Paper Antropologi
Transcript of Paper Antropologi
MINIMNYA PENGAKUAN PEMERINTAH DKI JAKARTA TERHADAP
KEBERADAAN ETNIS DAN BUDAYA BETAWI
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Antropologi dan Budaya Indonesia
OLEH :
Sherly Annavita Rahmi (210000042)
Niken Anjar Wulan (210000033)
Yoga Gumelar (210000283)
Aldhila (210000330)
Muhammad Syamsul Bayaan ‘
1 | P a g e
Daftar Isi
Daftar Isi................................................................................................................................................2
ABSTRAKSI.............................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................4
BAB 1.....................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................5
1.2 Perumusan Masalah....................................................................................................................6
1.3 Tujuan dan Metode Penulisan.....................................................................................................6
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................................6
BAB 2.....................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................7
DESKRIPSI KEBUDAYAAN BETAWI..........................................................................................................7
2.1.1 Bahasa..................................................................................................................................7
2.1.2 Sistem Pengetahuan.............................................................................................................8
2.1.3 Organisasi Sosial...................................................................................................................8
2.1.4 Sistem Ekonomi....................................................................................................................8
2.1.5 Sistem teknologi...................................................................................................................9
2.1.6 Sistem Religi..........................................................................................................................9
2.1.7 Kesenian (Seni Budaya).................................................................................................................9
2.1.7. Musik.......................................................................................................................................9
2.1.7.B Tari.......................................................................................................................................10
2.2 Peranan Kebudayaan Betawi Dalam Kehidupan Masyarakat Jakarta........................................13
2.3 Masalah yang terjadi antara pemerintah daerah DKI Jakarta tehadap etnis Betawi serta solusianya .............................................................................................................13
BAB 3...................................................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................18
2 | P a g e
ABSTRAKSI
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa, pada awal Jakarta terbentuk (saat masih berada di
bawah penjajahan Belanda), masyarakat yang tinggal di daerah Jakarta di dominasi dengan
sekolompok penduduk yang mengatasnaakan dirinya sebagai etnis Betawi. Berbagai macam
seni nbudaya berkembang di bawah nama Betawi. Di lain pihak, Jakarta sebagai ibu kota
negara menjadi salah satu tujuan masyarakat dari berbagai etnis di Indonesia untuk
melakukan urbanisasi. Ramainya masyarakat yang menjadikan Jakarta sebagai tempat yang
dapat menjamin hidup mereka membuat Daerah ini semakin membludak dipenuhi oleh
masyarakat yang berasal dari berbagai daerah. Adanya pendatang yang membawa
kebudayaan dari daerahnya masing-masing mengakibatkan kebudayaan dan etnis yang ada di
Jakarta, yaitu Betawi, semakin tersingkirkan. Masyarakat Betawi dengan latar belakang
pendidikan yang kurang mapan menjadi tersingkir ke pinggiran kota. Akan tetapi melihat
fakta yang terjadi di daerah Jakarta, Seni Budaya Betawi masih mewarnai dan mengambil
peranan yang cukup penting dalam dunia pariwisata kota jakarta. Hal tersebut terlihat saat
acara penyambutan tahun baru, penyambutan kedatangan presiden Obama, visit Indonesia,
dan acara-acara besar lainnya yang berpusat di Jakarta, menampilakn adat, kesenian, dan
kebudayaan Betawi sebagai latar belakang budaya utamanya. Tidak hanya itu, kehidupan
sehari-hari masyarakat Jakarta, terutama kalangan menengah ke bawah juga masih sangat
kental dnegan keberadaan etnis Betawi. Nasi uduk contohnya. Kuliner Betawi ini merupakan
salah satu contoh bagaimana Betawi sudah mendarah daging dalam kehidupan sosial, dan
sehari-hari masyarakat daerah Jakarta.
Melihat peranan kebudayaan Betawi yang mewarnai kehidupaka masyarakat daerah DKI
Jakarta, terutama di bidang pariwisata, sudah menjadi hal yang wajar ketika masyarakat etnis
Betawi menuntut serta mendapatkan dana untuk mengembangkan kebudayaan Betawi. Hal
tersebut akan berimplikasi pada bidang pariwisata yang nantinya dapat menjadi pemasukan
dana bagi pemerintah daerah. Namun, yang terjadi di lapangan adalah Dana kompensasi
untuk masyarakat etnis Betawi tidak dimasukkan dalam penyusunan RUU pemerintah daerah
DKI Jakarta. Anggaran dana yang diperuntukkan khusus untuk mengembangkan kebudayaan
etnis Betawi tidak dimasukkan dalam rancangan APBD yang nantinya akan menjadi
rancangan APBN. Hal ini menjadi masalah internal khusus bagi masyarakat Betawi.
3 | P a g e
Oleh karena itu, penulis menganggap permasalah ini perlu diangkat dan didiskusikan,
sehingga mendapat titik terang yang jelas dan nyata.
4 | P a g e
KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena sadari bahwa berkat rahmat dan
hidayatNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Minimnya Pengakuan
Pemerintah Daerah DKI Jakarta Terhadap Keberadaan Etnis dan Budaya Betawi.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Antropologi dan Budaya Indonesia,
menyajikan kebudayaan dari nsalah satu etnis di Indonesia serta mendeskripsikan masalah
yang terjadi pada etnis tersebut. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampainkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu
dan membimbing penulisan ini. Secara khusus penulis penyampaikan terima kasih kepada :
1. Yth, Bapak Kresno Yulianto, selaku dosen mata kuliah Antropologi dan Budaya
Indonesia pada Progra Studi Hubungan Internasional.
2. Teman-teman yang telah membantu dalam proses pembuatan karya tulis ini.
Mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka diterima oleh Allah SWT dan dibalas dengan
pahala yang berlipat ganda. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan, oleh
karena itu kritik dan saran para pembaca akan sangat kami terima dengan senang hati demi
penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga generasi penerus bangsa
Indonesia semakin kompeten dalam menyajikan informasi dalam bentuk makalah
Jakarta, Desember 2010-12-31
Penulis
5 | P a g e
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPerkembangan apresiasi masyarakat terhadap seni Betawi, akhir-akhir ini menunjukkan
perkembangan yang sangat baik. Hal tersebut terbukti dengan semakin banyaknya media
masa yang memuat dan menayangkan ragam budaya Betawi, baik sebagai saran hiburan
maupun pendidikan. Bahkan keanekaragaman unsur budaya yang dimiliki oleh masyarakat
Betawi mampu menginspirasi masyarakat dari etnis lainnya. Maraknya ondel-ondel disetiap
acara besar di Jakarta mengindikasikan bahwa Betawi masih memiliki peranan yang cukup
penting dalam dunia seni dan budaya di Indonesia, provinsi Jakarta khususnya
Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak sejalan dengan pengakuan etnis Betawi yang kian
hari kian memudar dari pihak pemerintahan daerah DKI Jakarta. Hal ini berimplikasi pada
kurangnya kepekaan pemerintah daerah DKI Jakarta dalam pencucuran dana kompensasi
kepada etnis Betawi. Padahal faktanya, kebudayaan Betawi merupakan bagian intim yang
cukup memberikan pengaruh dan warna dalam setiap acara seni dan budaya yang ada di
Jakarta. Sehingga, masalah pengakuan etnis Betawi tersebut menjadi permasalahan tersendiri
yang terus berkembang di kalangan tertentu.
Permasalahan minimnya pengakuan etnis Betawi oleh pemerintah daerah DKI Jakarta yang
berimplikasi pada kurang pencucuran dana kompensasi kepada masyarakat Betawi inilah
yang kami angkat sebagai permasalahan utama makalah ini. Karena kami menganggap
Betawi masih sangat berperan penting dalam menyukseskan dan mewarnai dunia seni dan
budaya Jakarta. Mulai dari musik, tari, sastra, teater, seni rupa, kebiasaan, bahkan kuliner.
Hal ini memberika kesan bahwa pemerintah kurang adil dalam memberikan apresiasi
terhadap kebudayaan Betawi yang pada dasarnya memiliki peranan vital dalam dunia
pariwisata.
1.2 Perumusan MasalahDengan melihat latar belakang diatas, timbul tanda tanya seputar seni dan budaya Betawi
terkait pengakuan pemerintah daerah DKI Jakarta yang berimplikasi pada rendahnya
6 | P a g e
perhatian terhadap dana kompensasi untuk masyarakat Betawi. Oleh karena itu, kami
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana unsur-unsur budaya etnis Betawi ?
2. Bagaimana peranan kebudayaan Betawi dalam kehidupan masyarakat di provinsi DKI
Jakarta
3. Apa masalah yang terjadi antara pemerintah daerah DKI Jakarta tehadap etnis
Betawi ?
4. Apa solusi dari permasalahan minimnya pengakuan keberadaan etnis Betawi ?
1.3 Tujuan dan Metode PenulisanPenulisan ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam mengenai unsur-unsur kebudayaan serta
masalah yang dihadapi oleh masyarakat Betawi sebagai salah satu etnis yang mewarnai
perkembangan industri pariwisata dan kebudayaan provinsi daerah DKI Jakarta, dengan
metode penulisan yang ditekankan pada studi pustaka. Penulisan dengan studi pustaka
bertujuan untuk membuktikan dan menghubungkan antara kumpulan data-data setta fakta
yang ada dengan konsep yang terjadi di lapangan. Sehingga kontekstual yang menjadi acuan
dapat dibuktikan secara jelas dan lebih meyakinkan
1.4 Manfaat PenulisanAdapun manfaat-manfaat yang dapat kita peroleh dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui secara jelas tentang seni dan budaya masyarakat Betawi
2. Mengerti akan pentingnya peranan etnis Betawi dalam dunia pariwisata dan
kebudayaan, terutama di daerah DKI Jakarta
3. Dapat mengetahui kedudukan masalah yang dihadapi masyarakat etnis Betawi dengan
pemerintah daerah DKI Jakarta
4. Dapat mengetahui masukan rumusan rancangan solusi terkait permasalahan yang
terjadi dalam etnis Betawi
7 | P a g e
BAB 2
PEMBAHASAN
DESKRIPSI KEBUDAYAAN BETAWI
Sebagai ibu kota negara Indonesia Jakarta menjadi muara mengalirnya pendatang
baru dari seluruh penjuru Nusantara dan dunia. Meskipun begitu, etnik Betawi di duga
sebagai mamencoloksyarakat yang memiliki sejarah kebudayaan awal yang mendiami
kawasan ini, yaitu dari abad ke-21. Saat itu terdapat sebuah kerajaan bernama Salakanagara
yang didirikan oleh Aki Tirem yang sudah berdiri di tepi sungai Warakas, Jakarta Utara. Aki
Tirem kemudian mengangkat menantunya Dewawarman menjadi raja. Seorang pelawat asal
Tiongkok, Fa Shien pun pada abad ke-5 mencatat kegiatan komunitas masyarakay yang
mendiami daerah aliran sungai Ciliwung. Merekalah yang kemudian dinamakan manusia
proto Melayu Betawi
2.1 Unsur-Unsur Kebudayaan Betawi
2.1.1 BahasaTerpusatnya industri lapangan kerja di jakarta sebagai ibu kota, mengakibatkan
adanya arus perpindahan penduduk yang membludak ke Jakarta. Jakarta kemudian dipenuhi
oleh orang Sunda, Jawa, Bali, Maluku, Melayu, dan beberapa daerah lainnya, disamping
orang China, Belanda, Arab, Portugis, dan lain-lain. Karena keanekaragaman sku ini, bahasa
yang lazim digunakan oleh untuk berkomunikasi antar-penduduk adalah Melayu. Di zaman
modernisasi ini, yang membedakan antara masyarakat Betawi dengan yang lainnya adalah
akhiran “e” yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Contoh : kata “apa ?” menjadi
“ape ?”, “kenapa ?” menjadi “kenape ?”, “saya” menjadi “aye”, dan lain sebagainya.
2.1.2 Sistem PengetahuanSemakin berkembangnya zaman, maka kemujuan di bidang pendidikan pun juga ikut
terpengaruh. Keberadaan etnis Betawi di daerah DKI Jakarta menuntut masyarakatnya untuk
mampu bersaing di dunia pendidikan dengan masyarakat luar. Hal ini dikarnakan, Jakarta
yang dijakdikan sebagai Ibukota negra menjadi pusat pertumbuhan terutama di bidang
pendidikan.
1 Profil Peni Pudaya Betawi oleh Yahya Andi Saputra (2010)
8 | P a g e
Akan tetapi, pendidikan menjadi masalah tersendri bagi masyarakat Betawi.
Rendahnya kesadaran akan pentingnya pendidikan dalam menunjang perkembangan etnis
mereka mengakibatkan masyarakat Betawi yang tinggal di pinggiran kota kurang peka
terhadap pendidikan. Banyak faktor yang mengakibatkan pendidikan menjadi masalah bagi
mereka. Satu diantaranya yaitu minimnya penghasilan yang berimbas pada rendahnya mutu
pendidikan yang di dapat.
2.1.3 Organisasi SosialDalam perkembangannya, pengakuan atas keeksistensian etnis Betawi kian menurun.
Hal tersebut membuat masyarakat Betawi membuat suatu Forum yang memiliki visi dan misi
khusus dalam memperjuangkan etnis Betawi di tengah globalisasi, dan pekatnya variasi etnis
pendatang, yaitu Forum Betawi Rempug, atau sering disingkat dengan (FBR). Adapun yang
menjadi pokok perhatian organisasi ini adalah Masalah Keadilan dan Penegakkan Hukum
bagi masyarakat Betawi, Masalah Demokrasi dan Etika Politik, Masalah Penegakan HAM,
Masalah pengangguran dan kesempatan kerja bagi masyarakat Betawi, Masalah Perburuhan,
Masalah Stabilitas dan pemerataan hasil-hasil Pembangunan kota Jakarta, Masalah intervensi
asing terhadap hak-hak kedaulatan bangsa dan Negara Indonesia, Masalah Pengembangan
Sumber Daya Manusia Masyarakat Betawi, Masalah stabililtas, ketentraman dan ketertiban,
serta Masalah Senin dan Budaya Betawi2.
2.1.4 Sistem EkonomiKebanyakan masyarakat Betawi memiliki mata pencaharian sebagai pedagang. Hal
tersebut terbukti dengan banyaknya penjual-penjual yang berbicara dengan logat betawi
(aksen e) pada bagian akhir kalimatnya. Akan tetapi banyak pula para pengusaha dan
karyawan perkantoran yang berlatarbelakang sebagai orang Betawi.
2.1.5 Sistem teknologi Masyarakat Betawi tidak memiliki gaya bangunan yan khas. Cara membuat bangunan
pun sama dengan daerah lain. Hal yang membuat Betawi memiliki perbedaan dan khas
tersendiri adalah dalam teknik penyambungan, yaitu “tiang guru” dengan “penglari” selalu
diperkuat dengan “pen” (semacam pasak yang terbuat dari bambu) sebagai pengganti paku.
Bila rumah tersebut dibongkar, maka pasak-pasak tersebut hanya tinggal dicopot saja untuk
kemudian dipasang kembali di tempat yang baru.
2 Lapora Visi Misi LBH Forum Rebug Betawi, oleh KH. A. Fadholi El – Muhir Ketua Umum FBR
9 | P a g e
2.1.6 Sistem ReligiBerbicara masalah religi masyarakat Betawi, sama dengan kita membahas masalah
Indonesia yang dianggap sebagai negara muslim. Hal ini dikarenakan masyarakat islam
memiliki angka sensus penduduk yang lebih dominan dibandingkan dengan agama yang lain.
Demikian juga halnya dengan agama yang dianut oleh masyarakat Betawi. Sebagian beasr
masyarakat etnis Betawi dikatagrikan sebagai komunitas Islam, meskipun ada segelintir
orang yang menganut kepercayaan lainnya.
2.1.7 Kesenian (Seni Budaya)
2.1.7. MusikEtnis Betawi memiliki ragam kesenian musik yang sangat kaya. Beberapa kesenian di
bidang musik masyarakat etnis Betawi yaitu : Gambang Kromong, Gambang Rancag,
Gamelan Ajeng, Gamelan Topeng, Keroncong Tugu, Tanjidor, Orkes Samrah, Rebana (ada 9
jenis musik rebana), Orkes Gambus, Sampyong,dan Marawis.3
Gambang KromongNama gambang kromong diambil dari nama alat musik tradisional yang digunakan yaitu
gambang dan kromong, yang merupakan perpaduan seni musik tradisional pribumi dan
China. Dikatakan China karena instrument seperti tehyan, kongahyan, dan sukong.
Sementara unsur pribumi berupa kehadiran instrumen seperti gendang, kempul, gong, dn
lain sebagainya. Memang pada awalnya Gemban g Kromong adalah ekspresi kesenian
masyarakat China, karena sampai awal abad ke-19 lagu-lagu gambang kromong masih
dinyanyikan dalam bahasa China. Baru pada dasawarsa pertama abad ke 20, retepertoar
lagu gambang diciptakan dalam bahasa Betawi.
Gambang Rancag Gambang Rancag dapat disebut sebagai pertunjukan musik sekaligus teater, bahkan
sastra. Ia terdiri dari dua unsur yaitu gambang dan rancag. Gambag berarti musik
pengiringnya dan rancag adalah cerita yang dibawakannya dalam bentuk pantun berkakit.
2.1.7.B TariBenntuk-bentuk tari tradisional yang ada di Betawi mendapat pengaruh yang cukup
kuat dari Sunda. Terutama pada tarian-tarian yang biasa dibawakan dalam pertunjukan
topeng Betawi, Tari Blenggo (Blenggo Rebana maupun Blenggo Ajeng), dan Tari Uncul 3 Musik Betawi. Andi Suprianto. 2007
10 | P a g e
yang biasa diselipkan dalam pertunjukan unjungan Betawi. Dikalangan masyarakat Betawi
santri, kegiatan menari yang dilakukan oleh perempuan kurang dikehendaki oleh masyarakat.
Karena itu, tari Japin, Samrah, dan Blenggo dilakukan oleh kaum laki-laki. Sementara di
kalangan masyarakat Betawi abangan tarian dengan penari perempuan merupakan kegiatan
seni yang lazim. Jika di kalangan santri penari perempuan pada umunya bersifat amatir,
menari hanya sekedar memenuhi kesenangan belaka. Sedangkan di kalangan kelompok
abangan, menari erupakan pekerjaan profesional sebagai mata pencaharian4. Adapun
beberapa tarian daerah betawi yaitu : Tari Topeng, Tari Cokek, Tari Blenggo, Tari Samrah,
dan lain-lain.
2.1.7.C Sastra Sastra tulis merupakan produk masyarakt tulis yang lahir setelah masyarakat itu
mengenal tulisan, kemudian teknologi percetakan. Disamping sebagai sastra lisan, sastra
betawi juga mengenal satra tlisan yang dihasilkan oleh sejumlah penulis sejak abad ke-19
sampai hari ini. Di masa lalu kita mengenal para pengrang hikayat dari Peconeng yang
bernama Sapirin bin Usman al-Fadil dan Muhammad Bakir yang aktif menulis naskah di
awal abad ke-20. Naskah karangan sapirin antara lain Hikayat Nakhoda Asyik, dan salah satu
karangan Muhammad Bakir yang terkenal adalah Hikayat Merpati Mas5
2.1.7.D TeaterTeater tradsional Betawi merupakan pertunjukan yang membawakan lakon atau
cerita, baik dengan atau tanpa tutur kata. Sementara teater dengan tutur kata dapat dibedakan
antara lakon atau cerita yang dituturkan oleh seorang yang lebih penutur, seperti sahibul
hikayat, dan teater yang ceritanya dimainkan oleh sejumlah pemain atau boneka seperti
wayang dan lenong.
2.1.7.E BudayaRitus hidup orang Betawi penuh dengan upacara, terbentang dari lahir hingga ke liang
kubur. Masing-masing pacar memiliki tujuan dan simbol tersendiri. Beberapa diantaranya
yaitu Akeke (Akekah), Sunatan, Khatam Qur’an, Menikah, Bikin dan pindahan rumah, Nuju
bulan, Kaulan (Nazar), Lebara, Alam Kematian, dan lain-lain.6
2.1.7.F KulinerKuliner menjadi daya tari tersendiri dalam kebuadayan Betawi. Banyak makanan khas
daerah Betawi. Berikut beberapa diantaranya :
4 “Mengulas Lebih Dalam Tarian Adat Betawi”. Abdul Halim. 20085 “Profil Seni Budaya Betawi”. Jakarta City Government Tourism and Culture. 20096 Sumber : www.wikepedia.com (adat istiadat etnis betawi), diakses pada 15 Desember 2010
11 | P a g e
Kerak TelorPenganan yang satu ini identik dengan Pekan Raya Jakarta (PRJ). Sebab, kerak telor
selalu dijumpai setiap kali PRJ digelar. Saat ini, kerak telor menjadi makanan langka.
Meski merupakan penganan khas Betawi, penjualnya justru kebanyakan berasal dari
Sunda, Jawa Barat
Kerak telor memiliki rasa yang gurih. Rasa gurih itu datang dari bahan-bahan yang
digunakan di dalamnya, yaitu beras ketan putih, telur ayam atau bebek, udang yang
digoreng kering, bawang merah goreng, kelapa sangrai, cabai merah, kencur, jahe,
merica, garam, dan gula pasir. Rasa gurih pada kerak telor bersumber dari campuran
udang, bawang merah, kelapa sangrai, cabai merah, kencur, jahe, merica, dan gula pasir.
Kembang GoyangSama seperti kerak telur, camilan khas Betawi ini juga sudah mulai jarang ditemui.
Padahal rasanya yang gurih cukup menarik untuk dijadikan sebagai teman minum teh.
Tidak percaya? Coba cari snack tersebut di pasar, lalu jadikan teman minum teh. Apabila
tidak menemukan penjualnya, Anda dapat membuat sendiri. Siapkan tepung beras, gula,
telur, santan, minyak goreng, dan cetakan kembang goyang. Kocok telur dan gula hingga
lembut.
Masukkan tepung dan santan. Adukaduk hingga tercampur dan adonan licin. Lalu,
panaskan minyak di wajan. Celupkan cetakan kembang goyang ke minyak panas hingga
panas. Celupkan cetakan ke adonan. Celup lagi cetakan ke minyak panas. Setelah itu
goyang-goyangkan hingga adonan lepas.
Roti BuayaPembuatan roti berbentuk buaya sebenarnya terinspirasi dari kebiasaan buaya yang hanya
menikah sekali sepanjamg hidupnya. Berangkat dari situ, roti buaya dijadikan sebagai simbol
kesetiaan pasangan yang telah menikah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika roti buaya
selalu hadir di setiap acara pernikahan adat Betawi.
12 | P a g e
Sekarang, mencari roti buaya terbilang sulit. Tidak semua toko roti menjualnya. Jika ingin
membeli roti buaya, orang juga biasanya harus memesannya terlebih dahulu. Padahal
membuat roti buaya tidaklah sulit. Bahan-bahannya yang terdiri dari terigu, gula pasir,
margarin, garam, ragi, susu bubuk, telur, dan pewarna mudah diperoleh. Hanya, membentuk
adonan hingga menyerupai buaya memerlukan kesabaran bagi yang tidak terbiasa
membuatnya.
Kue RangiKue khas Betawi itu kini jarang ditemui. Meski demikian, beberapa resto mulai menawarkan
kembali hidangan tersebut. Kue rangi atau biasa disebut sagu rangi terbuat dari tepung kanji
dicampur dengan kelapa yang diparut kasar. Dahulu, orang memanggang kue rangi dengan
memanfaatkan api yang berasal dari kayu bakar atau arang. Alhasil, kue tersebut menjadi
lebih wangi. Jika ingin mencicipinya, Anda juga dapat membuatnya sendiri.
Bahan-bahannya adalah kelapa setengah tua, ampas kelapa, tepung sagu aren, garam, dan
gula merah. Cara membuatnya, campur kelapa parut, ampas kelapa, tepung sagu, dan garam.
Aduk hingga rata. Panaskan wajan, taruh 1-2 sendok makan adonan. Ratakan hingga tipis.
Lalu masak sampai kering dan matang. Setelah itu, taburi permukaannya dengan gula merah,
lipat dua, dan angkat jika sudah garing.
2.2 Peranan Kebudayaan Betawi Dalam Kehidupan Masyarakat JakartaTanpa di sadari, mau tidak mau kebudayaan Betawi mengampil peranan tersendiri bagi
dunia pariwisata daerah DKI Jakarta. Banyaknya penampilan seni tari dan musik Betawi,
ondel-ondel, abang-none, bahkan sampai menggunkan pakaian adat Betawi pada acara besar
tertentu, misalnya perayaan tahun baru, penyambutan visit Indonesia, dan lain sebagainya
membuktikan bahwa kebudayaan Betawi masih mewarnai sebagian besar pariwisata kota
Jakarta.
Selain itu, dari segi kuliner Betawi juga masih mengambil andil dalam keseharian Jakarta.
Mulai dari Nasi Uduk yang dinikmati oleh sebagian besar kalangan menengah ke bawah
untuk sarapan, Nasi kebuli yang sering dijadikan santapan bagi komunitas Arab, yang
dimasak dengan kuah daging dan rempah-rempah, sampai pada makanan ringan yang
13 | P a g e
sering dijadikan sebagai oleh-oleh, yaitu dodol betawi. Semuanya mengambil porsi
tersendiri dalam mewarnai kehidupan di kota besar Jakarta.
Akan tetapi, dengan banyaknya pendatang yang berimigran ke kota Jakarta serta ikut
mengembangkan budaya daerahnya di kota metropolitan ini mengakibatkan peranan
Kebudayaan Betawi kian memudar. Seiring berjalannya waktu, masuknya masyarakat
dari daerah dan etnis lain mengakibatkan masyarakat Betawi kian terdorong ke pinggiran
kota. Mekipun masyarakat Betawi secara kasat mata telah terpinggirkan, namun pada
nyatanya, kebudayaan yang dimiliki oleh etnis Betawi tetap mengakar kuat di daerah
Jakarta. Lihat saja pakaian daerah yang dikenakan oleh Putri Indonesia wakil dari Jakarta.
Ia masih menggunakan pakaian adat Betawi. Selain itu bagaimana dengan sambutan baiik
terhadap acara pemilihan abang-none di daerah DKI Jakarta. Semua itu mengindikasikan
bahwaKebudayaan Betawi, baik dari pakaian adat, kuliner, sampai pada kesehariannya
masih mengambil peranan tersendiri di daerah DKI Jakarta7.
2.3 Masalah yang terjadi antara pemerintah daerah DKI Jakarta tehadap etnis Betawi serta solusianya .
Kebudayaan Betawi yang masih digunakan dan ikut mewarnai dunia pariwisata dan
keseharian bagi sebagian masyarakat, khususnya menengah ke bawah kurang mendapat
apresiasi oleh pemerintah daerah DKI Jakarta. Banyak alasan yang dikeumakan oleh
media terkait masalah ini. Salah satunya yaitu,banyaknya etnis baru yang berimigrasi ke
kota jakarta, sehingga mengakibatkan adanya pergeseran nilai-nilai Budaya Betawi yang
sedikit demi sedikit digantikan oleh budaya lain. Memang, pada dasarnya penduduk
Betawi sejak awal sudah angat heterogen. Kesenian Betawi lahir dari perpaduan berbagai
unsur etnis dan suku bangsa yang ada di Betawi. Akan tetapi pencetusan budaya yang
mengatasnamakan Betawi, barulah terjadi pada abad ke-2, sebelum etnis-etnis lainnya
menggunakan dan mengatasnakan budaya tersebut sebagai hak miliknya. Masuknya etnis
sunda, Jawa, Batak, Minang, dan lain sebagainya ke daerah DKI Jakarta merupakan
faktor utama tergesernya masyarakat Betawi. Kebanyakan Masyarakat Betawi (terutama
kelas menengah ke bawah) bertempat tinggal di daerah pinggiran kota. Sedangkan pada
pusat kota ditempati oleh masyarakat kelas menengah ke atas, yang nyatanya bukanlah
orang Betawi asli
7Sumber : http://www.anneahira.com/budaya-betawi-1418.htm, diakses pada 20 Desember 2010
14 | P a g e
Pergeseran etnis Betawi oleh etnis pendatang ini mengakibatkan adanya permasalahan
pengakuan keberadaan mereka di DKI Jakarta, yang berimbas pada rendahnya kesadaran
Pemerintah dalam menurunkan dana kompesasi untuk masyarakat adat Betawi.
Dana kompensasi untuk masyarakat adat Betawi merupakan keniscayaan sebagai
konsekuensi pengakuan keberadaan mereka. Dana tersebut dapat dimasukkan dalam pos
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta untuk mengembangkan dimensi
sosial budaya masyarakat adat Betawi setelah lama termarjinalisasi di tengah
Metropolitan Jakarta Raya.
Dalam Rapat Dengar Pendapat Umum Panitia Khusus Dewan Perwakilan Daerah
untuk DKI Jakarta yang dipimpin Ketua Pansus DKI Jakarta yang juga anggota DPD asal
DKI Jakarta, Biem T Benyamin S, di lantai 2 Gedung B DPD Kompleks Parlemen,
permasalahan pencucuran dana kompensasi terhadap masyarakat Betawi dijadikan
sebagai agenda utama perbaikan sistem pemerintahan daerah terkait dengan pengakuan
keberadaan etnis Betawi di daerah DKI Jakarta, khususnya di bidang pariwisata. Dalam
RDPU mengundang sejumlah pengurus Badan Musyawarah Masyarakat (Bamus) Betawi
yang juga diikuti Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi), FMBPK (Forum
masyarakat Betawi Pinggiran Kota), dan PMB (Perhimpunan Masyarakat Betawi). Acara
dihadiri antara lain Ketua Bamus Betawi Amarullah Asbah, Koordinator Bidang Politik
dan Hukum Bamus Betawi Bahrullah Akbar, Sekretaris Bamus Betawai merangkap
Sekretaris Bidang Hubungan Antar Lembaga Becky Mardani, dan Dewan Pakar Bamus
Betawi Siti Nurbaya.
Dalam rangka penuntasan masalah pengakuan etnis Betawi ini, Pemerintah Pusat
Pemerintah DKI Jakarta mengundang sejumlah organisasi masyarakat adat Betawi untuk
mengajak etnis Betawi peduli kepada keetnisan mereka dan menjadi bagian untuk
memperjuangan pengakuan masyarakat adat Betawi dalam RUU DKI Jakarta yang tengah
disusun8. Ini kepentingan bersama, maka semua kalangan masyarakat etnis Betawi diajak
memperjuangkan keberadaan etnis Betawi dalam RUU.
Siti, mantan sekertaris Jendral Luar Negeri mengatakan bahwa tradisi dan budaya
Betawi telah lama termarjinalisasi di tengah Metropolitan Jakarta Raya sebagai pusat
pemerintahan Republik Indonesia dan ibukota Provinsi DKI Jakarta. Alhasil, kegiatan
8 Catatan Penpus DKI Jakarta, Laporan Hasil Rapat RUU DKI, tahun 2007
15 | P a g e
seni dan budaya Betawi selama ini juga tidak berkembang karena terbentur antara lain
pendanaan, sementara pembinaan yang diharapkan dari pemerintah daerah dan
pemerintah pusat tidak berjalan.
Sebagia besar masyarakat yang tinggal di jakarta berpendapat bahwa keberadaan seni
dan budaya Betawi, termasuk kesenian tradisionalnya dalam beragam bentuk seperti tari-
tarian, teater, nyanyian, dan musik sepatutnya berkembang seperti kesenian tradisional
etnis lain.Masa seni dan budaya di kampung sendiri tidak hidup. Oleh karena itu sudah
sepatutnya pemerintah memperhatikan perkembangan sosial budaya warga Betawi.
Dengan demikian, implementasi UU DKI Jakarta nanti harus mengakomodasi
pengakuan etnis Betawi dan menjamin pengangkatan harkat dan martabat masyarakat
adat jika tidak menghendaki seni dan budaya etnis Betawi lenyap ditelan arus perubahan
zaman yang sudah mengglobal. Kalau tidak perkembangan seni dan budaya Betawi akan
semakin memudar
Rencana pemerintah Indonesia meratifikasi konvensi perlindungan masyarakat adat
akan menguntungkan posisi nasional etnis Betawi di dalam memperoleh hak-hak
tradisionalnya. Karena itulah, dibutuhkan inventarisasi keberadaan masyarakat adat
Betawi di Jakarta dengan melacak legitimasi dan inventarisasi masalah mereka. Peluang
perlindungan itupun juga ada di konstitusi.
Legitimasi keberadaan masyarakat adat Betawi dapat dilacak dari sejumlah peraturan
daerah yang pernah dikeluaarkan Pemprov DKI Jakarta atau dokumen rencana jangka
pendek dan jangka panjang Pemprov DKI Jakarta. Setelah itu, menginventarisasi masalah
masyarakat adat Betawi adalah hal yang penting untuk dilakukan, terutama bidang
pertanahan dan pendidikan.
Supaya dapat diterima dan memperoleh justifikasi, perlu dilakukan sosialiasi dan
pendekatan kepada para anggota DPR dan DPD, ditambah pengawasan organisasi
masyarakat etnis Betawi. Selain itu, dibutuhkan kesiapan mental untuk mengambil
kesempatan dalam rangka mempertegas masyarakat adat Betawi
16 | P a g e
Data yang kami peroleh dari Laporan Dana Kompensasi Adat Betawi9 pengalokasian
dana kompensasi kepada etnis Betawi sekitar 2,5% dari total APBD yang mencapai Rp 20
triliun. Jadi akan sekitar Rp 500 miliar dana kompensasi untuk pendidikan, ekonomi, dan
budaya.
Bagi Bahrullah, salah seorang pengamat etnis Betawi 10pengakuan terhadap etnis
Betawi sudah tercakup mutlak dalam persyaratan berdirinya sebuah negara, karena
Betawi merupakan bagian tak terpisahkan dari rakyat Indonesia. Karena itu, pemerintah
tidak perlu mempertanyakan lagi eksistensi etnis Betawi karena sudah menyatu dengan
cita dan semangat kebangsaan Indonesia sebagaimana dirintis Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928.
Oleh karena itu, kami menyimpulkan bahwa yang dihadapi masyarakat Betawi
sekarang ialah pemahaman di kalangan pejabat pemerintah pusat dan daerah terhadap
keetnisan Betawi. Kebulatan tekad masyarakat Betawi harus digelorakan kembali dalam
memperjuangkan hak-hak tradisionalnya. Alokasi dana kompensasi tersebut harus
mengacu kepada APBD DKI Jakarta sebagaimana digariskan Departemen Dalam Negeri
dan Departemen Keuangan. Tuntutan pemberian alokasi hanya dapat digolkan ke dalam
anggaran yang dalam nomenklatur APBD tidak dikenal pos dana kompensasi. Ini jelas
sulit, karena membutuhkan good will pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Jika pos
dana kompensasi dapat dituntaskan, akan sangat berdampak positif jika dianggarkan
untuk bidang pendidikan anak-anak atau pemuda-pemudi etnis Betawi. Harus ada
tuntutan agar alokasi APBD untuk pendidikan.
BAB 3
PENUTUP3.1 Kesimpulan
9 Laporan Dana Kompensasi Adat Betawi dalan RUU, di download di situs : http://dpd.go.id/2007/02/masyarakat-adat-betawi-minta-dana-kompensasi-dalam-ruu-dki-jakarta/ (pada 19 Desmber 2010)10 Dikuitip dari Blognya (http://Bahrullah.Betawibllog.com)
17 | P a g e
Kebudayaan Betawi masih cenderung memberikan kontribusi yang besar dalam keseharian
masyarakat yang tinggal di daerah Jakarta. Bahkan pemerintah juga sering menggunakan seni
budaya Betawi dalam mengisi acara-acara besar tertentu yang berpusat di DKI Jakarta. Hal
ini mengindikasikan bahwa Betawi sangat berperan penting dalan dunia pariwisata. Namum,
sayangnya, pemerintah kurang memberikan perhatian yang cukup adil dalam
mengembangkan kebudayaan etnis Betawi ini. Hal tersebut terbukti ketika tidak
dimasukkannya dana kompensasi yang diperuntukkan kepada masyarakat Betawi dalan RUU.
Ini mengindikasikan bahwa masyarakat etnis Betawi kian terpinggirkan oleh etnis dan
budaya lain yang dibawa oleh para pendatang di DKI Jakarta. Sehingga kesadaran
pemerintah daerah akan keberadaan etnis Betawi sebagai salah satu budaya yang mewarnai
dan mengambil andil dalam dunia pariwisata kian hari kian minim.
3.2 Saran
Dalam membuat kebijakan, terutama pembuatan RUU yang berkaintan dengan pariwisata,
sebaiknya pemerintah DKI Jakarta lebih melihat etnis mana yang lebih berkontribusi dan
memberika perannya dalam mengembangkan pariwisata di daerah, bahkan mungkin di
tingkat nasional. Bagi etnis yang memang memberikan andil yang cukup besar, sudah
sepatutunya pemerintah daerah memberikan apresiasi dengan membuat Rancangan APBD
yang berisi dana kompensasi untuk kepeluan pengembangan seni budaya. Selain itu,
pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah
dalam mengembangkan pola pikir masyarakat, khususnya mesyarakat Beawi. Karena
keterbelakangan pendidikan mengakibatkan kurangnya kualitas pola pikir masyarakat. Hal
inilah yang menjadi masalah dan faktor utama yang membuat masyarakat Betawi (khususnya
kalangan menengah ke bawah) dapat dengan mudahnya tersingkirkan oleh masyarakat
pendatang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Dana Kompensasi Adat Betawi dalan RUU, di download di situs : Dikuitip dari
Blognya (http://Bahrullah.Betawibllog.com)
18 | P a g e
Catatan Penpus DKI Jakarta, Laporan Hasil Rapat RUU DKI, tahun 2007
“Mengulas Lebih Dalam Tarian Adat Betawi”. Abdul Halim. 2008
“Profil Seni Budaya Betawi”. Jakarta City Government Tourism and Culture. 2009
Musik Betawi. Andi Suprianto. 2007
Lapora Visi Misi LBH Forum Rebug Betawi, oleh KH. A. Fadholi El – Muhir Ketua Umum
FBR Profil Peni Pudaya Betawi oleh Yahya Andi Saputra (2010)
Internet
Sumber : http://www.anneahira.com/budaya-betawi-1418.htm, diakses pada 20 Desember
2010
Sumber : www.wikepedia.com (adat istiadat etnis betawi), diakses pada 15 Desember 2010
http://dpd.go.id/2007/02/masyarakat-adat-betawi-minta-dana-kompensasi-dalam-ruu-dki-
jakarta/ (diakses pada 19 Desmber 2010)
19 | P a g e