BAB II - askep abortus

27
BAB II TINJAUAN TEORI A. DEFINISI Aborsi (abortion) berasal dari bahasa latin abortio ialah pengeluaran hasil konsepsi dari uterus secara premature pada umur di mana janin itu belum bisa hidup di luar kandungan. Secara medis, janin bisa hidup diluar kandungan pada umur 24 minggu. Secara medis aborsi berarti pengeluaran kandungan sebelum berumur 24 minggu dan menyebabkan kematian (Kusmaryanto, 2005). Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Mansjoer, 2001). Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapa hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002) Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat- akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan (Saifudin, 2000). B. ETIOLOGI Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :

Transcript of BAB II - askep abortus

Page 1: BAB II - askep abortus

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Aborsi (abortion) berasal dari bahasa latin abortio ialah pengeluaran hasil konsepsi

dari uterus secara premature pada umur di mana janin itu belum bisa hidup di luar

kandungan. Secara medis, janin bisa hidup diluar kandungan pada umur 24 minggu.

Secara medis aborsi berarti pengeluaran kandungan sebelum berumur 24 minggu dan

menyebabkan kematian (Kusmaryanto, 2005).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan

kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Mansjoer, 2001).

Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum

janin dapa hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat

janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002)

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau

sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup

diluar kandungan (Saifudin, 2000).

B. ETIOLOGI

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada

kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini ialah :

a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X

b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna

c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan alcohol

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi

menahun

3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan

toksoplasmosis

Page 2: BAB II - askep abortus

4. Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada

trimester kedua), retroversi uteri, dan kelainan bawaan uterus.

C. KLASIFIKASI

Abortus atau keguguran dibagi menjadi :

1. Berdasarkan Kejadiannya

a. Abortus spontan terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan

kekuatan sendiri

b. Abortus buatan atau sengaja dilakukan sehingga kehamilan diakhiri. Upaya

menghilangkan konsepsi dapat dilakukan berdasarkan :

a) Indikasi medis, yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi untuk

menyelamatkan jiwa ibu. Indikasi tersebut diantaranya penyakit jantung,

ginjal atau penyakit hati berat dengan pemeriksaan ultrasonografi, gangguan

pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim.

b) Indikasi sosial, pengguran kandungan didasarkan atas dasar aspek social,

menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak ingin punya anak, jarak

kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil dan khamilan yang tidak

diinginkan

2. Berdasarkan Pelaksanaannya

a. Abortus buatan terapeutik, dilakukan oleh tenaga medis secara legalitas

berdasarkan indikasi medis

b. Abortus buatan ilegal, dilakukan tanpa dasar hukum atau melawan hukum

(Abortus Kriminalis)

3. Berdasarkan Gambaran Klinisnya

a. Keguguran lengkap (Abortus Kompletus), semua hasil konsepsi dikeluarkan

seluruhnya.

b. Keguguran tidak lengkap (Abortus Inkompletus), sebagian hasil konsepsi

masih tesisah dalam rahim yang dapat menimbulkan penyulit

c. Keguguran mengancam (Abortus Imminen), abortus ini baru dan masih ada

harapan untuk dipertahankan

Page 3: BAB II - askep abortus

d. Keguguran tak tertahan lagi (Abortus Insipien), abortus ini sudah berlangsung

dan tidak dapat dicegah atau dihalangi lagi

e. Keguguran habitualis, abortus yang telah berulang, dan berturut-turut menjadi

sekurang-kurangnya tiga kali

f. Keguguran dengan infeksi (Abortus infeksious), keguguran yang disertai

infeksi sebgaian besar dalam bentuk tidak lengkap dan dilakukan dengan cara

kurang legeartis

g. Abortus servikalis, adalah hasil konsepsi daril uterus dihalangi oleh ostium

uterus ekternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam

kanalis servikalis uterus menjadi besar, kurang lebih bundar dengan dinding

menipis.

h. Missed Abortion, keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22,

tetapi tertahan dalam rahim selama dua bulan atau lebih setelah janin mati

D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Manjoer (2001), manifestasi klinik dari abortus yaitu :

1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.

2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,

tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,

suhu badan normal atau meningkat.

3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil

konsepsi.

4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat

kontraksi uterus.

5. Pemeriksaan ginekologi :

1) Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,

tercium bau busuk dari vulva.

2) Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah

tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau

jaringan berbau busuk dari ostium.

Page 4: BAB II - askep abortus

3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak

jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia

kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan

adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

E. ANATOMI FISIOLOGI ORGAN TERKAIT

Alat reproduksi wanita berada di bagian tubuh seorang wanita yang disebut panggul.

Secara anatomi nilai reproduksi wanita dibagi menjadi dua bagian, yaitu: bagian yang

terlihat dari luar(genitalia eksterna) dan bagian yang berada di dalam panggul(genitalia

interna). Genitalia eksterna meliputi bagian yang disebut kemaluan (vulva) dan liang

sanggama (vagina). Genetika interna terdiri dari rahim(uterus), saluran telur ( tuba ), dan

indung telur (ovarium). Pada vulva terdapat bagian yang menonjol yang di dalamnya

terdiri dari tulang kemaluan yang ditutupi jaringan lemak yang tebal. Pada saat pubertas

bagian kulitnya akan ditumbuhi rambut. Lubang kemaluan ditutupi oleh selaput tipis

yang biasanya berlu bang sebesar ujung jari yang disebut selaput dara (hymen). Di

belakang bibir vulva terdapat kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan cairan. Di ujung atas

bibir terdapat bagian yang disebut clitoris, merupakan bagian yang mengandung banyak

urat-urat syaraf. Di bawah clitoris agak kedalam terdapat lubang kecil yang merupakan

lubang saluran air seni(urether). Agak ke bawah lagi terdapat va gina yang merupakan

saluran dengan dindi ng elastis, tidak kaku seper ti dinding pipa. Saluran ini

menghubungkan vulva dengan mulut rahim. Mulut rahim terdapat pada bagian yang

disebut leher rahim(cerviks), yaitu bagian ujung rahim yang menyempit. Rahim

berbentuk seperti buah pir gepeng, berukuran panjang B -9 cm. Letaknya terdapat di

belakang kandung kencing dan di depan saluran pelepasan. Dindingnya terdiri dari dua

lapisan Mot yang teranyam saling melintang. Lapisan dinding rahim yang terdalam

disebut endometrium, merupakan lapisan selaput lendir. tvtutai dari ujung atas kanan kiri

rahim terdapat saluran telur yang ujungnya berdekatan dengan indung telur kiri dan

kanan. lndung tekur berukuran 2,5x1,5x0,6 cm, mengandung sel-sel telur ( ovum ) yang

jumlahnya lebih kurang 200.000-400.000 butir. Otot-otot panggul dan jaringan ikat

disekitarnya menyangga alat-alat reproduksi, kandung kencing dan saluran pelepasan

sehingga alat-alat itu tetap berada pada tempatnya.

Page 5: BAB II - askep abortus

FISIOLOGI ALAT REPRODUKSI WANITA

Berdasarkan fungsinya ( fisiobginya ), afat reproduksi wanita mempunyai 3 fungsi,

yaitu:

1. Fungsi seksual

2. Fungsi hormonal

3. Fungsi Reproduksi ( melanjutkan keturunan ).

1. Fungsi Seksual

Alat yang berperan adalah vulva clan vagina. Ketenjar pada vulva yang dapat

mengeluarkan cairan, berguna sebagai pefumas pada saat sanggama. Selain itu

vulva dan vaginajuga berfungsi sebagai jalan lahir.

2. Fungsi Hormonal

Yang disebut fungsi hormonal ialah peran indung telur clan Rahim didalam

mempertahankan ciri kewanitaan clan pengaturan haid. Perubahan-perubahan

fisik clan psikhis yang terjadi sepanjang kehidupan seorang wanita erat

hubungannya dengan fungsi indung telur menghasilkan hormon-harmon wanita

yaitu estrogen dan progesteron. Dalam masa kanak-kanak indung telur belum

menunaikan fungsinya dengan baik. Manakala indung teiur mulai berfungsi, yaitu

kurang lebih pada usia 9 tahun, mulailah ia secara produktif menghasilkan

hormon-hormon wanita. Hormon-hormon ini mengadakan interaksi dengan

hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar-kelenjar di otak. Akibatnya terjadilah

perubahan-perubahan fisik pada Wanita. Paling terjadi pertumbuhan payudara,

kemudian terjadi pertumbuhan rambut kemaluan disusul rambut-rambut di ketiak.

Selanjutnya terjadilah haid yang pertama kali, disebut menarche, yaitu sekitar usia

10-16 tahun. Mula-mula haid datang tidak teratur, selanjutnya timbul secara

teratur. Sejak saat inilah seorang wanita masuk kedalam masa reproduksinya yang

berlangsung kurang lebih 30 tahun. Pertumbuhan badan menjelang menarche clan

1-3 tahun setelah menarche bertangsung dengan cepat, saat ini disebut masa

puberras. Setelah masa reproduksi wanita masuk kedalam masa kllmakterium

yaitu masa yang menunjukan fungsi indung telur yang mulai berkurang. "Mula-

mula haid menjadi sedikit, kemudian datang 1-2 bulan sekali atau tidak teratur

Page 6: BAB II - askep abortus

dan akhirnya berhenti sama sekali. Bila keadaan ini berlangsung 1 tahun, maka

dikatakan wanita mengalami menopause. Menurunnya fungsi indung telur ini

sering disertai gejala-gejala panas, berkeringat, jantung berdebar, gangguan

psikhis yaitu emosi yang pada saat ini terjadi pengecilan alat-alat reproduksi clan

kerapuhan tulang. Menstruasi atau haid yang terjadi secara siklus, 24-36 haid

sekali, timbul karena pengaruh hormon yang berinteraksi terhadap selaput lendir

rahim (endometrium). Lapisan tersebut berbeda ketebalannya dari hari ke hari,

paling tebal terjadi pada saat masa subur, yang mana endometrium dipersiapkan

untuk kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, lapisan ini mengelupas dan

terbuang berupa darah haid. Biasanya haid berlangsung 2- 8 hari dan jumlahnya

kurang lebih 30-80 cc. Sesaat setelah darah haid habis, lapisan tersebut mulai

tumbuh kembang, mula-mula tipis kemudian bertambah tebal untuk kemudian

mengelupas lagi berupa darah haid. Menjelang haid dan beberapa hari saat haid

wanita sering mengeluhkan mudah tersinggung, pusing, nafsu makan berkurang,

buah dada tegang, mual dan sakit perutbagian bawah. Kebanyakan wanita

menyadari adanya keluhan ini dan tidak mengganggu aktivitasnya, tetapi

beberapa wanita merasakan keluhan ini berlebihan. Berat ringannya keluhan ini,

sesungguhnya tergantung dari latar belakang psikobgis dan keadaan emosi pada

saat haid.

3. Fungsi reproduksi

Tugas reproduksi dilakukan oleh indung telur, saluran telur dan rahim. Sel telur

yangsetiap bulannya dikeluarkan dari kantung telur pada saat masa subur akan

masuk kedalamsaluran telur untuk kemudian bertemu dan menyatu dengan sel

benih pria ( spermatozoa )membentuk organisme baru yang disebut Zygote, pada

saat inilah ditentukan jenis kelamin janindan sifat -sifat genetikrrya. Sefanjutrrya

zygote akan terus berjalan sepanjang saluran telur danmasuk kedalam rahim.

Biasanya pada bagian atas rahim zygote akan menanamkan diri danberkembang

men)adi mudigah. Mudlgah selanJutnya tumbuh dan berkembang sebagai

janinyang kemudlan akan lahir pada umur kehamilan eukup bulan. tvlasa subur

pada siklus haid 28hari, terjadi sekitar hari ke empatbelas dari hari pertama haid.

Umur sel telur sejak dikeluarkandalam indung telur hanya berumur 24 jam,

sedangkan sel benih pria berumur kurang lebih 3 hari.

Page 7: BAB II - askep abortus

F. PATOFISIOLOGI

Pada awal abortus terjadi pendarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan

sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam

uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, vili korialis belum menembus desidua secara

dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.Pada kehamilan 8-14 minggu,

penembusan sudah lebih dalam hingga placenta dilepaskan sempurna dan menimbulkan

banyak pendarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu

dari pada placenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong

amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati,

janin masih hidup, mota kruenta, fetus kompresus, maserasi, atau pupiraseus.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes kehamilan : (+) positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah

abortus

2. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

H. KOMPLIKASI

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi

dan jika perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat

terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi

hiperretrofleksi.Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus

kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi

harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan

apakah ada perlukan alat-alat lain.

3. Syok

Page 8: BAB II - askep abortus

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena

infeksi berat.

4. Infeksi

Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang

merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,

streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.

paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada

lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium

sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi

terbatas padsa desidua.Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi

menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium.Organisme-

organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus

adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob,

Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens.

Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus

dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena

dapat membentuk gas

I. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Medis

Abortus dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :

1. Abortus spontaneus

Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau

medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus

meliputi :

2. Abortus Imminens

Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan

tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila

terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali

muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari

kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan

Page 9: BAB II - askep abortus

jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap

disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di

garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama

beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat

dilanjutkan. Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin

korionik (hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri

atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup

intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler

flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah

konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar

harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali

apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan

kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat membantu dalam

proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat

jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.

Penanganan abortus imminens meliputi :

a. Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,

karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan

berkurangnya rangsang mekanik.

b. Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat

progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti

efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.

c. Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.

3. Abortus Insipiens

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi

masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual

perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan

kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.

Penanganan Abortus Insipiens meliputi :

Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi

vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:

Page 10: BAB II - askep abortus

a. Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila

perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila

perlu).

b. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

a) Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil

konsepsi.

b) Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena

(garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes

permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

c) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

4. Abortus lnkompletus

Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan

sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila

plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan

terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada

abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga

menyebabkan hipovolemia berat.

Penanganan abortus inkomplit :

a. Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu,

evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk

mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan

berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg

per oral.

b. Jika perdarahanb anyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang

16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan : Aspirasi vakum manual

merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam

sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.

c. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg

intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400

mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).

Page 11: BAB II - askep abortus

d. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu: Berikan infus oksitosin 20 unit

dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan

k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi

e. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai

terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)

f. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

g. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

5. Abortus Kompletus

Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita

ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah

banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat

diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.

Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya

apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari

atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.

6. Abortus Servikalis

Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium

uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam

kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan

dinding menipis. Padap emeriksaand itemukan serviks membesar dan di atas

ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan

busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis

servikalis.

7. Missed Abortion

Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin

yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed

abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone.

Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat

menyebabkan missed abortion.

Ibu hamil sebaiknya segera menemui dokter. Apabila perdarahan terjadi

selama kehamilan. Ibu harus istirahat total dan dianjurkan untuk relaksasi. Terapi

intra vena atau transfusi darah dapat dilakukan bila diperlukan. Pada kasus aborsi

Page 12: BAB II - askep abortus

inkomplet diusahakan untuk mengosongkan uterus melalui pembedahan. Begitu

juga dengan kasus missed abortion jika janin tidak keluar spontan. Jika

penyebabnya adalah infeksi, evakuasi isi uterus sebaaiknya ditunda sampai dapat

penyebab yang pasti untuk memuai terapi antibiotik.

Penatalaksanaan Keperawatan

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian dasar data pasien

Tinjauan ulang catatan prenatal sampai ada terjadinya abortus.

2. Sirkulasi

Kehilangan darah selama terjadi perdarahan karena abortus

3. Integritas Ego

Dapat menunjukan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, marah

atau menarik diri.Klien atau pasangan dapat memilliki pertanyaan atau salah

menerima pera dalam pengalaman kelahiran.Mungkin mengekspresika

ketidakmampuan untuk menghadapi suasana baru.

4. Eliminasi

Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat, bising usus tidak ada

5. Makanan atau cairan

Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal

6. Neurosensorik

Kerusakan gerakan pada sensori dibawah tindak anestesi epidural

7. Nyeri/ kenyamanan

Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber : missal nyeri

penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efek anestesi : mulut mungki

kering.

8. Pernapasan

Bunyi paru jelas dan vesikuler

9. Keamanan

Page 13: BAB II - askep abortus

10. Jalur parenteral bila digunakan resiko terkana infeksi karena

pemasangan infusa dan nyeri tekan

11. Seksualitas

Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus

12. Pemeriksaan Diagnostik

Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht). Mengkaji perubahan dari

kadar efek kehilangan darah pada pembedahan urinalis, kultur urine, darah

vaginam, dan lokhea : pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan

individual

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan perdarahan

2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d Kerusakan jaringan intrauteri

4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab

5. Cemas b.d kurang pengetahuan

L. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Kurangnya volume cairan b.d perdarahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan tidak terjadi

devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun

kualitas.

Kriteria Hasil : Mempertahankan atau menunjukkan perubahan keseimbangan

cairan, dibuktikan oleh haluaran urine adekuat, tanda vital stabil, membrane

mukosa lembab, turgor kulit baik.

Intervensi :

1. Kaji kondisi status hemodinamika

R: Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik

bervariasi

2. Ukur pengeluaran harian

R: Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan

jumlah cairan yang hilang pervaginal

3. Berikan sejumlah cairan pengganti harian

Page 14: BAB II - askep abortus

R: Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif

4. Evaluasi status hemodinamika

R: Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik

2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Klien dapat melakukan

aktivitas tanpa adanya komplikasi

Kriteri hasil: Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi,

melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.

Intervensi :

1. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas

R: Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif

perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk

2. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan

R: Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ

reproduksi

3. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari

R: Mengistiratkan klilen secara optimal

4. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/ kondisi

klien

R: Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak

sangat diperlukan

5. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas

R: Menilai kondisi umum klien

3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d Kerusakan jaringan intrauteri

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Klien dapat beradaptasi dengan

nyeri yang dialami

Kriteria hasil: Menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktivitas

terapuetik sesuai indikasi untuk situasi individual, menyatakan nyeri hilang,

menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam aktivitas atau istirahat

dengan tepat.

Intervensi :

1. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien

Page 15: BAB II - askep abortus

R: Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun

dsekripsi.

2. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya

R: Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri

3. Kolaborasi pemberian analgetika

R: Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian

analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik

4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan tidak

terjadinya infeksi selama perawatan perdarahan

Kriteria hasil: pengeluaran cairan dari vulva berkurang dan tidak berbau,

berkurangnya tanda-tanda infeksi: panas tubuh klien dalam batas normal 370 C.

Intervensi :

1. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau

R: Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar.

Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin

merupakan tanda infeksi

2. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan

R: Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar

3. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart

R: Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart

4. Lakukan perawatan vulva

R: Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan

infeksi.

5. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi

R: Berbagai manifestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi;

demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi

6. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama sesama masa

perdarahan

R: Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu;

senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system

reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

Page 16: BAB II - askep abortus

5. Cemas b.d kurang pengetahuan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan tidak terjadi

kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat

Kriteria hasil: menyatakan pemahaman terhadap kondisi atau proses penyakit,

prognosis, dan pengobatan. Melakukan secara benar prosedur yang perlu dan

menjelaskan alasan tindakan.

Intervensi :

1. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit

R: Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas

2. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien

R: Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif

klien tentang penyakit

3. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan

R: Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan

support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran

diri klien

4. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama

R: Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan

kecemasan

5. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga

R: Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan

pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi

kecemasan klien dan keluarga.

Page 17: BAB II - askep abortus

M. PATHWAY

Kelainan pertumbuhan kelainan plasenta infeksi akut kelainaan

trakus genitalis

Hasil konsepsi

Oksigenasi plasenta toksin,bakteri

Terganggu virus

Perdarahan dalam desidu basalis

Nekrosis jaringan sekitar

Hasil konsepsi lepas (aborsi)

Villi korialis menembus lebih dalam villi korialis belum menembus

desidua

(8-14 minggu) (< 8 mgg)

Lepas sebagian Lepas seluruhnya

Perdarahan

Kekurangan Volume cairan

Perubahan Perfusi jaringan

Post Anestesi

Penurunan syaraf oblangata

Nyeri

Jaringan terputus Jaringan terbuka

Proteksi kurang

Masuknya alat kuretase

Tindakan Kuretase

Page 18: BAB II - askep abortus

Perilstaltik

Penyerapan cairan kolon

Gangguan eliminasi

Gangguan pemenuhan

ADL

Keterbatasan aktivitas

Invasi bakteri

Resti Ifeksi