Skripsi Pendidikan (162)
-
Upload
safran-hasibuan -
Category
Documents
-
view
1.108 -
download
2
Transcript of Skripsi Pendidikan (162)
UJI DAYA BUNUH EKSTRAK CABAI RAWIT
(Capsicum frutescens L) TERHADAP
NYAMUK Aedes aegypti
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1
Untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
Nama Mahasiswa : Wakhyulianto
NIM : 6450401010
Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Ilmu Keolahragaan
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
SARI
UJI DAYA BUNUH EKSTRAK CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L)
TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah-satu penyakit arthropod-
born viral disease yang menimbulkan masalah kesehatan di Indonesia. Nyamuk yang menjadi vektor DBD adalah Aedes aegypti (Ae. aegypti). Upaya-upaya pengendalian nyamuk telah dilakukan untuk mengurangi kejadian penyakit arthropod-born viral disease. Pengendalian tersebut meliputi pengendalian fisik, pengendalian hayati, pengendalian kimiawi, pengendalian genetik maupun pengendalian terpadu. Pengendalian nyamuk yang paling banyak dilakukan adalah pengendalian kimiawi menggunakan insektisida sintetis. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida sintetis ternyata menimbulkan dampak negatif yang merugikan. Oleh karena itu digunakan insektisida nabati yang berasal dari tumbuhan. Salah-satu jenis tumbuhan yang mengandung insektisida nabati adalah cabai rawit (Capsicum frutescens L). Diketahui pada cabai rawit terkandung senyawa capsaicin, ascorbic acid, flavonoida, saponin, dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya bunuh dari ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti. Variabel terikat dalam penelitian adalah kematian nyamuk Ae. aegypti, sementara variabel bebas dalam penelitian adalah ekstrak cabai rawit dengan berbagai konsentrasi yaitu 10%, 50%, 90%, dan 100%. Penelitian ini bersifat eksperimen murni, menggunakan desain penelitian post test only control group
design. Perhitungan jumlah nyamuk Ae. aegypti yang mati dilakukan 24 jam setelah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata antar kelompok data konsentrasi ekstrak cabai rawit berbeda secara signifikan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ekstrak cabai rawit memiliki daya bunuh terhadap nyamuk Ae. Aegypti, yaitu mencapai LC20. Walaupun ada daya bunuh dari ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti, tetapi daya bunuh tersebut sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian maka perlu dilakukan penambahan jumlah bahan kasar pembuatan ekstrak cabai rawit untuk menambah kepekatan ekstrak atau mengganti zat hasil ekstrak dari bentuk larutan pekat menjadi bentuk serbuk kering (sehingga diharapkan dapat menambah daya bunuh dari ekstrak), serta melakukan uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap berbagai stadium nyamuk Ae. aegypti menggunakan metode pengujian yang disesuaikan dengan sifat dan cara kerja dari senyawa kimia yang terkandung dalam cabai rawit.
Kata Kunci: Daya bunuh ekstrak cabai rawit, nyamuk Ae. aegypti.
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang
Pada Hari : Senin
Tanggal : 31 Oktober 2005
Panitia Ujian
Ketua Panitia, Sekretaris,
Drs. Sutardji, M.S. Drs. Herry Koesyanto, M.S. NIP 130 523 506 NIP. 131 571 549
Dosen Penguji,
1. dr. Oktia Woro KH, M.Kes (Ketua) NIP. 131 695 159
2. Drs. Bambang Wahyono (Anggota) NIP. 131 674 366
3. Eram Tunggul P, SKM. M.Kes (Anggota) NIP. 132 303 558
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Seseorang yang telah berilmu, beramal, dan kemudian memberikan ilmunya,
dialah yang disebut agung dalam kerajaan surga (Isa a.s).
2. Wahai Tuhanku, hiburlah aku, demi hatiku yang lembut, lunak, dan aku
menilai diriku dengan penghargaan yang rendah (Isa a.s).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang-orang yang
keberadaannya, baik secara langsung maupun tidak langsung, sangat berpengaruh
dalam penulisan skripsi ini, yaitu:
1. Almarhum Ayah, semoga kecintaanmu padaku dapat terbalaskan kelak.
2. Bapak, Ibu, serta Adikku, yang selalu memberikan dorongan dan pengertian
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
3. My candle light, Fad’l, thanks to your dream (it keep me alive, then you never
realize the power of it).
4. Sahabatku Sri Wahyuni, Putut, Priyanto, Bambang, Adi, Arif, atas saran dan
kritiknya yang sangat berharga dalam penulisan skripsi.
5. Seluruh sahabat-sahabatku sesama angkatan 2001 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulisan skripsi ini banyak mengalami kesulitan dan hambatan, tetapi
berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat terselesaikan.
Oleh karena itu disampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan FIK UNNES, Drs. Sutardji, M.S, atas izin penelitian yang
diberikan.
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNES, dr. Oktia Woro
KH, M.Kes, atas izin penelitian yang diberikan.
3. Dosen pembimbing I, Drs. Bambang Wahyono, atas bimbingan,
dorongan serta motivasi yang diberikan selama penulisan skripsi.
4. Dosen pembimbing II, Eram Tunggul Pawenang, SKM, M.Kes, atas
bimbingan, dorongan, motivasi serta nasehat-nasehatnya yang sangat
berharga bagi pribadi penulis.
5. Kepala Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit, Dr. Damar Tri
Boewono, PhD. M.S, atas izin penggunaan tempat untuk melakukan
praktik dalam pengambilan data.
6. Peneliti BPVRP, Drs. Hasan Boesri, M.S, atas bimbingan dan arahan
mulai dari persiapan praktik pengambilan data hingga terselesaikannya
penulisan skripsi.
7. Seluruh staff fungsional BPVRP, atas bantuan yang telah diberikan
selama pelaksanaan penelitian.
8. Kepala Laboratorium Kimia UNNES, Drs. Kasmui, M.Si, atas izin
penggunaan laboratorium dalam pembuatan ekstrak cabai rawit.
9. Seluruh staff Laboratorium Kimia UNNES, atas kerjasama yang telah
diberikan dalam pembuatan ekstrak cabai rawit.
Penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun demi perbaikannya sangat diharapkan. Hasil yang
dituangkan dalam skripsi ini semoga dapat bermanfaat.
Semarang, Oktober 2005
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
SARI ....................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN. ................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................ iv
KATA PENGANTAR. ............................................................................ v
DAFTAR ISI. .......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL. .................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................... x
DAFTAR GRAFIK.................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul ..................................................................... 1
1.2 Permasalahan .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
1.4 Penegasan Istilah............................................................................... 6
1.5 Kegunaan Hasil Penelitian ................................................................ 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori ................................................................................. 8
2.1.1 Tinjauan Tentang Nyamuk Ae. aegypti ........................................... 8
2.1.2 Tinjauan Tentang Cabai Rawit (Capsicum frutescens L).................. 15
2.2 Hipotesis ........................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian............................................................................ 25
3.2 Sampel Penelitian.............................................................................. 25
3.3 Variabel Penelitian............................................................................ 25
3.4 Rancangan Penelitian ....................................................................... 27
3.5 Replikasi Penelitian........................................................................... 29
3.6 Prosedur Penelitian ........................................................................... 29
3.7 Pengumpulan dan Analisis Data ........................................................ 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data .................................................................................. 38
4.2 Hasil Penelitian ................................................................................. 38
4.3 Pembahasan ...................................................................................... 43
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan........................................................................................... 50
5.2 Saran................................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 51
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................... 55
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Ruangan.....................
Uji Insektisida Rumah Tangga BPVRP Salatiga .........................
pada Tanggal 27-29 Juli 2005..................................................... 40
Tabel 2. Uji ANOVA Rata-Rata Antar Kelompok Data ...........................
Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit................................................ 41
Tabel 3. Uji LSD (Least Significance Difference) Pasangan Kelompok....
Data Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit ...................................... 42
Tabel 4. Uji Probit ................................................................................... 43
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Telur Ae. aegypti .................................................................... 9
Gambar 2. Larva Ae. aegypti.................................................................... 10
Gambar 3. Pupa Ae. aegypti ..................................................................... 11
Gambar 4. Nyamuk Ae. aegypti ............................................................... 11
Gambar 5. Daur hidup nyamuk Ae. aegypti .............................................. 12
Gambar 6. Cabai Rawit (Capsicum frutescens L) ..................................... 16
Gambar 7. Kerangka Teori....................................................................... 23
Gambar 8. Kerangka Penelitian................................................................ 24
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Tingkat Kematian Nyamuk ......................................................
pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak........................................... 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tabel Kematian Nyamuk dengan 4 Kali Replikasi........................ 56
2. Frequencies .................................................................................. 57
3. Uji Normalitas Data Kematian Nyamuk Pada Berbagai ...............
Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit ................................................. 58
4. Hasil Uji Anova Satu Arah ........................................................... 59
5. Hasil Uji Probit ............................................................................ 61
6. Dokumentasi Penelitian................................................................ 62
7. Surat-Surat Penelitian................................................................... 67
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyamuk merupakan spesies dari arthropoda yang berperan sebagai vektor
penyakit arthropod-born viral disease. Contoh spesies nyamuk yang berperan
sebagai vektor penyakit arthropod-born viral disease adalah Aedes aegypti (Ae.
aegypti). Nyamuk Ae. aegypti berperan sebagai vektor penyakit demam berdarah
dengue (Sumarmo, 1988:4).
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue.
Virus dengue ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti yang
terinfeksi virus tersebut. DBD merupakan penyakit yang paling penting dari
seluruh penyakit arthropod-born viral disease (WHO, 1997:6).
Gejala DBD adalah demam yang tinggi, terjadinya fenomena perdarahan, perbesaran hati dan kegagalan peredaran darah. Dampak dari DBD adalah meningginya permeabilitas pembuluh darah dan menurunnya volume plasma (WHO, 1997:1).
Indonesia termasuk daerah endemik DBD. DBD mula-mula dikenal sebagai
penyakit daerah perkotaan, tetapi sejak tahun 1980 wabah DBD mulai menyebar
ke daerah perkotaan yang lebih kecil dan daerah-daerah pedesaan di seluruh
propinsi (Soedarto, dkk, 1989:35).
Data Depkes RI tahun 2005 menunjukkan bahwa jumlah penderita DBD
pada berbagai daerah di Indonesia mengalami fluktuasi yang tinggi.
Penderita DBD di Tangerang pada Januari 2005 tercatat sebanyak 48 pasien,
sedangkan pada awal Februari 2005 tercatat sebanyak 11 pasien.
Penderita DBD di Medan dalam minggu pertama Februari 2005 tercatat
dua meninggal dunia dan 29 lainnya dirawat di berbagai rumah sakit.
Penderita DBD di Sulawesi selatan tercatat mencapai 300 pasien.
Jumlah penderita DBD mengalami peningkatan di Surabaya, tercatat pada
bulan Januari 2005 sebanyak 11 pasien dan pada awal Febuari 2005 menjadi
59 pasien (Umar Fahmi, 2005).
Indonesia secara umum mempunyai resiko terjangkit penyakit DBD
karena vektor penyebabnya yaitu nyamuk Ae. aegypti tersebar luas
di kawasan pemukiman maupun di tempat-tempat umum,
kecuali wilayah yang terletak pada ketinggian lebih dari 1000 meter
di atas permukaan air laut (Ditjen PPM&PLP, 1996:6).
Nelson dkk (1974) yang dikutip oleh Aji Bau (1999:2) menjelaskan
bahwa nyamuk Ae. aegypti adalah spesies yang berkembangbiak
pada tempat-tempat penampungan air bersih di dalam maupun di luar rumah.
Hal tersebut merupakan ancaman bagi manusia, karena nyamuk Ae. aegypti
berperan sebagai vektor penyakit DBD seperti yang telah disebutkan.
Nyamuk Ae. aegypti dapat dikenali melalui ciri-ciri pada badan, kaki dan
sayapnya yang berwarna dasar hitam dengan bintik-bintik putih. Jenis kelamin
nyamuk Ae. aegypti dibedakan dengan memperhatikan jumlah probosis. Nyamuk
betina mempunyai probosis tunggal, sedangkan nyamuk jantan mempunyai
probosis ganda. Nyamuk Ae. aegypti berukuran lebih kecil dibandingkan dengan
spesies nyamuk lain (Srisasi Gandahusada, dkk, 2000:218). Ukuran tubuh yang
kecil tersebut berpengaruh terhadap ketahanan fisiologis spesies nyamuk
Ae. Aegypti pada saat terpajan insektisida. Menurut Frank C. Lu (1995:51),
toksisitas insektisida pada suatu spesies dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kadar
senyawa kimia insektisida tersebut pada tubuh spesies sasaran. Semakin kecil
ukuran tubuh suatu spesies, maka kadar senyawa kimia insektisida pada tubuh
spesies tersebut akan semakin tinggi, yang akan menyebabkan semakin
meningkatnya toksisitas dari insektisida tersebut.
Upaya-upaya pengendalian nyamuk untuk mengurangi kejadian
penyakit arthropod-born viral disease telah banyak dilakukan.
Pengendalian tersebut meliputi pengendalian fisik, pengendalian hayati,
pengendalian kimiawi, pengendalian genetik maupun pengendalian terpadu.
Pengendalian fisik dilakukan dengan mengelola lingkungan sehingga
keadaan lingkungan tidak sesuai bagi perkembangbiakan nyamuk,
pengendalian hayati dilakukan dengan memanfaatkan organisme predator
dan patogen, pengendalian kimiawi dilakukan dengan menggunakan
insektisida sintetis untuk membunuh nyamuk, pengendalian genetik
dilakukan dengan menyebarkan pejantan mandul ke dalam ekosistem,
dan pengendalian terpadu dilakukan dengan menggabungkan berbagai teknik
pengendalian yang ada (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:98-101).
Pengendalian nyamuk yang paling banyak dilakukan adalah pengendalian
kimiawi menggunakan insektisida sintetis. Alasan pemilihan pengendalian
tersebut adalah karena hasilnya dapat dilihat secara cepat dan langsung,
sementara pengendalian nyamuk lainnya memerlukan waktu yang lama dalam
melihat hasilnya. Tetapi pengendalian kimiawi menggunakan insektisida sintetis
ternyata menimbulkan efek samping yang merugikan, seperti nyamuk menjadi
resisten, terjadinya keracunan pada manusia dan hewan ternak, terjadinya
kontaminasi terhadap kebun sayuran dan buah, serta polusi lingkungan (North
Dakota State University, 1991).
Dampak merugikan yang terjadi akibat pengendalian kimiawi menggunakan
insektisida sintetis telah mendorong manusia untuk mencari pemecahannya.
Oleh karena itu dilakukan suatu usaha untuk mendapatkan insektisida nabati
yang dapat menggantikan pemakaian insektisida sintetis.
Insektisida nabati terdapat pada bahan-bahan nabati seperti buah,
daun, batang ataupun akar dari tanaman. Salah-satu tanaman yang mengandung
insektisida nabati adalah cabai rawit (German Commission E, 1990).
Cabai rawit mengandung senyawa capsaicin, ascorbic acid (German
Commission E, 1990), saponin, flavonoida dan tanin (Syamsuhidayat dan
Hutapea, 1991:115). Capsaicin merupakan senyawa golongan terpenoid yang
berfungsi sebagai sumber aromatik dan rasa pada cabai rawit.
Cabai rawit apabila dihaluskan akan mengeluarkan aroma yang khas.
Aroma ini disebabkan oleh fraksi minyak esensial. Minyak tersebut merupakan
metabolit sekunder yang kaya akan senyawa dengan struktur isopren. Mereka
disebut terpen dan terdapat dalam bentuk diterpen, triterpen, tetraterpen,
hemiterpen, dan sesquiterpen. Bila senyawa tersebut mengandung elemen
tambahan oksigen, maka disebut terpenoid. Terpenoid aktif terhadap bakteri,
fungi, virus, dan protozoa. Contoh terpenoid adalah artemisin, yang telah
digunakan oleh WHO sebagai antimalaria. Senyawa terpenoid pada cabai rawit,
capsaicin, bersifat bakterisida terhadap Helicobacter pylori. Cara kerja capsaicin
adalah ikut terlibat dalam perusakan membran sel oleh senyawa lipofilik (Rohman
Naim, 2004). Data hasil penelitian Tyas Ekowati Prasetyoningsih (1987) yang
dikutip oleh Setiawan Dalimartha (2004:56), menunjukkan bahwa ekstrak cabai
rawit dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Candida albicans
adalah spesies dari candida yang menyebabkan infeksi pada membran mukosa
mulut (thrush def 1), dan infeksi saluran pernapasan (bronkokandidiasis).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian
mengenai daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah daya bunuh dari ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L)
terhadap nyamuk Ae. aegypti?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Mengetahui daya bunuh dari ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L)
terhadap nyamuk Ae. aegypti.
1.4 Penegasan Istilah
1) Uji Daya Bunuh
Uji daya bunuh adalah suatu eksperimen yang dilakukan untuk mengetahui
daya bunuh dari ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti setelah
24 jam perlakuan. Uji daya bunuh dalam penelitian ini dilakukan pada
konsentrasi ekstrak cabai rawit sebesar 10%, 50%, 90%, dan 100%.
2) Ekstrak Cabai Rawit
Ekstrak cabai rawit adalah sediaan berupa larutan cair pekat yang diperoleh
dari ekstraksi cabai rawit menggunakan metode soxhlet. Ekstrak cabai rawit
yang digunakan dalam penelitian tidak bisa dibedakan zat-zat kimia yang
terkandung di dalamnya, karena ekstrak masih bersifat kasar.
3) Nyamuk Ae. aegypti
Nyamuk Ae. aegypti dalam penelitian adalah nyamuk Ae. aegypti dengan
jenis kelamin betina, berumur antara 2-5 hari, dan dalam keadaan telah diberi
makan dengan darah marmut. Pemberian makan berupa darah marmut
dilakukan dengan cara memasukkan marmut ke dalam tempat penangkaran
nyamuk Ae. aegypti.
1.5 Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1) Peneliti, mendapatkan pengalaman menyusun karya ilmiah dalam
bidang ilmu kesehatan masyarakat.
2) Masyarakat, memperoleh tambahan ilmu di bidang kesehatan masyarakat
khususnya dalam upaya pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
3) Ilmu kesehatan masyarakat, menambah laporan penelitian dalam lingkup
ilmu kesehatan masyarakat
4) BPVRP, menambah data tentang potensi tanaman sumber insektisida nabati.
5) Peneliti lain, memberikan data dasar bagi penelitian yang sejenis.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada ekstrak cabai rawit dengan
konsentrasi 10%, 50%, 90%, dan 100%. Parameter dalam penelitian adalah
kematian nyamuk Ae. aegypti setelah 24 jam perlakuan. Penelitian ini
bersifat kasar karena tidak dibedakan senyawa-senyawa kimia yang terkandung
dalam ekstrak cabai rawit.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
6.1 Landasan Teori
2.1.1 Tinjauan Tentang Nyamuk Ae. aegypti
Nyamuk Ae. aegypti terdapat pada daerah tropis dan subtropis
di seluruh dunia dalam garis lintang 35°LU dan 35°LS, dengan ketinggian
wilayah kurang dari 1000 meter di atas permukaan air laut (WHO, 1997:7).
Nyamuk Ae. aegypti berasal dari Afrika, khususnya Ethiopia. Penyebaran nyamuk
Ae. aegypti ke seluruh dunia terjadi pada abad ke 19, yang disebabkan
oleh meningkatnya penggunaan kapal dagang dalam perdagangan antar benua.
Nyamuk Ae. aegypti pada awalnya hanya hidup di daerah tepi pantai,
tetapi kemudian menyebar ke daerah pedalaman (Sumarmo, 1988:20).
Indonesia sebagai salah-satu daerah beriklim tropis di wilayah Asia Tenggara
tidak terlepas dari penyebaran nyamuk Ae. aegypti. Di Indonesia, spesies nyamuk
Ae. aegypti diketahui berperan sebagai vektor utama penyakit demam berdarah
dengue (DBD), sedangkan vektor sekundernya adalah spesies nyamuk
Aedes albopictus (Jumali dkk, 1979 yang dikutip oleh Sumarmo, 1988:19).
Nyamuk Ae. aegypti lebih berperan dalam menularkan penyakit DBD
dibandingkan nyamuk Aedes albopictus (Ae. albopictus) disebabkan
nyamuk Ae. aegypti hidup di dalam rumah bersama dengan manusia,
sedangkan nyamuk Ae. albopictus hidup di dalam kebun sehingga
jarang kontak dengan manusia (WHO, 1984:22).
2.1.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi nyamuk Ae. aegypti adalah sebagai berikut (Srisasi Gandahusada,
dkk, 2000:217):
Divisi : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Diptera
Sub-Ordo : Nematocera
Superfamili : Culicoidea
Famili : Culicidae
Sub-Famili : Culicinae
Genus : Aedes
Species : Ae. Aegypti
2.1.1.2 Morfologi
Nyamuk Ae. aegypti mempunyai morfologi sebagai berikut:
1) Telur
Telur Ae. aegypti berwarna hitam dengan ukuran ± 0,08 mm (Ditjen
PPM&PLP, 1992:4), berbentuk seperti sarang tawon (Sumarmo, 1988:22).
Gambar 1 Telur Ae. aegypti
Sumber: Juni Prianto, dkk (2002:184)
2) Larva
Larva Ae. aegypti mempunya ciri-ciri sebagai berikut:
(1) Adanya corong udara pada segmen yang terakhir.
(2) Pada segmen abdomen tidak ditemukan adanya rambut-rambut berbentuk
kipas (Palmatus hairs).
(3) Pada corong udara terdapat pectin.
(4) Sepasang rambut serta jumbai akan dijumpai pada corong (siphon).
(5) Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan terdapat comb scale
sebanyak 8-21 atau berjajar 1 sampai 3.
(6) Bentuk individu dari comb scale seperti duri.
(7) Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan
adanya sepasang rambut di kepala.
Gambar 2 Larva Ae. aegypti
Sumber: Dept. Medical Entomology (2002)
Ada 4 tingkatan perkembangan (instar) larva sesuai dengan pertumbuhan
larva yaitu:
(1) Larva instar I; berukuran 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada belum
jelas dan corong pernapasan pada siphon belum jelas.
(2) Larva instar II; berukuran 2,5–3,5 mm, duri–duri belum jelas, corong
kepala mulai menghitam.
(3) Larva instar III; berukuran 4-5 mm, duri-duri dada mulai jelas dan
corong pernapasan berwarna coklat kehitaman.
(4) Larva instar IV; berukuran 5-6 mm dengan warna kepala gelap.
3) Pupa
Pupa Ae. aegypti berbentuk seperti koma, berukuran besar namun lebih
ramping dibandingkan dengan pupa spesies nyamuk lain.
Gambar 3
Pupa Ae. aegypti Sumber: Dept. Medical Entomology (2002)
4) Dewasa
Nyamuk Ae. aegypti berukuran lebih kecil dibandingkan dengan spesies
nyamuk lain. Badan, kaki dan sayapnya berwarna dasar hitam dengan bintik-
bintik putih. Jenis kelamin nyamuk Ae. aegypti dibedakan dengan
memperhatikan jumlah probosis. Nyamuk betina mempunyai probosis
tunggal, sedangkan nyamuk jantan mempunyai probosis ganda (Srisasi
Gandahusada, dkk, 2000:218).
Gambar 4 Nyamuk Ae. aegypti
Sumber: Dinkes DKI (2003)
2.1.1.3 Daur hidup
Daur hidup nyamuk Ae. aegypti melalui metamorfosis sempurna yaitu
telur-larva-pupa-dewasa (Ditjen PPM&PL, 2001:21).
Gambar 5 Daur hidup nyamuk Ae. aegypti
Sumber: North Dakota State University (1991)
Nyamuk Ae. aegypti betina dapat meletakkan telur sampai 100 butir
setiap datang waktu bertelur. Telur-telur tersebut diletakkan di atas permukaan air
dalam keadaan menempel pada dinding vertikal bagian dalam tempat-tempat
penampungan air. Nyamuk Ae. aegypti betina lebih menyukai tempat
penampungan air yang tertutup longgar untuk meletakkan telurnya dibandingkan
dengan tempat penampungan air yang terbuka, karena tempat penampungan air
yang tertutup longgar tutupnya jarang dipasang dengan baik sehingga
mengakibatkan ruang di dalamnya lebih gelap (Sumarmo, 1988:21).
Telur akan menetas dalam waktu 1 sampai 3 hari pada suhu 30 ˚C, sementara
pada suhu 16 ˚C telur akan menetas dalam waktu 7 hari. Telur dapat bertahan
lama tanpa media air dengan syarat tempat tersebut lembab. Telur dapat bertahan
sampai berbulan-bulan pada suhu -2 ˚C sampai 42 ˚C (Upik Kesumawati Hadi dan
Susi Soviana, 2000:25).
Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva terbagi menjadi
empat tingkatan perkembangan atau instar. Instar I terjadi setelah 1-2 hari
telur menetas, instar II terjadi setelah 2-3 hari telur menetas, instar III
terjadi setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari
telur menetas (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:25).
Stadium pupa terjadi setelah 6-7 hari telur menetas. Stadium pupa
berlangsung selama 2-3 hari. Lama waktu stadium pupa dapat diperpanjang
dengan menurunkan suhu pada tempat perkembangbiakan, tetapi pada suhu
yang sangat rendah dibawah 10 ˚C pupa tidak mengalami perkembangan
(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:25).
Stadium dewasa terjadi setelah 9-10 hari telur menetas. Meskipun umur
nyamuk Ae. aegypti betina di alam pendek yaitu kira-kira 2 minggu, tetapi waktu
tersebut cukup bagi nyamuk Ae. aegypti betina untuk menyebarkan virus dengue
dari manusia yang terinfeksi ke manusia yang lain (Soedarto, 1992:60).
2.1.1.4 Perilaku
Nyamuk Ae. aegypti jantan tidak menghisap darah tetapi hanya menghisap
sari-sari tumbuhan, sedangkan nyamuk Ae. aegypti betina menghisap darah
manusia dan binatang.
Nyamuk Ae. aegypti betina bersifat anthropofilik, karenanya lebih menyukai
darah manusia daripada darah binatang. Nyamuk Ae. aegypti betina menghisap
darah dengan tujuan mematangkan telur dalam tubuhnya. Nyamuk Ae. aegypti
betina mempunyai kebiasaan menggigit beberapa orang secara bergantian dalam
waktu singkat (multiple bites) disebabkan sifat sensitif yang dimilikinya.
Nyamuk Ae. aegypti betina biasanya menggigit di dalam rumah dengan aktivitas
menggigit antara pukul 09.00-10.00 dan pukul 16.00-17.00. Pada malam hari
nyamuk Ae. aegypti (betina maupun jantan) beristirahat di dalam rumah
pada benda-benda yang tergantung seperti pakaian, kelambu, kopiah,
dan pada tempat-tempat gelap di dalam rumah (Sumarmo, 1988:22).
2.1.1.5 Tempat Perkembangbiakan
Tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. aegypti adalah penampungan air
bersih di dalam rumah ataupun berdekatan dengan rumah, dan air bersih tersebut
tidak bersentuhan langsung dengan tanah (Ditjen PPM&PL, 2002:7).
Tempat perkembangbiakan tersebut berupa:
1) Tempat penampungan air (TPA) yaitu tempat menampung air guna keperluan
sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC dan ember.
2) Bukan tempat penampungan air (non TPA) yaitu tempat-tempat
yang biasa digunakan untuk menampung air tetapi bukan untuk keperluan
sehari-hari seperti tempat minum hewan piaraan, kaleng bekas, ban bekas,
botol, pecahan gelas, vas bunga dan perangkap semut.
3) Tempat penampungan air alami (TPA alami) seperti lubang pohon,
lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang,
pangkal pohon pisang dan potongan bambu.
2.1.1.6 Variasi Musiman
Populasi nyamuk Ae. aegypti mengalami peningkatan pada musim hujan.
Hal ini disebabkan pada musim hujan banyak tempat penampungan air alami yang
terisi air dan dapat digunakan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk
Ae. aegypti. Peningkatan populasi nyamuk Ae. aegypti pada musim hujan juga
disebabkan oleh menetasnya telur-telur nyamuk Ae. aegypti, yang pada
musim kemarau sebelumnya belum sempat menetas dan bertahan dalam tempat
perkembangbiakan. Bertambahnya populasi nyamuk Ae. aegypti merupakan
salah-satu faktor yang menyebabkan peningkatan kejadian demam berdarah
dengue pada periode musim hujan (Ditjen PPM&PLP, 1992:27).
2.1.2 Tinjauan Tentang Cabai Rawit (Capsicum frutescens L)
Tanaman cabai rawit berasal dari Amerika latin (Setiadi, 1995:3).
Cabai rawit merupakan tanaman berumur pendek antara 1–2,5 tahun. Tanaman ini
mulai berbuah pada umur 2,5–3 bulan dengan masa produktif antara 3–24 bulan.
Cabai rawit mempunyai jenis kelamin hermafrodit (Sarpian, 2003:2).
2.1.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi cabai rawit adalah sebagai berikut (Syamsuhidayat dan Hutapea,
1991:114):
Divisi : Spermatophytae
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotiledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanacea
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum frutescens L
2.1.2.2 Karakteristik
Cabai rawit termasuk dalam kelompok tanaman perdu. Karakteristik tanaman
cabai rawit adalah sebagai berikut: mempunyai tinggi antara 50-150 cm; batang
berbuku-buku; daun tidak berbulu, berbentuk bulat telur sampai lonjong,
panjang 1-2 cm; bunga keluar dari ketiak daun, tunggal atau 2-3, mahkota
berbentuk bintang berwarna putih, bergaris tengah antara 1,75 sampai 2,0 mm;
buah tegak, berbentuk bulat telur atau jorong, panjang 1-3 cm, lebar
2,5-12 mm (Depkes RI, 1984 yang dikutip oleh Setiadi, 1995:3).
Gambar 6 Cabai Rawit (Capsicum frutescens L)
Sumber: pusat data dan informasi PERSI (2003)
2.1.2.3 Jenis
Cabai rawit mempunyai banyak varietas unggul yang biasa ditanam, yaitu
Cipanas, Tabasco, Tabanan, Banjaran, Jembrana dan Hontaka.
Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut:
1) Cabai Kecil
Karakteristik utama cabai kecil ialah ukurannya yang kecil. Cabai kecil muda
berwarna hijau dan setelah tua berwarna merah menyala.
Rasa cabai kecil paling panas dibandingkan cabai rawit lainnya.
2) Cabai Putih
Cabai putih berukuran lebih besar dari cabai kecil. Cabai putih muda
berwarna putih dan setelah tua berwarna merah jingga atau merah agak
kuning. Rasa cabai putih yang masih muda kurang pedas,
akan tetapi setelah tua rasanya menjadi panas. Rasa panas cabai putih
masih kalah dengan cabai kecil.
3) Cabai Ceplik
Cabai ceplik berukuran hampir sama dengan cabai putih. Cabai ceplik muda
berwarna hijau agak putih dan setelah masak menjadi merah menyala.
Rasa panas cabai ceplik paling rendah dibandingkan cabai rawit lainnya
(Sarpian, 2003:2-3).
2.1.2.4 Habitat
Cabai rawit tumbuh di seluruh wilayah Indonesia baik di dataran rendah,
dataran sedang maupun dataran tinggi. Pertumbuhan cabai rawit akan optimal
apabila ditanam pada daerah dengan ketinggian antara 0–500 m
dari permukaan laut dengan suhu rata-rata sebesar 19–30 ˚C dan curah hujan
sebesar 1000–3000 mm/tahun. Tanah yang akan dipakai sebagai media tumbuh
cabai rawit harus kaya bahan organik serta mempunyai derajat keasaman
antara pH 6,0–7,0. Tanah dengan derajat keasaman rendah dapat dinaikkan
pH-nya dengan pemberian kapur pertanian (Sarpian, 2003:1).
2.1.2.5 Kandungan Kimia
Buah cabai rawit mengandung substansi fenol golongan terpenoid berupa
capsaicin (69%), dihydrocapsaicin (22%), nordihydrocapsaicin (7%),
homocapsaicin (1%), dan homodihydrocapsaicin. Capsaicin merupakan senyawa
golongan terpenoid terbanyak dan terpenting. Cabai rawit juga mengandung
senyawa ascorbic acid sebesar 0,2% (German Commission E, 1990). Menurut
Syamsuhidayat dan Hutapea (1991:11), di dalam cabai rawit terkandung senyawa
saponin, flavonoida dan tannin.
2.1.2.6 Manfaat
Manfaat cabai rawit (Michael Tierra, 2004) adalah sebagai stimulan yang
kuat untuk jantung dan aliran darah, menghancurkan bekuan darah
(antikoagulan), meningkatkan nafsu makan (stomakik), dan peluruh keringat
(diaforetik). Selain itu cabai rawit berkhasiat sebagai obat rematik, obat sariawan,
disamping menambah nafsu makan dan bumbu masak (Syamsuhidayat dan
Hutapea, 1991:115). Cabai rawit juga bersifat bakterisida terhadap bakteri
tertentu, seperti Helicobacter pylori (Rohman Naim, 2004). Menurut data hasil
penelitian Tyas Ekowati Prasetyoningsih (1987) yang dikutip oleh Setiawan
Dalimartha (2004:56), ekstrak cabai rawit dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan Candida albicans, suatu spesies dari candida yang menyebabkan
infeksi pada membran mukosa mulut (thrush def 1), dan infeksi saluran
pernapasan (bronkokandidiasis).
2.1.3 Beberapa Upaya Pengendalian Nyamuk
2.1.3.1 Pengendalian Fisik
Pengendalian fisik dilakukan dengan cara memakai pakaian yang dapat
melindungi diri dari gigitan nyamuk, memasang jaring penghalang sehingga
nyamuk tidak dapat masuk, dan menata rumah beserta lingkungan sekitar
sehingga tidak dapat dijadikan sebagai tempat berlindung dan berkembangbiak
bagi nyamuk (Jan. A. Rozendaal, 1997:59-99).
Menurut Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana (2000:100-102),
upaya-upaya pengendalian nyamuk secara fisik adalah sebagai berikut:
1) Modifikasi Lingkungan
Modifikasi lingkungan yaitu mengubah fisik lingkungan secara permanen
yang bertujuan menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk.
Contoh dari modifikasi lingkungan adalah kegiatan 3M (menguras,
mengubur dan menutup).
2) Modifikasi Perilaku Manusia
Modifikasi perilaku manusia adalah usaha merubah perilaku sehari-hari
sehingga tidak menguntungkan bagi nyamuk, seperti mengurangi tidur siang
pada waktu musim penghujan untuk mengurangi frekuensi kontak
dengan nyamuk.
2.1.3.2 Pengendalian Hayati
Pengendalian hayati dilakukan dengan cara menyebarkan predator
dan patogen nyamuk di daerah endemis. Predator pemakan larva yang dapat
digunakan untuk mengendalikan nyamuk adalah ikan Poecilia reticulata,
Gambussia affinis, ikan mas, ikan lele dan larva nyamuk Toxorrhynchites.
Pengendalian vektor menggunakan patogen contohnya adalah pemanfaatan
bakteri Bacillus thuringiensis. Bacillus thuringiensis toksik terhadap
larva nyamuk dan hasilnya sangat efektif serta tidak menimbulkan kerugian
pada manusia maupun hewan. Bacillus thuringiensis memproduksi toksin
yang menghancurkan sel-sel epitel inang sehingga inang mati (Upik Kesumawati
Hadi dan Susi Soviana, 2000:102-103).
2.1.3.3 Pengendalian Kimiawi
1) Insektisida Sintetik
Insektisida sintetik yang digunakan dalam pengendalian nyamuk adalah
paration, malation dan diklorvos (Frank C. Lu, 1995:329).
2) Insektisida Nabati
Insektisida nabati adalah insektisida yang berasal dari tanaman. Tanaman
sumber insektisida nabati yang telah digunakan antara lain bunga
Crhysantemum cinerariafolium, yang mengandung senyawa piretroid.
Piretroid telah digunakan untuk membunuh serangga sejak tahun 1800-an
(Sastrodihardjo, 1979:58-60). Tanaman lainnya yang telah digunakan adalah
buah lerak (S. rarak), yang mengandung senyawa saponin. Ekstrak buah lerak
(S. rarak) tersebut efektif digunakan sebagai insektisida pada nyamuk Ae.
aegypti (Nunik Siti Aminah, 2001).
3) Insektisida anorganik
Insektisida anorganik adalah insektisida yang berasal dari
bahan-bahan anorganik. Insektisida anorganik yang telah digunakan adalah
minyak bumi, HCN, kapur belerang dan minyak terpentin
(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:105).
2.1.3.4 Pengendalian Genetik
Pengendalian genetik dilakukan dengan cara mensterilkan nyamuk jantan
kemudian melepasnya ke alam. Nyamuk betina hanya kawin sekali,
oleh karena itu nyamuk betina yang kawin dengan nyamuk jantan steril
tidak akan menghasilkan keturunan (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana,
2000:115).
2.1.3.5 Pengendalian Terpadu
Pengendalian terpadu adalah pengendalian nyamuk yang dilakukan
dengan memanfaatkan semua teknik yang ada, bertujuan menekan populasi
nyamuk serta menjaga kelestarian lingkungan (Sumarmo, 1988:57).
Tindakan pengendalian nyamuk yang dikhususkan untuk mencegah
terjadinya wabah DBD adalah sebagai berikut (Ditjen PPM&PLP, 1995:15):
1) Membersihkan dan menguras tempat penyimpanan air seperti bak mandi,
WC, dan drum setiap seminggu sekali.
2) Melakukan penggantian air dalam vas kembang, tempat minum burung,
dan perangkap semut setiap seminggu sekali.
3) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk Ae. aegypti
tidak dapat berkembang biak.
4) Mengubur atau membuang kaleng bekas, ban bekas, dan botol-botol pecah
yang dapat menampung air hujan agar tidak menjadi tempat berkembang biak
nyamuk Ae. aegypti.
5) Membakar sampah seperti potongan bambu dan tempurung kelapa
agar tidak dijadikan tempat berkembangbiak nyamuk Ae. aegypti.
6) Menutup lubang-lubang pagar pada pagar bambu.
7) Tidak menggantung pakaian dalam kamar sehingga tidak dijadikan tempat
istirahat bagi nyamuk Ae. aegypti.
8) Menaburkan bubuk ABATE pada tempat-tempat air yang sulit dikuras
untuk membunuh jentik-jentik nyamuk Ae. aegypti setiap 2-3 bulan sekali.
2.1.4 Kerangka Teori
Gambar 7 Kerangka Teori
Pengendalian Nyamuk
Fisik: Pengelolaan lingkungan tempat hidup
nyamuk
Insektisida
Nabati
Penyakit Arthropod -Born
Viral Disease: Demam berdarah dengue
Kematian Nyamuk Ae.
aegypti
Variabel pengganggu: Suhu Kelembaban Umur nyamuk Jenis kelamin nyamuk Jumlah nyamuk Jarak penyemprotan Waktu kontak
Hayati: Pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami
Kimiawi: Insektisida sintetis, nabati,
anorganik
Terpadu: Perpaduan berbagai teknik
pengendalian
2.1.5 Kerangka Penelitian
Gambar 8 Kerangka Penelitian
6.2 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:
“Ada daya bunuh dari ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) terhadap
nyamuk Ae. aegypti”.
VARIABEL
PENGGANGGU
Suhu Kelembaban
Umur nyamuk Jenis kelamin nyamuk
Jumlah nyamuk Jarak penyemprotan
Waktu kontak
VARIABEL
BEBAS
Ekstrak cabai
rawit
VARIABEL
TERIKAT
Terjadinya kematian pada nyamuk Ae.
aegypti
PERLAKUAN
Ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae.
aegypti
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nyamuk Ae. aegypti yang
dibiakkan di laboratorium Insectarium BPVRP Salatiga.
3.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah nyamuk Ae. aegypti betina berumur
2-5 hari dalam keadaan kenyang darah marmut, yang diambil dari populasi
nyamuk Ae. aegypti di laboratorium Insectarium BPVRP Salatiga. Besar sampel
nyamuk Ae. aegypti betina untuk satu perlakuan adalah 20 ekor (Damar Tri
Boewono, 2003:5). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dalam
dua tahap. Tahap pertama adalah purposive sampling, yang dilakukan dengan
memisahkan nyamuk Ae. aegypti jantan dari tempat penangkaran, kemudian
mengambil nyamuk Ae. aegypti betina sampel dari tempat penangkaran secara
random sampling. Pengambilan nyamuk Ae. aegypti betina dari tempat
penangkaran dilakukan menggunakan alat aspirator sederhana kemudian
memasukkannya ke dalam paper cup.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel-variabel sebagai berikut:
1) Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak cabai rawit.
2) Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kematian nyamuk Ae. aegypti.
3) Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu dalam penelitian ini meliputi suhu, kelembaban,
umur nyamuk, jenis kelamin nyamuk, jumlah nyamuk, jarak penyemprotan
dan waktu kontak.
Dalam penelitian ini variabel yang dapat mengganggu hasil penelitian
dikendalikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Suhu
Suhu dikendalikan dengan cara melakukan uji daya bunuh
dalam Glass chamber yang berada dalam ruangan yang tertutup,
sehingga akan diperoleh kisaran suhu ruangan yang tidak mempengaruhi
pertumbuhan dan kehidupan nyamuk. Sedangkan pengendalian suhu
selama holding dilakukan dengan memakai lap basah yang ditempatkan
di atas tempat holding. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan
thermometer ruangan.
(2) Kelembaban
Kelembaban dikendalikan dengan cara melakukan uji daya bunuh dalam
ruangan yang tertutup sehingga akan diperoleh kisaran kelembaban udara
yang tidak mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan nyamuk.
Pengukuran kelembaban dilakukan dengan menggunakan psychrometer.
(3) Umur Nyamuk
Umur nyamuk merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada
daya tahan nyamuk terhadap pajanan insektisida nabati. Umur nyamuk
yang digunakan pada penelitian ini adalah 2-5 hari.
(4) Jenis Kelamin Nyamuk
Jenis kelamin nyamuk dikendalikan dengan cara menggunakan nyamuk
Ae. aegypti betina sebagai sampel dalam penelitian.
(5) Jumlah Nyamuk
Jumlah nyamuk adalah jumlah nyamuk yang digunakan sebagai sampel
dalam penelitian. Jumlah nyamuk disesuaikan dengan volume atau
ukuran luas Glass chamber yang digunakan dalam penelitian. Dalam
penelitian ini jumlah nyamuk yang digunakan adalah sejumlah 20 ekor
nyamuk Ae. aegypti betina.
(6) Jarak Penyemprotan
Jarak penyemprotan dikendalikan dengan cara menyemprotkan ekstrak
cabai rawit ke dalam Glass chamber secara mendatar, dengan syarat tidak
ada nyamuk Ae. aegypti yang berada dalam garis lurus arah
penyemprotan. Teknik ini memungkinkan jarak penyemprotan dapat
diabaikan.
(7) Lama Waktu Kontak
Lama waktu kontak antara nyamuk Ae. aegypti dengan ekstrak cabai
rawit saat disemprotkan sampai pada waktu perhitungan jumlah
nyamuk Ae. aegypti yang knockdown atau pingsan akibat pengaruh
ekstrak cabai rawit, dikendalikan dengan cara membatasi lama waktu
kontak selama 20 menit.
3.4 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah true experimental design (Suharsimi
Arikunto, 1998:85), yang dilaksanakan untuk mengetahui daya bunuh dari ekstrak
cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti. Sementara itu, desain yang digunakan
dalam penelitian adalah post test only control group design (Ahmad Watik
Pratiknyo, 2003:130), yaitu suatu desain penelitian yang terdiri dari kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Perlakuan menggunakan ekstrak cabai rawit
hanya diberikan pada kelompok eksperimen, sedangkan pada kelompok kontrol
hanya diberi perlakuan menggunakan aquadest. Pengukuran pada kedua
kelompok sampel tidak dilakukan pada awal perlakuan, tetapi dilakukan 24 jam
setelah perlakuan dengan menghitung jumlah nyamuk yang mati.
Rancangan percobaan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 9
Desain penelitian post test only control group design Sumber : Ahmad Watik Pratiknyo (2003:130)
Ket :
X : Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan ekstrak cabai rawit.
( - ) : Kelompok kontrol yang mendapat perlakuan aquadest.
0–1 : Observasi terhadap jumlah nyamuk Ae. aegypti pada kelompok eksperimen
yang mati 24 jam setelah perlakuan.
0–2 : Observasi terhadap jumlah nyamuk Ae. aegypti pada kelompok kontrol
yang mati 24 jam setelah perlakuan.
X 0 -1
( - ) 0 - 2
Pelaksanaan penelitian ini membutuhkan tenaga bantuan berjumlah 2 orang.
Tugas dari tenaga pembantu tersebut adalah untuk membantu peneliti dalam
mempersiapkan alat-alat penelitian, pemindahan nyamuk Aedes aegypti betina
stadium dewasa dari tempat penangkaran nyamuk ke dalam Glass chamber,
memberi makan nyamuk, dan mencatat data hasil penelitian.
3.5 Replikasi Eksperimen
Replikasi eksperimen untuk masing-masing konsentrasi ekstrak cabai rawit
dilakukan sebanyak 4 kali (Damar Tri Boewono, 2003:5-6). Tujuan dilakukannya
replikasi eksperimen adalah untuk lebih memberikan keakuratan data kematian
nyamuk Ae. aegypti hasil penelitian, bahwa kematian nyamuk
Ae. aegypti yang terjadi dalam penelitian adalah karena ekstrak cabai rawit.
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Persiapan Penelitian
3.6.1.1 Persiapan Nyamuk Ae. aegypti
Nyamuk Ae. aegypti yang digunakan dalam penelitian adalah nyamuk
Ae. aegypti hasil biakan laboratorium Aedes BPVRP Salatiga, yang diperoleh
peneliti dalam bentuk jadi. Nyamuk Ae. aegypti diambil dari tempat penangkaran
menggunakan aspirator sederhana, kemudian dimasukkan dalam paper cup.
Penelitian ini membutuhkan 20 paper cup, pada tiap-tiap paper cup terdapat
20 ekor nyamuk Ae. aegypti. Jumlah nyamuk Ae. aegypti dalam penelitian
secara keseluruhan sebanyak 400 ekor.
3.6.1.2 Bahan dan Alat Pembuatan Ekstrak Cabai Rawit
Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan ekstrak cabai rawit adalah
sebagai berikut:
1) Buah cabai rawit jenis cabai kecil sebanyak 2 kg, digunakan sebagai bahan
pembuatan ekstrak.
2) Etanol 94% sebanyak 750 ml, digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan
ekstrak.
3) Pisau, untuk mengiris cabai rawit.
4) Baki, untuk mengangin-anginkan cabai rawit.
5) Alat blender, untuk menghaluskan cabai rawit.
6) Gelas ukur, untuk mengukur volume Etanol 94%, dan volume ekstrak
cabai rawit.
7) Alat soxhlet beserta perlengkapannya.
8) Rotary evaporator, untuk menguapkan pelarut dan memekatkan ekstrak.
3.6.1.3 Bahan dan Alat Uji Daya Bunuh
Bahan dan alat yang digunakan dalam uji daya bunuh adalah sebagai berikut:
1) Alat semprot, sebagai tempat ekstrak yang akan disemprotkan.
2) Timbangan digital, untuk menimbang berat ekstrak cabai rawit
yang diperlukan setiap kali perlakuan.
3) Ekstrak cabai rawit, zat untuk memberi perlakuan.
4) Aquadest, untuk mengencerkan ekstrak cabai rawit.
5) Nyamuk Ae. aegypti betina berumur 2-5 hari kenyang darah marmut.
6) Glass chamber (berukuran 70 x 70 x 70 cm) yang akan digunakan
sebagai tempat nyamuk Ae. aegypti selama perlakuan.
7) Stop watch, untuk mengukur waktu pengamatan.
8) Thermometer ruangan, untuk mengukur suhu ruangan selama penelitian.
9) Psychrometer, untuk mengukur kelembaban udara selama penelitian.
10) Pipet volume, untuk mengatur pengenceran ekstrak cabai rawit
menjadi beberapa konsentrasi.
11) Gelas ukur, untuk mengukur volume ekstrak cabai rawit dan volume
aquadest.
12) Paper cup, untuk holding nyamuk selama 24 jam.
13) Kain kasa, untuk menutup paper cup.
14) Karet gelang, untuk mengikat kain kasa pada paper cup.
15) Air gula sebagai makanan nyamuk dalam paper cup.
16) Kapas, yang akan dibasahi dengan air gula.
17) Aspirator sederhana, untuk menyedot dan memindahkan nyamuk.
18) Daftar isian, untuk mencatat hasil pengamatan.
3.6.2 Pelaksanaan Penelitian
3.6.2.1 Pembuatan Ekstrak Cabai Rawit
Langkah-langkah dalam pembuatan ekstrak cabai rawit adalah sebagai
berikut:
1) Cabai rawit dicuci bersih kemudian diiris menjadi 3-4 irisan.
2) Mengeringkan irisan cabai rawit dengan cara mengangin-anginkannya
selama 7 hari dalam kondisi tidak terkena sinar matahari secara langsung.
3) Irisan cabai rawit yang telah kering kemudian dihaluskan dengan
menggunakan blender.
4) Cabai rawit yang telah halus kemudian diekstraksi dengan menggunakan
alat soxhlet.
Cara kerja dalam proses ekstraksi tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Mengambil sejumlah serbuk cabai rawit dan membungkusnya
dengan kertas kemudian meletakkannya di labu bagian atas
dari soxhlet bertingkat.
(2) Mengukur 750 ml larutan ethanol 94% dengan gelas ukur
dan memasukkannya ke labu bagian bawah dari soxhlet bertingkat.
(3) Mengekstrak cabai rawit sampai larutan pada labu bagian atas berwarna
bening.
5) Ekstrak cabai rawit yang diperoleh masih bercampur dengan ethanol sebanyak
750 ml, kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator.
6) Hasil akhir ekstraksi adalah larutan pekat ekstrak cabai rawit sebanyak
240 ml.
3.6.2.2 Peneraan Berat Semprotan
Langkah-langkah dalam peneraan berat semprotan adalah sebagai berikut:
1) Memasukkan ekstrak cabai rawit dalam alat semprot
2) Menimbang alat semprot yang berisi ekstrak cabai rawit.
3) Menyemprotkan ekstrak cabai rawit sebanyak 10 kali.
4) Menimbang kembali alat semprot yang berisi ekstrak cabai rawit.
5) Butir 3 dan 4 diulang sebanyak tiga kali, selanjutnya selisih berat perulangan
sebanyak tiga kali tersebut dirata-rata, untuk mengetahui rata-rata berat
setiap 1 kali semprotan ekstrak.
6) Menghitung jumlah semprotan ekstrak cabai rawit yang diperlukan
untuk setiap 1 kali eksperimen. Metode pengujian obat nyamuk cair
menggunakan Glass chamber berukuran 70x70x70 cm, memerlukan ekstrak
untuk setiap 1 kali perlakuan sebesar 0,7 gram (Damar Tri Boewono, 2003:
5-6).
3.6.2.3 Cara Pengujian
Langkah-langkah cara pengujian dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1) Glass chamber dibersihkan menggunakan air detergen kemudian dibilas
dengan air dan dikeringkan dengan lap.
2) Nyamuk Ae. aegypti dimasukkan ke dalam Glass chamber, setelah satu menit
kemudian mencatat suhu dan kelembaban ruangan penelitian.
3) Membuat ekstrak cabai rawit menjadi beberapa konsentrasi yaitu mulai
dari konsentrasi 10%, 50%, 90%, dan 100%. Larutan ekstrak cabai rawit
yang dibuat adalah 100 ml pada tiap-tiap konsentrasi.
Rumus dalam pembuatan konsentrasi adalah sebagai berikut:
V1 x M1 = V2 x M2
Cara pembuatan konsentrasi:
(1) Mengukur 100 ml ekstrak cabai rawit dengan gelas ukur tanpa
mencampurnya dengan aquadest untuk mendapatkan konsentrasi 100%.
Perhitungan:
Konsentrasi 100%;
V1 x 100 = 100 x 100
V1 x 100 = 10000
V1 = 100
10000
V1 = 100 ml
(2) Mengukur 90 ml ekstrak cabai rawit dan mencampurnya dengan 10 ml
aquadest untuk mendapatkan konsentrasi 90%.
Perhitungan:
Konsentrasi 90%;
V1 x 100 = 100 x 90
V1 x 100 = 9000
V1 = 100
9000
V1 = 90 ml
(3) Mengukur 50 ml ekstrak cabai rawit dan mencampurnya dengan 50 ml
aquadest untuk mendapatkan konsentrasi 50%.
Perhitungan:
Konsentrasi 50%;
V1 x 100 = 100 x 50
V1 x 100 = 5000
V1 = 100
5000
V1 = 50 ml
(4) Mengukur 10 ml ekstrak cabai rawit dan mencampurnya dengan 90 ml
aquadest untuk mendapatkan konsentrasi 10%.
Perhitungan:
Konsentrasi 10%;
V1 x 100 = 100 x 10
V1 x 100 = 1000
V1 = 100
1000
V1 = 10 ml
4) Menyemprotkan ekstrak cabai rawit ke dalam Glass chamber.
5) Mengamati nyamuk dalam Glass chamber selama 20 menit, kemudian
mencatat nyamuk yang mengalami knockdown atau pingsan.
6) Nyamuk yang mengalami knockdown maupun yang tidak, dipindahkan
ke dalam paper cup dengan aspirator dan disimpan (holding) selama 24 jam.
Selama holding disediakan air gula untuk kebutuhan makan nyamuk.
7) Menghitung jumlah nyamuk yang mati setelah 24 jam dan data dimasukkan
tabel.
8) Apabila kematian nyamuk Ae. aegypti kontrol kurang dari 5% maka data
kematian nyamuk Ae. aegypti kontrol diabaikan, kematian nyamuk
Ae. aegypti kontrol lebih dari 20% maka dilakukan perlakuan ulang,
dan jika kematian nyamuk Ae. aegypti kontrol antara 5-20% maka dilakukan
penghitungan persen (%) kematian nyamuk Ae. aegypti perlakuan ekstrak
dikoreksi, dengan menggunakan formula abbot (H.H. Yap, et al, 1996:141).
Rumus formula abbot tersebut adalah sebagai berikut:
(%)100(%)(%)100
(%)(%)(%) χ
Pu
PuPtPc
−
−=
dimana:
Pc = persen kematian dikoreksi
Pt = persen kematian pada sampel perlakuan
Pu = persen kematian pada sampel kontrol
3.7 Pengumpulan dan Analisis Data
3.7.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data berupa data primer dilakukan dengan mencatat jumlah
nyamuk Ae. aegypti yang mati akibat ekstrak cabai rawit selama penelitian.
Data yang terkumpul dalam penelitian kemudian diolah, dengan tahap-tahap
sebagai berikut:
1) Editing
Editing yaitu meneliti kelengkapan data kematian nyamuk yang diperoleh
selama penelitian.
2) Tabulating
Tabulating yaitu menyusun data dalam bentuk tabel untuk memudahkan
pada waktu menganalisis data.
3.7.2 Analisis Data
Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan uji statistika
sebagai berikut:
1) Uji Varian Satu Arah
Uji varian satu arah digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
rata-rata kematian nyamuk Ae. aegypti pada berbagai kelompok konsentrasi
ekstrak cabai rawit. Analisis dilakukan menggunakan program komputer.
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan pada probabilitas adalah sebagai
berikut, apabila probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan apabila probabilitas
< 0,05 maka H0 ditolak (Singgih Santoso, 2005:320). Setelah dilakukan uji
varian satu arah, kemudian dilakukan uji lanjutan menggunakan uji LSD
(Least Significance Different). Uji LSD digunakan untuk mengetahui
pasangan nilai rata-rata kelompok konsentrasi ekstrak cabai rawit yang
berbeda secara signifikan. Analisis dilakukan dengan menggunakan program
komputer. Dasar pengambilan keputusan adalah berdasarkan pada
probabilitas sebagai berikut, apabila probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan
apabila probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak (Singgih Santoso, 2005:321).
2) Uji Probit
Uji probit digunakan untuk mengetahui nilai LC50 (H.H. Yap, et al, 1996:140)
dari ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti untuk waktu
pengamatan 24 jam setelah perlakuan. Analisis dilakukan dengan
menggunakan program komputer.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti
menggunakan sampel sebanyak 20 ekor untuk setiap perlakuan. Penelitian
menggunakan 4 konsentrasi ekstrak cabai rawit yaitu konsentrasi 10%,
konsentrasi 50%, konsentrasi 90%, dan konsentrasi 100%. Setiap konsentrasi
dilakukan replikasi perlakuan sebanyak 4 kali. Data yang diperoleh selama
penelitian bersifat kuantitatif.
Data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian kemudian dideskripsikan
dengan menggunakan program komputer. Hasil deskripsi data menunjukkan
bahwa nilai tertinggi nyamuk Ae. aegypti yang mati dalam penelitian adalah
9 ekor, dan nilai terendah adalah 0 ekor. Hasil deskripsi data juga menunjukkan
rata-rata nyamuk yang mati dalam penelitian adalah 4 ekor dan standar deviasi
total adalah 2,22.
4.2 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Uji Insektisida Rumah Tangga
BPVRP Salatiga Jawa Tengah selama 3 hari, yaitu pada tanggal 27-29 Juli 2005.
Kegiatan dalam penelitian meliputi peneraan berat semprotan, pengukuran suhu
dan kelembaban ruangan penelitian serta perhitungan jumlah nyamuk Ae. aegypti
yang mati 24 jam setelah perlakuan.
30
7,07
4.2.1 Hasil Peneraan Berat Semprotan
Data dalam peneraan berat semprotan ekstrak cabai rawit adalah sebagai
berikut:
1) Berat awal = 93,63 gram
2) Berat setelah disemprotkan 10 kali
• Berat setelah disemprotkan 10 kali yang pertama = 91,23 gram
• Berat setelah disemprotkan 10 kali yang kedua = 88,56 gram
• Berat setelah disemprotkan 10 kali yang ketiga = 86, 56 gram
3) Berat 1 kali semprotan:
=
=
=
= 0,235667 gram
4) Perhitungan jumlah semprotan ekstrak cabai rawit yang diperlukan setiap
perlakuan:
= 0,7 gram : 0,236 gram
= 2.9661017 kali semprotan
= 3 kali semprotan
4.2.2 Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Ruangan Penelitian
Suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian uji daya bunuh
ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti, diukur dan dicatat.
30
22,672,4 ++30
)56,8656,88()56,8823,91()23,9163,93( −+−+−
6.25%
0.00%
13.75%
0.00%
18.75%
0.00%
31.25%
0.00%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
Tin
gk
at K
emat
ian
Ny
amu
k
10% 50% 90% 100%
Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit
Sampel Eksperimen
Sampel Kontrol
Hasil pengukuran suhu dan kelembaban ruangan disajikan pada
tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1
Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Ruangan Uji Insektisida Rumah Tangga BPVRP Salatiga pada Tanggal 27-29 Juli 2005
Hari Suhu (dalam celcius) Kelembaban
(dalam %)
Pertama (27 Juli 2005) 26 75
Kedua (28 Juli 2005) 25 74
Ketiga (29 Juli 2005) 27 76
Rata-Rata 26 75
Sumber : Data Primer (2005)
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui rata-rata suhu ruangan selama penelitian
adalah 26 ˚C, dan rata-rata kelembaban ruangan selama penelitian adalah 75%.
4.2.3 Data Kematian Nyamuk Ae. aegypti
Perhitungan jumlah nyamuk Ae. aegypti yang mati dilakukan 24 jam setelah
penyemprotan ekstrak cabai rawit. Jumlah nyamuk Ae. aegypti yang mati dalam
penelitian dapat dilihat pada grafik 1.
Grafik 1
Tingkat Kematian Nyamuk pada berbagai Konsentrasi Ekstrak
Grafik 1 menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak cabai rawit terendah yaitu
10% dapat membunuh nyamuk Ae. aegypti sebesar 6,25% dari seluruh jumlah
sampel dalam waktu 24 jam setelah perlakuan, dan konsentrasi tertinggi
yaitu 100% dapat membunuh nyamuk Ae. aegypti sebesar 31,25% dari seluruh
jumlah sampel dalam waktu 24 jam setelah perlakuan. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa tingkat kematian nyamuk dalam penelitian tidak mencapai
50% dari seluruh jumlah sampel yang digunakan.
4.2.4 Hasil Analisis Data
1) Analisis ANOVA
Tabel 2
Uji ANOVA Rata-Rata Antar Kelompok Data
Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit
Konsentrasi
(%)
Rata
Rata
Standar
Deviasi Minimum Maximum N P value
10 1.25 .957 0 2 4 0,001
50 2.75 .500 2 3 4 0,001
90 3.75 1.500 2 5 4 0,001
100 6.25 1.893 5 9 4 0,001
Total 3.50 2.221 0 9 16 0,001
Sumber: Data Primer (2005)
Hasil analisis menggunakan ANOVA menunjukkan nilai probabilitas adalah
sebesar 0,001 atau kurang dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-
rata antar kelompok data konsentrasi ekstrak cabai rawit yang satu dengan
yang lain tidak saling identik atau berbeda secara nyata (perhitungan pada
lampiran).
Setelah diketahui bahwa rata-rata antar kelompok data konsentrasi ekstrak
cabai rawit berbeda secara nyata, kemudian dilakukan uji post hoc test
menggunakan uji LSD (Least Significance Different) untuk mengetahui
pasangan masing-masing kelompok data konsentrasi ekstrak cabai rawit yang
berbeda secara nyata tersebut. Hasil uji post hoc test menggunakan uji LSD
dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini (perhitungan pada lampiran).
Tabel 3
Uji LSD (Least Significance Difference) Pasangan Kelompok Data
Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit
Konsentrasi
Ekstrak Cabai
Rawit (I)
Konsentrasi
Ekstrak Cabai
Rawit (J)
Perbedaan
Rata-Rata
(I-J)
P value
50 -1.500 .135
90 -2.500 .020
10 100 -5.000 .000
10 1.500 .135
90 -1.000 .306
50 100 -3.500 .003
10 2.500 .020
50 1.000 .306
90 100 -2.500 .020
10 5.000 .000
50 3.500 .003
100 90 2.500 .020
Sumber: Data Primer (2005)
Hasil analisis menggunakan LSD menunjukkan bahwa pasangan kelompok
data konsentrasi ekstrak cabai rawit yang mempunyai nilai probabilitas
kurang dari 0,05 atau mempunyai rataan yang berbeda secara bermakna,
adalah antara konsentrasi 10% dengan 90%, 10% dengan 100%, 50% dengan
100%, 90% dengan 10%, 90% dengan 100%, 100% dengan 10%, 100%
dengan 50%, dan 100% dengan 90% (perhitungan pada lampiran).
2) Uji Probit
Tabel 4
Uji Probit
Tingkat LC Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit (%)
10 22.77523
20 67.93570
30 149.39250
40 292.78830
50 548.56540
60 1027.78600
70 2014.31600
80 4429.53600
90 13212.73000
Sumber: Data Primer (2005)
Hasil analisis menggunakan uji probit menunjukkan bahwa LC50 diperoleh
pada konsentrasi ekstrak cabai rawit 549%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
LC50 tidak dapat dicapai dalam penelitian karena konsentrasi untuk mencapai
LC50 lebih dari 100% (perhitungan pada lampiran).
4.3 Pembahasan
Suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai
rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti, diukur dan dicatat. Rata-rata suhu ruangan
untuk seluruh perlakuan adalah sebesar 26 ˚C. Suhu tersebut termasuk suhu yang
ideal bagi kehidupan nyamuk Ae. aegypti. Suhu optimum yang baik bagi spesies
nyamuk agar dapat hidup normal adalah antara rentang 25-27 ˚C (WHO,
1975:81). Pada suhu dibawah 10 ˚C dan diatas 40 ˚C, siklus hidup nyamuk Ae.
aegypti akan berhenti (Upik Kesumawati Hadi dan Susi soviana, 2000:25).
Sementara rata-rata kelembaban relatif udara untuk seluruh perlakuan adalah
sebesar 75%. Kelembaban relatif udara yang ideal bagi pertumbuhan dan
kehidupan nyamuk adalah antara 60-80% (Komisi Pestisida, 1995:5).
Umur nyamuk merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
daya tahan nyamuk terhadap pajanan senyawa kimia. Oleh karena itu
pemilihan umur nyamuk adalah kegiatan yang penting dalam penelitian.
Kisaran umur nyamuk Ae. aegypti yang digunakan dalam penelitian
uji daya bunuh ekstrak cabai rawit adalah rentang usia antara 2-5 hari. Rentang
usia 2-5 hari merupakan rentang umur terbaik dari nyamuk. Pada umur dibawah 2
hari, keadaan fisik nyamuk masih lemah sehingga akan mempermudah terjadinya
kematian pada nyamuk, sementara pada umur di atas 5 hari ketahanan tubuh
nyamuk telah menurun yang akan mengakibatkan meningkatnya resiko kematian
(Upik Kesumawati Hadi dan Susi soviana, 2000:24).
Jenis kelamin nyamuk berkaitan dengan peran nyamuk dalam menularkan
penyakit arthropod-born viral disease pada manusia. Seluruh penyakit
arthropod-born viral disease yang ditularkan oleh nyamuk pada manusia,
ditularkan oleh nyamuk betina. Hal ini disebabkan perilaku nyamuk betina
yang menggigit dan menghisap darah manusia untuk mematangkan telurnya,
sementara nyamuk jantan tidak menggigit manusia dan hanya menghisap
sari tumbuhan (Sumarmo, 1988:22). Jenis kelamin nyamuk juga berkaitan
dengan ketahanan tubuh antara nyamuk jantan dan betina berbeda.
Nyamuk betina berumur lebih lama dibandingkan nyamuk jantan Nyamuk jantan
biasanya hanya dapat bertahan hidup selama 6 sampai 7 hari, sementara nyamuk
betina dapat bertahan hidup sampai 2 minggu (Soedarto, 1992:60). Oleh karena
itu dalam penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit digunakan nyamuk
Ae. aegypti dengan jenis kelamin betina.
Jumlah nyamuk yang digunakan dalam uji daya bunuh ekstrak cabai rawit
berhubungan dengan keakuratan data hasil penelitian, serta dengan tingkat
persaingan hidup antar nyamuk Ae. aegypti pada saat holding selama 24 jam.
Jumlah nyamuk sampel yang terlalu sedikit akan menghasilkan persentase
kematian nyamuk yang tinggi sehingga meningkatkan resiko terjadinya bias data
hasil penelitian, sementara jumlah nyamuk yang terlalu besar akan meningkatkan
resiko kematian akibat persaingan hidup antar nyamuk pada saat holding selama
24 jam. Untuk menghindari hal-hal tersebut maka jumlah nyamuk Ae. aegypti
yang digunakan dalam setiap perlakuan mengacu kepada jumlah standar yang
digunakan dalam penelitian uji insektisida semprot cair yaitu sebanyak 20 ekor
(Damar Tri Boewono, 2003:5).
Jarak antara ujung alat semprot dengan nyamuk sasaran pada saat dilakukan
penyemprotan dapat mempengaruhi hasil penelitian (Komisi Pestisida, 1995:2).
Nyamuk dapat mati hanya dengan semprotan aquadest saja, apabila semprotan
tersebut mengenai langsung tubuhnya. Penyemprotan dalam uji daya bunuh
ekstrak cabai rawit dilakukan secara mendatar dan tidak ada nyamuk Ae. aegypti
yang berada dalam garis lurus arah penyemprotan. Dengan demikian pengaruh
jarak penyemprotan dalam penelitian dapat diabaikan.
Lama waktu kontak antara nyamuk Ae. aegypti dengan ekstrak cabai rawit
berpengaruh terhadap efek pajanan dari ekstrak cabai rawit terhadap
nyamuk Ae. aegypti. Lama waktu kontak yang terlalu singkat akan mengurangi
lama interaksi antara senyawa kimia dengan nyamuk sasaran yang akan
menurunkan jumlah nyamuk yang mati, sementara lama waktu kontak
yang terlalu lama akan meningkatkan lama interaksi antara senyawa kimia
dengan nyamuk sasaran yang akan meningkatkan jumlah nyamuk yang mati.
Oleh karena itu lama waktu kontak dalam uji daya bunuh dibuat sama yaitu
20 menit (Damar Tri Boewono, 2003:5).
Penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti
menggunakan nilai LC atau Lethal Consentration dalam menghitung daya bunuh
ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti dalam penelitian, disebabkan zat
yang digunakan dalam uji daya bunuh berbentuk cair. Nilai LC yang diharapkan
dapat dicapai dalam penelitian adalah LC50. Hal ini karena untuk penelitian uji
daya bunuh suatu insektisida, tingkat konsentrasi insektisida dianggap memiliki
daya bunuh yang baik serta tidak berbahaya bagi lingkungan apabila mencapai
LC50. Nilai LC dibawah LC50 dikategorikan memiliki daya bunuh rendah, dan
nilai LC diatas LC50 dikategorikan memiliki daya bunuh yang efektif. Tetapi
untuk insektisida yang mampu mencapai LC diatas LC50, memerlukan pengujian
untuk mengetahui tingkat keamanannya terhadap kelestarian lingkungan hidup.
Hasil analisis data menggunakan ANOVA satu arah menunjukkan bahwa
rata-rata antar masing-masing kelompok data konsentrasi esktrak cabai rawit tidak
saling identik atau berbeda secara nyata, kemudian dengan uji LSD
dapat diketahui masing-masing pasangan kelompok konsentrasi yang berbeda
secara nyata tersebut.
Hasil analisis probit menunjukkan bahwa ekstrak cabai rawit dalam
penelitian mampu mencapai LC20 yang diperoleh tepat pada konsentrasi
ekstrak cabai rawit 68%. Hasil analisis probit juga menunjukkan bahwa LC50
tidak dapat dicapai dalam penelitian.
Pada penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk
Ae. aegypti, terdapat faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab
tidak tercapainya nilai LC50.
Faktor- faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1) Berat bahan kasar yang dipakai dalam pembuatan ekstrak cabai rawit
kurang banyak, yaitu hanya 2 kg, sehingga ekstrak cabai rawit yang
diperoleh kurang pekat.
2) Zat hasil akhir pembuatan ekstrak cabai rawit berbentuk larutan cair pekat,
sehingga pada ekstrak cabai rawit masih terdapat etanol
yang dipakai sebagai pelarut dalam pembuatan ekstrak cabai rawit.
Keberadaan etanol dalam ekstrak diduga menyebabkan berkurangnya
daya bunuh dari senyawa-senyawa kimia cabai rawit yang memajan
pada nyamuk Ae. aegypti setiap kali perlakuan.
3) Fungsi aromatik senyawa capsaicin pada cabai rawit yang diduga dapat
digunakan untuk membunuh nyamuk Ae. aegypti melalui jalur inhalasi,
kemungkinan kurang dominan apabila dibandingkan dengan
fungsi rasa yang dimilikinya. Oleh karena itu ekstrak cabai rawit
kemungkinan akan lebih baik jika digunakan sebagai repellent, berdasarkan
fungsi rasa dari capsaicin yang diduga lebih dominan. Untuk itu diperlukan
penelitian lain untuk membuktikan daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap
nyamuk Ae. aegypti menggunakan metode repellent terkait kemungkinan
yang telah disebutkan.
4) Senyawa lain pada cabai rawit yaitu masing-masing flavonoid, saponin,
tannin, kemungkinan jumlahnya lebih besar dibandingkan senyawa
capsaicin, oleh karena itu ekstrak cabai rawit kemungkinan akan lebih baik
apabila digunakan sebagai larvasida, berdasarkan kandungan flavonoid yang
dapat merusak membran sel, saponin yang dapat merusak pembuluh darah,
dan tannin yang dapat mengecilkan pori-pori lambung. Untuk itu diperlukan
penelitian lain untuk membuktikan daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap
stadium larva nyamuk Ae. aegypti terkait kemungkinan yang telah
disebutkan.
Berdasarkan faktor-faktor yang diduga menyebabkan tidak tercapainya LC50
dalam penelitian, maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila
akan dilakukan suatu penelitian yang sejenis. Pada penelitian ini, hal-hal tersebut
tidak dapat dilakukan oleh peneliti dikarenakan keterbatasan dana dan waktu.
Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kuantitas berat bahan kasar dalam pembuatan ekstrak cabai rawit.
2) Bentuk zat hasil akhir dari pembuatan ekstrak cabai rawit.
3) Melakukan uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap berbagai stadium
nyamuk Ae. aegypti. Pemilihan stadium nyamuk Ae. aegypti
untuk uji daya bunuh hendaknya disesuaikan dengan sifat dan cara kerja
dari senyawa kimia yang terkandung dalam cabai rawit.
Menurut Frank C. Lu (1995:88), untuk menentukan LC50 dalam
suatu uji toksisitas akut, diperlukan tiga rentang dosis dalam penelitian
sehingga kisaran dosis yang akan mencapai LC50 dapat diperkirakan dengan tepat.
Dosis pertama adalah dosis yang dapat membunuh kurang dari separuh jumlah
sampel, dosis yang kedua adalah dosis yang dapat membunuh separuh dari jumlah
sampel, dan dosis yang ketiga adalah dosis yang dapat membunuh
lebih dari separuh jumlah sampel. Hasil dalam penelitian menunjukkan
bahwa konsentrasi ekstrak cabai rawit tertinggi yang dipakai pada penelitian yaitu
konsentrasi 100% dapat membunuh sampel sebanyak 31,25% atau mencapai LC20.
Analisis dengan uji probit menunjukkan bahwa nilai LC20 yang dicapai dalam
penelitian, diperoleh tepat pada konsentrasi 68%. Berdasarkan data hasil
penelitian tersebut dapat diketahui bahwa ekstrak cabai rawit memiliki daya
bunuh terhadap nyamuk Ae. aegypti, tetapi daya bunuh tersebut sangat rendah,
yaitu hanya mencapai LC20.
Penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti
dilakukan dalam rangka memberikan alternatif pemakaian insektisida nabati untuk
mengendalikan nyamuk Ae. aegypti, yang berperan sebagai vektor penyakit
demam berdarah dengue (Umar Fahmi, 2005). Walaupun hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak cabai rawit yang digunakan dalam penelitian
memiliki daya bunuh yang sangat rendah terhadap nyamuk Ae. aegypti,
diharapkan data hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian
sejenis dalam bidang kesehatan masyarakat.
.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit
(Capsicum frutescens L) terhadap nyamuk Ae. aegypti, diketahui bahwa
konsentrasi ekstrak cabai rawit terendah yaitu 10% mampu mencapai LC5, dan
konsentrasi ekstrak cabai rawit tertinggi yaitu 100% mampu mencapai LC20. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa ada daya bunuh dari ekstrak cabai rawit yang
digunakan dalam penelitian terhadap nyamuk Ae. aegypti, tetapi daya bunuh
tersebut sangat rendah.
5.2 Saran
a. Menambah jumlah bahan kasar dalam pembuatan ekstrak cabai rawit supaya
zat hasil akhir pembuatan ekstrak menjadi lebih pekat sehingga diharapkan
dapat menambah daya bunuh dari ekstrak.
b. Mengganti bentuk hasil akhir pembuatan ekstrak cabai rawit dari bentuk cair
menjadi bentuk serbuk kering, sehingga tidak terdapat lagi kandungan etanol
di dalam ekstrak cabai rawit. Dengan menghilangkan kandungan etanol
dalam ekstrak diharapkan dapat menambah daya bunuh dari ekstrak cabai
rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti.
c. Melakukan uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap berbagai stadium
nyamuk Ae. aegypti.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Watik Pratiknyo. 2003. Dasar-Dasar Metode Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Aji Bau. 1999. Uji Efikasi Daun Tumbuhan Paitan (Tithonia diversifolia Grey)
Terhadap Larva Aedes aegypti di Laboratorium. Skripsi. FKM UNDIP Semarang.
Damar Tri Boewono. 2003. Pedoman Uji Hayati Insektisida Rumah-Tangga
(Household Insecticides). Salatiga: BPVRP.
Dept. Medical Entomology, ICPMR. 2002. larvae photographs. http ://medent. usyd. edu. au/photos/ larvae_photographs.htm (Accested 20 Agustus 2005).
2002. pupa photographs. http ://medent. usyd. edu. au/ photos/ pupa_photographs.htm (Accested 20 Agustus 2005).
Ditjen PPM&PLP. 1992. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular
Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Depkes RI. ______________ 1995. Menggerakkan Masyarakat dalam Pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD). Jakarta: Depkes RI.
_____________ 1996. Kumpulan Surat Keputusan/Edaran tentang
Pemberantasan Penyakit DBD Edisi Tahun 1995/1996. Jakarta: Depkes RI.
Ditjen PPM&PL. 2001. Pedoman Pelaksanaan Surveillans Vektor. Jakarta:
Depkes RI. ______________ 2001. Pedoman Pelaksanaan Sanitasi Lingkungan dalam
Pengendalian Vektor. Jakarta: Depkes RI.
______________ 2002. Pedoman Survey Entomologi Demam Berdarah. Jakarta: Depkes RI.
Dinkes DKI. 2003. Demam Berdarah. http://www.DinkesDKI.com (Accested 20
Agustus 2005).
Frank C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar: asas, organ sasaran dan penilaian risiko.
Terjemahan Edi Nugroho. Jakarta: UI-Press German Commission E. 1990. http: //www. wrc. Net /wrcnet_content
/herbalresources /materiamedica/Cayenne.htm:
H.H. Yap, N.L. Chong, C.Y. Lee. 1996. Biology and Control of Urban Pests. Penang: Universiti Sains Malaysia.
Jan. A. Rozendaal. 1999. Vektor Control. Genewa: World Health Organization. Juni Prianto L.A., Tjahaya P.U., Darwanto. 2003. Atlas Parasitologi Kedokteran.
Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Komisi Pestisida. 1995. Metoda Standar Pengujian Efikasi Pestisida. Jakarta.
Departemen Pertanian.
Michael Tierra. 2004. Health. http: //cyberman. cbn. net.id/ detil.asp? kategori=Health&newsno=486
North Dakota State University. 1991. Mosquitos. http: //www. ext. nodak. edu/
extpubs/ ansci/horse/eb55-2.htm (Accested 20 Agustus 2005). Nunik Siti Aminah. 2001. Nunik Siti Aminah, Badan Litbang Kesehatan.
digilib.litbang.depkes.go.id/go. php?id=jkpkbppk-gdl-s2-1995-nunik-57-insecticid (Accested 20 Agustus 2005).
Pusat data dan informasi PERSI. 2003. Cabai Rawit (Capsium frutescens L).
www.pdpersi.co.id/pdpersi/news/alternatif (Accested 20 Agustus 2005).
Rochman Naim. 2004. http://www.kompas.com/kompas-cetak /0409 /15 /sorotan /1265264.htm (Accested 20 Agustus 2005).
Sarpian. 2003. Bertanam Cabai Rawit dalam Polybag. Jakarta: PT. Penebar
Swadaya.
Sastrodihardjo. 1979. Pengantar Entomologi Terapan. Bandung: Penerbit ITB
Bandung. Setiadi. 1995. Jenis dan Budidaya Cabai Rawit Cetakan Kedua. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Setiawan Dalimartha. 2004. Atlas Tanaman Obat Indonesia Jilid II. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Singgih Santoso. 2005. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Soedarto. 1992. Entomologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Soedarto, Machfudz, Yuwono, Setokoesoemo. 1990. ‘Penelitian Entomologik
untuk Menentukan Peranan Sekolah Sebagai Sumber Penularan
Demam Berdarah di Kabupaten Ngawi Jawa Timur’. Majalah
Parasitologi Indonesia. Volum 4 no 1&2/Th. 1992/Januari-Juni 1992, hlm. 35-40.
Srisasi Gandahusada, Herry D. Illahude, Wita Pribadi. 2000. Parasitologi
Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Sri Sugati Syamsuhidayat, Johnny Ria Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat
(I). Jakarta: Balitbangkes Depkes RI. Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Sumarmo. 1988. Demam Berdarah (Dengue) pada Anak. Jakarta: UI PRESS Tarif Khalidi. 2003. The Muslim Jesus. Jakarta. PT Serambi Ilmu Semesta.
Umar Fahmi. 2005. Demam Berdarah. http://www.kompas.com/kompas-cetak/Berita iBatam/0409 /15 /sorotan /1265264.htm (Accested 20 Agustus 2005).
Upik Kesumawati Hadi, Susi Soviana. 2000. Ektoparasit: Pengenalan, Diagnosis
dan Pengendaliannya. Bogor: IPB WHO. 1984. Chemical Methods for The Control of Arthropod Vectors and Pests
of Public Health Importance. Geneva. WHO Publications. _____ 1997. Dengue Haemorrhagic Fever: Diagnosis, Treatment, Prevention and
Control Second Edition. Geneva: WHO Library.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Tabel Kematian Nyamuk dengan 4 Kali Replikasi
No. Konsentrasi
(%) Replikasi
Jumlah
Nyamuk
Uji
Jumlah
Nyamuk
Mati
Rata-
Rata
Kematian
Kematian
Nyamuk
(%)
10% 1 20 0
10% 2 20 1
10% 3 20 2 1
10% 4 20 2
1.25 3.2
50% 1 20 2
50% 2 20 3
50% 3 20 3 2
50% 4 20 3
2.75 13.75
90% 1 20 2
90% 2 20 3
90% 3 20 5 3
90% 4 20 5
3.75 18.75
100% 1 20 5
100% 2 20 5
100% 3 20 6 4
100% 4 20 9
6.25 31.25
Suhu Rata-Rata = 26 ˚C
Statistics
16 16
0 0
3.50 2.50
.555 .289
3.00 2.50
2a 1a
2.221 1.155
4.933 1.333
9 3
0 1
9 4
Valid
Missing
N
Mean
Std. Error of Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Range
Minimum
Maximum
Kematian
Nyamuk
Setelah 24
Jam
Konsentrasi
Ekstrak
Multiple modes exist. The smallest value is showna.
Kematian Nyamuk Setelah 24 Jam
1 6.3 6.3 6.3
1 6.3 6.3 12.5
4 25.0 25.0 37.5
4 25.0 25.0 62.5
4 25.0 25.0 87.5
1 6.3 6.3 93.8
1 6.3 6.3 100.0
16 100.0 100.0
0
1
2
3
5
6
9
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Kelembaban Rata-Rata = 75%
Sumber: Data Primer (2005)
Lampiran 2
Frequencies
Frequency Table
Konsentrasi Ekstrak
4 25.0 25.0 25.0
4 25.0 25.0 50.0
4 25.0 25.0 75.0
4 25.0 25.0 100.0
16 100.0 100.0
10%
50%
90%
100%
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tests of Normality
.214 16 .048 .924 16 .197Kematian Nyamuk
Setelah 24 Jam
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Lilliefors Significance Correctiona.
Lampiran 3
Uji Normalitas Data Kematian Nyamuk
Pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit
a. Tabel Hasil Uji Normalitas
0 2 4 6 8 10
Observed Value
-2
-1
0
1
2
Exp
ecte
d N
orm
al
Normal Q-Q Plot of Kematian Nyamuk Setelah 24 Jam
Descriptives
Kematian Nyamuk Setelah 24 Jam
4 4 4 4 16
1.25 2.75 3.75 6.25 3.50
.957 .500 1.500 1.893 2.221
.479 .250 .750 .946 .555
-.27 1.95 1.36 3.24 2.32
2.77 3.55 6.14 9.26 4.68
0 2 2 5 0
2 3 5 9 9
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum
Maximum
10% 50% 90% 100% Total
b. Kurva Normal Hasil Uji Normalitas
Lampiran 4
Hasil Uji Anova Satu Arah
a. Tabel Deskripsi Data
Test of Homogeneity of Variances
Kematian Nyamuk Setelah 24 Jam
2.343 3 12 .125
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Kematian Nyamuk Setelah 24 Jam
53.000 3 17.667 10.095 .001
21.000 12 1.750
74.000 15
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
b. Tabel Kesamaan varian
c. Tabel Anova Satu Arah
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kematian Nyamuk Setelah 24 Jam
LSD
-1.500 .935 .135 -3.54 .54
-2.500* .935 .020 -4.54 -.46
-5.000* .935 .000 -7.04 -2.96
1.500 .935 .135 -.54 3.54
-1.000 .935 .306 -3.04 1.04
-3.500* .935 .003 -5.54 -1.46
2.500* .935 .020 .46 4.54
1.000 .935 .306 -1.04 3.04
-2.500* .935 .020 -4.54 -.46
5.000* .935 .000 2.96 7.04
3.500* .935 .003 1.46 5.54
2.500* .935 .020 .46 4.54
(J) Konsentrasi
Ekstrak
50%
90%
100%
10%
90%
100%
10%
50%
100%
10%
50%
90%
(I) Konsentrasi
Ekstrak
10%
50%
90%
100%
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
Lower
Bound
Upper
Bound
95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
d. Tabel Pasangan Kelompok Data yang Berpasangan
Gambar 1. Buah cabai rawit
Gambar 2. Serbuk cabai rawit yang sudah dihaluskan dibungkus menggunakan kertas
Gambar 3. Proses Ekstraksi Menggunakan Soxhlet
Gambar 4. Pengentalan Ekstrak Cabai Rawit Menggunakan Rotary Evaporator
Gambar 5. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
Gambar 6. Pembuatan konsentrasi ekstrak cabai rawit
Gambar 7. Pemindahan nyamuk Ae. agypti menggunakan aspirator sederhana
Gambar 8. Nyamuk Ae. agypti di holding menggunakan paper cup