BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11169/2/T1... ·...

21
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Pembelajaran adalah proses atau cara, pembuatan untuk menjadikan seseorang lebih baik pada kehidupan masa depan. Dalam hal ini sekolah akan membentuk peserta didik menjadi manusia yang mempunyai potensi dalam kehidupan masa depan untuk lebih baik dari sebelumnya. Apabila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya yang dibuat oleh guru untuk membuat peserta didik berminat dan mau untuk mengikuti pembelajaran. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sulistyorini Sri 2007 : 37) 2.1.1.1 Pengertian IPA Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI dijelaskan mengenai pembelajaran IPA yaitu : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. IPA berasal dari kata sains yang berarti alam, sains menurut Suyono (1998:5) merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimen, obervasi dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara yang satu dengan yang lainnya. Sains menurut Depdiknas (2004:3) adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena yang ada dialam

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11169/2/T1... ·...

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Pembelajaran adalah proses atau cara, pembuatan untuk menjadikan

seseorang lebih baik pada kehidupan masa depan. Dalam hal ini sekolah akan

membentuk peserta didik menjadi manusia yang mempunyai potensi dalam

kehidupan masa depan untuk lebih baik dari sebelumnya. Apabila pembelajaran

dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya

yang dibuat oleh guru untuk membuat peserta didik berminat dan mau untuk

mengikuti pembelajaran. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

alam semesta secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan (Sulistyorini Sri 2007 : 37)

2.1.1.1 Pengertian IPA

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI

dijelaskan mengenai pembelajaran IPA yaitu : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

IPA berasal dari kata sains yang berarti alam, sains menurut Suyono

(1998:5) merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan

dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu tertentu yaitu

teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku observasi, eksperimen,

penyimpulan, penyusunan teori, eksperimen, obervasi dan demikian seterusnya

kait-mengait antara cara yang satu dengan yang lainnya. Sains menurut Depdiknas

(2004:3) adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena yang ada dialam

6

semesta. Sains memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam melalui

kegiatan empirik yang dapat diperoleh melalui eksperimen laboratorium atau alam

bebas. Trianto (2007:102) mengatakan, IPA adalah suatu kumpulan teori yang

sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan

berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta

menurut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.

Berdasarkan masing-masing pendapat yang berbeda-beda tentang

pengertian IPA di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam

(IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan, sehingga melalui teori ilmiah dapat berkembang dengan melakukan

observasi dan eksperimen. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi

peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembanglkan kompetensi agar menjelajahi dan

alam sekitar secara ilmiah.

2.1.1.2 Tujuan Mata Pelajaran IPA

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat antara lain tujuan

masing-masing mata pelajaran (MP), standar kompetensi (SK), dan kompetensi

dasar (KD).

Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yang berdasarkan KTSP 2006 adalah:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberanian, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pengalaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sifat positif dan kesadaran tentang adannya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

7

4. Mengembangkan keterampilan proses, untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep-konsep

IPA yang diberikan di Sekolah Dasar secara umum bertujuan agar siswa dapat

menyadari dan ikut berpartisipasi dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan

lingkungan alam, serta menghargai alam sebagai ciptaan tuhan. Tujuan

pembelajaran IPA akan berhasil bila dalam prosesnya melibatkan interaksi siswa

yang ovtimal. Interaksi tersebut meliputi interaksi guru dengan siswa, interaksi

siswa dengan guru, interaksi siswa dengan sesama siswa, juga interaksi siswa

dengan lingkungannya.

2.1.1.3 Fungsi Pembelajaran IPA

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kehidupan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi Menurut

Depdiknas (2004) fungsi pembelajaran IPA adalah :

1. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.

3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melakukan IPA dan

teknologi.

4. Menguasai konsep IPA untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dari fungsi pembelajaran IPA menurut Depdiknas (2004) penulis

menyimpulkan bahwa melalui pembelajaran IPA siswa dapat menemukan

keyakinan kepada sang pencipta. Mengembangkan keterampilan sikap melalui

pemahaman dan pengetahuan tentang IPA dan teknologi, sehingga dengan

penguasaan konsep tersebut mereka menjadi lebih memahami dan memdapatkan

8

pengetahuan, sehingga dalam kehidupan sehari-hari siswa dibekali potensi

sebagai bekal hidup di tengah masyarakat dan mengembangkannya pada jenjang

yang lebih tinggi.

2.1.1.4 Perlunya IPA diajarkan di SD

Pembelajaran merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia dan

sekaligus membedakan manusia dan hewan. Hewan juga belajar tetapi lebih

ditentukan dengan insting, sedangkan bagi manusia belajar berarti rangkaian

kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Oleh

karena itu berbagai pandangan yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan

proses budaya untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dan berlangsung

sepanjang hayat. Dalam hal ini pembelajaran IPA juga memegang peran

menentukan perkembangan manusia.

Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA diajarkan di SD.

Pembelajaran merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia, belajar

berarti rangkaian kegiatan menuju kedewasaan guna menuju kehidupan yang

lebih berarti. Oleh karena itu berbagai pandangan yang menyatakan bahwa

pendidikan merupakan proses budaya untuk mengangkat harkat dan martabat

manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Pembelajaran IPA juga memegang

peran menentukan perkembangan manusia.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukan ke

dalam suatu kurikulum sekolah. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat

golongan yaitu : a) bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu

dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materi suatu bangsa banyak sekali

tergantung pada kemampuan pada bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA

merupakan dasar teknologi, yang sering disebut-sebut sebagai tulang punggung

pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA. Orang tidak

menjadi insinyur elektronika yang baik, atau doktor yang baik, tanpa dasar yang

cukup luas mengenai berbagai gejala alam, b) bila diajarkan IPA menurut cara

yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberika suatu

kesempatan yang berpilir kritis; misalnya IPA diajarkan dengan menggunakan

metode “menemukan sendiri”, dengan ini anak diharapkan pada suatu masalah;

9

umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian”, Dapatkah tumbuhan

hidup tanpa daun?”. Anak-anak di minta untuk mencari dan menyelidiki hal ini, c)

bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh

anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka,

d) mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi

yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih

lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajarannya menekannkan pada pemberian pengalaman langsung untuk

pengembangan kompetensi agar menjelajahi alam sekitar secara ilmiah.

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP 2006 untuk SD/MI

dijelaskan mengenai pembelajaran IPA yaitu : Ilmu Pengetajuan Alam (IPA)

hubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA

bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu

peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam

sekitar. BNSP 2007:13. Dari penjelasan tersebut pendidikan IPA menekankan

pada pemberian pengalaman belajar secara langsung.

Dalam pembelajaran IPA siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah

keterampilan proses. Sebagaimana ungkapan (Hendri 2006:12) bahwa, dalam

pembelajaran tersebut siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah

keterampilan proses (keterampilan atau kerja ilmiah) dan sikap ilmiah dalam

memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar. Keterampilan

proses ini meliputi: keterampilan mengamati dengan seluruh indra; keterampilan

menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan

keselamatan kerja; mengajukan pertanyaan; menggolongkan data; menafsirkan

data; mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, serta menggali dan

memilih informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau

memecahkan masalah sehari-hari.

10

Pada prinsipnya, pembelajaran IPA harus dirancang dan dilaksanakan

sebagai cara “mencari tahu dan cara mengerjakan/melakukan yang dapat

membantu siswa memahami fenomena alam secara mendalam” (Depdiknas,

2003:3). IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan

cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi.

Pembelajaran IPA sangat penting diberikan di Sekolah Dasar, karena IPA sangat

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Model Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw

Dalam penyampaian pembelajaran pada siswa, seorang guru harus bisa

memilih model pembelajaran yang efektif dan dapat memotivasi siswa.

Pembelajaran yang menggunakan model tersebut akan menuntut peserta didik

untuk ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran ini efektif

untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide atau gagasan atau

pendapatnya sendiri, sehingga yang berperan dominan dalam kegiatan

pembelajaran adalah peserta didik. Dengan aktifnya siswa dalam berpendapat

melalui pembelajaran, maka siswa akan terlatih dari sisi mental, mereka

mempunyai keberanian yang handal, apabila suatu hari diminta untuk berbicara di

depan umum mereka sudah terlihat dan tidak canggung dalam berbicara, karena

dalam pembelajaran mereka sudah terlatih. Dalam penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw ini sangat berpengaruh bagi siswa. Model pembelajaran ini

juga akan menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa, ketika siswa melakukan

tindakan dan memberikan pendapat/penjelasan dalam kegiatan pembelajaran,

misalkan guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil demonstrasi yang

dilakukan di kelas. Tanpa ditunjuk guru, siswa mengacungkan tangan untuk

memberikan komentar tentang kesimpulan dari percobaan tersebut. Siswa percaya

diri dan berani dala berbicara, tidak takut salah. Siswa terlatih dari hal yang

sederhana dan pada akhirnya nanti mereka dipersiapkan menghadapi masalah

yang lebih kompleks.

11

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami

perubahan. Model-model pembelajaran tradisional kini mulai ditinggalkan

berganti dengan model yang lebih modern. Sejalan dengan pendekatan

konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang kini

banyak mendapat respon adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative

learning. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini

banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat

pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang

ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan

orang lain, siswa yang agresif dan tidak perduli pada yang lain, Djahiri K (2004).

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam

kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya

dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur

model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru

mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat

menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1)

”memudahkan siswa belajar” sesuatu yang ”bermanfaat” seperti fakta

keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2)

pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten

menilai, (Anita Lie, 2002). Pada model pembelajaran kooperatif siswa diberi

kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk

mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan

fasilitator aktivitas siswa, artinya dalam pembelajaran ini kegiatan aktif dengan

pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka bertanggung jawab atas

hasil pembelajarannya.

Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah

agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya

dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada

orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat

mereka secara berkelompok. Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan siswa,

12

bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya

pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan

pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang

dilakukan peserta didik.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi

belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda. Dalam cooperative learning belajar dikatakan belum

selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran,

Isjoni (2010).

Menurut Slavin (1985), pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok

heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans (2000) mengemukakan pembelajaran

kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang

khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama

selama proses pembelajaran.

Stahl (1994) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil

belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku

sosial. Thomson, et al (1995) mengemukakan, pembelajaran kooperatif turut

menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Pada cooperative

learning yang diajarkan adalah ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat

bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang

baik.

Anita Lie (2000) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah

pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam

tugas-tugas yang terstruktur. Bennet (1995) menyatakan ada lima unsur dasar

yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:

1. Positive Interpedence (hubungan timbal balik).

13

2. Interaction face to face (interaksi langsung yang terjadi antar siswa tanpa

adanya perantara).

3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota

kelompok.

4. Membutuhkan keluwesan.

5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah

(proses kelompok).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas belajar dengan model kooperatif

dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya,

menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat (sharing ideas).

Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan – latihan soal –

soal atau pemecahan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif sangat

baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong

menolong mengatasi tugas yang dihadapinya. Beberapa ahli menyatakan bahwa

model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang

sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis,

bekerja sama dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat

aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap

kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk

meningkatkan prestasi belajarnya, Isjoni (2010).

2.1.2.2. Kelebihan dan Kekurangan Dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw

Menurut Hidayanti, dalam (Purnitawati : 2011) dalam setiap pelaksanaan

model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, tentu memiliki kelebihan dan

kekurangan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa kelebihan dan kekurangan

pembelajaran jigsaw

a. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1. Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain.

2. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada tim ahli

yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.

3. Pemerataan materi dapat dicapai dalam waktu yang singkat.

14

4. Melatih siswa untuk berbicara dan berpendapat.

5. Dapat menambah pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa.

Dapat disimpulkan dari kelebihan model pembelajaran di atas, bahwa

melalui model pembelajaran jigsaw siswa dapat aktif dalam mengemukakan

pendapat serta ide-ide yang mereka miliki, dan dijelaskan kepada peserta didik

yang lainnya, serta aktifnya siswa berperan dalam kegiatan pembelajaran.

Menumbuhkan sifat percaya diri dalam menjelaskan masalah pada siswa lainnya

dan bertanggung jawab atas pendapatnya, sehingga melalui pembelajaran tersebut

memberikan kesan yang menyenangkan bagi siswa untuk berpartisifasi bersama

siswa lain.

b. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1. Pembelajaran oleh siswa sendiri, ini akan menjadi kendala.

2. Tidak semua siswa memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi

menyampaikan materi kepada temannya.

3. Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model

pembelajaran ini diterapkan.

4. Membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe masing-

masing siswa.

5. Model pembelajaran ini sulit untuk diterapkan pada kelas yang memiliki

siswa banyak.

Solusi untuk mengatasi kekurangan model kooperatif tipe jigsaw

1. Guru berperan untuk mendampingi siswa dalam pembelajaran, serta

melakukan konfirmasi di akhir pembelajaran.

2. Guru mendorong siswa agar bersama-sama menciptakan suasana belajar

yang nyaman dan menyenangkan, sehingga dapat menimbulkan rasa

percaya diri siswa.

3. Dalam membuat perencanaan pembelajaran dengan model ini sebaiknya

sejak jauh-jauh hari, supaya matang dan cukup persiapan.

15

4. Model ini sebaiknya tidak diterapkan pada awal tahun ajaran, supaya guru

memiliki kesempatan untuk mengenali terlebih dahulu tipe masing-masing

siswa.

5. Dalam menerapkan model ini, sebaiknya guru memiliki keterampilan yang

cukup baik dalam memimpin kelompok-kelompok kecil dalam kelas.

2.1.2.3 Langkah-Langkah Dalam Model Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran

kooperatif di mana peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-

6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan

bertanggung jawaxb atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari

dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota lain (Arends, 1997).

Di bawah ini langkah-langkah pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

1. Guru membagi satu kelas menjadi beberapa kelompok dengan setiap kelompok

terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan berbeda. Kelompok ini disebut

kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan

jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai. Setiap siswa diberi tugas mempelajari salah

satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi

pembelajaran yang sama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam

kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama,

serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika

kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok

Jigsaw (gigi gergaji). Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok

asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari oleh kelompok

ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok, baik yang ada pada kelompok ahli

maupun kelompok asal.

2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,

selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan

perundingan salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok

16

yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi

pembelajaran yang telah didiskusikan.

3. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

4. Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil belajar individual.

5. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi

pembelajaran.

2.1.2.4 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembuatan sintak model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw harus sesuai

dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Sebelum

memulai guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok, masing-masing kelompok

berjumlah 6-7 siswa, ini dilakukan untuk memudahkan penyampaian

pembelajaran. Pembagian kelompok tersebut diluar dari langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif teknik jigsaw.

1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang).

2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-

bagi menjadi sub bab.

3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung

jawab untuk mempelajarinya. Tiap anggota kelompok ahli setelah kembali

kekelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.

4. Anggota dari kelompok lain telah mempelajari sub bab yang sama bertemu

dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.

5. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenal tagihan berupa

kuis individu.

6. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama

bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.

2.1.2.5 Sintak Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam

Mata Pelajaran IPA Berdasarkan Standar Proses

Dalam kegiatan pembelajaran mengguanakan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw, peserta didik akan mempresentasikan hasil dari kerja

17

mereka dengan menggunakan ide dan pendapat mereka di depan teman lainnya,

sehingga pada kegiatan tersebut guru hanya sebagai pembimbing dalam

pelaksanaan kegiatan tersebut.

Tabel 1

Sintak dalam standar proses nampak dalam tabel berikut :

No Langkah-langkah Kegiatan Guru dan Siswa

1 Kegiatan Awal 1. Guru memberikan salam dan mengajak semua

siswa berdoa menurut agama dan keyakinan

masing-masing

2. Guru menyiapkan siswa secara fisik dan fisikis

3. Guru menanyakan pembelajaran yang kemarin

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang

perubahan lingkungan

2 Kegiatan Inti 5. Setelah guru menyampaikan tujuan pembelajaran,

siswa dibagi dalam beberapa kelompok setiap

kelompok terdiri dari 5-6 orang

6. Setiap kelompok mendapatkan materi yang

berupa teks yang sudah dibagi menjadi sub bab

7. Setiap anggota kelompok membacakan sub bab

yang sudah dibagikan dan mempelajarinya.

Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali

kekelompoknya bertugas mengajar teman-

temannya.

8. Anggota dari kelompok lain yang telah

mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam

kelompok-kelompok ahli untuk berdiskusi.

9. Setelah pertemuan diskusi kelompok, guru

mengadakan kuis individu

10. Anggota dari kelompok lain yang telah

mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam

18

kelompok-kelompok ahli untuk berdiskusi

11. Masing-masing kelompok mempresentasikan

hasil kelompoknya didepan kelas

12. Guru memberikan penghargaan pada kelompok

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil

belajar individual

13. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk

bertanya hal yang belum jelas

3 Kegiatan Akhir 14. Guru memberikan evaluasi kepada siswa

15. Guru memberikan tindak lanjut kepada siswa

16. Siswa melakukanrefleksi terhadap pembelajaran

hari ini

17. Guru mengakhiri pembelajaran

2.1.3 Hasil Belajar

2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan

penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih

Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan

individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Menurut Slavin dalam Catharina

Tri Anni (2004), belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal

dari pengalaman. Menurut Gagne dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar

merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling

terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku.

Sedangkan menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008) belajar

adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam

competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan

(skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan

mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang

hayat. Menurut Ernest R. Hilgard dalam Sumardi Suryabrata (1984) belajar

merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian

19

menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang

ditimbulkan oleh lainnya.

Sedangkan belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of

Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam

perubahan tingkah laku, yang keadannya berbeda dari sebelum individu berada

dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Moh.

Surya (1981), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada

prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang

sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah

belajar dan sebelum belajar.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Bloom (1963), hasil belajar

mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,

meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,

menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,

membentuk bangunan baru) dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah

receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai),

organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor

juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan

intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan,

informasi, pengertian dan sikap.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa,

hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut

20

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari

sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesainya bahan pelajaran.

Menurut Oemar Hamalik (2006) hasil belajar adalah bila seseorang telah

belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran

atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai

apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah

laku yang lebih baik lagi.

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.

Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru

tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui

kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan

membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas

maupun individu.

2.1.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:

1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi

belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial

ekonomi, faktor fisik.

2. Faktor datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas

pengajaran.

Menurut Munadi (Rusman, 2012 : 124) faktor yang mempengaruhi hasil

belajar antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal:

1. Faktor Internal

a. Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang

prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan yang

21

cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta

didik dalam menerima materi pelajaran.

b. Faktor Psikologis. Setiap individu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya

memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut

mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi

intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya

nalar peserta didik.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar.

Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada

tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat

berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari

yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk

bernafas lega.

b. Faktor instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang

keberadaan dan penggunaannya dirancang dengan hasil belajar yang

diharapkan.

Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk

tercapainya jujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental

ini berupa kurikulum, sarana dan guru.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

peserta didik menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru

untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal

ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh

perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

2.1.4. Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Dengan Hasil Belajar IPA.

Menurut Y.W. Best yang disunting oleh Sanpiah Faisal variabel penelitian

adalah kondisi-kondisi yang dimanipulasikan oleh peneliti, dikontrol atau

diobservasi dalam suatu penelitian. Direktorat Pendidikan Tingkat departemen

22

menjelaskan bahwa yang dimaksud variabel penelitian adalah segala sesuatu yang

akan dijadikan objek pengamatan peneliti (Amirul Hadi 2005:204). Dari ke dua

pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa pariabel penelitian tersebut meliputi

faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Pada

penelitian ini ada dua variabel yang akan diamati dan diketahui hubungan antara

ke dua variabel tersebut. Hubungan timbal balik adalah hubungan dimana suatu

variabel dapat menjadi sebab dan akibat dari variabel lainnya. Artinya adalah

apabila pada suatu waktu variabel x mempengarihi variabel y dan waktu yang

lainnya variabel y mempengaruhi variabel x. Pada penelitian ini yang menjadi

variabel x adalah model kooperatif tipe jigsaw, sedangkan yang menjadi variabel

y adalah hasil belajar IPA. Hubungan kedua variabel tersebut adalah dimana

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat mempengaruhi hasil belajar

siswa sehingga ada perubahan yang baik pada hasil belajar IPA, dan hasil belajar

IPA dapat meningkatkan karena dipengaruhi oleh adanya penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Itulah hubungan antara variabel pada

penelitian ini.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh beberapa

peneliti yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk

mengetahui keberhasilan yang dicapai dalam presentase ketuntasan siswa dalam

KKM yaitu 65 yang disajikan dalam bentuk jurnal, penelitian ini relevan dengan

penelitian:

1. Agus Wiyanto (2009) Judul penelitian, ”Penggunaan Cooperative Learning

Teknik Jigsaw Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran IPA Kelas V Sd Negeri Gandu I Kecamatan Bogorejo Kabupaten

Blora. Model pembelajaran”,tanggal 16 Januari 2009, hasil penelitiannya

adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat

meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA yaitu peningkatan

dalam keaktifan bertanya dan keaktifan menyampaikan pendapat.

2. Sri Nugrahani (2008) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa dengan

menerapkan model pembelajaran bongkar pasang terbukti dapat meningkatkan

23

hasil belajar IPA. Yang dimaksud model kelompok bongkar pasang di sini

yaitu yaitu model pembelajaran kooperatif jigsaw.

3. Lutfi Rahmawati (2009) menerapkan model pembelajaran kooperatif jigsaw

dengan kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperaatif jigsaw dapat

meningkatkan aktifitas dan kemampuan siswa dalam belajar kelompok serta

meningkatkan hasil belajar IPS.

Tabel 2

Persamaan dan Perbedaan keterlaksanaan model pembelajaran

No Peneliti Tahun Variabel Hasil penelitian

X Y

1. Agus

Wiyanto

2009 Model

pembelajaran

jigsaw pada

pelajaran IPA

Keaktifan

siswa

Model pembelajaran

teknik jigsaw dapat

meningkatkan

keaktifan siswa dalam

pembelajaran IPA.

2. Sri

Nugrahani

2008 Model

pembelajaran

jigsaw

pelajaran IPA

Aktifitas

dan Hasil

belajar

Penggunaan model

pembelajaran jigsaw

pada mate pelajaran

IPA dapat

meningkatkan

aktifitas dan hasil

belajar siswa.

3. Lutfi

Rahmawati

2009 Penggunaan

Cooperatif

Learning

Tipe Jigsaw

Aktifitas

dan hasil

belajar

Penggunaan model

pembelajaran jigsaw

dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

4. Sintia

Nirmala

Agustin

2016 Penggunaan

Cooperatif

Learning

Tipe Jigsaw

Hasil

belajar

24

Sedangkan di sini penulis akan melakukan penelitian yang berupaya

meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran

jigsaw, sehingga melalui penerapan model tersebut hasil belajar IPA akan lebih

meningkat, karena siswa akan merasa tertarik dalam mengikuti kegiatan belajar,

dengan mengembangkan potensi mereka berupa tindakan berbicara

mengemukakan pendapat mereka masing-masing sehingga dalam belajar di kelas

peserta didik cenderung tidak pasif tetapi akan aktif. Pada penelitian ini berbeda

dengan penelitian sebelumnya, karena penelitian ini fokus pada pembelajaran IPA

SD sedangkan penelitian yang dilakukan sebelumnya mengarah pada materi

lainnya. Pada penelitian ini juga menggunakan dua variabel tidak lebih.

Keberhasilan siswa ditandai oleh kemampuan mereka dalam berpendapat

dengan mengemukakan penjelasan tentang masalah yang diberikan kepada

mereka dan melalui penyelesaian evaluasi yang diberikan siswa menyelesaikan

dengan jawaban yang benar.

2.3 Kerangka Pikir

Keberhasilan proses pembelajaran juga didukung oleh penggunaan model

atau metode pembelajaran yang tepat, sesuai mata pelajaran, materi dan kondisi

siswa secara keseluruhan, selain oleh kemampuan siswa itu sendiri. Salah satu

wujud pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa adalah dengan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu pembelajaran kooperatif

dengan belajar kelompok antara 4-6 yang saling bekerja sama, saling

ketergantungan antara teman satu dengan teman yang lainnya, dalam menerima

suatu materi yang berbeda dan setiap siswa harus bertanggung jawab untuk dapat

menyampaikan materi yang dipelajarinya kepada orang lain. Jadi, dengan

menerapkan pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dapat diduga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa karena siswa dapat lebih aktif serta lebih mudah

memahami materi pembelajaran.

25

2.4. Hipotesis Tindakan

Dengan mengacu pada kerangka pikir diatas, peneliti mengajukan hipotesis

sebagai berikut:

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw diduga dapat

meningkatkan hasil belaja IPA Kompetensi Dasar Mendeskripsikan pengaruh

perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

pada siswa kelas 4 SD Negeri Tegaron 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten

Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran

2015/2016.

Kondisi

awal

Pembelajaran

Konvensional :

- Guru lebih dominan

- Peserta didik pasif

- ceramah

Hasil belajar

siswa rendah

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain

Melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberi kesempatan untuk

menjelaskan materi yang diberikan oleh guru kepada siswa

Memotivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi

ajar

Dapat menambah pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa

Peserta didik dapat aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran dengan

terlibatnya mereka pada suatu kegiatan belajar

Mendorong tumbuhnya tanggung jawab dan keberanian dalam diri siswa

untuk berbicara di depan.

Hasil belajar

lebih

meningkat

Memantapkan penerapan

model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw

Hasil belajar

siswa

meningkat