PROGRAM STUDI S SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN...
Transcript of PROGRAM STUDI S SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN...
iv
HUBUNGAN TINGKAT
IBUTENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK TERSEDAK
DI POSYANDU DUSUN SADON SAWAHAN NGEMPLAK
Untuk Memenuhi
PROGRAM STUDI S
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU
TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK TERSEDAK
DI POSYANDU DUSUN SADON SAWAHAN NGEMPLAK
BOYOLALI
SKRIPSI
Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna MencapaiGelar
Keperawatan
Oleh :
Chlivisia Charnovan Putra
NIM S1 1010
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU
TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK TERSEDAK
DI POSYANDU DUSUN SADON SAWAHAN NGEMPLAK
Gelar Sarjana
1 KEPERAWATAN
KUSUMA HUSADA
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Skripsi
Keperawatan yang berjudul :
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU
TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK TERSEDAK
DI POSYANDU DUSUN SADON SAWAHAN NGEMPLAK
BOYOLALI
Oleh :
Chlivisia Charnovan Putra
NIM S1 1010
Telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 30 Juli 2015 dan dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing utama
S. Dwi
Sulisetyawati,S.Kep.,Ns.,M.KepNIK.
200984041
Pembimbing Pendamping,
Ika Subekti Wulandari,S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIK. 201189097
Penguji,
Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIK. 201279102
Surakarta, 30 Agustus 2015
Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,
Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIK. 201279102
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah Nya. Pada akhirnya penulis mampu
menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan
Perilaku Ibu Tentang Pertolongan Pertama Pada Anak Tersedak Di
Posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali”. Skripsi penelitian ini
disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh mata ajar skripsi di
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam
penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, arahan, dan
masukan yang sangat membangun dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus,
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, sekaligus penguji.
3. S. Dwi Sulisetyawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Pembimbing Utama yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses pembuatan
skripsi.
4. Ika Subekti Wulandari,S.Kep.,Ns., M.Kepselaku Pembimbing
Pendamping yang telah meberikan bimbingan, masukan dan saran dalam
proses penyusunan skripsi.
vi
5. Bapak Poniman, selaku Kepala Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali yang telah bersedia memberikan ijin untuk melakukan
penelitian.
6. Ibu Ririn Yunianti, Amd.keb selaku Kepala Posyandu Dusun Sadon
Sawahan Ngemplak Boyolali yang telah bersedia memberi izin agar
institusinya dijadikan tempat penelitian.
7. Ibu Sumantinah, selaku Kepala Desa Donohudan Kecematan Ngemplak
Kabupaten Boyolali yang telah bersedia memberikan ijin Validitas dan
Reabilitas.
8. Bapak Waluyo, selaku Kepala Desa Plesungan Kecamatan Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar yang telah bersedia memberikan ijin Validitas
dan Reabilitas.
9. Orang tuaku tercinta Bapak Suratno, Alm. Ibu Karsiyemdan kakak tercinta
Ichwan Maulana Putra yang selalu memberikan dukungan, doa, materi
dan kasih sayangnya sepanjang waktu.
10. Teman – teman seperjuangan S-1 Keperawatan angkatan 2011 yang selalu
mendukung dan membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.
11. Teman – teman lain atas dukungan dan semangat yang diberikan.
12. Para responden yang bersedia menjadi bahan penelitian.
13. Semua pihak yang telah memberikan dukunganmoral maupun material
dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
vii
Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan
mandapat balasan yang lebih baik. Pada akhirnya penulis bersyukur pada Allah
SWT semoga proposal ini dapat bermanfaat kepada banyak pihak dan tidak lupa
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Surakarta, 13 Juli 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xiii
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 TujuanPenelitian .................................................................................. 5
1.4 ManfaatPenelitian ............................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7
2.1 Tinjauan Teori .......................................................................... 7
2.1.1 Tersedak ………………………………………………. 7
2.1.1.1 PengertianTersedak .......................................... 7
2.1.1.2 Gejala Tersedak ................................................ 8
ix
2.1.1.3 Mekanisme Tersedak ....................................... 9
2.1.1.4 Klasifikasi Tersedak ........................................ 10
2.1.1.5 Faktor-Faktor Penyebab Tersedak ................... 11
2.1.1.6 Perilaku Ibu Saat Tersedak .............................. 12
2.1.1.7 Komplikasi Tersedak ....................................... 12
2.1.1.8 Penatalaksanaan Tersedak ................................ 13
2.1.2 Perilaku ........................................................................ 18
2.1.2.1 Pengertian Perilaku …………………………… 18
2.1.2.2 Faktor – Faktor ……………………………….. 18
2.1.2.3 Pengukuran Perilaku ………………………… 19
2.1.3 Pengetahuan …………………………………………… 20
2.1.3.1 Pengertian Pengetahuan ………………………... 20
2.1.3.2 Manfaat Pengetahuan ....................................... 20
2.1.3.3 Tingkat Pengetahuan ........................................ 21
2.1.3.4 Faktor-Faktor ………………………………….. 23
2.1.3.5 Pengukuran Pengetahuan ……………………… 26
2.2 Kerangka Teori.......................................................................... 27
2.3 Kerangka Konsep ..................................................................... 28
2.4 Hipotesis ................................................................................... 28
2.5 Keaslian Penelitian ................................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 31
3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian …………………………......... 31
3.2 Populasi Dan Sampel …………………………………………. 31
x
3.2.1 Populasi ………………………………………………… 31
3.2.2 Sampel …………………………………………………… 32
3.3 Tempat Dan Waktu …………………………………………….. 32
3.3.1 Tempat Penelitian ………………………………………… 32
3.3.2 Waktu Penelitian …………………………………………... 33
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional Dan Skala
Pengukuran………………………………………………………. 33
3.5 Alat Penelitian Dan Cara Pengumpulan Data ........................... 34
3.5.1 Alat Penelitian ……………………………………………. 34
3.5.2 Cara Pengumpulan Data ………………………………….. 35
3.6 Uji Validitas Dan Reabilitas ..................................................... 36
3.6.1 Konten Validitas ………………………………………….. 36
3.6.2 Reabilitas …………………………………………………. 37
3.7 Teknik Pengolahan Data Dan Analisa Data .............................. 38
3.7.1 Pengolahan Data ………………………………………….. 38
3.7.2 Analisa Data ……………………………………………….39
3.8 Etika Penelitian ............................................................................. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN ……………………………………………….. 43
4.1 Hasil Penelitian ………………………………………………….43
4.1.1 Uji Univariat ……………………………………………… 43
4.1.2 Uji Bivariat ………………………………………………45
BAB V PEMBAHASAN …………………………………………………….. 48
5.1 Karakteristik Responden ……………………………………….. 49
xi
5.1.1 Usia ………………………………………………………. 49
5.1.2 Pendidikan ………………………………………………... 49
5.2 Tingkat Pengetahuan Tentang Tersedak ……………………… 51
5.3 Perilaku Ibu Dalam Pertolongan Pertama Tersedak …………….51
5.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Dalam Pertolongan
Pertama Tersedak ………………………………………………..53
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………… 55
6.1 Kesimpulan …………………………………………………….. 55
6.2 Saran …………………………………………………………… 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
2.1 Keaslian Penelitian 29
3.1 Variabel Penelitian 33
4.1 Distribusi
RespondenMenurut
Umur
42
4.2 Distribusi Responden
Menurut Pendidikan
43
4.3 Distribusi Frekuensi
Tingkat Pengetahuan
43
4.4 Distribusi Frekuensi
Perilaku
45
4.5 Hasil Uji Korelasi 46
4.6 Distribusi frekuensi
Kolmogorov- Smirnovibu
posyandu sadon
47
xiii
DAFTAR GAMBAR
NomorGambar JudulGambar Halaman
2.1 Tepuk Punggung 14
2.2 Tepuk Dada 15
2.3 Teknik Heimlich 17
2.4 Teknik Heimlich 17
2.5 Kerangka Teori 27
2.6 Kerangka Konsep 28
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan
Lampiran
1 F 01 Usulan Topik Penelitian
2 F 02 Pengajuan Persetujuan Judul
3 F 04Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
4 Surat Ijin Studi Pendahuluan
5 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
6 Surat Ijin Validitas Dan Reabilitas
7 Surat Balasan Validitas Dan Reabilitas
8 F 05 Lembar Oponen
9 F 06 Lembar Audience
10 F 07 Pengajuan Ijin Penelitian
11 Surat Ijin Penelitian
12 Surat Balasan Ijin Penelitian
13 Surat Penjelasan Informan
14 Surat Persetujuan Menjadi Informan
15 Kuesioner
16 Hasil Pengolahan Data (Spss 15.0)
17 Lembar Konsultasi
18 Jadwal Penelitian
xv
xvi
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU
TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK TERSEDAK
DI POSYANDU DUSUN SADON SAWAHAN NGEMPLAK
BOYOLALI
ChlivisiaCharnovan Putra 1), S. DwiSulisetyawati
2), IkaSubektiWulandari
3),
1S-1 KeperawatanSTIKesKusumaHusada Surakarta
2Dosen S-1 KeperawatanSTIKesKusumaHusada Surakarta
3Dosen S-1 KeperawatanSTIKesKusumaHusada Surakarta
Abstrak
Tersedakmerupakankondisitersumbatnyasaluranpernafasanolehbendaasingberup
amakanan, mainandan lain-
lain.Padaumumnyamasyarakatbelumpahamakanpertolonganpertamatersedak.
Penelitianinibertujuanuntukmengetahuiadahubunganatautidakantaratingkatpengetahuan
denganperilakupertolonganpertamapadaanaktersedak.
Penelitianinimenggunakandesain cross-sectional yang dilakukan di
posyanduDusunSadonSawahanNgemplakBoyolalidanteknikpengambilansampelmenggun
akan purposive sampling denganjumlahrespondensebanyak 30 responden.
Hasilpenelitianmenunjukanbahwatingkatpengetahuanibu 83,4%
dikategorikankurangdanperilakuibu 73,3% dikategorikannegatif, didapatkannilaikorelasi
0,021. Uji statistic inimenggunakanujiKolmogorov-Smirnov yaituujialternatifChi Square
denganspss 15.Nila p value = 0,100 (p value <0,05) sehinggadapatdisimpulkanbahwa
Ho
diterimayaitutidakadahubunganantaratingkatpengetahuandenganperilakuibupadapertolo
nganpertamapadaanaktersedak.
Tingkat
pengetahuanibutentangtersedakpadaanaktidakberhubungandenganperilakuibudalampert
olonganpertama.Sehinggaparaibuharusdapatmeningkatkanpengetahuandanpemahamand
alamketrampilanatautindakan yang dibutuhkananaksaatterjaditersedak.
Kata Kunci : Pengetahuan, Perilaku, Tersedak
xvii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
ChlivisiaCharnovan Putra
Correlation between Mothers’ Knowledge Level and Their Behavior in the Application
of the First Aid for Choking Children at Integrated Health Post of SadonSawahan
Village, Ngemplak, Boyolali
ABSTRACT
Choking is a condition where respiratory tract clogged by food, toy, etc. In
general, people have not been aware of the first aid for choking. The objective of this
research is to investigate the correlation between the mothers’ knowledge level and their
behavior in the application of the first aid for choking children.
This research used the cross-sectional design. It was conducted at Integrated
Health Center of SadonSawahan Village, Ngemplak, Boyolali. The samples of research
were 30 respondents and were taken by using the purposive sampling technique.
The result of this research shows that (83.4%) mothers had a poor level of
knowledge and (73.3%) mothers had a negative behavior, and the correlation value was
0.021. The result of the Kolmogorov-Smirnov’s Chi Square test aided with the computer
program of SPSS 15 shows that the p-value was 0.100 which was less than 0.05, meaning
that Ho was verified, and there was not any correlation between the mothers’ knowledge
level and their behavior in the application of the first aid for choking children.
The mothers’ knowledge level of choking did not relate to their behavior in the
application of the first aid. Thus, mothers are expected to improve their knowledge and
understanding of the skills or actions required if the child are choking.
Keywords: Knowledge, behavior, choking
References: 37 (2001 - 2011)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tersedak merupakan kondisi gawat darurat yang harus cepat
ditangani, bila terlalu lama akan mengakibatkan kekurangan oksigen dan
mengakibatkan kematian (Knapp J, Mulligan, Smith, 2005). Tersedak
merupakan kondisi tersumbatnya saluran pernafasan oleh benda asing berupa
makanan, mainan dan lain-lain (Brown K, 2005). Tersedak dapat terjadi bila
makanan atau benda asing yang seharusnya menuju kerongkongan,
tetapimenuju tenggorokan karena berbagai sebab (Syah, 2010).
Di Amerika Serikat setiap 5 hari terdapat 1 anak dibawah usia 1
tahun yang meninggal dan lebih dari 10.000 anak dirawat di Unit Gawat
Darurat (American Academy of Pediatrics (AAP), 2014). Di Indonesia sendiri
data yang diperoleh dari RSUD dr. Harjono Ponorogo, kasus adanya benda
asing di tenggorokan adalah sebanyak 157 orang pada tahun 2009 dan 112
orang pada tahun 2010 (Rekam Medik RSUD dr. Harjono Ponorogo). Di
posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali dari 96 anak terdapat 30
orang anak yang mengalami tersedak akibat kemasukan benda asing.
Sebagian besar usia anak yang sering tersedak adalah umur 0-3
tahun.Umur 0-1 tahun adalah fase infant karena memasuki fase dimana
kepuasan dan kenikmatan pada mulutnya untuk mengigit, mengunyah dan
menghisap(Suryabrata, 2006). Pada usia 1-3 tahun (toodler) anak-anak
2
memasuki masa keingintahuan yang tinggi dan usia 4-5 masa teraktif anak
(Shelov,2004).Beberapa jenis benda asing yang paling umum penyebab
tersedak adalah makanan, koin, balon, mainan lainnya (Carpenito, 2009).
Pengenalan dini akan tanda-tanda tersedak pada ibu merupakan
langkah awal untuk penanganan tersedak dengan bisa membedakan
kondisisakit yang lain seperti asma, serangan jantung, stroke atau kondisi sakit
lain yang menyebabkan gangguan pernapasan(Smith SA & Norris B, 2003).
Menurut World Health Organization (WHO) karakteristik benda yang
barbahaya untuk anak tersedak adalah bentuk, ukuran, dan konsistensi mainan
tertentu, sehingga harus cepat ditangani secara komprehensif dan terkoordinasi
pencegahannya (Committe on injury, 2007). Beberapa tanda sepertisesak
nafas, tidak ada suara atau suara serak, mengi, hingga tidak bernafas,
sedangkan pada usia balita akan memegang lehernya yang merasa seperti
tercekik, sehingga harus cepat dilakukan pertolongan pertama(Edwina,2010).
Pertolongan pertama yang bisa dilakukan pada anak tersedak adalah
Sandwich Manuver dan Heimlich. Heimlichadalah meminta anak untuk
membatukkan dengan keras agar benda asing tersebut keluar, apabila anak
belum bisa bicara meminta membatukkannya lagi (Iskandar J, 2012).
Pertolongan denganSandwich Manuver yaitu dengan membaringkan badannya
di lengan atau paha dengan posisi wajahnya menghadap ke bawah dan kepala
lebih rendah dari tubuh. Topang bagian kepala, di rahang dan tulang pipi
dengan jari. Lalu tepuk pelan punggung bayi dengan tangan sebanyak kurang
lebih lima kali(Lansky, 2007).
3
Berdasarkan dari studi pendahuluan 5 Desember 2014 di Dusun
Sadon pertolongan pertama pada anak tersedak hanya dengan menepuk-nepuk
leher dan diberi minum. Tingkat pengetahuan ibu dalam pertolongan pertama
tentang tersedak masih rendah, itu terbukti dengan angka kejadian yang tinggi
dan salahnya perilaku ibu dalam penangganan tersedak belum tepat. Ibu hanya
memberi minum dan memijit leher anak dalam memberikan pertolongan
pertama anak saat tersedak.
Di Amerika Serikat pemerintah ikut berkolaborasi dalam pencegahan
tersedaknya makanan pada anak-anak, dengan cara membentuk lembaga yang
bertugas memeriksa dan mengatasi bahaya tersedak. Pemerintah juga
melakukan kegiatan pendidikan publik terkait pencegahan tersedak pada anak,
selain itu merancang makanan bentuk, ukuran, tekstur dan lainya untuk
meminimalkan kejadian tersedak pada anak(Pediatrics, 2010). Di Indonesia
pemerintah belum ikut berkontribusi dalam pencegahan anak tersedak dan
belum banyak dilakukan pengenalan dini akibat tersedak pada ibu-ibu melalui
pendidikan kesehatan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 7 ibu di posyandu
dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali yang anaknya mengalami tersedak
mengatakan tidak pernah mengantarkan anaknya ke puskesmas karena ibu
beranggapan bahwa tersedak merupakan masalah tidak serius bagi kesehatan
anaknya. Tersedak merupakan hal yang wajar terjadi pada anak-anak, ibu
mempersepsikan tersedak berdampak buruk bagi kesehatan terutama
pernafasan, ibu tidak mengerti bagaimana pertolongan pertama tersedak, ibu
4
tidak melakukan pencegahan tersedak seperti mengawasi anak saat makan dan
bermain. Pertolongan pertama yang dilakukan ibu saat itu adalah dengan
menepuk-nepuk leher dan memberi minum kepada anak selanjutnya diantar ke
puskesmas dan ada juga yang tidak diantar ke puskesmas.
Berdasarkan fenomena yang ada di masyarakat Dusun Sadon
diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang tersedak pada anak masih
kurang terhadap anak tersedak dan perilaku ibu belum tepat dalam melakukan
pertolongan pertama pada anak tersedak. Berdasarkan hasil wawancara
diketahui bahwa hal tersebut dikarenakan masyarakat jarang mendapatkan
penyuluhan tentang tersedak. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan
Perilaku Ibu Tentang Pertolongan Pertama Pada Anak Tersedak Di Dusun
Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.
1.2 Rumusan Masalah
Dari data kesehatan di posyandu Dusun Sadon pada tahun 2013
didapatkan 30 anak pernah mengalami tersedak dan ibu belum mengetahui
tentang bahaya tersedak, bagaimana perilaku ibu yang tepat pada saat anak
tersedak, sehingga peneliti ingin mengidentifikasikan tentang Hubungan
Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang Pertolongan Pertama Pada
Anak Tersedak Di Posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.
5
1.3 Tujuan Penelitian
1) Tujuan umum
Penelitian inidilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pertolongan pertama
pada anak saat tersedak.
2) Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama pada
anak tersedak.
b. Mengidentifikasi perilaku ibu dalam menerapkan pertolongan pertama
pada anak tersedak.
c. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu
tentang pertolongan pertama pada anak tersedak.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi ibu
Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan bagi ibu tentang
pertolongan pertama tersedak.
2. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi Posyandu untuk meningkatkan status
kesehatan dan cara mengatasi anak disaat tersedak.
3. Bagi institusi pendidikan
Tersedianya informasi bagi institusi pendidikan tentang pertolongan
pertama tersedakuntuk pencegahan dini, sehingga institusi pendidikan dapat
6
merencanakan program-progam misalnya pendidikkan kesehatan tentang
pertolongan pertama tersedak dan cara mengatasinya.
4. Bagi peneliti lain
Digunakan sebagai informasi dan acuan untuk melakukan penelitian-
penelitian selanjutnya terkait pertolongan pertama pada tersedak, misalnya
faktor yang dapat meningkatkan motivasi ibu menjaga anak agar tidak
tersedak.
5. Bagi peneliti
Penelitianini bermanfaat sebagai proses belajar untukmengaplikasikan
ilmu yang diperoleh dari program Studi Ilmu Keperawatanterkait kesehatan
anak saat tersedak.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan teori
2.1.1 Tersedak
2.1.1.1 Pengertian Tersedak
Tersedak merupakan suatu kegawatdaruratan yang
sangat berbahaya, karena dalam beberapa menit akan terjadi
kekurangan oksigen secara general atau menyeluruh sehingga
hanya dalam hitung menit klien akan kehilangan reflek nafas,
denyut jantung dan kematian secara permanent dari batang
otak, dalam bahasa lain kematian dari individu tersebut (Arora,
2011).
Tersedak adalah sumbatan atau hambatan respirasi
olehbenda asingobstruksi pada saluran napas internal, termasuk
faring, hipofaringdan trakea. Obstruksi jalan napas bisa
berakibat fatal jika mengarah ke saluran oksigenasi dan
ventilasi (Knapp J, Mulligan, Smith, 2005).Tersedak adalah
kondisi tersumbatnya saluran pernapasan baik oleh benda
asing, muntah, darah atau cairan lain. Anak-anak dengan
refleks menelan yang belum sempurna lebih mudah tersedak
oleh benda-benda kecil. Tersedak adalah kondisi gawat darurat
yang harus cepat ditangani. Bila dibiarkan terlalu lama tubuh
8
bisa mengalami kekurangan oksigen (hipoksia) dan dapat
mengakibatkan kematian(Brown K, 2005).
Tersedak menyebabkan tersumbatnya saluran
pernapasan di sekitar tenggorokan (laring) atau saluran
pernapasan (trakea). Aliran udara menuju paru-paru pun
terhambat sehingga aliran darah yang menuju otak dan organ
tubuh lain terputus. Karena itu perlu dilakukan tindakan
pertama yang efektif untuk menyelamatkan nyawa dengan
tindakanSandwich Manuver dan Heilmich(Jaelani, 2012).
2.1.1.2 GejalaTersedak
Gejala tersedak biasanya batuk, muntah, tangan
memberikan sinyal ke tenggorokan, sulit bicara, sesak napas,
dan kadang saat bernapas mengeluarkan bunyi. Hal ini
disebabkan karena seseorang yang sedang makan atau minum
terlalu terburu-buru yang biasanya dibarengi dengan tertawa,
menangis, sampai keracunan alkohol akut (Emedicinehealth,
2009). Gejala yang paling sering muncul saat tersedak adalah
batuk-batuk, hal ini normal karena batuk adalah mekanisme
pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari
tenggorokan, akan tetapi semakin besar benda yang masuk
maka gejala yang muncul lebih mirip orang yang tercekik
(choking) seperti : sesak nafas, tidak ada suara atau suara serak,
mengi, hingga tidak nafas dan ini perlu tindakan medis yang
9
segera untuk menghindari gawat nafas.Pada usia balita, maka
balita tersebut akan memegang lehernya yang merasa seperti
tercekik. Tersedak dalam kategori ringan maka ditandai dengan
batuk-batuk hingga muntah. Tersedak dengan kategori berat
maka ditandai dengan batuk-batuk yang semakin lama semakin
jarang dan akhirnya tidak dapat batuk sama sekali. Wajah
membiru dan kemudian pingsan (Edwina, 2010).
2.1.1.3 Mekanisme Tersedak
Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan dan
minuman secara anatomis terletak di belakang tenggorokan
(jalan nafas). Kedua saluran ini sama-sama berhubungan
dengan lubang hidung maupun mulut. Agar tidak terjadi salah
masuk, maka diantara kerongkongan dan tenggorokan terdapat
sebuah katup (epiglottis) yang bergerak secara bergantian
menutup tenggorokan dan kerongkongan seperti layaknya daun
pintu. Saat bernafas, katup menutup kerongkongan agar udara
menuju tenggorokan, sedangkan saat menelan makanan, katup
menutup tenggorokan agar makanan lewat kerongkongan.
Tersedak dapat terjadi bila makanan yang seharusnya menuju
kerongkongan, malah menuju tenggorokan karena berbagai
sebab ( Syah, 2010).
Tenggorokan mempunyai 2 saluran yaitu kerongkongan
dan trachea. Kerongkongan (jalan makan) berfungsi
10
memasukkan makanan ke dalam perut, pada awal trachea ada
pita suara. Saat kita makan atau minum, pita suara ini tertutup
yang mencegah makanan masuk ke saluran pernapasan.
Tersedak adalah suatu proses dimana makanan salah masuk
jalur, masuk ke trachea (jalan nafas).Dapat disebabkan oleh
keadaan tidak sadar atau banyak alihan saat makan, seperti
tertawa, ngobrol, dan lain-lain.Saat makanan atau minuman
masuk ke paru-paru dapat menyebabkan aspirasi dan
merupakan hal yang bahaya. Namun apabila tersedak pasti
akan ada reflex batuk, dimana batuk ini akan mengeluarkan
makanan dari jalur yang salah ke jalur yang benar. Saat Anda
tersedak usahakan minum air putih secara sedikit-sedikit
(Dyah, 2012)
2.1.1.4 Klasifikasi Tersedak
Berdasarkan Klasifikasinya tersedak dibagi menjadi dua
yaitu (Edwina, 2010) :
1. Obstruksi totalyaitu pembuntuan saluran pernafasan secara
total sehingga klien tidak dapat bernafas sama sekali, dan
harus segera ditolong karena dalam beberapa menit klien
akan mengalami kematian yang permanen. Bila terjadi
obstruksi total maka akan terjadi atelektasis.
2. Check valve/Parsial yaitu pembuntuan saluran napas secara
parsial atau tidak secara total, sehingga klien masih dapat
11
bernapas tetapi kurang adekuat, dan benda asing harus
segera dikeluarkan karena akan mempengaruhi pasokan O2
kejaringan. Tetapi pengeluaran benda asing tersebut harus
dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih, karena
ditakutkan akan terjadi sumbatan total bila dilakukan oleh
orang yang tidak berpengalaman. Bila terjadi obstruksi
parsial maka dapat terjadi emphisema paru.
2.1.1.5 Faktor-faktor penyebab tersedak
Faktor-faktor yang mempengaruhi tersedak meliputi saat
makan sambil tertawa, makan sambil ngobrol,makan sambil
jalan dan lain-lain. Faktor dari riwayat meliputi usia, factor
kejiwaan, factor fisik, factor personal, proses menelan belum
sempurna dan lain-lain (Adyatmaka, 2008).
Faktor lainnya yang sangat penting yaitu pengetahuan
orang tua mengenai perannya terhadap kesehatan anak, karena
peran orang tua sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan
anak terutama dalam menjaga kebersihan mulut dan makanan
yang dimakan oleh anak. Orang tua yang dominan dalam hal
ini yaitu ibu, pada masa ini ibu berperan sebagai guru pertama
anaknya, ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai
kesehatan anaknya dan mengabaikan hal tersebut sehingga
mengakibatkan tingginya resiko anak mengalami tersedak
(Maharani, 2012).
12
2.1.1.6 Perilaku ibu saat tersedak
Dengan kesibukan setiap para anggota keluarga tidak
menutup kemungkinan mereka akan lalaiserta tidak
memperhatikan saat mengasuh buah hatinya dan semakin
bertambah pula yang mengalami tersedak. Sebagian besar yang
mengasuh anaknya ialah seorang ibu, maka dari itu sebagai ibu
lebih baik mengawasi dan memperhatikan tingkah laku dari
anaknya (Arora, 2011).
Hal ini bisa mengurangi resiko kematian pada anak.Itu
terjadi akibat kurangnya pengetahuan yang berdampak pada
perilaku ibu dalam menangani tersedak pada anak. Bila
perilaku ibu dalam penanganan tersedak pada anak betul maka
anak akan terhindar dari ancaman kematian dan tidak ada luka
dalam setalah dilakukan tindakan, sebaliknya bila perilaku ibu
dalam penanganan tersedak pada anak salah maka akan terjadi
luka dalam yang ibu tidak tahu sehingga bisa menyebabkan
kematian pada anak tersebut (Hull, 2010).
2.1.1.7 Komplikasi Tersedak
Tersedak merupakan suatu kegawatdaruratan yang
sangat berbahaya, karena dalam beberapa menit akan terjadi
kekurangan oksigen secara general atau menyeluruh sehingga
hanya dalam hitung menit klien akan kehilangan reflek nafas,
denyut jantung dan kematian secara permanent dari batang
13
otak, dalam bahasa lain kematian dari individu tersebut (Arora,
2011).
2.1.1.8 Penatalaksanaan Tersedak
1. Pencegahan Tersedak
Untuk mencegah makanan dari terjebak di
kerongkongan adalah untuk mengambil gigitan kecil,
mengunyah makanan secara perlahan, banyak minum air
ketika menelan, dan menghindari makan keras, makanan
kering. Selain itu, juga bisa dengan mengawasi semua
makanan dan memiliki anak makan di meja atau di kursi
tinggi.Makanan kecil, seperti anggur, rambutan dan lain-
lain harus dipotong menjadi potongan-potongan sangat
kecil.Hindari mainan kecil, seperti bola atau
kelereng.Pertimbangkan untuk menggunakan tester kecil
bagian, atau gulungan kertas toilet kosong, untuk menguji
ukuran mainan. Anak di bawah usia 3 tahun tidak boleh
diberikan mainan yang sesuai sepenuhnya ke dalam silinder
(Shah, 2012).
2. Penanganan Tersedak
14
TindakanSandwich back slap and chest thrust
maneuver usia 0-1 tahun pada bayi atau pada anak dibawah
usia lima tahun dilakukan dengan cara segera(Lansky,
2007) :
Gambar 2.1 : Tepuk punggung
1. Menelentangkan penderita dipangkuan penolong.
2. Berikan pukulan ringan namun cepat pada punggung penderita
diantara kedua tulang belikat sebanyak 4 atau 5 kali.
3. Lakukan upaya ini beberapa kali hingga penolong yakin benda asing
penyebab tersedak telah keluar yang ditandai dengan membaiknya
kesadaran penderita, tak tersumbatnya pernafasan yang
mengakibatkan rasa lega pada bernafas , hilangnya bunyi mengi pada
waktu bernafas.
15
Bila klien anak – anakmaka dilakukan tindakan chest
trush(Lansky, 2007) :
Gambar 2.2 : Tekan dada
1. Tidurkan klien di pangkuan dengan terlentang.
2. Pegang leher klien dengan tangan kiri.
3. Tekan dada dengan jari tangan kanan, tekan dengan 3 jari sebanyak 4
kali.
4. Tekan dada, ulangi hentakan sampai berhasil atau penderita
sampaisadar.
Tindakan Heimlich pada anak usia> 1 tahun dilakukan dengan cara :
16
1. Bila korban masih bisa berdiri, penolong berada di belakang
korban
2. Lingkarkan tangan ke dada pasien sedangkan kepalan tangan
berada di perut bagian atas
3. Kemudian hentakan tangan sebanyak empat kali ke arah belakang
atas secara tiba-tiba dengan harapan benda asing akan terdorong
keluar karena tekanan yang dihasilkan.
4. Berikan istirahat sekitar setengah menit kemudian ulangi tindakan
tersebut beberapa kali
5. Berikan istirahat sekitar setengah menit kemudian ulangi tindakan
tersebut beberapa kali
6. Bila penderita tetap merasa sesak nafas, atau muka masih membiru
hingga penderita merasa lega bernafas. Rujukkan ke rumah sakit
untuk tindakan selanjutnya.
7. Pada posisi penderita tengkurap, penolong berlutut diatas penderita
dengan kedua lutut disamping tubuh penderita
8. Miringkan kepala penderita kesamping kiri/kanan.
9. Letakan kedua telapak tangan dibawah tulang belikat.
10. Lakukan penekanan tangan dengan kuat dan cepat kearah dada atas
sekitar empat kali.
11. Lakukan berulang kali dengan interval istirahat sekitar setengah
menit hingga penderita sadar.
12. Bila penderita muntah, bersihkan mulut penderita.
17
13. Tapi bila kesemua tindakan darurat tersebut tidak berhasil, maka
Segera rujukkan kerumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Gambar 2.3 : Teknik Heimlichpasien sadar
Gambar 2.4 : Teknik Heimlichpasien tidak sadar
2.1.2 Perilaku
18
2.1.2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain :
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh (Notoatmodjo
2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka
teori Skinner ini disebut teori “S-OR” atau Stimulus – Organisme –
Respon.
2.1.2.2 Fakor – faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green (2007) dalam (Notoatmodjo
2007), faktor-faktor Yang mempengaruhi perilaku, antara lain;
1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud
dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai
dan sebagainya.
2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-
19
fasilitas atau saranasarana kesehatan, misalnya puskesmas,
obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2.1.2.3 Pengukuran Perilaku
Pengukuran perilaku berisi pernyataan-pernyataan terpilih
yang sesuai dengan perilaku pencegahan dan telah diuji reabilitas
serta validitasnya maka dapat digunakan untuk mengungkapkan
perilaku responden. Kriteria pengukuran perilaku yakni :
a). Perilaku Baik jika nilai ≥ 7
b). Perilaku Kurang baik jika nilai ≤ 6
Subyek memberi respon dengan skala gutman jawaban ya
diberi skor 1 dan jawaban tidak diberi skor 0 .Perilaku ibu yang
salah dalam penangangan atau pertolongan pertama saat anak
tersedak, diukur dengan kuesioner atau angaket berupa anket yang
berisi data valid tentang perilaku ibu saat mengangani anak
tersedak (Notoatmojo, 2007).
2.1.3 Pengetahuan
2.1.3.1 Pengertian pengetahuan
20
Pengetahuan merupakan hasil dari “ TAHU”, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara dan angket yang menanyakan
tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau
responden (Notoatmodjo, 2003)
2.1.3.2 Manfaat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi
perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses yang
berurutan yakni:
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari
dalam diri mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
(obyek).
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek
tersebut. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.
21
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai
denga pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap
stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau diadopsi
perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng.
2.1.3.3 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat, yaitu
(Notoatmojo, 2003) :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan
dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda
kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
2. Memahami (Comprehension)
22
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar, dengan cara
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang real (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu
23
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (2008), ada
beberapa factor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:
1. Umur
Semakin tua umur seseorang maka proses-proses
perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada
umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental
ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun
(Singgih, 2008). Daya ingat seseorang itu salah satunya
dipengaruhi oleh umur (Abu Ahmad, 2007). Dari uraian ini,
maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur
seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada
umurumur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan
berkurang.
2. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara
mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
24
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu model
untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara
terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Khayan,
2007). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula
terhadap tingkat pengetahuan.
3. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan
memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana
seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga
hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya.
Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman
yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang
(Nasution, 2009).
4. Sosial Budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu
kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena
hubungan ini seeorang mengalami suatu proses belajar dan
memperoleh suatu pengetahuan.
25
5. Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan adalah
suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu
sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri.
6. Informasi
Menurut Wied Hary A (2006), informasi akan
memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah
tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari
berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka
hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
7. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah
tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan
sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan
cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu
(Notoadmojo, 2007).
26
2.1.3.5 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas
(Notoatmodjo, 2005). Cara mengukur tingkat pengetahuan
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, kemudahan
dilakukan penilaian nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0
untuk jawaban salah. Kemudian digolongkan menjadi 3
kategori yaitu baik, sedang dan kurang. Dikatakan baik (>
75%), cukup (60-75%), dan kurang (<60%) (Nursalam, 2008).
27
2.2 Kerangka Teori
Gambar 2.5 Kerangka Teori
Sumber : Jaelani, 2012. Syah, 2010. Edwina, 2010. Maharani, 2012.
Penyebab :
- Makan sambil jalan
- Makan sambil
tertawa
- Faktor riwayat
Gejala :
- Sulit bicara
- Sesak nafas
Perilaku :
- Kurangnya
pengawasan
- Kurangnya penjagaan
Klasifikasi:
- Obstruksi total
- Check Valve
Pengetahuan :
- kurangnya
pengetahuan
ibu
Komplikasi :
- Kehilangan
nafas
- Kematian
Tersedak
28
2.3 Kerangka Konsep
Gambar 2.6 Kerangka Konsep
Sumber : Arora, 2011. Hull, 2010. Lansky, 2007.
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian
yang telah dirumuskan (Hidayat AAA, 2007). Hipotesis didalam suatu
penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau
dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
tersebut (Notoatmodjo S, 2005).
Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku
ibu terhadap tentang pertolongan pertama pada anak tersedak.
Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu
pertolongan pertama pada anak tersedak.
Variable Independen
Tingkat Pengetahuan
Variable Dependen
Perilaku Ibu Pertolongan
Pertama
29
2.5 Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengetahuan peneliti melalui penelusuan jurnal,
didapatkan penelitian yang mendukung penelitian yang akan dilkukan
peneliti, sebagai berikut :
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian
Nama
Peneliti
Judul Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
American
Academy of
Pediatrics
(AAP)
Policy Statement—
Prevention of Choking
Among
Children
Kualitatif
denganstudy
cohort
Ditemukan banyak anak
yang mengalami tersedak
akibat makanan mainan dan
lain lain. Akibat dari
kelalaian pengawasan dari
orang tua. Sehingga
pemerintah ikut peran serta
dalam penanggulangan
untuk mencegah anak
tersedak dalam beberapa
dekade kedepan.
American
Academy of
Pediatrics
(AAP)
Death of a Child in the
Emergency Department
Kualitatif
denganstudy
cohort
Dari hasil ditemukann
bahwa kurangnya
pengawasan orang tua
terhadap anak karna orang
tua terlalu sibuk dengan
pekerjaaannya sendiri. Oleh
karena itu orang tua diharus
mengawasi dan menjaga
pengawasan ektra untuk
anaknya saat makan bermain
dan lain-lain.
30
Nama
Peneliti
Judul Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Darrell A.
Worthy,
Arthur B.
Markman,
and W. Todd
Maddox
Choking and Excelling at
the Free Throw Line
kuantitatif Untuk margin titik -2, p
<.05, -1 , p <.05, dan 1, p
<.01 (yang sedikit
penurunan pada 3 juga
signifikan tapi ini mungkin
karena ukuran sampel yang
sangat besar) meskipun
perbedaannya tidak
signifikan (p> .05).
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional
yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif
antarvariabel (Nursalam, 2011). Penelitian korelasional biasanya dilakukan
bila variabel-variabel yang diteliti dapat diukur secara serentak dari suatu
kelompok subjek (Nursalam, 2011). Pada penelitian ini membahas ada atau
tidak hubungan antara variabel pengetahuan dangan variabel perilaku.
Desain pada penelitian ini adalah cross-sectional yaitu jenis penelitian
yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variable independen dan
dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2011).
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam 2011). Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak
dibawah usia 5 tahun yang berjumlah 96 orang di Posyandu Dusun
Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.
32
3.2.2 Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan
sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam 2011). Sampel pada penelitian
ini adalah ibu yang ada di posyandu dusun Sadon Sawahan Ngemplak
Boyolali dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Ibu yang mempunyai anak dibawah usia 5 tahun
2. Ibu yang pernah menangani tersedak pada anak
3. Bersedia menjadi responden
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel pada penelitian
ini adalah 30 ibu yang anaknya sudah mengalami tersedak,dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling
yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel
diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga
sampel tersebut dapat mewakili karekteristik populasi yang telah
dikehendaki sebelumnya (Sugiono, 2009).
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat penelitian
Tempat penelitian adalah tempat dimana penelitian tersebut
dilakukan. Penelitian ini dilakukan di posyandu dusun Sadon
Sawahan Ngemplak Boyolali.
33
3.3.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah berapa lamanya waktu yang digunakan
untuk penggambilan data lewat kuesioner. Penelitian ini dilakukan
selama bulan Maret 2015.
(Terlampir)
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Tabel 3.1
Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
No Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Indikator
Penilaian
Skala
Ukur
1 Pengetahuan
Tersedak
Hasil dari
tahu dimana
seorang dapat
memahami
suatu objek
tertentu
Kuesioner A
(kuesionerpengetahuant
entang tersedak)berisi
20
pernyataandenganjawab
anbenar, salah
1.
Kategoribaikyaitu
menjawabbenarde
nganrentangnilai
18-20
2.
Kategorisedangyai
tumenjawabbenard
enganrentangnilai
13-17
3.
Kategorikurangyai
tumenjawabbenard
enganrentangnilai
< 12
Ordinal
2 Perilaku Ibu Tindakan
manusia
dalam
beraktivitas
Kuesioner B
(kuesionerperilaku
pertolongan pertama
tersedak) berisi 20
pernyataandenganjawa
bansangatsetuju (4),
setuju(3),
tidaksetuju(2)dansangat
tidaksetuju(1).
1.
Kategoripositifden
ganrentang nilai
46-80
2.Kategori
negatifdenganrent
ang nilai 20 – 45
Nominal
34
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Alat Penelitian
Alat penelitianiniadalahkuesioner.
Kuesioneradalahteknikpengumpulan data yang
dilakukandengancaramemberiseperangkatpernyataandanpernyataantert
uliskepadarespondenuntukdijawab (Wiratna, 2014).Kuesioner yang
digunakanadalahkuesionertertutupdimanasudahdisediakanjawabannyas
ehinggarespondentinggalmemilih (Arikunto, 2010).
1. Kuesioner A (kuesionerpengetahuantentang tersedak)
Kuesioneriniberisi 20 pernyataandenganjawabanbenar
10soal (nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20) danjawabansalah
10 (nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19),
jikajawabanbenarmendapatnilai 1
danjikajawabansalahtidakmendapatnilaiatau0(Riyanto,
2013).Dikatakanbaikapabilarespondenmenjawabpernyataan18 –
20, cukup 13 – 17, kurang<12.
2. Kuesioner B (kuesioner perilaku tentang tersedak)
Kuesioneriniberisi 20 pernyataandengan pertanyaan
favorable 10 (nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20)
danpernyataanunfavorable 10 (nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17,
19). Penilaianmenggunakanskalalikertuntuk
35
pernyataanfavorablejawabansangat setuju skor 4, setuju skor 3,
tidak setuju skor 2 dan sangat tidak setuju skor 1.
Pertanyaanunfavorablejawaban sangat setuju skor 1, setuju skor 2,
tidak setuju skor 3 dan sangat tidak setuju skor 4 (Riyanto,
2013).Dikatakanpositifapabilarespondenmenjawabpernyataan 1 –
20 dannegatifjikamenjawabpernyataan 10 – 20.
3.5.2 Cara Pengumpulan Data
Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengajuan pengusulan proposal penelitian ke Prodi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Proposal disetujui oleh pembimbing I dan II.
3. Peneliti mengajukan surat pendahuluan dan surat penelitian ke
pihak kelurahan
4. Pihak kelurahan memberikkan ijin untuk lahan penelitian
5. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan wawancara, serta
mengumpulkan data awal seperti jumlah anak-anak selama di
posyandu.
6. Peneliti melakukan penelitian di posyandu dusun Sadon Sawahan
Ngemplak Boyolali.
7. Peneliti mengidentifikasi sampel sesuai kriteria inklusi sampel.
8. Memberikan penjelasan peneliti dan persetujuan responden.
9. Menjelaskan cara pengisian kuesioner.
36
10. Menjelaskan berapa lama waktu yang digunakan untuk mengisi
kuesioner, kurang lebih 20 menit.
11. Peneliti mengisi lembar observasi.
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
3.6.1 Konten Validasi
Uji validitas menggunakan rumus Pearson product moment, setelah
itu diuji dengan menggunakan uji t dan baru dilihat penafsiran dari indeks
korelasi. Untuk tα = 0,05 derajat kebebasan. Jika nilai t hitung > t tabel
berarti valid dan jika t hitung < t tabel maka tidak valid (Hidayat 2007).Uji
validitas dilakukan diposyandu Dusun Plesungan Karanganyar dan Dusun
Donohudan Boyolali dengan menggunakan 30 responden.
Rumus Pearson product moment:
( )( )( ){ } ( ){ }∑ ∑∑ ∑
∑ ∑∑−−
=2222
-
YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi antara x dan y
X : skor butir
Y : skor total
N : ukuran data
Uji validitas pada kuesioner tingkat pengetahuan tentang tersedak
pada 30 responden, didapatkan hasil dari 25 item pernyataan, 22 item
diantaranya dinyatakan valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r
tabel dengan taraf signifikasi 5% (0,361). Sedangkan 3 item pernyataan,
37
yaitu item pernyataan no 6, 20 dan 23 dinyatakan tidak valid karena r
hitung lebih kecil dari nilai r tabel. Pada kuesioner perilaku pertolongan
pertama tersedak juga dilakukan uji validitas. Dari 25 item pernyataan 4
diantaranya dinyatakan tidak valid, yaitu item pernyataan no 1, 3, 8 dan 9.
Item pernyataan dari kedua kuesioner yang telah dinyatakan tidak valid,
selanjutnya tidak diikutsertakan dalam item pertanyaan kuesioner
penelitian ini.
3.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas merupakan suatu instrumen yang cukup dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah
baik. Metode item varian yang digunakan untuk mengukur reliabilitas
adalah Cronbach alpa. Uji Cronbach’s alpha dapatdigunakan pada tes
yang respon terhadap item yang diberi skor dikotomi (skor 0 atau 1)
maupun terhadap item skor bukan dikotomi (misal skor 1 sampai 4)
(Azwar 2012). Kuesioner dianggap reliabel apabila nilai alpha 0,7
(Priyatno 2012). Rumus uji Cronbach alpha :
r11 =
−
−
∑2
2
11
t
b
k
k
σ
σ
r11 = Koefisien reliabilitas instrumen yang dicari
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ 2
bσ = Jumlahvariansiskorbutirsoalke-i
i = 1, 2, 3, 4, …n
38
2
tσ = Variansi total
Setelah didapat nilai hasil uji reliabilitas, maka nilai tersebut
dibandingkan dengan nilai uji reliabilitas tabel. Jika nilai uji reliabilitas
tabel lebih besar dari nilai uji reliabilitas tabel maka pernyataan dinyatakan
reliabel. Hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan, maka kuesioner tingkat
pengetahuan tentang tersedak dengan perilaku pertolongan pertama
tersedak dinyatakan reliabel. Hal ini ditunjukkan dari nilai r hitung tingkat
pengetahuan = 0,963 dan r hitung perilaku pertolongan tersedak = 0,963
lebih besar dari nilai r tabel = 0,361 yang berarti kedua kuesioner layak
digunakan.
3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data menurut Hidayat (2007) merupakan proses
yang sangat penting dalam penelitian, oleh karena itu harus dilakukan
dengan baik dan benar. Ada beberapa langkah pengelolahan data
sebagai berikut:
1. Memeriksa data (Editing)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran
data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan
pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
Penelitian ini disesuaikan dengan sistematika penulisan buku
panduan skripsi.
39
2. Memberi kode (Coding)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik
(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.
Penelitian ini coding disesuaikan dengan kategori dependen dan
independen antara variabel pengetahuan dan perilaku dengan kode
1 2 dan 3.
3. Menyusun data (Entry)
Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master table atau database komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga
dengan membuat tabel kontingensi. Data yang dimasukan dalam
penelitian ini sesuai dengan hasil dari penelitian, dengan memakai
program Spss 15.
4. Tabulasi (Tabulating)
Tabulasi merupakan proses mengklasifikasikan data menurut
kriteria tertentu sehingga frekuensi dari masing-masing item. Data
hasil penelitian yang dimasukan sesuaikan dengan kategori
penelitian antara variabel dependen dan independen.
3.7.2 Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang menganalisis tiap
variabel dari hasil penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan data
40
kemudian data dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk
disajikan dalam bentuk tabulasi, minimum, maksimum, dan mean
dengan cara memasukkan seluruh data kemudian diolah secara
statistik deskriptif untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi
dari masing-masing variable (Notoatmodjo 2005). Penelitian ini
responden dikarakteristikan sesuai umur dan pendidikan. untuk
karakteristik pengetahuan responden meliputi baik, sedang, kurang
sedangkan karakteristik perilaku responden meliputi positif dan
negatif.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk
mengetahui keterkaitan dua variabel, untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan dan perilaku ibu dalam pertolongan pertama
anak saat tersedak dengan dilakukan uji Chi-Square (Notoatmodjo,
2005).
Chi square adalah pengujian hipotesis mengenai
perbandingan antara frekuensi observasi atau yang benar-benar
terjadi atau aktual dengan frekuensi harapan. Yang dimaksud
dengan frekuensi harapan adalah frekuensi yang nilainya dapat di
hitung secara teoritis. Sedangkanfrekuensi observasi adalah
frekuensi yang nilainya di dapat dari hasil percobaan (Setiadi,
2013).Jika nilaiχ2 (chi square) kecil, berarti kedua frekuensi
41
tersebut sangat dekat, mengarah pada penerimaan kepada hipotesa
nol ( Ho) (Wasis, 2006).
Uji Statistik : � = ∑�����
�
� � ∑
�������
��
� �
Keterangan :
Oi = fo = Frekuensi Observasi
Ei = fe = frekuensi Harapan / Teoretis
V = Derajat kebebasan / Degrees of Freedom = k – 1
3.8 Etika Penelitian
Etika penelitian dapat dibedakan menjadi berikut (Hidayat, 2007) :
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan informan
dengan memberikan lembar persetujuan menjadi informan. Tujuannya
agar informan mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak
yang diteliti selama pengumpulan data. Jika informan setuju, maka
diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Penelitian ini
responden setuju untuk mengisi lembar persetujuan mengisi kuesioner
penelitian.
2. Anonimity (tanpa nama)
Merupakan masalah etika dengan tidak memberikan nama
informan pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya
dimengerti oleh peneliti. Penelitian ini identitas responden
disembunyikan dari pihak lain dan hanya peneliti yang mengerti.
3. Confidentially (kerahasiaan)
42
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan
informasi yang diberikanoleh informan. Peneliti hanya melaporkan
kelompok data tertentu saja. Peneliti menjaga kerahasiaan seperti
nama, jawaban responden, agar terjamin sehingga yang mengetahui
hanya peneliti dan reponden. Penelitian ini kerahasian responden
dirahasiakan dan dapat dipertanggung jawabkan dari pihak lain, hanya
peneliti yang mengerti informasi dari responden.
4. Beneficience
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur
penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal
mungkin bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat
populasi. Penelitian ini bisa bermanfaat untuk peneliti lain
kedepannya.
5. Non maleficience
Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek.
Peneliti tidak menyebar luaskan data yang menurut responden itu
penting. Peneliti mengambil data yang diperlukan peneliti dan tidak
merugikan responden ataupun pihak yang bersangkutan.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab empat ini akan menyajikan hasil pengumpulan data
penelitian di Posyandu Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali. Penelitian
ini berlangsung selama bulan Maret 2015, Pengambilan data menggunakan
angket / kuesioner. Berikut adalah hasil dari analisa univariat dan bivariat :
4.1 Hasil Penelitian
1. Uji Univariat
a. Karakteristik Responden
1) Umur
Karakteristik umur meliputi umur dan dijelaskan menggunakan
distribusi frekuensi dengan presentase atau proporsi.
Tabel 4.1 Distribusi responden menurut umur
Variable Umur
(tahun)
Frekuensi Presentase %
19-23 15 50
24-27 12 40
28-31 3 10
Total 30 100
Sebagian besar rata-rata umur responden adalah 19 – 23 tahun
yaitu sebanyak (50%), umur 24 – 27 tahun (40%) dan umur 28 – 31
tahun (10%).
2) Pendidikan
44
Karakteristik pendidikan meliputi pendidikan dan dijelaskan
menggunakan distribusi frekuensi dengan presentase atau proporsi.
Tabel 4.2 Distribusi responden menurut Pendidikan
Variable Pendidikkan Frekuensi Presentase %
SD 17 56,6
SMP 8 26,7
SMA 5 16,7
Perguruan Tinggi 0 0
Total 30 100
Sebagian besar rata-rata pendidikan adalah pendidikan SD
(56,6%), pendidikan SMP (26,7%), pendidikan SMA (16,7%) dan
pendidikan Perguruan Tinggi (0).
b. Karakteristik Pengetahuan
Karakteristik responden pengetahuan meliputi, baik, sedang,
kurang. Kategori pada pengetahuan dibagi dalam 3 kategori yaitu baik,
sedang, kurang, dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi dengan
ukuran presentase atau proporsi.
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
Kategori Frekunsi Presentase (%)
Baik (18 – 20) 1 3,3
Sedang (13 – 17) 4 13,3
Kurang (< 12) 25 83,4
Total 30 100
Hasil analisa didapatkan, dari 30 responden sebagian besar
pengetahuan kurang (83,4%), pengetahuan sedang (13,3%) dan
pengetahuan baik (3,3%)
c. Karakteristik Perilaku
45
Karakteristik responden berdasarkan perilaku meliputi positif
dan negatif. Vareiabel perilaku dibagi dalam 2 kategori yaitu positif,
negatif, dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran
presentase atau proporsi.
Tabel. 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku
Kategori Frekunsi Presentase (%)
Positif (46 – 80) 8 26,7
Negatif (20 - 45) 22 73,3
Total 30 100
Hasil analisa didapatkan, dari 30 responden sebagian besar
perilaku negatif (73,3%) dan perilaku positif (26,7%).
2. Uji Bivariat
Uji bivariat adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui
keterkaitan dua variable. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pengetahuan terhadap perilaku ibu pada
pertolongan pertama saat tersedak diposyandu Dusun Sadon. Karena data
ini merupakan data nominal dengan nominal, maka untuk membuktikan
hipotesis yang diujikan peneliti menggunakan teknik uji Chi – Square
yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi
Perilaku pengetahuan Total P
Baik Sedang kurang
Positif 2 0 6 8 0,021
Negative 0 6 16 22
Total 2 6 22
46
Pada tabel 4.5 menunnjukkan bahwa tingkat perilaku ibu yang
berkategori positif terdapat 2 ibu dan pengetahuan dikategorikan baik
dalam pertolongan pertama tersedak, sedangkan tingkat perilaku negatif
terdapat 6 ibu dengan pengetahuan sedang dalam pertolongan pertama
tersedak, sedangkan perilaku kategori perilaku positif ada 6 ibu dan
kurangnya pengetahuan pertolongan pertama tersedak,dan kategori
perilaku negatif 16 ibu dan pengetahuan dalam kategori kurang
pertolongan pertama tersedak.
Berdasarkan uji Chi Square didapatkan nilai Expected
Countkurang dari 5 di tabel b,c, dan d masing-masing 1,5; 1.5; dan 4.5 jadi
tidak layak di uji dengan Chi Square harus menggunakan uji alternatif
yaitu uji Kolmogorov-Smirnov.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kolmogorov-Smirnov Ibu Posyandu
Sadon
pengetahuan Perilaku
Total P Positif Negatif
Baik 2 0 2 0,100
Sedang 0 6 6
Kurang 6 16 22
Total 8 22 30
Tabel 4.6 pada uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nila p =
0,100 karena nilai p > 0,005 maka Ho di terima, sehingga dapat di
simpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu
pada pertolongan pertama saat anak tersedak.
47
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas hasil penelitian yang telah dilakukan
pada ibu-ibu tentang pertolongan pertama pada tersedak di posyandu Dusun
Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan anatara pengetahuan terhadap perilaku ibu pada
pertolongan pertama saat anak tersedak di posyandu Dusun Sadon Sawahan
Ngemplak Boyolali.
Penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya
bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap perilaku ibu
pada pertolongan pertama saat anak tersedak di posyandu Dusun Sadon
Sawahan Ngemplak Boyolali. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan
Maret 2015 dengan jumlah responden sebanyak 30 responden yang
mempunyai anak dibawah 5 tahun sebagai responden di posyandu Dusun
Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.
48
5.1 Karakteristik Responden
5.1.1 Usia
Sebagian besar usia responden di Dusun Sadon Sawahan
Ngemplak Boyolali adalah 19 – 23 tahun yaitu sebanyak (50%),
umur 24 – 27 tahun (40%) dan umur 28 – 31 tahun (10%). Usia yang
terbanyak adalah usia 19 – 23 tahun, pada usia ini pola pikir
seseorang masih fase masa remaja akhir menuju kedewasaan. Jadi
usia seseorang akan mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir
seseorang terhadap informasi yang diberikan. Semakin bertambah
usia maka daya tangkap dan pola pikir seseorang semakin meningkat
dan berkembang (Notoatmodjo 2003). Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi 2011). Bertambahnya usia
seseorang akan mempengaruhi perilaku dalam melakukan tindakan.
5.1.2 Pendidikan
Hasil analisa yang didapat sebagian besar responden di
Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali yang berpendidikan SD
sebanyak 56,6% dengan jumlah sebanyak 17 responden, yang
berpendidikkan SMP sebanyak 26,7% dengan jumlah 8 responden
dan yang berpendidikan SMA sebanyak 16,7% dengan jumlah 5
49
responden. Pendidikan terbanyak adalah pendidikan SD karna pada
umumnya didaerah – daerah desa lebih mementingkan masalah
ekonomi dari pada masalah pendidikan. Rata-rata tingkat pendidikan
ibu cukup, tetapi selisih dengan pendidikan SMP 26,7% dan SD
56,6%. Salah satu faktor yang berperan dalam pengetahuan seseorang
adalah adalah tingkat pendidikan, seseorang dengan pendidikan yang
lebih tinggi akan lebih mudah mendapatkan informasi dan menerima
hal-hal baru yang berpengaruh pada sikap positif (Herijulianti 2003).
Pendidikan seseorang akan mempengaruhi perbedaan
pengetahuan dan perilaku. Hal tersebut dikarenakan pendidikan
mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang
maka daya tangkap terhadap informasi semakin tinggi, sehingga akan
semakin mudah umtuk menerima informasi. Semakin tingginya
pendidikan seseorang akan mempengaruhi perilaku dalam melakukan
tindakan. Orang dengan pendidikan rendah cenderung pasif dalam
mencari informasi bisa disebabkan karena kemampuannya yang
terbatas dalam memahami informasi atau karena kesadaran
pentingnya informasi yang masih rendah (Notoatmodjo 2005).
Pendidikan yang rendah akan mempengaruhi pengambilan keputusan
dalam melakukan tindakan.
50
5.2 Tingkat Pengetahuan Tentang Tersedak
Tersedak adalah kondisi dimana tersumbatnya saluran pernafasan oleh
benda asing berupa makanan, mainan dan lain-lain (Brown K, 2005). Dari 30
responden yang telah diujikan didapatkan, sebagian besar pengetahuan kurang
(83,4%), pengetahuan sedang (23,3%) dan pengetahuan baik (3,3%). Hal itu
sesuai menurutNotoatmodjo (2003) yang dikutip oleh Wawan & Dewi (2011),
pengetahuanmerupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan
penginderaanterhadap suatu obyek. Sedangkan menurut (Wawan & Dewi,
2011). Pengetahuansangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
bahwa dengan pendidikanyang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi,
umur, intelegensi, lingkungan, sosial budaya, pendidikan, informasi dan
pengalaman (Hendra, 2008).
Fakta menyebutkan bahwa faktor pendidikan merupakan penyebab
dari tingkat pengetahuan menjadi rendah, sedangkan ada faktor lainnya yaitu
kurangnya informasi sehingga seseorang tidak memahami dalam pertolongan
pertama pada anak tersedak. Dalam hal ini seseorang dalam tingkat
pendidikan dan pengetahuan rendah akan menjadi kurang informasi bila tidak
mencari informasi yang akurat dan benar (Notoadmojo, 2007).
51
Hasil ini sesuai dengan kenyataan yang di peroleh peneliti, sebagian
responden yang ada di Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali
berpendidikan rendah yaitu SD. Oleh karena itu pengetahuan terbilang rendah.
Maka tingginya tingkat pendidikan akan mempengaruhai pengetahuan
seseorang.
Menurut Notoatmodjo (2003) menunjukkan bahwa usia seseorang
akan mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang terhadap informasi
yang diberikan. Semakin bertambah usia maka daya tangkap dan pola pikir
seseorang semakin berkembang. Umur cukup terhadap tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja
(Wawan & Dewi, 2011).
5.3 Perilaku Ibu Dalam Pertolongan Pertama Tersedak
Perilaku didefinisikan sebagai satu kecenderungan yang ditunjukkan
oleh seseorang individu terhadap suatu perkara atau benda atau peristiwa
(Robbins dikutip dalam Ilhaamie & Ahmad 2008).
Dalam penelitian ini sebagian besar ibu-ibu didapatkan hasil analisa
dari 30 responden sebagian besar perilaku negatif (73,3%) dan perilaku positif
(26,7%). Perilaku terbentuk dalam perkembangan individu, karena faktor
pengalaman individu mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka
pembentukan perilaku individu yang bersangkutan menurut Walgito (2003).
Faktor yang dapat mempengaruhi perilaku dalam pertolongan pertama
52
tersedak meliputi pengetahuan, sikap, pengalaman dan keyakinan (Lawrence,
2007).
Fakta menyebutkan bahwa kurangnya pengetahuan membuat
seseorang tidak peduli lingkungan sekitar untuk melakukan tindakan
pertolongan pertama dengan benar, namun dalam kenyataan pengetahuan
mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan tindakan yang positif
dalam hal pertolongan pertama tersedak pada anak (Arora, 2011).
Proses terbentuknya perilaku dipengaruhi adanya tujuan dan motivasi
akan tindakan yang dilakukan (Wawan & Dewi, 2011). Ketrampilan
seseorang dalam melakukan tindakan dipengaruhi oleh perilaku dan
pengalaman individu itu sendiri. Perilaku yang tanggap disertai pengalaman
yang mendalam akan menentukan keberhasilan dalam melakukan pertolongan
pertama tersedak (Notoadmojo, 2012).
5.4Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Dalam Pertolongan
Pertama Tersedak
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa tingkat perilaku ibu yang
berkategori positif terdapat 2 ibu dan pengetahuan dikategorikan baik dalam
pertolongan pertama tersedak, sedangkan tingkat perilaku negatif terdapat 6
ibu dan pengetahuan sedang dalam pertolongan pertama tersedak, sedangkan
perilaku kategori perilaku positif ada 6 ibu dan pengetahuan kurang
53
pertolongan pertama tersedak,dan kategori perilaku negative 16 ibu dan
pengetahuan dalam kategori kurang pertolongan pertama tersedak.
Uji Kolmogorov-Smirnov menunnjukkan nilai p = 0,100 karena nilai p
>0,005 maka Ho di terima, sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak ada
hubungan pengetahuan terhadap perilaku ibu pada pertolongan pertama saat
anak tersedak, ini di karenakan pengkajian perilaku ibu hanya melalui
kuesioner tanpa melalui observasi. Pengkajian pengetahuan tidak diketahui
secara mendalam oleh peneliti karena hanya di kaji secara tertulis.
Berdasarkan faktanya pengetahuan memiliki kategori yaitu baik, sedang
dan kurang, sedangkan dalam perilaku berdasarkan kategori positif dan
negatif. Fakta diatas menyatakan tingkat pengetahuan rendah dengan perilaku
negatif menjadi faktor utama seseorang untuk tidak melakukan tindakan
pertolongan pertama pada anak. Hal ini menyatakan tingkat pendidikan yang
mempengaruhi faktor pengetahuan. Aspek yang meliputi pengetahuan yaitu
perilaku yang kurang dalam menerima informasi dapat mempengaruhi
pengetahuan ibu. Tingkat pengetahuan yang rendah akan mempengaruhi
motivasi dalam mencari informasi.
Tindakan seseorang dipengaruhi oleh perilaku dan pengetahuannya
(Sunardi, 2004). Sebagai informasi yang di simpan dalam
ingatan,pengetahuan didapatkan dari serangkaian proses pengolahan
informasi.Pengetahuan yang lebih luas akan mempengaruhi perilaku untuk
berubah ataumenetap (Gunarsa, 2008).
54
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Karakteristik usia ibu, sebagian besar umur responden adalah 19 – 23 tahun yaitu
sebanyak (50%).
2. Karakteristik ibu berdasarkan pendidikan adalah pendidikan SD (56,6%).
3. Tingkat pengetahuan tentang tersedak dengan kategori pengetahuan kurang
terdapat 25 orang (83,4%).
4. Perilaku pertolongan pertama tersedak sebagian besar perilaku negatif terdapat
22 orang (73,3%) dan perilaku positif terdapat 8 orang (26,7%).
5. Tidak ada hubungan pengetahuan terhadap perilaku ibu pada pertolongan
pertama saat anak tersedak di Dusun Sadon Sawahan Ngemplak Boyolali.
6.2 Saran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat memberikan gambaran dan mengaplikasikan pertolongan
pertama tersedak secara benar serta dapat memberikan informasi kepada
tetangga atau orang lain tentang pertolongan pertama tersedak pada anak.
55
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Perawat, tim medis dan tenaga kesehatan lain dapat menggunakan media
penyuluhan kesehatan berupa kegiatan pendidikan kesehatan dalam upaya
untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu serta meningkatkan derajat
kesehatan ibu dan anak baik di tingkat puskesmas maupun Rumah Sakit.
3. Bagi Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dimasukkan dalam materi tentang media pendidikan
kesehatan sehingga meningkatkan praktikum tentang pendidikan kesehatan
dengan berbagai jenis media dan pembuatan media yang sesuai dengan
sasaran penyuluhan.
4. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti lain yang berupa,
tingkat perilaku dengan pengetahuan. Misalnya dengan mengkaji lebih dalam,
perilaku dengan pengetahuan pada responden.
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Pediatrics.(2007). Committee on injury and poison
prevention. Injuryprevention and control for children and
youth.Widome MD, ed. 3rd ed. Elk Grove Village,IL:American
Academy of Pediatrics, 678-684.
American Academy of Pediatrics. (2010). Death of a child in the emergency
department. Patricia O’Malley, MD, Isabel Barata,MD, Sally
Snow,RN.American Academy of Pediatrics, 313-330
American Academy of Pediatrics. (2010). Prevention Of Choking Among.
American Academy of Pediatrics, 601-607
Arora.(2011). Pertolongan pertama. Jakarta: EGC
Brown Kirschman K, Smith GA. (2007). Resale of recalled children’s products
online: an examination of the world’s largest yard sale. Inj
Prev.;13(4):228 –231
Bruner and Suddart.(2007). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Carpenito.(2009).Diagnosis keperawatan aplikasi pada praktik klinis. Jakarta:
EGC.
Darrell A. Worthy, Arthur B. Markman, & W. Todd Madox. (2009). Choking and
Excellingn at the free throw line. The International Journal, 19 (1), 53
– 58
Edwina. (2010). Pertolongan pertama dan bedah klinis. Jakarta: Refika Aditama
Gunarsa, Singgih. (2008), Psikologi Perawatan, PT BPK Gunung Mulia,
Jakarta.
Harris CS, Baker SP, Smith GA, Harris RM. (2004). Childhood asphyxiation by
food: a national analysis and overview. JAMA.;251(17):2231–2235
Herjajulianti, E dkk (2003), Pendidikan kesehatan gigi, EGC, Jakarta
Hull. (2007). Thinking about choking? Attentional processes and paradoxical
performance. Personality and Social Psychology Bulletin, 23, 937-
944.
Ilhaamie & Ahmad Wan SW (2008), ‘Pengaruh Perilaku dan Demografi Ke
AtasProduktiviti Kerja Pensyarah Muslim : Kajian Di Universiti
Malaya’ diakses tanggal 6 Desember 2013http://e-
journal.um.edu.my/filebank/published_article/2590/932.pdf
Iskandar. (2008). Metodologi penelitian pendidikan dan sosial (kualitatif dan
kuantitatif. Jakarta : Gaung Persada Press
Knapp J, Mulligan-Smith D. (2005). American Academy of Pediatrics Committee
on Pediatric Emergency Medicine. Death of a child in the
emergency department. American Academy of Pediatrics,
115(5):1432–1437
Lansky. (2007). Pertolongan pertama pada anak tersedak. Jakarta : Refika
Aditama
Markman, A. B., Maddox, W. T., & Worthy, D. A. (2006). Choking and excelling
under pressure. Psychological Science, 17, 944-948.
Nelson. (2006). Ilmu kesehatan anak. Edisi 15. Jakarta: EGC
Notoatmodjo S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Pt. Rioneka
Cipta.
Notoatmodjo S.(2007). Ilmu perilaku dan sikap. Jakarta: Rinera Cipta
Notoatmodjo, S. (2005), Promosi kesehatan teori dan aplikasi, Rineka
cipta,Jakarta.
Notoatmojo. S. (2003). Metodologi penelitian kesehatan. Cetakan ke dua Edisi
Revisi. Jakarta: Rineke Cipta
Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta: SalembaMedika
Nursalam. (2003). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
(Edisi Pertama). Jakarta: Salemba Medica
Nursalim, Muhammad.(2007). Psikologi pendidikan. Surabaya:Unesa University
Press.
Pratomo, (2001). Metode penelitian dan pengukuran dalam penelitian.Jakarta :
Salemba Medica
Slamet Suprapti, Markam Sumarmo. (2003). Psikologi klinis. Jakarta: UI Press
Smelzer, C & Bare, G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah
brunner&suddarth. Edisi 8. (Terjemahan). Jakarta : EGC
Smith SA, Norris B. (2003). Reducing the risk of choking hazards: mouthing
behavior of children aged 1 month to 5 years. Inj ControlSaf
Promot.;10(3):145–154
Sugiyono. (2008.) Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d. Bandung :
Alfabeta
Sunardi, Euis (2004), Mengasuh dengan Hati Tantangan yang menyenangkan,
PTElex Media Komputindo, Jakarta.
Suryabrata, Sumardi, drs.,B.A. (2006). Psikologi kepribadian. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Syah. (2010). Psikologi pendidikan. Bandung : PT. Remaja.
Walgito Bimo. (2003), Psikologi Sosial,Yogyakarta: C.V ANDI Offset.
Wawan, A & Dewi M (2011), Teori & Pengukuran Pengetahuan, Perilaku,
danPerilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta
Wiramihardja, Sutardjo. A. (2007). Pengantar psikologi klinis. Bandung: Refika
Aditama