BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka · PDF fileHal-hal yang dapat mempengaruhi ... utama...
Transcript of BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka · PDF fileHal-hal yang dapat mempengaruhi ... utama...
10
BAB II
EKSPLORASI ISU BISNIS
2.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual (Conceptual Framework) merupakan pedoman bagi
penulis dalam hal mementukan akar masalah dari isu bisnis yang ada. Kriteria dari
sebuah kerangka konseptual yang baik adalah memiliki rigor dan relevance yang
seimbang, yang berarti:
• Memiliki landasan teori yang cukup
• Relevan dengan konteks bisnis yang ada
Berdasarkan isu bisnis yang ada di PT Stella Kwarta penelitian ini akan berfokus
pada proses suksesi Sedangkan suksesi adalah pergantian kepemimpinan dari satu
generasi ke generasi selanjutnya. Conceptual framework yang digunakan pada
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber: Dibuat oleh penulis
11
Tidak dapat dipungkiri, bahwa suksesi merupakan hal yang sangat krusial
dalam mempertahankan perusahaan keluarga. Kelanggengan perusahaan memang
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan kondisi, akan tetapi harus disadari bahwa
kesuksesan melaksanakan suksesi merupakan persyaratan mutlak yang harus
dipenuhi. Suksesi kepemimpinan merupakan hal yang wajar dan menjangkau
berbagai lapisan manajerial. Suksesi pada dasarnya berkaitan dengan berbagai
kebijakan perusahaan. Dampak nyata dan signifikan dari suksesi memang terlihat
jelas pada manajemen puncak, suksesi level puncak lebih mengarah pada hal-hal
strategis dan memiliki dampak jangka panjang. Kesuksesan suksesi sangat
tergantung pada kejelasan konsep suksesi, yang dijabarkan melalui perencanaan
dan persiapan suksesi yang terstruktur dengan jelas. Disamping itu pemimpin
harus mengidentifikasi calon penerusnya apakah ia memenuhi kualifikasi sebagai
seorang pemimpin perusahaan.
2.1.1. Porter Five Forces
Menurur Porter (1988), struktur suatu industri menentukan tingkat
profitabilitas yang dapat diperoleh perusahaan. Struktur industri dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut:
a. Kekuatan pemasok
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kekuatan pemasok seperti: konsentrasi
pemasok, signifikansi volume bagi pemasok, switching cost, subsitusi pasokan,
ancaman forward integration, diferensiasi pasokan.
b. Barriers to entry
Hal-hal yang dapat mempengaruhi barriers to entry seperti: akses terhadap
pasokan, regulasi pemerintah, skala ekonomi, kebutuhan modal, switching cost,
identitas merek, dan akses distribusi.
12
c. Kompetisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kompetisi seperti: exit barriers, konsentrasi
industri, pertumbuhan industri, diferensiasi produk, identitas merek, biaya tetap,
dan switching cost.
d. Kekuatan pembeli
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kekuatan pembeli seperti: informasi pembeli,
identitas merek, sensitivitas harga, diferensiasi produk, insentif pembeli, ancaman
backward integration, konsentrasi pembeli, switching cost, dan ketersediaan
produk substitusi.
e. Produk subtitusi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi produk substitusi seperti: switching cost dan
price-performance trade off dari produk subtitusi.
f. Regulasi
Regulasi akan menentukan struktur dan tingkat profitabilitas industri, misalnya
regulasi mengenai harga terendah untuk tarif penerbangan akan mempengaruhi
pola persaingan antara maskapai dan tingkat profitabilitas.
2.1.2. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang
bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan
kondisi sebagai sebagai faktor masukan. Satu hal yang harus diingat baik-baik
oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa SWOT adalah semata-mata
sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang
dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi. Analisa ini terbagi
atas empat komponen dasar yaitu:
Kekuatan (Strength), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
organisasi atau program pada saat ini.
Kelemahan (Weakness), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan
dari organisasi atau program pada saat ini.
13
Peluang (Opportunity), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang di
luar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa
depan.
Ancaman (Threat), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang
datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi di masa
depan.
2.1.3. Jenjang Karir Anggota Keluarga
Berbicara jenjang karir, baik di perusahaan keluarga maupun bukan
sebenarnya prisnsipnya sama. Dalam hal ini, kualifikasi karyawan perlu
dievaluasi dan diarahkan sesuai dengan bakat dan karakternya. Demikian pula
kualifikasi anggota keluarga, karena mungkin saja anggota keluarga tidak
berkualitas untuk posisi-posisi tertentu. Jika anggota keluarga berkualitas, perlu
dilihat apakah ia memiliki kecenderungan profesional dengan minat-minat khusus
atau sebagai pemimpin.
Jika ia condong untuk menjadi pemimpin, perlu dilihat apakah ada potensi
untuk masuk ke dalam manajemen yang lebih tinggi. Maka kalau berpotensi
perusahaan akan menaikannya ke posisi kunci sebagai seorang pemimpin. Kalau
memang tidak ada potensi untuk menduduki posisi kunci, sebaiknya diberikan
pengayaan kerja. Sedangkan bagi yang berpotensi dalam kepemimpinan maka
akan menjadi pimpinan puncak perusahaan.
Tetapi jika ada anggota keluarga yang tidak senang bertemu dengan
banyak orang dan lebih berminat untuk menekuni suatu bidang tertentu maka
kecenderungan menjadi profesional, dan hal ini juga harus dikembangkan. Jika
memang ada potensi berarti kemampuannya dapat dikembangkan dan diarahkan
agar mendapatkan sertifikasi sebagai profesional yang benar-benar bermutu
sehingga menambah nilai jualnya, puncaknya ia menjadi pakar dibidangnya.
Tetapi apabila tidak dapat terus mendalami dan meningkatkan ilmunya, belajar
terus dan memiliki spesialisasi, berarti ia tidak memiliki potensi untuk menjadi
profesional yang handal dan karenanya dibutuhkan pengayaan kerja.
14
2.2 Analisis Situasi Bisnis
2.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Stella Kwarta Tour & Travel di Jakarta.
Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa PT Stella Kwarta Tour &
Travel merupakan salah satu perusahaan biro perjalanan di Indonesia. Aktivitas
utama PT Stella Kwarta Tour & Travel adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang menyelenggarakan Ziarah ke tempat-tempat Suci. Selain itu pertimbangan
lain berupa adanya ketersediaan data yang dibutuhkan dan kesediaan pihak PT
Stella Kwarta Tour & Travel menjadi lokasi penelitian. Pengumpulan data
dilakukan selama 3 bulan dari bulan Februari sampi bulan April 2008.
2.2.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang
didapatkan dari dalam intansi (internal) maupun dari luar intansi (eksternal) dan
berupa data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui observasi
langsung ke PT Stella Kwarta Tour & Travel dan wawancara. Data sekunder
didapat dengan cara studi pustaka, laporan internal intansi, data dari intansi
terkait, dan sumber lain yang mendukung.
Metode Pengumpulan data yang dilakukan adalah:
1. Data primer didapat atau diperoleh dari:
a. Observasi atau pengamatan ke perusahaan yang dilakukan secara
langsung dan intensif dan semua aspek yang mendukung yang
dilaksanakan oleh perusahaan.
b. Wawancara yang mendalam dengan pihak-pihak yang
berhubungan dengan Kepemimpinan stratejik di PT Stella Kwarta
Tour & Travel, seperti Pimpinan Perusahaan, Anak-anak pemilik
perusahaan dan Karyawan perusahaan.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka
(literatur) yang mendukung penelitian yang bersumber dari laporan
internal perusahan.
15
2.2.3 Bagan Alir Pemecahan Masalah
Dalam program tugas akhir ini, dibuat diagram alir (flow chart)
pemecahan masalah yang merupakan tahapan-tahapan proses penelitian dari mulai
proses diagnosis permasalahan kepemimpinan stratejik di PT Stella Kwarta Tour
& Travel yang dilakukan oleh penulis hingga tahap penyusunan. Hal ini
dimaksudkan agar hasil penelitian yang diperoleh dapat bermanfaat dan sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Bagan alir pemecahan masalah secara jelas
terlihat pada Gambar 2.2 di bawah ini. Bagan alir ini merupakan tahapan yang
dilakukan penulis dalam menyusun laporan tugas akhir. Tahapan tahapan tersebut
adalah:
1. Menyusun profil perusahaan, memiliki tujuan untuk mendapatkan
pemahaman secara mendalam mengenai sejarah, profil, situasi bisnis, dan
strategi perusahaan.
2. Bisnis Proses, memiliki tujuan untuk mendapatkan pemahaman secara
mendalam mengenai proses bisnis perusahaan.
3. Diagnosis Perusahaan, memiliki tujuan untuk mencari tahu permasalahan
kepemimpinan stratejik yang terjadi pada PT Stella Kwarta Tour & Travel.
4. Alternatif solusi bisnis dan solusi terbaik, memiliki tujuan untuk
menemukan alternatif solusi untuk memecahkan masalah dan menentukan
solusi terbaik.
5. Rencana Implementasi, memiliki tujuan untuk menentukan program dan
sumberdaya yang diperlukan dalam melaksanakan solusi yang sudah di
tetapkan.
Setelah mengetahui bagaimana tahapan dalam penulisan ini maka
disusunlah tahapan analisis yang merupakan pengembangan proses dari bagan
alir. Dalam Tahapan analisis dan pengembangan konsep ini penulis melakukan
proses aktifitas-aktifitas analisis dan didapatkan berupa hasil dari analisis-analisis
untuk dituliskan dalam tugas akhir.
16
• Analisis Proses bisnis
Aktifitas yang dilakukan berupa analisis kepemimpinan stratejik
perusahaan. Hasil dari aktifitas berupa strategi bisnis perusahaan.
• Permasalahan
Aktifitas yang dilakukan berupa menentukan penghambat atau
permasalahan yang menyebabkan gap dan menentukan akar masalah.
Hasil dari aktifitas berupa akar masalah dari gap yang terjadi.
• Alternatif Solusi
Aktifitas yang dilakukan berupa mengembangkan alternatif-alternatif
solusi. Hasil dari aktifitas berupa alternatif-alternatif solusi yang dapat
memecahkan akar permasalahan.
• Solusi Terbaik
Aktifitas yang dilakukan berupa proposisi nilai, pemilihan alternatif solusi
yang terbaik untuk memecahkan permasalahan. Hasil dari aktifitas berupa
sulusi terbaik untuk memecahkan masalah.
• Rencana Implementasi
Aktifitas yang dilakukan berupa menentukan sumber daya yang diperlukan
untuk implementasi dari solusi. Hasil dari aktifitas berupa sumber daya
yang diperlukan untuk implementasi.
17
Menyusun profil perusahaanTujuan: mendapatkan pemahaman secara mendalam
mengenai sejarah, profil, dan situasi bisnis
Diagnosis PermasalahanTujuan: Mencari tahu permasalahan kepemimpinan stratejik
PT Stella Kwarta
Alternatif Solusi dan Solusi terbaikTujuan: Menemukan Alternatif solusi dan menentukan
Solusi terbaik untuk memecahkan permasalahan
Rencana ImplementasiTujuan: menentukan sumber daya yang diperlukan untuk
implementasi dari solusi
Bisnis ProsesTujuan: mendapatkan pemahaman secara mendalam
mengenai proses bisnis perusahaan
Gambar 2.2. Bagan Alir Pemecahan Masalah
Sumber: Dibuat oleh penulis
18
2.2.4. Analisis Industri (Porter Five Forces)
Analisis industri dalam penelitian ini menggunakan porter five forces
analysis. Analisis industri dilakukan untuk mengetahui prospek industri dan
keadaan persaingan yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan tren
perkembangan ekonomi dan industri nasional maupun global.
Ancaman Pendatang Baru
Bisnis Tour & Travel masih berkembang luas di indonesiaPerusahaan dari luar negeri dapat masuk ke indonesia
Ancaman Produk Pengganti
Pengguna jasa dapat pergi sendiri ke tempat negara dituju tanpa perantara perusahaan Tour & TravelWisata Rohani dapat di lakukan di Indonesia
Barganing Power of SupplierHanya sedikit maskapai yang menuju tempat tujuanBiaya maskapai penerbangan yang berubah-ubahPT Stella Kwarta sudah bekerja sama dengan maskapai penerbangan
Bargaining Power of Buyer
Konsumen ingin layanan terbaik.Harga menjadi pertimbangan dalam pemilihan
Kebijakan Pemerintah
Tidak adanya hubungan diplomatik dengan negara yang ditujuKebijakan ekonomi
Rivalry
Persaingan harga Berbagai pilihan produk dan fasilitas yang diberikan pesaing
Gambar 2.3. Porter Five Forces Analysis
Sumber: Dibuat oleh penulis
• Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah tentang bisnis tour & travel ini berkaitan
dengan hubungan terhadap negara yang akan dituju. Kebanyakan PT Stella
Kwarta berhubungan dengan negara yang tidak memiliki hubungan
diplomatik dengan Indonesia. Tidak adanya hubungan diplomatik terhadap
negara yang dituju tersebut memiliki dampak terhadap lamanya proses
19
perijinan untuk mengeluarkan surat ijin perjalanan atau visa, yaitu selama
satu bulan. Dampak yang lainya yaitu apabila visa tidak dapat dikeluarkan
maka keberangkatan pelanggan ke luar negeri akan dibatalkan.
Kebijakan pemerintah yang sangat memiliki pengaruh besar dalam
bisnis PT Stella Kwarta yaitu kebijakan ekonomi. Kebijakan Ekonomi
yang memberikan kestabilan ekonomi pada Negara Indonesia dapat
berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar, karena penetapan
harga produk yang dilakukan dengan mata uang US dollar.
• Ancaman Produk Pengganti
Produk pengganti yang dapat menggatikan jasa PT Stella Kwarta
yaitu, wisata rohani dapat dilakukan di Indonesia dan tidak harus ke luar
negeri. Produk penganti ini dapat disediakan oleh bisnis tour & travel yang
mengelola wisata rohani untuk di Indonesia.
Pengguna jasa ini juga dapat melakukan perjalanan wisata rohani
tanpa menggunakan jasa tour & travel. Dengan tidak mengunakan jasa
tour & travel ini maka dapat mengakibatkan tingginya biaya yang akan
dikeluarkan dan sulitnya pegurusan surat perjalanan karena tidak adanya
hubungan diplomatik dengan negara yang dituju.
• Bargaining Power of Supplier
Berdasarkan hasil studi literatur dan wawancara dengan PT Stella
Kwarta, kekuatan pemasok sangatlah kuat dalam menentukan penawaran
harga. Hal ini dapat disebabkan antara lain:
Tidak adanya maskapai penerbangan yang dari Indonesia untuk
menuju tempat tujuan wisata rohani. Maskapai yang digunakan
oleh PT Stella Kwarta adalah maskapai penerbangan dari luar
negeri dan tidak semua maskapai penerbangan luar negeri memiliki
jalur penerbangan yang dituju. Faktor tersebut yang mengakibatkan
maskapai penerbangan dapat menetapkan harga yang tinggi untuk
perjalanan mencapai tempat tujuan.
20
Biaya maskapai penerbangan dapat berubah-ubah sesuai megikuti
harga minyak mentah dunia yang selalu berubah.
PT Stella Kwarta telah memiliki kerjasama dengan salah satu
maskapai penerbangan luar negeri dan telah dipercaya oleh
maskapai penerbangan tersebut selama bertahun-tahun. Dengan
adanya kerjasama ini maka PT Stella Kwarta mendapatkan harga
penerbangan yang tidak terlalu mahal dan dapat mengetahui
dengan cepat apabila harga tiket pesawat berubah.
• Ancaman Pendatang Baru
Bisnis tour & travel di Indonesia masih dapat berkembang
terutama bertambahnya penduduk Indonesia setiap tahunnya. Untuk jasa
yang memberikan wisata rohani seperti PT Stella Kwarta masih sedikit di
Indonesia sehingga potensi untuk perusahaan baru yang masuk dalam
bisnis ini sangat besar.
Perusahaan yang berasal dari luar negeri yang memberikan jasa
yang serupa seperti PT Stella Kwarta dapat masuk ke Indonesia.
Perusahaan dari luar negeri yang masuk ke Indonesia ini biasanya berasal
dari timur tengah dan biasanya merupakan perusahaan yang memiliki
pengalaman yang cukup lama dalam bisnis wisata rohani.
• Bargaining Power of Buyer
Biasanya konsumen hanya mengunakan jasa tour & travel hanya
sekali. Peningkatan taraf hidup akan meningkatkan daya beli konsumen
atau masyarakat. Maka dengan dapat disimpulakan bahwa konsumen
dapat memilih jasa tour & travel yang memiliki reputasi dan layanan
terbaik.
Di sisi lain, konsumen Indonesia yang memiliki status ekonomi
menengah ke atas hanyalah 24.86%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar masyarakat kita memiliki daya beli rendah dan berimplikasi pada
21
terbentuknya sifat price sensitive. Harga menjadi pertimbangan dalam
pemilihan terutama harga yang ditawarkan dalam bentuk US dollar.
• Rivalry
Pada industri tour & travel konsumennya sangat sensitif terhadap
harga sehingga persaingan antar kompetitor yang terjadi selama ini adalah
persaingan harga. Persaingan harga yang dilakukan sesama perusahaan
tour & travel sangat tinggi karena biasanya konsumen memilih dengan
harga yang murah dan memberikan fasilitas layanan yang baik.
Berdasarkan hasil wawancara di PT Stella Kwarta, produk-produk berupa
paket perjalanan wisata rohani beserta fasilitas-fasilitas layanan yang
diberikan merupakan pertimbangan yang sangat penting bagi konsumen
karena dapat berpengaruh pada penentuan harga yang diberikan.
2.2.5. Analisis SWOT
Analisis Srtength, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) digunakan
untuk menganalisa apa yang menjadi keunggulan, kelemahan, peluang, dan
ancaman perusahaan dalam kondisi industri dan persaingan yang sudah dijelaskan
seperti diatas.
• Kekuatan (Strength)
Kekuatan adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
organisasi atau program pada saat ini. Yang menjadi kekuatan (strength)
pada PT Stella Kwarta yaitu:
1. Perusahaan PT Stella Kwarta merupakan perusahaan yang fokus
pada binsis wisata rohani.
2. Loyalitas dan pengalaman yang dimiliki perusahaan sangat tinggi,
hal ini dibuktikan dengan lamanya pekerja minimal 2 tahun yang
masuk dalam perusahaan.
22
3. Perusahaan sudah lama berkecimpung dalam bisnis wisata rohani
ini sejak tahun 1996. Perusahaan ini sudah berdiri selama 12 tahun
dan memiliki pengalaman yang tinggi dalam bisnis ini.
4. PT Stella Kwarta memiliki kerjasama dengan salah satu maskapai
penerbangan yang berasal dari luar negeri yaitu Gulf Air.
• Kelemahan (Weakness)
Kelemahan (Weakness) adalah situasi atau kondisi yang merupakan
kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini. PT Stella Kwarta
memiliki kelemahan yaitu :
1. Lokasi perusahaan PT Stella Kwarta tidak berada pada pusat bisnis
di tengah kota Jakarta tetapi tempat perusahaan berada di sebuah
perumahan yang berada di Jakarta Timur.
2. Produk-produk yang di buat oleh perusahaan mudah ditiru oleh
perusahaan pesaing.
3. Karyawan perusahaan membutuhkan pelatihan-pelatihan yang
dapat meningkatkan kompetensi yang dibutuhkan.
4. PT Stella Kwarta hanya memiliki anggota pemimpin tim sebanyak
4 orang. Hal ini bagi dirasa kurang oleh banyaknya peserta dan
frekuensi keberangkatan sehingga dibutuhkan pemimpin tim
freelance yang berasal dari luar perusahaan.
• Peluang (Opportunity)
Peluang (Opportunity) adalah situasi atau kondisi yang merupakan
peluang di luar organisasi dan memberikan peluang berkembang
bagi organisasi di masa depan. PT Stella Kwarta memiliki peluang seperti:
1. Perusahaan sudah dikenal oleh masyarakat luas sebagai perusahaan
yang menyelengarakan wisata rohani. PT Stella Kwarta dikenal
luas karena bekerja sama dengan KWI.
23
2. Pengembangan pasar untuk bisnis wisata rohani di Indonesia masih
terbuka luas. Karena saat ini perusahaan yang bergerak dalam
bidang wisata rohani di Indonesia tidak terlalu banyak.
3. Keadaan ekonomi Indonesia semakin membaik dan jumlah
penduduk yang merupakan potential custromer bagi PT Stella
Kwarta.
• Ancaman (Threat)
Ancaman (Threat) adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi
yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi
organisasi di masa depan. Oleh karena itu yang menjadi ancaman PT
Stella Kwarta adalah:
1. Persaingan dengan competitor terhadap harga sangat tinggi.
2. Produk-produk yang diberikan kepada pelanggan berdasarkan
harga US dollar, dengan kurs rupiah terhadap dollar yang semakin
tinggi mengakibatkan semakin tinggi harga yang diberikan.
3. Stabilitas negara yang dikunjungi sangat berpengaruh terhadap
jumlah permintaan terhadap jasa. Pengguna jasa biasanya melihat
situasi terhadap situasi keamanan negara yang akan dituju, apabila
tidak memungkinkan maka keberangkatan dapat dibatalkan oleh
PT Stella Kwarta.
24
Gambar 2.4 Analisis SWOT
Sumber: Dibuat oleh penulis
2.2.6. Analisis Fase Pertumbuhan Perusahaan
Dari analisis SWOT, perusahaan dapat mengkonsolidasi faktor-faktor
eksternal strategis (peluang dan ancaman) di bawah kategori daya tarik industri,
dan dapat mengkonsolidasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan)
dibawah kategori posisi kompetitif. Sehingga perusahaan yang beroperasi dalam
salah satu industri dapat mempertimbangkan ketepatan beberapa strategi alternatif
perusahaan dengan mengkombinasikan daya tarik industri dan posisi kompetitif
perusahaan kedalam matriks 9 sel seperti pada Gambar 2.5. Gambar tersebut
menunjukan sembilan sel strategi perusahaan yang cocok dengan kategori
pertumbuhan, stabilitas, dan pengurangan.
25
2.2.6.1 Strategi Pertumbuhan (Growth)
Strategi perusahaan yang paling sering dicari adalah strategi yang
dirancang untuk mencapai pertumbuhan dalam penjualan, aktiva, laba, atau
kombinasi dari semuanya. Pertumbuhan yang berkelanjutan berarti penjualan
yang meningkat dan sebuah kesempatan untuk memanfaatkan kurva pengalaman
untuk menurangi harga pokok penjualan per unit, sehingga akhirnya menaikan
laba. Terdapat dua strategi dasar pertumbuhan: Konsentrasi pada satu industri dan
diversifikasi kedalam industri lain.
Konsentrasi Melalui Integrasi Vertikal (Sel 1). Pertumbuhan melalui
konsentrasi dalam industri perusahaan yang sekarang daoat dicapai melalui
integrasi vertikal, yaitu mengambil alih fungsi yang semula dilakukan pemasok
(integrasi ke belakang) atau oleh distributor (integrasi ke depan). Daya tarik
industri membuat perusahaan tetap tinggal dalam industri tersebut. Daya tarik
tersebut akan mengakibatkan pada semakin banyaknya persaingan karena banyak
pesaing baru masuk ke dalam industri, dan pesaing yang sekarang berusaha
menaikan penjualan mereka.
Konsentrasi Melalui Integrasi Horisontal (Sel 2). Pertumbuhan perusahaan
yang dilakukan dengan berkonsentrasi pada industri yang sekarang, dapat dicapai
malalui integrasi horisontal, yaitu dengan cara memperluas kegiatan-kegiatan
perusahaan ke dalam lokasi geografi yang berbeda dan atau dengan menambah
rentang produk dan jasa yang ditawarkan kepada pasar.
Diversifikasi Konsentris (Sel 7). Pertumbuhan melalui diversifikasi ke dalam
industri yang berkaitan merupakan strategi perusahaan yang tepat apabila
perusahaan memiliki posisi kompetitif yang kuat tetapi daya tarik industri rendah.
Penekanan pada strategi tersebut adalah membangun pada kemampuan dan
sumberdaya kunci perusahaan. Perusahaan mencoba mempertahankan kesesuaian
strategis dalam industri baru, dimana perushaan dapat mengaplikasikan
pengetahuan produk, kemampuan pemanufakturan, dan keterampilan
pemasarannya yang digunakan secara efektif dalam industri.
26
Diversivikasi Konglomerat (Sel 8). Pertumbuhan melalui diversivikasi keluar
dari sebuah industri dan masuk kedalam industri yang tidak berkaitan, merupakan
strategi perusahaan yang cocok apabila posisi kompetitif peruhsaan rata-rata dan
daya tarik industrinya rendah. Kedua faktor tersebut mendorong peruhsaan untuk
mengalihkan upaya-upaya pengembangannya kedalam industri lain.
2.2.6.2 Strategi Stabilitas (Stability)
Kategori stabilitas pada strategi perusahaan paling cocok untuk peruhsaan
yang cukup sukses beroperasi pada industri dengan daya tarik yang sedang-sedang
saja. Daya tarik industri tersebut dinilai sedang karena
1. Industri tersebut menghadapai pertumbuhan yang biasa bahkan tidak ada
pertumbuhan.
2. Kekuatan-kekuatan utama dalam lingkungan tersebut berubah dan masa
depanya tidak pasti.
Beberapa strategi stabilitas yang lebih populer adalah strategi berhenti sejenak,
berlanjut dengan waspada, tidak berubah dan laba.
Berhenti Sejenak atau Berlanjut Dengan Waspada (Sel 4). Perusahaan dengan
posisi kompetitif yang kuat dalam industri yang berdaya tarik cukup, mungkin
tidak akan mengejar perubahan signifikan dalam strategi perusahaannya. Strategi
berhenti sejenak tepat digunakan sebagai strategi tepat digunakan sebagai strategi
sementara untuk memungkinkan perusahaan melakukan konsolidasi
sumberdayanya setelah pertumbuhan yang pesat dalam industri, yang saat ini
menghadapi masa depan yang tidak pasti.
27
Strategi Tidak Berubah atau Laba (Sel 5). Perusahaan dapat mengejar strategi
tidak berubah atau stabilitas laba apabila ia beroperasi dalam industri dengan daya
tarik sedang dan hanya memiliki posisi kompetitif yang rata-rata. Stabilitas relatif
yang diciptakan oleh posisi kompetitif sederhana perusahaan, di dalam industri
yang menghadapi pertumbuhan kecil atau bahkan tidak ada, mendorong
perusahaan untuk melanjutkan kegiatannya saat itu, dan hanya melakukan
penyesuaian kecil bagi inflasi dalam tujuan penjualan dan labanya.
2.2.6.3 Startegi Pengurangan (retrenchment)
Strategi pengurangan dapat dilakukan ketika sebuah perusahaan memiliki
posisi kompetitif yang lemah tanpa memandang daya tarik industrinya. Posisi
kompetitif yang lemah biasanya mengakibatkan kinerja yang buruk, penjualan
menurun dan laba berubah menjadi kerugian. Strategi pengurangan diantaranya
adalah strategi berputar, jual habis dan likuidasi.
Strategi Berputar (Sel 3). Strategi berputar adalah yang paling tepat untuk
perusahaan yang berada pada industri yang sangat menarik dan masalah-masalah
perusahaan merembes tapi tidaklah kritis. Strategi ini menekankan peningkatan
efisiensi operasional. Dua fase strategi ini adalah kontraksi dan konsolidasi.
Jual Habis (Sel 6). Sebuah perusahaan dengan posisi kompetitif lemah pada
industri berdaya tarik sedang (atau mingkin menurun) mungkin tidak akan mampu
melakukan strategi berputar. Strategi jual habis adalah strategi yang masuk akal
apabila perusahaan tidak melihat adanya cara untuk membangun beberapa
kekuatan atau menghilangkan kelemahan-kelemahanya, dan manajemen percaya
bahwa industri tersebut tetap tidak akan menarik dalam waktu dekat ini.
Kebangkrutan atau Likuidasi (Sel 9). Ketika sebuah perusahaan mendapat
dirinya dalam situasi terburuk yang menungkin terjadi, dengan posisi kompetitif
yang lemah dan daya tarik industri yang rendah, alternatif keputusan manajemen
menjadi terbatas dan semuanya tidak memungkinkan untuk berkembang.
28
Kuat Rata-rata Lemah1 2 3
Pertumbuhan Pertumbuhan PenguranganIntegrasi Vertikal Integrasi Horisontal Berputar
4 5 6Stabilitas Stabilitas PenguranganBerhenti sejenak atau Strategi tidak berubah Perusahaan terikatberlanjut dengan atau Strategi laba atau jual habiswaspada
7 8 9Pertumbuhan Pertumbuhan PenguranganDiversifikasi Diversifikasi KebrangkutanKonsentris Konglomerat atau likuidasi
Seda
ng
Daya
Tar
ik In
dust
riKekuatan Bisnis/Posisi Kompetitif
Ting
giRe
ndah
Gambar 2.5. Model Strategi Perusahaan
Sumber: J.D. Hunger, E.J. Flynn, dan T.L. Wheelen, “Contingency Corporate Strategy: A Proposed Typology with Research Proposition.”
Faktor internal PT Stella Kwarta mempunyai sumber daya yang baik
terutama pengalamannya yang sudah lama dalam bisnis wisata rohani.
Lingkunagn luar industri bisnis wisata rohani masih mendukung terutama karena
perkembanggan jumlah penduduk serta belum banyaknya perusahaan sejenis yang
bergerak dalam bidang bisnis wisata rohani untuk kalangan umat Kristen.
Berdasarkan perkembangan di atas dengan menggunakan model strategi
perusahaan maka strategi yang harus dilakukan oleh PT Stella Kwarta Tour &
Travel adalah pertumbuhan (growth).
Pada strategi pertumbuhan perusahaan dilihat dari model strategi
pertumbuhan, strategi growth terbagi dari dua strategi dasar pertumbuhan:
konsentrasi pada satu industri dan diversifikasi kedalam industri lain. Apabila
sebuah perusahaan ditunjukan dengan tingkat pertumbuhan industri saat ini dan
kriteria lain cukup menarik sedangkan pemusatan sumber daya dalam industri
tersebut cukup baik maka lebuh baik dengan strategi pertumbuhan dangan
konsentrasi integrasi. Namun apabila industri sekarang tidak lagi menarik,
29
perusahaan mungkin harus mencoba melakukan diversifikasi keluar dari industri
tersebut untuk mengejar pertumbuhan.
Berdasarkan dari observasi lapangan dan wawancara PT Stella Kwarta
lebih tepat menerapkan strategi pertumbuhan melalui Integrasi Horisontal.
Strategi Pertumbuhan Melalui Integrasi Horisontal ini bisanya perusahaan
memiliki tujuan umumnya adalah meningkatkan penjualan dan laba dengan cara
mendapatkan sekala ekonomis yang lebih besar guan menghindari kerugian
penjualan dan laba sekarang ataupun yang akan datang, pada saat ini PT Stella
Kwarta lebih memfokuskan pada pemasaran jasanya. Biasanya perusahaan juga
memperkokoh dan memperkuat kehadiranya di industri. Pada saat ini yang aktif
memasarkan produk-produk mengadakan pertemuan-pertemuan dengan calon
konsumen di luar daerah, sedangkan bagian marketing hanya membuat program-
program saja. Sedangan untuk cabang perusahaan di luar Jakarta hanya berada di
Surabaya, untuk kota-kota besar lainya di Indonesia PT Stella kwarta hanya
mengandalkan agen-agen freelance dan beberapa promosi-promosi yang
dilakukan PT Stella Kwarta.
2.2.7 Siklus Kekuasaan pada Perusahaan Keluarga
PT Stella Kwarta merupakan perusahaan keluarga. Meskipun pendiri
perusahaan merupakan kekuatan utama dalam memulai perusahaan wirausaha,
kebutuhan akan dukungan bisnis dan bantuan keuangan akan membuat mereka
lebih mempercayai anggota keluarga daripada orang lain yang belum dikenalnya.
Cepat atau lambat, pendiri akan melibatkan pasangan atau anaknya kedalam
bisnis, karena:
1. Standar hidup keluarga terkait langsung dengan bisnis,
2. Pendiri hanya sekedar membutuhkan bantuan untuk menjalankan operasi
bisnisnya.
Anggota keluarga merupakan aset penting berharga bagi seorang
wirausahawan karena mereka bersedia mendukung bisnisnya dengan memberikan
30
jam kerja yang panjang. Meskipun pasangan dan anak-anak tidak memilki saham
perusahaan secara resmi, mereka menyadari bahwa mereka akan segera
mendapatkannya, mungkin melalui warisan bisnis yang diterimanya.1 Terdapat
beberapa tahap dalam siklus transfer kekuasaan pada perusahaan keluarga yang
akan dijelaskan dibawah ini dan gambar 2.6.
Tahap 1. Bisnis yang dikelola pendiri atau penerus.
Tahap 1 mulai awal bisnis atau meneruskan bisnis sampai anggota keluarga lain
masuk ke dalam bisnis. Pertimbangan keluarga akan mempengaruhi tetapi belum
mendominasi perusahaan. Pada saat ini pendiri dan bisnis adalah satu. Pada saat
tahap ini PT Stella Kwarta didirikan oleh Bapak Jonki Koeswara di Jakarta pada
tanggal 11 Januari 1996.
Tahap 2. Pelatihan dan Pengembangan Generasi Baru.
Tahap 2 anak-anak mulai belajar bisnis dari sekedar obrolan di ruang makan
selama masa kanak-kanak dan kemudian beranjak menjadi paruh waktu dan
menjadi karyawan ketika liburan. Keluarga dan bisnis menjadi satu, dimana
keluarga mulai mengidentifikasi dirinya dengan bisnis. Pada tahap ini Bapak
Jonki Koeswara sudah mulai mengajak anak-anaknya masuk dalam bisnis
keluarga, dimulai dari anak kedua yaitu bapak Michael Rizal Koeswara yang pada
awalnya masuk perusahaan hanya membantu-membantu sekedarnya. Lalu setelah
anak kedua masuk perusahaan diikuti oleh anak pertama dan anak ketiga Bapak
Jonki Koeswara, kesemua anaknya berkecimpung dalam bisnis di PT Stella
Kwarta bermula dari membantu apa adanya dan tidak diberi spesifikasi pekerjaan
khusus.
Tahap 3. Kemitraan antar generasi.
Tahap tiga ini seseorang anak dari pendiri telah mendapatkan keterampilan
manajerial dan bisnis yang memadai sehingga ia dapat dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan penting perusahaan. Sebagai keturunan pendiri, sang anak
1 Wheelen L. Thomas, Hunger J. David; “Strategic Management and Business Polecy”. Prentice Hall, New York, 2001. Halaman 332.
31
mendapat rasa hormat dari para karyawan dan manajer, serta menunjukan bahwa
ia dapat bekerja dengan baik. Pada tahap ini anak-anak dari Bapak Jonki
Koeswara sudah mendapatkan pengalman dan keterampilan untuk menjalankan
perusahaan. Anak-anak dari Bapak Jonki Koeswara saat ini sudah masuk dalam
jajaran manajemen dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam
perusahaan serta memiliki keterampilan berupa pemandu tur yang profesional di
bidangnya.
Tahap 4. Transfer kekuasaan.
Tahap ini seorang pendiri usaha memiliki alternatif untuk menjual bisnis ketika
tidak dapat lagi mengelola bisnis, atau ia dapat memilih untuk menyerahkan
kepemilikian bisnisnya kepada keturunannya sebagai warisan. Sering kali pendiri
beralih fungsi menjadi Komisaris Utama dan mempromosikan salah satu anaknya
untuk menjadi CEO.
PT Stella Kwarta pada kenyataanya saat ini berada pada tahap 3 Kemitraan antar
generasi dan akan dilanjutkan pada tahap 4 Transfer kekuasaan. Saat ini anak-
anak Bapak Jonki Koeswara sudah masuk dalam jajaran manajemen, dan sudah
dilibatkan dalam pengambilan keputusan-keputusan penting dalam perusahaan.
Sedangkan dari segi umur dan pengalaman anak-anak Bapak Jonki Koeswara
sudah cukup memadai untuk meneruskan usaha orang tuanya. Sehingga sudah
saatnya Bapak Jonki Koeswara yang saat ini sudah berumur 64 tahun untuk
mempersiapkan penerus atau siapa yang paling cocok dari kempat anaknya untuk
menjalankan bisnis perusahaannya.
32
Gambar 2.6. Tahapan Transfer Kekuasaan dalam Bisnis Keluarga
Sumber: Dibuat oleh penulis
2.2.8 Hubungan Visi dan Misi Dengan Kepemimpinan Stratejik
Suksesi merupakan sebuah perjalanan panjang yang merupakan bagian
dari bisnis keluarga. Suksesi memberikan harapan terhadap impian. Impian yang
menjadi visi bersama dalam rangka membangun bisnis keluarga. Suksesi sendiri
menadi rencana strategis yang harus dilaksanakan untuk menopang sistem
manajemen perusahaan. Suksesi sendiri cenderung mendukung visi perusahaan
dan merupakan gambaran serta harapan yang dicita-citakan oleh perusahaan
sendri. Visi juga menjadi tujuan yang diharapkan, dan dari harapan inilah yang
dapat memicu kemajuan perusahaan. Visi di dalam bisnis keluarga merupakan
sebuah harapan dari keluarga, yaitu orang tua yang mengharapkan bisnis
keluarganya dapat maju dan berkembang terus.
33
Visi Membantu orang - orang Kristen untuk mengalami
Allah dalam diri Yesus Kristus dan Bunda Maria dengan pertolongan Roh Kudus.
Misi Membawa orang Kristen ke tempat - tempat suci
dimana Yesus pernah lahir, hidup, berkarya dan wafat serta juga mengunjungi tempat - tempat dimana
Bunda Yesus, Maria menyapa umat manusia melalui penampakkan - penampakkannya.
Suksesi
Gambar 2.7. Hubungan Visi-Misi Dengan Kepemimpinan Stratejik
Sumber: Dibuat oleh penulis
2.3 Akar Permasalahan
Berdasarkan analisis situasi bisnis di atas, maka dapat digambarkan
beberapa akar masalah dan gejala yang timbul. Peraliahan kepemimpinan pada PT
Stella Kwarta yang menjadi permasalahan utama dalam kelanjutan bisnis keluarga
ini. Gambar 2.8 merupakan tool Fishbone Diagram masalah dan gejala yang
dialami oleh PT Stella Kwarta
34
Gambar 2.8. Fishbone Diagram
Sumber: Dibuat oleh penulis
Setelah mengetahui sumber-sumber masalah yang terdapat pada PT Stella
Kwarta melalui analisis situasi bisnis diatas maka dapat dilihat akar penyebabnya
dengan tool Fishbone Diagram. Dari akar penyebab dapat ditemukan solusi-solusi
yang akan dipecahkan. Berikut merupakan pembahasan lebih lanjut mengenai
masalah-masalah yang timbul.
• Generasi Penerus
Sindrom Pangeran Charles yang tak kunjung menjadi the Real
King ini juga melanda di dunia bisnis perusahaan keluarga. Generasi
pertama seolah-olah enggan melepaskan tahtanya dan belum mau pensiun
meski usia sudah sepuh. Para pendiri ini sepertinya belum rela
menyerahkan tongkat komando seutuhnya kepada generasi penerusnya
yang sejatinya sudah lama bergabung ikut membesarkan perusahaan.
Bisnis keluarga akan terus berkelanjutan bila suksesi berjalan mulus dan
optimal. Mengingat prosesnya yang panjang, sebagian pengusaha sudah
melakukan perencanaan sejak anak masih kecil. Kebanyakan pendiri
perusahaan keluarga berharap salah satu anggota keluarganya bisa menjadi
35
generasi penerus. Faktanya, tidak jarang pemilik dihadapkan pada masalah
putera mahkota yang belum siap menerima takhta sehingga keinginan para
pemilik perusahaan keluarga menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan
kepada anaknya tak selamanya bisa terwujud. Ada yang anak-anaknya
masih terlalu kecil, calon pewaris tidak berminat, atau kapasitas anak
kurang memenuhi standar sebagai pemimpin perusahaan yang
dipersyaratkan orang tuanya.
• Pendiri
Bagi pendiri, perusahaan merupakan bagian dari identitas mereka.
Mereka khawatir apakah penerus mereka akan menghormati warisan
pendahulunya atau malah menghancurkannya. Orang tua masih belum
sepenuhnya yakin bahwa si anak telah menyerap nilai-nilai yang ia yakini
serta memiliki visi bisnis dan passion yang sama dengan dirinya. Faktor
kepercayaan ini agak sulit didapat si anak karena persepsi orang tua
terhadap perbedaan latar belakang atau orang tua beranggapan dirinya
memiliki passion yang tinggi karena benar-benar membangun bisnis dari
bawah sementara si anak tinggal melanjutkan dan generasi penerus
menghayati bisnis tidak sekental yang dirasakan generasi sebelumnya.
One Man Show di sebabkan karena kekhawatiran terhadap masa
depan bisnisnya di tangan penerus. Mereka merasa penerusnya kurang
kapabel, atau memiliki visi yang berbeda dari dirinya. Di samping itu
”mainan” (bisnis) yang di bangun dari awal memang telah menjadi darah
dagingnya. Pendiri perusahaan merasa bahwa ia adalah figur yang
dominan dalam perusahaan. Pada kondisi tertentu hal ini memang
diperlukan karena tanpa adanya dominasi dan kegigihan maka perusahaan
tidak akan bergerak maju. Namun hal ini dapat merugikan perusahaan
manakala terjadi perubahan situasi lingkungan.
Memilih salah seorang dari anak-anak untuk melanjutkan
kepemimpinan bagi orang tua bukanlah hal yang mudah karena hal ini
dapat berpotensi menyalahi memberikan perlakuan yang sama kepada
36
setiap anak, disamping tertentu saja bakat dan karakter yang berbeda-beda
dari setiap anak.
• Internal Perusahaan
Dilema dalam bisnis keluarga biasanya bersumber dari generasi tua
yang tak mau sepenuhnya hilang pengaruhnya di perusahaan yang
didirikannya. Generasi tua akan selalu menjadi bayang-bayang dan mereka
tidak mau pensiun. Meski sudah membagi-bagi tugas tapi mereka belum
meninggalkan perusahaan sepenuhnya. Hal tersebut sebagian disebabkan
tuntutan orang-orang di sekitarnya. Mereka masih lebih suka bertanya dan
mengandalkan orang tua-nya ketimbang anak-anaknya. Masih kuatnya
pamor orang tua juga tidak terlepas dari pandangan para karyawan sendiri
yang selalu menganggap perusahaan masih berada dalam tidak stabil,
sehingga kehadiran dirinya dirasakan masih sangat diperlukan.
Keadaan perusahaan saat ini merupakan hal yang penting dalam
perencanaan suksesi karena dengan mengetahui keadaan perusahaan dapat
menentukan kebutuhan seorang pemimpin yang cocok dalam kondisi
perusahaan saat ini dan kondisi perusahaan dapat juga mencerminkan
kesiapan anggota organisasi. Karena proses suksesi memiliki derajat
sensitivitas tinggi, maka diperlukan kesiapan anggota organisasi secara
keseluruhan dalam menghadapi suksesi.
Suksesi dapat merubah struktur organisasi perusahaan, maka perlu
dipikirkan posisi-posisi yang baru bagi anggota keluarga dan karyawan.
Anggota keluarga yang masuk dalam perusahaan perlu dipikirkan posisi
yang sesuai agar mereka dapat memperoleh pengaruh di perusahaan dan
tidak terjadi perpecahan.
• Keluarga
Struktur kepemilikan perusahaan akan berubah setelah terjadi
suksesi, kepemilikan perusahaan akan di bagi-bagi kepada generasi
penerus. Yang menjadi permasalahan dalam struktur kepemilikan ini
37
adalah seberapa besar kepemilikan yang harus di berikan kepada masing-
masing generasi penerus agar tidak terjadi konflik antar keluarga.
Kesiapan anggota keluarga dalam menghadapi suksesi sangatlah
penting untuk kelangengan perusahaan dalam dunia bisnis. Permasalahan
dari perencanaan suksesi adalah karena anggota keluarga menggangap
suksesi berkaitan dengan kematian dan diskusi mengenai masalah suksesi
dianggap sebagai refleksi kebencian terhadap salah satu anggota keluarga.