BAB II baru -...

23
9 BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Lanjut Usia 1. Pengertian Lanjut Usia Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan- perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau untuk mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Darmojo, 2009 hal: 3). Lansia merupakan suatu proses yang alami yang ditentukan oleh tuhan yang maha esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua adalah masa hidup manusia yang terakhir. Di masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011 hal: 1). 2. Batasan-batasan Lanjut Usia WHO menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 79 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Azizah, 2011hal: 2).

Transcript of BAB II baru -...

9

BAB II

TINJAUAN KONSEP DAN TEORI

A. Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut Usia

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau untuk

mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang di derita (Darmojo, 2009 hal: 3).

Lansia merupakan suatu proses yang alami yang ditentukan oleh

tuhan yang maha esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi

tua dan masa tua adalah masa hidup manusia yang terakhir. Di masa

ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial secara

bertahap (Azizah, 2011 hal: 1).

2. Batasan-batasan Lanjut Usia

WHO menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis

atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age)

antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60

dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 79 sampai 90 tahun, dan usia

sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Azizah, 2011hal: 2).

10

Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 seorang dikatakan

sebagai lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55

tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya

sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. UU No. 13 tahun

1998 tentang kesejahteraan lanjut usia bahwa lanjut usia adalah

seseorang yang mencapai usia 60 keatas (Azizah, 2011 hal:2).

3. Perubahan Fisiologis Sistem Kardiovaskuler pada Lanjut Usia

Jantung dan pembuluh darah memberikan oksigen dan nutrien

pada setiap sel hidup yang diperlukan untuk bertahan hidup, tanpa

fungsi jantung kehidupan akan berakhir. Penurunan fungsi sistem

kardiovaskuler telah memiliki dampak pada sistem yang lainnya,

namun pada kondisi tanpa penyakit yang berat jantung lansia mampu

menyediakan suplai darah yang mengandung oksigen secara adekuat

untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Semakin besar jumlah lansia yang

menderita penyakit kardiovaskuler menyebabkan semakin sulit untuk

mempelajari penuaan yang normal (Stanley, 2007 hal:178).

Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik

struktural maupun fungsional seiring dengan meningkatnya usia. Area

permukaan di dalam jantung yang telah mengalami aliran darah

dengan tekanan tinggi seperti pada katub aorta dan katub mitral,

mengalami penebalan dan terbentuknya penonjolan sepanjang garis

katub elastisitas pembuluh darah menurun. Kekakuan pada bagian

dasar pangkal aorta mengalami pembukaan katub secara lengkap

11

sehingga menyebabkan obstruksi parsial terhadap aliran darah selama

denyut sistole. Tidak sempurnanya pengosongan ventrikel dapat terjadi

selama waktu peningkatan denyut jantung (demam, stres, dan olah

raga) dan gangguan pada arteri koroner dan sirkulasi sistemik (Stanley,

2007 hal :179).

Penebalan pada jaringan elastis dan retikuler dengan infiltrasi

lemak jerjadi pada daerah nodus sinoatrial (SA). Dengan

bertambahnya usia, sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan

tidak lurus. Perubahan ini terjadi akibat peningkatan serat kolagen dan

hilangnya serat elastit dalam lapisan medial arteri. Lapisan intima

arteri menebal dengan peningkatan deposit kalsium. Proses perubahan

yang berhubungan dengan penuaan ini meningkatkan kekauan dan

ketebalan yang disebut dengan arteriosklerosis. Sebagai suatu

mekanisme kompensasi, aorta dan arteri besar lain secara progresif

mengalami dilatasi untuk menerima lebih banyak volume darah.

Katub-katub vena menjadi tidak kompeten atau gagal untuk menutup

secara sempurna (Stanley, 2007 hal:179).

12

B. Konsep Hipertensi Pada Lanjut Usia

1. Pengertian

Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik

dan sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah

serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50

tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring

bertambahnya usia (Stockslager , 2008).

Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering

ditemukan menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner.

Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh

penyakit jantung dan serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut

dibedakan atas:

a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg

dan atau tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg.

b. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160

mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho,

2008).

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa hipertensi lanjut usia dipengaruhi

oleh faktor usia.

2. Tanda dan gejala hipertensi pada lansia

Semua penyakit degeneratif pada lanjut usia, hipertensi biasanya

tidak memberi gejala apapun atau gejala yang timbul samar-samar.

13

Seringkali yang terlihat adalah gejala dari akibat penyakit, komplikasi,

atau penyakit yang menyertai (Darmojo, 2009).

Menurut Stockslager (2008) tanda dan gejalanya adalah:

a. Terbangun dengan sakit kepala pada bagian oksipital, yang berkurang

secara spontan setelah beberapa jam, gejala biasanya terkait dengan

hipertensi berat

b. Pusing

c. kehilangan ingatan

d. palpitasi

e. keletihan

f. impotensi.

Dengan keterlibatan vaskuler:

a. perdarahan hidung

b. urine berdarah

c. kelemahan

d. penglihatan kabur

e. nyeri dada dan dispnea yang dapat menandakan keterlibatan jantung

f. tremor lambat

g. mual dan muntah

h. peningkatan tekanan darah diastolik ketika orang tersebut mengubah

posisi dari duduk menjadi berdiri (yang menandakan hipertensi

esensial)

14

i. penurunan tekanan darah dengan perubahan dari posisi duduk

keberdiri (menandakan hipertensi sekunder)

j. edema perifer pada tahap lanjut ketika terjadi gagal jantung

k. hemoragi, eksodat, dan edema papil menunjukkan evaluasi

oftalmoskopik pada tahap lanjut (jika retinopati hipertensif terjadi).

l. Stenosis atau oklusi yang dideteksi selama auskultasi arteri karotis

untuk bising arteri

m. Bising abdomen terdengar tepat digaris tengah umbilikus kanan atau

kiri atau pada pinggang jika terdapat stenosis arteri ginjal; juga

terdengar bising di atas aorta abdomen dan arteri femoralis

n. Masa yang berdenyut dan teraba di abdomen menunjukkan aneurisma

abdomen

o. Pembesaran ginjal yang mengarah pada penyakit polikistik salah satu

penyebab hipertensi sekunder.

3. Pembagian Hipertensi

Hipertensi diklasifikasikan berdasarkan tipe, penyebab :

a. Hipertensi esensial (primer atau idiopatik)

Penyebab pasti masih belum diketahui. Riwayat keluarga obesitas diit

tinggi natrium lemak jenuh dan penuaan adalah faktor pendukung.

b. Hipertensi sekunder

Akibat penyakit ginjal atau penyebab yang terindentifikasi lainya

( Stockslager , 2008).

15

Jenis hipertensi pada lanjut usia berdasarkan klasifikasi dari JNC-IV

dibedakan:

1) Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension)

Terdapat 6-12% penderita diatas usia 60 tahun, terutama pada wanita.

Insiden meningkat seiring bertambahnya usia.

2) Hipertensi diastolik (Diastolic hypertension)

Terdapat antara 12-14% penderita diatas usia 60 tahun, terutama pda

pria. Insiden menurun dengar bertambahnya umur.

3) Hipertensi sistolik-diastolik

Terdapat 6-8% penderita usia >60 tahun, lebih banyak pada wanita.

Meningkat dengan bertambahnya umur (Darmojo, 2009).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia

Menurut Darmojo (2009), faktor yang mempengaruhi hipertensi pada

lanjut usia adalah:

a. Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah nefron akibat

proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi

glomerulo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.

b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan

bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau

penurunan kadar natrium.

c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua

akan meningkatakan resistensi pembuluh darah perifer yang

mengakibatkan hipertensi sistolik.

16

d. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi

endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan

subtansi kimiawi lain yang kemudian meyebabkan resorbi natrium di

tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer

dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.

5. Penatalaksanaan hipertensi pada lansia

Melaksanakan terapi anti hipertensi perlu penetapan jadwal rutin

harian minum obat, hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan

stroke dan serangan jantung. Mencatat obat-obatan yang diminum dan

keefektifan mendiskusikan informasi ini untuk tindak lanjut (Stoskslager,

2008).

Pengobatan hipertensi pada usia lanjut sangatlah mudah apabila

hipetensi hanya merupakan satu-satunya kelainan yang diderita lansia.

Akan tetapi menjadi rumit bila terjadi komplikasi dan adanya penyakit

komorbid pada berbagai organ. Tujuan dari pengobatan pada lansia ini

adalah untuk menurunkan tekanan darah dengan memperhatikan

terdapatnya penyakit penyerta (kormobid) dan komplikasi organ terget

yang telah terjadi (Darmojo, 2009).

Menurut Darmojo (2009) upaya pengobatan non farmakologis

pada lansia antara lain: berhenti merokok, penurunan berat badan yang

berlebihan, berhenti atau mengurangi asupan alkohol, mengurangi asupan

garam.

17

a. Penatalaksanaan nonfarmakologi

Menurut Wijaya & Putri (2013) adalah:

1) Pertahankan berat badan yang ideal

Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai body mass indek

(BMI) dengan rentang 18,5 sampai 24,9 kg/m2. BMI dapat

diketahui dengan membagi berat badan dengan tinggi badan yang

telah dikuadratkan dalam satuan meter. Mengatasi obesitas dapat

dilakukan dengan diet rendah kolesterol, jika berhasil menurunkan

berat badan 2,5 sampai 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat

diturunkan sebanyak 5 mmHg.

2) Kurangi asupan natrium

Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet

rendah garam yaitu; tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6

gram NaCl atau 2,4 gram/hari) jumlah yang lain mengurangi

asupan garam sampai kurang dari 2300 mgram atau 1 sendok teh

setiap hari. Pengurangan konsumsi garam menjadi setengah sendok

teh perhari dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg

dan tekan diatolik sekitar 2,5 mmHg.

3) Batasi konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol harus dibatasi karena dapat meningkatkan

tekanan darah. Para peminum berat mempunyai risiko mengalami

hipertensi 4 kali lebih besar dari pada mereka yang tidak minum

minuman beralkohol.

18

4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet

Pertahankan asupan diet potasium (kurang 90 mmol atau 350

mgram perhari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur

dan diet rendah lemah dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh

dan lemak total. Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan

meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama air seni.

Dengan setidaknya mengkonsumsi buah-buahan sebanyak 3 sampai

5 kali dalam sehari.

5) Menghindari merokok

Merokok dapat meningkatkan risiko komplikasi pada pasien

hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari

karena dapat memperberat hipertensi. Nikotin dalam tembakau

membuat jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan

pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta

tekanan darah, maka dianjurkan untuk menghentikan merokok.

6) Manajemen stres

Stres dapat menjadi faktor utama penyebab tekanan darah tinggi.

Teknik-teknik relaksasi seperti latihan pernafasan dalam, yoga,

relaksasi otot progresif, biofeedback dan hypnosis semuanya

terbukti dalam menurunkan tekanan darah. Meskipun efeknya

hanya kecil. Teknik pengurangan stres merupakan komponen yang

diperlukan dalam program penurunan darah secara alami.

19

7) Terapi masage (pijit)

Pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi

adalah untuk memperlancar alian energi dalam tubuh sehingga

gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat di minimalisir, ketika

semua jalur energi trbuka dan aliran darah energi tidak lagi

terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko

hipertensi dapat ditekan.

b. Pengobatan farmakologi

Penatalaksanaan dengan obat pada penderita hipertensi menurut (

Wijaya & Putri, 2013) dalam bukunya adalah:

1) Diuertik (hidrokluorotizid)

Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan tubuh

berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih

ringan.

2) Penghambat simpatik (methildopa, clonidin dan resepin)

Menghambat aktivitas saraf simpatis.

3) Beta-blocker (metoprolol, propanol dan atenol)

(a) Menurunkan daya pompa jantung

(b) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui

mengidap gsnggusn pernapasan seperti asma bronkial.

(c) Pada penderita DM: dapat menutupi hipoglikemia.

4) Vasodilator (prasosin, hidralasin)

20

Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos

pembuluh darah.

5) ACE inhibitor (captopril)

(a) Menghambat pembentukan zat angiotensin II

(b) Menurunkan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri

(c) Efeksamping: batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

6) Penghambat reseptor angiotensin II (valsartan)

Menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor sehingga

memperingan daya pompa jantung.

7) Antagonis kalsium (diltiasem dan verapamil)

Mengahambat kontraksi jantung (kontraktilitas), menyebabkan

melebarnya pembuluh darah.

6. Komplikasi

Menurut Waijaya & Putri (2013) menyatakan bahwa apabila tekanan

darah tinggi tidak diobati dan ditanggulangi dalam jangka panjang akan

mengakibatkan kerusakan arteri didalam tubuh. Komplikasi daat terjadi

pada organ- organ tersebut antara lain:

a. Jantung

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung

dan penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja

jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang

21

elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak

mampu lagi memompa sehingga bayak cairan bertahan di paru

maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas dan

oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.

b. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko stroke, apabila

tidak diobati risiko terkan stroke 7 kali lebih besar.

c. Ginjal

Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan

darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem penyaringan

didalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang

zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah

dan terjadi penumpukan didalam tubuh.

d. Mata

Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati

hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.

22

C. Konsep Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah unit terkecil dari massyarakat yang terdiri dari

atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di

suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Jhonson dan Lenny, 2010).

Menurut Friedman (1998) keluarga adalah sekumpulan orang yang

dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi dan kelahiran yang

bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari

individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang

saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama.

2. Tujuan Dasar Keluarga

Karena keluarga adalah unit dasar dari masyarakat maka memiliki

pengaruh yang kuat terhadap perkembangan individu-individuyang dapat

menentukan keberhasilan kehidupan individu tersebut. Keluarga

berfungsi sebagai perantara antara masyarakat dan individu, yakni

mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan

memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran

anggotanya untuk menerima peran di masyarakat (Padila, 2012, hal:22).

23

3. Struktur Keluarga

Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas:

a. Pola dan proses komunikasi

Komunikasi menunjuk kepada proses tukar menukar perasaan,

keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan opini-opini. Komunikasi

keluarga sebagai suatu proses simbolik, transaksional untuk

menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga. Pola

interaksi keluarga yang berfungsi; 1) bersifat jujur dan terbuka, 2)

selalu menyelesaikan konflik kelurga, 3) berfikiran positif, dan 4)

tidak mengulang-ulang dan pendapat sendiri.

Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk:

a) Karakteristik pengirim:

(1) Secara tegas menyatakan masalah

(2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas

(3) Selalu meminta dan menerima umpan balik

b) Karakteristik penerima:

(1) Siap mendengarkan

(2) Memberi umpan balik

(3) Melakukan validasi

b. Struktur peran

Terdapat sejumlah posisi yang didefinisikan sebagai posisi

normatif dalam hampir semua bentuk tipe kelurga, kelurga inti dengan

orang tua lengkap. Posisi-posisi tersebut terdiri dari ayah-suami, istri-

24

ibu, anak laki-laki-saudara laki-laki, anak perempuan-saudara

perempuan. Setiap posisi dari kelompok keluarga dihubungkan

dengan peran-peran terkait. Yang dimaksud peran-peran terkait, yaitu

sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogeny. Keluarga

membagi peran secara merata kepada para anggota keluarga seperti

cara masyarakat mrmbagi peran-perannya.

c. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan, baik kemampuan potensial

maupun aktual dari seorang individu untuk mengontrol,

memperngaruhi, dan mengubah tingkah laku seseorang. Kekuatan

keluarga, sebagai sebuah karakteristik dari sistem keluarga, adalah

kemampuan (potensial dan aktual) dari seorang anggota individu

untuk mengubah tingkah laku anggota keluarga.

d. Nilai-nilai keluarga

Nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide,

sikap, dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep

yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh

anggota keluarga dalam suatu budaya yang lazim. Kebudayaan

keluarga merupakan suatu sumber sistem nilai dan norma-norma

utama dari sebuah keluarga. Sebaliknya, kelompok keluarga

merupakan suatu sumber utama sistem kepercayaan-kepercayaan,

nilai-nilai, dan norma-norma yang menentukan pemahaman individu-

individu terhadap sifat dunia, tempat mereka dalam kelompok

25

keluarga, dan bagaimana mencapai tujuan-tujuan atau aspirasi-aspirasi

mereka. Nilai-nilai berfungsi sebagai pedoman umum bagi perilaku

dan dalam keluarga nilai-nilai tersebut membimbing perkembangan

aturan-aturan dan nilai-nilai dari keluarga.

4. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998):

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi-fungsi internal

keluarga sebagai perlindungan dan dukungan psikososial bagi para

anggotanya. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada

kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.

Keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota

keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.

Fungsi afektif meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui

pemenuhan fungsi ini, maka keluarga menjalanan tujuan-tujuan

psikososial yang utama, yaitu membentuk sifat-sifat kemanusiaan

dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku,

kemampuan menjalin berhubungan secara lebih akrab, dan harga diri.

26

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi dimulai pada saat lahir dan hanya diakhiri dengan

kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung

seumur hidup dimana individu secara kontinu mengubah perilaku

mereka sebagai respons terhadap situasi yang terpola secara sosial,

yang mereka alami. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-

norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.

Keberhasilan keluarga dalam sosialisasi dapat diukur dengan

mengevaluasi hasil-hasil dari proses membesarkan anak, yaitu

mengevaluasi seberapa berhasil atau baiknya anak menyesuaikan diri

atau berubah.

c. Fungsi repsroduksi

Salah satu fungsi dasar dari keluarga adalah untuk menjaga

kelangsungan generasi dan juga untuk keberlangsungan hidup

masyarakat.

d. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi meliputi tersedianya sumber-sumber dari

keluarga secara cukup, financial, ruang gerak dan materi, serta

pengalokasian sumber-sumber tersebut yang sesuai melalui proses

pengambilan keputusan. Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan

akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

27

e. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan

praktik asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan

kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan

keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status

kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan

pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga

yang dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan

berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut: (Friedman, 1998

dalam Suprajitno, 2004)

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti

dan karena kesehatan kadang seluruh kekuatan sumber daya dan

dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan

dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga secara

tidak langsung menjadi perhatian orang tua / keluarga. Apabila

menyadari adanya perubahan-perubahan keluarga, perlu dicatat

kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar

perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal

fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian,

28

tandan dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya,

serta persepsi keluarga terhadap masalah.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,

dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.

Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan

tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan

pada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh

bantuan.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan

benar, tetapi keluarga mempunyai keterbatasan yang telah

diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga

yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan

lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak

terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan

atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan

melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

29

4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana

rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai

berikut: (Dion & Betan, 2013)

(a) Sumber-sumber yang dimiliki oleh lingkungan

(b) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan

(c) Pentingnya hygiene sanitasi

(d) Upaya pencegahan sakit

(e) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi

(f) Kelompokan antar anggota keluarga

5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di

masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga kefasilitas kesehatan,

keluarga harus mengetahui hal-hal berikut ini: (Dion & Betan,

2013)

(a) Keberadaan fasilitas keluarga

(b) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari fasilitas

kesehatan

(c) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas

kesehatan

(d) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan

(e) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

30

5. Tahap perkembangan keluarga lansia

Tahap VIII: keluarga dalam masa pensiun dan lansia (juga merujuk

kepada anggota keluarga yang berusia lanjut atau pensiun hingga

pasangan yang sudah meninggal dunia).

a. Tugas-tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

Pengaturan hidup seseorang merupakan suatu prediktor

kesejahteraan yang ampuh dikalangan lansia.

2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

Ketika pensiun, terjadi penurunan pendapatan secara tajam, dan

seiring dengan berlalunya tahun, pendapatan pun semakin menurun

dan semakin tidak memadai karena terus naiknya biaya hidup dan

terkurasnya tabungan.

3) Mempertahankan hubungan perkawinan

Perkawinan yang dirasakan memuaskan dalam tahun-tahun

berikutnya, biasanya mempunyai sejarah positif yang panjang.

Meskipun terjadi penurunan kapasitas seksual secara perlahan-

lahan, namun keinginan dalam kegiatan seksual terus ada bahkan

meningkat. Menurunnya aktivitas seksual disebabkan oleh masalah-

masalah emosional.

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

Secara umum merupakan tugas perkembangan yang paling

traumatis. Wanita lansia lebih menderita karena kematian

31

pasangannya dari pada pria. Kehilangan pasangan pasti membawa

pengaruh bagi janda-janda yang ditinggal suaminya lebih awal,

seperti isolasi sosial, mau bunuh diri atau sakit jiwa.

5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

Meskipun ada suatu kecenderungan bagi lansia untuk

menjauhkan diri dari hubungan sosial, keluarga tetap menjadi fokus

interaksi-interaksi sosial lansia dan sumber utama dukungan sosial.

Hubungan-hubungan dengan pasangan, anak-anak dan cucu-cucu,

serta saudara-saudaranya menjadi lebih penting.

6) Meneruskan untuk memahami ekstensi mereka (penelaahan dan

integrasi)

Penelaahan kehidupan memudahkan penyesuaian terhadap

situasi-situasi yang sulit dan memberikan pandangan terhadap

kejadian-kejadian masa lalu. Lansia sangat peduli dengan kualitas

hidup mereka dan berharap agar dapat hidup terhormat dengan

kemegahan dan penuh arti.

b. Masalah kesehatan pada lansia:

1) Menurunnya fungsi dan kekuatan fisik

2) Sumber-sumber finansial yang tidak memadai

3) Isolasi sosial

4) Kesepian

5) Kerentanan psikologis.