuk Indonesia. Dalam

terbitan XIII tahun 1972, majalah itu memuat daftar kurang lebih 200 majalah

antropologi yang terbit di 30 negara termasuk Indonesia. Di Indonesia ada

Asosiasi Antropologi Indonesia(AAI), majalah “Berita Antropologi” terbitan jurusan

Antropologi Fisip Universitas Indonesia. Pendidikan sarjana antropologi di

Indonesia terdapat di berbagai universitas, seperti Uniersitas Sumatera Utara,

Universitas Andalas, Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, Universitas

Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Udayana, Universitas

Hasanudin, Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Cenderawasih Papua.

c. Prasarana Antropologi. Prasarana antropologi sebagai ilmu yaitu Kamus

dan Atlas Antropologi.

1) Kamus. Suatu hal yang sangat penting dalam suatu ilmu adalah

kamus, yang memuat istilah-istilah dari semua konsep dan bahan yang

dikenal dan dipakai dalam suatu cabang ilmu pengetahuan. Dalam

antropologi selain sebuah kamus susunan C. Winick, Dictionary of

Antrhopology (1958), telah ada pula kamus Dictionary of Anthropology karya

W.L Lindig dan kamus-kamus mengenai istilah ilmiah dalam 6 (enam)

Page 10: antropologi bebas

10

bahasa, Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol, Jepang dan Rusia yang

disusun dibawah redaksi G. Mostny berjudul Multilingual of Glossary

Anthropologi Term. Sejak tahun 1980 dalam bahasa Indonesia telah disusun

Kamus Istilah Antropologi oleh Tim Ahli Antropologi dari Universitas

Indonesia.

2) Atlas. Seperti halnya Ilmu bumi, Antropologi sangat membutuhkan

atlas dunia guna mengetahui lokasi suku-suku bangsa di seluruh dunia.

Dalam kepustakaan Antropologi memang ada atlas yang sudah menjadi

barang antik, karya G.Gerland, berjudul Atlas Der Voelkerkunder yang terbit

1892, yang kini sudah sulit diperoleh. Atlas yang terbit sesudahnya berjudul

Die Grosse Volkerkunder, yang terbit tahun 1930, karya ahli geografi

Jerman, H.Bernetzik. R.F Spencer dalam tahun 1956 menerbitkan suatu

atlas kecil berjudul An Ethno-Atlas. Ahli Antropologi Indonesia, Junus

Melalatoa, tahun 1990 menyusun suatu ensiklopedia etnik Indonesia.Tahun

1968, ahli antropologi Indonesia, Koentjaraningrat menyusun Atlas Etnografi

Sedunia dalam bahasa Indonesia.

9. Jenis Cabang Ilmu Antropologi. Ilmu antropologi telah berkembang begitu luas

ruang lingkup maupun batas lapangan kajian yang diteliti. Ilmu Antropoogi paling tidak

mempunyai 5 (lima) perhatian penelitian atau kajian khusus yaitu; (1) Masalah sejarah

dan perkembangan manusia (evolusinya) dipandang dari segi biologi, (2) Masalah sejarah

terjadinya berbagai ragam manusia, dipandang dari ciri-ciri tubuhnya, (3) Masalah sejarah

asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia, (4)

Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan di dunia,

(5) Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-

masyarakat suku bangsa di dunia. Lapangan penelitian yang bermaksud memecahkan

kelima masalah tersebut diatas sangat luas sehingga untuk setiap masalah diperlukan

ahli-ahli khusus dengan penjurusan khusus pula. Ilmu Antropologi berkembang menjadi

2(dua) kajian yaitu Antropologi Biologi dan Antropologi Budaya.

a. Antropologi Biologi. Antropologi Biologi mempelajari atau melakukan

pengkajian tentang manusia sebagai organisme biologis. Paleoantropologi adalah

ilmu bagian antropologi yang meneliti asal-usul atau terjadinya serta evolusi

manusia, yang menggunakan sisa-sisa tubuh yang telah membatu (fosil manusia)

yang ditemukan dalam lapisan-lapisan bumi sebagai bahan untuk penelitiannya.

Page 11: antropologi bebas

11

Antropologi fisik adalah bagian dari ilmu antropologi yang mencoba memahami

sejarah terjadinya beragam makhluk manusia berdasarkan perbedaan ciri-ciri

tubuhnya, dengan bahan penelitian berupa ciri-ciri tubuh manusia yang tampak dari

lahir atau fenotipik (seperti misalnya warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks

tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh)

maupun ciri-ciri tubuh yang “dalam” atau genotipik (seperti misalnya frekuensi

golongan darah). Dengan cara itu manusia dapat dikelompokkan ke dalam

berbagai golongan tertentu (yaitu ras) berdasarkan persamaan ciri-ciri tubuh yang

terdapat pada sebagian besar individu. Ahli Antropologi Fisik modern

menggunakan pengetahuan genetika dan biokimia untuk memperoleh pengertian

yang lengkap tentang variasi umat manusia dan tata cara orang menyesuaikan diri

dengan lingkungannya yang beraneka ragam. Faham mengenai Ras itu dicapai

dengan mengklasifikasikan beragam ciri tubuh manusia yang sering disebut

dengan somatologi.

b. Antropologi Budaya. Antropologi Budaya mempelajari atau mengkaji

tentang pola-pola kehidupan masyarakat. Prehistori/prasejarah mempelajari

sejarah perkembangan dan penyebaran kebudayaan manusia sebelum mengenal

tulisan. Suatu bangsa yang tidak mengenal tulisan tentu tidak dapat menyatakan

kejadian-kejadian atau peristiwa dalam masyarakat dan kebudayaannya. Zaman

sebelum manusia mengenal tulisan disebut zaman prehistori atau prasejarah. Sub-

ilmu prasejarah seringkali juga dinamakan ilmu arkeologi, namun berbeda dengan

arti ilmu arkeologi di Indonesia, dimana arkeologi diartikan sebagai sejarah dan

kebudayaan zaman prasejarah Indonesia, yang dilanjutkan sampai zaman masa

jatuhnya negara-negara Hindu dan lenyapnya kebudayaan Hindu-Indonesia. Ilmu

prasejarah Idonesia masih sangat muda dimulai disekitar tahun 1920, dengan

penelitian-penelitian para ahli arkeologi,yaitu A.J.J T a. T. Van der Hoop dan C.T

van Stein Callenfels. Sekarang ini ilmu prasejarah di Indonesia resmi masuk dalam

ilmu arkeologi, hal ini berbeda di universitas serta lembaga ilmiah di negara lain.

Ilmu Presejarah Indonesia tidak merupakan bagian dari ilmu Antrolpologi.

Etnolinguistik atau antropologi linguistik mengkaji atau meneliti daftar kata-kata dan

deskripsi tentang ciri dan tata bahasa dari beratus-ratus bahasa suku bangsa di

berbagai tempat di muka bumi, yang berkembang berbagai metode analisa

kebudayaan dan metode untuk menganalisa serta mencatat bahasa-bahasa yang

tidak mengenal tulisan. Semua bahan dan metode tersebut sekarang telah terolah

Page 12: antropologi bebas

12

dalam ilmu linguistik umum, namun demikian ilmu etnolinguistik menjadi bagian

dari ilmu antropologi.

Etnologi adalah bagian ilmu antropologi yang mempelajari asas-asas manusia

dengan cara meneliti sejumlah kebudayaan suku-suku bangsa yang tersebar

diseluruh dunia. Hasil penelitiannya dinamakan etnografi. Ahli etnologi mempelajari

kebudayaan manusia ditinjau dari sudut komparatif atau historis dengan

mengadakan observasi secara langsung kepada masyarakat yang diteliti. Etnografi

mendeskripsikan suatu kebudayaan suatu suku bangsa. Selain meneliti kebudayaan

yang telah lewat seorang etnolog juga mengkaji kebudayaan-kebudayan

zaman sekarang.

Etnopsikologi adalah bagian dari ilmu antropologi yang menggunakan konsep-

konsep psikologi dalam analisanya. Hal ini dikarenakan timbulnya perhatian para ahli

antropologi terhadap; (1) Kepribadian bangsa, (2) perasaan individu dalam proses

perubahan adat-istiadat,(3) Nilai universal dari konsep-konsep psikologi.

Meski pada tahun 1930 dengan menggunakan metode antropologi, ahli

antropologi Inggris R.Firth mulai meneliti gejala-gejala ekonomi pedesaan,

penumpukan modal, pengerahan tenaga, sistem produksi, serta pemasaran hasil

pertanian dan perikanan yang dilakukan terhadap masyarakat Oseania dan

Malaysia, yang melahirkan spesialisasi antropologi ekonomi, namun perkembangan

spealisasi antropologi baru berkembang setelah berakhirnya perang dunia II, karena

adanya pembangunan di negara-negara berkembang. Konsep-konsep dan teori-teori

antropologi dipergunakan dalam mempelajari dan menganalisa masalah-masalah

yang menyangkut pembangunan pedesaan, masalah sikap petani terhadap teknologi

baru, dan lain-lain permasalahan yang menyangkut masyarakat terkait

pembangunan.

Masalah pendidikan yang juga banyak ditemukan di negara-negara

berkembang, yang erat kaitannya dengan pembangunan pedesaan, mendorong

timbulnya spesialisasi ilmu antropologi pendidikan. Masih dalam rangka

pembangunan pedesaan, sering kali ahli antropologi diminta oleh para dokter ahli

kesehatan masyarakat atau dokter ahli gizi untuk membantu mereka dalam hal

meneliti atau memberi data mengenai konsepsi dan sikap penduduk desa tentang,

sakit, sehat, dukun, obat tradisional, kebiasaan dan pantangan makan, dan lain-lain

sehingga timbul antropologi kesehatan.

Pembangunan desa juga menimbulkan masalah-masalah penggunaan tanah-

tanah adat atau ulayat, penyakit-penyakit pembangunan seperti kriminalitas, dan

Page 13: antropologi bebas

13

kondisi ini menimbulkan spelsialisasi Antropologi yaitu Antropologi Hukum.

Pembangunan ekonomi masyarakat juga tidak dapat dilepaskan dari proses-proses

perubahan dan perkembangan politik yang terjadi. Masalah-masalah politik yang

sebenarnya menjadi kajian ahli ilmu politik, kemudian tidak dapat dipelajari atau dikaji

tanpa memperhatikan latar belakang kebudayaan, sistem nilai dan sistem norma dari

orang-orang yang melaksanakannya, maka munculah spesialisasi Antropologi politik.

Spesialisasi antropologi yang baru berkembang adalah Antropologi psikiatri,

diantara berbagai penyakit jiwa yang diobati para dokter ahli jiwa ada yang tidak

disebabkan karena adanya kerusakan dalam otak atau organisma, melainkan karena

tertekannya jiwa dan emosi sipenderita, yang diakibatkan peranan aspek sosial

budaya sebagai latar belakang penyakitnya. Penelitian-penilitian mengenai masalah

latar belakang sosial budaya pada penyakit jiwa, menyebabkan timbulnya antropologi

psikiatri.

BAB III

HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN ILMU LAIN

10. Umum. Antropologi bukan satu-satunya disiplin ilmu yang mempelajari

tentang manusia. Antropologi mempunyai tujuan yang sama dengan ilmu sosial lainnya

dan ilmu alam. Antropologi mempunyai hubungan timbal balik dengan ilmu-ilmu lain

misalnya, geologi, paleontologi, anatomi, kesehatan, psikologi, linguistik, psikiatri,

arkeologi, sejarah, geografi, ekonomi, hukum adat dan administrasi, serta politik.

11. Hubungan Antara Geologi dan Antropologi. Bantuan ilmu geologi yang

mempelajari ciri-ciri dari lapisan bumi beserta perubahan-perubahannya, terutama

dibutuhkan oleh sub-ilmu paleoantropologi dan prasejarah, menetapkan unsur relatif dari

fosil-fosil makhluk Primat serta fosil-fosil manusia zaman dulu, dan juga artefak-artefak

maupun bekas-bekas kebudayaan hasil galian para ahli arkeologi, untuk menganalisa

umur dari lapisan bumi tempat benda-benda itu tersimpan.

12. Hubungan Antara Paleontologi dan Antropologi. Bantuan dari paleontologi

sebagai ilmu yang meneliti fosil makhluk-makhluk purba guna merekontruksi proses

evolusi yang terjadi pada manusia, tentu sangat memerlukan ilmu paleoantropologi dan

ilmu prasejarah. Pengertian tentang umur fosil-fosil kera dan manusia, serta umur artefak-

Page 14: antropologi bebas

14

artefak yang diperoleh dengan cara menggali, dapat juga dicapai dengan mengetahui

umur relatif dari fosil-fosil paleontologi yang ditemukan di dekat situs yang bersangkutan.

13. Hubungan Antara Ilmu Anatomi dan Antropologi. Seorang ahli antropologi

fisik, baik yang mengkhususkan perhatiannya pada paleoantropologi maupun meneliti ciri-

ciri ras sangat memerlukan bantuan ilmu anatomi karena ciri-ciri dari berbagai bagian

kerangka manusia, bagian tengkorak, serta ciri-ciri dari bagian tubuh pada umumnya

menjadi obyek penelitian yang terpenting bagi seorang ahli antropologi fisik untuk

memahami asal mula serta penyebaran manusia, dan hubungan antara berbagai ras di

dunia.

14. Hubungan Antara Ilmu Kesehatan dan Antropologi. Dalam memahami data

tentang konsepsi dan sikap penduduk suatu daerah tentang kesehatan, sakit, dukun,

obat-obatan tradisional kebiasaan serta pantangan makanan dan lain-lain, seorang ahli

antropologi perlu dan membutuhkan pengetahuan ilmu kesehatan. Bagi seorang dokter

yang bertugas, tinggal dan bekerja di wilayah yang asing bagi dirinya, antropologi memiliki

metode-metode dan cara-cara untuk dapat memahami serta menyesuaikan diri dengan

kebudayaan serta adap-istiadat setempat.

15. Hubungan Antara Ilmu Psikologi dan Antropologi. Ketika hubungan antar bangsa

semakin erat, pengetahuan tentang suatu bangsa lain mulai dipelajari oleh para ahli.

Untuk mengkaji dan meneliti kepribadian suatu suku bangsa, diperlukan pengetahuan

ilmu psikologi dan konsep-konsep serta teori-teori yang dikembangkan oleh ilmu psikologi

16. Hubungan Antara Ilmu Linguistik dan Antropologi. Ilmu Lingusitik atau ilmu bahasa

mula-mula adi pada akhir abad ke-18, ketika para ahli mulai menganalisa naskah-naskah

klasik dalam bahasa-bahasa Indo-German (yaitu bahasa Latin, Yunani, Gotis, Avestis,

Sansekerta, dan lain-lain). Sekarang ilmu linguistic telah berkembang menjadi ilmu yang

berusaha mengembangkan konsep-konsep dan metode-metode untuk mengupas segala

macam bentuk bahasa global. Dalam antropologi, untuk pengumpulan data diperlukan

pengetahuan kilat tentang bahasa penduduk daerah yang di jadikan obyek penelitian.

Bahan tentang kehidupan penelitian hanya dapat diperoleh apabila komuniasi dengan

penduduk dapat berjalan lancar, dan untuk berkomunikasi diperlukan bahasa. Apabila

bahasa dari penduduk yang bersangkutan belum pernah diteliti orang lain, bahasa

tersebut tidak dapat dipelajari sebelumnya dari buku-buku pelajaran, buku tata bahasa,

Page 15: antropologi bebas

15

ataupun kamus. Oleh karena itu dengan berbekal pengetahuan mengenai linguistic (ilmu

bahasa) seorang antropolog menguasai alat atau metode untuk dapat menganalisa dan

mempelajari bahasa dalam waktu reatif singkat.

17. Hubungan Antara Arkeologi dan Antropologi. Antropologi mempelajari kebudayaan

manusia sejak manusia belum mengenal tulisan (prasejarah). Bahan yang digunakan

dalam meneliti kebudayaan kuno dengan menggunakan bekas-bekas bangunan kuno,

reruntuhan kuil, istana, bangunan irigasi, piramida, candi, prasasti-prasati, buku-buku

kuno. Analisa dan kajian peneltian bahan-bahan tersebut, memerlukan pengetahuan

tentang ilmu arkeologi. Antropologi juga membantu kajian ilmu arkeologi dalam

kebudayaan manusia yang lebih luas. Ilmu arkelogi Indonesia, misalnya meneliti

kubudayaan-kebudayaan kuno dari suatu lapisan social yang sangat kecil yaitu lapisan

sosial yang hidup disekitar istana raja-raja yang masa lalu menulis prasasti, membuat

candi dsb., sebaliknya antropologi Indonesia dapat menambah pengetahuan kita tentang

kebudayaan rakyat jelata yang tinggal di pedesaan, pantai dll.

18. Hubungan Antara Geografi dan Antropologi. Geografi atau ilmu bumi, mencoba

mencapai pengertian tentang alam dunia ini dengan gambaran-gambaran tentang bumi

dan ciri-ciri dari segala bentuk hidup yang ada di bumi, seperti flora dan fauna serta

manusia. Ahli antroplogi memerlukan ilmu geografi karena banyak masalah kebudayaan

manusia berkaitan dengan keadaan alamnya. Ahli geografi juga memerlukan

pengetahuan tentang ilmu antropologi karena kajian bumi dan isinya terdapat manusia

yang beraneka ragam rupa dan sifatnya.

19. Hubungan Antara Ilmu Hukum dan Antropologi. Sejak timbulnya ilm hukum adat

pada awal abad-20, para ahli hukum telah menyadari pentingnya antropologi sebagai ilmu

bantu dalam melakukan penelitian-penelitiannya. Beberapa ahli hukum adat secara nyata

telah menggunakan metode-metode antropologi guna menyelami latar belakang

kehidupan hokum adat diberbagai masyarakat Indonesia. Antropologi dianggap penting

karena hukum adat bukan suatu system hukum yang telah diabstraksikan sebagai aturan-

aturan dalam undang-undang, melainkan timbul dan hidup langsung dari masalah-

masalah perdata yang berasal dari aktivitas masyarakat.

Sebaliknya Antropologi, memerlukan bantuan ilmu hukum adat Indonesia, Karena

setiap masyarakat, baik yang sangat sederhana bentuknya maupun yang telah maju,

tentu mempunyai kegiatan-kegiatan yang berfungsi sebagai pengendali sosial, salah

Page 16: antropologi bebas

16

satunya hukum. Konsepsi antropologi yang menganggap hukum hanya sebagai salah

salu pengendali sosial itu yang menyebabkan seorang ahli antropologi juga harus

mengetahui pengetahuan umum tentang konsep-konsep hukum pada umumnya.

20. Hubungan Antara Ilmu Administrasi dan Antropologi. Di Indonesia masalah-

masalah agrarian (tanah) memerlukan suatu kajian dan penanganan yang komplek guna

pelaksanaan administrasi yang baik. Masalah-masalah administrasi terutama masalah

agraria dapat diperoleh dari penelitian-penelitian yang menggunakan metode-metode

antropologi.

21. Hubungan Antara Ilmu Politik dan Antropologi. Dalam mempelajari suatu

masyarakat, yang dilakukan untuk menulis suatu deskripsi etnografi, seorang antropologi

secara langsung akan berhadapan dengan kekuatan-kekuatan dan proses-proses politik

local, maupun dengan aktifitas-aktifitas dan cabang-cabang politik nasioanal. Untuk

menganalisa itu, maka diperlukan ilmu politik. Ahli ilmu politik dalam mengalisa dan

melakukan penelitian tentang partai-partai politik misalnya harus juga memahami latar

belakang, system norma, adat istiadat tradisional dari ketua partai atau anggota partai

politik yang diteliti. Untuk memahami latar belakang adat istiadat tradisional itulah metode

analisa antropologi penting bagi ahli politik, guna mendapatkan pengertian mengenai

tindak tanduk partai politik yang ditelitinya.

22. Hubungan Antara Ilmu Sejarah dan Antropologi. Hubungan ini sebenarnya mirip

dengan hubungan antara arkeologi dan antropologi. Para ahli antropologi memerlukan

ilmu sejarah, terutama sejarah dari suku-suku bangsa penduduk daerah yang ditelitinya,

untuk memecahkan masalah yang diakibatkan oleh pengaruh kebudayaan asing. Sering

kali ahli antropologi juga masih harus merekontruksi sejarah suatu suku bangsa yang

diteliti, yang memerlukan pengetahuan tentang metode-metode sejarah.

22. Ilmu Gabungan Mengenai Tingkah Laku Manusia. Dalam zaman modern sekarang

ini, suatu pengertian tentang azas-azas kehidupan serta tingkah laku manusia dirasakan

sangat perlu. Tingkah laku dan tindakan manusia, tidak hanya diteliti oleh ahli antropologi

melainkan juga oleh berbagai disiplin ilmu seperti, sosiologi, psikologi, kesehatan dan lain-

lain. Dan ahlipun mulai sadar akan batas-batas kemampuan mereka masing-masing, dan

pengertian yang komprehensif mengenai tingkah laku dan tindakan manusia hanya dapat

dicapai dengan bantuan ilmu lain. Bahkan ada saran untuk membina suatu kerjasama

Page 17: antropologi bebas

17

antar disiplin ilmu untuk melakukan penelitian tentang tingkah laku dan tindakan manusia

secara terpadu. Di bawah pimpinan ahli antropologi J.Gillin beberapa ahli antropologi,

sosiologi dan psikologi kemudian mendiskusikan tentang kemungkinan kerjasama antara

ketiga bidang ilmu tersebut, hasil diskusi tersebut diterbitkan dalam bentuk buku berjudul “

Towards A Unified Theory Of Human Behavior “(1956).

BAB IV

SISTEM KEKERABATAN

23. Umum. Orang disebut berkerabat dengan seseorang apabila orang tersebut

mempunyai “hubungan darah” (sebenarnya hubungan genetika) dengan seseorang

individu tadi, baik melalui ibunya maupun melalui ayahnya. Walaupun orang-orang yang

saling mempunyai ”hubungan darah”, sangat besar jumlahnya, mereka masing-masing

tentu hanya mengenal beberapa saja diantaranya.

24. Fungsi Kekerabatan. Hubungan kekerabatan yang ditentukan oleh prinsip-

prinsp keterunan yang selektif, mengikat sejumlah kerabat yang bersama-sama memiliki

hak dan kewajiban tertentu, misalnya hak waris atas harta, gelar, pusaka, lambang-

lambang dan lain-lainnya, dan juga hak atas suatu kedudukan, kewajiban untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama, serta kewajiban untuk

melakukan kegiatan produktif bersama-sama. Prinsip keturunan juga mempunyai fungsi

untuk menentukan keanggotaan dalam kelompok-kelompok kekerabatan.

25. Prinsip Keturunan. Dalam menentukan dan memilih keturunan atau kekerabatan

terdapat beberapa prinsip yaitu;

a. Prinsip Patrilineal, yang memperhitungkan hubungan kekerabatan

melalui garis keturunan pria, sehingga semua kaum kerabat ayah termasuk

dalam batas kekerabatannya, sedang semua kaum kerabat ibu berada di luar

batas itu. Di Indonesia sangat banyak menganut prinsip ini. Dalam masyarakat

Batak, misalnya hubungan kekerabatan diperhitungkan dari garis keturunan pria.

Kaum kerabat ayah juga kaum kerabat ”sosilogisnya” , yaitu kaum kerabat menurut

adat .

Page 18: antropologi bebas

18

b. Prinsip Matrilenial, yang memperhitungkan hubungan kekerabatan

melalui garis keturunan wanita, semua kaum kerabat ibu termasuk dalam batas

kekerabatannya, sedang kaum kerabat ayah diluar batas itu. Suku Bangsa di

Indonesia yang menganut sistem matrilenial adalah suku bangsa Minangkabau.

Suku (marga/kelompok) seseorang di minangkabau adalah mengikuti suku ibunya.

Seorang perempuan mempunyai kedudukan istimewa di dalam adat masyarakat

Minangkabau. Yang menguasai harta pusaka adalah ibu dan yang mengikat tali

kekeluargaan rumah gadang adalah hubungan dengan harta dan sako(gelar)

c. Prinsip Bilenial, yang memperhitungkan hubungan kekerabatan

melalui garis keturunan pria bagi hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu, dan

hubungan kekerabatan melalui garis keturunan wanita bagi hak-hak dan

kewajiban-kewajiban lain pula, sehingga untuk keperluan tertentu seorang individu

menggunakan kedudukannya sebagai kerabat ayahnya, dan di kesempatan lain

sebagai kerabat ibunya. Hubungan kekerabatan dengan sistem ini,ada pada

banyak suku bangsa di Indonesia, namum belum terdeskripsikan dengan baik.

Contoh yg jelas, di luar Indonesia, terdapat pada suku bangsa Umbundu penduduk

daerah padang rumput di dataran tinggi Benguella di Angola Afrika Barat, yang

hidup dari bertenak lembu dikombinasikan dengan pertanian. Hubungan

kekerabatan mereka diperhitungkan secara bilenial, dan setiap individu mengurus

ternaknya bersama dengan kerabat ayahnya(disebut oluse), tetapi bekerja di tanah

pertanian bersama kaum kerabat ibunya(disebut oluina). Demikian pula hukum

adat waris menentukan bahwa ternak hanya dapat diwariskan secara patrilenial,

sedangkan tanah secara matrilenial.

d. Prinsip Bilateral, yang memperhitungkan hubungan kekerabatan

melalui garis keturunan pria maupun wanita. Contoh suku bangsa di Indonesia

yang menganut sistem kekerabatan bilateral adalah suku bangsa Jawa, suku

bangsa Dayak Iban Ulu Ai di Kalimantan.

26. Kelompok Kekerabatan. G.P Murdock membedakan antara 3(tiga) kategori

kelompok kekerabatan berdasarkan fungsi-fungsi sosialnya yaitu: (1) Kelompok

kekerabatan berkorporasi/corporate kingroup, yang sifatnya ekseklusif. Kelompok ini

mempunyai aturan-aturan, norma-norma dan adanya hak bersama atas sejumlah harta.

(2) Kelompok kekerabatan kadangkala/occasional kingroup, kelompok jenis ini biasanya

Page 19: antropologi bebas

19

terdiri dari banyak anggota, sehingga interaksi yang terus-menerus dan intensif, tidak

mungkin lagi, tetapi hanya berkumpul kadang-kadang saja.

L.H Morgan dan beberapa ahli antropologi menggolongkan bentuk-bentuk kelompok

kekerabatan sebagai berikut:

a. Keluarga Inti. Dengan menikah sepasang suami-istri membentuk suatu

kesatuan sosial yang disebut rumah tangga, yaitu kesatuan yang mengurus

ekonomi keluarga rumah tangganya. Rumah tangga biasanya terdiri dari satu

keluarga inti, tetapi mungkin juga terdiri dari 2 atau 3 keluarga inti. Di kota besar

seperti Jakarta misalnya, seringkali masalah perumahan menyebabkan keluarga-

keluarga muda terpaksa menumpang di rumah orang tua mereka. Keluarga inti

terdiri dari suami, isteri dan anak kandung atau anak angkat yang diakui sebagai

anak.

b. Kindred. Di berbagai masyarakat dunia, orang sering saling bantu serta

melakukan kegiatan bersama saudara-saudara kandungnya, atau dengan para

sepupu dari pihak ayah maupun pihak ibu, dan dengan kerabat-kerabat isterinya.

Dalam kegiatan seperti itu sering kali diundang kaum kerabat dari generasi yang

lebih tua, yaitu orang tua suami dan isteri, serta saudara kandung orang tua suami

atau isteri, tetapi juga kaum kerabat dari generasi yang lebih muda, yaitu para

kemenakan. Kesatuan kekerabatan yang disebut kindred ini bermula dari seseorang

yang memprakarsai suatu kegiatan, misalnya pertemuan, upacara, atau pesta daur

hidup, juga pada seseorang yang tertimpa musibah(misalnya kematian). Karena

batasannya yang tidak jelas, maka kindred tidak bersifat corporate tetapi hanya

ocasional/kadangkala saja.

c. Keluarga Luas. Kelompok kekerabatan yang merupakan kesatuan sosial

yang sangat kuat ini selalu terdiri dari lebih satu keluarga inti. Terutama di daerah

pedesaan, warga keluarga luas umumnya masih tinggal berdekatan, dan seringkali

bahkan tinggal dalam satu rumah, seakan-akan mereka merupakan satu keluarga

inti yang sangat besar. Kelompok kekerabatan keluarga luas biasanya dikepalai

oleh anggota pria yang tertua. Dilihat dari komposisinya ada 3(tiga) macam

Keluarga Luas yaitu;

1) Keluarga Luas Utrolokal, yang terdiri dari satu keluarga inti senior

dengan keluarga inti anak-anaknya baik yang pria maupun yang wanita.

Page 20: antropologi bebas

20

2) Keluarga Luas Virilokal, yang terdiri dari satu keluarga senior dengan

keluarga inti dari anak-anak laki-lakinya.

3) Keluarga Luas Uxorilokal, yang terdiri dari keluarga inti senior dengan

keluarga inti senior keluarga-keluarga inti dari anak-anak wanitanya.

Contohnya adalah keluarga luas di Minangkabau, yang terdiri dari suatu

keluarga inti yang senior dengan keluarga inti saudara-saudara kandung

wanita, dan keluarga inti semua anak wanita, yang semuanya menempati

satu rumah adat yang luas, seakan-akan mereka satu keluarga inti besar. Di

Bali, keluarga luas virilokal, tinggal dalam satu komplek perumahan yang

dibatasi dengan tembok. Didalam tembok terdiri dari beberapa rumah yang

ditempati keluarga inti senior dan keluarga-keluarga inti dari anak-anak laki-

laki dari keluarga tsb.

d. Keluarga Ambilenial Kecil. Kelompok kekerabatan ini terjadi apabila suatu

keluarga luas utrolokal membentuk suatu kepribadian yang khas, yang disadari oleh

warganya. Kekerabatan ambilenial kecil biasanya terdiri sekitar 25-30 jiwa, sehingga

mereka masih mengenal dan mengetahui hubungan kekerabatan masing-masing.

Kekerabatan ambilenial kecil, juga menumbuhkan rasa kepribadian, karena adanya

harta produktif milik bersama berupa tanah, kolam ikan, atau pohon buah-buahan,

yang dapat dinikmati oleh semua warga kelompok. Karena itu kelompok keluarga

ambilenial adalah kelompok kekerabatan yang berkorporasi. Contoh kelompok

kekerabatan ambilenial adalah suku bangsa Dayak Iban Ulu Ai yang tingal di

sepanjang sungai Baleh dan sungai Rejang di Serawak Kalimantan. Ahli Antropologi

J.D Freeman, menggambarkan atau mendeskripsikan kegiatan kebudayaan suku

bangsa ini termasuk sistem kekerabatannya.

e. Keluarga Ambilenial Besar. Apabila suatu keluarga ambilenial tidak hanya

terbatas pada 3-4 generasi saja,tetapi juga mencakup lebih banyak generasi yang

diturunkan seorang nenek-moyang tertentu (yang biasanya sudah tidak saling

mengenal bahkan tidak mengetahui hubungan masing-masing), maka kelompok

kekerabatan seperti ini disebut kelompok ambilenial besar. Jumlah warganya bukan

hanya 25-30 orang, tetapi telah membengkak menjadi beberapa ratus orang. Salah

satu contohnya adalah suku bangsa Puyuma di daerah Timur Taiwan. Dalam musim-

musim tertentu mereka mengadakan upacara-upacara besar untuk kesejahteraan

Page 21: antropologi bebas

21

umum di suatu balai keramat(ka-lumah-an) dengan penghormatan ruh nenek

moyang (yang dikenal dari dongeng yang diceritakan secara turun-temurun). Biaya

pelaksanaan upacara ditanggung secara bersama. Kalumahan juga merupakan

tempat menyimpan benda pusaka, dan juga digunakan sebagai tempat musyawarah

serta kegiatan-kegiatan kelompok lainnya. Kewargaan dalam keluarga ambilenial

besar dapat diperhitungkan melalui garis ayah, dan dapat pula garis ibu.

f. Klen Kecil. Klen kecil adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari

beberapa keluarga luas dari keturunan satu leluhur. Ikatan kekerabatan berdasarkan

hubungan melalui garis keturunan pria saja (patrilinelial), atau garis keturunan ibu

saja(matrilenial) sehingga ada klen kecil patrilenial ,klen kecil matrilenial. Warga dari

klen kecil (jumlahnya sekitar 50-70 orang) biasanya masih mengetahui hubungan

kekerabatan masing-masing, dan mereka masih saling mengenal dan saling bergaul,

karena umumnya mereka masih tinggal dalam satu desa. Fungsi dari klen kecil

adalah; (1) Memelihara harta pusaka,atau memegang hak ulayat atau hak milik

komunal atau harta produktif(biasanya tanah dengan segala hal yang diatas maupun

dibawahnya),(2) Bergotong royong dalam pelbagai kegiatan mata pencaharian, (3)

Bergotong-royong dalam melakukan pelbagai kegiatan sosial maupun pribadi, (4)

Mengatur perkawinan sesuai adat mereka. Dalam masyarakat nagari di daerah

Minangkabau sampai sekarang masih ada kelompok-kelompok kekerabatan paruik,

yaitu gabungan dari keluarga-keluarga luas matrilenial(kaum) ,yang dalam

antropologi disebut klen kecil matrilenial.

g. Klen Besar. Klen Besar adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari

semua keturunan dari seorang leluhur, yang diperhitungkan melalui garis keturunan

pria atau wanita, sehingga ada klen besar patrilenial, ada klen besar matrilenial.

Sosok leluhur yang menurunkan para warga klen besar berpuluh-puluh genarasi

lampau sudah tidak jelas lagi, dan sering kali sudah dianggap sebagai tokoh keramat

yang memiliki sejumlah ciri yang luar biasa. Jumlah warga yang sangat besar bahwa

mereka pada umumnya tidak mengenal kerabat-kerabat yang hubungan

kekerabatannya jauh. Walau sudah tidak saling mengenal ,warga klen besar merasa

dirinya terikat pada klen besar, berkat adanya tanda-tanda lahir yang dimiliki klen

besar yang bersangkutan, yaitu nama, nyanyia-nayayian, serta dogeng suci tertentu,

dan juga lambang-lambang. Warga dari suku bangsa Batak, misalnya menyandang

nama dari marga mereka masing-masing. Di daerah Toba kita jumpai nama-nama

Page 22: antropologi bebas

22

Hutabarat, Simanjutntak, dan lain-lain. Di daerah Karo ada nama-nama Ginting,

Sembiring dan lain-lain. Nama disini berfungsi sebagai tanda dari keanggotaan

marga. Setiap klen besar dalam masyarakat suku bangsa Indian Haida( penduduk

pulau dekat pantai Kanada), memilii gambar berupa hewan tertentu, yang digunakan

sebagai motif pakaian, hiasan rumah dan sebagainya. Suku bangsa Indian Hopi

yang bermukim di Negara Bagian Arizona Amerika Serikat, memiliki nyayian suci

yang hanya boleh dinyanyikan klen tertentu.

Fungsi dari klen besar pada umumnya adalah; (1) Mengatur perkawinan,(2)

menyelenggarakan kehidupan keagamaan kelompok,(3) mengatur hubungan antar

kelas/strata dalam masyarakat,(4) Dasar dari organisasi-organisasi politik.

Walaupun demikian, tidak semua masyarakat klen besar memiliki keempat

fungsi tersebut. Marga dalam masyarakat Batak, berfungsi sebagai pengatur

perkawinan. Adat marga seakan-akan menentukan dari marga mana seseorang

diperbolehkan mencari pasangan hidupnya.

h. Fratri. Kata Fratri merujuk pada kelompok kekerabatan patrilenial atau

matrilenial yang sifatnya lokal, dan merupakan gabungan dari kelompok-kelompok

klen setempat (bisa klen kecil, tetapi bisa juga bagian klen besar). Penggabungan ini

tidak selalu merata dan menyangkut seluruh klen. Fungsi dari Fratri dapat disamakan

dengan klen besar, namun fratri lebih bersifat local, dan karena itu fungsi-fungsinya

juga lebih konkret.

i. Paroh Masyarakat. Istilah dalam bahasa Inggris yaitu moiety, adalah

kelompok kekerabatan gabungan klen mirip fratri. Namun ciri khas dari paroh

masyarakat ialah bahwa dalam suatu masyarakat kelompok kekerabatan ini

merupakan setengah bagian dari seluruh masyarakat. Maka tergantung dari struktur

masyarakat, moiety dapat merupakan gabungan dari bagian-bagian lokal suatu klen

besar. Misalnya dalam suatu daerah tertentu terdapat 5 buah desa tempat tinggal

dari 10 klen kecil. Diantara ke 10 klen itu, 4 bergabung menjadi satu, sisanya, 6 klen

juga bergabung menjadi satu. Dengan penggabungan itu, seluruh daerah seakan-

akan terbagi menjadi dua dalam “paroh” yang masing-masing terikat dalam

hubungan kekerabatan. Fungsi dari paroh masyarakat secara garis besar sama

dengan klen besar dan fratri . Walaupun demikian, paroh masyarakat biasanya

masih mempunyai fungsi yang sangat penting, yaitu fungsi politik guna menjaga

kekuasaan serta kekuatan dalam masyarakat.

Page 23: antropologi bebas

23

j.

BAB V

FAKTOR SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT

27. Umum. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai

dengan sistem adat-istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan, dan terikat oleh

suatu rasa identitas bersama. Keberadaan masyarakat dan perubahannya dipengaruhi

oleh faktor sosial budaya. Faktor sosial budaya tersebut, faktor intern atau dari dalam

masyarakat itu sendiri, dan faktor ektern, yaitu yang berasal dari luar masyarakat tersebut.

28. Faktor Sosial Budaya Intern. Faktor internal atau dari dalam masyarakat itu sendiri

antara lain;

a. Pertambahan jumlah penduduk atau warga dari masyarakat. Pertambahan

jumlah penduduk atau warga baik dari kelahiran maupun datang dari luar

masyarakat itu, akan mempengaruhi jumlah warga, komposisi pelapisan sosial di

masyarakat

b. Penemuan-penemuan baru. Adanya penemuan-penemuan baru yang ada di

masyarakat akan mempengaruhi bahkan mengubah pola tingkah laku pada

masyarakat. Contoh pada era tahun 80-an disalah satu satu desa di daerah

Singaraja/Buleleng yang sebagian besar masyarakatnya hidup dari bercocok tanam

padi dan berladang, ketika ditemukan air terjun di hutan wilayah kampung tersebut

dan dibangun sarana jalan menuju air terjun tersebut, mulai berdatangan para

wisatawan. Setelah adanya obyek wisata tersebut banyak warga masyarakat yang

awalnya bekerja dengan berladang atau buruh tani, berubah menjadi pedagang-

pedagang yang menjual aneka makanan kepada para wisatawan.

c. Konflik yang ada di Masyarakat . Konflik-konflik atau pertentangan di dalam

masyarakat memiliki pengaruh di masyarakat tersebut. Suatu wilayah yang tadinya

menjadi satu dalam kegiatan kehidupan maupun budaya bisa terbelah menjadi dua

masyarakat. Contoh Konflik yang terjadi di Ambon, mengubah masyarakat menjadi

dua bagian baik secara fisik maupun kultural yakni Islam dan Kristen.

d. Terjadinya pemberontakan dalam Masyarakat. Pemberontakan dalam

masyarakat juga berdampak atau memiliki pengaruh dalam mengubah masyarakat.

Page 24: antropologi bebas

24

Contohnya, pemberontakan atau pergolakan di Iran awal tahun 86-an, mampu

mengubah masyarakat Iran yang tadinya hidup dibawah Raja yang sekuler, menjadi

suatu masyarakat dengan agama Islam sebagai landasan kehidupan bernegara dan

kehidupan dalam berkebudayaan.

29. Faktor Eksternal. Selain faktor sosial budaya yang berasal dari masyarakat

sendiri, faktor sosial budaya dari luar mampu mempengaruhi/mengubah suatu

masyarakat. Faktor-faktor ekternal antara lain:

a. Fisik Alam. Suatu masyarakat melakukan aktifitas hidup berada dalam

dunia dengan lingkungan alam di sekitarnya. Pengaruh alam dapat mengubah atau

membentuk suatu masyarakat. Masyarakat yang hidup dengan lingkungan alam

bersalju tentu berbeda perilaku kehidupan dan perilaku kebudayannya dengan

masyarakat pantai, masyarakat pegunungan dll. Demikian juga Bencana alam

dapat mengubah struktur fisik dan kebudayaan suatu masyarakat. Bencana alam

tsunami di Aceh pada tahun 2004, selain mengubah/menhancurkan fisik bumi aceh,

juga mengahancurkan artefak-artefak, benda-benda kehidupan di masyarakat.

b. Peperangan. Suatu struktur fisik dan sosial budaya masyarakat juga bisa

berubah karena pengaruh atau dampak-dampak dari suatu peperangan. Struktur

masyarakat Negara Afganisthan porak poranda semenjak adanya perang invasi

negara uni soviet maupun serbuan tentara amerika dan sekutunya. Masyarakat

Afghanistan di daerah-daerah yang dilanda perang yang dulunya masyarakat

peladang dan peternak berubah menjadi masyarakat pengungsi yang hidup di

barak-barak penampungan dengan tingkat kualitas hidup dan kesehatan yang

memprihatinkan.

c. Pengaruh Kebudayaan Lain. Di era global saat ini dimana batas

komunikasi dan pengetahuan sudah menipis, kebudayaan dari luar/asing dapat

menerpa ke suatu masyarakat. Bahkan dengan teknologi komunikasi yang canggih,

kebudayaan lain atau asing mampu menerobos dinding-dinding kamar tidur warga

masyarakat. Dengan Televisi atau Internet digenggaman tangan, kebudayaan lain

dapat mempengaruhi warga masyarakat dimanapun berada termasuk di kamar

RAHASIA

Page 25: antropologi bebas

25

tidur, kantor, sekolah dll. Serbuan-serbuan budaya lain mampu mengubah pola

kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat, dari cara berpakaian, pola makan,

etika, aturan adat, pendidikan dll.

BAB VI

PENUTUP

30. Penutup. Demikian Naskah Departemen tentang Antropologi ini disusun

sebagai Bahan Ajaran pada Pendidikan Dasar Kecabangan Perwira Kesehatan.

Komandan Pusat Pendidikan Kesehatan

dr. Bambang Pratomo Sulistyanto, MM

Kolonel Ckm NRP 31444

RAHASIA

RAHASIA