Skripsi Pendidikan (162)

76
UJI DAYA BUNUH EKSTRAK CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh Nama Mahasiswa : Wakhyulianto NIM : 6450401010 Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas : Ilmu Keolahragaan UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005

Transcript of Skripsi Pendidikan (162)

Page 1: Skripsi Pendidikan (162)

UJI DAYA BUNUH EKSTRAK CABAI RAWIT

(Capsicum frutescens L) TERHADAP

NYAMUK Aedes aegypti

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1

Untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

Nama Mahasiswa : Wakhyulianto

NIM : 6450401010

Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2005

Page 2: Skripsi Pendidikan (162)

SARI

UJI DAYA BUNUH EKSTRAK CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L)

TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah-satu penyakit arthropod-

born viral disease yang menimbulkan masalah kesehatan di Indonesia. Nyamuk yang menjadi vektor DBD adalah Aedes aegypti (Ae. aegypti). Upaya-upaya pengendalian nyamuk telah dilakukan untuk mengurangi kejadian penyakit arthropod-born viral disease. Pengendalian tersebut meliputi pengendalian fisik, pengendalian hayati, pengendalian kimiawi, pengendalian genetik maupun pengendalian terpadu. Pengendalian nyamuk yang paling banyak dilakukan adalah pengendalian kimiawi menggunakan insektisida sintetis. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida sintetis ternyata menimbulkan dampak negatif yang merugikan. Oleh karena itu digunakan insektisida nabati yang berasal dari tumbuhan. Salah-satu jenis tumbuhan yang mengandung insektisida nabati adalah cabai rawit (Capsicum frutescens L). Diketahui pada cabai rawit terkandung senyawa capsaicin, ascorbic acid, flavonoida, saponin, dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya bunuh dari ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti. Variabel terikat dalam penelitian adalah kematian nyamuk Ae. aegypti, sementara variabel bebas dalam penelitian adalah ekstrak cabai rawit dengan berbagai konsentrasi yaitu 10%, 50%, 90%, dan 100%. Penelitian ini bersifat eksperimen murni, menggunakan desain penelitian post test only control group

design. Perhitungan jumlah nyamuk Ae. aegypti yang mati dilakukan 24 jam setelah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata antar kelompok data konsentrasi ekstrak cabai rawit berbeda secara signifikan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ekstrak cabai rawit memiliki daya bunuh terhadap nyamuk Ae. Aegypti, yaitu mencapai LC20. Walaupun ada daya bunuh dari ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti, tetapi daya bunuh tersebut sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian maka perlu dilakukan penambahan jumlah bahan kasar pembuatan ekstrak cabai rawit untuk menambah kepekatan ekstrak atau mengganti zat hasil ekstrak dari bentuk larutan pekat menjadi bentuk serbuk kering (sehingga diharapkan dapat menambah daya bunuh dari ekstrak), serta melakukan uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap berbagai stadium nyamuk Ae. aegypti menggunakan metode pengujian yang disesuaikan dengan sifat dan cara kerja dari senyawa kimia yang terkandung dalam cabai rawit.

Kata Kunci: Daya bunuh ekstrak cabai rawit, nyamuk Ae. aegypti.

Page 3: Skripsi Pendidikan (162)

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Pada Hari : Senin

Tanggal : 31 Oktober 2005

Panitia Ujian

Ketua Panitia, Sekretaris,

Drs. Sutardji, M.S. Drs. Herry Koesyanto, M.S. NIP 130 523 506 NIP. 131 571 549

Dosen Penguji,

1. dr. Oktia Woro KH, M.Kes (Ketua) NIP. 131 695 159

2. Drs. Bambang Wahyono (Anggota) NIP. 131 674 366

3. Eram Tunggul P, SKM. M.Kes (Anggota) NIP. 132 303 558

Page 4: Skripsi Pendidikan (162)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Seseorang yang telah berilmu, beramal, dan kemudian memberikan ilmunya,

dialah yang disebut agung dalam kerajaan surga (Isa a.s).

2. Wahai Tuhanku, hiburlah aku, demi hatiku yang lembut, lunak, dan aku

menilai diriku dengan penghargaan yang rendah (Isa a.s).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang-orang yang

keberadaannya, baik secara langsung maupun tidak langsung, sangat berpengaruh

dalam penulisan skripsi ini, yaitu:

1. Almarhum Ayah, semoga kecintaanmu padaku dapat terbalaskan kelak.

2. Bapak, Ibu, serta Adikku, yang selalu memberikan dorongan dan pengertian

sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

3. My candle light, Fad’l, thanks to your dream (it keep me alive, then you never

realize the power of it).

4. Sahabatku Sri Wahyuni, Putut, Priyanto, Bambang, Adi, Arif, atas saran dan

kritiknya yang sangat berharga dalam penulisan skripsi.

5. Seluruh sahabat-sahabatku sesama angkatan 2001 yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Page 5: Skripsi Pendidikan (162)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulisan skripsi ini banyak mengalami kesulitan dan hambatan, tetapi

berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat terselesaikan.

Oleh karena itu disampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan FIK UNNES, Drs. Sutardji, M.S, atas izin penelitian yang

diberikan.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNES, dr. Oktia Woro

KH, M.Kes, atas izin penelitian yang diberikan.

3. Dosen pembimbing I, Drs. Bambang Wahyono, atas bimbingan,

dorongan serta motivasi yang diberikan selama penulisan skripsi.

4. Dosen pembimbing II, Eram Tunggul Pawenang, SKM, M.Kes, atas

bimbingan, dorongan, motivasi serta nasehat-nasehatnya yang sangat

berharga bagi pribadi penulis.

5. Kepala Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit, Dr. Damar Tri

Boewono, PhD. M.S, atas izin penggunaan tempat untuk melakukan

praktik dalam pengambilan data.

6. Peneliti BPVRP, Drs. Hasan Boesri, M.S, atas bimbingan dan arahan

mulai dari persiapan praktik pengambilan data hingga terselesaikannya

penulisan skripsi.

7. Seluruh staff fungsional BPVRP, atas bantuan yang telah diberikan

selama pelaksanaan penelitian.

Page 6: Skripsi Pendidikan (162)

8. Kepala Laboratorium Kimia UNNES, Drs. Kasmui, M.Si, atas izin

penggunaan laboratorium dalam pembuatan ekstrak cabai rawit.

9. Seluruh staff Laboratorium Kimia UNNES, atas kerjasama yang telah

diberikan dalam pembuatan ekstrak cabai rawit.

Penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan

saran yang membangun demi perbaikannya sangat diharapkan. Hasil yang

dituangkan dalam skripsi ini semoga dapat bermanfaat.

Semarang, Oktober 2005

Penulis

Page 7: Skripsi Pendidikan (162)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

SARI ....................................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN. ................................................................ iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................ iv

KATA PENGANTAR. ............................................................................ v

DAFTAR ISI. .......................................................................................... vii

DAFTAR TABEL. .................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR............................................................................... x

DAFTAR GRAFIK.................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul ..................................................................... 1

1.2 Permasalahan .................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

1.4 Penegasan Istilah............................................................................... 6

1.5 Kegunaan Hasil Penelitian ................................................................ 6

1.6 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori ................................................................................. 8

2.1.1 Tinjauan Tentang Nyamuk Ae. aegypti ........................................... 8

2.1.2 Tinjauan Tentang Cabai Rawit (Capsicum frutescens L).................. 15

Page 8: Skripsi Pendidikan (162)

2.2 Hipotesis ........................................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian............................................................................ 25

3.2 Sampel Penelitian.............................................................................. 25

3.3 Variabel Penelitian............................................................................ 25

3.4 Rancangan Penelitian ....................................................................... 27

3.5 Replikasi Penelitian........................................................................... 29

3.6 Prosedur Penelitian ........................................................................... 29

3.7 Pengumpulan dan Analisis Data ........................................................ 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data .................................................................................. 38

4.2 Hasil Penelitian ................................................................................. 38

4.3 Pembahasan ...................................................................................... 43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan........................................................................................... 50

5.2 Saran................................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 51

LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................... 55

Page 9: Skripsi Pendidikan (162)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Ruangan.....................

Uji Insektisida Rumah Tangga BPVRP Salatiga .........................

pada Tanggal 27-29 Juli 2005..................................................... 40

Tabel 2. Uji ANOVA Rata-Rata Antar Kelompok Data ...........................

Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit................................................ 41

Tabel 3. Uji LSD (Least Significance Difference) Pasangan Kelompok....

Data Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit ...................................... 42

Tabel 4. Uji Probit ................................................................................... 43

Page 10: Skripsi Pendidikan (162)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Telur Ae. aegypti .................................................................... 9

Gambar 2. Larva Ae. aegypti.................................................................... 10

Gambar 3. Pupa Ae. aegypti ..................................................................... 11

Gambar 4. Nyamuk Ae. aegypti ............................................................... 11

Gambar 5. Daur hidup nyamuk Ae. aegypti .............................................. 12

Gambar 6. Cabai Rawit (Capsicum frutescens L) ..................................... 16

Gambar 7. Kerangka Teori....................................................................... 23

Gambar 8. Kerangka Penelitian................................................................ 24

Page 11: Skripsi Pendidikan (162)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Tingkat Kematian Nyamuk ......................................................

pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak........................................... 40

Page 12: Skripsi Pendidikan (162)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabel Kematian Nyamuk dengan 4 Kali Replikasi........................ 56

2. Frequencies .................................................................................. 57

3. Uji Normalitas Data Kematian Nyamuk Pada Berbagai ...............

Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit ................................................. 58

4. Hasil Uji Anova Satu Arah ........................................................... 59

5. Hasil Uji Probit ............................................................................ 61

6. Dokumentasi Penelitian................................................................ 62

7. Surat-Surat Penelitian................................................................... 67

Page 13: Skripsi Pendidikan (162)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyamuk merupakan spesies dari arthropoda yang berperan sebagai vektor

penyakit arthropod-born viral disease. Contoh spesies nyamuk yang berperan

sebagai vektor penyakit arthropod-born viral disease adalah Aedes aegypti (Ae.

aegypti). Nyamuk Ae. aegypti berperan sebagai vektor penyakit demam berdarah

dengue (Sumarmo, 1988:4).

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue.

Virus dengue ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti yang

terinfeksi virus tersebut. DBD merupakan penyakit yang paling penting dari

seluruh penyakit arthropod-born viral disease (WHO, 1997:6).

Gejala DBD adalah demam yang tinggi, terjadinya fenomena perdarahan, perbesaran hati dan kegagalan peredaran darah. Dampak dari DBD adalah meningginya permeabilitas pembuluh darah dan menurunnya volume plasma (WHO, 1997:1).

Indonesia termasuk daerah endemik DBD. DBD mula-mula dikenal sebagai

penyakit daerah perkotaan, tetapi sejak tahun 1980 wabah DBD mulai menyebar

ke daerah perkotaan yang lebih kecil dan daerah-daerah pedesaan di seluruh

propinsi (Soedarto, dkk, 1989:35).

Data Depkes RI tahun 2005 menunjukkan bahwa jumlah penderita DBD

pada berbagai daerah di Indonesia mengalami fluktuasi yang tinggi.

Penderita DBD di Tangerang pada Januari 2005 tercatat sebanyak 48 pasien,

sedangkan pada awal Februari 2005 tercatat sebanyak 11 pasien.

Page 14: Skripsi Pendidikan (162)

Penderita DBD di Medan dalam minggu pertama Februari 2005 tercatat

dua meninggal dunia dan 29 lainnya dirawat di berbagai rumah sakit.

Penderita DBD di Sulawesi selatan tercatat mencapai 300 pasien.

Jumlah penderita DBD mengalami peningkatan di Surabaya, tercatat pada

bulan Januari 2005 sebanyak 11 pasien dan pada awal Febuari 2005 menjadi

59 pasien (Umar Fahmi, 2005).

Indonesia secara umum mempunyai resiko terjangkit penyakit DBD

karena vektor penyebabnya yaitu nyamuk Ae. aegypti tersebar luas

di kawasan pemukiman maupun di tempat-tempat umum,

kecuali wilayah yang terletak pada ketinggian lebih dari 1000 meter

di atas permukaan air laut (Ditjen PPM&PLP, 1996:6).

Nelson dkk (1974) yang dikutip oleh Aji Bau (1999:2) menjelaskan

bahwa nyamuk Ae. aegypti adalah spesies yang berkembangbiak

pada tempat-tempat penampungan air bersih di dalam maupun di luar rumah.

Hal tersebut merupakan ancaman bagi manusia, karena nyamuk Ae. aegypti

berperan sebagai vektor penyakit DBD seperti yang telah disebutkan.

Nyamuk Ae. aegypti dapat dikenali melalui ciri-ciri pada badan, kaki dan

sayapnya yang berwarna dasar hitam dengan bintik-bintik putih. Jenis kelamin

nyamuk Ae. aegypti dibedakan dengan memperhatikan jumlah probosis. Nyamuk

betina mempunyai probosis tunggal, sedangkan nyamuk jantan mempunyai

probosis ganda. Nyamuk Ae. aegypti berukuran lebih kecil dibandingkan dengan

spesies nyamuk lain (Srisasi Gandahusada, dkk, 2000:218). Ukuran tubuh yang

kecil tersebut berpengaruh terhadap ketahanan fisiologis spesies nyamuk

Page 15: Skripsi Pendidikan (162)

Ae. Aegypti pada saat terpajan insektisida. Menurut Frank C. Lu (1995:51),

toksisitas insektisida pada suatu spesies dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kadar

senyawa kimia insektisida tersebut pada tubuh spesies sasaran. Semakin kecil

ukuran tubuh suatu spesies, maka kadar senyawa kimia insektisida pada tubuh

spesies tersebut akan semakin tinggi, yang akan menyebabkan semakin

meningkatnya toksisitas dari insektisida tersebut.

Upaya-upaya pengendalian nyamuk untuk mengurangi kejadian

penyakit arthropod-born viral disease telah banyak dilakukan.

Pengendalian tersebut meliputi pengendalian fisik, pengendalian hayati,

pengendalian kimiawi, pengendalian genetik maupun pengendalian terpadu.

Pengendalian fisik dilakukan dengan mengelola lingkungan sehingga

keadaan lingkungan tidak sesuai bagi perkembangbiakan nyamuk,

pengendalian hayati dilakukan dengan memanfaatkan organisme predator

dan patogen, pengendalian kimiawi dilakukan dengan menggunakan

insektisida sintetis untuk membunuh nyamuk, pengendalian genetik

dilakukan dengan menyebarkan pejantan mandul ke dalam ekosistem,

dan pengendalian terpadu dilakukan dengan menggabungkan berbagai teknik

pengendalian yang ada (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:98-101).

Pengendalian nyamuk yang paling banyak dilakukan adalah pengendalian

kimiawi menggunakan insektisida sintetis. Alasan pemilihan pengendalian

tersebut adalah karena hasilnya dapat dilihat secara cepat dan langsung,

sementara pengendalian nyamuk lainnya memerlukan waktu yang lama dalam

melihat hasilnya. Tetapi pengendalian kimiawi menggunakan insektisida sintetis

Page 16: Skripsi Pendidikan (162)

ternyata menimbulkan efek samping yang merugikan, seperti nyamuk menjadi

resisten, terjadinya keracunan pada manusia dan hewan ternak, terjadinya

kontaminasi terhadap kebun sayuran dan buah, serta polusi lingkungan (North

Dakota State University, 1991).

Dampak merugikan yang terjadi akibat pengendalian kimiawi menggunakan

insektisida sintetis telah mendorong manusia untuk mencari pemecahannya.

Oleh karena itu dilakukan suatu usaha untuk mendapatkan insektisida nabati

yang dapat menggantikan pemakaian insektisida sintetis.

Insektisida nabati terdapat pada bahan-bahan nabati seperti buah,

daun, batang ataupun akar dari tanaman. Salah-satu tanaman yang mengandung

insektisida nabati adalah cabai rawit (German Commission E, 1990).

Cabai rawit mengandung senyawa capsaicin, ascorbic acid (German

Commission E, 1990), saponin, flavonoida dan tanin (Syamsuhidayat dan

Hutapea, 1991:115). Capsaicin merupakan senyawa golongan terpenoid yang

berfungsi sebagai sumber aromatik dan rasa pada cabai rawit.

Cabai rawit apabila dihaluskan akan mengeluarkan aroma yang khas.

Aroma ini disebabkan oleh fraksi minyak esensial. Minyak tersebut merupakan

metabolit sekunder yang kaya akan senyawa dengan struktur isopren. Mereka

disebut terpen dan terdapat dalam bentuk diterpen, triterpen, tetraterpen,

hemiterpen, dan sesquiterpen. Bila senyawa tersebut mengandung elemen

tambahan oksigen, maka disebut terpenoid. Terpenoid aktif terhadap bakteri,

fungi, virus, dan protozoa. Contoh terpenoid adalah artemisin, yang telah

digunakan oleh WHO sebagai antimalaria. Senyawa terpenoid pada cabai rawit,

Page 17: Skripsi Pendidikan (162)

capsaicin, bersifat bakterisida terhadap Helicobacter pylori. Cara kerja capsaicin

adalah ikut terlibat dalam perusakan membran sel oleh senyawa lipofilik (Rohman

Naim, 2004). Data hasil penelitian Tyas Ekowati Prasetyoningsih (1987) yang

dikutip oleh Setiawan Dalimartha (2004:56), menunjukkan bahwa ekstrak cabai

rawit dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Candida albicans

adalah spesies dari candida yang menyebabkan infeksi pada membran mukosa

mulut (thrush def 1), dan infeksi saluran pernapasan (bronkokandidiasis).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian

mengenai daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti.

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagaimanakah daya bunuh dari ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L)

terhadap nyamuk Ae. aegypti?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Mengetahui daya bunuh dari ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L)

terhadap nyamuk Ae. aegypti.

1.4 Penegasan Istilah

1) Uji Daya Bunuh

Page 18: Skripsi Pendidikan (162)

Uji daya bunuh adalah suatu eksperimen yang dilakukan untuk mengetahui

daya bunuh dari ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti setelah

24 jam perlakuan. Uji daya bunuh dalam penelitian ini dilakukan pada

konsentrasi ekstrak cabai rawit sebesar 10%, 50%, 90%, dan 100%.

2) Ekstrak Cabai Rawit

Ekstrak cabai rawit adalah sediaan berupa larutan cair pekat yang diperoleh

dari ekstraksi cabai rawit menggunakan metode soxhlet. Ekstrak cabai rawit

yang digunakan dalam penelitian tidak bisa dibedakan zat-zat kimia yang

terkandung di dalamnya, karena ekstrak masih bersifat kasar.

3) Nyamuk Ae. aegypti

Nyamuk Ae. aegypti dalam penelitian adalah nyamuk Ae. aegypti dengan

jenis kelamin betina, berumur antara 2-5 hari, dan dalam keadaan telah diberi

makan dengan darah marmut. Pemberian makan berupa darah marmut

dilakukan dengan cara memasukkan marmut ke dalam tempat penangkaran

nyamuk Ae. aegypti.

1.5 Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1) Peneliti, mendapatkan pengalaman menyusun karya ilmiah dalam

bidang ilmu kesehatan masyarakat.

2) Masyarakat, memperoleh tambahan ilmu di bidang kesehatan masyarakat

khususnya dalam upaya pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.

Page 19: Skripsi Pendidikan (162)

3) Ilmu kesehatan masyarakat, menambah laporan penelitian dalam lingkup

ilmu kesehatan masyarakat

4) BPVRP, menambah data tentang potensi tanaman sumber insektisida nabati.

5) Peneliti lain, memberikan data dasar bagi penelitian yang sejenis.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada ekstrak cabai rawit dengan

konsentrasi 10%, 50%, 90%, dan 100%. Parameter dalam penelitian adalah

kematian nyamuk Ae. aegypti setelah 24 jam perlakuan. Penelitian ini

bersifat kasar karena tidak dibedakan senyawa-senyawa kimia yang terkandung

dalam ekstrak cabai rawit.

Page 20: Skripsi Pendidikan (162)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

6.1 Landasan Teori

2.1.1 Tinjauan Tentang Nyamuk Ae. aegypti

Nyamuk Ae. aegypti terdapat pada daerah tropis dan subtropis

di seluruh dunia dalam garis lintang 35°LU dan 35°LS, dengan ketinggian

wilayah kurang dari 1000 meter di atas permukaan air laut (WHO, 1997:7).

Nyamuk Ae. aegypti berasal dari Afrika, khususnya Ethiopia. Penyebaran nyamuk

Ae. aegypti ke seluruh dunia terjadi pada abad ke 19, yang disebabkan

oleh meningkatnya penggunaan kapal dagang dalam perdagangan antar benua.

Nyamuk Ae. aegypti pada awalnya hanya hidup di daerah tepi pantai,

tetapi kemudian menyebar ke daerah pedalaman (Sumarmo, 1988:20).

Indonesia sebagai salah-satu daerah beriklim tropis di wilayah Asia Tenggara

tidak terlepas dari penyebaran nyamuk Ae. aegypti. Di Indonesia, spesies nyamuk

Ae. aegypti diketahui berperan sebagai vektor utama penyakit demam berdarah

dengue (DBD), sedangkan vektor sekundernya adalah spesies nyamuk

Aedes albopictus (Jumali dkk, 1979 yang dikutip oleh Sumarmo, 1988:19).

Nyamuk Ae. aegypti lebih berperan dalam menularkan penyakit DBD

dibandingkan nyamuk Aedes albopictus (Ae. albopictus) disebabkan

nyamuk Ae. aegypti hidup di dalam rumah bersama dengan manusia,

sedangkan nyamuk Ae. albopictus hidup di dalam kebun sehingga

jarang kontak dengan manusia (WHO, 1984:22).

Page 21: Skripsi Pendidikan (162)

2.1.1.1 Klasifikasi

Klasifikasi nyamuk Ae. aegypti adalah sebagai berikut (Srisasi Gandahusada,

dkk, 2000:217):

Divisi : Arthropoda

Classis : Insecta

Ordo : Diptera

Sub-Ordo : Nematocera

Superfamili : Culicoidea

Famili : Culicidae

Sub-Famili : Culicinae

Genus : Aedes

Species : Ae. Aegypti

2.1.1.2 Morfologi

Nyamuk Ae. aegypti mempunyai morfologi sebagai berikut:

1) Telur

Telur Ae. aegypti berwarna hitam dengan ukuran ± 0,08 mm (Ditjen

PPM&PLP, 1992:4), berbentuk seperti sarang tawon (Sumarmo, 1988:22).

Gambar 1 Telur Ae. aegypti

Sumber: Juni Prianto, dkk (2002:184)

Page 22: Skripsi Pendidikan (162)

2) Larva

Larva Ae. aegypti mempunya ciri-ciri sebagai berikut:

(1) Adanya corong udara pada segmen yang terakhir.

(2) Pada segmen abdomen tidak ditemukan adanya rambut-rambut berbentuk

kipas (Palmatus hairs).

(3) Pada corong udara terdapat pectin.

(4) Sepasang rambut serta jumbai akan dijumpai pada corong (siphon).

(5) Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan terdapat comb scale

sebanyak 8-21 atau berjajar 1 sampai 3.

(6) Bentuk individu dari comb scale seperti duri.

(7) Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan

adanya sepasang rambut di kepala.

Gambar 2 Larva Ae. aegypti

Sumber: Dept. Medical Entomology (2002)

Ada 4 tingkatan perkembangan (instar) larva sesuai dengan pertumbuhan

larva yaitu:

(1) Larva instar I; berukuran 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada belum

jelas dan corong pernapasan pada siphon belum jelas.

(2) Larva instar II; berukuran 2,5–3,5 mm, duri–duri belum jelas, corong

kepala mulai menghitam.

Page 23: Skripsi Pendidikan (162)

(3) Larva instar III; berukuran 4-5 mm, duri-duri dada mulai jelas dan

corong pernapasan berwarna coklat kehitaman.

(4) Larva instar IV; berukuran 5-6 mm dengan warna kepala gelap.

3) Pupa

Pupa Ae. aegypti berbentuk seperti koma, berukuran besar namun lebih

ramping dibandingkan dengan pupa spesies nyamuk lain.

Gambar 3

Pupa Ae. aegypti Sumber: Dept. Medical Entomology (2002)

4) Dewasa

Nyamuk Ae. aegypti berukuran lebih kecil dibandingkan dengan spesies

nyamuk lain. Badan, kaki dan sayapnya berwarna dasar hitam dengan bintik-

bintik putih. Jenis kelamin nyamuk Ae. aegypti dibedakan dengan

memperhatikan jumlah probosis. Nyamuk betina mempunyai probosis

tunggal, sedangkan nyamuk jantan mempunyai probosis ganda (Srisasi

Gandahusada, dkk, 2000:218).

Gambar 4 Nyamuk Ae. aegypti

Sumber: Dinkes DKI (2003)

Page 24: Skripsi Pendidikan (162)

2.1.1.3 Daur hidup

Daur hidup nyamuk Ae. aegypti melalui metamorfosis sempurna yaitu

telur-larva-pupa-dewasa (Ditjen PPM&PL, 2001:21).

Gambar 5 Daur hidup nyamuk Ae. aegypti

Sumber: North Dakota State University (1991)

Nyamuk Ae. aegypti betina dapat meletakkan telur sampai 100 butir

setiap datang waktu bertelur. Telur-telur tersebut diletakkan di atas permukaan air

dalam keadaan menempel pada dinding vertikal bagian dalam tempat-tempat

penampungan air. Nyamuk Ae. aegypti betina lebih menyukai tempat

penampungan air yang tertutup longgar untuk meletakkan telurnya dibandingkan

dengan tempat penampungan air yang terbuka, karena tempat penampungan air

yang tertutup longgar tutupnya jarang dipasang dengan baik sehingga

mengakibatkan ruang di dalamnya lebih gelap (Sumarmo, 1988:21).

Telur akan menetas dalam waktu 1 sampai 3 hari pada suhu 30 ˚C, sementara

pada suhu 16 ˚C telur akan menetas dalam waktu 7 hari. Telur dapat bertahan

lama tanpa media air dengan syarat tempat tersebut lembab. Telur dapat bertahan

sampai berbulan-bulan pada suhu -2 ˚C sampai 42 ˚C (Upik Kesumawati Hadi dan

Susi Soviana, 2000:25).

Page 25: Skripsi Pendidikan (162)

Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva terbagi menjadi

empat tingkatan perkembangan atau instar. Instar I terjadi setelah 1-2 hari

telur menetas, instar II terjadi setelah 2-3 hari telur menetas, instar III

terjadi setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari

telur menetas (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:25).

Stadium pupa terjadi setelah 6-7 hari telur menetas. Stadium pupa

berlangsung selama 2-3 hari. Lama waktu stadium pupa dapat diperpanjang

dengan menurunkan suhu pada tempat perkembangbiakan, tetapi pada suhu

yang sangat rendah dibawah 10 ˚C pupa tidak mengalami perkembangan

(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:25).

Stadium dewasa terjadi setelah 9-10 hari telur menetas. Meskipun umur

nyamuk Ae. aegypti betina di alam pendek yaitu kira-kira 2 minggu, tetapi waktu

tersebut cukup bagi nyamuk Ae. aegypti betina untuk menyebarkan virus dengue

dari manusia yang terinfeksi ke manusia yang lain (Soedarto, 1992:60).

2.1.1.4 Perilaku

Nyamuk Ae. aegypti jantan tidak menghisap darah tetapi hanya menghisap

sari-sari tumbuhan, sedangkan nyamuk Ae. aegypti betina menghisap darah

manusia dan binatang.

Nyamuk Ae. aegypti betina bersifat anthropofilik, karenanya lebih menyukai

darah manusia daripada darah binatang. Nyamuk Ae. aegypti betina menghisap

darah dengan tujuan mematangkan telur dalam tubuhnya. Nyamuk Ae. aegypti

betina mempunyai kebiasaan menggigit beberapa orang secara bergantian dalam

Page 26: Skripsi Pendidikan (162)

waktu singkat (multiple bites) disebabkan sifat sensitif yang dimilikinya.

Nyamuk Ae. aegypti betina biasanya menggigit di dalam rumah dengan aktivitas

menggigit antara pukul 09.00-10.00 dan pukul 16.00-17.00. Pada malam hari

nyamuk Ae. aegypti (betina maupun jantan) beristirahat di dalam rumah

pada benda-benda yang tergantung seperti pakaian, kelambu, kopiah,

dan pada tempat-tempat gelap di dalam rumah (Sumarmo, 1988:22).

2.1.1.5 Tempat Perkembangbiakan

Tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. aegypti adalah penampungan air

bersih di dalam rumah ataupun berdekatan dengan rumah, dan air bersih tersebut

tidak bersentuhan langsung dengan tanah (Ditjen PPM&PL, 2002:7).

Tempat perkembangbiakan tersebut berupa:

1) Tempat penampungan air (TPA) yaitu tempat menampung air guna keperluan

sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC dan ember.

2) Bukan tempat penampungan air (non TPA) yaitu tempat-tempat

yang biasa digunakan untuk menampung air tetapi bukan untuk keperluan

sehari-hari seperti tempat minum hewan piaraan, kaleng bekas, ban bekas,

botol, pecahan gelas, vas bunga dan perangkap semut.

3) Tempat penampungan air alami (TPA alami) seperti lubang pohon,

lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang,

pangkal pohon pisang dan potongan bambu.

Page 27: Skripsi Pendidikan (162)

2.1.1.6 Variasi Musiman

Populasi nyamuk Ae. aegypti mengalami peningkatan pada musim hujan.

Hal ini disebabkan pada musim hujan banyak tempat penampungan air alami yang

terisi air dan dapat digunakan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk

Ae. aegypti. Peningkatan populasi nyamuk Ae. aegypti pada musim hujan juga

disebabkan oleh menetasnya telur-telur nyamuk Ae. aegypti, yang pada

musim kemarau sebelumnya belum sempat menetas dan bertahan dalam tempat

perkembangbiakan. Bertambahnya populasi nyamuk Ae. aegypti merupakan

salah-satu faktor yang menyebabkan peningkatan kejadian demam berdarah

dengue pada periode musim hujan (Ditjen PPM&PLP, 1992:27).

2.1.2 Tinjauan Tentang Cabai Rawit (Capsicum frutescens L)

Tanaman cabai rawit berasal dari Amerika latin (Setiadi, 1995:3).

Cabai rawit merupakan tanaman berumur pendek antara 1–2,5 tahun. Tanaman ini

mulai berbuah pada umur 2,5–3 bulan dengan masa produktif antara 3–24 bulan.

Cabai rawit mempunyai jenis kelamin hermafrodit (Sarpian, 2003:2).

2.1.2.1 Klasifikasi

Klasifikasi cabai rawit adalah sebagai berikut (Syamsuhidayat dan Hutapea,

1991:114):

Divisi : Spermatophytae

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dycotiledonae

Page 28: Skripsi Pendidikan (162)

Ordo : Solanales

Famili : Solanacea

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum frutescens L

2.1.2.2 Karakteristik

Cabai rawit termasuk dalam kelompok tanaman perdu. Karakteristik tanaman

cabai rawit adalah sebagai berikut: mempunyai tinggi antara 50-150 cm; batang

berbuku-buku; daun tidak berbulu, berbentuk bulat telur sampai lonjong,

panjang 1-2 cm; bunga keluar dari ketiak daun, tunggal atau 2-3, mahkota

berbentuk bintang berwarna putih, bergaris tengah antara 1,75 sampai 2,0 mm;

buah tegak, berbentuk bulat telur atau jorong, panjang 1-3 cm, lebar

2,5-12 mm (Depkes RI, 1984 yang dikutip oleh Setiadi, 1995:3).

Gambar 6 Cabai Rawit (Capsicum frutescens L)

Sumber: pusat data dan informasi PERSI (2003)

Page 29: Skripsi Pendidikan (162)

2.1.2.3 Jenis

Cabai rawit mempunyai banyak varietas unggul yang biasa ditanam, yaitu

Cipanas, Tabasco, Tabanan, Banjaran, Jembrana dan Hontaka.

Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut:

1) Cabai Kecil

Karakteristik utama cabai kecil ialah ukurannya yang kecil. Cabai kecil muda

berwarna hijau dan setelah tua berwarna merah menyala.

Rasa cabai kecil paling panas dibandingkan cabai rawit lainnya.

2) Cabai Putih

Cabai putih berukuran lebih besar dari cabai kecil. Cabai putih muda

berwarna putih dan setelah tua berwarna merah jingga atau merah agak

kuning. Rasa cabai putih yang masih muda kurang pedas,

akan tetapi setelah tua rasanya menjadi panas. Rasa panas cabai putih

masih kalah dengan cabai kecil.

3) Cabai Ceplik

Cabai ceplik berukuran hampir sama dengan cabai putih. Cabai ceplik muda

berwarna hijau agak putih dan setelah masak menjadi merah menyala.

Rasa panas cabai ceplik paling rendah dibandingkan cabai rawit lainnya

(Sarpian, 2003:2-3).

2.1.2.4 Habitat

Cabai rawit tumbuh di seluruh wilayah Indonesia baik di dataran rendah,

dataran sedang maupun dataran tinggi. Pertumbuhan cabai rawit akan optimal

Page 30: Skripsi Pendidikan (162)

apabila ditanam pada daerah dengan ketinggian antara 0–500 m

dari permukaan laut dengan suhu rata-rata sebesar 19–30 ˚C dan curah hujan

sebesar 1000–3000 mm/tahun. Tanah yang akan dipakai sebagai media tumbuh

cabai rawit harus kaya bahan organik serta mempunyai derajat keasaman

antara pH 6,0–7,0. Tanah dengan derajat keasaman rendah dapat dinaikkan

pH-nya dengan pemberian kapur pertanian (Sarpian, 2003:1).

2.1.2.5 Kandungan Kimia

Buah cabai rawit mengandung substansi fenol golongan terpenoid berupa

capsaicin (69%), dihydrocapsaicin (22%), nordihydrocapsaicin (7%),

homocapsaicin (1%), dan homodihydrocapsaicin. Capsaicin merupakan senyawa

golongan terpenoid terbanyak dan terpenting. Cabai rawit juga mengandung

senyawa ascorbic acid sebesar 0,2% (German Commission E, 1990). Menurut

Syamsuhidayat dan Hutapea (1991:11), di dalam cabai rawit terkandung senyawa

saponin, flavonoida dan tannin.

2.1.2.6 Manfaat

Manfaat cabai rawit (Michael Tierra, 2004) adalah sebagai stimulan yang

kuat untuk jantung dan aliran darah, menghancurkan bekuan darah

(antikoagulan), meningkatkan nafsu makan (stomakik), dan peluruh keringat

(diaforetik). Selain itu cabai rawit berkhasiat sebagai obat rematik, obat sariawan,

disamping menambah nafsu makan dan bumbu masak (Syamsuhidayat dan

Hutapea, 1991:115). Cabai rawit juga bersifat bakterisida terhadap bakteri

tertentu, seperti Helicobacter pylori (Rohman Naim, 2004). Menurut data hasil

Page 31: Skripsi Pendidikan (162)

penelitian Tyas Ekowati Prasetyoningsih (1987) yang dikutip oleh Setiawan

Dalimartha (2004:56), ekstrak cabai rawit dapat digunakan untuk menghambat

pertumbuhan Candida albicans, suatu spesies dari candida yang menyebabkan

infeksi pada membran mukosa mulut (thrush def 1), dan infeksi saluran

pernapasan (bronkokandidiasis).

2.1.3 Beberapa Upaya Pengendalian Nyamuk

2.1.3.1 Pengendalian Fisik

Pengendalian fisik dilakukan dengan cara memakai pakaian yang dapat

melindungi diri dari gigitan nyamuk, memasang jaring penghalang sehingga

nyamuk tidak dapat masuk, dan menata rumah beserta lingkungan sekitar

sehingga tidak dapat dijadikan sebagai tempat berlindung dan berkembangbiak

bagi nyamuk (Jan. A. Rozendaal, 1997:59-99).

Menurut Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana (2000:100-102),

upaya-upaya pengendalian nyamuk secara fisik adalah sebagai berikut:

1) Modifikasi Lingkungan

Modifikasi lingkungan yaitu mengubah fisik lingkungan secara permanen

yang bertujuan menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk.

Contoh dari modifikasi lingkungan adalah kegiatan 3M (menguras,

mengubur dan menutup).

2) Modifikasi Perilaku Manusia

Modifikasi perilaku manusia adalah usaha merubah perilaku sehari-hari

sehingga tidak menguntungkan bagi nyamuk, seperti mengurangi tidur siang

pada waktu musim penghujan untuk mengurangi frekuensi kontak

dengan nyamuk.

Page 32: Skripsi Pendidikan (162)

2.1.3.2 Pengendalian Hayati

Pengendalian hayati dilakukan dengan cara menyebarkan predator

dan patogen nyamuk di daerah endemis. Predator pemakan larva yang dapat

digunakan untuk mengendalikan nyamuk adalah ikan Poecilia reticulata,

Gambussia affinis, ikan mas, ikan lele dan larva nyamuk Toxorrhynchites.

Pengendalian vektor menggunakan patogen contohnya adalah pemanfaatan

bakteri Bacillus thuringiensis. Bacillus thuringiensis toksik terhadap

larva nyamuk dan hasilnya sangat efektif serta tidak menimbulkan kerugian

pada manusia maupun hewan. Bacillus thuringiensis memproduksi toksin

yang menghancurkan sel-sel epitel inang sehingga inang mati (Upik Kesumawati

Hadi dan Susi Soviana, 2000:102-103).

2.1.3.3 Pengendalian Kimiawi

1) Insektisida Sintetik

Insektisida sintetik yang digunakan dalam pengendalian nyamuk adalah

paration, malation dan diklorvos (Frank C. Lu, 1995:329).

2) Insektisida Nabati

Insektisida nabati adalah insektisida yang berasal dari tanaman. Tanaman

sumber insektisida nabati yang telah digunakan antara lain bunga

Crhysantemum cinerariafolium, yang mengandung senyawa piretroid.

Piretroid telah digunakan untuk membunuh serangga sejak tahun 1800-an

(Sastrodihardjo, 1979:58-60). Tanaman lainnya yang telah digunakan adalah

Page 33: Skripsi Pendidikan (162)

buah lerak (S. rarak), yang mengandung senyawa saponin. Ekstrak buah lerak

(S. rarak) tersebut efektif digunakan sebagai insektisida pada nyamuk Ae.

aegypti (Nunik Siti Aminah, 2001).

3) Insektisida anorganik

Insektisida anorganik adalah insektisida yang berasal dari

bahan-bahan anorganik. Insektisida anorganik yang telah digunakan adalah

minyak bumi, HCN, kapur belerang dan minyak terpentin

(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:105).

2.1.3.4 Pengendalian Genetik

Pengendalian genetik dilakukan dengan cara mensterilkan nyamuk jantan

kemudian melepasnya ke alam. Nyamuk betina hanya kawin sekali,

oleh karena itu nyamuk betina yang kawin dengan nyamuk jantan steril

tidak akan menghasilkan keturunan (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana,

2000:115).

2.1.3.5 Pengendalian Terpadu

Pengendalian terpadu adalah pengendalian nyamuk yang dilakukan

dengan memanfaatkan semua teknik yang ada, bertujuan menekan populasi

nyamuk serta menjaga kelestarian lingkungan (Sumarmo, 1988:57).

Page 34: Skripsi Pendidikan (162)

Tindakan pengendalian nyamuk yang dikhususkan untuk mencegah

terjadinya wabah DBD adalah sebagai berikut (Ditjen PPM&PLP, 1995:15):

1) Membersihkan dan menguras tempat penyimpanan air seperti bak mandi,

WC, dan drum setiap seminggu sekali.

2) Melakukan penggantian air dalam vas kembang, tempat minum burung,

dan perangkap semut setiap seminggu sekali.

3) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk Ae. aegypti

tidak dapat berkembang biak.

4) Mengubur atau membuang kaleng bekas, ban bekas, dan botol-botol pecah

yang dapat menampung air hujan agar tidak menjadi tempat berkembang biak

nyamuk Ae. aegypti.

5) Membakar sampah seperti potongan bambu dan tempurung kelapa

agar tidak dijadikan tempat berkembangbiak nyamuk Ae. aegypti.

6) Menutup lubang-lubang pagar pada pagar bambu.

7) Tidak menggantung pakaian dalam kamar sehingga tidak dijadikan tempat

istirahat bagi nyamuk Ae. aegypti.

8) Menaburkan bubuk ABATE pada tempat-tempat air yang sulit dikuras

untuk membunuh jentik-jentik nyamuk Ae. aegypti setiap 2-3 bulan sekali.

Page 35: Skripsi Pendidikan (162)

2.1.4 Kerangka Teori

Gambar 7 Kerangka Teori

Pengendalian Nyamuk

Fisik: Pengelolaan lingkungan tempat hidup

nyamuk

Insektisida

Nabati

Penyakit Arthropod -Born

Viral Disease: Demam berdarah dengue

Kematian Nyamuk Ae.

aegypti

Variabel pengganggu: Suhu Kelembaban Umur nyamuk Jenis kelamin nyamuk Jumlah nyamuk Jarak penyemprotan Waktu kontak

Hayati: Pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami

Kimiawi: Insektisida sintetis, nabati,

anorganik

Terpadu: Perpaduan berbagai teknik

pengendalian

Page 36: Skripsi Pendidikan (162)

2.1.5 Kerangka Penelitian

Gambar 8 Kerangka Penelitian

6.2 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:

“Ada daya bunuh dari ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) terhadap

nyamuk Ae. aegypti”.

VARIABEL

PENGGANGGU

Suhu Kelembaban

Umur nyamuk Jenis kelamin nyamuk

Jumlah nyamuk Jarak penyemprotan

Waktu kontak

VARIABEL

BEBAS

Ekstrak cabai

rawit

VARIABEL

TERIKAT

Terjadinya kematian pada nyamuk Ae.

aegypti

PERLAKUAN

Ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae.

aegypti

Page 37: Skripsi Pendidikan (162)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nyamuk Ae. aegypti yang

dibiakkan di laboratorium Insectarium BPVRP Salatiga.

3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah nyamuk Ae. aegypti betina berumur

2-5 hari dalam keadaan kenyang darah marmut, yang diambil dari populasi

nyamuk Ae. aegypti di laboratorium Insectarium BPVRP Salatiga. Besar sampel

nyamuk Ae. aegypti betina untuk satu perlakuan adalah 20 ekor (Damar Tri

Boewono, 2003:5). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dalam

dua tahap. Tahap pertama adalah purposive sampling, yang dilakukan dengan

memisahkan nyamuk Ae. aegypti jantan dari tempat penangkaran, kemudian

mengambil nyamuk Ae. aegypti betina sampel dari tempat penangkaran secara

random sampling. Pengambilan nyamuk Ae. aegypti betina dari tempat

penangkaran dilakukan menggunakan alat aspirator sederhana kemudian

memasukkannya ke dalam paper cup.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel-variabel sebagai berikut:

1) Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak cabai rawit.

Page 38: Skripsi Pendidikan (162)

2) Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kematian nyamuk Ae. aegypti.

3) Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu dalam penelitian ini meliputi suhu, kelembaban,

umur nyamuk, jenis kelamin nyamuk, jumlah nyamuk, jarak penyemprotan

dan waktu kontak.

Dalam penelitian ini variabel yang dapat mengganggu hasil penelitian

dikendalikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Suhu

Suhu dikendalikan dengan cara melakukan uji daya bunuh

dalam Glass chamber yang berada dalam ruangan yang tertutup,

sehingga akan diperoleh kisaran suhu ruangan yang tidak mempengaruhi

pertumbuhan dan kehidupan nyamuk. Sedangkan pengendalian suhu

selama holding dilakukan dengan memakai lap basah yang ditempatkan

di atas tempat holding. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan

thermometer ruangan.

(2) Kelembaban

Kelembaban dikendalikan dengan cara melakukan uji daya bunuh dalam

ruangan yang tertutup sehingga akan diperoleh kisaran kelembaban udara

yang tidak mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan nyamuk.

Pengukuran kelembaban dilakukan dengan menggunakan psychrometer.

(3) Umur Nyamuk

Umur nyamuk merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada

daya tahan nyamuk terhadap pajanan insektisida nabati. Umur nyamuk

yang digunakan pada penelitian ini adalah 2-5 hari.

Page 39: Skripsi Pendidikan (162)

(4) Jenis Kelamin Nyamuk

Jenis kelamin nyamuk dikendalikan dengan cara menggunakan nyamuk

Ae. aegypti betina sebagai sampel dalam penelitian.

(5) Jumlah Nyamuk

Jumlah nyamuk adalah jumlah nyamuk yang digunakan sebagai sampel

dalam penelitian. Jumlah nyamuk disesuaikan dengan volume atau

ukuran luas Glass chamber yang digunakan dalam penelitian. Dalam

penelitian ini jumlah nyamuk yang digunakan adalah sejumlah 20 ekor

nyamuk Ae. aegypti betina.

(6) Jarak Penyemprotan

Jarak penyemprotan dikendalikan dengan cara menyemprotkan ekstrak

cabai rawit ke dalam Glass chamber secara mendatar, dengan syarat tidak

ada nyamuk Ae. aegypti yang berada dalam garis lurus arah

penyemprotan. Teknik ini memungkinkan jarak penyemprotan dapat

diabaikan.

(7) Lama Waktu Kontak

Lama waktu kontak antara nyamuk Ae. aegypti dengan ekstrak cabai

rawit saat disemprotkan sampai pada waktu perhitungan jumlah

nyamuk Ae. aegypti yang knockdown atau pingsan akibat pengaruh

ekstrak cabai rawit, dikendalikan dengan cara membatasi lama waktu

kontak selama 20 menit.

Page 40: Skripsi Pendidikan (162)

3.4 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah true experimental design (Suharsimi

Arikunto, 1998:85), yang dilaksanakan untuk mengetahui daya bunuh dari ekstrak

cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti. Sementara itu, desain yang digunakan

dalam penelitian adalah post test only control group design (Ahmad Watik

Pratiknyo, 2003:130), yaitu suatu desain penelitian yang terdiri dari kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen. Perlakuan menggunakan ekstrak cabai rawit

hanya diberikan pada kelompok eksperimen, sedangkan pada kelompok kontrol

hanya diberi perlakuan menggunakan aquadest. Pengukuran pada kedua

kelompok sampel tidak dilakukan pada awal perlakuan, tetapi dilakukan 24 jam

setelah perlakuan dengan menghitung jumlah nyamuk yang mati.

Rancangan percobaan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 9

Desain penelitian post test only control group design Sumber : Ahmad Watik Pratiknyo (2003:130)

Ket :

X : Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan ekstrak cabai rawit.

( - ) : Kelompok kontrol yang mendapat perlakuan aquadest.

0–1 : Observasi terhadap jumlah nyamuk Ae. aegypti pada kelompok eksperimen

yang mati 24 jam setelah perlakuan.

0–2 : Observasi terhadap jumlah nyamuk Ae. aegypti pada kelompok kontrol

yang mati 24 jam setelah perlakuan.

X 0 -1

( - ) 0 - 2

Page 41: Skripsi Pendidikan (162)

Pelaksanaan penelitian ini membutuhkan tenaga bantuan berjumlah 2 orang.

Tugas dari tenaga pembantu tersebut adalah untuk membantu peneliti dalam

mempersiapkan alat-alat penelitian, pemindahan nyamuk Aedes aegypti betina

stadium dewasa dari tempat penangkaran nyamuk ke dalam Glass chamber,

memberi makan nyamuk, dan mencatat data hasil penelitian.

3.5 Replikasi Eksperimen

Replikasi eksperimen untuk masing-masing konsentrasi ekstrak cabai rawit

dilakukan sebanyak 4 kali (Damar Tri Boewono, 2003:5-6). Tujuan dilakukannya

replikasi eksperimen adalah untuk lebih memberikan keakuratan data kematian

nyamuk Ae. aegypti hasil penelitian, bahwa kematian nyamuk

Ae. aegypti yang terjadi dalam penelitian adalah karena ekstrak cabai rawit.

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Persiapan Penelitian

3.6.1.1 Persiapan Nyamuk Ae. aegypti

Nyamuk Ae. aegypti yang digunakan dalam penelitian adalah nyamuk

Ae. aegypti hasil biakan laboratorium Aedes BPVRP Salatiga, yang diperoleh

peneliti dalam bentuk jadi. Nyamuk Ae. aegypti diambil dari tempat penangkaran

menggunakan aspirator sederhana, kemudian dimasukkan dalam paper cup.

Penelitian ini membutuhkan 20 paper cup, pada tiap-tiap paper cup terdapat

20 ekor nyamuk Ae. aegypti. Jumlah nyamuk Ae. aegypti dalam penelitian

secara keseluruhan sebanyak 400 ekor.

Page 42: Skripsi Pendidikan (162)

3.6.1.2 Bahan dan Alat Pembuatan Ekstrak Cabai Rawit

Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan ekstrak cabai rawit adalah

sebagai berikut:

1) Buah cabai rawit jenis cabai kecil sebanyak 2 kg, digunakan sebagai bahan

pembuatan ekstrak.

2) Etanol 94% sebanyak 750 ml, digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan

ekstrak.

3) Pisau, untuk mengiris cabai rawit.

4) Baki, untuk mengangin-anginkan cabai rawit.

5) Alat blender, untuk menghaluskan cabai rawit.

6) Gelas ukur, untuk mengukur volume Etanol 94%, dan volume ekstrak

cabai rawit.

7) Alat soxhlet beserta perlengkapannya.

8) Rotary evaporator, untuk menguapkan pelarut dan memekatkan ekstrak.

3.6.1.3 Bahan dan Alat Uji Daya Bunuh

Bahan dan alat yang digunakan dalam uji daya bunuh adalah sebagai berikut:

1) Alat semprot, sebagai tempat ekstrak yang akan disemprotkan.

2) Timbangan digital, untuk menimbang berat ekstrak cabai rawit

yang diperlukan setiap kali perlakuan.

3) Ekstrak cabai rawit, zat untuk memberi perlakuan.

4) Aquadest, untuk mengencerkan ekstrak cabai rawit.

5) Nyamuk Ae. aegypti betina berumur 2-5 hari kenyang darah marmut.

Page 43: Skripsi Pendidikan (162)

6) Glass chamber (berukuran 70 x 70 x 70 cm) yang akan digunakan

sebagai tempat nyamuk Ae. aegypti selama perlakuan.

7) Stop watch, untuk mengukur waktu pengamatan.

8) Thermometer ruangan, untuk mengukur suhu ruangan selama penelitian.

9) Psychrometer, untuk mengukur kelembaban udara selama penelitian.

10) Pipet volume, untuk mengatur pengenceran ekstrak cabai rawit

menjadi beberapa konsentrasi.

11) Gelas ukur, untuk mengukur volume ekstrak cabai rawit dan volume

aquadest.

12) Paper cup, untuk holding nyamuk selama 24 jam.

13) Kain kasa, untuk menutup paper cup.

14) Karet gelang, untuk mengikat kain kasa pada paper cup.

15) Air gula sebagai makanan nyamuk dalam paper cup.

16) Kapas, yang akan dibasahi dengan air gula.

17) Aspirator sederhana, untuk menyedot dan memindahkan nyamuk.

18) Daftar isian, untuk mencatat hasil pengamatan.

3.6.2 Pelaksanaan Penelitian

3.6.2.1 Pembuatan Ekstrak Cabai Rawit

Langkah-langkah dalam pembuatan ekstrak cabai rawit adalah sebagai

berikut:

1) Cabai rawit dicuci bersih kemudian diiris menjadi 3-4 irisan.

Page 44: Skripsi Pendidikan (162)

2) Mengeringkan irisan cabai rawit dengan cara mengangin-anginkannya

selama 7 hari dalam kondisi tidak terkena sinar matahari secara langsung.

3) Irisan cabai rawit yang telah kering kemudian dihaluskan dengan

menggunakan blender.

4) Cabai rawit yang telah halus kemudian diekstraksi dengan menggunakan

alat soxhlet.

Cara kerja dalam proses ekstraksi tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Mengambil sejumlah serbuk cabai rawit dan membungkusnya

dengan kertas kemudian meletakkannya di labu bagian atas

dari soxhlet bertingkat.

(2) Mengukur 750 ml larutan ethanol 94% dengan gelas ukur

dan memasukkannya ke labu bagian bawah dari soxhlet bertingkat.

(3) Mengekstrak cabai rawit sampai larutan pada labu bagian atas berwarna

bening.

5) Ekstrak cabai rawit yang diperoleh masih bercampur dengan ethanol sebanyak

750 ml, kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator.

6) Hasil akhir ekstraksi adalah larutan pekat ekstrak cabai rawit sebanyak

240 ml.

3.6.2.2 Peneraan Berat Semprotan

Langkah-langkah dalam peneraan berat semprotan adalah sebagai berikut:

1) Memasukkan ekstrak cabai rawit dalam alat semprot

2) Menimbang alat semprot yang berisi ekstrak cabai rawit.

Page 45: Skripsi Pendidikan (162)

3) Menyemprotkan ekstrak cabai rawit sebanyak 10 kali.

4) Menimbang kembali alat semprot yang berisi ekstrak cabai rawit.

5) Butir 3 dan 4 diulang sebanyak tiga kali, selanjutnya selisih berat perulangan

sebanyak tiga kali tersebut dirata-rata, untuk mengetahui rata-rata berat

setiap 1 kali semprotan ekstrak.

6) Menghitung jumlah semprotan ekstrak cabai rawit yang diperlukan

untuk setiap 1 kali eksperimen. Metode pengujian obat nyamuk cair

menggunakan Glass chamber berukuran 70x70x70 cm, memerlukan ekstrak

untuk setiap 1 kali perlakuan sebesar 0,7 gram (Damar Tri Boewono, 2003:

5-6).

3.6.2.3 Cara Pengujian

Langkah-langkah cara pengujian dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1) Glass chamber dibersihkan menggunakan air detergen kemudian dibilas

dengan air dan dikeringkan dengan lap.

2) Nyamuk Ae. aegypti dimasukkan ke dalam Glass chamber, setelah satu menit

kemudian mencatat suhu dan kelembaban ruangan penelitian.

3) Membuat ekstrak cabai rawit menjadi beberapa konsentrasi yaitu mulai

dari konsentrasi 10%, 50%, 90%, dan 100%. Larutan ekstrak cabai rawit

yang dibuat adalah 100 ml pada tiap-tiap konsentrasi.

Rumus dalam pembuatan konsentrasi adalah sebagai berikut:

V1 x M1 = V2 x M2

Page 46: Skripsi Pendidikan (162)

Cara pembuatan konsentrasi:

(1) Mengukur 100 ml ekstrak cabai rawit dengan gelas ukur tanpa

mencampurnya dengan aquadest untuk mendapatkan konsentrasi 100%.

Perhitungan:

Konsentrasi 100%;

V1 x 100 = 100 x 100

V1 x 100 = 10000

V1 = 100

10000

V1 = 100 ml

(2) Mengukur 90 ml ekstrak cabai rawit dan mencampurnya dengan 10 ml

aquadest untuk mendapatkan konsentrasi 90%.

Perhitungan:

Konsentrasi 90%;

V1 x 100 = 100 x 90

V1 x 100 = 9000

V1 = 100

9000

V1 = 90 ml

(3) Mengukur 50 ml ekstrak cabai rawit dan mencampurnya dengan 50 ml

aquadest untuk mendapatkan konsentrasi 50%.

Perhitungan:

Konsentrasi 50%;

V1 x 100 = 100 x 50

V1 x 100 = 5000

V1 = 100

5000

V1 = 50 ml

(4) Mengukur 10 ml ekstrak cabai rawit dan mencampurnya dengan 90 ml

aquadest untuk mendapatkan konsentrasi 10%.

Page 47: Skripsi Pendidikan (162)

Perhitungan:

Konsentrasi 10%;

V1 x 100 = 100 x 10

V1 x 100 = 1000

V1 = 100

1000

V1 = 10 ml

4) Menyemprotkan ekstrak cabai rawit ke dalam Glass chamber.

5) Mengamati nyamuk dalam Glass chamber selama 20 menit, kemudian

mencatat nyamuk yang mengalami knockdown atau pingsan.

6) Nyamuk yang mengalami knockdown maupun yang tidak, dipindahkan

ke dalam paper cup dengan aspirator dan disimpan (holding) selama 24 jam.

Selama holding disediakan air gula untuk kebutuhan makan nyamuk.

7) Menghitung jumlah nyamuk yang mati setelah 24 jam dan data dimasukkan

tabel.

8) Apabila kematian nyamuk Ae. aegypti kontrol kurang dari 5% maka data

kematian nyamuk Ae. aegypti kontrol diabaikan, kematian nyamuk

Ae. aegypti kontrol lebih dari 20% maka dilakukan perlakuan ulang,

dan jika kematian nyamuk Ae. aegypti kontrol antara 5-20% maka dilakukan

penghitungan persen (%) kematian nyamuk Ae. aegypti perlakuan ekstrak

dikoreksi, dengan menggunakan formula abbot (H.H. Yap, et al, 1996:141).

Rumus formula abbot tersebut adalah sebagai berikut:

(%)100(%)(%)100

(%)(%)(%) χ

Pu

PuPtPc

−=

dimana:

Pc = persen kematian dikoreksi

Pt = persen kematian pada sampel perlakuan

Pu = persen kematian pada sampel kontrol

Page 48: Skripsi Pendidikan (162)

3.7 Pengumpulan dan Analisis Data

3.7.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data berupa data primer dilakukan dengan mencatat jumlah

nyamuk Ae. aegypti yang mati akibat ekstrak cabai rawit selama penelitian.

Data yang terkumpul dalam penelitian kemudian diolah, dengan tahap-tahap

sebagai berikut:

1) Editing

Editing yaitu meneliti kelengkapan data kematian nyamuk yang diperoleh

selama penelitian.

2) Tabulating

Tabulating yaitu menyusun data dalam bentuk tabel untuk memudahkan

pada waktu menganalisis data.

3.7.2 Analisis Data

Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan uji statistika

sebagai berikut:

1) Uji Varian Satu Arah

Uji varian satu arah digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

rata-rata kematian nyamuk Ae. aegypti pada berbagai kelompok konsentrasi

ekstrak cabai rawit. Analisis dilakukan menggunakan program komputer.

Dasar pengambilan keputusan berdasarkan pada probabilitas adalah sebagai

berikut, apabila probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan apabila probabilitas

< 0,05 maka H0 ditolak (Singgih Santoso, 2005:320). Setelah dilakukan uji

Page 49: Skripsi Pendidikan (162)

varian satu arah, kemudian dilakukan uji lanjutan menggunakan uji LSD

(Least Significance Different). Uji LSD digunakan untuk mengetahui

pasangan nilai rata-rata kelompok konsentrasi ekstrak cabai rawit yang

berbeda secara signifikan. Analisis dilakukan dengan menggunakan program

komputer. Dasar pengambilan keputusan adalah berdasarkan pada

probabilitas sebagai berikut, apabila probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan

apabila probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak (Singgih Santoso, 2005:321).

2) Uji Probit

Uji probit digunakan untuk mengetahui nilai LC50 (H.H. Yap, et al, 1996:140)

dari ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti untuk waktu

pengamatan 24 jam setelah perlakuan. Analisis dilakukan dengan

menggunakan program komputer.

Page 50: Skripsi Pendidikan (162)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti

menggunakan sampel sebanyak 20 ekor untuk setiap perlakuan. Penelitian

menggunakan 4 konsentrasi ekstrak cabai rawit yaitu konsentrasi 10%,

konsentrasi 50%, konsentrasi 90%, dan konsentrasi 100%. Setiap konsentrasi

dilakukan replikasi perlakuan sebanyak 4 kali. Data yang diperoleh selama

penelitian bersifat kuantitatif.

Data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian kemudian dideskripsikan

dengan menggunakan program komputer. Hasil deskripsi data menunjukkan

bahwa nilai tertinggi nyamuk Ae. aegypti yang mati dalam penelitian adalah

9 ekor, dan nilai terendah adalah 0 ekor. Hasil deskripsi data juga menunjukkan

rata-rata nyamuk yang mati dalam penelitian adalah 4 ekor dan standar deviasi

total adalah 2,22.

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Uji Insektisida Rumah Tangga

BPVRP Salatiga Jawa Tengah selama 3 hari, yaitu pada tanggal 27-29 Juli 2005.

Kegiatan dalam penelitian meliputi peneraan berat semprotan, pengukuran suhu

dan kelembaban ruangan penelitian serta perhitungan jumlah nyamuk Ae. aegypti

yang mati 24 jam setelah perlakuan.

Page 51: Skripsi Pendidikan (162)

30

7,07

4.2.1 Hasil Peneraan Berat Semprotan

Data dalam peneraan berat semprotan ekstrak cabai rawit adalah sebagai

berikut:

1) Berat awal = 93,63 gram

2) Berat setelah disemprotkan 10 kali

• Berat setelah disemprotkan 10 kali yang pertama = 91,23 gram

• Berat setelah disemprotkan 10 kali yang kedua = 88,56 gram

• Berat setelah disemprotkan 10 kali yang ketiga = 86, 56 gram

3) Berat 1 kali semprotan:

=

=

=

= 0,235667 gram

4) Perhitungan jumlah semprotan ekstrak cabai rawit yang diperlukan setiap

perlakuan:

= 0,7 gram : 0,236 gram

= 2.9661017 kali semprotan

= 3 kali semprotan

4.2.2 Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Ruangan Penelitian

Suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian uji daya bunuh

ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti, diukur dan dicatat.

30

22,672,4 ++30

)56,8656,88()56,8823,91()23,9163,93( −+−+−

Page 52: Skripsi Pendidikan (162)

6.25%

0.00%

13.75%

0.00%

18.75%

0.00%

31.25%

0.00%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

Tin

gk

at K

emat

ian

Ny

amu

k

10% 50% 90% 100%

Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit

Sampel Eksperimen

Sampel Kontrol

Hasil pengukuran suhu dan kelembaban ruangan disajikan pada

tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1

Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Ruangan Uji Insektisida Rumah Tangga BPVRP Salatiga pada Tanggal 27-29 Juli 2005

Hari Suhu (dalam celcius) Kelembaban

(dalam %)

Pertama (27 Juli 2005) 26 75

Kedua (28 Juli 2005) 25 74

Ketiga (29 Juli 2005) 27 76

Rata-Rata 26 75

Sumber : Data Primer (2005)

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui rata-rata suhu ruangan selama penelitian

adalah 26 ˚C, dan rata-rata kelembaban ruangan selama penelitian adalah 75%.

4.2.3 Data Kematian Nyamuk Ae. aegypti

Perhitungan jumlah nyamuk Ae. aegypti yang mati dilakukan 24 jam setelah

penyemprotan ekstrak cabai rawit. Jumlah nyamuk Ae. aegypti yang mati dalam

penelitian dapat dilihat pada grafik 1.

Grafik 1

Tingkat Kematian Nyamuk pada berbagai Konsentrasi Ekstrak

Page 53: Skripsi Pendidikan (162)

Grafik 1 menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak cabai rawit terendah yaitu

10% dapat membunuh nyamuk Ae. aegypti sebesar 6,25% dari seluruh jumlah

sampel dalam waktu 24 jam setelah perlakuan, dan konsentrasi tertinggi

yaitu 100% dapat membunuh nyamuk Ae. aegypti sebesar 31,25% dari seluruh

jumlah sampel dalam waktu 24 jam setelah perlakuan. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa tingkat kematian nyamuk dalam penelitian tidak mencapai

50% dari seluruh jumlah sampel yang digunakan.

4.2.4 Hasil Analisis Data

1) Analisis ANOVA

Tabel 2

Uji ANOVA Rata-Rata Antar Kelompok Data

Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit

Konsentrasi

(%)

Rata

Rata

Standar

Deviasi Minimum Maximum N P value

10 1.25 .957 0 2 4 0,001

50 2.75 .500 2 3 4 0,001

90 3.75 1.500 2 5 4 0,001

100 6.25 1.893 5 9 4 0,001

Total 3.50 2.221 0 9 16 0,001

Sumber: Data Primer (2005)

Hasil analisis menggunakan ANOVA menunjukkan nilai probabilitas adalah

sebesar 0,001 atau kurang dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-

rata antar kelompok data konsentrasi ekstrak cabai rawit yang satu dengan

yang lain tidak saling identik atau berbeda secara nyata (perhitungan pada

lampiran).

Page 54: Skripsi Pendidikan (162)

Setelah diketahui bahwa rata-rata antar kelompok data konsentrasi ekstrak

cabai rawit berbeda secara nyata, kemudian dilakukan uji post hoc test

menggunakan uji LSD (Least Significance Different) untuk mengetahui

pasangan masing-masing kelompok data konsentrasi ekstrak cabai rawit yang

berbeda secara nyata tersebut. Hasil uji post hoc test menggunakan uji LSD

dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini (perhitungan pada lampiran).

Tabel 3

Uji LSD (Least Significance Difference) Pasangan Kelompok Data

Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit

Konsentrasi

Ekstrak Cabai

Rawit (I)

Konsentrasi

Ekstrak Cabai

Rawit (J)

Perbedaan

Rata-Rata

(I-J)

P value

50 -1.500 .135

90 -2.500 .020

10 100 -5.000 .000

10 1.500 .135

90 -1.000 .306

50 100 -3.500 .003

10 2.500 .020

50 1.000 .306

90 100 -2.500 .020

10 5.000 .000

50 3.500 .003

100 90 2.500 .020

Sumber: Data Primer (2005)

Hasil analisis menggunakan LSD menunjukkan bahwa pasangan kelompok

data konsentrasi ekstrak cabai rawit yang mempunyai nilai probabilitas

kurang dari 0,05 atau mempunyai rataan yang berbeda secara bermakna,

adalah antara konsentrasi 10% dengan 90%, 10% dengan 100%, 50% dengan

100%, 90% dengan 10%, 90% dengan 100%, 100% dengan 10%, 100%

dengan 50%, dan 100% dengan 90% (perhitungan pada lampiran).

Page 55: Skripsi Pendidikan (162)

2) Uji Probit

Tabel 4

Uji Probit

Tingkat LC Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit (%)

10 22.77523

20 67.93570

30 149.39250

40 292.78830

50 548.56540

60 1027.78600

70 2014.31600

80 4429.53600

90 13212.73000

Sumber: Data Primer (2005)

Hasil analisis menggunakan uji probit menunjukkan bahwa LC50 diperoleh

pada konsentrasi ekstrak cabai rawit 549%. Hal tersebut menunjukkan bahwa

LC50 tidak dapat dicapai dalam penelitian karena konsentrasi untuk mencapai

LC50 lebih dari 100% (perhitungan pada lampiran).

4.3 Pembahasan

Suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai

rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti, diukur dan dicatat. Rata-rata suhu ruangan

untuk seluruh perlakuan adalah sebesar 26 ˚C. Suhu tersebut termasuk suhu yang

ideal bagi kehidupan nyamuk Ae. aegypti. Suhu optimum yang baik bagi spesies

nyamuk agar dapat hidup normal adalah antara rentang 25-27 ˚C (WHO,

1975:81). Pada suhu dibawah 10 ˚C dan diatas 40 ˚C, siklus hidup nyamuk Ae.

aegypti akan berhenti (Upik Kesumawati Hadi dan Susi soviana, 2000:25).

Sementara rata-rata kelembaban relatif udara untuk seluruh perlakuan adalah

Page 56: Skripsi Pendidikan (162)

sebesar 75%. Kelembaban relatif udara yang ideal bagi pertumbuhan dan

kehidupan nyamuk adalah antara 60-80% (Komisi Pestisida, 1995:5).

Umur nyamuk merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap

daya tahan nyamuk terhadap pajanan senyawa kimia. Oleh karena itu

pemilihan umur nyamuk adalah kegiatan yang penting dalam penelitian.

Kisaran umur nyamuk Ae. aegypti yang digunakan dalam penelitian

uji daya bunuh ekstrak cabai rawit adalah rentang usia antara 2-5 hari. Rentang

usia 2-5 hari merupakan rentang umur terbaik dari nyamuk. Pada umur dibawah 2

hari, keadaan fisik nyamuk masih lemah sehingga akan mempermudah terjadinya

kematian pada nyamuk, sementara pada umur di atas 5 hari ketahanan tubuh

nyamuk telah menurun yang akan mengakibatkan meningkatnya resiko kematian

(Upik Kesumawati Hadi dan Susi soviana, 2000:24).

Jenis kelamin nyamuk berkaitan dengan peran nyamuk dalam menularkan

penyakit arthropod-born viral disease pada manusia. Seluruh penyakit

arthropod-born viral disease yang ditularkan oleh nyamuk pada manusia,

ditularkan oleh nyamuk betina. Hal ini disebabkan perilaku nyamuk betina

yang menggigit dan menghisap darah manusia untuk mematangkan telurnya,

sementara nyamuk jantan tidak menggigit manusia dan hanya menghisap

sari tumbuhan (Sumarmo, 1988:22). Jenis kelamin nyamuk juga berkaitan

dengan ketahanan tubuh antara nyamuk jantan dan betina berbeda.

Nyamuk betina berumur lebih lama dibandingkan nyamuk jantan Nyamuk jantan

biasanya hanya dapat bertahan hidup selama 6 sampai 7 hari, sementara nyamuk

betina dapat bertahan hidup sampai 2 minggu (Soedarto, 1992:60). Oleh karena

itu dalam penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit digunakan nyamuk

Ae. aegypti dengan jenis kelamin betina.

Page 57: Skripsi Pendidikan (162)

Jumlah nyamuk yang digunakan dalam uji daya bunuh ekstrak cabai rawit

berhubungan dengan keakuratan data hasil penelitian, serta dengan tingkat

persaingan hidup antar nyamuk Ae. aegypti pada saat holding selama 24 jam.

Jumlah nyamuk sampel yang terlalu sedikit akan menghasilkan persentase

kematian nyamuk yang tinggi sehingga meningkatkan resiko terjadinya bias data

hasil penelitian, sementara jumlah nyamuk yang terlalu besar akan meningkatkan

resiko kematian akibat persaingan hidup antar nyamuk pada saat holding selama

24 jam. Untuk menghindari hal-hal tersebut maka jumlah nyamuk Ae. aegypti

yang digunakan dalam setiap perlakuan mengacu kepada jumlah standar yang

digunakan dalam penelitian uji insektisida semprot cair yaitu sebanyak 20 ekor

(Damar Tri Boewono, 2003:5).

Jarak antara ujung alat semprot dengan nyamuk sasaran pada saat dilakukan

penyemprotan dapat mempengaruhi hasil penelitian (Komisi Pestisida, 1995:2).

Nyamuk dapat mati hanya dengan semprotan aquadest saja, apabila semprotan

tersebut mengenai langsung tubuhnya. Penyemprotan dalam uji daya bunuh

ekstrak cabai rawit dilakukan secara mendatar dan tidak ada nyamuk Ae. aegypti

yang berada dalam garis lurus arah penyemprotan. Dengan demikian pengaruh

jarak penyemprotan dalam penelitian dapat diabaikan.

Lama waktu kontak antara nyamuk Ae. aegypti dengan ekstrak cabai rawit

berpengaruh terhadap efek pajanan dari ekstrak cabai rawit terhadap

nyamuk Ae. aegypti. Lama waktu kontak yang terlalu singkat akan mengurangi

lama interaksi antara senyawa kimia dengan nyamuk sasaran yang akan

menurunkan jumlah nyamuk yang mati, sementara lama waktu kontak

yang terlalu lama akan meningkatkan lama interaksi antara senyawa kimia

dengan nyamuk sasaran yang akan meningkatkan jumlah nyamuk yang mati.

Page 58: Skripsi Pendidikan (162)

Oleh karena itu lama waktu kontak dalam uji daya bunuh dibuat sama yaitu

20 menit (Damar Tri Boewono, 2003:5).

Penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti

menggunakan nilai LC atau Lethal Consentration dalam menghitung daya bunuh

ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti dalam penelitian, disebabkan zat

yang digunakan dalam uji daya bunuh berbentuk cair. Nilai LC yang diharapkan

dapat dicapai dalam penelitian adalah LC50. Hal ini karena untuk penelitian uji

daya bunuh suatu insektisida, tingkat konsentrasi insektisida dianggap memiliki

daya bunuh yang baik serta tidak berbahaya bagi lingkungan apabila mencapai

LC50. Nilai LC dibawah LC50 dikategorikan memiliki daya bunuh rendah, dan

nilai LC diatas LC50 dikategorikan memiliki daya bunuh yang efektif. Tetapi

untuk insektisida yang mampu mencapai LC diatas LC50, memerlukan pengujian

untuk mengetahui tingkat keamanannya terhadap kelestarian lingkungan hidup.

Hasil analisis data menggunakan ANOVA satu arah menunjukkan bahwa

rata-rata antar masing-masing kelompok data konsentrasi esktrak cabai rawit tidak

saling identik atau berbeda secara nyata, kemudian dengan uji LSD

dapat diketahui masing-masing pasangan kelompok konsentrasi yang berbeda

secara nyata tersebut.

Hasil analisis probit menunjukkan bahwa ekstrak cabai rawit dalam

penelitian mampu mencapai LC20 yang diperoleh tepat pada konsentrasi

ekstrak cabai rawit 68%. Hasil analisis probit juga menunjukkan bahwa LC50

tidak dapat dicapai dalam penelitian.

Pada penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk

Ae. aegypti, terdapat faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab

tidak tercapainya nilai LC50.

Page 59: Skripsi Pendidikan (162)

Faktor- faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1) Berat bahan kasar yang dipakai dalam pembuatan ekstrak cabai rawit

kurang banyak, yaitu hanya 2 kg, sehingga ekstrak cabai rawit yang

diperoleh kurang pekat.

2) Zat hasil akhir pembuatan ekstrak cabai rawit berbentuk larutan cair pekat,

sehingga pada ekstrak cabai rawit masih terdapat etanol

yang dipakai sebagai pelarut dalam pembuatan ekstrak cabai rawit.

Keberadaan etanol dalam ekstrak diduga menyebabkan berkurangnya

daya bunuh dari senyawa-senyawa kimia cabai rawit yang memajan

pada nyamuk Ae. aegypti setiap kali perlakuan.

3) Fungsi aromatik senyawa capsaicin pada cabai rawit yang diduga dapat

digunakan untuk membunuh nyamuk Ae. aegypti melalui jalur inhalasi,

kemungkinan kurang dominan apabila dibandingkan dengan

fungsi rasa yang dimilikinya. Oleh karena itu ekstrak cabai rawit

kemungkinan akan lebih baik jika digunakan sebagai repellent, berdasarkan

fungsi rasa dari capsaicin yang diduga lebih dominan. Untuk itu diperlukan

penelitian lain untuk membuktikan daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap

nyamuk Ae. aegypti menggunakan metode repellent terkait kemungkinan

yang telah disebutkan.

4) Senyawa lain pada cabai rawit yaitu masing-masing flavonoid, saponin,

tannin, kemungkinan jumlahnya lebih besar dibandingkan senyawa

Page 60: Skripsi Pendidikan (162)

capsaicin, oleh karena itu ekstrak cabai rawit kemungkinan akan lebih baik

apabila digunakan sebagai larvasida, berdasarkan kandungan flavonoid yang

dapat merusak membran sel, saponin yang dapat merusak pembuluh darah,

dan tannin yang dapat mengecilkan pori-pori lambung. Untuk itu diperlukan

penelitian lain untuk membuktikan daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap

stadium larva nyamuk Ae. aegypti terkait kemungkinan yang telah

disebutkan.

Berdasarkan faktor-faktor yang diduga menyebabkan tidak tercapainya LC50

dalam penelitian, maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila

akan dilakukan suatu penelitian yang sejenis. Pada penelitian ini, hal-hal tersebut

tidak dapat dilakukan oleh peneliti dikarenakan keterbatasan dana dan waktu.

Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kuantitas berat bahan kasar dalam pembuatan ekstrak cabai rawit.

2) Bentuk zat hasil akhir dari pembuatan ekstrak cabai rawit.

3) Melakukan uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap berbagai stadium

nyamuk Ae. aegypti. Pemilihan stadium nyamuk Ae. aegypti

untuk uji daya bunuh hendaknya disesuaikan dengan sifat dan cara kerja

dari senyawa kimia yang terkandung dalam cabai rawit.

Menurut Frank C. Lu (1995:88), untuk menentukan LC50 dalam

suatu uji toksisitas akut, diperlukan tiga rentang dosis dalam penelitian

sehingga kisaran dosis yang akan mencapai LC50 dapat diperkirakan dengan tepat.

Dosis pertama adalah dosis yang dapat membunuh kurang dari separuh jumlah

sampel, dosis yang kedua adalah dosis yang dapat membunuh separuh dari jumlah

Page 61: Skripsi Pendidikan (162)

sampel, dan dosis yang ketiga adalah dosis yang dapat membunuh

lebih dari separuh jumlah sampel. Hasil dalam penelitian menunjukkan

bahwa konsentrasi ekstrak cabai rawit tertinggi yang dipakai pada penelitian yaitu

konsentrasi 100% dapat membunuh sampel sebanyak 31,25% atau mencapai LC20.

Analisis dengan uji probit menunjukkan bahwa nilai LC20 yang dicapai dalam

penelitian, diperoleh tepat pada konsentrasi 68%. Berdasarkan data hasil

penelitian tersebut dapat diketahui bahwa ekstrak cabai rawit memiliki daya

bunuh terhadap nyamuk Ae. aegypti, tetapi daya bunuh tersebut sangat rendah,

yaitu hanya mencapai LC20.

Penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti

dilakukan dalam rangka memberikan alternatif pemakaian insektisida nabati untuk

mengendalikan nyamuk Ae. aegypti, yang berperan sebagai vektor penyakit

demam berdarah dengue (Umar Fahmi, 2005). Walaupun hasil penelitian

menunjukkan bahwa ekstrak cabai rawit yang digunakan dalam penelitian

memiliki daya bunuh yang sangat rendah terhadap nyamuk Ae. aegypti,

diharapkan data hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian

sejenis dalam bidang kesehatan masyarakat.

.

Page 62: Skripsi Pendidikan (162)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit

(Capsicum frutescens L) terhadap nyamuk Ae. aegypti, diketahui bahwa

konsentrasi ekstrak cabai rawit terendah yaitu 10% mampu mencapai LC5, dan

konsentrasi ekstrak cabai rawit tertinggi yaitu 100% mampu mencapai LC20. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa ada daya bunuh dari ekstrak cabai rawit yang

digunakan dalam penelitian terhadap nyamuk Ae. aegypti, tetapi daya bunuh

tersebut sangat rendah.

5.2 Saran

a. Menambah jumlah bahan kasar dalam pembuatan ekstrak cabai rawit supaya

zat hasil akhir pembuatan ekstrak menjadi lebih pekat sehingga diharapkan

dapat menambah daya bunuh dari ekstrak.

b. Mengganti bentuk hasil akhir pembuatan ekstrak cabai rawit dari bentuk cair

menjadi bentuk serbuk kering, sehingga tidak terdapat lagi kandungan etanol

di dalam ekstrak cabai rawit. Dengan menghilangkan kandungan etanol

dalam ekstrak diharapkan dapat menambah daya bunuh dari ekstrak cabai

rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti.

c. Melakukan uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap berbagai stadium

nyamuk Ae. aegypti.

Page 63: Skripsi Pendidikan (162)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Watik Pratiknyo. 2003. Dasar-Dasar Metode Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Aji Bau. 1999. Uji Efikasi Daun Tumbuhan Paitan (Tithonia diversifolia Grey)

Terhadap Larva Aedes aegypti di Laboratorium. Skripsi. FKM UNDIP Semarang.

Damar Tri Boewono. 2003. Pedoman Uji Hayati Insektisida Rumah-Tangga

(Household Insecticides). Salatiga: BPVRP.

Dept. Medical Entomology, ICPMR. 2002. larvae photographs. http ://medent. usyd. edu. au/photos/ larvae_photographs.htm (Accested 20 Agustus 2005).

2002. pupa photographs. http ://medent. usyd. edu. au/ photos/ pupa_photographs.htm (Accested 20 Agustus 2005).

Ditjen PPM&PLP. 1992. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular

Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Depkes RI. ______________ 1995. Menggerakkan Masyarakat dalam Pemberantasan

Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD). Jakarta: Depkes RI.

_____________ 1996. Kumpulan Surat Keputusan/Edaran tentang

Pemberantasan Penyakit DBD Edisi Tahun 1995/1996. Jakarta: Depkes RI.

Ditjen PPM&PL. 2001. Pedoman Pelaksanaan Surveillans Vektor. Jakarta:

Depkes RI. ______________ 2001. Pedoman Pelaksanaan Sanitasi Lingkungan dalam

Pengendalian Vektor. Jakarta: Depkes RI.

Page 64: Skripsi Pendidikan (162)

______________ 2002. Pedoman Survey Entomologi Demam Berdarah. Jakarta: Depkes RI.

Dinkes DKI. 2003. Demam Berdarah. http://www.DinkesDKI.com (Accested 20

Agustus 2005).

Frank C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar: asas, organ sasaran dan penilaian risiko.

Terjemahan Edi Nugroho. Jakarta: UI-Press German Commission E. 1990. http: //www. wrc. Net /wrcnet_content

/herbalresources /materiamedica/Cayenne.htm:

H.H. Yap, N.L. Chong, C.Y. Lee. 1996. Biology and Control of Urban Pests. Penang: Universiti Sains Malaysia.

Jan. A. Rozendaal. 1999. Vektor Control. Genewa: World Health Organization. Juni Prianto L.A., Tjahaya P.U., Darwanto. 2003. Atlas Parasitologi Kedokteran.

Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Komisi Pestisida. 1995. Metoda Standar Pengujian Efikasi Pestisida. Jakarta.

Departemen Pertanian.

Michael Tierra. 2004. Health. http: //cyberman. cbn. net.id/ detil.asp? kategori=Health&newsno=486

North Dakota State University. 1991. Mosquitos. http: //www. ext. nodak. edu/

extpubs/ ansci/horse/eb55-2.htm (Accested 20 Agustus 2005). Nunik Siti Aminah. 2001. Nunik Siti Aminah, Badan Litbang Kesehatan.

digilib.litbang.depkes.go.id/go. php?id=jkpkbppk-gdl-s2-1995-nunik-57-insecticid (Accested 20 Agustus 2005).

Pusat data dan informasi PERSI. 2003. Cabai Rawit (Capsium frutescens L).

www.pdpersi.co.id/pdpersi/news/alternatif (Accested 20 Agustus 2005).

Page 65: Skripsi Pendidikan (162)

Rochman Naim. 2004. http://www.kompas.com/kompas-cetak /0409 /15 /sorotan /1265264.htm (Accested 20 Agustus 2005).

Sarpian. 2003. Bertanam Cabai Rawit dalam Polybag. Jakarta: PT. Penebar

Swadaya.

Sastrodihardjo. 1979. Pengantar Entomologi Terapan. Bandung: Penerbit ITB

Bandung. Setiadi. 1995. Jenis dan Budidaya Cabai Rawit Cetakan Kedua. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Setiawan Dalimartha. 2004. Atlas Tanaman Obat Indonesia Jilid II. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Singgih Santoso. 2005. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Soedarto. 1992. Entomologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Soedarto, Machfudz, Yuwono, Setokoesoemo. 1990. ‘Penelitian Entomologik

untuk Menentukan Peranan Sekolah Sebagai Sumber Penularan

Demam Berdarah di Kabupaten Ngawi Jawa Timur’. Majalah

Parasitologi Indonesia. Volum 4 no 1&2/Th. 1992/Januari-Juni 1992, hlm. 35-40.

Srisasi Gandahusada, Herry D. Illahude, Wita Pribadi. 2000. Parasitologi

Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Sri Sugati Syamsuhidayat, Johnny Ria Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat

(I). Jakarta: Balitbangkes Depkes RI. Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Page 66: Skripsi Pendidikan (162)

Sumarmo. 1988. Demam Berdarah (Dengue) pada Anak. Jakarta: UI PRESS Tarif Khalidi. 2003. The Muslim Jesus. Jakarta. PT Serambi Ilmu Semesta.

Umar Fahmi. 2005. Demam Berdarah. http://www.kompas.com/kompas-cetak/Berita iBatam/0409 /15 /sorotan /1265264.htm (Accested 20 Agustus 2005).

Upik Kesumawati Hadi, Susi Soviana. 2000. Ektoparasit: Pengenalan, Diagnosis

dan Pengendaliannya. Bogor: IPB WHO. 1984. Chemical Methods for The Control of Arthropod Vectors and Pests

of Public Health Importance. Geneva. WHO Publications. _____ 1997. Dengue Haemorrhagic Fever: Diagnosis, Treatment, Prevention and

Control Second Edition. Geneva: WHO Library.

Page 67: Skripsi Pendidikan (162)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

Tabel Kematian Nyamuk dengan 4 Kali Replikasi

No. Konsentrasi

(%) Replikasi

Jumlah

Nyamuk

Uji

Jumlah

Nyamuk

Mati

Rata-

Rata

Kematian

Kematian

Nyamuk

(%)

10% 1 20 0

10% 2 20 1

10% 3 20 2 1

10% 4 20 2

1.25 3.2

50% 1 20 2

50% 2 20 3

50% 3 20 3 2

50% 4 20 3

2.75 13.75

90% 1 20 2

90% 2 20 3

90% 3 20 5 3

90% 4 20 5

3.75 18.75

100% 1 20 5

100% 2 20 5

100% 3 20 6 4

100% 4 20 9

6.25 31.25

Suhu Rata-Rata = 26 ˚C

Page 68: Skripsi Pendidikan (162)

Statistics

16 16

0 0

3.50 2.50

.555 .289

3.00 2.50

2a 1a

2.221 1.155

4.933 1.333

9 3

0 1

9 4

Valid

Missing

N

Mean

Std. Error of Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

Kematian

Nyamuk

Setelah 24

Jam

Konsentrasi

Ekstrak

Multiple modes exist. The smallest value is showna.

Kematian Nyamuk Setelah 24 Jam

1 6.3 6.3 6.3

1 6.3 6.3 12.5

4 25.0 25.0 37.5

4 25.0 25.0 62.5

4 25.0 25.0 87.5

1 6.3 6.3 93.8

1 6.3 6.3 100.0

16 100.0 100.0

0

1

2

3

5

6

9

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Kelembaban Rata-Rata = 75%

Sumber: Data Primer (2005)

Lampiran 2

Frequencies

Frequency Table

Page 69: Skripsi Pendidikan (162)

Konsentrasi Ekstrak

4 25.0 25.0 25.0

4 25.0 25.0 50.0

4 25.0 25.0 75.0

4 25.0 25.0 100.0

16 100.0 100.0

10%

50%

90%

100%

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Tests of Normality

.214 16 .048 .924 16 .197Kematian Nyamuk

Setelah 24 Jam

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Lilliefors Significance Correctiona.

Lampiran 3

Uji Normalitas Data Kematian Nyamuk

Pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit

a. Tabel Hasil Uji Normalitas

Page 70: Skripsi Pendidikan (162)

0 2 4 6 8 10

Observed Value

-2

-1

0

1

2

Exp

ecte

d N

orm

al

Normal Q-Q Plot of Kematian Nyamuk Setelah 24 Jam

Descriptives

Kematian Nyamuk Setelah 24 Jam

4 4 4 4 16

1.25 2.75 3.75 6.25 3.50

.957 .500 1.500 1.893 2.221

.479 .250 .750 .946 .555

-.27 1.95 1.36 3.24 2.32

2.77 3.55 6.14 9.26 4.68

0 2 2 5 0

2 3 5 9 9

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Lower Bound

Upper Bound

95% Confidence

Interval for Mean

Minimum

Maximum

10% 50% 90% 100% Total

b. Kurva Normal Hasil Uji Normalitas

Lampiran 4

Hasil Uji Anova Satu Arah

a. Tabel Deskripsi Data

Page 71: Skripsi Pendidikan (162)

Test of Homogeneity of Variances

Kematian Nyamuk Setelah 24 Jam

2.343 3 12 .125

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

Kematian Nyamuk Setelah 24 Jam

53.000 3 17.667 10.095 .001

21.000 12 1.750

74.000 15

Between Groups

Within Groups

Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

b. Tabel Kesamaan varian

c. Tabel Anova Satu Arah

Page 72: Skripsi Pendidikan (162)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Kematian Nyamuk Setelah 24 Jam

LSD

-1.500 .935 .135 -3.54 .54

-2.500* .935 .020 -4.54 -.46

-5.000* .935 .000 -7.04 -2.96

1.500 .935 .135 -.54 3.54

-1.000 .935 .306 -3.04 1.04

-3.500* .935 .003 -5.54 -1.46

2.500* .935 .020 .46 4.54

1.000 .935 .306 -1.04 3.04

-2.500* .935 .020 -4.54 -.46

5.000* .935 .000 2.96 7.04

3.500* .935 .003 1.46 5.54

2.500* .935 .020 .46 4.54

(J) Konsentrasi

Ekstrak

50%

90%

100%

10%

90%

100%

10%

50%

100%

10%

50%

90%

(I) Konsentrasi

Ekstrak

10%

50%

90%

100%

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

Lower

Bound

Upper

Bound

95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level.*.

d. Tabel Pasangan Kelompok Data yang Berpasangan

Gambar 1. Buah cabai rawit

Page 73: Skripsi Pendidikan (162)

Gambar 2. Serbuk cabai rawit yang sudah dihaluskan dibungkus menggunakan kertas

Page 74: Skripsi Pendidikan (162)

Gambar 3. Proses Ekstraksi Menggunakan Soxhlet

Gambar 4. Pengentalan Ekstrak Cabai Rawit Menggunakan Rotary Evaporator

Gambar 5. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian

Page 75: Skripsi Pendidikan (162)

Gambar 6. Pembuatan konsentrasi ekstrak cabai rawit

Page 76: Skripsi Pendidikan (162)

Gambar 7. Pemindahan nyamuk Ae. agypti menggunakan aspirator sederhana

Gambar 8. Nyamuk Ae. agypti di holding menggunakan paper cup