BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1 ... II.pdf · go-public di Indonesia telah...

25
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1. Teori keagenan (agency theory) Teori keagenan (agency theory) berkaitan dengan hubungan kontrak antara agen (manajer) dan principal (pemegang saham) dimana pemegang saham melimpahkan tanggung jawab kepada manajer untuk menjalankan bisnis mereka. Teori ini menyatakan bahwa ketika kedua belah pihak memiliki ekspektasi untuk memaksimalkan utilitas mereka, terdapat alasan baik untuk mempercayai bahwa adanya keterlibatan agen dalam perilaku yang oportunis pada kepentingan pemegang saham (principal). Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan kondisi seperti ini sebagai hubungan keagenan dimana ketidakmampuan principal untuk dapat mengamati langsung tindakan agen yang dapat menyebabkan bahaya moral dan berdampak pada meningkatnya biaya keagenan. Menurut Jensen dan Meckling (dalam Azubike dan Aggreh, 2014) komponen dari biaya keagenan direpresentasikan oleh biaya pengawasan yang didukung oleh pemegang saham untuk mengawasi atas tindakan manajer. Publikasi laporan keuangan tidak akan diterima kecuali telah dilakukan audit sebelumnya oleh certified accountant public atau auditor eksternal. Keterlibatan auditor eksternal merupakan komponen penting dalam biaya ini sepanjang auditor meyakinkan bahwa tindakan manajer merujuk pada kepentingan pemegang

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1 ... II.pdf · go-public di Indonesia telah...

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1.1. Landasan Teori dan Konsep

2.1.1. Teori keagenan (agency theory)

Teori keagenan (agency theory) berkaitan dengan hubungan kontrak antara

agen (manajer) dan principal (pemegang saham) dimana pemegang saham

melimpahkan tanggung jawab kepada manajer untuk menjalankan bisnis mereka.

Teori ini menyatakan bahwa ketika kedua belah pihak memiliki ekspektasi untuk

memaksimalkan utilitas mereka, terdapat alasan baik untuk mempercayai bahwa

adanya keterlibatan agen dalam perilaku yang oportunis pada kepentingan

pemegang saham (principal). Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan

kondisi seperti ini sebagai hubungan keagenan dimana ketidakmampuan principal

untuk dapat mengamati langsung tindakan agen yang dapat menyebabkan bahaya

moral dan berdampak pada meningkatnya biaya keagenan.

Menurut Jensen dan Meckling (dalam Azubike dan Aggreh, 2014)

komponen dari biaya keagenan direpresentasikan oleh biaya pengawasan yang

didukung oleh pemegang saham untuk mengawasi atas tindakan manajer.

Publikasi laporan keuangan tidak akan diterima kecuali telah dilakukan audit

sebelumnya oleh certified accountant public atau auditor eksternal. Keterlibatan

auditor eksternal merupakan komponen penting dalam biaya ini sepanjang auditor

meyakinkan bahwa tindakan manajer merujuk pada kepentingan pemegang

14

saham, sementara itu auditor juga memiliki tugas yang diperlukan untuk

memeriksa rekening perusahaan. Hal itu yang menyebabkan auditor akan

memerlukan waktu yang lebih banyak dalam memeriksa kegiatan manajer dan

akan berdampak pada lag laporan audit (audit report lag) jika permasalahan agen

cukup besar.

2.1.2. Teori kepatuhan

Tuntutan akan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan perusahaan

go-public di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995

tentang pasar modal, dan selanjutnya diatur dalam Peraturan Bapepam tentang

kewajiban penyampaian laporan keuangan secara berkala. Peraturan-peraturan

tersebut secara tidak langsung membuat perusahaan-perusahaan yang terlibat

dalam pasar modal akan patuh terhadap aturan tentang ketepatwaktuan

penyampaian laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam.

Teori kepatuhan telah diteliti dalam ilmu-ilmu sosial khususnya di bidang

psikologi dan sosiologi yang menekankan pada pentingnya proses sosialisasi

dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Terdapat dua

perspektif dasar mengenai kepatuhan hukum yaitu instrumental dan normatif

(Saleh dan Susilowati, 2004). Perspektif instrumental mengasumsikan individu

secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan-tanggapan terhadap

perubahan insentif, dan hukuman yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif

normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan

berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka. Komitmen normatif melalui

15

moralitas personal (normative commitment through morality) berarti mematuhi

hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai keharusan, sedangkan komitmen

normatif melalui legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti

mematuhi peraturan karena otoritas penyusunan hukum tersebut memiliki hak

untuk mendikte perilaku.

Teori kepatuhan dapat mendorong seseorang untuk lebih mematuhi

peraturan yang berlaku, sama halnya dengan perusahaan yang berusaha untuk

menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu karena selain merupakan

suatu kewajiban perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan tepat waktu,

juga akan sangat bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan.

2.1.3. Laporan keuangan dan pelaporan keuangan

Salah satu cara yang digunakan oleh suatu entitas untuk menggambarkan

posisi keuangan adalah dengan menyajikan laporan keuangan. Laporan keuangan

merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan untuk

menginformasikan data keuangan perusahaan atau aktivitas yang dilakukan oleh

perusahaan dalam satu periode kepada pihak-pihak yang memerlukan dan

berkepentingan terhadap informasi tersebut. Menurut Kieso, et al. (2007:2)

laporan keuangan merupakan sarana pengomunikasian informasi keuangan utama

kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

Belkaoui (2000:126) mengklasifikasikan tujuan laporan keuangan kedalam

tujuan umum dan khusus. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan

secara wajar dan sesuia prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil

16

operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan. Sedangkan tujuan umum

laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya

ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis dengan tujuan untuk

mengevaluasi kekuatan dan kelemahan, menunjukkan pendanaan dan

investasi, mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi komitmen,

menunjukkan basis sumber daya untuk pertumbuhan.

2) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan sumber

daya bersih sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan yang

menghasilkan profit dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat

pengembalian dividen harapan bagi investor, menunjukkan kemampuan

operasi, membayar kreditor dan pemasok, menyediakan pekerjaan bagi

karyawan, membayar pajak dan menghasilkan dana untuk perencanaan

dan pengendalian, serta menunjukkan profitabilitas jangka panjang.

3) Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan mengestimasi

earnings potensial perusahaan.

4) Menyediakan informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan sumber

daya ekonomi dan kewajiban.

5) Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan pemakai.

Pelaporan keuangan menurut IAI (2007) memiliki tujuan menyediakan

informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, atau perubahan posisi keuangan

suatu perusahaan yang sangat bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dan

pengambil keputusan. Sedangkan tujuan pelaporan keuangan menurut Statement

17

Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1 yang diterbitkan oleh Financial

Accounting Standard Board (FASB) adalah:

1) Mempunyai manfaat yang besar bagi investor, investor potensial, kreditor,

dan pengguna lain dalam membuat keputusan yang rasional.

2) Membantu investor serta kreditor saat ini dan para pemakai lain dalam

menilai jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian penerimaan kas

prospektif dari dividen atau bunga dan hasil dari penjualan, penarikan, atau

jatuh tempo sekuritas atau pinjaman.

3) Menggambarkan jelas sumber daya ekonomi sebuah perusahaan, klaim

atas sumber daya (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber daya

kepada entitas lain dan modal pemilik).

2.1.4. Peraturan penyampaian laporan keuangan

Peraturan mengenai penyampaian laporan keuangan terdapat dalam

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995. Peraturan tersebut menyatakan bahwa

perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan berkala kepada

Bapepam. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No.

36/PM/2003 yang telah disempurnakan oleh Keputusan Ketua Bapepam dan LK

No. Kep-346/BL/2011 yang memuat tentang kewajiban laporan keuangan berkala

(tahunan atau tengah tahunan). Isi dari peraturan tersebut khususnya mengenai

laporan keuangan tahunan sebagai berikut :

1) Laporan keuangan tahunan wajib disajikan secara perbandingan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya.

18

2) Laporan keuangan tahunan wajib disertai dengan laporan Akuntan dalam

rangka audit atas laporan keuangan.

3) Laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan LK

dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga

setelah tanggal laporan keuangan tahunan.

4) Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik telah menyampaikan laporan

tahunan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor X.K.6 sebelum

batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan, maka Emiten atau

Perusahaan Publik tersebut tidak diwajibkan menyampaikan laporan

keuangan tahunan secara tersendiri.

5) Pengumuman Laporan keuangan tahunan sebagaimana dimaksud dalam

huruf c wajib dilakukan dalam paling sedikit satu surat kabar harian

berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional, dengan ketentuan

sebagai berikut:

a) Laporan keuangan tahunan yang diumumkan paling sedikit meliputi

laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensif,

laporan arus kas, dan opini dari Akuntan;

b) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud dalam butir 1) wajib

sama dengan yang disajikan dalam laporan keuangan tahunan yang

disampaikan kepada Bapepam dan LK; dan

c) Bukti pengumuman tersebut wajib disampaikan kepada Bapepam dan

LK paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah tanggal pengumuman.

19

Dalam hal penyampaian laporan tahunan dimaksud melewati batas waktu

penyampaian laporan keuangan tahunan sebagaimana diatur dalam Peraturan

Bapepam Nomor X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan

Berkala, maka hal tersebut diperhitungkan sebagai keterlambatan penyampaian

laporan keuangan tahunan.

2.1.5. Ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan

Penelitian-penelitian sebelumnya, telah banyak dilakukan kajian

mendalam dalam berbagai aspek, komponen, dan dampak terhadap

ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan (timeliness of financial

reporting). Al Daoud, et al. (2014) menyatakan secara umum, terdapat dua aspek

terhadap ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan yaitu: (1) audit report

lag; dan (2) financial reporting lag.

Dyer dan Mc Hugh (1975), menyatakan terdapat tiga jenis keterlambatan

yaitu: (1) preliminary lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan

keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa, (2) auditor’s

report lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai

tanggal laporan auditor ditandatangani, (3) total lag, yaitu interval jumlah hari

antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan diterima oleh bursa.

20

2.1.6. Dewan komisaris

Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi

yang bertanggung jawab memonitor tindakan manajemen puncak. Dewan

komisaris terdiri dari inside dan outside director yang sangat membantu dewan

komisaris dalam keputusan pengendalian. Mulyadi (dalam Sriayu dan Mimba,

2013) menyatakan fungsi dewan komisaris adalah mengawasi seluruh pengelolaan

perusahaan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dan bertanggung jawab

dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan.

Jumlah anggota dewan komisaris harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan

dan kompleksitas perusahaan.

Dewan komisaris dapat melakukan tugasnya sendiri maupun dengan

mendelegasikan kewenangannya pada komite yang bertanggung jawab pada

dewan komisaris. Dewan komisaris turut memantau efektifitas pengelolaan

korporasi yang baik yang diterapkan bilamana perlu melakukan penyesuaian.

Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan

pengambilan keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta bersikap independen.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006), dewan

komisaris didefinisikan sebagai organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung

jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat

kepada Direksi agar sesuai dengan pedoman Good Corporate Governance.

Namun, dewan komisaris tidak diperbolehkan untuk ikut serta dalam pengambilan

keputusan operasional. Dalam keanggotaan dewan komisaris terdapat komisaris

internal dan komisaris independen.

21

Dewan komisaris internal adalah seorang komisaris juga merupakan

seorang pegawai, petugas, pemegang saham utama, atau seseorang yang

berhubungan dengan organisasi (perusahaan) tersebut. Sedangkan komisaris

independen adalah komisaris yang bukan merupakan pegawai atau orang yang

berhubungan langsung dengan organisasi tersebut, dan tidak mewakili pemegang

saham. Menurut ketentuan good corporate governance, sebuah perusahaan harus

memiliki anggota komisaris independen agar bisa mengawasi dan bersikap netral

dalam pengambilan keputusan (KNKG, 2006). Berdasarkan peraturan Bapepam

No. IX.I.5, kriteria komisaris independen adalah sebagai berikut:

1) Berasal dari luar emiten atau perusahaan publik;

2) Tidak memiliki hubungan saham baik langsung ataupun tidak langsung

terhadap emiten atau perusahaan publik;

3) Tidak mempunyai afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik,

komisaris, direksi, atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan

publik;

4) Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung

dengan emiten atau perusahaan publik.

2.1.7. Komisaris independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak berasal

dari pihak terafiliasi yaitu, pihak yang tidak memiliki hubungan bisnis dan

kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan

komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri (Komite Nasional Kebijakan

22

Governance, 2006). Hal ini juga dipertegas dengan Keputusan Ketua Bapepam

dan LK Nomor Kep-643/BL/2012 bahwa komisaris independen adalah anggota

dewan komisaris yang berasal dari luar emiten perusahaan atau perusahaan publik

dan memenuhi persyaratan-persyaratan yang tercantum.

Kebutuhan komposisi komisaris independen diatur dalam Keputusan

Direksi Bursa Efek Jakarta No. Kep-305/BEJ/07-2004. Menurut keputusan direksi

bursa Bursa Efek Jakarta tersebut, persyaratan menjadi komisaris independen

yaitu: (1) tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali

perusahaan yang bersangkutan, (2) tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan

direktur dan/atau komisaris lainnya pada perusahaan tercatat yang bersangkutan,

(3) tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lainnya yang terafiliasi

dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan, dan (4) memahami peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal. Perusahaan yang terdaftar dalam

bursa wajib memiliki komisaris independen yang secara proporsional dengan

jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas.

Proporsi mengenai komisaris independen telah dinyatakan dalam

Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A Tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek

Bersifat Ekuitas di Bursa Lampiram II Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta

Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 dengan ketentuan jumlah komisaris independen

sekurang-kurangnya 30 persen dari jumlah seluruh anggota komisaris.

23

2.1.8. Opini auditor

Opini audit dibutuhkan untuk setiap laporan keuangan yang dihasilkan

oleh perusahaan. Opini audit diduga memberikan dampak positif bagi perusahaan

tersebut. Opini auditor merupakan laporan yang diberikan seorang akuntan publik

terdaftar sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang

disajikan perusahaan (Ardiyos, 2007). Abdul Halim (2008:75) menyatakan

terdapat lima jenis pendapat yang dapat diberikan oleh auditor, yaitu:

1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan

3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

5) Pernyataan tidak memberi pendapat (disclaimer of opinion atau no

opinion)

Ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan secara signifikan

dipengaruhi oleh opini audit. Dalam hal ini, perusahaan yang menerima laporan

audit dengan pendapat unqualified opinion (pendapat wajar tanpa pengecualian)

memiliki permasalahan yang lebih sedikit dan turut mengurangi waktu yang

diperlukan oleh auditor untuk menyelesaikan tugas auditnya (Shukeri & Nelson,

2011).

24

2.1.9. Profitabilitas

Salah satu bagian terpenting dalam menentukan ketepatwaktuan

penyampaian laporan keuangan adalah profitabilitas yang dalam hal ini

dinyatakan dalam bentuk berita baik (good news) atau berita buruk (bad news)

(Ahmed, 2003). Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam

mendapatkan laba pada suatu periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan

menggambarkan keefektifan yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan

dalam melakukan operasional perusahaan (Saleh, 2004). Profitabilitas juga

menjadi indikator keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.

Semakin tinggi profitabilitas sebuah perusahaan maka kinerja perusahaan dalam

mengelola asset dan menghasilkan laba akan semakin meningkat.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afify (2009) menyatakan

bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi memungkinkan

perusahaan untuk melakukan pengauditan dan selanjutnya dapat mengumumkan

berita baik (good news) lebih awal. Dilain sisi, perusahaan juga dapat untuk

menunda pelaporan keuangan untuk menghindari ketidaknyamanan dalam

menginformasikan berita buruk (bad news).

2.1.10. Reputasi auditor

Reputasi auditor merupakan hal penting yang berkaitan dengan opini audit

yang diberikan dalam laporan keuangan. Beberapa penelitian sebelumnya

mengaitkan reputasi auditor dengan besarnya kantor akuntan publik yakni Big

Four. Penelitian yang dilakukan oleh Wirakusuma dan Cindrawati (2011)

25

menyatakan bahwa reputasi auditor terbukti mempengaruhi tingkat

ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan. Hal ini mengindikasikan bahwa

KAP Big Four akan selalu berusaha untuk tepat waktu dan menjaga reputasinya.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Iskandar dan Trisnawati (2010)

menyatakan bahwa auditor yang mempunyai reputasi baik, dalam hal ini KAP Big

Four akan memberikan kualitas pekerjaan audit yang efektif dan efisien sehingga

audit dapat diselesaikan secara tepat waktu.

2.2. Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Beberapa akademisi dan peneliti telah melakukan penelitian mengenai

faktor-faktor yang berpengaruh pada ketepatwaktuan publikasi laporan keuangan

sebelumnya dengan menggunakan beberapa variabel. Dora (2011) meneliti

mengenai pengaruh corporate governance dan kinerja perusahaan terhadap

ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan bagi perusahaan yang

mempublik. Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdapat

dalam ICMD periode 2007 dan 2008. Penelitian tersebut menggunakan tujuh

variabel bebas diantaranya: dewan komisaris, komisaris independen, komite audit,

profitabilitas rasio, leverage rasio, likuiditas rasio, dan aktivitas rasio. Sampel

yang didapatkan oleh peneliti berjumlah 222 perusahaan yang dibagi dalam 2

periode.

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, didapatkan 74 perusahaan

yang tepat waktu dan 37 perusahaan yang tidak tepat waktu penyampaian laporan

keuangan kepada Bapepam untuk tahun 2007. Sebaliknya, pada tahun 2008

26

didapatkan hanya 37 perusahaan saja yang tepat waktu dan 74 perusahaan tidak

tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan kepada Bapepam. Pada

pengujian hipotesis peneliti mendapatkan bahwa hanya variabel likuiditas rasio

yang berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan. Sebaliknya, variabel dewan komisaris, komisaris independen, komite

audit, profitabilitas rasio, leverage rasio, dan aktivitas rasio tidak berpengaruh

signifikan terhadap ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan.

Awalludin dan Sawitri (2012) meneliti mengenai analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel bebas

yang digunakan dalam penelitian tersebut diantaranya: debt to earning ratio,

profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan opini audit.

Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan bahwa debt ro earning ratio,

profitabilitas, dan struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan

waktu penyampaian laporan keuangan. Sebaliknya, ukuran perusahaan dan opini

audit tidak berpengaruh siginifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian

laporan keuangan.

Darmiari dan Ulupui (2014) meneliti mengenai karakteristik perusahaan di

Bursa Efek Indonesia, reputasi kantor akuntan publik, dan ketepatwaktuan

pelaporan keuangan. Penelitian tersebut menggunakan metode purposive

sampling dan didapatkan sampel berjumlah 323 perusahaan yang terdaftar di BEI

tahun 2012. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut

yaitu: jenis industri, ukuran perusahaan, profitabilitas, kompleksitas operasi, umur

27

perusahaan, dan reputasi KAP. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, didapatkan

bahwa seluruh variabel kecuali kompleksitas operasi berpengaruh pada

ketepatwaktuan pelaporan keuangan.

Osman, et al. (2014) meneliti mengenai pengaruh penerapan teknologi

audit yang digunakan dan corporate governance pada ketepatwaktuan pelaporan

keuangan. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

teknologi audit yang digunakan, dewan komisaris, komite audit, dan ukuran

perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, didapatkan bahwa hanya

dewan komisaris yang berpengaruh positif pada ketepatwaktuan pelaporan

keuangan.

Tazik dan Mohammed (2014) meneliti mengenai efektivitas sistem

informasi akuntansi, kepemilikan asing dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan.

Dalam penelitian tersebut, ketepatwaktuan pelaporan keuangan diproksikan

dengan audit report lags. Adapun variabel-variabel yang digunakan terdiri dari

variabel bebas yaitu: efektivitas sistem informasi akuntansi, struktur kepemilikan

asing, dan variabel kontrol yaitu: ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, tipe

industri, opini audit, tipe auditor, komite audit independen, jumlah pertemuan

komite audit, dan pengalaman komite audit. Berdasarkan pengujian hipotesis,

didapatkan bahwa efektivitas sistem informasi akuntansi dan struktur kepemilikan

asing berpengaruh secara signifikan terhadap audit report lags.

Al Daoud, et al. (2015) meneliti mengenai pengaruh internal corporate

governance pada ketepatwaktuan pelaporan keuangan di perusahaan Jordania.

Penelitian tersebut memproksikan ketepatan waku pelaporan keuangan menjadi 2

28

variabel terikat yaitu: audit report lags dan management report lags. Variabel-

variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut diantaranya: komisaris

independen, ukuran dewan komisaris, CEO duality, board diligence, pengalaman

dewan komisaris, komite audit, dan tipe industri. Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis, didapatkan bahwa hanya komisaris independen, ukuran dewan

komisaris, CEO duality, board diligence, dan komite audit beperngaruh signifikan

terhadap audit report lags. Sedangkan, hanya ukuran dewan komisaris, board

diligence, CEO duality, dan komite audit yang berpengaruh signifikan terhadap

management report lags.

Savitri (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh mekanisme

corporate governance terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada

perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan sampel

sebanyak 237 yang didapat selama periode 2006 sampai dengan 2008. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa komisaris independen, kepemilikan manajerial,

komite audit, dan kualitas audit secara statistik berpengaruh signifikan terhadap

ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sedangkan kepemilikan institusional secara

statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan.

Owusu dan Ansah (2000) meneliti mengenai ketepatan waktu laporan

keuangan perusahaan di pasar modal Zimbabwe (Zimbabwe Stock Exchange).

Adapun faktor-faktor yang diuji adalah ukuran perusahaan, profitabilitas,

kecepatan, umur perusahaan, adanya item-item luar biasa dan/atau kontinjensi,

bulan dari akhir tahun finansial, dan kompleksitas operasi perusahaan. Hasil

29

penelitian mereka menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan,

profitabilitas, umur perusahaan dan waktu tunggu laporan audit mempengaruhi

kecepatan perusahaan dalam mengumumkan pendapatan awal tahun. Hanya

ukuran perusahaan yang mempengaruhi ketepatan waktu dimana perusahaan

menyampaikan laporan tahunan yang telah diaudit, sedangkan faktor-faktor yang

lain tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan perusahaan di Zimbabwe.

Beberapa hasil penelitian sebelumnya terangkum dalam Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya

No.

(1)

Nama

Peneliti

(2)

Variabel Penelitian

(3)

Metode

Analisis

(4)

Hasil Penelitian

(5)

1 Dora

(2011)

Variabel Dependen =

ketepatan waktu

penyampaian laporan

keuangan tahunan;

Variabel Independen =

Dewan komisaris,

Komisaris Independen,

Komite Audit,

Profitabilitas Rasio,

Leverage Rasio,

Likuiditas Rasio,

Aktivitas Rasio

Regresi

Logistik

Variabel dewan komisaris,

komisaris independen, komite

audit, profitabilitas, leverage,

aktivitas tidak berpengaruh

signifikan terhadap ketepatan

waktu penyampaian laporan

keuangan; sedangkan

variabel likuiditas

berpengaruh signifikan

terhadap ketepatan waktu

penyampaian laporan

keuangan.

2 Vita, Peni

(2012)

Variabel Dependen =

Ketepatan Waktu

(timeliness) Pelaporan

Keuangan;

Variabel Independen =

DER, Profitabilitas,

Struktur Kepemilikan,

Ukuran Perusahaan,

Opini Audit.

Regresi

Logistik

DER, Profitabilitas, dan

Struktur kepemilikan

berpengaruh signifikan

terhadap Ketepatan waktu

pelaporan keuangan;

sedangkan Ukuran

perusahaan, dan opini audit

tidak berpengaruh signifikan

ketepatan waktu pelaporan

keuangan

30

No.

(1)

Nama

Peneliti

(2)

Variabel Penelitian

(3)

Metode

Analisis

(4)

Hasil Penelitian

(5)

3 Darmiari,

Ulupui

(2014)

Variabel Dependen =

Ketepatwaktuan

pelaporan keuangan;

Variabel Independen =

Jenis industri, ukuran

perusahaan,

profitabilitas,

kompleksitas operasi

perusahaan, umur

perusahaan, reputasi

KAP

Regresi

Linear

Berganda

Jenis industri, ukuran

perusahaan, profitabilitas,

umur perusahaan, dan

reputasi KAP berpengaruh

pada ketepatwaktuan

pelaporan keuangan;

sedangkan kompleksitas

operasi perusahaan tidak

berpengaruh pada

ketepatwaktuan pelaporan

keuangan

4 Osman, et

al. (2014)

Variabel Dependen =

Ketepatwaktuan

publikasi laporan

keuangan;

Variabel Independen =

Teknologi audit yang

digunakan, dewan

direksi, komite audit,

ukuran perusahaan

Regresi Dewan direksi bepengaruh

positif terhadap

ketepatwaktuan publikasi

laporan keuangan; Sedangkan

teknologi audit yang

digunakan, komite audit, dan

ukuran perusahaan

berpengaruh negatif terhadap

ketepatwaktuan publikasi

laporan keuangan;

5 Tazik,

Mohamm

ed (2014)

Variabel Dependen =

Audit report lags;

Variabel Independen =

Accounting

information system

effectiveness, foreign

ownership structure;

Variabel Kontrol =

Company size,

leverage, profitability,

industry type, audit

opinion, type of

auditor, audit

committee

independence, audit

committee meeting,

audit committee

expertise

Regresi Accounting information

system effectivenss dan

foreign ownership structure

berpengaruh secara signifikan

terhadap audit report lags;

31

No.

(1)

Nama

Peneliti

(2)

Variabel Penelitian

(3)

Metode

Analisis

(4)

Hasil Penelitian

(5)

6 Al Daoud

et al.

(2015)

Variabel Dependen =

audit report lags;

management report

lags;

Variabel Independen =

Board independence,

board size, CEO

duality, board

diligence, board

expertise, audit

committee, type sector

Regresi Board independence, board

size, CEO duality, board

diligence, dan audit

committee berpengaruh

signifikan terhadap audit

report lags; Board size,

board diligence, CEO

duality, dan audit committee

berpengaruh siginifikan

terhadap management report

lags;

7 Savitri

(2010)

Variabel Dependen:

Ketepat waktu

pelaporan keuangan.

Variabel Independen

:Komisaris

independen,

kepemilikan

manajerial,

kepemilikan

institusional, komite

audit, dan kualitas

audit.

Regresi

Linear

Berganda

Hanya variabel Komisaris

independen, Kepemilikan

Institusional, Komite Audit

dan Kualitas Audit yang

berpengaruh signifikan

terhadap Ketepatan waktu

pelaporan keuangan

8 Owusu,

Ansah

(2000)

Variabel independen:

ukuran perusahaan,

profitabilitas, gearing,

item-item luar biasa,

bulan dari akhir tahun

keuangan,

kompleksitas, umur

perusahaan.

Variabel dependen:

Ketepatan waktu

Regresi

Liniear

Berganda

Hanya variabel ukuran

perusahaan, profitabilitas,

umur perusahaan yang

berpengaruh secara signifikan

terhadap ketepatan waktu

penyampaian laporan

keuangan.

Sumber: Data diolah, 2015

32

2.3. Hipotesis Penelitian

2.3.1. Karakteristik dewan komisaris

Chiang (2005) menyatakan bahwa karakteristik dewan komisaris

merupakan faktor penting dalam ketepatwaktuan pelaporan keuangan perusahaan.

Beberapa penelitian sebelumnya telah mengemukakan bahwa keefektifan dari

penerapan sistem corporate governance akan memastikan perilaku manajer

perusahaan. Shukeri dan Nelson (2011) memperlihatkan bahwa konflik keagenan

dapat disebabkan oleh hubungan keagenan antara manajer dengan pemegang

saham. Keefektifan corporate governance diduga dapat mengurangi permasalahan

tersebut. Keberadaan dari mekanisme corporate governance memungkinkan

untuk mengurangi tenaga kerja audit dan waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan audit (Al Daoud et al., 2014). Berdasarkan hal tersebut,

karakteristik dewan komisaris pada penelitian ini difokuskan pada komisaris

independen dan ukuran dewan komisaris sebagai faktor penting pada sistem

corporate governance.

2.3.1.1. Pengaruh ukuran dewan komisaris pada timeliness of financial

reporting

Fauzi dan Locke (2012) menyatakan bahwa dewan komisaris yang besar

lebih efektif dalam mengawasi perusahaan dibandingkan dewan komisaris yang

kecil. Penelitian lain yang dilakukan oleh Jensen (1993) juga menyatakan bahwa

dewan komisaris yang besar menyediakan pertukaran keahlian dan pengetahuan

yang lebih baik, tetapi hal tersebut juga akan terdapat risiko yang besar atas

33

pengurangan pada koordinasi dengan anggota. Mandasari dan Kurniawati (2013)

juga menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran dewan

komisaris dengan ketepatan waktu pelaporan. Hal ini dikarenakan ukuran dewan

komisaris yang besar akan menciptakan pendelegasian tugas yang lebih terarah

dari dewan yang kecil ke komite serta akan meningkatkan pengawasan terhadap

manajemen sehingga manajemen akan menyampaikan laporan keuangan lebih

tepat waktu.

Klai dan Omri (2010) menyatakan bahwa dewan komisaris yang besar

berpengaruh dengan kualitas laporan keuangan yang baik. Mereka menemukan

bahwa perusahaan dengan dewan komisaris yang besar terkait dengan tingkat

manajemen pendapatan yang lebih rendah. Selaras dengan penelitian Wu, et

al.(2008) yang menyatakan bahwa dewan komisaris yang besar tidak akan

menunda pelaporan keuangan sepanjang tidak adanya kelemahan dalam

koordinasi antar dewan komisaris.

H1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh pada timeliness of financial reporting

2.3.1.2. Pengaruh komisaris independen pada timeliness of financial

reporting

Yunos (2011) menyatakan bahwa komisaris independen merujuk pada

keikutsertaan dari anggota luar direksi. Semakin banyak komisaris independen

maka akan semakin efektif juga dalam mengawasi perilaku manajemen (Fama &

Jensen, 1983; Afify, 2009). Selain itu, Johnson, et al.(1996) menyatakan bahwa

komisaris independen efektif dalam memecahkan permasalahan keagenan

34

didasarkan atas efektivitas dalam mengawasi manajemen. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Savitri (2010) juga menemukan bahwa keberadaan komisaris

independen akan membuat laporan keuangan yang disajikan lebih berintegritas,

karena didalam perusahaan terdapat badan yang mengawasi dan melindungi hak

pihak-pihak diluar manajemen.

Afify (2009) memberikan bukti adanya hubungan yang signifikan antara

komisaris independen dan audit report lag. Penelitian tersebut menyiratkan bahwa

pengawasan dari peran komisaris independen akan memberikan pengaruh yang

positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Abdelsalam dan El-Masry

(2008) menyatakan bahwa komisaris independen berhubungan positif pada

ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Hal ini dikarenakan anggota luar direksi

hanya mendapatkan sedikit keuntungan yang diambil dari penundaan atau dalam

selektif pengungkapan (Abdelsalam & Street, 2007).

H2 : Komisaris independen berpengaruh pada timeliness of financial reporting

2.3.2. Pengaruh opini auditor pada timeliness of financial reporting

Opini audit wajar dengan pengecualian (qualified opinion) dianggap berita

buruk (bad news) untuk memperlambat proses pelaporan. Turel (2010)

menyatakan bahwa perusahaan yang tidak memiliki opini wajar tanpa

pengecualian memiliki jangka waktu yang lebih lama untuk menyampaikan

laporan keuangan dibandingkan dengan perusahaan yang menerima opini wajar

tanpa pengecualian (unqualified opinion). Saputra dan Setijaningsih (2013) juga

menemukan bahwa opini audit berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu

35

penyampaian laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik opini

audit tersebut maka perusahaan cenderung memiliki ketepatan waktu terhadap

penyampaian laporan keuangan.

Shukeri & Nelson (2011) menyatakan ketepatwaktuan penyampaian

laporan keuangan secara signifikan dipengaruhi oleh opini audit. Dalam hal ini,

perusahaan yang menerima laporan audit dengan pendapat unqualified opinion

(pendapat wajar tanpa pengecualian) memiliki permasalahan yang lebih sedikit

dan turut mengurangi waktu yang diperlukan oleh auditor untuk menyelesaikan

tugas auditnya. Soltani (2002) memperlihatkan bahwa perusahaan yang tidak

menerima unqualified opinion cenderung untuk menunda publikasi laporan

keuangan dibandingkan dengan perusahaan yang menerima unqualified opinions.

H3 : Opini auditor berpengaruh pada timeliness of financial reporting

2.3.3. Pengaruh profitabilitas pada timeliness of financial reporting

Salah satu bagian terpenting dalam menentukan ketepatwaktuan

penyampaian laporan keuangan adalah profitabilitas yang dalam hal ini

dinyatakan dalam bentuk berita baik (good news) atau berita buruk (bad news)

(Ahmed, 2003). Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam

mendapatkan laba pada suatu periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan

menggambarkan keefektifan yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan

dalam melakukan operasional perusahaan (Saleh, 2004). Profitabilitas juga

menjadi indikator keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.

36

Semakin tinggi profitabilitas sebuah perusahaan maka kinerja perusahaan dalam

mengelola asset dan menghasilkan laba akan semakin meningkat.

Menurut Afify (2009) perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi

memungkinkan perusahaan untuk melakukan pengauditan dan selanjutnya dapat

mengumumkan berita baik (good news) lebih awal. Dilain sisi, perusahaan juga

dapat untuk menunda pelaporan keuangan untuk menghindari ketidaknyamanan

dalam menginformasikan berita buruk (bad news). Al-Tahat (2010) menyatakan

bahwa terdapat hubungan signifikan antara profitabilitas dengan ketepatwaktuan

pelaporan keuangan tengah tahunan. Hasil penelitian tersebut juga

memperlihatkan bahwa perusahaan yang memiliki profit tinggi memiliki waktu

yang lebih sedikit untuk mempublikasikan laporan keuangan tengah tahunan.

H4 : Profitabilitas berpengaruh pada timeliness of financial reporting

2.3.4. Pengaruh reputasi auditor pada timeliness of financial reporting

Reputasi auditor merupakan hal penting yang berkaitan dengan opini audit

yang diberikan dalam laporan keuangan. Beberapa penelitian sebelumnya

mengaitkan reputasi auditor dengan besarnya kantor akuntan publik yakni Big

Four. Penelitian yang dilakukan oleh Wirakusuma dan Cindrawati (2011)

menyatakan bahwa reputasi auditor terbukti mempengaruhi tingkat

ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan. Hal ini mengindikasikan bahwa

KAP big four akan selalu berusaha untuk tepat waktu dan menjaga reputasinya.

Darmiari dan Ulupui (2014) juga menemukan bahwa reputasi KAP berpengaruh

positif pada ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa

37

perusahaan yang laporan keuangannya diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan

KAP big four akan semakin cepat dalam pelaporan keuangan dibandingkan yang

tidak menggunakan jasa audit dari KAP yang berafiliasi dengan KAP big four.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Iskandar dan Trisnawati (2010)

menyatakan bahwa auditor yang mempunyai reputasi baik, dalam hal ini KAP big

four akan memberikan kualitas pekerjaan audit yang efektif dan efisien sehingga

audit dapat diselesaikan secara tepat waktu. Saputra dan Setijaningsih (2013) juga

menemukan bahwa ukuran KAP berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan. Peneliti tersebut juga menyatakan bahwa

semakin besar ukuran KAP maka cenderung memiliki ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan.

H5 : Reputasi auditor berpengaruh pada timeliness of financial reporting