METODE PENGAJARAN YANG DIGUNAKAN GURU DI SEKOLAH DASAR ... · adalah lembaga pendidikan yang...
Transcript of METODE PENGAJARAN YANG DIGUNAKAN GURU DI SEKOLAH DASAR ... · adalah lembaga pendidikan yang...
METODE PENGAJARAN YANG DIGUNAKAN GURU
DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Elisabet Lisara Musita Sari
NIM : 1211342017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
METODE PENGAJARAN YANG DIGUNAKAN GURU
DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Elisabet Lisara Musita Sari
NIM : 1211342017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
“Kegagalan dalam satu hal adalah tanda ada
keberhasilan dalam hal berikutnya”
- Mario Teguh -
“Cara tercepat untuk mengubah hidup sangat
sederhana. Anda mulai ketika yang lain menunda dan
tetap berjalan ketika yang lain lelah melangkah”
- Lisara -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
1) Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan rahmat dan perlindunganNya.
2) Antonius Mujiran (Bapak), Mariana Yatinem (Ibu), Chistyawan Putra Nur Fajar (Suami),
Agatha Dea Silviana (Adik), Marcellinus Fadli Firstky Putra dan Nicollaus Alberga Aksa
Putra (Anak) yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan materi dan
doa.
3) Teman-teman payung Lusia Eka Ristanti, Veronica Mayang Sari, Tri Wahyu
Setyaningsih, dan Laurentius Beny Widiardika yang selalu memberi dukungan dan
semangat.
4) Keluarga besar SD Negeri 2 Dompyongan yang telah memberikan dukungannya.
5) Sahabat di PGSD maupun di luar PGSD yang selalu menemani dan memberikan
dukungan.
6) Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 12 Agustus 2016
Peneliti
Elisabet Lisara Musita Sari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Elisabet Lisara Musita Sari
Nomor Mahasiswa : 121134017
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “METODE
PENGAJARAN YANG DIGUNAKAN GURU DI SEKOLAH DASAR
INKLUSI SE-KABUPATEN SLEMAN” beserta perangkat yang diperlukan (bila
ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya
dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan
royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 12 Agustus 2016
Yang menyatakan,
Elisabet Lisara Musita Sari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Metode Pengajaran yang Digunakan Guru Di Sekolah Dasar Inklusi Se-
Kabupaten Sleman
Elisabet Lisara Musita Sari
Universitas Sanata Dharma
2016
Pemerintah memberikan perhatian pada sekolah inklusi. Sekolah inklusi
adalah lembaga pendidikan yang mendidik siswa berkebutuhan khusus dengan siswa
tidak berkebutuhan secara khusus untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
siswa. Ada empat metode pengajaran ialah metode pengajaran langsung, metode
pengajaran tidak langsung, latihan mandiri, dan scaffolding; yang digunakan guru
untuk mengembangkan kemampuan siswa. Skripsi ini bertujuan mendiskripsikan dan
memetakan metode pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-
Kabupaten Sleman yang berjumlah 33 sekolah.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data dikumpulkan dengan
membagikan kuesioner. Kuesioner divalidasi oleh dua validator, dan mendapat nilai
rata-rata 4 sehingga layak dibagikan kepada 30 guru sekolah dasar inklusi se-
Kabupaten Sleman.
Dari hasil olah data 30 kuesioner, peneliti mendapatkan data: metode
pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman
adalah 25% guru menggunakan metode pengajaran langsung, 24.5% guru
menggunakan metode pengajaran tidak langsung, 24.8% guru menggunakan metode
latihan mandiri, dan 25.3% guru menggunakan metode scaffolding. Dari hasil
kuesioner tersebut dapat dilihat bahwa scaffolding memiliki presentase paling tinggi.
Scaffolding adalah bentuk dukungan yang diberikan oleh guru untuk membatu siswa
mengembangkan potensinya, bentuk dukungan lain ialah dari siswa yang tidak
berkebutuhan secara khusus untuk menjembatani antara kemampuan yang dimiliki
sekarang dengan target yang dituju.
Kata kunci: Metode Pengajara, Sekolah Dasar Inklusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
TEACHING METHOD USED BY TEACHERS
IN INCLUSIVE SCHOOLS IN THE SLEMAN DISTRICT
Elisabet Lisara Musita Sari
Sanata Dharma University
2016
Nowadays the government give the good attention for inclusive school.
Inclusive school is a school who has the specific educational of law, there education
divided into two are with special needs disabled athletes and not disabled. In there
divided to four educational teaches method, the first method is direct and indirect
learning, third is independence learning then scaffolding. Goals of this thesis are
describe and divide into some of the educational method for teacher in thirty three
school in a Sleman district.
Teacing method used by teachers in inclusive schools in the Sleman district,
after processed data it can be inferred : 25% teacher use direct learning, 24.5%
teacher use indirect learning then 24.8% teacher use independence learning and the
last is 25.3% teacher use scaffolding method. If we see in this data, scaffolding
method have the high result that used in more thirty schools in Sleman region.
Scaffolding is a support from teacher that given to their student for help their student
to fostering their potential and also teachers as the media who always maintain their
student potential at this time until the goals target from the teacher.
Keywords: Teaching Method, Inclusive Elementary School
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada TuhanYang Maha Esa atas limpahan
berkat dan rahmatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Metode Pengajaran yang Digunakan Guru di Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten
Sleman”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuajn
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan hati yang tulus peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dra. Ig. Esti Sumarah, M. Hum, dosen pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan
semangat, dorongan serta masukan yang peneliti butuhkan dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi, Dosen pembimbing II yang telah
memberikan motivasi, semangat, dorongan, kritik dan saran dalam
menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Para validator yang telah melakukan validasi instrumen yang dibutuhkan
dalam penelitian ini sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.
6. Dinas Pemerintahan Kabupaten Sleman yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan peneltian di Kabupaten Sleman.
7. Kepala Sekolah dan Guru-guru yang telah memberikan kesempatan bagi
peneliti untuk menyebarkan kuesioner di sekolah yang Bapak/Ibu pimpin.
8. Antonius Mujiaran dan Mariana Yatinem serta segenap keluarga yang telah
memberikan dukungan, semangat dan doa.
9. Teman-teman kelompok penelitian Veronica Mayang Sari, Lusia Eka Ristanti,
Tri Wahyu Setyaningsih, Laurentius Beny Widya Ardika yang saling
memberikan semangat, motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
10. Sahabat di PGSD maupun di luar PGSD yang telah mendukung penelitian.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini dan tidak dapat
disebutkan satu persatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Peneliti
berharap skripsi ini dapat memberikan inspirasi bagi peneliti lain untuk melakukan
penelitian sejenis dengan lebih baik lagi.
Yogyakarta,12 Agustus 2015
Peneliti
Elisabet Lisara Musita Sari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................. iv
MOTTO ................................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA .................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5
1.6 Definisi Operasional...................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................................ 7
2.1 Landasan Teori .............................................................................................. 7
2.1.1 Pendidikan Inklusi ................................................................................... 7
2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Inklusi........................................................... 7
2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Inklusi ................................................................ 14
2.1.1.3 Karakteristik Pendidikan Inklusi ....................................................... 15
2.1.1.4 Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi ...................................................... 15
2.1.1.5 Fungsi Pendidikan Inklusi ................................................................. 16
2.1.2 Sekolah Dasar Inklusi ............................................................................. 17
2.1.3 Metode Pengajaran .................................................................................. 20
2.1.4 Sekolah Dasar Inklusi di Sleman ............................................................ 29
2.1.5 Anak Berkebutuhan yang Sukses ........................................................... 31
2.1.6 Kecerdasan Ganda ................................................................................... 34
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................................... 36
2.3 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 40
2.4 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 42
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................. 42
3.2 Setting Penelitian .......................................................................................... 43
3.3 Variabel Penelitian ........................................................................................ 43
3.4 Populasi dan Sampel ..................................................................................... 44
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 46
3.6 Instrumen Penelitian...................................................................................... 47
3.7 Teknik Pengujian Instrumen ......................................................................... 50
3.8 Teknik Analisis Data ..................................................................................... 57
3.9 Jadwal Penelitian ........................................................................................... 58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 59
4.1 Deskripsi Penelitian ........................................................................................ 59
4.2 Analisis Hasil Kuesioner ................................................................................ 60
4.3 Hasil Penelitian .............................................................................................. 60
4.3.1 Bentuk Metode Pengajaran yang Digunakan ............................................. 64
4.3.2 Pemetaan Metode Pengajaran ................................................................... 65
4.4 Pembahasan .................................................................................................... 66
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 71
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 71
5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 71
5.3 Saran .............................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Jumlah ABK dan Karakterisiknya ................................................................ 30
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Kuesioner Bentuk Metode Pengajaran di Sekolah Dasar
Inklusi se- Kabupaten Sleman ................................................................................. 47
Tabel 3.2 Kuesioner Bentuk Metode Pengajaran yang Digunakan Guru di
Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten Sleman .......................................................... 48
Tabel 3.3 Hasil Validasi Konstruk ........................................................................................... 56
Tabel 3.4 Koefisien Reliabilitas ............................................................................................... 56
Tabel 3.5 Hasil Reliabilitas ...................................................................................................... 57
Tabel 3.6 Jadwal Penelitian...................................................................................................... 58
Tabel 4.2 Presentase Penggunaan Bentuk Metode Pengajaran ................................................ 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ...................................................................................... 1
Lampiran 2 Ekspert Judgement ........................................................................................ 6
Lampiran 3 Daftar SD Inklusi .......................................................................................... 10
Lampiran 4 Analisis Data Penelitian ................................................................................ 12
Lampiran 5 kuesioner yang diisi....................................................................................... 17
Lampiran 6 Kuesioner yang Diisi .................................................................................... 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar Bagan Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 39
Gambar 3.1 Gambar Alpha Croncbach ................................................................................ 56
Gambar 4.1 Grafik penggunaan metode pengajaran ............................................................ 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini terdapat delapan poin yang akan dibahas anatara lain tentang latar
belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan inklusi menurut Subini (2014:50) adalah kebersamaan
untuk memperoleh pelayanan pendidikan dalam satu kelompok secara utuh
bagi seluruh siswa berkebutuhan khusus usia sekolah, mulai dari tingkat TK,
SD, SMP atau SLTP, hingga SMA/SMK sederajat. Pendidikan inklusi
merupakan konsep pendidikan yang tidak membeda-bedakan latar belakang
kehidupan siswakarena keterbatasan fisik maupun mental (Ilahi, 2013: 23).
Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi adalah pendidikan yang
diberikan untuk siswa yang berkebutuhan khusus dan siswatidak
berkebutuhan secara khusus untuk mendapatkan pendidikan bersama. Wiyani
(2014:17) berpendapat bahwa siswa berkebutuhan khusus disebut juga
heward adalah siswadengan kepemilikan karakteristik khusus yang berbeda
dengan siswalainnya pada umumnya menunjukan pada ketidakmampuan
mental, emosi, atau fisik. Selain itu Cahya (2013:5) juga mengemukakan
siswa berkebutuhan khusus ialah siswa yang dalam proses pendidikannya
memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan siswa pada umumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Maka dapat disimpulkan bahwa siswa berkebutuhan khusus merujuk pada
siswa yang memiliki kesulitan belajar yang membuatnya lebih sulit untuk
belajar atau mengakses pendidikan dibanding kebanyakan siswaseusianya.
Di Kabupaten Sleman terdapat 33 sekolah dasar inklusi yang terdapat
di 14 kecamatan. Hal tersebut menunjukan bahwa pemerintah Kabupaten
Sleman juga memperhatikan tentang pendidikan inklusi. Sekolah dasar
inklusi tersebut melayani siswa yang berkebutuhan khusus dan siswa yang
tidak berkebutuhan secara khusus. Siswa berkebutuhan khusus yang dilayani
antar lain siswa dengan slow learner, autis, hiperaktif, dan tunarungu.
Guru perlu menguasai metode pengajaran supaya dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki dari masing-masing anak. Menurut
Ahmadi (2005:52), metode pengajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai
oleh seorang guru untuk menyajikan materi pelajaran kepada murid di dalam
kelas baik secara individual atau secara kelompok agar materi pelajaran dapat
diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh murid dengan baik. Di sekolah
inklusi, guru perlu menguasai empat metode pengajaran yaitu metode
pengajaran langsung, metode pengajaran tidak langsung, metode pengajaran
saffolding, dan metode pengajaran latihan mandiri. Menurut Majid (2013:
11), metode pengajaran lansung merupakan strategi yang kadar berpusat pada
gurunya paling tinggi, dan paling sering digunakan. Pada metode ini guru
perlu memberikan latihan dengan bimbingan, guru menyampaikan materi,
dan guru memberikan umpan balik pada siswa. Sedangkan menurut Majid
(2013:11), pengajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
siswa yang tinggi dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran
inferensi berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis. Dalam metode ini
peran guru berubah menjadi fasilitator. Dan pembelajaran berpusat pada
siswa. Menurut Rosenshine & Stevens (1992: 2), scaffolding merupakan
bentuk dukungan yang disediakan oleh guru (atau siswa lain) untuk
membantu siswa menjembatani jarak antara kemampuan mereka yang
sekarang dengan target yang dituju. Pada metode ini guru perlu mengatur
tingkat kesulitan materi pelajaran, guru juga perlu memanfaatkan model
pembelajaran yang beragam, dan guru perlu melatih tanggung jawab siswa.
Sedangkan dalam buku Sani (2013:25), memaparkan bahwa latihan mandiri
merupakan strategi untuk mengembangkan inisiatif siswa secara individual,
rasa percaya diri, dan pengmbangan diri siswa. Pada latihan mandiri ini guru
perlu dalam memfasilitasi siswa untuk dapat bekerja mandiri, guru juga perlu
melatih sejumlah kecil keterampilan, dan guru sebaiknya memberikan latihan
agar siswa dapat memperkembangkan kemampuan.
Dari penjabaran di atas maka peneliti tertarik untuk menemukan data
yang berkaitan tentang metode pengajaran yang digunakan guru di sekolah
dasar inklusi. Dalam penelitian ini akan menggunakan kuesioner dengan 15
pertanyaan tertutup. Pertanyaan yang telah diberikan pada responden disusun
berdasarkan kisi-kisi indikator metode pengajaran yang digunakan guru di
sekolah dasar inklusi. Kuesioner kemudian dibagikan pada 30 guru yang ada
di sekolah dasar inklusi se kabupaten Sleman yang telah ditunjuk sebagai
sampel dalam penelitian ini, yang bertujuan untuk memetakan bentuk metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi. Untuk itu peneliti
tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Metode Pengajaran yang
Digunakan Guru di Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten Sleman”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditarik masalah-
masalah yang ada antara lain, adalah:
1. Menemukan sekolah dasar tempat penelitian sesuai dengan ciri-ciri
sekolah inklusi.
2. Memetaka metode pengajaran yang digunakan di sekolah dasar
inklusi se-Kabupaten Sleman.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas maka
rumusan masalah yangdiperoleh sebagai berikut:
1. Seperti apakah metode pengajaran yang digunakan guru di
sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman?
2. Bagaimana hasil pemetaan metode pembelajaran dari setiap
sekolah di SD inklusi se-Kabupaten Sleman?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas,
penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan metode pengajaran yang digunakan guru di
sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman.
2. Memetaan metode pengajaran dari setiap sekolah di sekolah
dasar inklusi se-Kabupaten Sleman.
1.4 Manfaat Penelitian
A. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi guru
di sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sleman tentang metode
pengajaran yang sesuai.
B. Manfaat Praktis
1. Bagi Sekolah Dasar Inklusi
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan tentang metode
pengajaran yang sebaiknya lebih banyak digunakan untuk sekolah
dasar inklusi.
2. Bagi Guru
Guru mendapatkan informasi tentang metode pengajaran yang
sesuai dengan sekolah dasar inklusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
3. Bagi Peneliti
Peneliti mampu memetakan tentang metode pengajaran yang
digunakan guru sekolah dasr inklusi dari data yang diperoleh
setelah melakukan penelitian kuantitatif.
1.5 Definisi Operasional
Rumusan definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang diberikan kepada siswa
tanpa memandang keterbatasan yang dimilikinya.
2. Sekolah dasar inklusi adalah sekolah dasar yang diperuntukan
siswaberkebutuhan khusus dengan siswanormal untuk belajar bersama
dalam satu ruangan.
3. Metode pengajaran adalah tehnik dalam menyajikan materi pelajaran
yang digunakan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
KAJIAN TEORI
Pada bab ini peneliti akan membahas empat poin antara lain landasan teori, hasil
penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis.
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pendidikan Inklusi
2.1.2.1 Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi menurut Subini (2014:50) adalah kebersamaan
untuk memperoleh pelayanan pendidikan dalam satu kelompok secara utuh
bagi seluruh anak berkebutuhan khusus usia sekolah, mulai dari tingkat TK,
SD, SMP atau SLTP, hingga SMA/SMK sederajat. Pendidikan inklusif
merupakan konsep pendidikan yang tidak membeda-bedakan latar belakang
kehidupan anak karena keterbatasan fisik maupun mental Ilahi (2013: 23).
Sementara itu, O’ Neil ( dalam Ilahi, 2013: 27) berpendapat bahwa
pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan mempersyaratkan agar
semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler
bersama-sama dengan teman seusianya.
Dari ketiga pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang diperuntukan untuk anak-
anak tanpa memandang latar belakang anak tersebut, baik latar belakang
mental maupun fisik. Dan anak yang memiliki kebutuhan khusus nantinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
akan dilayani di kelas-kelas reguler dengan anak-anak sesusianya tanpa
membeda-bedakan antara satu dengan yang lain.
Dari penjabaran di atas maka yang perlu dilayani dalam sekolah
inklusi ialah anak dengan kebutuhan tidak khusus dan anak yang
berkebutuhan khusus. Menurut Alwi (2002:2) anak berkebutuhan khusus
diartikan tidak sesuai dengan keadaan yang biasa, mempunyai kelainan dan
tidak normal. Sedangakan dalam bukunya Wiyani (2014:17) berpendapat
bahwa anak berkebutuhan khusus disebut juga heward adalah anak dengan
kepemilikan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak lainnya pada
umumnya menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik.
Penyandang tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan
belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, dan anak dengan gangguan
kesehatan masuk dalam kategori anak berkebutuhan khusus. Sedangkan
Thompson (2010:2) menyatakan bahwa istilah ABK merujuk pada anak yang
memiliki kesulitan belajar yang membuatnya lebih sulit untuk belajar atau
mengakses pendidikan dibanding kebanyakan anak seusianya. Selain itu
Cahya (2013:5) juga mengemukakan anak berkebutuhan khusus ialah anak
yang dalam proses pendidikannya memerlukan pelayanan yang spesifik,
berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini
mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangannya atau dengan kata
lain anak dengan masalah belajar.
Dari penjelasan diatas anak berkebutuhan khusus ialah mereka yang
dalam proses belajar atau pendidikan memerlukan pendampingan dari orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
lain atau tenaga pendidikan khusus. Adapun beberapa jenis dari anak
berkebutuhan khusus antar lain anak dengan gangguan penglihatan
(tunanetra), anak dengan gangguan pendengaran (tuna rungu), anak dengan
gangguan intelektual (tuna grahita), anak dengan gangguan gerak anggota
tubuh (tuna daksa), anak dengan gangguan perilaku atau emosi (tuna laras),
anak berbakat istimewa (gifted), anak lamban belajar ( slow learner), anak
berkesulitan belajar spesifik (disleksia, disgrafia, diskalkulia), anak autis, dan
anak ADHD. Berikut ini merupakan jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
menurut Cahya (2013:11):
a) Anak dengan gangguan penglihatan (tunanetra), ialah anak yang
mengalami gangguan daya penglihatan sedemikian rupa, sehingga
membutuhkan layanan khusus baik dalam pendidikan maupun
kehidupan sehari-hari. Karakteristik dari anak tunanetra ialah
mereka tidak bisa melihat sering meraba bahkan tersandung saat
berjalan.
b) Anak dengan gangguan pendengaran (tuna rungu) adalah anak
kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga
mengalami gangguan dalam berkomunikasi secara verbal.
Karakteristik dari anak tuna rungu mereka tidak bisa mendengar,
mereka terhambat dalam perkembangan bahasa, mereka juga tidak
memiliki reaksi terhadap bunyi, saat berbicara sering menggunakan
isyarat, kurang tanggap saat diajak berkomunikasi, dan uacapak
kata tidak jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
c) Anak dengan gangguan intelektual (tuna grahita) merupakan anak
yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan
perkembangan mental intelektual di bawah rata-rata sehingga
mengalami kesulitan dalam penyelesaian tugas-tugas yang
diberikan padanya. Anak dengan tunagrahita memiliki karakteristik
antara lain keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau
dibawah rata-rata, ketidak mampuan dalam berperilaku sosial/
adaptif, hambatan perilaku sosial/adaptif yang terjadi sampai usia
18 tahun.
d) Anak dengan gangguan gerak anggota tubuh (tuna daksa) adalah
anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada
anggota gerak (tulang, sendi, otot). Mereka mengalami gangguan
gerak karena kelayuan otot, atau gangguan fungsi syaraf otak atau
disebut Cerebral Palsy/CP. Anak dengan gangguan gerak anggota
tubuh atau sering disebut tuna daksa biasanya memiliki
karakteristik seperti jari tangan kaku atau tidak dapat
menggenggam terdapat anggota gerak yang tidak lengkap ataupun
ukurannya lebih kecil dari biasanya, serta anggota gerak layu, kaku,
lemah/ lumpuh.
e) Anak dengan gangguan perilaku dan emosi (tuna laras) bisa
dikatakan sebagai anak yang berperilaku menyimpang baik pada
taraf sedang, berat, dan sangat berat. Gangguan perilaku ini terjadi
pada anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
emosi dan sosial atau keduanya sehingga dapat merugikan dirinya
sendiri maupun orang-orang yang ada di sekitarnya. Gangguan
perilaku ini biasanya terjadi pada usia anak dan remaja. Anak
dengan tuna laras ini baiasanya membangkang, mudah tersulut
emosinya(emosional), sering melakukan tidakan yang merusak,
sering bertindak melanggar norma sosial, persati belajar dan
motivasi belajar rendah, serta sering membolos atau jarang masuk
sekolah.
f) Anak dengan bakat istimewa (gifted) ialah anak yang memiliki
potensi kecerdasan, kreativitas, dan tanggung jawab pada tugas di
atas anak-anak seusianya sehingga untuk mengoptimalkan
potensinya diperlukan pelayanan pendidikan ynag khusus. Anak
dengan bakat istimewa biasanya memiliki karakteristik seperti
memiliki perbendaharaan kata yang sangat luas, memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi, senang mengutarakan pendapatnya, mampu
memberi alasan yang logis dan kritis, serta mampu berkonsentrasi
dalam waktu yang panjang atau lama.
g) Anak lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki
potensi kecerdasan sedikit di bawah anak normal. Namun mereka
tidak termasuk dalam anak tuna grahita. Anak dapat dikategorikan
sebagai anak slow learner ini biasanya rata-rata prestasinya rendah,
saat menyelesaikan tugas-tugas akademik yang diberikan sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
terlambat bila dibandingkan dengan teman seusianya, dan daya
tangkap terhadap materi pelajara yang diberikan lambat.
h) Anak autis ialah anak yang memiliki dunianya sendiri atau anak
yang hidup dalam dunianya. Anak autis cenderung mengalami
hambatan dalam interaksi, komunikasi, dan perilaku sosial. Anak
autis dapat dilihat dari perilaku mereka yang sering berkata tanpa
arti, sering menirukan perkataan orang lai secara spontan,
ketertarikan dengan benda mati lebih tinggi dibanding orang, serta
minat terhadap objek tertentu sangat luar biasa atau tidak lazim.
i) Anak berkesulitan belajar spesifik
Anak berkesulitan belajar ialah individu yang mengalami gangguan
dalam proses psikologi dasar, kurang berfungsinya sitem saraf
pusat, atau gangguan dalam kegagalan-kegagalan nyata dalam:
pemahaman, gangguan mendengar, berbicara, membaca, mengeja,
berpikir, menulis, berhitung, atau keterampilan sosial. Anak dengan
kesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca
(disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan
belajar berhitung (diskalkulia). Anak dengan esulitan belajar
membaca atu sering disebut disleksia memiliki karakteristik seperti
kesulitan dalam membedakan bentuk, kemampuan dalam
memahami isi sebuah bacaan sangat rendah, sering melakukan
kesalahan saat membaca. Sedangakan anak yang mengalami
kesulitan menulis atau sering disebut disgrafia memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
karakteristik sangat lamban dalam menyalin tulisan yang tersedia,
sering salah menulis huruf (b dengan p, b dengan q, v dengan u, 2
enga 5, 6 dengan 9, dan sebagainya), tulisan yang dihasilkan jelek
dan cenderung tidak terbaca, dan sering nenulis huruf dengan posisi
terbalik, serta sulit nenulis lurus pada kertas tak bergaris.
Sedangakan anak dengan kesulitan belajar berhitung mereka
memiliki karakteristik sulit membedakan tanda-tanda (+, -, x, :, >,
<,=), sulit mengoperasikan hitungan/ bilangan, sering salah dalam
membilang berurutan, sering salah membedakan angka, dan sulit
membedakan bangun geometri.
j) Anak ADHD ( Attention Defisit Hyperactivity Disorders) adalah
anak yang mengalami gangguan perkembangan yang ditandai
dengan sekumpulan masalah berupa gangguan pengendalian diri,
masalah perhatian, hiperaktivitas dan implusivitas, yang
menyebabkan kesulitan berperilaku, berpikir, dan mengendalikan
emosi. Anak dengan ADHD biasaya serinng menggeliat jika
duduk, sulit berkonsentrasi dan duduk untuk waktu yang cukup
lama, sering lari-lari dimana hal tersebut tidak pantas dilakukan
saat itu, sering berbicara berlebihan, serta perhatiannya mudah
terganggu jika ada suara atau cahaya dari tempat lain.
Dari penjelasan diatas anak berkebutuhan khusus ialah
mereka yang dalam proses belajar atau pendidikan memerlukan
pendampingan dari orang lain atau tenaga pendidikan khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Adapun beberapa jenis dari anak berkebutuhan khusus antar lain
anak dengan gangguan penglihatan (tunanetra), anak dengan
gangguan pendengaran (tuna rungu), anak dengan gangguan
intelektual (tuna grahita), anak dengan gangguan gerak anggota
tubuh (tuna daksa), anak dengan gangguan perilaku atau emosi
(tuna laras), anak berbakat istimewa (gifted), anak lamban belajar (
slow learner), anak berkesulitan belajar spesifik (disleksia,
disgrafia, diskalkulia), anak autis, dan anak ADHD
2.1.2.2 Tujuan Pendidikan Inklusi
Menurut Ilahi (2013: 38) menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan
inklusi ialah:
1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi peserta didik yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki
bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sessuai
dengan tingkat kebutuhan dari masing-masing anak.
2) Menyelenggarakan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan
tidak mendiskriminasikan anak satu sama lain.
3) Memastikan bahwa semua anak memiliki akses terhadap pendidikan
yang terjangkau, efektif, relevan dan tepat dalam wilayah tempat
tinggalnya
4) Memastikan semua pihak untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif agar seluruh anak terlibat dalam proses pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2.1.2.3 Karakteristik Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi memiliki empat karakteristik makna yang
dikemukakan oleh Direktorat Pendidikan Luar Biasa dalam Ilahi (2013:44)
antara lain:
1) Proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan
cara-cara merespon keragaman individu.
2) Mempedulikan cara-cara untuk menghilangkan hambatan-
hambatan anak dalam belajar.
3) Peserta didik di sekolah, berpartisipasi dan mendapatkan
hasil yang bermakna bagi hidupnya.
4) Diperuntukan terutama bagi anak yang tergolong marginal,
eksklusif dan membutuhkan layanan pendidikan khusus
dalam belajarnya.
2.1.2.4 Prinsip Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi menurut Ilahi (2013:48) memiliki tujuh prinsip
utama yang dikemukakan antara lain:
1) Terbuka, adil, tanpa diskriminasi
2) Peka terhadap setiap perbedaan
3) Relevan dan akomodatif terhadap cara belajar
4) Berpusat pada kebutuhan dan keunikan setiap individu
peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
5) Inovatif dan fleksibel
6) Kerja sama dan saling mengupayakan bantuan
7) Kecakapan hidup yang mengefektifkan potensi individu
peserta didik dengan potensi lingkungan
2.1.2.5 Fungsi Pendidikan Inklusi
Alimin (dalam Kustawan & Meimulyani, 2013: 20)
menjelaskan bahwa sesuai dengan disiplin ilmu fungsi pendidikan
khusus dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Fungsi Preventif
Melalui pendidikan inklusi guru melakukan upaya
pencegahan agar tidak muncul hambatan-hambatan yang
lainnya pada anak berkebutuhan khusus.
2. Fungsi Intervensi
Pendidikan inklusi menangani anak berkebutuhan khusus
agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
3. Fungsi kompensasi
Pendidikan inklusi membantu anka dengan kebutuhan
khusus untuk menangani kekurangan yang ada pada dirinya
dengan menggantikan dengan fungsi lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.1.2 Sekolah Dasar Inklusi
Sekolah dasar inklusi adalah sekolah dasar reguler yang
mengakomodasi dan mengintegrasikan siswa reguler dan siswa
penyandang cacat dalam program yang sama Ilahi (2013: 87).
Salah satu karakteristik penting dalam sekolah inklusi adalah satu
komunitas yang kohesif, menerima, dan resoinsif terhadap
kebutuhan individual siswa. Untuk itu, Sapon- Shevin (dalam
Sunardi, 2002) mengemukakan lima profil pembelajaran di sekolah
inklusi.
1. Pendidikan inklusi berarti menciptakan dan menjaga
komunitas kelas yang menerima keanekaragaman, dan
menghargai perbedaan. Dengan adanya pendidikan inklusi,
tidak hanya meingkatkan potensi melainkan juga
menciptakan keterbukaan dan meghargau tanpa ada
diskriminasi terhadap anak berkebutuhan khusus. Guru
mempunyai tanggung jawab dalam menciptakan suasana
kelas yang menampung semua anak secara penuh dengan
menekankan suasana dan perilaku sosial yang menghargai
perbedaan yang menyangkut kemampuan, kondisi fisik,
sosial ekonomi dan sebagainya.
2. Mengajar di kelas memerlukan perubahan dalam penerapan
kurikulum. Berbeda dengan mengajar di kelas reguler,
karena dalam sekolah inklusi membutuhkan penanganan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
yang serius untuk memberikan pelayanan terbaik, karena
siswa memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda
dengan anak normal. Pendekatan pengajaran membutuhkan
kerjasama antara guru dan peserta didik. Dalam sekolah
inklusi mengguakan pendekatan kooperatif yang melibatkan
kerjasama antar siwa dan bahan belajar tematik.
Penggunaan pembelajaran ini juga pada kondisi peserta
didik, apakah mereka sanggup menerima materi pelajaran.
3. Mendorong guru untuk mengajar pendidikan inklusi berarti
berupaya menyiapkan pembelajaran secara interaktif.
Seorang guru secara sendirian di dalam kelas harus bisa
berjuang memenuhi kebutuhan semua anak di kelas. Karena
semua anak di dalam kelas ketika belajar bukan saling
berkompetisi melainkan belajar bersama dan saling
mengajar satu sama lain.
4. Pendidikan inklusi berbarti penyediaan dorongan bagi guru
dan kelasnya untuk menghapus segala hambatan dalam
proses pembelajaran. Kerjasama antar guru sangatlah
penting, selain itu guru juga bisa bekerjasama dengan para
professional, ahli bina bicara, petugas bimbingan, guru
pembimbing khusus. Maka perlu pelatihan dna dorongan
secara terus menerus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
5. Pendidikan inklusif berarti melibatkan peran orangtua
secara bermakna dalam proses perencanaan. Keberhasilan
pendidikan sangat bergantung pada pertisipasi aktif
orangtua pada pendidikan anaknya, misal keterlibatan
mereka dala penyususnan Program Pengajaran Individual
(PPI) dan bantuan dalam belajar di rumah.
2.1.3 Metode Pengajaran
Metode pengajaran menurut Samana (1992: 123) ialah kesatuan
langkah kerja yang dikembangkan berdasarkan pertimbangan rasional
tertentu, masing-masing jenisnya bercorak khas, dan semuanya
berguna untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Sedangkan
menurut Ahmadi (2005:52) metode pengajaran adalah teknik penyajian
yang dikuasai oleh seorang guru untuk menyajikan materi pelajaran
kepada murid di dalam kelas baik secara individual atau secara kelompok
agar materi pelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh
murid dengan baik.
Dengan demikian metode dalam rangkaian sistem pengajaran
memegang peran yang sangat penting, karena keberhasilan pengajaran
sangat tergantung pada cara guru dalam menggunakan metode
pengajaran. Metode pengajaran yang digunakan guru di kelas, meliputi
pengajaran langsung, metode pengajaran tidak langsung, scaffolding,
latihan mandiri dan evaluasi kemampuan siswa. Setiap metode yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
digunakan harus sesuai dengan kebutuhan siswa dan apa yang
diperlukan.
2.1.4.1 Bentuk Metode Pengajaran
Terdapat beberapa metode pengajaran yang biasanya
digunakan guru untuk mengajar. Metode dalam rangkaian sistem
pengajaran memegang peran yang sangat penting, karena keberhasilan
pengajaran sangat tergantung pada cara guru dalam menggunakan
metode pengajaran. Namun guru juga harus menyesuaikan antar
metode pengajaran dengan kebutuhan siswa. Metode pengajaran juga
merupakan jembatan untuk siswa meraih sukses dan mengembangkan
bakat dan talentanya. Metode pengajaran yang biasa digunakan guru
ialah:
2.1.4.1.1 Metode Pengajaran Langsung
Menurut Majid (2013: 11) Strategi pengajaran lansung
merupakan strategi yang kadar berpusat pada gurunya paling
tinggi, dan paling sering digunakan. Pada strategi ini termasuk
dalamnya metode ceramah, pertanyaan dikdatik, pengajaran
eksplisit, praktek dan latihan, serta demonstrasi. Strategi
pembelajaran langsung efektif digunakan untuk memperluas
informasi atau mengembangkan ketrampilan langkah demi
langkah. Dalam buku yang berbeda pengajaran langsung adalah
model pembelajaran yang berpusat pada guru, yang mempunyai 5
langkah dalam pelaksanaannya, yaitu menyiapkan siswa menerima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
pelajaran, demontrasi, pelatihan terbimbing, umpan balik, dan
pelatihan lanjut (mandiri) Nur (2000:7). Pengajaran langsung ini
memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada
siswa termasuk prosedur hasil belajar
2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan
pembelajaran
3. Sistem pengolahan dan lingkungan belajar model yang
diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat
berlangsung dengan berhasil Nur (2000 : 3).
Dalam pengajaran langsung terdapat lima langkah
pembelajaran langsung, yaitu:
1. Mengkondisikan
2. Penjelasan/demontrasi
3. Latihan terbimbing
4. Umpan balik, dan
5. Latihan lanjutan yang diperluas (penerapannya).
Terdapat pula beberapa elemen kunci yang ada dalam
pembelajran langsung menurut (Rosenshine & Stevens, 1986)
yaitu:
a. Mengulas dan memeriksa kembali hasil pekerjaan
kemarin.Aspek dari pengajaran langsung ini termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
menetapkan kegiatan rutinitas untuk memeriksa pekerjaan
rumah serta mengulas kembali keterampilan prasayarat
dan pengajaran yang dulu.
b. Menampilkan muatan atau keterampilan baru. Para guru
memulai pelajaran dengan pernyataan pendek mengenai
gambaran ringkas mengenai apa yang akan dipelajari.
Pendidikan keterampilan yang diberikan kepada anak
berkebutuhan khusus selain berfungsi selektif, edukatif,
rekreatif dan terapi juga dapat dijadikan bekal dalam
kehidupan kelak. Selektif yaitu untuk mengarahkan minat,
bakat serta keterampilan. Edukatif berarti membimbing
anak untuk berpikir logis, berperasaan halus dan
kemampuan untuk bekerja. Rekreatif adalah kegiatan yang
dipergagakan sangat menyenangkan bagi anak
berkebutuhan khusus. Terapi yaitu aktivitas keterampilan
yang diberikan dapat menjadi salah satu sarana habilitasi
akibat kelainan atau ketunaan yang disandangnya.
c. Menyediakan latihan dengan bimbingan (dan memeriksa
pemahaman siswa). Cara guru membimbing yaitu dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa mengenai
materi yang berkaitan dengan keterampilan baru. Respon
siswa tidak hanya memberikan kesempatan bagi siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
untuk berlatih namun juga memungkinkan kita untuk
memantau sejauh mana pengetahuan siswa.
d. Memberikan umpan balik dan koreksi serta mengajari
ulang. Ketika siswa menjawab dengan percaya diri dan
jawaban benar, maka guru wajib memberikan pengakuan
singkat dari jawaban siswa.
e. Menyediakan latihan mandiri. Siswa-siswi diberikan tugas
latihan mandiri yang berkaitan langsung dengan
keterampilan yang diajarkan sampai siswa bisa menjawab
dengan benar.
f. Sering-sering mengulas kembali. Memberikan ulasan
mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya
termasuk ke dalam pekerjaan rumah dan ulangan. Materi
yang terlewatkan dalam pekerjaan rumah atau ulangan bisa
diajarkan kembali.
2.1.4.1.2 Metode Pengajaran Tidak Langsung
Menurut Majid (2013:11) pengajaran tidak langsung
memperlihatkan bentuk keterlibatan siswa yang tinggi dalam
melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi
berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis. Dalam metode ini
peran guru berubah menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber
personal. Dalam pengajaran tidak langsung mensyaratkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
digunakannya bahan-bahan cetah, non-cetak, dan sumber-sumber
belajar lainnya. Sedangkan dalam buku Sani (2013:24) menyatakan
bahwa pengajaran tidak langsung ini berpusat pada peserta didik,
di mana siswa aktif membangun pemahaman dan guru hanya
berperan sebagai fasilitator saja. Startegi ini memungkinkan
peserta didik untuk terlibat secara mental dalam mengamati,
menyelidiki, membuat penjelasan berdasarkan data, membuat
hipotesis dan sebagainya.
2.1.4.1.3 Scaffolding
Scaffolding merupakan suatu istilah yang dikemukakan
oleh seorang ahli psikologi perkembangan kognitif masa kini,
Jerome Bruner, yakni proses yang digunakan orang dewasa untuk
menuntun anak-anak melalui zona perkembangan proksimalnya.
Metode scaffolding didasarkan pada teori Vygotsky. Menurut
Vygotsky (dalam Trianto, 2007: 76) bahwa pembelajaran terjadi
apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang
belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut berada dalam Zone of
Proximal Development (ZPD) yaitu perkembangan sedikit di atas
perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi
mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan
atau kerjasama antar individu, sebelum fungsi mental yang lebih
tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Individual juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mempunyai tingkat perkembangan, dimana Vygotsky
mendefinisikan sebagai tingkat seorang individu dapat
memfungsikan atau mencapai tingkat itu dengan bantuan orang
lain seperti guru, orang tua atau teman sejawat yang
kemampuannya lebih tinggi (Dina, 13 November 2007).
Scaffolding merupakan bantuan kepada siswa secara
terstruktur pada awal pembelajaran dan kemudian secara bertahap
mengaktifkan siswa untuk belajar mandiri (Hari, 2004: 35).
Scaffolding merupakan “bentuk dukungan yang disediakan oleh
guru (atau siswa lain) untuk membantu siswa menjembatani jarak
antara kemampuan mereka yang sekarang dengan target yang
dituju” ((Rosenshine & Stevens,1992: 2). Scaffolding (mediated
learning) yaitu siswa seharusnya diberi tugas-tugas kompleks,
sulit tetapi sistematik dan selanjutnya siswa diberi bantuan untuk
menyelesaikannya. Bukan sebaliknya yaitu sistem belajar
sebagian-sebagian, sedikit demi sedikit atau komponen demi
komponen dari suatu tugas kompleks. Nur Asia (2006:7).
Sunarsono, (Mappaita, 2002) mendefenisikan, Scaffolding sebagai
bantuan atau support kepada seorang anak dari seseorang yang
lebih dewasa atau lebih kompeten dengan maksud agar siswa
mampu mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi
tingkat kerumitannya daripada tingkat perkembangan kognitif yang
aktual dari anak yang bersangkutan. Sebelum menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
metode Scaffolding guru harus mencari tahu pengetahuan awal
yang dimiliki siswa mengenai materi yang akan disampaika.
a. Memberikan strategi kognitif yang baru. Guru memperkenalkan
strategi yang konkret. Pertama-tama guru memperkenalkan strategi
pemecahan masalah dengan mendefinisikan masalah, mengajukan
hipotesis untuk menjelaskan masalah, mengumpulkan data untuk
mengevaluasi hipotesis, mengevaluasi bukti, dan membuat
kesimpulan.
b. Mengatur tingkat kesulitan selama latihan terbimbing. Pada tahap ini,
siswa mulai melatih strategi baru dengan materi pelajaran yang sudah
disederhanakan sehingga mudah untuk mempelajarinya.
c. Menyediakan konteks yang beraneka ragam untuk latihan siswa.
Proses pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas,
melainkan bisa di luar kelas sehingga suasana menjadi lebih
menyenangkan.
d. Menyediakan umpan balik. Guru membuat daftar evaluasi
berdasarkan pada pemecahan masalah.
e. Mengingkatkan tanggung jawab siswa. Siswa diberikan tugas
mandiri, namun dengan meminimalisir bantuan dari guru atau teman
lain.
f. Menyediakan latihan mandiri. Guru memberikan tugas individu
kepada siswa untuk membantu mereka dalam menerapkan hal yang
telah mereka pahami terhadap situasi baru secara mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Jadi dapat disimpulkan bahwa Scaffolding ialah bentuk
dukungan yang diberikan guru kepada peserta didiknya agar siswa
dapat mengerjakan soal-soal yang memiliki tingkat atau
kompetensi yang lebih tinggi.
2.1.4.1.4 Latihan Mandiri
Latihan mandiri merupakan strategi pembelajaran yang
bertujuan membangaun inisiatif individu, kemandirian, dan
peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan pengajaran
mandiri yang dilakuakan oleh peserta didik dengan bantuan guru
menurut Majid (2013: 12). Sedangkan dalam buku Sani (2013:25)
memaparkan bahwa latihan mandiri merupakan strategi untuk
mengembangkan inisiatif peserta didik secara individual, rasa
percaya diri, dan pengmbangan diri peserta didik.
Latihan mandiri dapat dimulai dari peserta didik atau
dengan bantuan guru, dimana guru memantau dan meantau
perkembangan belajar peserta didik yang dilakukan secara mandiri.
Dalam bukunya Sani juga mengemukakan bila dalam latihan
mandiri tidak melulu dilakukan secra individual namun, latihan
mandiri dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil, di mana
peserta didik saling membantu satu sama lain untuk memecahkan
masalah dalam belajarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2.1.4 Sekolah Dasar Inklusi di Sleman
Di Kabupaten Sleman terdapat 33 sekolah dasar inklusi
yang tersebar di 14 kecamatan se-Kabupaten Sleman. Adapun 14
kecamatan tersebut ialah Kecamatan Moyudan, Kecamatan
Godean, Kecamatan Sayegan, Kecamtan Gampig, Kecamatan
Mlati, Kecamatan Tempel, Kecamatan Ngaglik, Kecamatan
Depok, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Turi, Kecamatan
Pakem, Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Kalasan dan yang
terakhit Kecamatan Prambanan.
Di Kecamatan Moyudan terdapat 2 sekolah dasar inklusi
yaitu SD N pendulan dan SD N Ngijon 2. Sedangakan di
Kecamatan Godean terdapat 2 sekolah dasar inklusi yaitu SD N
Semarangan 5 dan SD N Tinom. Kemudian di Kecamatan Sayegan
terdapat 2 sekolah dasar inklusi juga yaitu SD Muh Gendol dan SD
Muh Kasuran. Kemudian di Kecamatan Gamping juga terdapat 2
sekolah dasar inklusi juga ialah SD N Balecatur 1 dan SD N
Demakijo 2. Di Kecamatan Mlati terdapat 6 sekolah dasar inklusi
yaitu SD N Sendangadi 2, SD Budi Utama, SD N Plaosan 1, SD N
Bedelan, SD N Bakalan dan SD N Pojok. Kemudian di Kecamatan
Tempel terdapat 3 sekolah dasar inklusi yaitu SD Muh Gendol III,
SD Muh Gondanglegi dan SD N Kapukanda. Sedangkan di
Kecamatan Ngaglik terdapat 2 sekolah dasar inklusi yaitu SD N
Sokomulyo dan SD N Brengosan 1. Kemudian di Kecamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Depok terdapat 6 sekolah dasar inklusi antara lain SD N Gejayan,
SD Budi Mulia Dua, SD N Mustokorejo, SD N Puren, SD N
Teruna Bangsa, dan SD Budi Mulia Dua Pandeansari. Sedangakan
di Kecamatan ngemplak ada satu sekolah dasar inklusi yaitu SD N
Sempu. Selanjutnya di Kecamatan Turi terdapat SD Muh Dadapan.
Di Kecamatan Pakem terdapat SD N Purworejo 1. Di Kecamatan
Cangkringan terdapa 2 sekolah dasar negeri yaitu SD N Cancangan
dan SD N Bronggang. Di Kecamatan Kalasan terdapat 1 sekolah
dasar inklusi yaitu SD Muh Bayen. Selanjutnya yangterakhir di
Kecamatan Prambanan ada 2 sekolah dasar inklusi yaitu SD N
Bendungan dan SDIT Baitussalam Prambanan.
Berikut ini pada tabel 2.1 akan di jabarkan jumlah anak
berkebutuhan khusus yang ada dimasing-masing sekolah dasa yang
ada di Kabupaten Sleman:
Tabel 2.1 Daftar Sekolah Inklusi dan Jumlah Siswa ABK di Kabupaten Sleman
No Sekolah Dasar Kecamatan Jumlah Keterangan
1. SD Negeri Ngijon 2 Moyudan 4 siswa 3 siswa slow learner
1 siswa autis
2. SD Negeri Semarangan 5 Godean 3 siswa 3 siswa slow learner
3. SD Negeri Demak ijo 2 Gamping 5 siswa 3 siswa slow learner
2 siswa hiperaktif
4. SD Negeri Sendangadi 2 Mlati 4 siswa 4 siswa hiperaktif
5. SD Negeri Plaosan 1 Mlati 3 siswa 3 siswa slow learner
6. SD Negeri Bedelan Mlati 5 siswa 5 siswa slow learner
7. SD Negeri gejayan Depok 7 siswa 2 siswa hiperaktif
4 siswa slow learner
1 siswa tunarungu
8. SD Negeri Mustokorejo Depok 4 siswa 3 siswa hiperaktif
1 siswa slow learner
9. SD Negeri Puren Depok 4 siswa 4 siswa slow learner
10. SD Negeri Bendungan Prambanan 3 siswa 3 siswa hiperaktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dari 33 sekolah dasar inklusi yang ada di Kabupaten Sleman,
peneliti menggunakan 10 sekolah dasar inklusi sebagai sapel. Dari 10
sekolah dasar inklusi tersebut peneliti mendapatkan data tentang
karakteristik anak yang ada di 10 sekolah dasar inklusi tersebut.
Karateristik anak berkebutuhan khusus yang ada udi 10 sekolah dasar yang
menjadi sampel penelitian tersebut antara lain ialah anak dengan lamban
belajar (slow learner), hiperaktifitas, tuna rungu, dan autis.
2.1.5 Thomas Alva Edison: ABK yang Sukses
Tidak selamanya anak berkebutuhan khusus selalu
terbelakang dan tertinggal dibanding oang-orang kebanyakan.
Tidak selamanya anak berkebutuhan khusus gagal dalam hidupnya,
ada pula anak berkebutuhan khusus yang berhasil dan sukses.
Mereka mampu mengembangakan talenta dan kelebihan yang telah
Tuhan berikan pada mereka. Anak berkebutuhan khusus yang
mampu mengoptimalkan kecerdasannya ataupun bakat yang
dimiliki dalam dirinya merupakan orang yang hebat dan sanggat
tangguh. Salah satu tokoh yang mampu sukses dan berhasil walau
memiliki kebutuhan khusus ialah seseorang yang menemukan
lampu dan mampu membebaskan kita dari kegelapan.
Siapa yang tidak mengenal Thomas Alva Edison, yang
telah membebaskan kita dari kegelapan berkat penemuannya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Tomas Alva Edison adalah seorang penemu lampu pijar pada 1879.
Thomas Alva Edison lahir pada 11 Febuari 1947 di Milan, Ohio,
Amerika Serikat. Siapa yang menyangka bahwa Thomas hanya
mengenyam pendidikan selama 3 bulan saja, namun penemuanya
sangat mebrei arti yang besar dalam hidup kita. Saat usia 4 tahun ia
tergolong anak yang bodoh dan tuli. Di sekolah ia menjadi bahan
ejekan teman-temannya, bahkan gurunya pernah memberikan surat
untuk orang Thomas yang berisi, orang Thomas harus segera
mengeluarkanya dari sekolah tersebut. Setelah membaca surat
tersebut sang Ibu bertekat untuk mendidik Thomas sendiri.
Thomas termasuk orang yang sangat gemar membaca.
Orang tuanya selalu memberikannya buku-buku pelajaran,
terutama yang berhubungan dengan fisika dan kimia. Kebiasaan
membaca membuat dirinya banyak melakukan percobaan. Dengan
kondisinya yang tidak dapat mendengar orang berbicara Thomas
sangat senang karena itu mampu membuatnya lebih fokus. Dalam
satu biografinya tertulis Thomas melakukan 999 percobaan dan
barulah pada percobaan yang ke 1000 ia berhasil.
Menurut sekelumit cerita di atas tentang Thomas Alfa
Edison tersebut, Thomas mempunyai beberapa kecerdasan ganda
yang dapat dianalisis, antara lain kecerdasan interpersonal, ruang
visual, matematis, dan kecerdasan kinestetik. Kecerdasan
interpersonal ditunjukan pada kemampuan Thomas yang mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
mencerna dan merespon secara tepat suasana hatinya yang sering
dicemooh oleh orang. Thomas juga mampu memotivasi dirinya
sendiri untuk tidak pernah menyerah dan selalu mencoba,
walaupun sampai 999 kali dan baru pada percobaan ke 1000
berhasil menemukanlampu. Kemudian Thomas juga memiliki
kecerdasan ruang visual, ditunjukan dengan Thomas mampu
mengambarkan pemikirannya tentang bentuk lampu dan
menuangkannya dengan membuat bentuk lampu seperti apa yang
dipikirkannya. Thomas juga memiliki kecerdasan matematis
ditandai dengan Thomas mampu menghitung dan menganalisis
rumus-rumus fisika yang kemudian ia kembangkan. Berkembang
dan berkembnag kemudian ia mampu menemuka lampu yang
mampu menerangi dunia ini. Kecerdasan yang selanjutnya dimiliki
Thomas ialah kecerdasan kinestetik ditandai dengan bahasa tubuh
yang dilakukan, karena Thomas merupakan seorang dengan tuna
rungu maka ia berkomunikasi dengan orang menggunakan bahasa
isarat atau juga dengan bahasa tubuh. Ia juga mudah belajar engan
langsung praktek atau langsung melakukan ditengarai dengan
Thomas yang selalu belajar dan mencoba sendiri dalam
menemukan lampu, ini juga termasuk kecerdasan kinestetik.
Pada kisah ini Thomas sangat beruntung karena
mendapatkan dukungan penuh (Scaffolding) dari orang tuanya.
Orang tua Thomas sangat optimis dengan kemampuan atau potensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
yang dimiliki anaknya. Ibunya mengajari Thomas dengan sangat
sabar dan tak jarang memberikan buku-buku. Walaupun guru
sekolah Thomas meragukan kemampuannya, namun ibunya tetap
optimis dengan kemampuan yang dimiliki anaknya. Ibunda
Thomas mampu melihat potensi dari anaknya dan mampu
mengembangkannya.
Itulah sekelumit cerita tentang tokoh yang sangat
berpengaruh pada cahaya dunia. Kegigihan dan semangat, serta
keuletan Thomas Alva Edison itulah yang perlu kita contoh.
Meskipun ia idiot dan tuli namun penemuanya membuat ia dikenal
di seluruh dunia. Sungguh-sungguh hal yang luar biasa.
2.1.6 Kecerdasan Ganda
Seorang anak merupakan titipan dari Tuhan. Tuhan menitipkannya
pastilah dibekali dengan berbagai macam talenta. Talenta yang
dimiliki dari setiap anak tidak sama dan beragam bentuknya. Salah
satu talenta yang diberikan tuhan ialah kecerdasan. Kecerdasan
yang dimiliki anak sangat beragam. Keberagaman tersebut
merupakan identitas antara anak yang satu dengan yang lain.
Karena semua manusia memiliki keberagaman dan keistimewaan
masing-masing, tidak terkecuali anak dengan kebutuhan khusus.
Mereka juga memiliki keistimewaan yang Tuhan berikan. Dibalik
kekurangan yang mereka miliki pastilah mereka juga memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
keistimewaan dan kelebihan. Karena naka memiliki kecerdasan
dan keistimewaan yang diberikan oleh Tuhan maka setiap anak
pastilah memiliki kecerdasan ganda. Kecerdasan menurut
(Gardner dalam Suparno, 2004:15) diartikan sebagai suatu
kemampuan, dengan proses kelengkapannya, yang sanggup
menangani kandungan masalah yang spesifik di dunia. Meskipun
demikian, tidak berarti bahwa orang yang memiliki jenis
kecerdasan tertentu, kecerdasan musikal misalnya, akan
menunjukkan kemampuan tersebut dalam setiap aspek hidupnya.
Dikatakan lebih lanjut bahwa setiap orang memiliki delapan jenis
kecerdasan dalam tingkat yang berbeda-beda. Howard Gardner
menunjukkan bahwa tiap-tiap kecerdasan memiliki ciri-ciri yang
dapat dikategorikan ke dalam satu jenis kecerdasan tertentu.
Apabila dikaitkan dengan komponen inti adalah sebagai berikut.
Dari penjelasan-penjelasan diatas telah dijabarkan berbagai
macam kecerdasan ganda, dari uraian yang ada di atas dapat
dipermudah dalam memahami dengan tabel 2.2 di bawah ini.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Gunawan (2013), dengan penelitiannya yang berjudul “Survei
Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaftif Sekolah Dasar
Luar Biasa se-Kabupaten Gunung Kidul”. Penelitian ini merupakan
penelitian survey dengan menggunakan kuesioner tertutup. Hasil dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
penelitian ini yaitu pelaksanaan pembelajaran yang baik dipengaruhi oleh
tiga indikator, yakni perencanaan pembelajaran yang baik, proses
pelaksanaan yang baik dan evaluasi pembelajaran yang baik. Salah satu
faktor penentu pelaksanaan pembelajaran yang baik adalah dari pendidik
(guru) dalam memilih metode yang sesuai untuk mengajar siswanya. Dari
hasil penelitian yang Gunawan lakukan bahwa di Kabupaten Gunung
Kidul proses pelaksanaan pembelajaran berjalan baik dengan
menggunakan pembelajaran adaptif. Pembelajaran adaptif adalah
pembelajaran yang menyesuaikan kondisi siswa. Metode yang digunakan
di sekolah luar biasa se-Kabupaten Gunung Kidul yang paling sesuai
adalah metode langsung, yaitu berupa ceramah, tanya jawab, demonstrasi
dan penugasan. Penelitian tersebut memberikan infomasi yaitu proses
pembelajaran berjalan baik dengan menggunakan pembelajaran adaptif
yaitu pembelajaran yang menyesuaikan kondisi siswa, artinya
menyesuaikan antara bahan ajar, metode, media pembelajaran dan
lingkungan sekitar. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa di Kabupaten
Gunung Kidul, metode yang sesuai adalah metode langsung.
Karim (2011), dengan penelitiannya yang berjudul “Penerapan
Metode Penemuan Dalam Pembelajaran Untuk Meningkatkan Konsep dan
Kemampuan Siswa Berkebutuhan Khusus”. Dilatarbelakangi karena
rendahnya pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa serta
kemampuan siswa yang beragam dalam pelajaran matematika, maka perlu
adanya suatu metode pengajaran yang sesuai dan dapat dilaksanakan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
di sekolah umum mamupun sekolah inklusi. Dari penelitian yang
dilakukan, menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode penemuan
dapat meningkatkan kemampuan siswa berpikir kritis dan siswa dapat
mengikuti pembelajaran. Penelitian tersebut memberikan informasi yaitu
dengan metode penemuan membuat siswa menjadi lebih berpikir kreatif,
maka dari itu sebagai seorang guru bisa menggunakan metode penemuan
ketika melakukan pembelajaran.
Aisyah (2015), dengan judul penelitiannya yaitu “Dampak Pola
Pembelajaran Sekolah Inklusi Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus”.
Dilatarbelakangi karena jumlah anak berkebutuhan khusus di SD Sada Ibu
Cirebon yang lebih banyak dibandingkan jumlah anak normal, maka
peneliti memiliki ketertarikan untuk meneliti mengenai sejauh mana
dampak pola pembelajaran di sekolah tesebut terhadap anak berkebutuhan
khusus. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara,
dokumentasi dan angket. Berdasarkan penelitian yang sudah peneliti
lakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan pola
pembelajaran adaptif membuat siswa menjadi lebih kreatif. Selain itu hasil
akademik serta sosial dari siwa berkebutuhan khusus mengalami
perkembangan dan menimbulkan dampak positif dari segi afektif, kognitif
dan psikomotornya. Pembelajaran adaptif adalah pembelajaran yang
menyesuaikan dengan kondisi siswa, artinya menyesuaikan antara bahan
ajar, metode, alat/ media pembelajaran dan lingkungan sekitar. Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
tesebut memberikan informasi bahwa guru bisa menggunakan
pembelajaran adaptif untuk membuat siswa menjadi lebih kreatif sehingga
bisa memberikan dampak positif kepada siswa berkebutuhan khusus.
Relevansi dari ketiga penelitian tersebut adalah, bahwa berhasil
tidaknya suatu sistem pembelajaran bergantung pada berbagai faktor,
diantaranya adalah proses pembelajaran, yaitu metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru ketika mengajar peserta didiknya. Pola pembelajaran
dan metode pengajaran yang digunakan guru ketika mengajar siswanya di
dalam kelas diharapkan mampu mengembangkan konsep mengenai
pemahaman pembelajaran serta meningkatkan potensi yang dimiliki siswa.
Selain untuk memgembangkan potensi, juga bisa membuat siswa lebih
kreatif untuk semakin berkembang baik dalam kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Hal ini sesuai dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu
mengenai metode pengajaran di sekolah inklusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Gambar 2.1
Bagan Hasil Penelitian yang Relevan
Gunawan
(2013)
Survei
Pelaksanaan
Pembelajaran
Pendidikan
Jasmani Adaptif
Sekolah Luar
Biasa se-
Kabupaten
Gunung Kidul
Gunawan
(2013)
Survei
Pelaksanaan
Pembelajaran
Pendidikan
Jasmani Adaptif
Sekolah Luar
Biasa se-
Kabupaten
Gunung Kidul
Karim (2011)
Penerapan
Metode
Penemuan
Dalam
Pembelajaran
Untuk
Meningkatkan
Konsep dan
Kemampuan
Siswa
Berkebutuhan
Khusus
Karim (2011)
Penerapan
Metode
Penemuan
Dalam
Pembelajaran
Untuk
Meningkatkan
Konsep dan
Kemampuan
Siswa
Berkebutuhan
Khusus
Aisyah (2015)
Dampak Pola
Pembelajaran
Sekolah
Inklusi
Terhadap
Anak
Berkebutuhan
Khusus
Aisyah (2015)
Dampak Pola
Pembelajaran
Sekolah
Inklusi
Terhadap
Anak
Berkebutuhan
Khusus
Proses pembelajaran
adaptif baik
dilakukan di sekolah
luar biasa karena
pembelajaran yang
menyesuaikan
kondisi siswa untuk
mengembangkan
potensi.
Proses pembelajaran
adaptif baik
dilakukan di sekolah
luar biasa karena
pembelajaran yang
menyesuaikan
kondisi siswa untuk
mengembangkan
potensi.
Metode
penemuan
meningkatkan pola
pikir siswa menjadi
lebih kreatif.
Metode
penemuan
meningkatkan pola
pikir siswa menjadi
lebih kreatif.
Pembelajaran adaptif membuat
siswa menjadi lebih
kreatif dan
memberikan
dampak positif
pada siswa anak
berkebutuhan
khusus.
Pembelajaran adaptif membuat
siswa menjadi lebih
kreatif dan
memberikan
dampak positif
pada siswa anak
berkebutuhan
khusus.
Lusia (2016)
METODE
PENGAJARAN
YANG
DIGUNAKAN
GURU DI
SEKOLAH
DASAR
INKLUSI SE-
KABUPATEN
BANTUL
Lusia (2016)
METODE
PENGAJARAN
YANG
DIGUNAKAN
GURU DI
SEKOLAH
DASAR
INKLUSI SE-
KABUPATEN
BANTUL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2.3 Kerangka Berpikir
Pendidikan merupakan hak semua orang tanpa terkecuali.
Berangkat dari hal tersebut maka pemerintah sedang mengalakan sistem
pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang diberikan
pada anak berkebutuhan khusus dengan anak tidak berkebutuhan secara
khusus untuk belajar bersama dalam satu ruangan dan mengembangkan
potensi yang dimiliki dari masing-masing anak. Karena tercetusnya
tentang pendidikan inklusi maka terselengaralah sekolah inklusi. Karena
dalam sekolah inklusi nantinya akan melayani anak berkebutuhan khusus
maka metode pengajaran yang digunakan harus khusus pula. Dalam
sekolah inklusi terdapat empat metode pengajaran yang digunakan yaitu
metode pengajaran langsung, metode pengajaran tidak langsung, metode
pengajaran latihan mandiri dan metode pengajaran scaffolding. Jika guru
menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan latar belakang dan
karakteristik dari anak berkebutuhan khusus dan anak tidak berkebutuhan
secara khusus maka guru akan mampu mengembangkan potensi dari
masing-masing siswanya secara optimal.
Penelitian yang digunakan merupakan penelitian kuantitatif. Untuk
itu peneliti telah membagikan kuesioner kepada guru sebagai responden.
Kuesioner dibagikan pada 30 guru yang ada di Kabupaten Sleman. Dari
kuesioner yang dibagikan tersebut di dapatkan data mengenai kekhasan
dalam penggunaan metode pengajaran di sekolah dasar inklusi. Denga data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
yang telah diperoleh peneliti mampu memetakan metode pengajaran di
sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penjabaran yang ada di atas, maka dapat ditarik hipotesis
yang dapat diajukan pada penelitian yang dilakukan ini, yaitu:
Metode pengajaran yang digunakan guru di Kabupaten Sleman
adalah metode pengajaran langsung, metode pengajaran tidak langsung,
latihan maniri, dan scaffolding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III ini terdapat delapan poin yang akan dibahas, antara lain adalah jenis
penelitian, waktu penelitian, dan tempat penelitian, variabel penelitian, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas instrumen
dan reliabilitas instrumen, serta teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian non experimental cross
sectional, dan menggunakan metode survei. Penelitian survei adalah penelitian
yang mengambil sampel dari sebuah populasi dan menggunakan kuisioner
menjadi alat yang digunakan untk mengumpulkan data (Singarimbun, 1989).
Sedangakan Tukiran (2012:3) mengungkapkan bahwa penelitian survey adalah
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Jadi dapat disimpulkan
penelitian dengan metode survei ialah penelitian dengan menggunakan
kuesioner untuk mengambil data untuk kemudian diolah. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat bentuk metode pengajaran yang digunakan guru di
sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di Sekolah Dasar negeri di
Kabupaten Sleman yang berstatus sebagai sekolah dasar inklusi. Di
Kabupaten Sleman terdapat 33 Sekolah Dasar Inklusi, namun
peneliti hanya mengambil 10 sampel sekolah. Sekolah tersebut
antara lain: SD N Bendungan, SD N Mustokorejo, SD N Gejayan,
SD N Demakijo 2, SD N Plaosan 1, SD Sendangadi 2, SD N
Semarangan 5, SD N Ngijon 2, dan SD N Bedelan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 hingga bulan
Juli 2016 dengan beberapa agenda pokok yang telah dirancang.
3.3 Variabel Penelitian
(Sugiyono, 2012:16) berpendapat bahwa variabel penelitian adalah
sifat dari individu, kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh seseorang yang ingin meneliti untuk mempelajari suatu hal
yang kemudian akan ditarik sebuah kesimpulan. Variabel yang akan
diteliti pada penelitian ini ada dua variabel, dua variable menurut
(Creswell: 2013:45) antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
3.3.1 Variabel Independen (bebas)
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah sekolah dasar
inkulsi se-Kabupaten Sleman.
3.3.2 Variabel Dependen (terikat)
Variabel terikat ialah variabel yang dipengaruhi atau variabel yang
menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Variabel dependen
dalam penelitian ini ialah bentuk Metode pengajaran yang
digunakan guru.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang berada pada
suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan
masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang
lingkup yang akan diteliti (Martono, 2012:74). Menurut Arifin (2011: 89)
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda,
kejadian, nilai, amupun hal-hal yang terjadi. Menurut Sugiyono
(2012:117) bahwa populasi adalah wilayah keseluruhan yang terdiri atas
objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang telah
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil kesimpulannya.
Dari pengertian tersebut, maka penelitian ini mengambil populasi dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
seluruh guru kelas di Sekolah Dasar Inklusi di Kabupaten Sleman yang
berjumlah 185 guru yang terdiri dari guru kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
Penelitian ini menggunakan seluruhnya SD Negeri karena terdapat
beberapa pertimbangan dari peneliti. Salah satunya ialah sebagian banyak
sekolah dasar inklusi swasta yang belum mendapatkan SK Inklusi dari
dinas dan sekolah swasta cenderung tertutup dalam pengambilan data
untuk penelitian.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau
dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini/
miniatur population (Arifin: 2011:93). Sampel pada penelitian ini
berjumlah 30 guru kelas di 10 sekolah dasar inklusi negeri di Kabupaten
Sleman.
3.4.2 Sampel
Sampel merupakan anggota dari populasi, yang dipilih dengan
menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili
populasi (Martono 2012:74). Sedangkan Sugiyono (2011:215)
menjelaskan bahwa sampel penelitian adalah sebagian dari populasi itu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel penelitian adalah
sebagian yang diambil dari populasi yang diteliti. Teknik pengmbilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive random
sampling. Menurut Margono (2003:45) Purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Sampel yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 guru pengampu kelas di
sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sleman. Dalam penelitian ini sampel
yang digunakan ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu guru
kelas sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan kuisioner.
3.5.1 Kuesioner
Teknik pengumpulan data dengan kuisioner termasuk
dalam teknik pengumpulan data non tes. Kuisioner adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan lisan atau pertanyaan tertulis kepada
responden yang nantinya akan dijawab (Sugiyono: 2012:308).
Kuisioner ini disebarkan pada responden untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan peneliti. Tujuan dari penyebaran kuisioner ini
adalah untuk mengetahui bentuk metode pengajaran yang
digunakan guru di sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sleman.
Kuisioner ini akan diberikan pada semua guru yang
mengampu di kelas ( kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6) sekolah inklusi di
kabupaten Sleman. Banyak aspek yang terdapat dalam kuisioner
mengenai indikator-indikator dari bentuk metode pengajaran yang
digunakan oleh guru kelas di sekolah dasar inklusi di kabupaten
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Sleman. Dalam hal pengisian kuisioner ini guru akan diberikan
jangka waktu untuk mengisinya sesuai kesepakatan dengan peneliti
atau dengan kata lain kuisioner ini ditinggal untuk diisi dan diambil
pada jangka waktu yang telah disepakati.
3.6 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat ukur yang berupa lembar
kuisioner. Lembar kuisioner ini akan disebarkan atau diberikan
pada guru kelas /responden untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan oleh peneliti.
Tabel 3.1
Kisi-kisi lembar kuisioner
No. Aspek Indikator No. Item
1.
Metode
Pengajaran
Langsung
1. Memberikan latihan dengan bimbingan 1,2
2. Penyampaian materi 3,4
3. Memberikan umpan balik 5
2.
Metode
Pengajaran Tak
Langsung
1. Guru sebagai fasilitator 6
2. Berpusat pada siswa 7
3. Latihan Mandiri
1. Memfasilitasi siswa untuk dapat
bekerja mandiri
8,9
2. Melatih siswa untuk berlatih sejumlah
kecil keterampilan
10
3. Memberikan latihan agar siswa dapat
memperkembangkan kemampuan
11, 12
4. Scaffolding
1. Mengatur tingkat kesulitan materi
pelajaran
13
2. Memenfaatkan model pembelajaran
yang beragam
14
3. Melatih tanggung jawab 15
Dari tabel 3. 1 dapat dilihat bahwa metode pengajaran yang
digunakan guru di sekolah dasar inklusi. Metode pengajaran tersebut berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
4 aspek yaitu metode pengajaran langsung, tmetode pengajaran tidak
langsung, Scaffolding, latihan mandiri. Dalam metode pengajaran
langsung terdapat 3 indikator yaitu memberikan latihan dengan
bimbingan, penyampaian materi, memberi umpan balik. Pada aspek
metode pengajaran tidak langsung terdapat 2 indikator yaitu guru sebagai
fasilitator dan berpusat pada siswa. Sedangkan pada aspek latihan mandiri
terdapat 3 indikator yaitu memfasilitasi siswa untuk dapat bekerja mandiri,
melatih siswa untuk berlatih sejumlah kecil keterampilan, dan memberi
latihan agar siswa dapat memperkembangkan kemampuannya. Dan
selanjutnya dalam aspek scaffolding terdapat 3 indikator yaitu mengatur
tingkat kesulitan materi pelajaran, memanfaatkan model pembelajaran
yang beragam, dan melatih tanggung jawab.
Tabel 3.2
Kuesioner Bentuk Metode Pengajaran
No. Aspek Indikator Pernyataan
1.
Metode
Pengajaran
Langsung
1. Memberikan
latihan dengan
bimbingan
1. Saya mengajukan pertanyaan
untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa.
2. Saya mengkoreksi kesalahan
konsep yang dipahami siswa.
2. Penyampaian
materi
3. Saya memberikan contoh
konkret untuk menyoroti poin-
poin penting dalam
pembelajaran.
4. Saya menggunakan metode
demonstrasi saat
menyampaikan materi
pembelajaran.
3. Memberikan
umpan balik
5. Saya memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya
mengenai materi yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
disampaikan.
2.
Metode
Pengajaran
Tak
Langsung
1. Guru sebagai
fasilitator
6. Saya membimbing siswa
memecahkan masalah yang
ditemukan siswa dalam
pembelajaran.
2. Berpusat pada
siswa
7. Saya mengajak siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.
3. Latihan
Mandiri
1. Memfasilitasi siswa
untuk dapat bekerja
mandiri
8. Saya memberikan latihan di
setiap akhir pelajaran yang harus
dikerjakan siswa secara mandiri.
9. Saya mendorong siswa untuk
bersemangat mengerjakan tugas
tanpa bantuan guru/ teman.
2. Melatih siswa
untuk berlatih
sejumlah kecil
keterampilan
10. Saya memberikan latihan
sederhana sesuai dengan
keterampilan siswa.
3. Memberikan
latihan agar siswa
dapat
memperkembangka
n kemampuan
11. Saya memberi tugas kepada
siswa untuk memperkembangkan
kemampuannya.
12. Saya memberikan latihan
tambahan kepada siswa agar
mereka dapat meningkatkan
kemampuannya.
4. Scaffolding
1. Mengatur tingkat
kesulitan materi
pelajaran
13. Saya menyusun materi
pembelajaran sesuai dengan
kemampuan siswa berkebutuhan
khusus.
2. Memenfaatkan
model
pembelajaran yang
beragam
14. Saya menggunakan model
pembelajaran yang cocok dengan
kemampuan siswa.
3. Melatih tanggung
jawab
15. Saya membantu siswa agara
dapat mengumpulkan tugas tepat
waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3.7 Validitas Instrumen dan Reliabilitas Instrumen
Semua instrumen yang terdapat dalam penelitian ini baik kuisioner
akan diuji validitas dan reliabilitasnya sebagai berikut:
3.7.1 Uji Validitas
Menurut Azwar (2012:43) berpendapat bahwa validitas adalah
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur tes dalam
melakukan fungsinya. Menurut Cresswell (2012:79) terdapat tiga
bentuk uji validitas yang harus dilakukan oleh peneliti, yaitu content
validity, predictive validity, dan construck validity.
3.7.1.1 Validitas Isi (Content Validity)
Menurut Margono (2009:188) dalam buku Darmadi (2014:85-86)
mengungkapkan bahwa validitas isi (content validity) menunjukkan pada
suatu instrumen yang memiliki kesesuaian isi dalam mengungkap/
mengukur yang akan diukur. Dalam menilai validitas ini suatu instrumen,
perlu diperhatikan beberapa hal penting antara lain seberapa jauh
instrumen itu mencerminkan seluruh isi yang diukur. Kuesioner penelitian
ini mengukur metode pengajaran yang digunakan oleh guru di sekolah
dasar inklusi se Kabupaten Sleman. Validitas isi dilakukan oleh orang
yang ahli dalam mengukur konsep ini. Validitas isi dalam penelitian ini
dilakukan oleh dosen, kepala sekolah dan guru dalam ahli dalam metode
pengajaran. Kuesioner yang telah dikembalikan kemudian diolah untuk
mengetahui perlu tidaknya revisi. Validitas isi diberikan oleh para ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
yang bidang keahliannya berhubungan dengan penelitian ini. Dalam
penelitian ini, instrumen yang divalidasi adalah angket yang akan
diberikan kepada guru. Peneliti memilih 2 ahli untuk melakukan validasi,
yakni dua dosen. Ahli memberikan penilaian pada lembar penilaian yang
diberikan. Skala skor yang digunakan dalam lembar penilaian instrumen
ini menggunakan skala penilaian terhadap metode pengajaran 5 (sudah
baik), 4 (sudah baik, perlu perbaikan), 2 (tidak layak), dan 1 (sangat tidak
layak).
Validasi pertama merupakan validasi dari Dosen A. Beliau ialah
dosen yang masih aktif mengajar di Universitas Sanata Dharma. Alasan
memilih dosen tersebut ialah karena beliau meruakan dosen lulusan
Psikologi dan juga ahli dalam hal siswaberkebutuhan khusus serta
sekolah inklusi. Dosen A memberi nilai 4 sampai dengan 5. Hanya
terdapat satu buah nilai 5, yaitu pada aspek pertanyaan disusun sesuai
dengan kekhasan metode pengajaran di sekolah inklusi. Namun, dosen
A tidak memberi komentar pada aspek tersebut. Kemudian untuk aspek
yang lain beliau memberikan nilai 5, dan tidak diberikan komentar juga.
Dari rata-rata nilai yang diberikan Dosen A ialah 4.8 dapat dibulatkan
menjadi 5 yang berarti masuk dalam kategori sudah baik.
Validasi kedua ialah validasi yang dilakukan oleh dosen B yang
masih aktif mengajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Alasan
memilih Dosen B ini karena dianggap berkompeten dalam hal Metode
pengajaran. dari 9 aspek yang dinilai beliau memberi nilai 4 pada setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
nomer. Pada 5 aspek pertama dosen tersebut memberi nilai 4 tantapa
memberikan komentar. Kemudian pada aspek 6 dan 7 beliau memberi
skor 4 dan memberikan komentar indikator agar lebih dispesifikan lagi.
Kemudian pada aspek selanjutnya beliau memberikan nilai 4 dan tidak
memberikan komentar. Dari nilai-nilai yang telah diberikan oleh Dosen
B ini dapat di rata-rata beliau memberikan nilai 4, yang artinya masuk
dalam kategori sudah baik, perlu perbaikan.
Dari komentar-komentar yang telah diberikan 2 dosen yang ahli
tersebut peneliti mlakukan pembenahan sesuai dengan komentar yang
telah diberikan oleh dosen-dosen tersebut. .
Setelah divalidasi oleh dua ahli, peneliti memakai 15 pernyataan
sebagai item kuesioner untuk diujikan pada 30 guru sebagai responden
yang menjadi sampel dari sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sleman.
Kemudian hasil pengujian yang telah diujikan dan kemudian dianalisis
dengan menggunakan SPSS.
3.7.1.2 Validasi Konstruk
Validitas konstruk kadang-kadang disebut dengan logical
validity.Validitas konstruk adalah validitas yang bertitik tolak dari
konstruksi teoritik tentang faktorfaktor yang hendak diukur oleh suatu
alat pengukur Hadi (2004:124). Secara sederhana dapat dikemukakan
bahwa validitas konstruk merupakan adanya kesesuaian antara teori
dengan instrumen yang digunakan. Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
2010: 176) mengungkapkan bahwa jika bangunan teorinya sudah benar
maka hasil pengukuran dengan alat ukur (instrumen) yang berbasis
pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid. Jika ada
kecocokan yang logik antara item dengan definisi, items itu dipandang
valid. Jika sebaliknya akan dipandang tidak valid Hadi (2004:125).
Instrumen kuesioner strategi pembelajaran bagi siswa
berprestasi rendah dalam penelitian ini memiliki 30 item dengan
jumlah sampel sebanyak 44. Penentuan sampel dilakukan secara acak.
Proses analisis data menggunakan product moment 30 dengan bantuan
SPSS 21 mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti.
Hasil uji validitas konstruk akan direkap menggunakan Microsoft
Excel dan dihitung menggunakan SPSS versi 20 for windows. Hasil uji
validitas yang dihitung menggunakan SPSS menunjukkan bahwa dari 15
pernyataan ada 5 pernyataan yang mendapat bintang satu (*) artinya 5
pernyataan tersebut valid. Sedangkan yang mendapat bintang dua (**) ada
4 pernyataan artinya pernyataan tersebut sangat valid. Pernyataan yang
tidak mendapat bintang (*) (**) berarti pernyataan tersebut tidak valid.
Dari 15 pernyataan yang telah divalidasi, maka peneliti menggunakan 9
pernyataan yang mendapat bintang satu dan bintang dua untuk selanjutnya
dijadikan sebagai sampel penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 3.3. Hasil Validasi Pernyataan Kuesioner
Aspek No.
Butir Soal r tabel
r hitung
Pearson
Correlation
Sig. (2-
tailed) Keputusan
Metode
Pengajaran
Langsung
1 0,361 .015 .939 Tidak Valid
2 0,361 .160 .397 Tidak Valid
3 0,361 .545** .002 Valid
4 0,361 .441* .015 Valid
5 0,361 .375* .041 Valid
Metode
Pengajaran Tak
Langsung
6 0,361 .336 .070 Tidak Valid
7 0,361 .441* .015 Valid
Latihan Mandiri
8 0,361 .375* .041 Valid
9 0,361 .160 .397 Tidak Valid
10 0,361 .231 .220 TidakValid
11 0,361 .545** .002 Valid
12 0,361 .545** .002 Valid
Scaffolding
13 0,361 .545** .002 Valid
14 0,361 .015 .939 Tidak Valid
15 0,361 .452* .012 Valid
Dari data tabel 3.3 diatas dapat dilihat bahwa terdapat 9 item yang
valid dan terdapat 6 item yang tidak valid. Item 1 dan 2 menunjukan hasil
tidak valid. Sedangkan item 3,4,dan 5 menunjukan hasil valid. Kemudian
item 6 menunjukan hasil tidak valid. Selanjutnya item 7 dan 8 menunjukan
hasil valid. Dijelaskan selanjutnya pada item 9 dan 10 menunjukan hasil
tidak valid. Kemudian pada item 11, 12, dan 13 menunjukan hasil valid.
Sealnjutnya pada item 14 menunjukan hasil tidak valid. Dan yang terakhir
item 15 menunjukan hasil valid.
Item valid dan tidak valid diasalisis dengan membandingkan rhitung
> rtabel (Sugiyono, 2011:631). Sebanyak 9 item yang valid memliki nilai
rhitung > rtabel. Tabel 3.3 merupakan hasil perhitungan proses analisis data
validasi konstruk menggunakan product moment dengan bantuan SPSS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
21.0, taraf signifikansi dinyatakan tinggi apabila berada pada tingkat 0.01
yang dinyatakan dengan lambang ** (dua bintang), dan taraf signifikansi
dinyatakan rendah apabila berada pada tingkat 0.05 yang dilambangkan
dengan * (satu bintang).
3.7.2 Uji Reabilitas
Suatu tes yang reliabel akan menunjukan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu
atau berbagai pengukuran. Menurut (Sugiyono: 2012) reliabilitas merupakan
konsistensi dan stabilitas data. Dengan kata lain reliabilitas adalah konsistensi dan
stabilitas hasil pengukuran data suatu instrument. Reliabilitas adalah indikator
tingkat keandalan atau kepercayaan terhadap suatu hasil pengukuran (Morrisan,
2012: 99). Selain menggunakan uji validitas untuk mengukur ketepatan instrumen
digunakan juga uji reliabilitas yang berguna jika kuesioner tersebut diujikan pada
subjek yang berbeda-beda menunjukkan suatu ketetapan. Suatu pengukuran
disebut reliable atau memiliki keandalan jika konsisten memberikan jawaban
yang sama. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach. Berikut rumus koofisien Alpha Cronbach
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Gambar 3.1
Rumus Alpha Cronbach
Hasil perhitungan dibandingkan dengan rtabel dengan taraf
signifikan 0,05. Jika rtabel lebih besar maka tidak reliabel. Jika r tabel lebih
kecil, maka dinyatakan reliabel. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan
dalam suatu koefisien yang disebut koefisien reliabilitas. Besar koefisien
dapat dilihat pada tabel 3.4:
Tabel 3.4. Koefisien Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
Negative – 0,20 Sangat rendah
Sumber: Masidjo (2010:310)
Kemudian setelah mendapatkan item yang valid, kemudian
dilakukan uji reliabilitasnya. Berikut ini merupakan hasil dari uji
reliabilitas yang dapat dilihat pada tabel 3.5:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel 3.5. Reabilitas Pernyataan Kuesioner
Coronbach Alpha Jumlah Item Kategori Keterangan
0,624 15 Cukup Reliabel
Pada tabel 3.5 menunjukan hasil perhitungan untuk pernyataan
pada kuesioner. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa hasil reliabel
dilihat dari hasiil koefisien reliabilitas sebesar 0.518. dari hasil tersebut
dapat dilihat pada tabel 3.4 kuesioner tersebut dapat dikategorika
reliabilitasnya cukup. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
angket yang telah dibuat oleh peneliti layak untuk di sebarkan.
3.8 Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Teknik
analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif untuk mengetahui bentuk metode
pengajaran yang digunakan di sekolah dasar inklusi se Kabupaten Sleman.
Data dari hasil penelitian dianalisis kemudian dideskripsikan mengenai
gambaran data sehingga mudah untuk dibaca dan dipahami. Penelitian ini
menggunakan lembar kuesioner yang berjumlah 15 item pernyataan.
3.9 Jadwal Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan mulai dari bulan Juli sampai
dengan bulan Desember 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel 3.6
Jadwal penelitian
No. Kegiatan
Bulan
Agust
us
septe
mber
Okto
ber
Novem
ber
Des
ember
Januar
i
Feb
ruar
i
Mar
et
Apri
l
Mei
Juni
Juli
Agust
us
1. Observasi pra
penelitian
2. Penyusunan
proposal
3. Bimbingan
dengan dosen
pembimbing
4. Permohonan ijin
ke sekolah
5. Permohonan ijin
ke dinas
6. Validasi
7. Pengumpulan
data
8. Pengolahan Data
9. Ujian Skripsi
10. Revisi
11. Pembuatan
artikel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV dalam penelitian ini membahas tentang deskripsi penelitian, analisis
hasil angket, hasil penelitian, dan pembahasan.
4.1 Deskripsi Penelitian
Penelitian ini berjudul “ Bentuk Metode Pengajaran yang Digunakan di
Sekolah Dasar Inklusi se- Kabupaten Sleman” penelitian ini termasuk dalam
penelitian non-ekperimen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016
penelitian ini dilaksanakan bersama pasangan kelompok yang telah disepakati.
Sebelum penelitian kami meminta surat pengantar dari kampus untuk mencari
perijinan ke Kabupaten Sleman. Setelah mendapat surat dari kampus, peneliti
membawa surat tersebut ke Dinas Kesatuan Bangsa Kabupaten Sleman.
Setelah dari Dinas kesatuan Bangsa peneliti diberi surat pengantar untuk ke
Bappeda Kabupaten Sleman. Setelah peneliti mendapat surat ijin dan surat
tembusan, peneliti mengantarkan surat tembusan tersebut kepada pihak-pihak
yang bersangkutan. Setelah surat-surat tembusan sudah diberikan, barulah
peneliti membawa angket yang telah dibuat dan surat tembusan untuk kepala
sekolah untuk menyerahkan angket.
Angket diserahkan pada 30 Mei 2016 – 13 Juni 2016 pada 10 sekolah
dasar inklusi se-Kabupaten Sleman yang berjumlah 30 responden. Teknis
pembagian kuesioner kepada guru-guru di 10 sekolah dasar inklusi se-
Kabupaten Sleman yang menjadi sampel penelitian. Guru yang mendapatkan
kuesioner merupakan guru yang menjadi wali kelas, di mana di dalam kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
yang diampu terdapat siswa yang ABK. Teknis pengumpulan kuesioner
diterima oleh peneliti sesuai dengan tanggal dan hari yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak.
Dari 10 sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman yang menjadi sampel
dalam penelitian ini, ada sebanyak 30 guru yang diminta mengisi kuesioner.
Semua guru yang di dalam kelasnya terdapat siswa ABK mengisi kuesioner
yang telah diberikan oleh peneliti. Kuesioner yang dibagikan oleh peneliti
sebanyak 30 buah kuesioner dan koesioner yang kembali sebanyak 30 buah
kuesioner. Hal tersebut menunjukan bahwa kuesioner yang kembali sebanyak
100%.
4.2 Analisis Hasil Angket
Dari angket yang telah diserahkan pada 30 responden yang
digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini maka didapat hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Hasil Kuesioner Bentuk Metode Pengajaran yang Digunakan
Guru di Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten Sleman
Aspek Indikator
No
Ite
m
Jml Presentasae
Ya
Td
k
Ya
Tid
ak
Metode
Pengajaran
Langsung
1. Memberikan
latihan dengan
bimbingan
1 29 1 96,6% 3,3%
2 29 1 96,6% 3,3%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
2. Penyampaian
materi
3 28 2 93,3% 6,6%
4 28 2 93,3% 6,6%
3. Memberikan
umpan balik 5 27 3 90% 10%
Metode
Pengajaran
Tak
Langsung
1. Guru sebagai
fasilitator 6 28 2 93,3% 6,6%
2. Berpusat pada
siswa. 7 28 2 93,3% 6,6%
Latihan
Mandiri
1. Memfasilitasi
siswa untuk
dapat bekerja
mandiri.
8 27 3 90% 10%
9 29 1 96,6% 3,3%
2. Melatih siswa
untuk berlatih
sejumlah kecil
keterampilan.
10 28 2 93,3% 6,6%
3. Memberi latihan
agar siswa dapat
memperkembang
kan kemampuan.
11 28 2 93,3% 6,6%
12 28 2 93,3% 6,6%
Scaffolding
1. Mengatur tingkat
kesulitan materi
pelajaran. 13 28 2 93,3% 6,6%
2. Memanfaatkan
model
pembelajaran
yang beragam.
14 29 1 96,6% 3,3%
3. Melatih tanggung
jawab. 15 29 1 96,6% 3,3%
Dari tabel 4.1 di atas maka dapat dijabarkan sebagai berikut.
Pada item 1, dari 30 guru ada 29 guru (96,6%) yang menjawab
“ya” dan 1 guru (3,3%) yang menjawab “tidak” untuk pernyataan
mengajukan pernyataan untuk mengetahui tingkat pemahaman. Pada item
2, dari 30 guru ada 29 guru (96,6%) yang menjawab “ya” dan 1 guru
(3,3%) menjawab “tidak” pada item pernyataan mengkoreksi kesalahan
konsep pada siswa. Sangatlah perlu memberikan koreksi kepada siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
apabila menjawab salah. Namun dari hasil angket, masih ada 1 guru
(3,3%) yang menjawan “tidak”.
Pada item 3, ada 28 guru (93,3%) yang menjawab “ya” dan 2 guru
(6,6%) menjawab “tidak” pada pernyataan memberikan contoh konkret
dalam menyoroti poin-poin penting dalam pembelajaran. Pada item 4, ada
28 guru (93.3%) yang menjawab “ya” dan 2 guru (6.6%) yang menjawab
“tidak” pada pernyataan menggunakan metode demonstrasi saat
penyampaian materi pembelajaran.
Pada item 5, dari 30 guru ada 27 (90%) guru yang menjawab “ya”
dan 3 guru (10%) yang menjawab “tidak” pada pernyataan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang
disampaikan. Pada item 6 ada 28 guru (93,3%) yang menjawab “ya” dan 2
guru (6,6%) yang menjawab “tidak” pada pernyataan membimbing siswa
memecahkan masalah yang ditemukan dalam pembelajaran. Pada item 7,
dari 30 guru ada 28 (93,3%)guru yang menjawab “ya” dan 2 (6,6%) guru
yang menjawab “tidak” pada pernyataan mengajak siswa aktif dalam
pembelajaran. Dalam metode pengajaran tidak langsung, proses
pembelajaran berpusat pada siswa, jadi siswa menemukan dan berusaha
memecahkan masalah yang ia temukan dalam pembelajaran sehingga
siswa memang harus aktif, sedangkan guru sebagai fasilitator membantu
siswa untuk terlibat aktif. Pada item 8 ada 27 guru (90%) yang
menjawab “ya” dan 3 guru (10%) yang menjawab “tidak” pada pernyataan
memberikan latihan di setiap akhir pelajaran yang harus dikerjakan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
mandiri. Masih ada 3 guru (10%) yang tidak memberikan latihan bersifat
mandiri, mungkin guru memberikan latihan bersifat kelompok. Pada item
9 ada 29 guru (96,6%) yang menjawab “ya” dan 1 guru (3,3%) yang
menjawab “tidak” pada pernyataan mendorong siswa untuk bersemangat
mengerjakan tugas tanpa bantuan guru/ teman. Dalam hal ini, guru
memberikan dorongan kepada siswa untuk berlatih secara mandiri tanpa
bantuan guru/ teman lain, tetapi masih ada 1 guru (3,3%) yang tidak
memberikan dorongan kepada siswa untuk mengerjakan secara mandiri.
Pada item 10, dari 30 guru ada 28 guru (93,3%) yang menjawab”ya” dan 2
guru (6,6%) yang menjawab “tidak” pada pernyataan memberikan latihan
sederhana sesuai dengan keterampilan siswa. Masih ada 2 guru (6,6%)
yang tidak memberikan latihan sederhana sesuai keterampilan siswa.
Pada item 11, ada 28 guru (93,3%) yang menjawab “ya” dan 2
guru (6,6%) yang menjawab “tidak” pada pernyataan memberi tugas
kepada siswa untuk memperkembangkan kemampuannya. Pada item 12,
ada 28 guru (93,3%) yang menjawab “ya” dan 2 guru (6,6%) yang
menjawab “tidak” pada pernyataan memberikan latihan tambahan agar
siswa dapat meningkatkan kemampuannya. Dari hasil angket, masih ada 2
guru (6,6%) yang tidak memberikan latihan tambahan kepada siswa.
Pada item 13, ada 28 guru (96.6%) yang menjawab “ya” dan 2
guru (6,6%) menjawab “tidak” pada pernyataan menyusun materi
pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus.
Namun ada 2 guru (6,6%) yang menyusun materi tidak berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
kemampuan siswa berkebutuhan khusus. Pada item 14, ada 29 guru
(96,6%) yang menjawab “ya” dan 1 guru (3,3%) menjawab “tidak” pada
pernyataan menggunakan model pembelajaran yang cocok dengan
kemampuan siswa. Pada item terakhir yaitu nomor 15, dari 30 guru, ada
29 guru (96,6%) yang menjawab “ya” dan 1 guru (3,3%) menjawab
“tidak” pada pernyataan membantu siswa adar dapat mengumpulkan tugas
tepat waktu.
4.3 Hasil Penelitian
Dari penelitian ayng telah dilakukan oleh peneliti maka didapatkan
hasil sebagai berikut:
4.3.1 Metode Pengajaran yang Digunakan
Setelah didapat hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa semua
guru di sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sleman yang digunakan
sebagai sampel penelitian menggunakan 4 metode pengajaran untuk
sekolah inklusi. Hampir semua guru di Sleman menggunakan metode
pengajaran Langsung, metode pengajaran tidak langsung, latihan mandiri,
dan scaffolding. Dari keempat metode pengajaran yang digunakan tersebut
presentase penggunaan metode pengajaran Scaffolding yang paling tinggi
presenyasenya. Metode pengajaran scaffolding memperoleh presentase
sebesar 25,3%. Dari data tersebut maka metode pengajaran scaffoldinglah
yang paling tinggi tingkat penggunaanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
4.3.2 Pemetaan Bentuk Metode Pengajaran
Dari data yang didapat setelah penyerahan kuesioner kepada guru-
guru sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sleman yang menjadi sampel
penelitian, maka didapatlah hasil sebagai berikut:
Tabel 4.2
Resentase penggunaan bentuk metode pengajaran
No Metode Presentase
1 Metode Pengajaran Langsung
2 Metode Pengajaran Tidak Langsung
3 Latihan Mandiri
4 Scaffolding
Dari tabel 4.2 tersebut dapat dilihat presentase bentuk metode
pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten
Sleman. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan metode
pengajaran langsung mendapat presentase sebesar 25,0%. Sedangkap pada
metode pengajaran tidak langsung diperoleh hasil 24,8% guru yang
menggunakannya. Pada latihan mandiri diperoleh hasil presentase
sebanyak 24,8% yang menggunakannya. Kemudian untuk metode
pengajaran scaffolding sebanyak 25,5% guru yang menggunakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Gambar 4.1
Grafik Presentase Penggunaan Metode Pengajaran di Sekolah Inklusi
4.4 Pembahasan
Dari hasil olah data 30 kuesioner, peneliti mendapatkan data: metode
pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten
Sleman adalah 25% guru menggunakan metode pengajaran langsung,
24.5% guru menggunakan metode pengajaran tidak langsung, 24.8% guru
menggunakan metode latihan mandiri, dan 25.3% guru menggunakan
metode scaffolding. Dari hasil kuesioner tersebut dapat dilihat bahwa
scaffolding memiliki presentase paling tinggi. Scaffolding adalah bentuk
dukungan yang diberikan oleh guru untuk membatu siswa
mengembangkan potensinya, bentuk dukungan lain ialah dari siswa yang
tidak berkebutuhan secara khusus untuk menjembatani antara kemampuan
yang dimiliki sekarang dengan target yang dituju. Bentuk dukungan yang
diberikan harus sesuai dengan karakteristik dan latar belakang dari siswa,
25,0%
24.80% 24.80%
25.50%
Grafik Penggunaan Bentuk Metode Pengajaran
Metode PengajaranLangsung
Metode Pengajaran TakLangsung
Latihan Mandiri
Scaffolding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
karena setiap siswa memiliki karakteristik dan latar elakang yang berbeda-
beda.
Dari data yang diperoleh peneliti metode pengajaran yang paling tinggi
digunakan guru di Kabupaten Sleman adalah metode pengajaran scaffolding.
scaffolding merupakan bentuk dukungan yang disediakan oleh guru (atau
siswa lain) untuk membantu siswa menjembatani jarak antara kemampuan
mereka yang sekarang dengan target yang dituju. Bentuk dukungan yang
diberikan bertujuan supaya siswa mampu belajar secara mandiri. Pemberian
dukungan tersebut dapat berupa bimbingan, teguran, dan nasihat yang
menjadikan siswa dapat mandiri dan mampu mengembangkan potensinya
secara optimal. Pada metode ini guru perlu mengatur tingkat kesulitan materi
pelajaran, guru juga perlu memanfaatkan model pembelajaran yang beragam,
dan guru perlu melatih tanggung jawab siswa. Di sekolah dasar inklusi yang
dijadikan sampel penelitian rata-rata terdapat siswadengan tunarungu,
hiperaktif, slow learner, dan autis. Dukungan yang diberikan guru juga
berbeda-beda anatara siswa yang berkebutuhan khusus yang satu dengan siswa
yang berkebutuhan khusus lainnya. Masing-masing anak memiliki keunikan
yang berbeda beda antara satu dengan yang lainnya.
Oleh karena itu, metode scaffolding yang bisa diberikan guru kepada
siswa yang berkebutuhan khusus misalnya:
a. Untuk siswa dengan tunarungu bentuk dukungan yang diberikan
oleh guru berupa menuliskan instruksi yang harus dilakukan oleh
siswa dan guru juga selalu menuliskan materi yang diajarkan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
papan tulis karena siswa dengan tunarungu sangat merasa terbantu
dalam hal pemahaman materi melalui media tulisan. Guru juga
perlu memeriksa catatan yang telah dibuat siswa agar guru
mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi yang telah
disampaikan. Bentuk dukungan yang diberikan teman ialah teman
yang lain memberikan penjelasan dengan berbicara dengan
pelafalan yang lebih jelas serta berbicara dengan pelan seperti
mengeja (me- nger- ja- kan- halaman- tiga- puluh) tak jarang pula
siswa lain juga meminjamkan catatannya pada siswa dengan
tunarungu.
b. Untuk siswa dengan hiperaktif bentuk dukungan yang diberikan
guru ialah pemberian tanggung jawab terhadap tugas yang harus
dikerjakan. Dapat juga dengan menggunakan metode pembelajaran
seperti games, karena siswa hiperaktif cenderung tidak bisa diam.
Selain itu mengajak siswa untuk melakukan kegiatan yang
mendukung proses pembelajarannya. Pendekatan siswa hiperaktif
juga dapat menggunakan sentuhan dan kontak mata. Siswa
hiperaktif juga sebaiknya ditempatkan yang jauh dari pintu dan
jendela.
c. Sedangkan untuk siswa slow learner bentuk dukungan yang
diberikan oleh guru berupa dukunga, motivasi, tanggung jawab dan
waktu yang sedikit lebih lama dalam pengerjaan tugas yang
diberikan guru. pemberian waktu yang lebih lama tersebut dari hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
ke hari harus meningkat agar siswa tersebut mampu menyelesaikan
tugas tepat waktu seperti teman yang lain. Dukungan yang
diberikan oleh teman yaitu berupa kesadaran untuk tidak ramai saat
menunggu teman yang belum selesai. Teman yang lain juga bisa
membantu siswa dengan slow learner dalam mengerjakan tugas
dengan membantu mengajari cara pengerjaannya mengalami
kesulitan.
d. Kemudian bentuk dukungan yang diberikan guru pada siswa autis
ialah dengan pemberian motivasi untuk berbicara dan belajar
dengan baik dan benar. Karena pada dasarnya siswa autis
merupakan siswa yang lamban dalam hal bahasa atau bicaranya.
Guru berbicara dengan baik dan benar agar menjadi contoh yang
baik bagi siswaautis. Cara berkomunikasi dengan siswa autis juga
harus menggunakan kontak mata. Bila siswa autis sudah terganggu
konsentrasinya sebaiknya guru mendekatinya dan melakukan
komunikasi dengan menggunakan kontak mata agar siswa tersebut
kembali konsentrasi. Bentuk dukungan lain yang diberikan teman
ialah berupa teman-teman yang lain berbicara dengan baik denga
kata-kata yang jelas agar siswa autis mampu belajar berbicara
dengan baik dan benar tanpa kurang dalam penyebutan kalimat.
Siswa yang lain juga sebaiknya diberikan pengarahan untuk tidak
mengejek karena pada dasarnya semua siswa itu sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa penanganan dari
karakteristik masing-masing siswa berbeda-beda. Karena kebutuhan antara
siswa yang satu dengan siswa yang lain berbeda pula. Peran dari teman juga
sangat penting pada metode scaffolding ini. Siswa berkebutuhan khusus
diberikan dukungan oleh guru dan temannya. Sedangkan siswa tidak
berkebutuhan secara khusus juga belajar menghargai dan empati dengan
teman yang lain walaupun berbeda latar belakang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
BAB V
PENUTUP
Bab V dalam penelitian ini, peneliti menguraikan tiga hal. dua hal yang
diuraikan dalam bagian penutup adalah kesimpulan, kertebatasn penelitian,
dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di sekolah dasar inklusi se-
Kabupaten Sleman didapat kesimpulan bahwa bentuk metode pengajaran
yang sering digunakan guru ialah sebagai berikut:
a. Di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman menggunakan
semua metode pengajaran yaitu metode pengajaran langsung,
metode pengajaran tidak langsung, latihan mandiri, dan scaffolding.
b. Presentase penggunaan metode pengajaran langsung sebesar 25%,
letode pengajaran tidak langsung sebesar 24,8%, sedangkan dengan
menggunakan latihan mandiri sebanyak 24,8%, dan yang tertinggi
presentasenya adalah scaffolding yaitu sebesar 25,3%.
5.2 Keterbatasan Penelitian
a. Penelitian ini terbatas hanya pada bentuk metode pengajaran saja.
Padahal dalam sekolah dasar inklusi masih banyak komponen yang
meliputinya seperti kurikulumnya, sarana prasarana, evaluasi
pengajaran, karakteristik siswanya, dan masih banyak yang dapat
diulas di dalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
b. Instrumen yang peneliti kembangkan ditujukan untuk mencari data
awal, sehingga instrumen yang dikembangkan belum mencakup
keseluruhan metode pengajaran secara maksimal.
c. Peneliti hanya menggunakan kuesioner dengan pilihan jawaban
tertutup, karena penelitian ini merupakan awal penelitian di PGSD
dan belum pernah ada penelitian terdahulu yang mengulas tentang
sekolah inklusi.
5.3 Saran
Saran untuk penelitian yang dilakukan ini ialah:
a. Untuk penelitian selanjutnya supaya lebih mengintegrasikan
metode pengajaran dengan evaluasi pembelajaran.
b. Peneliti lain perlu menyusun instrumen yang mencakup seluruh
metode pengajaran untuk mendapat data yang lebih akurat.
c. Bagi peneliti yang ingin melakukan survei juga dapat
menggunakan pertanyaan terbuka agar data yang diperoleh lebih
bervariasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Ahmadi. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Agus Taufiq, Hera Markisa dan Puji Prianto. 2010. Pendidikan anak di SD. jakarta:
Hak Penerbitan pada Penerbit Universitas Terbuka
Arifin,Mulyani.(2009).Ilmu pengetahuan alam dan lingkungan. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Asia, Nur. 2006. Upaya peningkatan hasil belajar IPA fisika melalui pembelajaran
scaffolding pada siswa kelas 1 SMP Negeri 24 Makassar. Skripsi.
Universitas Negeri Makassar.
Azwar, S. (2012). Tes prestasi fungsi dan pengemabangan pengukuran prestasi
belajar. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Bidiyanto, dkk. 2010. Modul pelantikan pendidikan inklusi. Jakarta: Kementrian
Pendidikan Nasional.
Cahaya, laili S. 2013. Adakah abk di kelasku? bagaimana guru mengenali abk di
sekolah. Yogyakarta: Familia.
Cresswell, J. W. (2012). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan
mixed. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Dariyo, agoes. 2007. Psikologi perkembangan anak tiga tahun pertama. Bandung:
PT. Refika Aditama
Gasong, Dina. Model pembelajaran konstruktivistik sebagai alternative mengatasi
masalah pembelajaran. 13 November 2007.
Hasan Alwi dkk. 2002. Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Ilahi, Mohammad Takdir. 2013. Pendidikan inklusif konsep dan aplikasinya.
Yogyakarta: Ar-ruzz.
Khodijah, Nyayu. 2011. Psikologi Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press.
Martono, nanang. 2010. Statistik sosial: teori dan aplikasi program spss.
Yogyakarta: Gava Media.
MIF. Baihaqi dan M. Sugiarmin. 2006. Memahami dan membantu anak ADHD
Bandung: PT. Refika Aditama.
Morrisan. 2012. Metode penelitian survei. Jakarta: PT. Kencana Prenadamedia.
Muhkal, Mappaita. 2002. Strategi belajar mengajar matematika. Universitas
Negeri Makassar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Nur, M dan Kardi, S. 2000. Pengajaran langsung. Pusat Sains dan Matematika
Sekolah: Program Pasca Sarjana. UNESA
Purwanto, Ngalim. 1995. Psikologi pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sardiman AM. 2001. Interaksi & motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Singarimbun, Sofian Effendi. 1989. Metode penelitian survei. Jakarta: LP3ES.
Subini, Nini. 2014. Pengembangan pendidikan inklusi berbasis potensi.
Yogyakarta: Maxima.
Suderajat, Hari. 2004. Implementasi kurikulum berbasis kompetensi (pembaharuan
pendidikan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional 2003). CV
Cipta Cekas Grafika. Bandung.
Sugiyono. 2007. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Smith, J. D. 2006. Inklusi : Sekolah ramah untuk semua. Bandung: Penerbit Nuansa
Trianto.2007. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivisme.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wiyani Novan Ardi. Buku ajar penanganan anak usia dini berkebutuhan khusus.
Yogyakarta: Ar-ruzz media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
BIOGRAFI PENELITI
Elisabet Lisara Musita Sari merupakan nama dari
penulis. Penulis merupakan anak dari pasangan suami
istri Antonius Mujiran dan Mariana Yatinem. Peneliti
lahir di Sleman pada 13 Juni 1993. Peneliti menempuh
pendidikan mulai dari bangku SD Kanisius Totogan
(lulus tahun 2005), kemudian melanjutkan ke jenjang
SMP N 1 Prambanan (lulus tahun 2008). Kemudian
peneliti melanjtkan sekolah di SMA N 1 Prambanan
(lulus tahun 2011). Hingga akhirnya menempuh
pendidikan di Universitas Sanata Dharma pada tahun
2012, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Peneliti pernah mengikuti berbagai macam acara baik dalam lingkup universitas
maupun prodi, yaitu:
1. Inisiasi Sanata Dharma
2. Inisiasiasi Fakultas
3. Inisiasi Prodi
4. Kursus Mahir Dasar (KMD)
5. Weekend Moral
6. PPKM I dan PPKM II
7. CO- Fasilitator PPKM II
Selain itu, peneliti juga mengikuti seminar yang diadakan universitas maupun
prodi, diantaranya Mental Healt in Children: Theory and Research dan seminar
Diseminasi Hasil Magang Dosen: Curriculum Cambridge.
Dengan motivasi dan usaha yang tinggi, penulis telah menyelesaikan penelitian
ini. Semoga penelitian ini dapat menjadi referensi dan sumber belajar demi
mengingkatkan pendidikan inklusi.
Akhir kata, penulis mengucapkan rasa syukur atas terselesaikannya penelitian
yang berjudul “Metode Pengajaran yang Digunakan Guru di Sekolah Dasar
Inklusi di Kabupaten Sleman”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Lampiran 2: Expert Judgement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Lampiran 3: Daftar SD Inklusi di Kabupaten Sleman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Lampiran 4: Analisis Data Penelitian
Analisis data
a. Pengolahan data mean
1. Metode pengajaran langsung
Jumlah item 1 (X1) =158 Jumlah item 5 (X5)
= 153
Jumlah item 2 (X2) = 171 Jumlah item 6 (X6)
= 168
Jumlah item 3 (X3) = 164 Jumlah item 7 (X7)
= 160
Jumlah item 4 (X4) = 165 Jumlah item 8 (X8)
= 149
( )
( ) (
)
(
)
2. Metode Pengajaran Tak Langsung
Jumlah item 9 (X9) = 168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Jumlah item 10 (X10) = 159
Jumlah 11 (X11) = 172
( )
( ) (
)
(
)
3. Latihan Mandiri
Jumlah item 12 (X12) = 146
Jumlah item 13 (X13) = 156
Jumlah item 14 (X14) = 160
Jumlah item 15 (X15) = 155
Jumlah item 16 (X16) = 137
Jumlah item 17(X17) = 152
( )
( ) (
)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
(
)
4. Scaffolding
Jumlah item 18 (X18) = 156 Jumlah item 25 (X25) = 129
Jumlah item 19 (X19) = 142 Jumlah item 26 (X26) = 153
Jumlah item 20 (X20) = 134 Jumlah item 27 (X27) = 129
Jumlah item 21 (X21) =130 Jumlah item 28 (X28) = 127
Jumlah item 22 (X22) = 154 Jumlah item 29 (X29) = 158
Jumlah item 23 (X23) =165 Jumlah item 30 (X30) = 172
Jumlah item 24 (X24) = 133
( )
123.07
( ) (
)
(
)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Hasil Analisis Data Mean Penggunaan Metode Pengajaran
No Metode Presentase
1 Metode Pengajaran Langsung
2 Metode Pengajaran Tak Langsung
3 Latihan Mandiri
4 Scaffolding
Jumlah 349.64 %
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh jumlah seluruh presentase
penggunaan metode pengajarna sebesar 349.64%. hasil tersebut
kemudian digunakan untuk menghitung tingkat penggunaan strategi
pembelajaran yang digunakan untuk menghitung tingkat penggunaan
metode pengajaran yang kemudian akan digambarkan dalam bentuk
diagram, dengan rumus sebagai berikut :
b. Perhitungan Dalam Presentase
1. Metode Pengajaran Langsung
2. Metode Pengajaran Tak Langsung
3. Latihan Mandiri
4. Scaffolding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Tingkat Penggunaan Metode Pengajaran
No Metode Presentase
1 Metode Pengajaran Langsung 26.77%
2 Metode Pengajaran Tak Langsung 27.65%
3 Latihan Mandiri 25,10%
4 Scaffolding 20.46%
25,0%
24.80% 24.80%
25.50%
Grafik Penggunaan Bentuk Metode Pengajaran
Metode PengajaranLangsung
Metode Pengajaran TakLangsung
Latihan Mandiri
Scaffolding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Lampiran 6: kuesioner yang Telah Diisi Oleh Responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI