APLIKASI PUPUK BIOSLURRY-ABMIX DAN INTERVAL …
Transcript of APLIKASI PUPUK BIOSLURRY-ABMIX DAN INTERVAL …
APLIKASI PUPUK BIOSLURRY-ABMIX DAN INTERVAL PEMUPUKAN PADA
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI BESAR (Capsicum annum L.)
MUSDALIFAH
G 111 13 056
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
APLIKASI PUPUK BIOSLURRY-ABMIX DAN INTERVAL PEMUPUKAN PADA
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI BESAR (Capsicum annum L.)
SKRIPSI
OLEH :
MUSDALIFAH
G 111 13 056
Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana Pada Program Agroteknologi
Universitas Hasanuddin
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
RINGKASAN
MUSDALIFAH (G11113056). Aplikasi Pupuk Bioslurry-ABmix dan Interval
Pemupukan pada Pertumbuhan dan Produksi Cabai Besar (Capsicum annum L.)
Dibimbing oleh KATRIANI MANTJA dan RAHMANSYAH DERMAWAN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman
cabai besar (Capsicum annum L.) dengan aplikasi paket pupuk Bioslurry-ABmix
serta interval pemupukan. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin, yang berlangsung dari Oktober 2016 sampai
Februari 2017. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk percobaan faktorial 2 faktor
berupa Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu
interval pemupukan yaitu 3 hari sekali dan 6 hari sekali. Faktor kedua yaitu paket
dosis pupuk Bioslurry-ABmix yaitu 0, 100 dan 200 mL/L Bioslurry, 0, 10 dan 20
mL/L ABmix sehingga menjadi 9 paket pemupukan. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa interaksi antara interval pemupukan dan paket dosis pupuk Bioslurry-ABmix
berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan jumlah buah per tanaman pada
110 HST yaitu perlakuan 20 mL/L ABmix + 0 mL/L Bioslurry dengan interval
pemupukan 3 hari dan berpengaruh sangat nyata terhadap parameter pengamatan
bobot buah per tanaman pada 110 HST yaitu perlakuan 20 mL/L ABmix + 0 mL/L
Bioslurry dengan interval pemupukan 6 hari. Hasil percobaan juga menunjukkan
bahwa interval pemupukan berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan
jumlah cabang produktif pada 69 HST yaitu pada interval 3 hari sekali. Paket dosis
pupuk Bioslurry-ABmix berpengaruh sangat nyata terhadap parameter pengamatan
tinggi tanaman dan bobot buah pertanaman pada 110 HST, dan berpengaruh sangat
nyata terhadap parameter pengamatan jumlah cabang produktif pada 57 dan 69 HST,
jumlah buah gugur per tanaman serta bobot buah gugur per tanaman, masing-masing
yaitu pada perlakuan paket dosis pupuk 20 mL/L ABmix + 200 mL/L Bioslurry
Kata kunci : Cabai besar, pupuk organik cair, Bioslurry, ABmix
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT stas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya,
sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Aplikasi pupuk bioslurry-abmix dan
interval pemupukan pada pertumbuhan dan produksi cabai besar (Capsicum annum
L.)” dapat diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat semoga selalu tercurah
kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabat serta umatnya
yang masih turut dengan ajarannya.
Kelancaran penulisan skripsi ini berkat bimbingan, arahan dan petunjuk serta
kerja sama dari berbagai pihak, baik pada tahap persiapan, penyusunan hingga
terselesaikannya skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terimakasih yang tulus kepada Ayahanda Drs. Muh. Yakub dan
Ibunda Dra. Bonewali Palla serta saudara saya Mutmainnah, yang telah membesarkan
dan menyemangati penulis dengan segenap cinta, kasih sayang dan pengertian serta
pengorbanan yang tidak terhingga.
Ucapan terimakasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada yang terhormat :
1. Ibu Dr. Ir. Katriani Mantja, MP. Selaku pembimbing I dan Bapak Rahmansyah
Dermawan, SP. M.Si, selaku pembimbing II yang dengan sabar, tekun, tulus dan
ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi,
arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun
skripsi. Bapak Prof. Dr. Ir. Elkawakib Syam’un, MP, ibu Ir. Nurlina Kasim, M.Si,
dan ibu Tigin Dariati, SP., MES. Selaku tim penguji yang memberikan banyak
saran dan masukan kepada penulis sejak awal penelitian sampai selesainya skripsi
ini. Terimakasih kepada para dosen yang telah memberi ilmu dan pengetahuan
kepada penulis selama perkuliahan.
2. Terimakasih kepada pihak Bio Gas Rumah (BIRU) terutama kepada ibu Sitti
Fharidha Razak, atas bantuannya berupa pupuk Bioslurry kepada penulis yang
digunakan selama penelitian.
iv
3. Terimakasih kepada teman-teman HIMAGRO Faperta Unhas, Katalis 2013,
Agroteknologi B 2013, dan seluruh Agroteknologi 2013 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, atas segala bantuan, motivasi, kerja sama dan suka duka
yang diberikan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Hasanuddin
serta terimakasih atas kebersamaannya.
4. Terimakasih kepada Fitryanti, Gabry Maghafirah Abdullah, Nursyamsih Taufik,
Firnawati, sumiati, Asnita Asis, Hasni Yulianti, Muhammad Irfan, Juliadi Aba,
Nickanor Darma Putra Panggula, Iswal Fajar Sultan, dan Handika Tasi yang telah
meluangkan waktunya dalam membantu penelitian.
5. Teman-teman KKN Reguler posko rimba Edwin Paskal ST, Muh. Ardin Fajrin,
Ayudini Samudri S.Sos, Salfia Nurfadillah S.Ip. Salmia Nurfadillah, dan
Harmayanti Hatta. Yang selama ini saling menyemangati satu sama lain.
Bagi para pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini semoga
segala amal dan kebaikannya mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah SWT,
Allahumma Amiin.
Makassar, Agustus 2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI.............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
LAMPIRAN……………………………………………… ....................... x
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Hipotesis ............................................................................... 5
1.3 Tujuan dan Kegunaan ........................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Cabai……………….... 6
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai .......................................... 8
2.2.1. Keadaan Iklim………………………………………. 8
2.2.2. Suhu Udara ................................................................ 9
2.2.3. Tanah ......................................................................... 9
2.3. Pupuk Organik ..................................................................... 10
2.4. Pupuk Anorganik ................................................................ 13
2.5. Interval Pemupukan…………………………………… .... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 16
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................. 16
3.2. Bahan dan Alat .................................................................... 16
3.3. Metode Penelitian ................................................................ 16
3.3.1. Penentuan Petak Percobaan....................................... 16
3.3.2. Persemaian ................................................................ 17
vi
3.3.3. Pengisian Polybag ..................................................... 18
3.3.4. Seleksi Bibit .............................................................. 18
3.3.5. Penanaman ................................................................ 18
3.3.6. Pemeliharaan ............................................................. 18
3.3.7. Pemupukan ................................................................ 19
3.3.8. Penyulaman ............................................................... 19
3.3.9. Pemanenan ................................................................ 19
3.4 Parameter Pengamatan ........................................................ 19
3.4.1. Parameter Pertumbuhan ............................................ 19
3.4.2. Parameter Produksi ................................................... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 21
4.1 Tinggi Tanaman Cabai Besar (cm) ....................................... 21
4.2 Jumlah Cabang Produktif ..................................................... 23
4.3 Kecepatan Berbunga ............................................................. 26
4.4 Jumlah Buah Per Tanaman ................................................... 27
4.5 Bobot Buah Per Tanaman ..................................................... 30
4.6 Bobot Per Buah ..................................................................... 34
4.7 Jumlah Buah Gugur .............................................................. 36
4.8 Bobot Buah Gugur ................................................................ 36
4.9 Rekapitulasi Parameter ......................................................... 38
BAB V. KESIMPULAN ........................................................................... 39
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 39
5.2 Saran .................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 40
vii
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Rata-rata tinggi tanaman cabai (cm) Umur 33, 39, dan 45 HST
Pada paket dosis pupuk bioslurry-abmix.................................... 21
2. Rata-rata jumlah cabang cabai besar umur 57 dan 63 HST pada
paket dosis pupuk bioslurry-abmix............................................. 24
3. Rata-rata jumlah cabang cabai besar umur 69 HST pada Interval
pemupukan dan paket dosis pupuk bioslurry-abmix.................... 24
4. Rata-rata jumlah buah per tanaman cabai besar umur 110 HST
pada Interval pemupukan dan paket dosis pupuk bioslurry-abmix. 28
5. Rata-rata bobot buah per tanaman cabai besar umur 110 HST
pada Interval pemupukan dan paket dosis pupuk bioslurry-abmix. 31
6. Rata-rata jumlah buah gugur per tanaman tanaman cabai besar
pada paket dosis pupuk bioslurry-abmix.................................... 36
7. Rata-rata bobot buah gugur per tanaman cabai besar pada paket
dosis Bioslurry-abmix..................................................................... 37
Lampiran
1a. Data Transformasi tinggi tanaman cabai (cm) umur 33 HST pada
paket dosis pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan…..... 45
1b. Sidik ragam Tinggi tanaman………............................................... 45
2a. Data Transformasi tinggi tanaman umur cabai (cm) umur 39 HST
pada paket dosis pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan. 46
2b. Sidik ragam Tinggi tanaman……………………............................ 46
3a. Data Transformasi tinggi tanaman umur cabai (cm) umur 45 HST
pada paket dosis pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupuka. 47
3b. Sidik ragam Tinggi tanaman……………………............................ 47
4a. Data Transformasi jumlah cabang umur 57 HST pada paket dosis
pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan…………………. 48
viii
4b. Sidik ragam jumlah cabang……………......................................... 48
5a. Data Transformasi jumlah cabang umur 63 HST pada paket dosis
pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan…………………. 49
5b. Sidik ragam jumlah cabang…………….......................................... 49
6a. Data Transformasi jumlah cabang umur 69 HST pada paket dosis
pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan…………………. 50
6b. Sidik ragam jumlah cabang……………........................................... 50
7a. Data Kecepatan berbunga pada paket dosis pupuk bioslurry-abmix
dan Interval pemupukan…………………………………….……... 51
7b. Sidik ragam kecepatan berbunga...................................................... 51
8a. Data Transformasi jumlah buah per tanaman umur 100 HST pada
paket dosis pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan……... 52
8b. Sidik ragam jumlah buah per tanaman………………...................... 52
9a. Data Transformasi jumlah buah per tanaman umur 110 HST pada
paket dosis pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan……. 53
9b. Sidik ragam jumlah buah per tanaman……………........................ 53
10a. Data Transformasi jumlah buah per tanaman umur 123 HST pada
paket dosis pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan…….. 54
10b. Sidik ragam jumlah buah per tanaman………………..................... 54
11a. Data Transformasi bobot buah per tanaman umur 100 HST pada
paket dosis pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan……. 55
11b. Sidik ragam bobot buah per tanaman………………….................. 55
12a. Data Transformasi bobot buah per tanaman umur 110 HST pada
paket dosis pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan…… 56
12b Sidik ragam bobot buah per tanaman…………………................. 56
13a Data Transformasi bobot buah per tanaman umur 123 HST pada
paket dosis pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan…… 57
ix
13b Sidik ragam bobot buah per tanaman………………….................. 57
14a. Data bobot per buah pada paket dosis pupuk bioslurry-abmix dan
Interval pemupukan…………………….………………………… 58
14b. Sidik ragam bobot per buah….………..…………………………. 58
15a. Data Transformasi jumlah buah gugur per tanaman pada paket
dosis pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan…………… 59
15b. Sidik ragam jumlah buah gugur per tanaman………….................... 59
16a. Data Transformasi bobot buah gugur per tanaman pada paket dosis
pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan……………..…… 60
16b. Sidik ragam bobot buah gugur per tanaman…................................. 60
x
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Rata-rata kecepatan berbunga pada paket dosis pupuk bioslurry-
Abmix dan Interval pemupukan……………………………….… 26
2. Rata-rata jumlah buah per tanaman cabai besar umur 110 HST
pada paket dosis pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan. 27
3. Rata-rata jumlah buah per tanaman cabai besar umur 123 HST
pada paket dosis pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan. 29
4. Rata-rata bobot buah per tanaman cabai besar umur 100 HST pada
paket dosis pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan…....... 31
5. Rata-rata bobot buah per tanaman cabai besar umur 123 HST pada
paket dosis pupuk bioslurry-abmix dan Interval pemupukan……… 33
6. Rata-rata bobot buah per buah cabai besar pada paket pupuk dosis
Bioslurry-abmix dan Interval pemupukan………………………… 35
Lampiran
No. Teks Halaman
1. Denah Percobaan............................................................................ 44
2. Deskripsi Cabai Besar Varietas Pilar F1………………………… 61
3. Pencatatan Curah Hujan Tahun 2016 dan 2017…………………. 62
4. Komposisi Bioslurry……………………………………………... 64
5. Bobot buah per tanaman 100 HST................................................. 65
6. Bobot buah per tanaman 110 HST................................................. 65
7. Bobot buah per tanaman 123 HST................................................. 66
8. Bobot per buah................... ............................................................ 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belekang
Cabai (Capsicum annum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak
digemari oleh masyarakat. Ciri dari jenis sayuran ini adalah rasanya yang pedas dan
aromanya yang khas, sehingga bagi orang-orang tertentu dapat membangkitkan selera
makan. Cabai merupakan sayuran yang dikonsumsi setiap saat, maka cabai akan terus
dibutuhkan dengan jumlah yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan
jumlah penduduk dan perekonomian nasional (Ripangi, 2012).
Masyarakat Indonesia termasuk penggemar cabai terbesar di dunia, sehingga
cabai menjadi salah satu produk penting dalam pangan Indonesia, bahkan dapat
berpengaruh terhadap laju inflasi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2010),
rata-rata konsumsi cabai per kapita adalah 500 gram/tahun. Jumlah penduduk
sebanyak 237.6 juta, Indonesia membutuhkan cabai sebesar 118.800 ton per tahun
(Wahyudi, 2011).
Berdasarkan data BPS (2015) pada tahun 2013 produksi cabai besar di
Indonesia tercatat 1.012.879 ton dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan
mencapai 1.074.602 ton, begitu juga pada tahun 2015 produksi tanaman cabai terus
meningkat mencapai 1.087.575 ton. Sedangkan produksi cabai besar di Sulawesi
Selatan berdasarkan data BPS (2015) pada tahun 2013 produksi tanaman cabai besar
mencapai 27.059 ton, dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan mencapai 28.006
ton sedangkan pada tahun 2015 produksi tanaman cabai mengalami penurunan
2
mencapai 22.835 ton. Produktivitas ini masih jauh di bawah potensi produksi cabai
yaitu di atas 10 ton per hektar. Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi cabai
adalah penggunaan pupuk kimia buatan secara terus menerus tanpa diiringi dengan
pemberian bahan organik yang menyebabkan tanah menjadi tandus dan produktifitas
menurun serta gangguan hama (Ripangi, 2012).
Upaya perbaikan tanah dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik
disamping tetap memberi pupuk anorganik dengan mengurangi dosisnya. Salah satu
pupuk organik yang dapat digunakan yaitu Bioslurry dan pupuk anorganik yang dapat
digunakan yaitu ABmix. Pemberian pupuk Bioslurry dan ABmix pada tanaman cabai
besar, diharapkan akan mampu meningkatkan produktifitas tanaman ini.
Bioslurry menawarkan beberapa manfaat dengan meningkatkan kualitas
pupuk, mengurangi bau dan patogen. Komposisi Bioslurry bergantung pada beberapa
faktor yaitu jenis kotoran hewan, manusia, atau bahan baku lainnya, air, dan umur
hewan, serta jenis pakan. Bioslurry dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman
secara langsung atau ditambahkan ke pengomposan bahan organik lainnya. Bioslurry
adalah sumber limbah hewan yang sudah dicerna dan jika air seni (hewan dan / atau
manusia) ditambahkan, lebih banyak nitrogen ditambahkan ke bioslurry yang dapat
mempercepat proses pembuatan kompos. Ini meningkatkan rasio karbon (C) /
nitrogen (N) dalam kompos. Tapi ini juga tergantung pada jenis digester
(penampungan biogas). Komposisi Bioslurry dapat terdiri dari 93 % air dan 7 %
bahan kering, dimana 4,5 % adalah bahan organik dan 2,5 % bahan anorganik.
Bioslurry juga mengandung 0,36 nitrogen (N), 0,10 % fosfor (P), 3,54 ppm seng
3
(Zn), 0,01 ppm besi (Fe), 132,50 ppm mangan (Mn) dan 4,5 ppm tembaga (Cu), yang
terakhir telah menjadi faktor terbatas di banyak tanah. Sekitar 25% sampai 30%
bahan organik diubah menjadi biogas selama proses fermentasi anaerobik, sementara
sisanya tersedia sebagai pupuk kandang (Warnars dan Oppenoorth, 2014).
Nutrisi ABmix merupakan pupuk lengkap yang mengandung unsur makro dan
mikro. Larutan hara stok a mengandung unsur kalsium sedangkan larutan hara stok b
mengandung sulfat dan fosfat, sehingga ketiga unsur tersebut tidak boleh dicampur
dalam keadaan pekat agar tidak timbul endapan. Endapan pupuk tidak baik untuk
tanaman karena akan menghambat penyerapan unsur-unsur hara.
Penelitian di Indonesia dengan Bioslurry juga memperoleh rata-rata kenaikan
produksi. Bioslurry sebagai pupuk organik telah banyak digunakan di areal pertanian
di Indonesia untuk komoditas sayur-sayuran daun dan buah (tomat, cabai, labu siam,
timun, dll), umbi (wortel, kentang, dll), pohon buah-buahan (buah naga, mangga,
kelengkeng, jeruk, pepaya, pisang, dll), tanaman pangan (padi, jagung, singkong) dan
tanaman lain (kopi, coklat dan kelapa) (Yudha, 2013).
Penelitian mengenai pupuk organik cair juga dilakukan oleh Ruslan (2016)
dengan pengaplikasian pupuk Bioslurry dengan konsentrasi 200 ml/L per tanaman
memberikan produksi terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi cabai rawit. Pupuk
organik cair merupakan pupuk berbentuk cair berasal dari kotoran atau urin hewan
yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu. Umumnya kotoran atau urin
4
hewan seperti sapi, kambing, kelinci, babi cukup banyak dan telah dimanfaatkan oleh
petani sebagai pupuk cair.
Penelitian mengenai pupuk organik cair juga dilakukan oleh Mappanganro
(2011) dengan penambahan urin sapi yang telah terfermentasi. Penambahan urin sapi
yang telah terfermentasi dengan konsentrasi 50 ml/L memberikan produksi terbaik
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman stroberi dari pada urin sapi konsentrasi
25 ml/L dan tanpa urin sapi. Penambahan urin sapi yang telah terfermentasi (50 ml/L)
memberikan produksi terbaik pada pertumbuhan vegetatif tanaman stroberi yaitu
tinggi tanaman ( 7,65 cm ) dan jumlah daun ( 4 helai).
Untuk memperoleh efisiensi dari suatu pemupukan perlu diperhatikan
beberapa faktor salah satunya adalah interval pemupukan. Perlu diperhatikan yang
ada kaitannya dengan interval pemupukan adalah sifat kelarutan pupuk. Pupuk yang
sukar larut diberikan jauh sebelum bertanam, tapi untuk pupuk yang mudah larut
dapat diberikan pada waktu bertanam atau sesudah tanaman tumbuh.
Penelitian mengenai interval pemupukan dilakukan oleh Ismayana (2014)
dengan interval pemupukan 2, 4, 6 dan 8 hari sekali. Interval waktu pemberian pupuk
organik cair urin sapi 6 dan 8 hari sekali dapat meningkatkan pertambahan jumlah
daun pada tanaman kangkung darat.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilaksanakan untuk
mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman cabai besar ( Capsicum annum L.)
dengan perlakuan pupuk Bioslurry-ABmix dan interval pemupukan.
5
1.2 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan terjadi pada penelitian ini yaitu :
1. Terdapat interaksi antara kombinasi aplikasi pemupukan Bioslurry-ABmix
dengan interval pemupukan yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi cabai
besar.
2. Terdapat salah satu kombinasi dosis pupuk Bioslurry-ABmix yang memberikan
pertumbuhan dan produksi tanaman cabai besar yang terbaik.
3. Terdapat salah satu interval pemupukan terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman cabai besar yang terbaik.
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini dilakukan yaitu untuk mengetahui pengaruh
pertumbuhan dan produksi tanaman cabai besar (Capsicum annum L.) dengan
aplikasi paket dosis pupuk Bioslurry-ABmix dan interval pemupukan.
Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai bahan informasi bagi pihak
yang membutuhkan serta sebagai bahan pembanding pada penelitian-penelitian
selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan morfologi tanaman cabai
Secara sistematika menurut Suriana (2012) cabai diklasifikasikan yaitu
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
Tanaman cabai merupakan tanaman tahunan yang tumbuh tegak dengan
batang berkayu dan bercabang banyak. Ketinggiannya bisa mencapai 120 cm dengan
lebar tajuk tanaman mencapai 90 cm. Daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau
gelap, tergantung pada varietasnya, bentuknya ada yang bulat telur, lonjong, dan
adapula yang oval dengan ujung meruncing. Bunganya berbentuk terompet yang
terdiri dari kelopak bunga, benang sari, dan putik. Bunga cabai tergolong berkelamin
dua karena benang sari dan putik terdapat dalam satu tangkai, biasanya bunga cabai
keluar dari ketiak daun.
7
a. Daun
Daunnya bervariasi menurut spesies dan varietasnya, ada daun yang
berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang lanset. Warna permukaan daun bagian atas
biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan
daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau.
Permukaan daun cabai ada yang halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang
daun cabai antara 3 – 11 cm, dengan lebar antara 1 – 5 cm.
b. Batang
Batang pada tanaman Cabai besar tidak berkayu, bentuknya bulat sampai agak
persegi dengan posisi yang cenderung agak tegak. Warna batang kehijauan sampai
keunguan dengan ruas berwarna hiaju atau ungu. Pada batang-batang yang telah tua
(batang paling bawah), akan muncul warna coklat seperti kayu, ini merupakan kayu
semu yang diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim. Biasanya batang akan
tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak percabangan.
c. Akar
Akar tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit, akar tunggangnya
dalam dengan susunan akar sampingnya (serabut) yang baik. Biasanya di akar
terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa
mikroorganisme.
d. Bunga
Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempurna, artinya dalam satu
tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga
8
betina dalam waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat
melakukan penyerbukan sendiri. Bunga berbentuk bintang, biasanya tumbuh pada
ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu
tandan biasanya terdapat 2 – 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya
putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 – 20 mm tiap bunga
memiliki 5 daun buah dan 5 – 6 daun mahkota.
e. Buah
Secara morfologi bentuk buah cabai berbeda–beda, berfariasi, tergantung
varietasnya, dari cabai keriting, cabai besar yang lurus dan bisa mencapai ukuran ibu
jari, cabai rawit kecil–kecil tapi pedas, cabai paprika yang berbentuk seperti buah
apel, dan bentuk–bentuk cabai hias lain yang banyak ragamnya (Suriana, 2012). Buah
cabai muncul dari percabangan atau ketiak daun dengan posisi buah menggantung.
Berat Cabai besar bervariasi sekitar 5 – 25 g / buah.
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Beberapa syarat tumbuh tanaman Cabai besar diantaranya adalah keadaan
iklim, suhu, dan keadaan tanah.
2.2.1 Keadaan Iklim
Tanaman cabai dapat tumbuh dengan baik di daerah yang mempunyai
kelembaban udara yang tinggi sampai sedang. Kelembaban udara yang terlalu rendah
akan mengurangi produksi cabai. Suhu rata-rata yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan cabai antara 18-300C. Suhu udara yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi akan menyebabkan turunnya produksi cabai. Angin yang bertiup cukup keras
9
juga akan merusak tanaman cabai, tiupan angin kencang mematahkan ranting,
menggugurkan bunga dan buah, bahkan dapat merobohkan tanaman. Penguapan yang
tinggi dapat menyebabkan produksi cabai menurun. Untuk mengurangi faktor
penguapan, tanaman cabai harus disiram dua atau tiga hari sekali (Ripangi, 2012).
2.2.2 Suhu Udara
Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai
berkisar antara 210C – 28
0C. Suhu harian yang terlalu terik, yakni di atas 32
0C
menyebabkan tepung sari tanaman cabai tidak berfungsi untuk melakukan
pembuahan. Selain itu juga suhu harian yang terik dapat menyebabkan bunga dan
buahnya terbakar. Suhu tanah pun juga berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara
terutama N dan P. Apabila pada waktu berbunga suhu turun di bawah 150C, maka
pembuahan dan pembijiannya terganggu. Pada suhu ini, unsur mikro yang penting
untuk pertumbuhan buah sukar diserap oleh tanaman cabai sehingga terjadi buah
tanpa biji atau partenokarpi. Suhu udara yang rendah, disertai dengan kelembaban
tinggi menyebabkan tingginya serangan cendawan atau penyakit.
Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan
(Maret – April). Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman
yang sehat serta hama dan penyakit.
2.2.3 Tanah
Secara umum cabai menyukai tanah yang gembur dan banyak unsur hara.
Semua jenis tanah di Indonesia relatif bisa dipakai untuk bertanam cabai. Jenis tanah
yang paling cocok bagi tanaman cabai adalah jenis tanah lempung berpasir atau tanah
10
ringan yang banyak mengandung bahan organik dan banyak mengandung unsur hara,
solum tanah dalam, gembur, dan tidak berpadas. Jenis tanah gambut (tanah yang
berasal dari sisa tumbuhan yang telah, sedang, atau belum melapuk), juga tanah rawa
dan pasang surut tidak bisa digunakan sebagai lahan tanam karena mempunyai derajat
keasaman tanah (pH) yang terlau tinggi.
Tanah masam tidak cocok untuk tanaman karena kandungan unsur aluminium
dan besi meningkat sedangkan unsur kalsium, fosfat, dan magnesium justru menurun.
Dalam keadaan tersebut, tanaman bisa keracunan aluminum dan besi. Selain itu pada
tanah yang mempunyai pH terlalu tinggi (diatas 7,0) tidak semua unsur dari pupuk
bisa terserap oleh akar. Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk tanaman
cabai adalah pada umumnya pH netral yaitu antara 6,0-7,0. pH ideal berada pada
angka 6,5 (Priyadi dan Suryo Sukendro, 2011).
2.3 Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran
hewan yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair dan dapat
diperkaya dengan bahan mineral alami atau mikroba yang bermanfaat memperkaya
hara, bahan organik tanah, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk
organik mempunyai kandungan unsur, terutama nitrogen (N), phosphor (P), dan
kalium (K) sangat sedikit, tetapi mempunyai peranan lain yang sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan tanaman (Suriawiria, 2003).
Penggunaan pupuk organik yang dipadukan dengan penggunaan pupuk kimia
dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan pengurangan penggunakan pupuk
11
kimia, baik pada lahan sawah maupun lahan kering. Telah banyak dilaporkan bahwa
terdapat interaksi positif pada penggunaan pupuk organik dan pupuk kimia secara
terpadu. Penggunaan pupuk kimia secara bijaksana diharapkan memberikan dampak
yang lebih baik dimasa depan. Tidak hanya pada kondisi lahan dan hasil panen yang
lebih baik, tetapi juga pada kelestarian lingkungan (Musnamar, 2005).
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik
kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan
kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang
dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.
Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik
dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan
pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi (Sumanungkalit dkk,
2006).
Salah satu pupuk organik yang banyak digunakan yaitu pupuk Bioslurry.
Bioslurry adalah produk akhir pengolahan limbah yang berbentuk lumpur yang
sangat bermanfaat sebagai sumber nutrisi untuk tanaman. Selain itu Bioslurry
merupakan bahan organik berkualitas tinggi yang kaya kandungan humus (Karki,
Shrestha, Bajgain dan Sharma, 2009). Tidak hanya memiliki kandungan nutrisi yang,
pupuk Bioslurry mengandung mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan
kesuburan dan kesehatan lahan pertanian. Sehingga kualitas dan kuantitas panen
meningkat. Sebagai pupuk organik berkualitas Bioslurry aman digunakan oleh
12
manusia untuk pemupukan aneka tanaman pangan, sayuran, bunga, buah dan tanaman
perkebunan.
Bioslurry mengandung nutrisi yang sangat penting untuk pertumbuhan
tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P) serta seng (Zn), besi (Fe), mangan (Mn) dan
tembaga (Cu). Sekitar 25% - 30% bahan organik diubah menjadi biogas selama
proses fermentasi anaerobik, sementara sisanya tersedia sebagai pupuk kandang
(Warnars dan Oppenoorth, 2014). Manfaat dari Bioslurry yaitu batang kokoh, kuat
sehingga tidak mudah rebah, meningkatkan proses fotosintesis, mencegah gugurnya
daun dan buah, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit, meningkatkan produksi
dan kualitas tanaman.
Bioslurry juga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan kotoran
hewan segar atau pupuk kandang biasa. Bioslurry bermanfaat menetralkan tanah yang
asam dengan baik, menambahkan humus sebanyak 10-12 % sehingga tanah lebih
bernutrisi dan mampu menyimpan air, serta mendukung aktivitas perkembangan
cacing dan mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman (Nandiyanto dkk, 2006).
Keunggulan yang kedua yaitu kandungan nutrisi Bioslurry terutama nitrogen
(N) lebih baik dibanding pupuk kandang / kompos atau kotoran segar. Nitrogen (N)
dalam Bioslurry lebih banyak dan mudah diserap tanaman. Keunggulan yang ketiga
yaitu Bioslurry bebas bakteri pembawa penyakit pada tanaman. Proses fermentasi
kotoran hewan di reaktor biogas dapat membunuh organisme yang menyebabkan
penyakit pada tanaman (Nandiyanto dkk, 2006).
13
Sedangkan keunggulan yang terakhir yaitu berlawanan dengan kohe segar
(pupuk kandang), Bioslurry justru dapat mengusir rayap perusak tanaman. Oleh
karena itu, para petani bisa menggunakan Bioslurry untuk melapisi lantai lumbung
(Nandiyanto dkk, 2006).
Haryati, (2006) mengemukakan bahwa pemakaian Bioslurry bermanfaat
memperbaiki struktur fisik tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur,
meningkatkan kemampuan tanah mengikat atau menahan air lebih lama,
meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan aktivitas cacing dan mikroorganisme
“Pro-Biotik” tanah yang bermanfaat untuk tanah dan tanaman. Bila disimpan dan
digunakan dengan benar, Bioslurry dapat memperbaiki kesuburan tanah dan
meningkatkan produksi tanaman rata-rata sebesar 10 - 30% lebih tinggi dibanding
pupuk kandang biasa.
2.4 Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah pupuk yang
mengandung satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
Fungsi utama pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara atau nutrisi
tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai beberapa kelebihan dan kelemahan
pupuk anorganik. Beberapa manfaat dan keunggulan pupuk anorganik antara lain:
mampu menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi
tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak
berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan. Adapun kelemahan dari pupuk
anorganik adalah harga relatif mahal, mudah larut dan mudah hilang, menimbulkan
14
polusi pada tanah bila diberikan dalam dosis yang tinggi. Unsur yang paling dominan
dijumpai dalam pupuk anorganik adalah unsur N, P, dan K.
Senyawa N digunakan tanaman antara lain untuk membentuk klorofil.
Senyawa N juga berperan dalam memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman.
Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N berwarna hijau. Gejala kekurangan
N akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan tanaman terbatas, daun
menguning dan gugur. Gejala kelebihan N menyebabkan keterlambatan kematangan
tanaman yang diakibatkan terlalu banyaknya pertumbuhan vegetatif, batang lemah
dan mudah roboh serta mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit
(Hardjowigeno, 1993).
Salah satu pupuk anorganik yang sering digunakan yaitu pupuk ABmix.
Menurut Nugraha (2014) perlakuan dengan menggunakan pupuk ABmix memiliki
pertumbuhan vegetatif dan hasil panen terbaik pada tanaman bayam, pakchoy dan
selada. Kandungan pupuk ABmix memiliki komposisi seimbang yang dibutuhkan
oleh tanaman. Komposisi hara seimbang yang dimaksud adalah kandungan unsur
hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman telah terkandung di dalam larutan
hara ABmix dan nutrisi yang diperoleh tanaman dari larutan hara ABmix telah
memenuhi kebutuhan tanaman.
Nutrisi atau pupuk racikan adalah larutan yang dibuat dari bahan bahan kimia
yang diberikan melalui media tanam, yang berfungsi sebagai nutrisi tanaman agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Nutrisi atau pupuk racikan mengandung unsur
15
makro dan mikro yang dikombinasikan sedemikian rupa sebagai nutrisi (Karsono,
Sudarmodjo dan Sutioso, 2002).
2.5 Interval Pemupukan
Kunci keberhasilan budidaya tanaman adalah pemupukan. Pemupukan yang
baik perlu memperhatikan dosis, cara, dan waktu pemupukan sehingga usaha
pemupukan tersebut menjadi efektif (Lingga, 1995). Perlu diperhatikan yang ada
kaitannya dengan interval pemupukan adalah sifat kelarutan pupuk. Pupuk yang sukar
larut diberikan jauh sebelum bertanam, tapi untuk pupuk yang mudah larut dapat
diberikan pada waktu bertanam atau sesudah tanaman tumbuh.
Penelitian mengenai interval pemupukan dilakukan oleh Ismayana (2014)
dengan interval pemupukan 2, 4, 6 dan 8 hari sekali. Interval waktu pemberian pupuk
organik cair urin sapi 6 dan 8 hari sekali dapat meningkatkan pertambahan jumlah
daun pada tanaman kangkung darat. Pemberian pupuk organik cair urin sapi dengan
interval waktu 2, 4, 6, dan 8 hari sekali, dengan aplikasi 200 mL / 3 L air tidak
berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman dan berat basah tanaman
kangkung darat.